Laporan Fisologi Tumbuhan X Pengaruh AIA Terhadap Proses Absisi Daun Coleus sp.UNESA
Hormon tanaman adalah suatu senyawa organik yang disintesis dalam suatu bagian tanaman dan kemudian diangkut ke bagian tanaman yang lain. Hormon harus ditranslokasikan di dalam tubuh tanaman. Auksin yang ditemukan oleh went, sekarang dikenal sebagai asam indol-asetat (indole 3-asetic acid, disingkat IAA). Beberapa ahli yakin bahwa hormon auksin yang sebenarnya, atau IAA diidentikkan dengan auksin. Walaupun demikian, tanaman mengandung 2 senyawa lain yang pengaruhnya terhadap tanaman sama dengan IAA dan selayaknya juga digolongkan sebagai auksin. Berbeda dengan pergerakan gula, ion, dan bahan terlarut lainnya. IAA biasanya tidak diangkut melalui pembuluh floem dan tidak juga melalui xylem. IAA diangkut melalui saluran pembuluh jika diaplikasikan pada permukaan daun yang cukup dewasa yang telah mengekspor gula, tetapi pengangkutan IAA secara normal dalam batang dan tangkai daun adalah dari daun muda dan melalui sel-sel hidup lainnya termasuk floem parenkim dan sel-sel parenkima yang mengelilingi jaringan pembuluh (Lakitan, 1996).
Hormon auksin diproduksi secara endogen pada bagian pucuk tanaman. Dominasi apikal biasanya ditandai dengan pertumbuhan vegetatif tanaman seperti, pertumbuhan akar, batang dan daun. Dominasi apikal dapat dikurangi dengan mendorong bagian pucuk tumbuhan sehingga produksi auksin yang disintesis pada pucuk akan terhambat bahkan terhenti. Hal ini akan mendorong pertumbuhan tunas lateral (ketiak daun) (Hopkins, 1995). Auksin yang terhenti dapat digantikan dengan beberapa jenis hormon IAA yang berfungsi dengan Lanolin untuk mengetahui pertumbuhan lateralnya (Paponov et al., 2008).
Kesimpulan
Absisi daun pada daun yang diberi lanolin + AIA lebih lambat dibandingkan dengan absisi daun yang diolesi lanolin saja. Pengaruh AIA terhadap proses absisi daun yang menghambat proses absisi daun. Juga semakin bawah letak daun maka semakin cepat pula proses absisi daunnya.
Kesimpulan
Absisi daun pada daun yang diberi lanolin + AIA l
Amfibia atau amfibi, umumnya didefinisikan sebagai hewan bertulang belakang yang hidup di dua alam; yakni di air dan di daratan. Amfibi mempunyai ciri-ciri: Amfibi merupakan satu-satunya vertebrata yang mengalami metamorfosis lengkap
Laporan Fisiologi Tumbuhan VI Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Keca...UNESA
Senyawa organik menyimpan energi dalam susunan atomnya. Dengan bantuan enzim, sel secara sistematik merombak molekul organik kompleks yang kaya akan energi potensial menjadi produk limbah yang berenergi lebih rendah. Sebagian energi yang diambil dari simpanan kimiawi dapat digunakan untuk melakukan kerja; sisanya dilepas sebagai panas. Jalur metabolisme yang melepaskan energi simpanan dengan cara memecah molekul kompleks disebut jalur katabolik. Suatu proses katabolik, fermentasi, merupakan perombakan parsial gula yang terjadi tanpa bantuan oksigen. Akan tetapi, jalur katabolik yang paling umum dan paling efisien ialah respirasi seluler, di mana oksigen dikonsumsi sebagai reaktan bersama-sama dengan bahan bakar organik.
Dalam sel eukariotik, mitokondria mewadahi sebagian besar perlengkapan metabolik yang digunakan untuk respirasi seluler. Walau sangat berbeda mekanismenya, respirasi pada prisipnya serupa dengan pembakaran bensin dalam mesin mobil setelah oksigen dicampiur dengan bahan bakar (hidrokarbon). Makanan merupakan bahan bakar untuk respirasi, dan buangannya adalah karbon dioksida dan air (Campbell dkk., 2002: 159).
