dalam presentasi ini dijelaskan mengenai penyakit campak ; epidemiologi, etiologi, patofisiologi, management dan vaksinasi. semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Dokumen tersebut membahas tentang pelayanan penyakit tuberkulosis (TB) di keluarga. Topik utama meliputi definisi TB, gejala, diagnosis, pengobatan, pencegahan penularan, serta indikator untuk pelayanan TB yang sesuai standar bagi anggota keluarga. Dokumen ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang pelayanan TB di tingkat keluarga.
Pengkajian Kegawatdaruratan Masa Kehamilan pjj_kemenkes
Modul ini membahas langkah-langkah kegiatan pengkajian kasus kegawatdaruratan masa nifas. Pengkajian mencakup data subjektif seperti keluhan utama, riwayat kehamilan, kebidanan, dan kesehatan pasien. Pengkajian data objektif meliputi pemeriksaan fisik umum, status saat ini, dan obstetrik, beserta hasil pemeriksaan laboratorium dan penunjang lainnya. Tugas selanjutnya adalah mendok
dalam presentasi ini dijelaskan mengenai penyakit campak ; epidemiologi, etiologi, patofisiologi, management dan vaksinasi. semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Dokumen tersebut membahas tentang pelayanan penyakit tuberkulosis (TB) di keluarga. Topik utama meliputi definisi TB, gejala, diagnosis, pengobatan, pencegahan penularan, serta indikator untuk pelayanan TB yang sesuai standar bagi anggota keluarga. Dokumen ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang pelayanan TB di tingkat keluarga.
Pengkajian Kegawatdaruratan Masa Kehamilan pjj_kemenkes
Modul ini membahas langkah-langkah kegiatan pengkajian kasus kegawatdaruratan masa nifas. Pengkajian mencakup data subjektif seperti keluhan utama, riwayat kehamilan, kebidanan, dan kesehatan pasien. Pengkajian data objektif meliputi pemeriksaan fisik umum, status saat ini, dan obstetrik, beserta hasil pemeriksaan laboratorium dan penunjang lainnya. Tugas selanjutnya adalah mendok
Dokumen tersebut membahas tentang penyelidikan epidemiologi penyakit menular dan potensi kejadian luar biasa (KLB). Ia menjelaskan pengertian KLB dan wabah, prinsip dasar penyelidikan epidemiologi, serta langkah-langkah sistematis melakukan penyelidikan epidemiologi mulai dari penerimaan laporan awal, verifikasi diagnosis, hingga diseminasi hasilnya.
Bahan Tayang Penyelidikan Epidemiologi KLB.pptxYaniArpha
Penyelidikan epidemiologi merupakan suatu kegiatan penyelidikan atau survey yang bertujuan untuk mengetahui besaran masalah, gambaran epidemiologi, dan faktor risiko suatu penyakit menular atau kejadian luar biasa seperti wabah maupun KLB. Langkah-langkahnya meliputi penerimaan informasi, verifikasi diagnosis kasus, analisis deskriptif, penetapan sumber dan cara penularan, serta rekomendasi penanggulangan.
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang cara penemuan pasien terduga tuberculosis (TB) melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Terduga TB dapat ditemukan melalui penemuan pasif di fasilitas kesehatan atau penemuan aktif di masyarakat dengan melibatkan kader posyandu. Setelah ditemukan, terduga TB akan dicatat dan hasil pemeriksaan dahaknya akan dilaporkan ke labor
Dokumen tersebut membahas tentang konsep dasar wabah dan penyakit-penyakit yang dapat menimbulkan wabah beserta tanda-tandanya. Beberapa penyakit yang dijelaskan antara lain kolera, pes, demam kuning, demam bolak-balik, tifes, campak, polio, difteri, pertusis, rabies, malaria, influenza, dan hepatitis.
Penelitian ini meninjau konkordansi diagnosis tiga penyakit pernapasan pada anak (bronkopneumonia, penyakit saluran napas reaktif, bronkiolitis) antara diagnosis rumah sakit dengan kriteria kasus CDC berdasarkan tinjauan rekam medis 186 pasien dari tiga rumah sakit di Nigeria Tenggara. Hasilnya menunjukkan tingkat konkordansi diagnosis yang bervariasi untuk ketiga penyakit dengan nilai prediktif positif tertinggi untuk bronkopneumonia (
Anamnesis sistematis dimulai dengan memperkenalkan diri dokter dan tujuan pemeriksaan, lalu menanyakan identitas pasien, keluhan utama yaitu demam dan batuk selama 6 bulan, keluhan penyerta seperti sesak napas dan bengkak perut, riwayat imunisasi yang tidak lengkap, riwayat kehamilan dan tumbuh kembang anak, serta riwayat kebiasaan ayah yang merokok. Pemeriksaan fisik menemukan demam,
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai pemeriksaan laboratorium dan diagnostik, termasuk jenis-jenis pemeriksaan, persiapan spesimen, dan cara pelaksanaannya. Pemeriksaan laboratorium digunakan untuk diagnosis penyakit, sedangkan pemeriksaan diagnostik seperti USG, rontgen, dan Pap smear digunakan untuk mendiagnosis penyakit lebih lanjut.
