1. LIMBAH B3 (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Akhir-akhir ini makin banyak limbah-limbah dari pabrik, rumah tangga, perusahaan, kantorkantor, sekolah dan sebagainya yang berupa cair, padat bahkan berupa zat gas dan semuanya
itu berbahaya bagi kehidupan kita. Tetapi ada limbah yang lebih berbahaya lagi yang disebut
dengan limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun). Hal tersebut sebenarnya bukan merupakan
masalah kecil dan sepele, karena apabila limbah Bahan Berbahaya dan Beracun(B3) tersebut
dibiarkan ataupun dianggap sepele penanganannya, atau bahkan melakukan penanganan yang
salah dalam menanganani limbah B3 tersebut, maka dampak dari Limbah Bahan Berbahaya
dan beracun tersebut akan semakin meluas, bahkan dampaknya pun akan sangat dirasakan
bagi lingkungan sekitar kita, dan tentu saja dampak tersebut akan menjurus pada kehidupan
makhluk hidup baik dampak yang akan dirasakan dalam jangka pendek ataupun dampak yang
akan dirasakan dalam jangka panjang dimasa yang akan datang.
Secara garis besar,hal tersebut menjadi salah satu patokan bagi kita,bahwa segala sesuatu
yang terjadi merupakan tanggung jawab kita bersama untuk menanggulanginya,khususnya
pada masalah limbah Bahan Berbahaya dan(B3) Beracun tersebut. Maka dari itu penulis
mengangkat topic ini untuk diketahui lebih lanjut tentang masalah B3 tersebut.
2. 1.2.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1) Apa Definisi dari Limbah B3 ?
2) Apa akibat Limbah B3 terhadap manusia
3) Bagaimana teknologi pengolahan Limbah B3 ?
1.3.
Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui Definisi dari Limbah B3
2) Mengetahui dan memahami akibat Limbah B3 terhadap manusia.
3) Dapat menjelaskan teknologi dalam pengolahan Limbah B3
3. BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Mengenal Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Limbah B-3 mungkin kata-kata ini tidak asing ditelinga kita, ketika melihat begitu banyak
kasus pencemaran lingkungan yang terjadi di Indonesia, dimulai dari kasus PT Lapindo
Brantas di Porong Sidoarjo,ini merupakan salah satu contoh pencemaran lingkungan akibat
limbah pabrik .Melihat dan mendengar itu semua tentu timbul suatu pertanyaan seperti
apakah limbah B-3 tersebut sehingga begitu berbahaya serta diawasi dengan ketat sekali.
2.1.1. Pengertian Limbah B3
Pengertian limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu
kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat
(toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau
membahayakan kesehatan manusia.
2.1.2. Sumber Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
1. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik. Berasal bukan dari proses utamanya, tetapi
berasal dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan korosi, pelarut kerak,
pengemasan, dll.
2. Limbah B3 dari sumber spesifik. Limbah B3 sisa proses suatu industri atau kegiatan
yang secara spesifik dapat ditentukan berdasarkan kajian ilmiah.
4. Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi:
Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada pemisahan awal
dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang stabil dan mudah menguap.
Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan flokulasi
Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dengan lumpur
aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa lumpur dari hasil proses
tersebut.
Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan digested
aerobic maupun anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan cukup stabil dan
banyak mengandung padatan organik.
2.1.3. Karakteristik B3
Secara konvensional terdapat tujuh kelas bahan berbahaya, yaitu:
1. Flammable (mudah terbakar), yaitu bahan padat, cair, uap, atau gas yang menyala
dengan mudah dan terbakar secara cepat bila dipaparkan pada sumber nyala,
misalnya: jenis pelarut ethanol, gas hidrogen, methane.
2. Materi yang spontan terbakar, yaitu bahan padat atau cair yang dapat menyala secara
spontan tanpa sumber nyala, mislanya karena perubahan panas, tekanan atau kegiatan
oksidasi.
3. Explosive (mudah meledak), yaitu materi yang dapat meledak karena adanya kejutan,
panas atau mekanisme lain, misalnya dinamit.
4. Oxidizer (pengoksidasi), yaitu materi yang menghasilkan oksigen, baik dalam kondisi
biasa atau bila terpapar dengan panas, misalnya amonium nitrat dan benzoyl
perioksida.
5. Corrosive, bahan padat atau cair yang dapat membakar atau merusak jaringan kulit
bila berkontak dengannya.
6. Toxic, yaitu bahan beracun yang dalam dosis kecil dapat membunuh atau
mengganggu kesehatan, seperti hidrogen sianida.
7. Radioactive yaitu jenis limbah yang mengandung atau terkontaminasi radionuklida
pada konsentrasi atau aktivitas yang melebihi batas yang diijinkan (Clearance level)
yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir.
