Laporan Fisologi Tumbuhan X Pengaruh AIA Terhadap Proses Absisi Daun Coleus sp.UNESA
Hormon tanaman adalah suatu senyawa organik yang disintesis dalam suatu bagian tanaman dan kemudian diangkut ke bagian tanaman yang lain. Hormon harus ditranslokasikan di dalam tubuh tanaman. Auksin yang ditemukan oleh went, sekarang dikenal sebagai asam indol-asetat (indole 3-asetic acid, disingkat IAA). Beberapa ahli yakin bahwa hormon auksin yang sebenarnya, atau IAA diidentikkan dengan auksin. Walaupun demikian, tanaman mengandung 2 senyawa lain yang pengaruhnya terhadap tanaman sama dengan IAA dan selayaknya juga digolongkan sebagai auksin. Berbeda dengan pergerakan gula, ion, dan bahan terlarut lainnya. IAA biasanya tidak diangkut melalui pembuluh floem dan tidak juga melalui xylem. IAA diangkut melalui saluran pembuluh jika diaplikasikan pada permukaan daun yang cukup dewasa yang telah mengekspor gula, tetapi pengangkutan IAA secara normal dalam batang dan tangkai daun adalah dari daun muda dan melalui sel-sel hidup lainnya termasuk floem parenkim dan sel-sel parenkima yang mengelilingi jaringan pembuluh (Lakitan, 1996).
Hormon auksin diproduksi secara endogen pada bagian pucuk tanaman. Dominasi apikal biasanya ditandai dengan pertumbuhan vegetatif tanaman seperti, pertumbuhan akar, batang dan daun. Dominasi apikal dapat dikurangi dengan mendorong bagian pucuk tumbuhan sehingga produksi auksin yang disintesis pada pucuk akan terhambat bahkan terhenti. Hal ini akan mendorong pertumbuhan tunas lateral (ketiak daun) (Hopkins, 1995). Auksin yang terhenti dapat digantikan dengan beberapa jenis hormon IAA yang berfungsi dengan Lanolin untuk mengetahui pertumbuhan lateralnya (Paponov et al., 2008).
Kesimpulan
Absisi daun pada daun yang diberi lanolin + AIA lebih lambat dibandingkan dengan absisi daun yang diolesi lanolin saja. Pengaruh AIA terhadap proses absisi daun yang menghambat proses absisi daun. Juga semakin bawah letak daun maka semakin cepat pula proses absisi daunnya.
Kesimpulan
Absisi daun pada daun yang diberi lanolin + AIA l
Laporan Fisiologi Tumbuhan VI Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Keca...UNESA
Senyawa organik menyimpan energi dalam susunan atomnya. Dengan bantuan enzim, sel secara sistematik merombak molekul organik kompleks yang kaya akan energi potensial menjadi produk limbah yang berenergi lebih rendah. Sebagian energi yang diambil dari simpanan kimiawi dapat digunakan untuk melakukan kerja; sisanya dilepas sebagai panas. Jalur metabolisme yang melepaskan energi simpanan dengan cara memecah molekul kompleks disebut jalur katabolik. Suatu proses katabolik, fermentasi, merupakan perombakan parsial gula yang terjadi tanpa bantuan oksigen. Akan tetapi, jalur katabolik yang paling umum dan paling efisien ialah respirasi seluler, di mana oksigen dikonsumsi sebagai reaktan bersama-sama dengan bahan bakar organik.
Dalam sel eukariotik, mitokondria mewadahi sebagian besar perlengkapan metabolik yang digunakan untuk respirasi seluler. Walau sangat berbeda mekanismenya, respirasi pada prisipnya serupa dengan pembakaran bensin dalam mesin mobil setelah oksigen dicampiur dengan bahan bakar (hidrokarbon). Makanan merupakan bahan bakar untuk respirasi, dan buangannya adalah karbon dioksida dan air (Campbell dkk., 2002: 159).
Proses keseluruhan dapat dirangkum sebagai berikut:
C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O + ATP
glukosa oksigen karbon dioksida air energi
Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah didapatkan, semakin rendah suhu, maka semakin lambat laju respirasi, begitu pula dengan semakin tinggi suhu maka semakin cepat cepat laju respirasi.
Laporan Fisiologi Tumbuhan VII Pengaruh Perendaman Biji Timun Dalam Air Terha...UNESA
Perkecambahan (germinasi) merupakan suatu proses keluarnya bakal tanaman (tunas) dari lembaga yang disertai dengan terjadinya mobilisasi cadangan makanan dari jaringan penyimpanan atau keping biji ke bagian vegetatif (sumbu pertumbuhan embrio atau lembaga). Proses perkecambahan dipengaruhi oleh kondisi tempat dikecambahkan. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh adalah: air, gas, suhu, dan cahaya. Temperatur optimum untuk perkecambahan adalah 34°C (Astawan, 2009).
Benih yang tak diberi perlakuan akan berkecambah dalam waktu 4 bulan. Penempatan benih dalam media yang lembap dan di bawah sinar matahari yang hangat dapat mempercepat proses perkecambahan. Pemecahan kulit biji dan merendamnya semalaman dalam air mungkin juga mempercepat perkecambahan (Krisnawati, dkk., 2011).
Sutopo, (2002) menyatakan bahwa perendaman dalam air dapat memudahkan penyerapan air oleh benih, sehingga kulit benih menjadi lisis dan lemah, selain itu juga dapat digunakan untuk pencucian benih sehingga benih terbebas dari patogen yang menghambat perkecambahan benih. Untuk mempertahankan daya perkecambahan yang tinggi, biji yang kurang baik kualitasnya biasanya direndam dalam air (Elevitch dan Manner, 2006).
Permulaan fase perkecambahan ini ditandai dengan penghisapan air atau imbibisi. Imbibisi adalah peristiwa penyerapan air oleh permukaan zat-zat yang hidrofilik, yang menyebabkan zat tersebut mengembang setelah menyerap air. Kata imbibisi berasal dari kata Latin imbibere yang berarti “menyelundup”. Proses imbibisi yang terjadi pada biji berguna untuk melunakkan kulit biji dan menyebabkan pengembangan embrio dan endosperma. Hal ini menyebabkan pecah atau robeknya kulit biji. Selain itu, air memberikan fasilitas untuk masuknya oksigen ke dalam biji. Dinding sel yang kering hampir tidak permeabel untuk gas, tetapi apabila dinding sel mengalami imbibisi, maka gas akan masuk ke dalam sel secara difusi. Apabila dinding sel kulit biji dan embrio menyerap air, maka suplai oksigen meningkat kepada sel-sel hidup sehingga memungkinkan lebih aktifnya pernafasan. Sehingga di dalam proses imbibisi ditimbulkan panas. Sebaliknya CO2 yang dihasilkan oleh pernapasan tersebut lebih mudah keluar secara difusi. Peristiwa imbibisi pada hakekatnya tidak lain adalah suatu proses difusi. Sel-sel biji kering mempunyai nilai osmosis tinggi, sehingga molekul-molekul air berdifusi ke dalam sel biji kering. Peristiwa imbibisi juga hekekatnya adalah peristiwa osmosis. Dinding sel-sel kulit biji kering adalah permeabel untuk molekul-molekul air. Sehingga molekul air dengan mudahnya melewati pori yang ada pada dinding sel tersebut (Advinda, 2018).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah didapatkan, semakin lama perendaman pada biji timun (Cucumis sativus) maka semakin cepat pula perkecambahan bijinya.
Laporan Fisiologi Tumbuhan IX Dormansi Biji Sirsak (Annona muricata L.)UNESA
Kemampuan bertunas berhenti saat biji mengalami dormansi. Dormansi terjadi segera setelah pemanenan atau saat kondisi lingkungannya tidak mendukung pada periode akhir pertumbuhannya. Fase awal dormansi ini merupakan titik awal proses pematangan fisiologis, seringkali disebut sebagai ‘wilting point’. Periode dormansi dapat didefinisikan sebagai periode menurunnya aktivitas metabolisme endogeneous dimana biji tidak menunjukkan pertumbuhan tunas di dalam atau di luar, walaupun komoditas tetap mempertahankan potensi pertumbuhannya pada masa berikutnya saat kondisi memungkinkan. Kemampuan dormansi ini merupakan karakteristik yang membedakan antar spesies dan varietas. Periode ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu suhu, kelembaban, oksigen dan CO2, komposisi atmosfir ruang penyimpanan serta ada atau tidaknya luka karena kerusakan fisik atau penyakit (Estiasih, dkk., 2017).
Dormansi merupakan masa istirahat biji sehingga proses perkecambahan tidak dapat terjadi yang disebabkan adanya pengaruh dari dalam biji (Salisbury dan Ross, 1995). Dormansi benih mengakibatkan benih menjadi sulit berkecambah. Hal ini dapat disebabkan oleh sifat atau tekstur kulit biji yang keras (Mulyana dan Asmarahman, 2012).
Bila penyebab terjadinya dormansi adalah embrio benih disebut dormansi fisiologi, sedangkan bila penyebabnya kulit benih disebut dormansi fisik. Penyebab dormansi fisik dan dormansi fisiologi dapat dijumpai pada berbagai spesies, tetapi ada spesies yang mempunyai dormansi ganda. Dari semua perlakuan pematahan dormansi secara fisik yang dicoba ternyata skarifikasi (dengan kertas amplas) adalah cara yang cocok untuk mematahkan dormansi benih aren, sebab mampu mempercepat proses perkecambahan (43 hari setelah ditanam) dan mempunyai daya berkecambah yang tinggi yaitu 79,41 % (Hartawan, 2016).