Studi ini membahas epidemiologi deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan distribusi masalah kesehatan berdasarkan faktor orang, tempat, dan waktu serta memberikan informasi untuk perencanaan program kesehatan. Studi deskriptif meliputi laporan kasus, seri kasus, studi korelasi, dan studi potong lintang."
Dokumen tersebut membahas tentang penyelidikan epidemiologi penyakit menular dan potensi kejadian luar biasa (KLB). Ia menjelaskan pengertian KLB dan wabah, prinsip dasar penyelidikan epidemiologi, serta langkah-langkah sistematis melakukan penyelidikan epidemiologi mulai dari penerimaan laporan awal, verifikasi diagnosis, hingga diseminasi hasilnya.
Bahan Tayang Penyelidikan Epidemiologi KLB.pptxYaniArpha
Penyelidikan epidemiologi merupakan suatu kegiatan penyelidikan atau survey yang bertujuan untuk mengetahui besaran masalah, gambaran epidemiologi, dan faktor risiko suatu penyakit menular atau kejadian luar biasa seperti wabah maupun KLB. Langkah-langkahnya meliputi penerimaan informasi, verifikasi diagnosis kasus, analisis deskriptif, penetapan sumber dan cara penularan, serta rekomendasi penanggulangan.
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang cara penemuan pasien terduga tuberculosis (TB) melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Terduga TB dapat ditemukan melalui penemuan pasif di fasilitas kesehatan atau penemuan aktif di masyarakat dengan melibatkan kader posyandu. Setelah ditemukan, terduga TB akan dicatat dan hasil pemeriksaan dahaknya akan dilaporkan ke labor
Dokumen tersebut membahas tentang konsep dasar wabah dan penyakit-penyakit yang dapat menimbulkan wabah beserta tanda-tandanya. Beberapa penyakit yang dijelaskan antara lain kolera, pes, demam kuning, demam bolak-balik, tifes, campak, polio, difteri, pertusis, rabies, malaria, influenza, dan hepatitis.
Penelitian ini meninjau konkordansi diagnosis tiga penyakit pernapasan pada anak (bronkopneumonia, penyakit saluran napas reaktif, bronkiolitis) antara diagnosis rumah sakit dengan kriteria kasus CDC berdasarkan tinjauan rekam medis 186 pasien dari tiga rumah sakit di Nigeria Tenggara. Hasilnya menunjukkan tingkat konkordansi diagnosis yang bervariasi untuk ketiga penyakit dengan nilai prediktif positif tertinggi untuk bronkopneumonia (
Anamnesis sistematis dimulai dengan memperkenalkan diri dokter dan tujuan pemeriksaan, lalu menanyakan identitas pasien, keluhan utama yaitu demam dan batuk selama 6 bulan, keluhan penyerta seperti sesak napas dan bengkak perut, riwayat imunisasi yang tidak lengkap, riwayat kehamilan dan tumbuh kembang anak, serta riwayat kebiasaan ayah yang merokok. Pemeriksaan fisik menemukan demam,
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai pemeriksaan laboratorium dan diagnostik, termasuk jenis-jenis pemeriksaan, persiapan spesimen, dan cara pelaksanaannya. Pemeriksaan laboratorium digunakan untuk diagnosis penyakit, sedangkan pemeriksaan diagnostik seperti USG, rontgen, dan Pap smear digunakan untuk mendiagnosis penyakit lebih lanjut.
Studi ini membahas epidemiologi deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan distribusi masalah kesehatan berdasarkan faktor orang, tempat, dan waktu serta memberikan informasi untuk perencanaan program kesehatan. Studi deskriptif meliputi laporan kasus, seri kasus, studi korelasi, dan studi potong lintang."