Proses keseluruhan dapat dirangkum sebagai berikut:
C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O + ATP
glukosa oksigen karbon dioksida air energi
Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah didapatkan, semakin rendah suhu, maka semakin lambat laju respirasi, begitu pula dengan semakin tinggi suhu maka semakin cepat cepat laju respirasi.
Laporan Fisiologi Tumbuhan II Difusi dan Osmosis (Penentuan Potensial Air Jar...UNESA
Difusi adalah pergerakan molekul melintasi membran semipermiabel dari kompartemen berkonsentrasi tinggi menuju kompartemen berkonsentrasi rendah. Sedangkan osmosis adalah pergerakan cair solven (pelarut) murni (misalnya air) melintasi membran sel dari larutan berkonsentrasi tinggi (pekat) (Tamsuri, 2009: 3-4).
Osmosis sangat ditentukan oleh potensial air. Potensial air adalah energi yang dimiliki air untuk bergerak atau untuk mengadakan reaksi. Potensial air merupakan tingkat kemampuan molekul-molekul air untuk melakukan difusi. Potensial air dinyatakan sebagai nol, sehingga potensial air dari suatu larutan adalah kurang dari nol. Potensial air dapat dipengaruhi oleh tekanan, suhu, dan partikel-partikel bahan terlarut.
Dalam proses osmosis, potensial osmotik juga berperan penting. Potensial osmotik merupakan potensial yang disebabkan adanya materi yang terlarut. Kontribusi dari potensial air pada zat terlarut disebut dengan potensial osmotik, yang selalu bernilai negatif, karena air sebagai pelarut dalam larutan itu melakukan kerja kurang dari air murni.
Di dalam suatu sel, potensial air memiliki dua komponen, yaitu potensial tekanan dan potensial osmotik. Potensial tekanan dapat menambah atau mengurangi potensial air, sedangkan potensial osmotik menunjukkan status larutan di dalam sel tersebut. Dengan memasukkan suatu jaringan tumbuhan dalam seri larutan yang telah diketahui potensial airnya, maka potensial air jaringan tersebut dapat diketahui. Potensial tekanan air bernilai positif, negatif, bahkan nol. Tetapi secara umum, nilai potensial tekanan ini bernilai positif, karena setiap sel tumbuhan memiliki tekanan tugor (Advinda, 2018). Nilai potensial air jaringan tumbuhan pada umbi kentang dihitung dengan rumus:
PA = PO + PT → PT = 0
PA = PO → PO = -TO
PA = _ 22,4.M.T
273
Dengan:
TO = Tekanan osmotik
M = Konsentrasi larutan yang tidak menambah panjang umbi kentang
T = Temperatur mutlak (273 + t°C)
Kesimpulan
1. Semakin kecil konsentrasi sukrosa, semakin bertambah panjang jaringan tumbuhan pada umbi kentang
2. Konsentrasi larutan sukrosa 0 M dan 0,4 M tidak menyebabkan perubahan panjang irisan jaringan umbi kentang
3. Nilai potensial air jaringan tumbuhan dari konsentrasi larutan sukrosa 0 M adalah 0 atm, dan nilai potensial air dari konsentrasi larutan sukrosa 0,4 M adalah -9,94 atm
Laporan Fisologi Tumbuhan X Pengaruh AIA Terhadap Proses Absisi Daun Coleus sp.UNESA
Hormon tanaman adalah suatu senyawa organik yang disintesis dalam suatu bagian tanaman dan kemudian diangkut ke bagian tanaman yang lain. Hormon harus ditranslokasikan di dalam tubuh tanaman. Auksin yang ditemukan oleh went, sekarang dikenal sebagai asam indol-asetat (indole 3-asetic acid, disingkat IAA). Beberapa ahli yakin bahwa hormon auksin yang sebenarnya, atau IAA diidentikkan dengan auksin. Walaupun demikian, tanaman mengandung 2 senyawa lain yang pengaruhnya terhadap tanaman sama dengan IAA dan selayaknya juga digolongkan sebagai auksin. Berbeda dengan pergerakan gula, ion, dan bahan terlarut lainnya. IAA biasanya tidak diangkut melalui pembuluh floem dan tidak juga melalui xylem. IAA diangkut melalui saluran pembuluh jika diaplikasikan pada permukaan daun yang cukup dewasa yang telah mengekspor gula, tetapi pengangkutan IAA secara normal dalam batang dan tangkai daun adalah dari daun muda dan melalui sel-sel hidup lainnya termasuk floem parenkim dan sel-sel parenkima yang mengelilingi jaringan pembuluh (Lakitan, 1996).