Umumnya perlakuan pematahan dormansi diberikan secara fisik, seperti skarifikasi mekanik dan kimiawi. Skarifikasi mekanik meliputi pengamplasan, pengikiran, pemotongan dan penusukan bagian tertentu pada benih. Kimiawi biasanya dilakukan dengan menggunakan air panas dan bahan-bahan kimia seperti asam kuat (H2SO4 dan HCl), alkohol dan H2O2 yang bertujuan untuk merusak atau melunakkan kulit benih (Kartika, et al., 2015).
Kesimpulan
Proses dormansi biji sirsak cepat tumbuh pada biji yang diamplas, dibandingkan dengan biji yang direndam H2SO4 dan dicuci air.
Laporan Fisiologi Tumbuhan VIII Pengaruh Hormon Auksin Terhadap Pemanjangan J...UNESA
Istilah auksin (auxin) sebetulnya digunakan untuk menjelaskan segala jenis bahan kimia yang membantu proses pemanjangan koleoptil, meskipun auksin memiliki banyak fungsi baik pada monokotil maupun pada dikotil. Auksin alamiah yang diekstraksi dari tumbuhan merupakan suatu senyawa yang dinamai asam indolasetat (indolasetic acid, IAA). Selain auksin alamiah ini, beberapa senyawa sintetik memiliki aktivitas auksin. Meskipun auksin mempengaruhi beberapa aspek perkembangan tumbuhan, salah satu fungsinya yang paling penting adalah merangsang pemanjangan sel pada tunas muda yang sedang berkembang. Meristem apikal suatu tunas merupakan tempat utama sintesis auksin. Karena auksin dari apeks tunas begerak turun ke daerah pemanjangan sel, hormon akan merangsang pertumbuhan sel-sel tersebut (Campbell dkk., 2002).
Auksin merupakan hormon pertumbuhan tanaman yang ditemukan pertama kali, dimana hormon ini berperan dalam proses pemanjangan beberapa organ tumbuhan sebagai respon adanya ekspansi atau peluasan sel (Opik et al., 2005). Auksin alamiah yang ditemukan pada tanaman berupa asam indolasetat atau indolasetic acid (IAA). IAA merupakan salah satu hormon auksin yang paling aktif, dimana hormon ini dihasilkan dari metabolisme atau sintesis L-Tryptophan (Shahab et al., 2009). Auksin berperan dalam proses perkembangan tumbuhan pada tahapan lebih lanjut serta dapat merubah ekspresi gen dengan cepat sehingga menyebabkan sel-sel di daerah pemanjangan menghasilkan protein-protein baru dalam waktu singkat (Verheye, 2010).
Auksin alami yakni tanaman yang dapat memproduksi sendiri hormon auksin endogen. Auksin merupakan salah satu zat pengatur tumbuh tanaman, contohnya hormon IAA dan IBA. Zat pengatur tumbuh tanaman merupakan susunan organik berbeda dengan nutrient, dimana hormon dihasilkan oleh tanaman dalam konsentrasi yang bisa mengatur proses fisiologi tanaman yang aktivitasnya dapat merangsang atau mendorong pengembangan sel, auksin sudah tersedia secara alami pada tumbuhan (Patma dkk., 2013).
Auksin sintetik yakni hormon yang berasal dari luar tubuh tumbuhan (auksin eksogen) yakni buatan manusia. Salah satu jenis auksin sintetik yang dijual di pasaran adalah atonik. Atonik merupakan salah satu merk dagang yang mengandung pengatur tumbuh auksin yang dapat merangsang pertumbuhan akar dan dapat mempercepat perkecambahan benih. Antonik ini hanya efektif pada lama perendaman tertentu. Cara pemberian zat pengarur tumbuh dapat dalam bentuk pencelupan, perendaman, penyemprotan, pengolesan dan lain-lain (Kumianjani dkk., 2013).
Kesimpulan
Hormon NAA, AIA, 2,4 D berpengaruh dalam pertumbuhan panjang jaringan koleoptil dan jaringan radikula. Pertambahan panjang jaringan tertinggi terdapat pada hormon NAA jaringan koleoptil sebesar 7,6 mm dan jaringan radikula sebesar 1,8 mm. Pertambahan panjang jaringan terendah terdapat pada akuades yaitu jaringan koleoptil sebesar 0,4 mm dan jaringan radikula 1 mm.
Transpirasi adalah proses pengeluaran uap air yang telah dikumpulkan melalui daun. Meskipun uap dikembalikan dengan cara menyiraminya tapi bila sirkulasi udara di sekeliling tanaman tidak baik, tanaman akhirnya akan merana dan akhirnya akan mati. Transpirasi tanaman dapat menciptakan lingkungan di sekelilingnya menjadi lembap sebagai akibat penguapan dari permukaan daun. Air berasal dari tanah melalui batang dan dahan-dahan dan akhirnya menguap melalui daun (Luwiharto, 1918: 12).
Hara tanah yang diangkut tanaman oleh transpirasi melalui proses yang disebut 'active transport' yang lajunya tergantung pada konsentrasi unsur-unsur hara dalam tanah serta laju transpirasi tersebut. Di samping itu, laju fotosintesis tergantung pada pembukaan stomata tempat CO, masuk ke dalam daun sedangkan pembukaan stomata (stomata laperture) tergantung pada ketersediaan air dalam tanah (Handoko, 2008: 49).
Tumbuhan mempunyai kemampuan untuk mengatur transpirasinya, antara lain dengan menutup stomatanya, menggulung daunnya dan menggugurkan daunnya pada waktu musim kering. Tumbuhan yang tumbuh di daerah kering sering mempunyai adaptasi morfologis, misalnya lapisan kutikula yang tebal di permukaan daun, rambut yang menutupi permukaan daun dan batang serta reduksi permukaan. Dengan adaptasi fisiologis dan morfologis itu transpirasi tumbuhan di daerah yang kering lebih kecil daripada di daerah yang basah (Hardjono, 2012: 12).
Berdasarkan hasil yang telah didapatkan, intensitas cahaya mempengaruhi kecepatan transpirasi pada tanaman pacar air. Semakin tinggi intensitas cahaya, maka semakin cepat laju transpirasinya dan begitu juga sebaliknya. Semakin rendah intensitas cahaya, maka semakin lambat laju transpirasi pada pacar air.
Laporan Fisiologi Tumbuhan I Difusi dan Osmosis (Penentuan Tekanan Osmosis Ca...UNESA
Substansi seperti elektrolit, gas, dan nutrisi harus bergerak ke seluruh tubuh. Hal ini dapat dapat dilakukan dengan sistem traspor pasif atau aktif. Difusi dan osmosis merupakan contoh dari sistem transpor pasif (James, dkk., 2008: 27). Partikel berpindah karena energi kinetik yang dimilikinya. Hal ini penting untuk memungkinkan partikel menyebrangi membran sel. Tidak diperlukan energi tambahan untuk proses ini. Difusi adalah pengaliran larutan dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke daerah yang konsentrasinya rendah dan hasil akhir dari proses difusi adalah konsentrasi di kedua kompartemen manjadi sama. Larutan tersebut adalah zat-zat atau pertikel-partikel yang berada dalam cairan seperti glukosa, elektrolit, oksigen, dan lain-lain.
Sedangkan osmosis adalah gerakan air melewati membran semipermeabel dari area dengan konsentrasi zat terlarut rendah ke area dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi (Horne & Swearingen, 2001). Pada osmosis, biasnya perpindahan terjadi hanya satu arah karena yang bergerak adalah air. Tujuan osmosis adalah melarutkan zat terlarut (solute) sampai terjadi ekuilibrium pada kedua larutan, suhu larutan, muatan listrik solute dan perbedaan tekanan osmotik. Tekanan osmotik ini bergantung pada konsentrasi molekul di dalam larutan. Bila konsentrasi molekulnya tinggi, maka tekanan osmotik pada larutan tersebut tinggi sehingga air akan tertarik masuk ke dalam larutan tersebut. (Asmadi, 2008: 52-53). Tekanan osmotik dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
TO sel = 22,4.M.T
273
Dengan:
TO = Tekanan osmotik
M = Konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis
T = Temperatur mutlak (273 + t°C)
Kesimpulan
Semakin besar konsentrasi larutan sukrosa, semakin banyak prosentase sel yang terplasmolisis, pada konsentrasi sukrosa 0,14 M, prosentase sel yang terplasmolisis 45%, dimana mendekati 50%, dan nilai tekanan osmosis dari konsentrasi sukrosa 0,14 M adalah 3,48 atm.
Laporan Fisiologi Tumbuhan II Difusi dan Osmosis (Penentuan Potensial Air Jar...UNESA
Difusi adalah pergerakan molekul melintasi membran semipermiabel dari kompartemen berkonsentrasi tinggi menuju kompartemen berkonsentrasi rendah. Sedangkan osmosis adalah pergerakan cair solven (pelarut) murni (misalnya air) melintasi membran sel dari larutan berkonsentrasi tinggi (pekat) (Tamsuri, 2009: 3-4).
Osmosis sangat ditentukan oleh potensial air. Potensial air adalah energi yang dimiliki air untuk bergerak atau untuk mengadakan reaksi. Potensial air merupakan tingkat kemampuan molekul-molekul air untuk melakukan difusi. Potensial air dinyatakan sebagai nol, sehingga potensial air dari suatu larutan adalah kurang dari nol. Potensial air dapat dipengaruhi oleh tekanan, suhu, dan partikel-partikel bahan terlarut.
Dalam proses osmosis, potensial osmotik juga berperan penting. Potensial osmotik merupakan potensial yang disebabkan adanya materi yang terlarut. Kontribusi dari potensial air pada zat terlarut disebut dengan potensial osmotik, yang selalu bernilai negatif, karena air sebagai pelarut dalam larutan itu melakukan kerja kurang dari air murni.