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Langkah 4 Membuat Dev Kasus menemukan kasus By. NOVIANI.pdf
1. Langkah 4 : Membuat Definisi
Kasus & Menemukan Kasus
Noviani, SKM, M.Epid, AAK
2. Langkah 4a : Membuat Definisi
Kasus
Noviani, SKM, M.Epid, AAK
3. Sub Pokok Bahasan
• Definisi Kasus (pengertian, Kriteria & Definisi
Kasus yang ideal)
• Pembagian tingkatan kasus (meragukan,
mungkin, pasti)
• Definisi kasus pada penyakit yang belum
terdiagnosis
• Definisi kasus pada penyakit yang sudah jelas
diagnosisnya
4. • Definisi Kasus adalah : seperangkat kriteria
untuk menentukan apakah seseorang harus
diklasifikasikan sakit atau tidak sakit
• Definisi Kasus meliputi : kriteria klinis dan
terutama dalam penyelidikan wabah/KLB
dibatasi oleh orang, tempat dan waktu
• Keriteria yang dibuat harus digunakan secara
konsisten pada saat melalukan PE atau
investigasi
• Bila ada perubahan dalam perjalan PE atau
investigasi perlu didiskuskan dengan seluruh
Tim
5. • Kriteria Klinis yang dipilih adalah : tanda yang
sederhana dan obyektif misal panas > 38oC,
buang air lembek > 3 kali sehari, muntah, batuk,
pilek, bercak dikulit dll.
• Keriteria waktu : ada batasan waktu, waktu
dibatasi misal dalam hari, minggu, bulan terakhir
• Keriteria tempat : ada batasan tempat misal pada
balita yang tinggal di desa/kelurahan kedamaian
• Keriteria orang: balita, bayi, anak sekolah atau
orang yang tinggal di desa/kelurahan Rajabasa.
6. Definisi kasus yang ideal adalah :
• Harus mencakup seluruh atau sebagian besar
penderita
• Hanya sedikit kasus yang positif palsu (false
positive) : orang yang sesungguhnya tidak
sakit tetapi memenuhi definisi kasus
7. • Pada awal penyelidikan, investigator sering
menggunakan definisi kasus yang “longga”
• Hal ini untuk memudahkan investigator dalam
menemukan besarnya masalah dan populasi yang
diserang
• Pada saat ini hipotesis awal telah dapat
dikembangkan
• Selanjutnya bila hipotesis telah lebih tajam, definisi
kasus dapat diperketat untuk menyingkirkan kasus
yang meragukan
• Kasus false positive dapat menyebakan bias
8. Investigator sering membagi kasus menjadi 3
kategori yaitu :
• Kasus pasti (confirmed)
Kasus ini harus disertai dengan pemeriksaan
laboratorium yang hasilnya positif
• Mungkin (probable)
Kasus ini harus memenuhi semua ciri klinis
penyakit tetapi tampa pemeriksaan
laboratorium
• Meragukan (posible)
Kasus yang hanya memenuhi sebagian gejala
klinis saja
9. • Perlu diketahui riwayat penyakit masing-masing penderita
dan tersangka penderita.
• Penderita yang tercatat , hanyalah penderita (gejala berat)
yang datang berobat ke pelayanan kesehatan
• Penderita dengan gejala ringan cenderung tidak pergi ke
pelayanan kesehatan, sehingga tidak tercatat
• Pencarian penderita ini dibutuhkan untuk alat diagnosis,
minimal mencari dengan gejala klinis, atau bila
memungkinkan dengan konfirmasi laboratorium
• Untuk memudahkan pencarian penderita dapat dipakai
gejala klinis yang penting saja/khas sebagai diagnosis kerja
10. Contoh :
• Penyakit campak (measles, morbilli) dengan kriteria klinis “
panas, batuk, pilek, mata merah seperti habis menangis,
bercak merah dikulit mulai dari telinga sampai seluruh tubuh
yang kemudian menjadi hitam
• Namun dalam diagnosis kerja dapat dipilih gejala : “ panas,
batuk, pilek, bercak merah dikulit”.
• Mata merah dan penyebaran bercak adalah hal yang tidak
mudah diingat, dapat menyebabkan kehilangan penderita
dari pengamatan karena mereka lupa akan gejala tersebut
(recall bias)
• Penting diingat , wabah/KLB umumnya baru diketahui
setelah mencapai atau melewati puncak, sehingga sebagian
penderita sudah sembuh)
11. Penyakit Belum Terdiagnosis
• Diagnosis kerja yang dibuat berdasarkan gejala yang
paling banyak diderita (frekuensi terbesar) yang
sedapat mungkin dapat menggambarkan proses
penyakit dan cukup spesifik. Misal :
• Panas menjadi tanda adanya radang namun tidak
menunjukkan dimana proses radang tsb,
• Panas dengan batuk pilek atau sakit menelan
menunjukkan radang pada saluran nafas bagian atas,
• Panas disertai dengan gejala kuning (icterus)
menunjukkan adanya proses peradangan hati
12. Diagnosis Kerja
• Pada fase lanjut diagnosis kerja dibuat lebih
spesifik dengan menambah diagnosis
epidemiologi
• Contoh : wabah campak di pangkoh, Kalteng,
diagnosis kerja
• Diagnosis kerja untuk menentukan kasus :
anak balita Pangkoh dengan gejala panas.