Hormon auksin diproduksi secara endogen pada bagian pucuk tanaman. Dominasi apikal biasanya ditandai dengan pertumbuhan vegetatif tanaman seperti, pertumbuhan akar, batang dan daun. Dominasi apikal dapat dikurangi dengan mendorong bagian pucuk tumbuhan sehingga produksi auksin yang disintesis pada pucuk akan terhambat bahkan terhenti. Hal ini akan mendorong pertumbuhan tunas lateral (ketiak daun) (Hopkins, 1995). Auksin yang terhenti dapat digantikan dengan beberapa jenis hormon IAA yang berfungsi dengan Lanolin untuk mengetahui pertumbuhan lateralnya (Paponov et al., 2008).
Kesimpulan
Absisi daun pada daun yang diberi lanolin + AIA lebih lambat dibandingkan dengan absisi daun yang diolesi lanolin saja. Pengaruh AIA terhadap proses absisi daun yang menghambat proses absisi daun. Juga semakin bawah letak daun maka semakin cepat pula proses absisi daunnya.
Kesimpulan
Absisi daun pada daun yang diberi lanolin + AIA l
Amfibia atau amfibi, umumnya didefinisikan sebagai hewan bertulang belakang yang hidup di dua alam; yakni di air dan di daratan. Amfibi mempunyai ciri-ciri: Amfibi merupakan satu-satunya vertebrata yang mengalami metamorfosis lengkap
Laporan Fisiologi Tumbuhan VI Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Keca...UNESA
Senyawa organik menyimpan energi dalam susunan atomnya. Dengan bantuan enzim, sel secara sistematik merombak molekul organik kompleks yang kaya akan energi potensial menjadi produk limbah yang berenergi lebih rendah. Sebagian energi yang diambil dari simpanan kimiawi dapat digunakan untuk melakukan kerja; sisanya dilepas sebagai panas. Jalur metabolisme yang melepaskan energi simpanan dengan cara memecah molekul kompleks disebut jalur katabolik. Suatu proses katabolik, fermentasi, merupakan perombakan parsial gula yang terjadi tanpa bantuan oksigen. Akan tetapi, jalur katabolik yang paling umum dan paling efisien ialah respirasi seluler, di mana oksigen dikonsumsi sebagai reaktan bersama-sama dengan bahan bakar organik.
Dalam sel eukariotik, mitokondria mewadahi sebagian besar perlengkapan metabolik yang digunakan untuk respirasi seluler. Walau sangat berbeda mekanismenya, respirasi pada prisipnya serupa dengan pembakaran bensin dalam mesin mobil setelah oksigen dicampiur dengan bahan bakar (hidrokarbon). Makanan merupakan bahan bakar untuk respirasi, dan buangannya adalah karbon dioksida dan air (Campbell dkk., 2002: 159).
Proses keseluruhan dapat dirangkum sebagai berikut:
C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O + ATP
glukosa oksigen karbon dioksida air energi
Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah didapatkan, semakin rendah suhu, maka semakin lambat laju respirasi, begitu pula dengan semakin tinggi suhu maka semakin cepat cepat laju respirasi.
Laporan Fisiologi Tumbuhan II Difusi dan Osmosis (Penentuan Potensial Air Jar...UNESA
Difusi adalah pergerakan molekul melintasi membran semipermiabel dari kompartemen berkonsentrasi tinggi menuju kompartemen berkonsentrasi rendah. Sedangkan osmosis adalah pergerakan cair solven (pelarut) murni (misalnya air) melintasi membran sel dari larutan berkonsentrasi tinggi (pekat) (Tamsuri, 2009: 3-4).