Di dalam suatu sel, potensial air memiliki dua komponen, yaitu potensial tekanan dan potensial osmotik. Potensial tekanan dapat menambah atau mengurangi potensial air, sedangkan potensial osmotik menunjukkan status larutan di dalam sel tersebut. Dengan memasukkan suatu jaringan tumbuhan dalam seri larutan yang telah diketahui potensial airnya, maka potensial air jaringan tersebut dapat diketahui. Potensial tekanan air bernilai positif, negatif, bahkan nol. Tetapi secara umum, nilai potensial tekanan ini bernilai positif, karena setiap sel tumbuhan memiliki tekanan tugor (Advinda, 2018). Nilai potensial air jaringan tumbuhan pada umbi kentang dihitung dengan rumus:
PA = PO + PT → PT = 0
PA = PO → PO = -TO
PA = _ 22,4.M.T
273
Dengan:
TO = Tekanan osmotik
M = Konsentrasi larutan yang tidak menambah panjang umbi kentang
T = Temperatur mutlak (273 + t°C)
Kesimpulan
1. Semakin kecil konsentrasi sukrosa, semakin bertambah panjang jaringan tumbuhan pada umbi kentang
2. Konsentrasi larutan sukrosa 0 M dan 0,4 M tidak menyebabkan perubahan panjang irisan jaringan umbi kentang
3. Nilai potensial air jaringan tumbuhan dari konsentrasi larutan sukrosa 0 M adalah 0 atm, dan nilai potensial air dari konsentrasi larutan sukrosa 0,4 M adalah -9,94 atm
Laporan Fisologi Tumbuhan X Pengaruh AIA Terhadap Proses Absisi Daun Coleus sp.UNESA
Hormon tanaman adalah suatu senyawa organik yang disintesis dalam suatu bagian tanaman dan kemudian diangkut ke bagian tanaman yang lain. Hormon harus ditranslokasikan di dalam tubuh tanaman. Auksin yang ditemukan oleh went, sekarang dikenal sebagai asam indol-asetat (indole 3-asetic acid, disingkat IAA). Beberapa ahli yakin bahwa hormon auksin yang sebenarnya, atau IAA diidentikkan dengan auksin. Walaupun demikian, tanaman mengandung 2 senyawa lain yang pengaruhnya terhadap tanaman sama dengan IAA dan selayaknya juga digolongkan sebagai auksin. Berbeda dengan pergerakan gula, ion, dan bahan terlarut lainnya. IAA biasanya tidak diangkut melalui pembuluh floem dan tidak juga melalui xylem. IAA diangkut melalui saluran pembuluh jika diaplikasikan pada permukaan daun yang cukup dewasa yang telah mengekspor gula, tetapi pengangkutan IAA secara normal dalam batang dan tangkai daun adalah dari daun muda dan melalui sel-sel hidup lainnya termasuk floem parenkim dan sel-sel parenkima yang mengelilingi jaringan pembuluh (Lakitan, 1996).
Hormon auksin diproduksi secara endogen pada bagian pucuk tanaman. Dominasi apikal biasanya ditandai dengan pertumbuhan vegetatif tanaman seperti, pertumbuhan akar, batang dan daun. Dominasi apikal dapat dikurangi dengan mendorong bagian pucuk tumbuhan sehingga produksi auksin yang disintesis pada pucuk akan terhambat bahkan terhenti. Hal ini akan mendorong pertumbuhan tunas lateral (ketiak daun) (Hopkins, 1995). Auksin yang terhenti dapat digantikan dengan beberapa jenis hormon IAA yang berfungsi dengan Lanolin untuk mengetahui pertumbuhan lateralnya (Paponov et al., 2008).
Kesimpulan
Absisi daun pada daun yang diberi lanolin + AIA lebih lambat dibandingkan dengan absisi daun yang diolesi lanolin saja. Pengaruh AIA terhadap proses absisi daun yang menghambat proses absisi daun. Juga semakin bawah letak daun maka semakin cepat pula proses absisi daunnya.
Kesimpulan
Absisi daun pada daun yang diberi lanolin + AIA l
Laporan Fisiologi Tumbuhan VI Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Keca...UNESA
Senyawa organik menyimpan energi dalam susunan atomnya. Dengan bantuan enzim, sel secara sistematik merombak molekul organik kompleks yang kaya akan energi potensial menjadi produk limbah yang berenergi lebih rendah. Sebagian energi yang diambil dari simpanan kimiawi dapat digunakan untuk melakukan kerja; sisanya dilepas sebagai panas. Jalur metabolisme yang melepaskan energi simpanan dengan cara memecah molekul kompleks disebut jalur katabolik. Suatu proses katabolik, fermentasi, merupakan perombakan parsial gula yang terjadi tanpa bantuan oksigen. Akan tetapi, jalur katabolik yang paling umum dan paling efisien ialah respirasi seluler, di mana oksigen dikonsumsi sebagai reaktan bersama-sama dengan bahan bakar organik.
Dalam sel eukariotik, mitokondria mewadahi sebagian besar perlengkapan metabolik yang digunakan untuk respirasi seluler. Walau sangat berbeda mekanismenya, respirasi pada prisipnya serupa dengan pembakaran bensin dalam mesin mobil setelah oksigen dicampiur dengan bahan bakar (hidrokarbon). Makanan merupakan bahan bakar untuk respirasi, dan buangannya adalah karbon dioksida dan air (Campbell dkk., 2002: 159).
Proses keseluruhan dapat dirangkum sebagai berikut:
C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O + ATP
glukosa oksigen karbon dioksida air energi
Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah didapatkan, semakin rendah suhu, maka semakin lambat laju respirasi, begitu pula dengan semakin tinggi suhu maka semakin cepat cepat laju respirasi.
Laporan Fisiologi Tumbuhan VII Pengaruh Perendaman Biji Timun Dalam Air Terha...UNESA
Perkecambahan (germinasi) merupakan suatu proses keluarnya bakal tanaman (tunas) dari lembaga yang disertai dengan terjadinya mobilisasi cadangan makanan dari jaringan penyimpanan atau keping biji ke bagian vegetatif (sumbu pertumbuhan embrio atau lembaga). Proses perkecambahan dipengaruhi oleh kondisi tempat dikecambahkan. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh adalah: air, gas, suhu, dan cahaya. Temperatur optimum untuk perkecambahan adalah 34°C (Astawan, 2009).
Benih yang tak diberi perlakuan akan berkecambah dalam waktu 4 bulan. Penempatan benih dalam media yang lembap dan di bawah sinar matahari yang hangat dapat mempercepat proses perkecambahan. Pemecahan kulit biji dan merendamnya semalaman dalam air mungkin juga mempercepat perkecambahan (Krisnawati, dkk., 2011).
Sutopo, (2002) menyatakan bahwa perendaman dalam air dapat memudahkan penyerapan air oleh benih, sehingga kulit benih menjadi lisis dan lemah, selain itu juga dapat digunakan untuk pencucian benih sehingga benih terbebas dari patogen yang menghambat perkecambahan benih. Untuk mempertahankan daya perkecambahan yang tinggi, biji yang kurang baik kualitasnya biasanya direndam dalam air (Elevitch dan Manner, 2006).
Permulaan fase perkecambahan ini ditandai dengan penghisapan air atau imbibisi. Imbibisi adalah peristiwa penyerapan air oleh permukaan zat-zat yang hidrofilik, yang menyebabkan zat tersebut mengembang setelah menyerap air. Kata imbibisi berasal dari kata Latin imbibere yang berarti “menyelundup”. Proses imbibisi yang terjadi pada biji berguna untuk melunakkan kulit biji dan menyebabkan pengembangan embrio dan endosperma. Hal ini menyebabkan pecah atau robeknya kulit biji. Selain itu, air memberikan fasilitas untuk masuknya oksigen ke dalam biji. Dinding sel yang kering hampir tidak permeabel untuk gas, tetapi apabila dinding sel mengalami imbibisi, maka gas akan masuk ke dalam sel secara difusi. Apabila dinding sel kulit biji dan embrio menyerap air, maka suplai oksigen meningkat kepada sel-sel hidup sehingga memungkinkan lebih aktifnya pernafasan. Sehingga di dalam proses imbibisi ditimbulkan panas. Sebaliknya CO2 yang dihasilkan oleh pernapasan tersebut lebih mudah keluar secara difusi. Peristiwa imbibisi pada hakekatnya tidak lain adalah suatu proses difusi. Sel-sel biji kering mempunyai nilai osmosis tinggi, sehingga molekul-molekul air berdifusi ke dalam sel biji kering. Peristiwa imbibisi juga hekekatnya adalah peristiwa osmosis. Dinding sel-sel kulit biji kering adalah permeabel untuk molekul-molekul air. Sehingga molekul air dengan mudahnya melewati pori yang ada pada dinding sel tersebut (Advinda, 2018).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah didapatkan, semakin lama perendaman pada biji timun (Cucumis sativus) maka semakin cepat pula perkecambahan bijinya.
Laporan Fisiologi Tumbuhan IX Dormansi Biji Sirsak (Annona muricata L.)UNESA
Kemampuan bertunas berhenti saat biji mengalami dormansi. Dormansi terjadi segera setelah pemanenan atau saat kondisi lingkungannya tidak mendukung pada periode akhir pertumbuhannya. Fase awal dormansi ini merupakan titik awal proses pematangan fisiologis, seringkali disebut sebagai ‘wilting point’. Periode dormansi dapat didefinisikan sebagai periode menurunnya aktivitas metabolisme endogeneous dimana biji tidak menunjukkan pertumbuhan tunas di dalam atau di luar, walaupun komoditas tetap mempertahankan potensi pertumbuhannya pada masa berikutnya saat kondisi memungkinkan. Kemampuan dormansi ini merupakan karakteristik yang membedakan antar spesies dan varietas. Periode ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu suhu, kelembaban, oksigen dan CO2, komposisi atmosfir ruang penyimpanan serta ada atau tidaknya luka karena kerusakan fisik atau penyakit (Estiasih, dkk., 2017).