5. 2.2.
Akibat Limbah B3 Terhadap Manusia
Limbah B-3 ternyata menimbulkan berbagai penyakit yang membahayakan. Hal ini
dikarenakan penyakit itu timbul dari lingkungan di mana kita tinggal, sehingga tanpa disadari
kita terkena penyakit tersebut. Penulis dalam kesempatan ini mendapatkan sumber dari
sebuah buku dimana memberikan uraian yang cukup menarik di dalam mengenai akibat
langsung dari limbah B-3 tersebut.
2.2.1. Keracunan Air Raksa
Keracunan Air Raksa yang menyebabkan cacat bawaan pada bayi dikenal sebagai penyakit
Minamata. Penderita adalah masyarakat nelayan yang tinggal di kota pesisir Minamata di
Pulau Kyushu (Minamata Bay). Keracunan itu berlangsung15 tahun, yaitu dari 1953- 1968,
disebabkan pabrik plastic membuang air raksa ke dalam perairan ikan di Minamata
mengandung merkuri antara 27-102 ppm berat kering. Berbagai penelitian di Indonesia sudah
pula mendapatkan berbagai hewan laut dan air yang mengandung merkuri seperti yang terjadi
di Teluk Jakarta dan Medan. Gejala keracunan secara umum timbul sebagai sakit kepala,
mudah lelah dan teriritasi lengan dan kaki terasa kebal, sulit menelan, penglihatan kabur, luas
penglihatan menciut, ketajaman pendengaran berkurang dan koordinasi otot-otot lenyap.
Beberapa orang secara konstan merasa seperti ada logam di mulut, gusi membengkak, dan
diare terdapat secara meluas. Kematian terjadi infeksi sekunder maupun kelemahan yang
semakin parah.
Melalui peristiwa ini, gambaran limbah B-3 begitu berbahayanya seandainya kita memakan
ataupun mengkonsumsi ikan ataupun makanan yang mengandung merkuri. Walaupun
seharusnya merkuri digunakan di dalam Industri plastik dan industri pertambangan, tetapi
seharusnya hal tersebut tidak dibuang ke laut ataupun ke sungai dikarenakan membahayakan
jiwa penduduk sekitar, begitu juga membahayakan diri kita sendiri seandai suatu saat nanti
tanpa sadar anda memakan ikan yang berasal dari wilayah yang telah tercemari oleh
pembuangan merkuri itu sendiri. Oleh karena itu kesadaran kepada para pihak yang selalu
berurusan dengan Limbah B-3 untuk lebih memperhatikan kepentingan orang yang lebih
6. banyak daripada mementingkan kepentingan perusahaan yang sedang anda jalankan sehingga
para pihak di dunia industri juga memperhatikan tentang usaha-usaha untuk melanggengkan
bisnis anda di suatu tempat.
2.2.2. Keracunan Cadmium
Limbah ini biasanya digunakan untuk proses stabilizer dalam pembuatan Polyvynil Khlorida.
Di masa silam Cadmium digunakan dalam pengobatan Sypilis dan Malaria. Hasil Otopsi di
Amerika Serikat menunjukkan akumulasi Cadmium dalam tubuh masyarakat umum secara
rata-rata di dapat 30 mgCd di dalam tubuh; 33% di dalam ginjal, 14% di dalam hati, 2% di
dalam paru-paru dan 0,3% di dalam pakreas. Cadmium dapat mempengaruhi otot polos
pembuluh darah secara langsung maupun titik langsung lewat ginjal sebagai akibatnya terjadi
kenaikan tekanan darah. Percobaan hewan menunjukkan bahwa kematian dapat terjadi karena
gagal jantung, kasus keracunan Cadmium secara epidemis terjadi di kota Toyama Jepang.
Sekelompok masyarakat mengeluh tentang sakit pinggang selama beberapa tahun. Penyakit
tersebut kemudian menjadi parah tulang-tulang punggung terasa sangat nyeri yang diikuti
oleh osteomalacia (pelunakan tulang) dan fraktur tulang punggung yang multiple kematian
dapat diakibatkan oleh gagal ginjal.
Jika kita lihat dari uraian tentang Cadmium ternyata juga sangat membahayakan walaupun
cadmium tersebut digunakan untuk pengobatan malaria dan penyakt syphilis atau raja singa.
