Siswa kelas 6 SD Ciputra Surabaya melakukan berbagai upaya untuk melestarikan warisan budaya Kota Surabaya, seperti menulis cerita rakyat dalam bahasa Inggris, mendesain baju batik dan mug dengan tema sejarah kota, mementaskan lakon ludruk, serta meneliti sistem sosial masyarakat multi etnik di kota tersebut. Proyek ini bertujuan meningkatkan pemahaman akan pentingnya melestarikan
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Let's preserve Surabaya
1. Let’s Preserve Surabaya,Rek!
Oleh Primma Russanti
Guru SD Ciputra Surabaya
Surabaya sebagai salah satu kota metropolis sebenarnya memiliki akar budaya dan
sejarah panjang sejak kota ini berdiri. Warisan budaya yang secara fisik dapat dilihat,
seperti gedung bersejarah, etnis, alam lingkungan, senirupa, tempat ibadah, seni
pertunjukan, makanan tradisional, maupun secara fisik tidak terlihat tetapi eksistensinya
ada seperti sistem sosial, bahasa, norma, perilaku, karakter masyarakat, emosi, ekspresi
dan lain-lain, menjadi identitas khas Kota Surabaya, yang membedakannya dengan kota
lain di Indonesia.
Seiring dengan perkembangan jaman, warisan budaya Surabaya terkikis oleh banyak hal,
seperti ekonomi dan gaya hidup. Sebagai contoh banyak gedung bersejarah yang hilang
begitu saja dan telah berubah menjadi mall. Kesenian ludruk yang dulu pernah menjadi
primadona, kini nyaris tidak terdengar gaungnya dan tidak dikenali oleh generasi muda.
Bahasa Jawa dengan dialek Suroboyoan yang terdapat dalam ‘parikan’ atau sejenis pantun
khas Surabaya, maknanya tak dikenali lagi dan tidak ada pembaharuan. Bahkan sebagian
masyarakat berasumsi bahwa tidak ada gunanya mempertahankan gedung tua-tua karena
tidak komersial lagi. Bahkan biaya operasionalnya pun mahal. Jalur Kalimas yang dulu
menjadi andalan ekonomi pada masa penjajahan, kini tampak kumuh. Seandainya ditata
kembali, setidaknya mengecat kembali gedung-gedung tua di sepanjang Kalimas, maka
akan menjadi tempat wisata bersejarah yang tentu saja akan mendatangkan keuntungan
bagi masyarakat dan pemerintah.
Belajar dari pengelolaan warisan budaya dan tradisi dari negara lain, seperti Malaysia dan
Singapura, secara umum warga Surabaya belum melakukan hal maksimal untuk
melestarikannya. Berkaca dari keprihatinan tersebut di atas, siswa kelas 6 SD Ciputra
Surabaya melakukan usaha-usaha untuk melestarikan warisan budaya Surabaya agar
tetap terjaga sehingga masyarakat Surabaya tetap memiliki identitas kota.
Dengan mengusung tema besar “Preserving our cultural heritage provides ways of
appreciating and taking shared responsibilities as part of the society ” (Melestarikan
warisan budaya merupakan cara untuk menghargai dan berbagi tanggung jawab kita
sebagai bagian dari masyarakat), siswa siswa kelas 6 membuat tugas akhir berupa
tindakan-tindakan nyata untuk melestarikan warisan budaya Surabaya. Proses belajar
selama hampir tiga bulan melalui riset di internet, mendatangkan nara sumber direktur
Surabaya Heritage, yaitu Bp. Freddy H. Istanto dan penulis beberapa buku riwayat
Surabaya , yaitu Bp. Dukut Imam Widodo, wawancara tokoh masyarakat dan tokoh seni
budaya, mendatangi komunitas masyarakat keturunan Cina dan Arab, mendatangi dan
menyantap hidangan tradisional asli Surabaya yang terkenal, mendatangi sekolah
kesenian dan kantor pejabat terkait dan lain-lain. Semua itu dilakukan oleh siswa sendiri
2. sebagai upaya mendapatkan data akurat tentang warisan budaya. Tidak hanya itu, mereka
juga mendatangi wilayah ekowisata Mangrove dan belajar pada Ibu Lulut, salah satu
pemerhati Mangrove dan membudayakan batik Magrove. Bahkan mereka juga menemui
Cak Kartolo, salah satu tokoh kesenian Surabaya untuk mendapatkan data akurat tentang
ludruk dan permasalahannya. Semua ini adalah cara belajar inquiry, singkatnya belajar
menemukan permasalahan dan mencari jawabannya sendiri melalui berbagai sumber
belajar.