Dormansi merupakan masa istirahat biji sehingga proses perkecambahan tidak dapat terjadi yang disebabkan adanya pengaruh dari dalam biji (Salisbury dan Ross, 1995). Dormansi benih mengakibatkan benih menjadi sulit berkecambah. Hal ini dapat disebabkan oleh sifat atau tekstur kulit biji yang keras (Mulyana dan Asmarahman, 2012).
Bila penyebab terjadinya dormansi adalah embrio benih disebut dormansi fisiologi, sedangkan bila penyebabnya kulit benih disebut dormansi fisik. Penyebab dormansi fisik dan dormansi fisiologi dapat dijumpai pada berbagai spesies, tetapi ada spesies yang mempunyai dormansi ganda. Dari semua perlakuan pematahan dormansi secara fisik yang dicoba ternyata skarifikasi (dengan kertas amplas) adalah cara yang cocok untuk mematahkan dormansi benih aren, sebab mampu mempercepat proses perkecambahan (43 hari setelah ditanam) dan mempunyai daya berkecambah yang tinggi yaitu 79,41 % (Hartawan, 2016).
Umumnya perlakuan pematahan dormansi diberikan secara fisik, seperti skarifikasi mekanik dan kimiawi. Skarifikasi mekanik meliputi pengamplasan, pengikiran, pemotongan dan penusukan bagian tertentu pada benih. Kimiawi biasanya dilakukan dengan menggunakan air panas dan bahan-bahan kimia seperti asam kuat (H2SO4 dan HCl), alkohol dan H2O2 yang bertujuan untuk merusak atau melunakkan kulit benih (Kartika, et al., 2015).
Kesimpulan
Proses dormansi biji sirsak cepat tumbuh pada biji yang diamplas, dibandingkan dengan biji yang direndam H2SO4 dan dicuci air.
Laporan Fisiologi Tumbuhan VIII Pengaruh Hormon Auksin Terhadap Pemanjangan J...UNESA
Istilah auksin (auxin) sebetulnya digunakan untuk menjelaskan segala jenis bahan kimia yang membantu proses pemanjangan koleoptil, meskipun auksin memiliki banyak fungsi baik pada monokotil maupun pada dikotil. Auksin alamiah yang diekstraksi dari tumbuhan merupakan suatu senyawa yang dinamai asam indolasetat (indolasetic acid, IAA). Selain auksin alamiah ini, beberapa senyawa sintetik memiliki aktivitas auksin. Meskipun auksin mempengaruhi beberapa aspek perkembangan tumbuhan, salah satu fungsinya yang paling penting adalah merangsang pemanjangan sel pada tunas muda yang sedang berkembang. Meristem apikal suatu tunas merupakan tempat utama sintesis auksin. Karena auksin dari apeks tunas begerak turun ke daerah pemanjangan sel, hormon akan merangsang pertumbuhan sel-sel tersebut (Campbell dkk., 2002).
Auksin merupakan hormon pertumbuhan tanaman yang ditemukan pertama kali, dimana hormon ini berperan dalam proses pemanjangan beberapa organ tumbuhan sebagai respon adanya ekspansi atau peluasan sel (Opik et al., 2005). Auksin alamiah yang ditemukan pada tanaman berupa asam indolasetat atau indolasetic acid (IAA). IAA merupakan salah satu hormon auksin yang paling aktif, dimana hormon ini dihasilkan dari metabolisme atau sintesis L-Tryptophan (Shahab et al., 2009). Auksin berperan dalam proses perkembangan tumbuhan pada tahapan lebih lanjut serta dapat merubah ekspresi gen dengan cepat sehingga menyebabkan sel-sel di daerah pemanjangan menghasilkan protein-protein baru dalam waktu singkat (Verheye, 2010).
Auksin alami yakni tanaman yang dapat memproduksi sendiri hormon auksin endogen. Auksin merupakan salah satu zat pengatur tumbuh tanaman, contohnya hormon IAA dan IBA. Zat pengatur tumbuh tanaman merupakan susunan organik berbeda dengan nutrient, dimana hormon dihasilkan oleh tanaman dalam konsentrasi yang bisa mengatur proses fisiologi tanaman yang aktivitasnya dapat merangsang atau mendorong pengembangan sel, auksin sudah tersedia secara alami pada tumbuhan (Patma dkk., 2013).
Auksin sintetik yakni hormon yang berasal dari luar tubuh tumbuhan (auksin eksogen) yakni buatan manusia. Salah satu jenis auksin sintetik yang dijual di pasaran adalah atonik. Atonik merupakan salah satu merk dagang yang mengandung pengatur tumbuh auksin yang dapat merangsang pertumbuhan akar dan dapat mempercepat perkecambahan benih. Antonik ini hanya efektif pada lama perendaman tertentu. Cara pemberian zat pengarur tumbuh dapat dalam bentuk pencelupan, perendaman, penyemprotan, pengolesan dan lain-lain (Kumianjani dkk., 2013).
Kesimpulan
Hormon NAA, AIA, 2,4 D berpengaruh dalam pertumbuhan panjang jaringan koleoptil dan jaringan radikula. Pertambahan panjang jaringan tertinggi terdapat pada hormon NAA jaringan koleoptil sebesar 7,6 mm dan jaringan radikula sebesar 1,8 mm. Pertambahan panjang jaringan terendah terdapat pada akuades yaitu jaringan koleoptil sebesar 0,4 mm dan jaringan radikula 1 mm.
Transpirasi adalah proses pengeluaran uap air yang telah dikumpulkan melalui daun. Meskipun uap dikembalikan dengan cara menyiraminya tapi bila sirkulasi udara di sekeliling tanaman tidak baik, tanaman akhirnya akan merana dan akhirnya akan mati. Transpirasi tanaman dapat menciptakan lingkungan di sekelilingnya menjadi lembap sebagai akibat penguapan dari permukaan daun. Air berasal dari tanah melalui batang dan dahan-dahan dan akhirnya menguap melalui daun (Luwiharto, 1918: 12).
Hara tanah yang diangkut tanaman oleh transpirasi melalui proses yang disebut 'active transport' yang lajunya tergantung pada konsentrasi unsur-unsur hara dalam tanah serta laju transpirasi tersebut. Di samping itu, laju fotosintesis tergantung pada pembukaan stomata tempat CO, masuk ke dalam daun sedangkan pembukaan stomata (stomata laperture) tergantung pada ketersediaan air dalam tanah (Handoko, 2008: 49).
Tumbuhan mempunyai kemampuan untuk mengatur transpirasinya, antara lain dengan menutup stomatanya, menggulung daunnya dan menggugurkan daunnya pada waktu musim kering. Tumbuhan yang tumbuh di daerah kering sering mempunyai adaptasi morfologis, misalnya lapisan kutikula yang tebal di permukaan daun, rambut yang menutupi permukaan daun dan batang serta reduksi permukaan. Dengan adaptasi fisiologis dan morfologis itu transpirasi tumbuhan di daerah yang kering lebih kecil daripada di daerah yang basah (Hardjono, 2012: 12).
Berdasarkan hasil yang telah didapatkan, intensitas cahaya mempengaruhi kecepatan transpirasi pada tanaman pacar air. Semakin tinggi intensitas cahaya, maka semakin cepat laju transpirasinya dan begitu juga sebaliknya. Semakin rendah intensitas cahaya, maka semakin lambat laju transpirasi pada pacar air.
Laporan Fisiologi Tumbuhan I Difusi dan Osmosis (Penentuan Tekanan Osmosis Ca...UNESA
Substansi seperti elektrolit, gas, dan nutrisi harus bergerak ke seluruh tubuh. Hal ini dapat dapat dilakukan dengan sistem traspor pasif atau aktif. Difusi dan osmosis merupakan contoh dari sistem transpor pasif (James, dkk., 2008: 27). Partikel berpindah karena energi kinetik yang dimilikinya. Hal ini penting untuk memungkinkan partikel menyebrangi membran sel. Tidak diperlukan energi tambahan untuk proses ini. Difusi adalah pengaliran larutan dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke daerah yang konsentrasinya rendah dan hasil akhir dari proses difusi adalah konsentrasi di kedua kompartemen manjadi sama. Larutan tersebut adalah zat-zat atau pertikel-partikel yang berada dalam cairan seperti glukosa, elektrolit, oksigen, dan lain-lain.
Sedangkan osmosis adalah gerakan air melewati membran semipermeabel dari area dengan konsentrasi zat terlarut rendah ke area dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi (Horne & Swearingen, 2001). Pada osmosis, biasnya perpindahan terjadi hanya satu arah karena yang bergerak adalah air. Tujuan osmosis adalah melarutkan zat terlarut (solute) sampai terjadi ekuilibrium pada kedua larutan, suhu larutan, muatan listrik solute dan perbedaan tekanan osmotik. Tekanan osmotik ini bergantung pada konsentrasi molekul di dalam larutan. Bila konsentrasi molekulnya tinggi, maka tekanan osmotik pada larutan tersebut tinggi sehingga air akan tertarik masuk ke dalam larutan tersebut. (Asmadi, 2008: 52-53). Tekanan osmotik dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
TO sel = 22,4.M.T
273
Dengan:
TO = Tekanan osmotik
M = Konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis
T = Temperatur mutlak (273 + t°C)
Kesimpulan
Semakin besar konsentrasi larutan sukrosa, semakin banyak prosentase sel yang terplasmolisis, pada konsentrasi sukrosa 0,14 M, prosentase sel yang terplasmolisis 45%, dimana mendekati 50%, dan nilai tekanan osmosis dari konsentrasi sukrosa 0,14 M adalah 3,48 atm.