Oleh karena itu melalui uraian yang mungkin kebanyakan mengutip dari uraian buku yang
penulis dapat tetapi setidaknya dengan adanya uraian tersebut dapat memberikan uraian yang
cukup mengenai akibat dari Limbah B-3 yang dapat membahayakan kehidupan manusia dan
mahkluk hidup lainnya. Harapan tentang tidak terjadi pencemaran yang selalu diidamidamkan masyarakat selama ini dapat tercapai dan bukan hanya untuk kepentingan uang
semata, dimana masyarakat merasa tidak peduli dengan kesehatan mereka dikarenakan
mungkin menurut mereka sudah bisa makan sehari saja merupakan berkah tak ternilai. Hal itu
dikarenakan edukasi yang kurang yang diberikan oleh pihak yang seharusnya memberikan
informasi bahwa dalam bekerja kesehatan itu penting.
7. 2.3.
Teknologi Pengolahan
Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode yang paling populer
di antaranya ialah chemical conditioning, solidification/Stabilization, dan incineration.
2.3.1. Chemical Conditioning
Salah satu teknologi pengolahan limbah B3 ialah chemical conditioning. Tujuan utama
dari chemical conditioning ialah:
Menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam lumpur
Mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpur
Mendestruksi organisme pathogen
Memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioning yang masih memiliki nilai
ekonomi seperti gas methane yang dihasilkan pada proses digestion
Mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam keadaan aman dan dapat
diterima lingkungan
Chemical conditioning terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:
Concentratiothickening
Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi volume lumpur yang akan diolah dengan cara
meningkatkan kandungan padatan. Alat yang umumnya digunakan pada tahapan ini
ialah gravity thickener dan solid bowl centrifuge. Tahapan ini pada dasarnya merupakan
tahapan awal sebelum limbah dikurangi kadar airnya pada tahapan de-watering selanjutnya.
Walaupun tidak sepopuler gravity thickener dan centrifuge, beberapa unit pengolahan limbah
menggunakan proses flotation pada tahapan awal ini.
Treatment, stabilization, and conditioning
Tahapan kedua ini bertujuan untuk menstabilkan senyawa organik dan menghancurkan
patogen. Proses stabilisasi dapat dilakukan melalui proses pengkondisian secara kimia, fisika,
dan biologi. Pengkondisian secara kimia berlangsung dengan adanya proses pembentukan
ikatan bahan-bahan kimia dengan partikel koloid. Pengkondisian secara fisika berlangsung
dengan jalan memisahkan bahan-bahan kimia dan koloid dengan cara pencucian dan
destruksi. Pengkondisian secara biologi berlangsung dengan adanya proses destruksi dengan
bantuan enzim dan reaksi oksidasi. Proses-proses yang terlibat pada tahapan ini
ialah lagooning,anaerobic digestion, aerobic digestion, heat treatment, poly electrolite
flocculation, chemical conditioning, dan elutriation.
8. De-watering and drying
De-watering and drying bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi kandungan air
dan sekaligus mengurangi volume lumpur. Proses yang terlibat pada tahapan ini umumnya
ialah pengeringan dan filtrasi. Alat yang biasa digunakan adalah drying bed,filter
press, centrifuge, vacuum filter, dan belt press.
Disposal
Disposal ialah proses pembuangan akhir limbah B3. Beberapa proses yang terjadi
sebelum limbah B3 dibuang ialah pyrolysis, wet air oxidation, dan composting. Tempat
pembuangan akhir limbah B3 umumnya ialah sanitary landfill, crop land, atau injection well.
2.3.2. Solidification/Stabilization
Di samping chemical condition, teknologi solidification/ stabilization juga dapat
diterapkan untuk mengolah limbah B3. Secara umum stabilisasi dapat didefinisikan sebagai
proses pencapuran limbah dengan bahan tambahan (aditif) dengan tujuan menurunkan laju
migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk mengurangi toksisitas limbah tersebut.
Sedangkan solidifikasi didefinisikan sebagai proses pemadatan suatu bahan berbahaya
dengan penambahan aditif. Kedua proses tersebut seringkali terkait sehingga sering dianggap
mempunyai arti yang sama. Proses solidifikasi/stabilisasi berdasarkan mekanismenya dapat
dibagi menjadi enam golongan, yaitu:
1. Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam limbah dibungkus
dalam matriks struktur yang besar
2. Microencapsulation, yaitu proses yang mirip macroencapsulation tetapi bahan
pencemar terbungkus secara fisik dalam struktur kristal pada tingkat mikroskopik
3. Precipitation
4. Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara elektrokimia pada bahan
pemadat melalui mekanisme adsorpsi.
5. Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan menyerapkannya ke bahan
padat
6. Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi senyawa lain
yang tingkat toksisitasnya lebih rendah atau bahkan hilang sama sekali
Teknologi solidikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen, kapur (CaOH2), dan
bahan termoplastik. Metoda yang diterapkan di lapangan ialah metoda in-drum mixing, in-
9. situ mixing, dan plant mixing. Peraturan mengenai solidifikasi/stabilitasi diatur oleh
BAPEDAL berdasarkanKep-03/BAPEDAL/09/1995 dan Kep-04/BAPEDAL/09/1995.