Osmosis sangat ditentukan oleh potensial air. Potensial air adalah energi yang dimiliki air untuk bergerak atau untuk mengadakan reaksi. Potensial air merupakan tingkat kemampuan molekul-molekul air untuk melakukan difusi. Potensial air dinyatakan sebagai nol, sehingga potensial air dari suatu larutan adalah kurang dari nol. Potensial air dapat dipengaruhi oleh tekanan, suhu, dan partikel-partikel bahan terlarut.
Dalam proses osmosis, potensial osmotik juga berperan penting. Potensial osmotik merupakan potensial yang disebabkan adanya materi yang terlarut. Kontribusi dari potensial air pada zat terlarut disebut dengan potensial osmotik, yang selalu bernilai negatif, karena air sebagai pelarut dalam larutan itu melakukan kerja kurang dari air murni.
Di dalam suatu sel, potensial air memiliki dua komponen, yaitu potensial tekanan dan potensial osmotik. Potensial tekanan dapat menambah atau mengurangi potensial air, sedangkan potensial osmotik menunjukkan status larutan di dalam sel tersebut. Dengan memasukkan suatu jaringan tumbuhan dalam seri larutan yang telah diketahui potensial airnya, maka potensial air jaringan tersebut dapat diketahui. Potensial tekanan air bernilai positif, negatif, bahkan nol. Tetapi secara umum, nilai potensial tekanan ini bernilai positif, karena setiap sel tumbuhan memiliki tekanan tugor (Advinda, 2018). Nilai potensial air jaringan tumbuhan pada umbi kentang dihitung dengan rumus:
PA = PO + PT → PT = 0
PA = PO → PO = -TO
PA = _ 22,4.M.T
273
Dengan:
TO = Tekanan osmotik
M = Konsentrasi larutan yang tidak menambah panjang umbi kentang
T = Temperatur mutlak (273 + t°C)
Kesimpulan
1. Semakin kecil konsentrasi sukrosa, semakin bertambah panjang jaringan tumbuhan pada umbi kentang
2. Konsentrasi larutan sukrosa 0 M dan 0,4 M tidak menyebabkan perubahan panjang irisan jaringan umbi kentang
3. Nilai potensial air jaringan tumbuhan dari konsentrasi larutan sukrosa 0 M adalah 0 atm, dan nilai potensial air dari konsentrasi larutan sukrosa 0,4 M adalah -9,94 atm
Kampung Keluarga Berkualitas merupakan salah satu wadah yang sangat strategis untuk mengimplementasikan kegiatan-kegiatan prioritas Program Bangga Kencana secara utuh di lini
lapangan dalam rangka menyelaraskan pelaksanaan program-program yang dilaksanakan Desa
1. Laporan
Pratikum
Sel hewan dan tumbuhan
Disusunoleh:
1. Defa Oktafiana
2. Dhiva Yunita A.P
Kelas : XI IPA 2
SMA NEGERI 1 DUKUHWARU
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Jl. Pramuka No. 48 Dukuhwaru Kode Pos : 5245
2. Laporan Pratikum Sel Hewan dan Sel Tumbuhan
I. Dasar Teori
Pada permulaan abad XIX tercipta Teori Sel atas jasa para peneliti
bangsa Jerman bernama DUTROCHET, SCHWANN dan SCHLEIDEN. Mereka
inilah yang menegaskan bahwa organ tumbuh tumbuhan dan hewan tersusun
dari sel-sel. Masih berkisar pada pendapat para ahli jerman, VON MOHL (1846)
menjelaskan bahwa dalam hal organ tumbuh tumbuhan dan hewan tersusun dari
sel sel, namun yang penting bukanlah dinding sel melainkan isi sel yang
disebut protoplasma. (Sutrian, 2004 : 13 )
Struktur sel hanya dapat dipelajari melalui pengamatan mikroskop.
Mikroskop cahaya dipergunakan untuk perbesaran sel hidup hingga 1500 kali.