Laporan Fisiologi Tumbuhan II Difusi dan Osmosis (Penentuan Potensial Air Jar...UNESA
Difusi adalah pergerakan molekul melintasi membran semipermiabel dari kompartemen berkonsentrasi tinggi menuju kompartemen berkonsentrasi rendah. Sedangkan osmosis adalah pergerakan cair solven (pelarut) murni (misalnya air) melintasi membran sel dari larutan berkonsentrasi tinggi (pekat) (Tamsuri, 2009: 3-4).
Osmosis sangat ditentukan oleh potensial air. Potensial air adalah energi yang dimiliki air untuk bergerak atau untuk mengadakan reaksi. Potensial air merupakan tingkat kemampuan molekul-molekul air untuk melakukan difusi. Potensial air dinyatakan sebagai nol, sehingga potensial air dari suatu larutan adalah kurang dari nol. Potensial air dapat dipengaruhi oleh tekanan, suhu, dan partikel-partikel bahan terlarut.
Dalam proses osmosis, potensial osmotik juga berperan penting. Potensial osmotik merupakan potensial yang disebabkan adanya materi yang terlarut. Kontribusi dari potensial air pada zat terlarut disebut dengan potensial osmotik, yang selalu bernilai negatif, karena air sebagai pelarut dalam larutan itu melakukan kerja kurang dari air murni.
Di dalam suatu sel, potensial air memiliki dua komponen, yaitu potensial tekanan dan potensial osmotik. Potensial tekanan dapat menambah atau mengurangi potensial air, sedangkan potensial osmotik menunjukkan status larutan di dalam sel tersebut. Dengan memasukkan suatu jaringan tumbuhan dalam seri larutan yang telah diketahui potensial airnya, maka potensial air jaringan tersebut dapat diketahui. Potensial tekanan air bernilai positif, negatif, bahkan nol. Tetapi secara umum, nilai potensial tekanan ini bernilai positif, karena setiap sel tumbuhan memiliki tekanan tugor (Advinda, 2018). Nilai potensial air jaringan tumbuhan pada umbi kentang dihitung dengan rumus:
PA = PO + PT → PT = 0
PA = PO → PO = -TO
PA = _ 22,4.M.T
273
Dengan:
TO = Tekanan osmotik
M = Konsentrasi larutan yang tidak menambah panjang umbi kentang
T = Temperatur mutlak (273 + t°C)
Kesimpulan
1. Semakin kecil konsentrasi sukrosa, semakin bertambah panjang jaringan tumbuhan pada umbi kentang
2. Konsentrasi larutan sukrosa 0 M dan 0,4 M tidak menyebabkan perubahan panjang irisan jaringan umbi kentang
3. Nilai potensial air jaringan tumbuhan dari konsentrasi larutan sukrosa 0 M adalah 0 atm, dan nilai potensial air dari konsentrasi larutan sukrosa 0,4 M adalah -9,94 atm
Laporan Praktikum Fisiologi Hewan: Pengaruh Suhu Lingkungan Terhadap Denyut J...UNESA
Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa:
Cara mengukur frekuensi denyut jantung Daphnia sp. menggunakan rumus : Q10 = (A pada (T0+10)°C)/(A pada (T0)°C)
Semakin tinggi suhu, frekuensi denyut jantung Daphnia sp. semakin cepat, sedangkan semakin rendah suhu akan menyebabkan koefisien energi semakin tinggi.
Berdasarkan hasil praktikum mengenai produktivitas primer yang telah dilakukan di danau UNESA Ketintang, dapat diketahui bahwa:
1. Nilai kadar fotosintesis perairan sebesar 0,596 mg/L
2. Nilai kadar respirasi perairan sebesar 0,542 mg/L
3. Nilai kadar produktivitas primer perairan sebesar 0,054 mg/L
4. Nilai kadar produktivitas total perairan sebesar 1,138 mg/L
Jadi, laju fotosintesis pada perairan lebih tinggi daripada laju respirasi pada perairan.
Laporan Praktikum Fisiologi Hewan: Refleks Pupil dan Bintik Buta Pada MamaliaUNESA
Berdasarkan hasil praktikum, dapat disimpulkan bahwa refleks pupil terhadap intensitas cahaya yaitu semakin terang suatu lingkungan, maka semakin kecil diameter pupil, dan begitu juga sebaliknya. Untuk refleks pupil terhadap akomodasi mata yaitu semakin jauh suatu benda, maka semakin besar diameter pupil dan begitu juga sebaliknya. Dan semakin jauh jarak benda, maka semakin besar bayangan yang jatuh pada bintik buta mata.
Dormansi merupakan terhambatnya proses metabolisme dalam biji dan merupakan masa istirahat biji sehingga proses perkecambahan tidak dapat terjadi, yang disebabkan karena adanya pengaruh dari dalam dan luar biji
Laporan Praktikum Fisiologi Hewan: Pembuluh Darah Pada Ekor Ikan Kepala TimahUNESA
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan, kami dapat menyimpulkan,
1. Arteri memiliki besar pembuluh yang sangat besar dan kapiler memiliki besar pembuluh yang kecil.
2. Arah aliran yang meninggalkan jantung ke seluruh tubuh adalah arteri dan arteriol, sedangkan yang menuju ke arah jantung adalah vena dan venula. Kapiler memiliki arah dari seluruh tubuh dan jantung.
3. Arteri memiliki kecepatan aliran yang sangat cepat, sedangkan kapiler memiliki kecepatan aliran yang lambat.
4. Jumlah darah yang banyak dapat melewati pembuluh arteri, sedangkan pembuluh kapiler dilewati sedikit darah.
Manggasangat digemari dimasyarakat untuk ditanam baik dalam skala kecil maupun skala besar. selain bernilai ekonomi, pohon mangga berguna untuk penghijauan lingkungan, buah manggasendirimempunyai banyak manfaat dan nilai gizi yang tinggi bagi manusia.Namun dalam menentukan pohon mangga yang akan ditanam, masyarakat masih menggunakan metode menerka jenis pohon yang akan ditanamnya. Karena itu masyarakat kadang tertipu dengan pohon mangga yang ditanam,dikarenakan pohon mangga mempunyai banyak jenis yang berbeda. Mangga yang dikaji dalam penelitian ini adalah mangga golek, gadung, gedong gincu, dan podang yang ada di Bojonegoro.
Laporan Praktikum Fisiologi Hewan: Pengaruh Suhu Lingkungan Terhadap Denyut J...UNESA
Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa:
Cara mengukur frekuensi denyut jantung Daphnia sp. menggunakan rumus : Q10 = (A pada (T0+10)°C)/(A pada (T0)°C)
Semakin tinggi suhu, frekuensi denyut jantung Daphnia sp. semakin cepat, sedangkan semakin rendah suhu akan menyebabkan koefisien energi semakin tinggi.
Berdasarkan hasil praktikum mengenai produktivitas primer yang telah dilakukan di danau UNESA Ketintang, dapat diketahui bahwa:
1. Nilai kadar fotosintesis perairan sebesar 0,596 mg/L
2. Nilai kadar respirasi perairan sebesar 0,542 mg/L
3. Nilai kadar produktivitas primer perairan sebesar 0,054 mg/L
4. Nilai kadar produktivitas total perairan sebesar 1,138 mg/L
Jadi, laju fotosintesis pada perairan lebih tinggi daripada laju respirasi pada perairan.
Laporan Praktikum Fisiologi Hewan: Refleks Pupil dan Bintik Buta Pada MamaliaUNESA
Berdasarkan hasil praktikum, dapat disimpulkan bahwa refleks pupil terhadap intensitas cahaya yaitu semakin terang suatu lingkungan, maka semakin kecil diameter pupil, dan begitu juga sebaliknya. Untuk refleks pupil terhadap akomodasi mata yaitu semakin jauh suatu benda, maka semakin besar diameter pupil dan begitu juga sebaliknya. Dan semakin jauh jarak benda, maka semakin besar bayangan yang jatuh pada bintik buta mata.
Dormansi merupakan terhambatnya proses metabolisme dalam biji dan merupakan masa istirahat biji sehingga proses perkecambahan tidak dapat terjadi, yang disebabkan karena adanya pengaruh dari dalam dan luar biji
Laporan Praktikum Fisiologi Hewan: Pembuluh Darah Pada Ekor Ikan Kepala TimahUNESA
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan, kami dapat menyimpulkan,
1. Arteri memiliki besar pembuluh yang sangat besar dan kapiler memiliki besar pembuluh yang kecil.
2. Arah aliran yang meninggalkan jantung ke seluruh tubuh adalah arteri dan arteriol, sedangkan yang menuju ke arah jantung adalah vena dan venula. Kapiler memiliki arah dari seluruh tubuh dan jantung.
3. Arteri memiliki kecepatan aliran yang sangat cepat, sedangkan kapiler memiliki kecepatan aliran yang lambat.
4. Jumlah darah yang banyak dapat melewati pembuluh arteri, sedangkan pembuluh kapiler dilewati sedikit darah.
Manggasangat digemari dimasyarakat untuk ditanam baik dalam skala kecil maupun skala besar. selain bernilai ekonomi, pohon mangga berguna untuk penghijauan lingkungan, buah manggasendirimempunyai banyak manfaat dan nilai gizi yang tinggi bagi manusia.Namun dalam menentukan pohon mangga yang akan ditanam, masyarakat masih menggunakan metode menerka jenis pohon yang akan ditanamnya. Karena itu masyarakat kadang tertipu dengan pohon mangga yang ditanam,dikarenakan pohon mangga mempunyai banyak jenis yang berbeda. Mangga yang dikaji dalam penelitian ini adalah mangga golek, gadung, gedong gincu, dan podang yang ada di Bojonegoro.
Setiap tumbuhan yang memiliki warna disebabkan karena tumbuhan itu mengandung pigmen warna didalamnya sehingga tumbuhan-tumbuhan memiliki perbedaan warna yang beragam karena adanya pigmen yang beragam. Dalam satu tumbuhan bunga ataupun daunnya pun tidak dipastikan hanya memiliki satu jenis pigmen warna, dalam satu jenis tumbuhan dapat diperkirakan terdiri dari beberapa komponen pigmen berwarna.