Bapil, bercak merah-merah dikulit yang terjadi
antara tanggal .... s/d ..... Tahun ....
13. Contoh pada KLB penyakit Diare di
perusahaan X
• Diagnosis kerja : sakit perut dan mencret dengan
atau tampa gejala lain (kedua ini dipilih karena
merupakan gejala yang paling banyak diderita &
gejala radang pada sal pencernaan bawah, mencari
sebanyak mungkin penderita akibat keracunan
makanan)
• Dalam pencarian penderita kriteria yang digunakan
harus konsisten
• Jika dalam perjalanan PE ternyata ditemukan gejala
lain (diskusikan kembali )
14. Tabel 2
Frekuensi gejala yang diderita oleh 235 orang karyawan yang menyatakan sakit
pada kejadian letusan penyakit diare
di sebuah perusahaan perakitan motor di Jakarta tahun 1976.
Macam gejala Penderita yang mempunyai gejala
Jumlah %
1. Sakit perut 207 (207/235) X 100%
2. Mencret 191
3. Muntah 11
4. Pusing 36
5. Panas 24
6. Sakit tenggorok 0
7. Lain-lain 10
Sumber: Buchari Lapau dkk. (1976) Penyelidikan Letusan Penyakit Diare di
Perusahaan Perakitan Motor, Jakarta , Universitas Indonesia, Fakultas Kesehatan Masyarakat.
15. Tabel 2
Frekuensi gejala yang diderita oleh 235 orang karyawan yang menyatakan sakit
pada kejadian letusan penyakit diare
di sebuah perusahaan perakitan motor di Jakarta tahun 1976.
Macam gejala Penderita yang mempunyai gejala
Jumlah %
1. Sakit perut 207 88.1
2. Mencret 191 81.3
3. Muntah 11 4.7
4. Pusing 36 15.3
5. Panas 24 10.2
6. Sakit tenggorok 0 0
7. Lain-lain 10 4.3
Sumber: Buchari Lapau dkk. (1976) Penyelidikan Letusan Penyakit Diare di
Perusahaan Perakitan Motor, Jakarta , Universitas Indonesia, Fakultas Kesehatan Masyarakat.
16. Keterangan yang diambil dari
penderita
1. Gejala yang diderita (menegakkan diagnosis dan
mencari penderita)
2. Waktu timbulnya gejala pertam (time of onset)
untuk menggambarkan distribusi penderita
berdasarkan waktu timbul gejala pertama/kurva
epidemiologi, mencari masa inkubasi & perkiraan
saat terjadinya penularan
17. Keterangan yang diambil dari penderita
3. Data Umum Penderita
a. Pengelompokan penderita berdasarkan umur,
sex, tempat
b. Kesempatan penderita untuk kontak dengan
penderita lain
c. Pada contoh diatas keracunana makanan diduga
penyebabnya adalah makanan yang disiapkan
oleh perusahaan
d. Contoh lain : pada wabah/KLB radang mata
(conjungtivitis) diantara anak usia 6 – 12 tahun
diduga penulara terjadi di sekolah atau tempat
mereka bermain
18. Penyakit pada KLB yang sudah jelas
Diagnosisnya
• Bila diagnosis telah diketahui, maka masa inkubasi
akan diketahui dan cara penularan juga diketahui
• Maka yang perlu ditanyakan pada penderita adalah
kegiatan apa yang dilakukan dalam waktu masa
inkubasi sampai dia sakit
• Bila penyakit tersebut punya cara penularan khusus
maka pertanyaan diarahkan kepada cara
penularannya
19. Penyakit pada KLB yang sudah jelas
Diagnosisnya
• Contoh : gondongan (mumps, porotitis epidemica),
penularan terjadi 2- 3 minggu sebelum timbulnya gejala &
karena penyakit ini ditularkan dari orang ke orang , mungkin
penularan terjadi pada saat perkumpulan pertemuan, rapat,
arisan, pesta, sekolah dan lain-lain
• Contoh : Hepatitis A penularan diperkirakan 15 – 50 hari
sebelum penderita sakit & penularan umumnya via
makanan minuman. Maka tanyakan peristiwa apa yang
berlangsung antara 2 – 7 minggu sebelum sakit yang
berhubungan dengan makanan minuman. Tanyakan apa
pernah makan di RM, pesta, perjamuan selama kurun waktu
tersebut