Mikroskop elektron dipakai untuk memperbesar sel (mati) khusus sediaan
hingga 250.000 kali. (Herlina , 2004 : 50)
Tubuh tumbuhan terdiri dari satuan yang dapat dikenal secara morfologis
yakni sel, yang masing masing diselubungi oleh dinding sendiri dan melekat
pada sel lain dengan adanya zat pelekat antar sel. Dalam kumpulan sel seperti
itu dapat dikenali pengelompokkan sel yang berbeda dari segi struktur atau
fungsi atau dari keduanya. ( Estiti, 2005 : 10)
II. Tanggal dan Tempat Pratikum
Hari, Tanggal : Selasa, 15 Agustus 2017
Tempat : Kelas XI IPA-2 SMA N 1 Dukuhwaru
III. Judul Pratikum
Mengenal serta Mengamati Struktur Sel Hewan dan Struktur Sel Tumbuhan
IV. Tujuan
Tujuan diadakannya pratikum ini yaitu agar siswa dapat mengenal struktur
hewan dan struktur tumbuhan, selain itu siswa juga dapat mengetahui bagian sel
hewan dan bagian sel tumbuhan, siswa juga dapat mengamati struktur sel hewan dan
tumbuhan menggunakan mikroskop, serta dapat mengetahui dan menyebutkan bagian
mikroskop, fungsi mikroskop, dan cara menggunakan mikroskop.
V. Alat dan Bahan
Mikroskop monokuler
Kaca preparat
Lensa obyektif
Lensa okuler
VI. Cara Kerja
1. Siapkan semua alat dan bahan.
2. Letakkan mikroskop di atas meja, untuk memindahkan mikroskop gunakan
cara yang benar, yaitu tangan kanan memegang mikroskop dan tangan kiri
menompang kaki mikroskop.
3. 3. Aturlah perbesaran lensa okuler dan lensa obyektif, dengan cara mengganti
ukuran lensa obyektif dan okuler,untuk pemula biasanya menggunakan
perbesaran 50x .
4. Putar revolver sehingga lensa obyektif dengan perbesaran lemah berada pada
posisinya satu poros dengan lensa okuler yang ditandai bunyi klik pada
revolver.
5. Mengatur cermin dan diafragma untuk melihat kekuatan cahaya masuk,
hingga dari lensa okuler tampak terangberbentuk bulat.
6. Letakkan preparat pada meja preparat.
7. Jepitlah preparat dengan penjepit preparat pada mikroskop.
8. Aturlah fokus dan kedekatan lensa obyektif dengan objek yang akan diamati
dengan cara memutar makrometer kasar ( pemutar kasar ).
9. Mencari gambar yang paling jelas dan mengamati struktur sel hewan tersebut.
10. Mengambil foto tersebut untuk pelengkap pembuatan laporan pratikum.
VII. Hasil
Sel tumbuhan
1. Daun Rhoeo discolor
Perbesaran : 50 x
Lensa okuler : 5 x
Lensa obyektif : 10 x
Versi Internet :
4. 2. Daun Hydrilla verticillata
Perbesaran : 50 x
Lensa okuler : 5 x
Lensa obyektif : 10 x
Versi Internet :
11. Versi internet :
VIII. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum biologi mengenai sel hewan dan sel tumbuhan
dapat di simpulkan bahwa;
1. Sel merupakan penyusun struktur kehidupan yang paling kecil atau paling
sederhana.
2. Pada sel hewan bentuk sel tidak tetap karena tidak memiliki dinding sel
sehingga membrane sel dapat bergerak dengan bebas.
3. Pada tumbuhan memiliki bentuk yang tetap karena memliki sel sehingga
gerakan membrane sel terbatas.
4. Pada praktikum mengenai sel hewan dan tumbuhan adapun alat-alat yang
digunakan diantaranya; microskop monokuler, lensa okuler, lensa obyektif,
dan preparat.
5. Teori sel hewan dikemukakan oleh ilmuan Jerman bernama Theodor Schwan,
sedangkan tumbuhan oleh Jacob Schleiden.
IX. Saran
Setiap pengamatan harus dilakukan dengan teliti untuk mendapatkan hasil
yang maximal. Dalam proses pengamatan objek dengan menggunakan microskop
pengaturan focus sebaiknya dilakukan dengan pelan-pelan.
X. Daftar Pustaka