Untuk menganalisis secara kualitatif komponen pigmen apa saja yang terdapat dalam tumbuhan kita dapat menguunakan metode kromatografi kertas yang cukup mudah sehingga kita juga dapat mengisolasi komponen-komponen pigmen dalam suatu bagian tumbuhan yang diinginkan. Dengan konsep yang tidak berbeda dengan pemisahan zat pewarna pada spidol seperti yang telah kita lakukan dipraktikum sebelumnya.
Kromatografi peertama kali dikembangkan oleh seorang ahli botani Rusia Michael Tswett pada tahun 1903 untuk memisahkan pigmen berwarna dalam tanaman dengan cara perkolasi ekstrak petroleum eter dalam kolom gelas yang berisi kalsium karbonat (CaCO3). (Gandjar, 2007)
Kromatografi merupakan teknik pemisahan yang paling umumdan paling sering digunakan dalam bidang kimia analisis karena dapat dimanfaatkan untuk melakukan analisis baik secara kuantitatif, kualitatif atau preparatif dalam bidang farmasi, lingkungan, industri dan sebagainya. (Gandjar, 2007)
Sel darah merah (eritrosit) merupakan sel yang telah terdiferensiasi jauh dan mempunyai fungsi khusus untuk transpor oksigen. Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke dalam medium sekelilingnya (plasma). Krenasi adalah kontraksi atau pembentukan nokta tidak normal di sekitar pinggir sel setelah dimasukkan ke dalam larutan hipertonik.
Tugas Kelompok Mata Kuliah "Botani Farmasi"
Judul : 2. Enzim dan Perannya
Dosen Pengampu: Yayuk Putri Rahayu,S.Si.,M.Si
Kelas/Kelompok: 2A/2
Sarah Nabila (212114017)
Hazrah (212114021)
Fadila Nur Haliza (212114022)
Mawaddah Mairina Panjaitan (212114024)
Enjla Salsabilla (212114025)
Program Studi Sarjana Farmasi
Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan
Tahun Ajaran 2021/2022
#BotaniFarmasi
#BotanyPharmacy
#Farmasi
#FarmasiUMNAW
#FarmasiUMNAlWashliyah
#UMNAlWashliyah
#UniversitasNusantaraAlWashliyah
Tugas Kelompok Mata Kuliah "Botani Farmasi"
Judul: 2. Enzim dan Perannya
Dosen Pengampu: Yayuk Putri Rahayu,S.Si.,M.Si
Kelas/Kelompok: 2A/2
1. Sarah Nabila 212114017
2. Hazrah 212114021
3. Fadila Nur Haliza 212114022
4. Mawaddah Mairina Panjaitan 212114024
5. Enjla Salsabilla 212114025
Program Studi Sarjana Farmasi
Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan
Tahun Ajaran 2021/2022
#BotaniFarmasi
#BotanyPharmacy
#Farmasi
#FarmasiUMNAW
#FarmasiUMNAlWashliyah
#UMNAlWashliyah
#UniversitasNusantaraAlWashliyah
Tugas Kelompok Mata Kuliah "Botani Farmasi"
Judul: 2. Enzim dan Perannya
Dosen Pengampu: Yayuk Putri Rahayu,S.Si.,M.Si
Kelas/Kelompok: 2A/2
Sarah Nabila (212114017)
Hazrah (212114021)
Fadila Nur Haliza (212114022)
Mawaddah Mairina Panjaitan (212114024)
Enjla Salsabilla (212114025)
Program Studi Sarjana Farmasi
Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan
Tahun Ajaran 2021/2022
#BotaniFarmasi
#BotanyPharmacy
#Farmasi
#FarmasiUMNAW
#FarmasiUMNAlWashliyah
#UMNAlWashliyah
#UniversitasNusantaraAlWashliyah
Ppt Botani Farmasi 2. Enzim dan Perannya Kelas 2I Dosen Yayuk Putri Rahayu.pptxNofaLismandaria1
Tugas Kelompok Mata Kuliah "Botani Farmasi"
Judul : 2. Enzim dan Perannya
Dosen Pengampu : Yayuk Putri Rahayu,S.Si.,M.Si
Kelas/Kelompok :2I/2
Fitri Mulyani 212114012
Nazirah 212114013
Rahma Yanti 212114026
Nofa Lismandaria 212114079
Dina Veranika 212114080
Nanda Nadia 212114081
Munaziatul Jannah 212114082
Program Studi Sarjana Farmasi
Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan
Tahun Ajaran 2021/2022
PPT Botani farmasi : 2. Enzim dan Peranannya | Kelas : 2I | Dosen : Yayuk Put...Dinaveranika
Program Studi Sarjana Farmasi
Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan
Tahun Ajaran 2021/2022
#BotaniFarmasi
#BotanyPharmacy
#Farmasi
#FarmasiUMNAW
#FarmasiUMNAlWashliyah
#UMNAlWashliyah
#UniversitasNusantaraAlWashliyah
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Laporan praktikum fisiolog tumbuhan
1. Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan | 1
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN
“Pengaruh Kadar Enzim terhadap Kecepatan Reaksi Pengubahan Amilum”
Oleh:
Oleh:
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
SURABAYA
2016
Nama : Yeni Kurnia Sari
NIM : 14030204103
Kelas : Pendidikan Biologi B 2014
2. Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan | 2
Judul Praktikum: Pengaruh Kadar Enzim terhadap Kecepatan Reaksi
Pengubahan Amilum
Salah satu proses penting yang terjadi di dalam tubuh tumbuhan yaitu
metabolisme. Proses tersebut berupa pemecahan molekul menjadi molekul yang
lebih kecil (katabolisme) dan penyusunan molekul dari molekul-molekul yang
lebih kecil (anabolisme). Dalam tubuh tumbuhan terjadi banyak reaksi kimia yang
kompleks dengan banyak tipe yang berbeda. Namun tidak pernah terjadi
kekacauan, hal ini disebabkan karena adanya suatu protein khusus yang
mengontrol metabolisme yang disebut enzim (Widarmayanti, P Ratih. 2012).
Enzim merupakan biokatalisator yang sangat efektif yang akan
meningkatkan kecepatan reaksi kimia spesifik secara nyata, dimana reaksi ini
tanpa enzim akan berlangsung lambat (Lehninger, 1995).
Kebanyakan enzim-enzim yang terdapat di tubuh organisme tidak bekerja
secara sendiri-sendiri tetapi saling bekerja sambung-menyambung satu dengan
yang lain membentuk sistem enzim (Isnawati, 2009).
Berdasarkan uraian diatas maka kami melakukan suatu percobaan dengan
judul “Pengaruh Kadar Enzim terhadap Kecepatan Reaksi Pengubahan Amilum
menjadi Glukosa pada Kecambah Kacang Hijau”.
A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh kadar enzim terhadap kecepatan reaksi pengubahan
amilum menjadi glukosa pada kecambah kacang hijau.
B. Tujuan Percobaan
1. Untuk mengetahui pengaruh kadar enzim terhadap kecepatan reaksi
pengubahan amilum menjadi glukosa pada kecambah kacang hijau.
C. Hipotesis
Ha: tidak ada pengaruh kadar enzim terhadap kecepatan reaksi pengubahan
amilum menjadi glukosa.
3. Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan | 3
H0 : ada pengaruh kadar enzim terhadap kecepatan reaksi pengubahan amilum
menjadi glukosa. Semakin tinggi kadar enzim, maka semakin cepat reaksi
pengubahan amilum menjadi glukosa.
D. Kajian Pustaka
Enzim
Enzim merupakan katalisator biologi, sehingga dapat mengkatalis reaksi
kimia pada kondisi yang tidak ekstrim (suhu tubuh dan pH netral). Sebagian besar
enzim-enzim tubuh organisme tersusun atas protein yang mempunyai struktur
tersier (konformasi tiga dimesi). Protein penyusun enzim adalah makromolekul
yang sangat besar. Dengan demikian ukuran enzim jauh lebih besar dibandingkan
substratnya. Enzim fungsional disebut holoenzim (Isnawati, 2009).
Penggolongan enzim secara internasional telah dilakukan secara sistematis.
Sistem ini menempatkan semua enzim ke dalam enam kelas utama, masing-
masing dengan sub kelas, berdasarkan atas jenis reaksi yang dikatalisa (Tabel 2).
Tabel 2. Klasifikasi enzim secara internasional, berdasarkan reaksi yang
dikatalisis.
No Kelas Jenis reaksi yang dikatalisis
1 Oksidoreduktase Pemindahan elektron
2 Transferase Reaksi pemindahan gugus fungsional
3 Hidrolase Reaksi hidrolisis (pemindahan gugus fungsional ke air)
4 liase Penambahan gugus ke ikatan ganda atau sebaliknya
5 Isomerase Pemindahan gugus di dalam molekul menghasilkan
bentuk isomer
6 ligase Pembentukan ikatan C-C, C-S, C-O, dan C-N oleh
reaksi kondensasi yang berkaitan dengan
penguraian ATP
Sumber: Lehninger (1995)
Enzim mempercepat suatu reaksi kimia dengan cara menurunkan energi
aktivasi. Energi aktivasi adalah energi yang diperlukan supaya molekul-molekul
substrat berada pada puncak transisi/ puncak ketidakstabilan. Pada grafik dibawah
4. Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan | 4
ini dapat dilihat bahwa dengan adanya enzim energi aktivasi akan semakin kecil
(Isnawati, 2009).
Struktur enzim
Suatu enzim (holoenzim) tersusun atas bagian protein dan bukan protein.
Bagian protein disebut apoenzim, dan bagian non protein disebut kofaktor.