20. Penyakit pada KLB yang belum jelas
Diagnosisnya
• Bila diagnosis belum diketahui namun telah ada
dugaan tentang peristiwa penyebab sakit,
pertimbangkan apakah peristiwa tsb dapat diterima
secara akal sehat (common sence) sebagai penyebab
KLB/wabah
• Bila masa inkubasi dan sumber penularan tidak
diketahui maka maka harus dicari hal-hal yang sama
pada setiap penderita
21. Penyakit pada KLB yang belum jelas
Diagnosisnya
Beberapa patokan yang dipakai adalah :
• Pencemaran makanan atau air biasanya menyebabkan
gangguan pencernaan
• Penularan melalui udara sering terjadi pada penyakit saluran
pernafasan, kulit, mata serta selaput lendir
• Luka atau lesi pada kulit menuntun kecurigaan ke arah
binatang atau serangga
• Apakah penderita pernah bebergian (kontak dengan sumber
penyakit ) misal : wisata, perjalanan haji (meningitis)
• Pergunakan formulir yang sesuai dengan dugaan penyakit
yang terjadi
22. Langkah 4b : Menemukan &
Menghitung Kasus
Noviani, SKM, M.Epid, AAK
23. 4.b. Menemukan & Menghitung Kasus
• Banyak KLB/wabah diketahui dari petugas kesehatan atau
penduduk
• Namun kasus yang dilaporkan hanya sebagian kecil & tidak
mewakili kasus yang sesungguhnya
• Tim atau petugas kesehatan harus menemukan semua
kasus yang ada untuk menentukan wilayah dan populasi
terjangkit
• Tim harus menemukan sebanyak mungkin sumber yang ada
untuk menemukan kasus
• Metode yang digunakan untuk menemukan kasus harus
sesuai dengan penyakit & kejadian yang diteliti
24. 4.b. Menemukan & Menghitung Kasus
• Kasus harus dicari di fasilitas kesehatan yang
mampu memberikan diagnosis ex. DPS, RS,
Laboratorium, Puskesmas
• Terkadang dapat diinformasikan melalui media
lokal
• Contoh : KLB/Wabah akibat Salmonellosis akibat
susu yang tercemar. Adanya informasi akan
mengingatkan masyarakat untuk menghindari
kontak dengan susu dan segera mengunjungi
yankes bila punya gejala yang sama dengan
penyakit yang diduga KLB/wabah
25. 4.b. Menemukan & Menghitung Kasus
• Bila populasi terbatas (sekolah, pengunjung pesta,
kapal pesiar, tempat kerja/perusahaan) dapat
dilakukan survey pada seluruh populasi.
• Dapat dilakukan dengan membagikan kuesioner
untuk memastikan gejala klinis atau mengumpulkan
sedian laboratorium untuk menentukan penyakit
yang tidak menampakkan gejala.
• Tanyakan juga pada penderita apakah ada keluarga
& orang lain yang memiliki gejala yang sama
26. 4.b. Menemukan & Menghitung Kasus
Informasi lain yang harus dikumpulkan :
1. Data pribadi penderita : nama, alamat jelas, no
telp/hp (untuk memberikan hasil lab/hasil
penyelidikan, mencari informasi tambahan,
menetapan wilayah terserang)
2. Data Demografi : Umur, Jenis kelamin, ras,
pekerjaan (untuk melihat ciri0ciri dari populasi
berisiko)
3. Data klinis : untuk membuat definisi kasus, waktu
timbulnya gejala pertama (informasi pola
kejadian), informasi klinis tambahan (gambaran
spektrum penyakit)
27. 4.b. Menemukan & Menghitung Kasus
Informasi lain yang harus dikumpulkan :
4. Informasi Faktor Risiko : harus dibuat sesuai
perkiraan penyakit, ex : Hepatitis A harus segera
dipastikan makanan dan minuman yang
dikonsumsi penderita
5. Informasi Pelapor : untuk mencari informasi
tambahan atau memberikan umpan balik tentang
hasil penyelidikan
28. 4.b. Menemukan & Menghitung Kasus
• Pengumpulan data menggunakan formulir
pelaporan, kuesioner atau formulir lainnya
• Hasil dari formulir tersebut baru dimasukkan sesuai
dengan masing-masing penderita