2.3.3. Incineration
Teknologi pembakaran (incineration ) adalah alternatif yang menarik dalam teknologi
pengolahan limbah. Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah hingga sekitar 90%
(volume) dan 75% (berat). Teknologi ini sebenarnya bukan solusi final dari sistem
pengolahan limbah padat karena pada dasarnya hanya memindahkan limbah dari bentuk
padat yang kasat mata ke bentuk gas yang tidak kasat mata. Proses insinerasi menghasilkan
energi dalam bentuk panas. Namun, insinerasi memiliki beberapa kelebihan di mana sebagian
besar dari komponen limbah B3 dapat dihancurkan dan limbah berkurang dengan cepat.
Selain itu, insinerasi memerlukan lahan yang relatif kecil.
Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi (heating value) limbah.
Selain menentukan kemampuan dalam mempertahankan berlangsungnya proses pembakaran,
heating value juga menentukan banyaknya energi yang dapat diperoleh dari sistem insinerasi.
Jenis insinerator yang paling umum diterapkan untuk membakar limbah padat B3 ialah rotary
kiln, multiple hearth, fluidized bed, open pit, single chamber, multiple chamber, aqueous
waste injection, dan starved air unit. Dari semua jenis insinerator tersebut, rotary
kiln mempunyai kelebihan karena alat tersebut dapat mengolah limbah padat, cair, dan gas
secara simultan
10. BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari berbagai uraian di atas dapat disimpulan sebagai berikut :
Dalam pengelolaan limbah B3, identifikasi dan karakteristik limbah B3 adalah hal yang
penting dan mendasar. Banyak hal yang yang sebelumnya perlu diketahui agar dalam
penanggulangan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun tersebut menjadi tepat dan
bukannya malah menambahkan masalah pada limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
tersebut
Pengaruh limbah B3 terhadap mahluk hidup, khususnya manusia terdiri atas 2 kategori
yaitu: (1) efek akut, dan (2) efek kronis. Efek akut dapat menimbulkan akibat berupa
kerusakan susunan syaraf, kerusakan sistem pencernaan, kerusakan sistem kardio
vasculer, kerusakan system pernafasan, kerusakan pada kulit, dan kematian. Sementara
itu, efek kronis dapat menimbulkan efek karsinogenik (pendorong terjadinya kanker), efek
mutagenik (pendorong mutasi sel tubuh), efek teratogenik (pendorong terjadinya cacat
bawaan), dan kerusakan sistem reproduksi.
Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode yang paling
populer di antaranya ialah chemical conditioning, solidification/Stabilization,
danincineration.
3.2. Saran
Mengingat penjelasan-penjelasan dalam makalah diatas sangat jauh dari kesempurnaan,
karena masih banyaknya kekurangan dan kurang merinci dan lengkapnya materi yang dikutip
atau disampaikan. Maka untuk masa-masa yang akan datang semoga makalah ini dapat lebih
disempurnakan, dan lebih mendalami serta memperinci materi-materinya lagi,sehingga
makalah ini dapat disajikan dengan lebih baik lagi.
11. Dan dari segi materi, berhubung penulis mengambil tema yaitu B3 atau Bahan Berbahaya dan
Beracun,maka selaku penulis berharap agar penanganan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun tersebut jangan dijadikan masalah yang sepele, namun hal tersebut tentunya dapat
menjadi perhatian kita bersama,bukan hanya pemerintah ,tetapi kita semua, karena apabila
dampak dari limbah B3 tersebut telah menyebar luas, maka bukan hanya satu ataupun dua
orang yang akan menerima akibatnya, tetapi juga akan berpengaruh terhadap orang banyak
termasuk mungkin diri kita sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Doni. 2010. Dampak Limbah B3. http://donymei.blogspot.com/2010/09/dampak-limbahb3.html. Diakses pada tanggal 5 Juni 2012
Muallif, Fachrozi. 2010. Mengenal Limbah Radioaktif. http://mualliffachrozi.
blogspot.com/2010/02/mengen-al-limbah-radioaktif-dalam.html. Diakses pada tanggal 5 Juni
2012
Siahaan, N.H.T., Ekologi Pembangunan dan Hukum Tata Lingkungan, Jakarta:
ErlanggaSoemartono, R.M. 2009. Sistem PengelolaanLimbah B3 di
Indonesia.http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuB3/B3.html. Diakses pada tanggal 4
Juni 2012
http://id.wikipedia.org/wiki/Limbah_radioaktif