Kofaktor dapat berupa ion logam (Cu, Mg, K, Fe, Na), atau koenzim yang berupa
bahan organik, misalkan vitamin B (B1, B2) (biologimediacentre.com, 2012).
Sifat-sifat enzim
Sebagai suatu bahan yang penting dalam metabolisme, enzim memiliki sifat-
sebagai berikut (biologimediacentre.com, 2012):
kerja enzim bersifat spesifik/khusus, artinya bahwa satu enzim hanya dapat
bekerja pada satu substrat
enzim bekerja pada suhu tertentu
enzim berkerja pada derajat keasaman (pH) tertentu
kerja enzim dapat bolak-balik, artinya selain dapat memecah substrat juga
dapat membentuk substrat dari penyusunnya
Hal-hal yang dapat mempengaruhi kerja enzim di antaranya adalah:
suhu
derajat keasaman (pH)
konsentrasi enzim
jenis substrat
penimbunan hasil akhir
pengaruh aktivator/penggiat
konsentrasi inhibitor
Suatu enzim hanya dapat bekerja spesifik pada suatu substrat untuk suatu
perubahan tertentu. Misalnya, sukrase akan menguraikan rafinosa menjadi melibiosa
dan fruktosa, sedangkan oleh emulsin, rafinosa tersebut akan terurai menjadi sukrosa
dan galaktosa (Salisbury, 1995).
Apabila suhu terlalu tinggi, struktur tiga dimensi enzim akan rusak, sehingga
substrat tidak lagi dapat terikat dengannya. Dengan demikian enzim tersebut tidak
5. Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan | 5
akan dapat menjalankan fungsinya lagi sebagai biokatalisator. Pada umumnya
denaturasi ini bersifat tidak terbalikan atau permanen (Salisbury, 1995).
Enzim dihambat oleh molekul-molekul tertentu pada proses katalisisnya.
Adapun beberapa hambatan kerja enzim secara skematis seperti bagan dibawah
ini (Isnawati, 2009):
a. Hambatan dapat balik kompetitif terjadi pada enzim yang molekul
penghambatnya secara struktural mirip dengan struktur molekul substrat.
Molekul penghambat menempel pada sis aktif enzim, dengan demikian substrat
tidak bisa melekat pada sisi aktif enzim dan tidak bisa diubah menjadi produk.
b. Hambatan dapat balik non kompetitif terjadi dengan cara molekul penghambat
pada enzim tetapi tidak pada sisi aktif. Pelekatan molekul penghambat pada
enzim menyebabkan perubahan konformasi tiga dimensi pada sisi aktif enzim,
dengan demikian substrat tidak dapat melekat pada sisi aktif enzim.
c. Hambatan tidak dapat balik pada kerja enzim akan gugus fungsional enzim
secara permanen dan mengakibatkan kerusakan pada enzim itu, sehingga
enzim tidak dapat bekerja lagi.
Amilase
Salah satu enzim yang diperlukan untuk pertumbuhan adalah amilase.
Amilase dapat diartikan sebagai segolongan enzim yang merombak pati, glikogen
dan polisakarida yang lain. Tumbuhan mengandung α dan β amilase, hewan
memiliki hanya α amilase, dijumpai dalam cairan pankreas dan juga (pada
manusia dan beberapa spesies lain) dalam ludah. Amilase memotong rantai
Hambatan
kerja enzim
Dapat balik
(reversible)
Tidak dapat balik
(irreversible)
kompetitif
Non
kompetitif
6. Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan | 6
polisakarida yang panjang, menghasilkan campuran glukosa dan maltosa. Amilosa
merupakan polisakarida yang terdiri dari 100-1000 molekul glukosa yang saling
berikatan membentuk rantai lurus. Dalam air, amilosa bereaksi dengan iodin
memberikan warna biru yang khas (Fox, 1991).
Amilase merupakan enzim yang penting dalam bidang pangan dan
bioteknologi. Amilase merupakan enzim yang mengkatalisis reaksi hidrolisis pati
menjadi gula sederhana. Amilase mengubah karbohidrat yang merupakan
polisakarida menjadi maltosa (alfa dan beta) ataupun glukosa (gluko amilase).
Pertumbuhan tanaman yang berasal dari biji diawali dari proses
perkecambahan.Dalam pertumbuhannya memerlukan energi, dan energi tersebut
berasal dari perombakan bahan-bahan organik seperti karbohidrat, lemak, dan
protein. Enzim yang digunakan untuk merombak protein adalah enzim protease,
perombakan lemak adalah enzim lipase dan pati memerlukan enzim amilase.
Enzim-enzim tersebut secara bersamaan dihasilkan tumbuhan selama proses
perkecambahan (Bahri, Syaiful dkk., 2012).
Larutan Buffer
Larutan buffer adalah larutan yang tahan terhadap perubahan pH dengan
penambahan asam atau basa. Larutan seperti itu digunakan dalam berbagai
percobaan biokimia dimana dibutuhkan pH yang terkontrol dan tepat ( Fardiaz,
1992 ). Larutan buffer bermanfaat untuk melarutkan kotoran yang masih terikut di
dalam endapan enzim tersebut sekaligus bisa mencegah enzim dari denaturasi dan
kehilangan fungsi biologisnya ( Fox, 1991 ). Buffer dapat mempertahankan
kondisi enzim presipitat agar tidak terjadi perubahan pH dan mencegah agar
enzim tidak mengalami inaktivasi (Winarno, 1995 ).
Sedangkan larutan penyangga berfungsi untuk menjaga pH tanaman.
Setiap tanaman memiliki pH tertentu agar dapat tumbuh dengan baik. Oleh karena
itu dibutuhkan larutan penyangga agar pH dapat dijaga.
E. Variabel Penelitian
1. Variabel manipulasi : kadar enzim
2. Variabel kontrol : waktu, jenis kecambah, kadar amilum, dan volume
KI-I2
7. Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan | 7
3. Variabel terikat : kecepatan perubahan warna
F. Definisi Operasional Variabel
- Kadar enzim merupakan variabel yang sengaja di ubah untuk mengetahui
kecepatan reaksi pengubahan amilum menjadi glukosa pada kecambah kacang
hijau. Kadar enzim yang diberikan yaitu 0%, 25% 50%, dan 100%.
- kecepatan perubahan warna merupakan respon yang diperoleh dengan cara
memanipulasi kadar enzim yang digunakan untuk uji.
G. Alat dan bahan
Alat
1. Mortar dan penumbuk porselin 1 buah
2. Tabung reaksi 4 buah
3. Rak tabung reaksi 1 buah
4. Timbangan 1 buah
5. Tabung centrifuge 4 buah
6. Gelas ukur 10 mL 1 buah
7. Centrifuge
8. Cawan tetes/kaca arloji 1 / 12 buah
9. Pipet tetes 5 buah
10. Lampu spirtus 1 buah
11. Penjepit tabung reaksi 1 buah
Bahan
1. Kecambah kacang hijau berumur dua hari 30 gr
2. Larutan amilum 4% 2 ml
3. Aquades
4. Larutan KI-I2 1 tetes
5. Larutan Fosfat sitrat buffer pH= 5,6 10 ml
8. Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan | 8
H. Rancangan Percobaan
Masukkan mL gerusan kecambah
kacang hijau ke dalam 2 tabung,
masing-masing 10 mL.
Membuang kulit biji kecambah
Ambil 20 gr biji kecambah yang sudah dikuliti
Tambahkan 30 mL larutan buffer
fosfat sitrat dan gerus 30 gram
kecambah kacang hijau.
Masukkan tabung reaksi ke dalam
centrifuge selama 5 menit, dengan
kecepatan 250 rpm.
cair
Ambil cairan bagian atas
(supernatan) dan masukkan
ke dalam tabung reaksi.
5 ml 100%
10 ml
10 ml
Tambahkan aquades pada
supernatan 5 ml sampai
volumenya 10 ml, sebagai
larutan enzim 50%
Untuk larutan enzim 25%,
ambil 5 ml dari enzim 50%
dan tambahkan aquades
sampai volumenya 10 ml.
25%
Aquades
5 ml
50%-5 ml
Untuk larutan enzim 0%,
panaskan 10 ml supernatan
sampai mendidih.
2 ml amilum 4%
100% 50% 25% 0%
Tambahkan 2 ml larutan amilum
4%. Saat mencampur amilum+
enzim ditetapkan sebaginol.
1 tetes KI-I2 setiap dua
menit
9. Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan | 9
I. Langkah Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Membuang kulit biji kecambah.
I. Langkah Kerja
1. Membuang kulit biji kecambah.
2. Menggerus 20 gram kecambah kacang hijau.
3. Menambahkan 10 ml larutan buffer fosfat sitrat sampai semua kecambah
hancur.
4. Memasukkan ke dalam tabung reaksi sentrifuge.
5. Memusingkan selama 5 menit dengan kecepatan 2 rpm.
6. Mengambil cairan bagian atas (supernatan).
7. Memasukkan ke dalam tabung reaksi sebagai larutan enzim amilase 100%.
8. Membuat kadar enzim 50% dengan cara mengambil 5 ml enzim 100%
kemudian menambahkan aquades sampai volumenya menjadi 10 ml.
9. Membuat kadar enzim 25% dengan cara mengambil 5 ml enzim 50%
kemudian menambahkan aquades sampai volumenya menjadi 10 ml.
10. Membuat kadar enzim 0% dengan cara memanaskan 5 ml enzim 100%
sampai mendidih.
11. Mengisi salah satu tabung reaksi dengan 5 ml larutan enzim 100% kemudian
menambahkan dengan 2 ml larutan amilum 4%.
12. Mengocok perlahan sampai larutan tercampur.
13. Setiap 2 menit diambil 1 tetes campuran lalu diuji dengan 1 tetes larutan KI-I2
pada cawan tetes.