Pada hari Sabtu, 9 Maret 2013 bertempat di Sekolah Ciputra, siswa-siswa memamerkan
hasil karyanya sebagai bentuk tindakan nyata menyelamatkan
warisan budaya Surabaya. Pameran dengan istilah PYP
Exhibition ini adalah saat di mana setiap kelompok
mempresentasikan hasil karyanya kepada para tamu dan
orangtua. Mereka menjelaskan alasan pentingnya melakukan
pelestarian dan bagaimana proyek atau aksi pelestarian tersebut
dapat membantu melestarikan budaya Surabaya secara umum.
Adapun usaha atau aksi mereka cukup variatif. Sebagai contoh, menulis
cerita tentang Surabaya dalam 2 bahasa. Isunya cerita rakyat asli Surabaya
kurang dikenal oleh generasi muda , padahal banyak sekali cerita rakyat,
legenda, dan mitos yang menjadi warisan budaya Surabaya. Pesannya, cerita
rakyat asli Surabaya akan go International kalau ditulis dalam bahasa
Inggris karena seluruh dunia akan dapat membacanya.
Selain itu ada pula yang mendesain baju batik. Mencintai warisan budaya Surabaya
dengan cita rasa masa kini, begitulah kira-kira pesan yang disampaikan siswa akelas 6 SD
Ciputra dengan mendesain 3 macam baju untuk acara casual, party, dan seragam. Semua
menggunakan kain batik Mangrove. Mangrove merupakan bagian dari warisan budaya
alam yang sejak lama mangrove tumbuh di Surabaya. Murid-murid tersebut belajar
langsung dari perajinnya.
Mendesain mug dan pin juga wujud dari cara melestarikan warisan budaya Surabaya
yang didesain oleh siswa kelas 6 SD Ciputra. Ini merupakan salah satu 'action' mereka
untuk mencintai kotanya. Desain mug dan pin ini idenya berasal dari tempat bersejarah
yaitu Kya-Kya dan mural di tembok belakang penjara Kalisosok.
Berangkat dari keprihatinan semakin tenggelamnya Ludruk sebagai
warisan seni Surabaya yang dulu pernah mengalami jaman
keemasan, siswa kelas 6 SD Ciputra ini mementaskan lakon Sarip
Tambak Oso. Pementasan ludruk ala kemasasan masa kini ini
sangat menarik perhatian karena mereka menyampaikannya dengan
bahasa 'Suroboyoan".
Ada pula grup yang menyelidiki sistem sosial dalam masyarakat multi etnik di Surabaya.
Mereka melakukan riset tentang bagaimana masyarakat yang berbeda etnik dan agama
3. dapat hidup rukun di Surabaya. Dan hasil riset tadi di sampaikan dalam bentuk
konferensi mini dengan mengundang berbagai sekolah yang berlatar belakang beda.
Yang tak kalah menarik adalah kelompok kuliner. Salah satunya adalam mengangkat
Semanggi Suroboyo dengan penyajian ala internasional. Ini adalah upaya menaikkan
derajat makanan tradisional semanggi suroboyo menjadi makanan yang bisa disantap oleh
para ekspatriat yang tinggal di Surabaya.
Sekolompok siswa yang mencintai bahasa Suroboyoan membuat kamus bahasa
Suroboyoan dengan terjemahan bahasa Inggris. Mereka menuangkan kata-kata
Suroboyoan dalam kaos sehingga unik dan mudah diingat bagi siapapun pemakainya.
Pada dasarnya usaha pelestarian warisan budaya adalah tanggung jawab masyarakat
setempat dan pemerintah. Tetapi apabila masyarakat tidak paham pentingnya melakukan
itu, maka lama-kelaman semua warisan budaya tadi akan hilang dan tidak ada jejaknya.
Maka kota pun tidak punya akar dan identitas lagi. Bagaimana pun juga warisan budaya
itu sebenarnya dapat memberikan kita pengetahuan dan kejayaan masa lalu, yang
sebenarnya nilai-nilainya masih berguna sampai sekarang. Bahkan bila ada kesalahan di
masa lalu pun, kita dapat bercermin dari hal tersebut dan ke depannya untuk tidak
melakukan kesalahan serupa. Semua usaha pelestarian warisanbudaya dapat ditanamkan
sejak dini, seperti yang dilakukan oleh siswa-siswa kelas 6 SD Ciputra, Surabaya. Mereka
adalah generasi muda yang kelak akan meneruskan dan membangun kota Surabaya. Nilai-
nilai warisan budaya itulah yang menjadi bekal mereka untuk membangun kota Surabaya
di masa depan.
Blog : http://primmarussanti.weebly.com/artikel-pedidikan.html
Foto oleh Yan Yulius