14. Mencatat waktu tiap perubahan warna yang terjadi.
100%
Lakukan langkah diatas setiap dua
menit sampai terjadi perubahan
warna menjadi kuning/coklat muda.
Setiap 2 menit diambil 1 tetes dari
setiap larutan campuran, dan diuji
dengan 1 tetes KI-I2 pada cawan tetes.
0%
25%50%100%
10. Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan | 10
15. Melakukan langkah ke-12 sampai 15, masing-masing untuk kadar enzim
50%; 25% dan 0%.
J. Rancangan Tabel Pengamatan
Berdasarkan hasil percobaan pengaruh kadar enzim terhadap kecepatan
reaksi pengubahan amilum menjadi glukosa pada kecambah kacang hijau dapat
disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 1. Pengaruh kadar enzim terhadap kecepatan reaksi perubahan amilum.
Enzim (% )
Waktu (menit)
Total
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
0 v v v v v v v v v v v v > 24
25 v v v v v v v v v v v 22
50 v v v v v v v v v v 20
100 v v v v v v v v 16
Berikut hasil percobaan pengaruh kadar enzim terhadap kecepatan reaksi
pengubahan amilum menjadi glukosa pada kecambah kacang hijau dapat disajikan
dalam bentuk grafik:
Gambar 1. Grafik pengaruh kadar enzim terhadap kecepatan reaksi perubahan
amilum menjadi glukosa.
24
22
20
16
0
5
10
15
20
25
30
0 25 50 100
totalwaktu(menit)
konsentrasi enzim (%)
waktu yang diperlukan untuk
merubah warna
11. Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan | 11
K. Rencana Analisis Data
Berdasarkan hasil praktikum maka dapat diketahui pada konsentrasi larutan
enzim 0% tidak terjadi perubahan warna yang menonjol sampai pada 2 menit ke-
12. Pada konsentrasi larutan enzim 0%, semula berwarna biru tua kehitaman
pekat, ketika diuji dengan KI-I2 satu tetes pada dua menit ke-12 terjadi perubahan
warna dari biru tua kehitaman yang pekat menjadi biru tua dengan kepekatan
berkurang satu tingkat. Hal ini dapat terjadi karena konsentrasi enzim sama
dengan 0%. Pada larutan konsentrasi enzim 25%, terjadi perubahan warna dari
kuning menjadi bening pada menit ke-11. Pada larutan konsentrasi enzim 50%
terjadi perubahan warna menjadi bening pada menit ke-10. Sedangkan pada
larutan konsentrasi enzim 100% terjadi perubahan warna menjadi bening pada
menit ke-8. Hal ini menunjukkan bahwa semakin pekat konsentrasi enzim yang
diberikan maka semakin cepat reaksi pengubahan amilum menjadi glukosa.
L. Hasil Analisis Data
Pertumbuhan tanaman yang berasal dari biji diawali dari proses
perkecambahan. Dalam pertumbuhannya memerlukan energi, dan energi tersebut
berasal dari perombakan bahan-bahan organik. Enzim yang digunakan untuk
merombak protein adalah enzim protease, perombakan lemak adalah enzim lipase,
dan pati memerlukan enzim amilase. Enzim-enzim tersebut secara bersamaan
dihasilkan tumbuhan selama proses perkecambahan (Bahri, Syaiful dkk., 2012).
Sehingga pada praktikum ini kecambah kacang hijau yang masih berumur 2 hari
mempunyai banyak sekali enzim yang di produksi oleh tumbuhan untuk
membentuk energi dalam perkecambahan.
Dari hasil analisis data diatas pada konsentrasi enzim 0% yang didapatkan
dari 10 ml konsentrasi enzim 100% yang telah dipanaskan sampai mendidih,
mengakibatkan enzim di dalam mengalami denaturasi dikarenakan suhu larutan
enzim meningkat.
Apabila suhu terlalu tinggi, struktur tiga dimensi enzim akan rusak, sehingga
substrat tidak lagi dapat terikat dengannya. Dengan demikian enzim tersebut tidak
akan dapat menjalankan fungsinya lagi sebagai biokatalisator. Pada umumnya
12. Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan | 12
denaturasi ini bersifat tidak terbalikan atau permanen (Salisbury, 1995). Sehingga
pada konsentrasi 0% enzim yang mengalami denaturasi mengakibatkan enzim
tidak dapat mengubah amilum menjadi glukosa. Oleh karena itu, enzim dengan
konsentrasi 0% dak mengalami perubahan warna sampai pada dua menit ke-12.
Sedangkan pada larutan dengan kadar enzim 25% terjadi perubahan warna
pada dua menit ke-11 dari biru tua kehitaman menjadi biru keunguan. Munculnya
warna biru gelap pada saat ditetesi satu tetes KI-I2 menunjukkan adanya amilum.
Uji iodine adalah uji yang dilakukan untuk mengecek adanya amilum.
Larutan iodine, yang terurai dalam larutan kalium iodida (KI), bereaksi dengan
amilum menghasilkan produk berwarna biru kehitaman. Reaksi ini adalah hasil
pembentukan rantai polipeptida dari iodine dan amilum. Amilopektin, yaitu
bagian amilum yang bercabang, membentuk heliks yang lebih pendek sehingga
molekul iodine tidak dapat mengikatnya. Akibatnya, apabila dilakukan uji iodine,
warna yang terbentuk adalah oranye atau kuning. Pada konsentrasi enzim 25%
perubahan warna menjadi kuning terjadi pada saat dua menit ke-11. Begitupula
pada konsentrasi enzim 50% terjadi perubahan warna yang lebih cepat yaitu pada
dua menit ke-10. Hal ini menunjukkan adanya reaksi enzim amilase yang
membentuk glukosa.
Pada konsentrasi enzim 100% menunjukkan perubahan warna yang
pertama sangat cepat, yaitu pada dua menit ke-3 dan berubah menjadi warna
bening pada dua menit ke-8. Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa semakin
tinggi kadar enzim yang ditambahkan pada larutan amilum maka semakin cepat
reaksi enzim amilase dalam mengubah amilum menjadi glukosa. Hal ini sesuai
dengan fungsi enzim sebagai katalisator biologi yaitu dapat mempercepat suatu
reaksi kimia dengan cara menurunkan energi aktivasi. Energi aktivasi adalah
energi yang diperlukan supaya molekul-molekul substrat berada pada puncak
transisi/ puncak ketidakstabilan (Isnawati, 2009).
Penambahan larutan buffer yaitu larutan yang tahan terhadap perubahan pH
dengan penambahan asam atau basa. Larutan seperti itu digunakan dalam berbagai
percobaan biokimia dimana dibutuhkan pH yang terkontrol dan tepat (Fardiaz,
13. Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan | 13
1992). Kemudian penambahan KI-I2 satu tetes sebagai uji iodine untuk
menunjukkan ada/tidaknya amilum pada suatu larutan dan untuk menunjukkan
perubahan warna menjadi kuning sebagai indikator adanya reaksi kimia antara
enzim amilase dengan amilum dalam membentuk glukosa.
Diskusi
1. Dari tes KI-I2 pada larutan amilum + enzim 100%, warna larutan yang
diperoleh ialah putih keruh. Warna ini merupakan indikator bahwa dalam larutan
tersebut telah terbentuk glukosa. Glukosa ini merupakan hasil penguraian amilum
(polisakarida) menjadi maltosa (disakarida) oleh bantuan enzim amilase, dan
penguraian maltosa menjadi glukosa dibantu oleh enzim maltase.
2. Fosfat sitrat buffer berfungsi mempertahankan harga pH dari larutan enzim.
Sehingga ketika ada penambahan zat KI-I2 ataupun saat terjadi pengenceran, nilai
pH larutan enzim tidak berubah (tetap). Hal ini penting karena enzim dapat
mengalami perubahan konformasi bila nilai ph berubah-ubah.
3. Hal-hal yang dapat mempengaruhi kerja enzim di antaranya adalah (Isnawati,
2009):
Suhu
derajat keasaman (pH)
konsentrasi enzim
jenis substrat
penimbunan hasil akhir
pengaruh aktivator/penggiat
konsentrasi inhibitor
M. Kesimpulan
Kadar enzim berpengaruh terhadap kecepatan reaksi pengubahan amilum
menjadi glukosa. Semakin tinggi kadar/konsentrasi enzim, maka semakin cepat
kecepatan reaksi dalam mengubah amilum menjadi glukosa. Sebaliknya, pada
reaksi dengan konsentrasi sedikit atau tanpa adanya enzim, maka kecepatan reaksi
pengubahan amilum menjadi glukosa membutuhkan waktu yang lebih lama.
14. Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan | 14
N. Daftar Pustaka
Bahri, Syaiful., Moh, Mirzan., dan Moh, Hasan. 2012. Karakterisasi Enzim
Amilase Dari Kecambah Biji Jagung Ketan (Zea mays ceratina L.).
Journal Natural Sciencies, 1:132-143.
BMC. 2012. Enzim. (http://biologimediacentre.com/enzim/, diakses pada tanggal
22 Maret 2014).
Isnawati. 2009. Biokimia. Surabaya: UNESA University Press.
Rahayu, Sri Rahayu., dan Yuliani, dkk. 2016. Petunjuk Praktikum Mata kuliah
Fisiologi Tumbuhan. Surabaya : Laboratorium Fisiologi Tumbuhan-
Biologi-UNESA
Salisbury, Frank B., dan Ross, C.W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2 Edisi
Keempat alih bahasa Lukman dan Sumaryono. Bandung: ITB.
Widarmayanti, Ratih. 2012. Pengaruh Kadar Enzim Terhadap Kecepatan
Reaksi.(http://id.scribd.com/doc/109719857/Pengaruh-Kadar-Enzim-
Terhadap-Kecepatan-Reaksi, diakses pada tanggal 22 Maret 2014).