2. Definisi Wabah
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa
Indonesia 1989
• Wabah berarti penyakit menular yang berjangkit dengan cepat,
menyerang sejumlah besar orang di daerah yang luas.
Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal
Pemberantasan Penyakit Menular dan
Penyehatan Lingkungan Pemukiman 1981
• Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang
telah meluas secara cepat, baik jumlah kasusnya maupun daerah
terjangkit
3. Selain kata wabah
• letusan (outbreak)
• kejadian luar biasa (KLB = unusual event)
Di Indonesia
• pernyataan adanya wabah hanya boleh ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan
4. Cara Mengungkapkan Wabah
• dideteksi dari analisis data surveilans rutin
• adanya laporan petugas, pamong ataupun warga yang
cukup perduli
5. Alasan menyelidiki
kemungkinan wabah
• Mengadakan penanggulangan dan pencegahan
• Kesempatan mengadakan penelitian dan pelatihan
• Pertimbangan Program
• Kepentingan Umum, Politik dan Hukum
6. Langkah-Langkah
Investigasi Wabah
1. Persiapan Investigasi di Lapangan
2. Memastikan adanya Wabah
3. Memastikan diagnosis
4. a. Membuat definisi kasus
4. b. Menemukan dan menghitung Kasus
5. Epidemiologi deskriptif (waktu, tempat, orang)
6. Membuat hipotesis
7. Menilai hipotesis (penelitian kohort dan penelitian kasus-kontrol)
8. Memperbaiki hipotesis dan mengadakan penelitian tambahan
9. Melaksanakan pengendalian dan pencegahan
10. Menyampaikan hasil penyelidikan
7. Langkah 1: Persiapan Investigasi di
Lapangan
Kategori yang perlu dipersiapkan:
1) Investigasi (pengetahuan ilmiah yang sesuai,
perlengkapan dan alat)
2) administrasi (prosedur administrasi
3) Konsultasi (peran masing-masing petugas yang turun ke
lapangan)
8. Langkah 2: Memastikan adanya Wabah
• Menentukan apakah jumlah kasus yang ada sudah
melampaui jumlah yang diharapkan
– Dilakukan dengan membandingkan jumlah yang ada saat itu
dengan jumlahnya beberapa minggu atau bulan sebelumnya,
atau dengan jumlah yang ada pada periode waktu yang sama
di tahun-tahun sebelumnya
9. Sumber Informasi
• Sumber informasi bervariasi bergantung pada situasinya
– Untuk penyakit yang harus dilaporkan, digunakan catatan hasil surveilens
– Untuk penyakit/ kondisi lain, digunakan data setempat yang tersedia
– Bila data lokal tidak ada, dapat digunakan rate dari wilayah di dekatnya
atau data nasional
– Boleh juga dilaksanakan survei di masyarakat untuk menentukan kondisi
penyakit yang biasanya ada.
10. Langkah 3: Memastikan Diagnosis
• Tujuan dalam pemastian diagnosis adalah (1) untuk memastikan
bahwa masalah tersebut telah didiagnosis dengan patut (2) untuk
menyingkirkan kemungkinan kesalahan laboratorium yang
menyebabkan peningkatan kasus yang dilaporkan
• Semua temuan klinis harus disimpulkan dalam distribusi
frekuensi
– Distribusi ini penting untuk menggambarkan spektrum penyakit,
menentukan diagnosis, dan mengembangkan definisi kasus
• kunjungan terhadap satu atau dua penderita
11. Langkah 4a: Membuat Definisi Kasus
• Definisi kasus meliputi kriteria klinis dan terutama dalam
penyelidikan wabah dibatasi oleh waktu, tempat dan
orang
• Bila penyakitnya belum terdiagnosis, diagnosis kerja
dibuat berdasarkan gejala-gejala yang paling banyak
diderita, sedapat mungkin yang dapat menggambarkan
proses penyakit yang pathognomonis, dan cukup spesifik.
12. Level Kasus
– Kasus Pasti (Confirmed): Harus disertakan pemeriksaan
lab hasil +
– Kasus Mungkin (Probable): Harus memenuhi semua ciri
klinis penyakit, tanpa pemeriksaan lab
– Kasus Meragukan (Possible): Biasanya hanya memenuhi
sebagian gejala klinis saja
13. Frekuensi gejala yang diderita oleh 235 orang karyawan yang menyatakan sakit
pada kejadian letusan penyakit diare
di sebuah perusahaan perakitan motor di Jakarta tahun 1976.
Macam gejala Penderita yang mempunyai gejala
Jumlah %
1. Sakit perut 207 (207/235) X 100%
2. Mencret 191
3. Muntah 11
4. Pusing 36
5. Panas 24
6. Sakit tenggorok 0
7. Lain-lain 10
Sumber: Buchari Lapau dkk. (1976) Penyelidikan Letusan Penyakit Diare di
Perusahaan Perakitan Motor, Jakarta , Universitas Indonesia, Fakultas Kesehatan Masyarakat.
14. Tabel
Frekuensi gejala yang diderita oleh 235 orang karyawan yang menyatakan sakit
pada kejadian letusan penyakit diare
di sebuah perusahaan perakitan motor di Jakarta tahun 1976.
Macam gejala Penderita yang mempunyai gejala
Jumlah %
1. Sakit perut 207 88.1
2. Mencret 191 81.3
3. Muntah 11 4.7
4. Pusing 36 15.3
5. Panas 24 10.2
6. Sakit tenggorok 0 0
7. Lain-lain 10 4.3
Sumber: Buchari Lapau dkk. (1976) Penyelidikan Letusan Penyakit Diare di
Perusahaan Perakitan Motor, Jakarta , Universitas Indonesia, Fakultas Kesehatan Masyarakat.
15. Langkah 4b: Menemukan dan Menghitung
Kasus
Dikumpulkan informasi berikut ini dari setiap kasus:
• Data indentifikasi -- nama, alamat, nomor
telepon
• Data demografi-- umur, jenis kelamin, ras, dan
pekerjaan
• Data klinis
• Faktor risiko-- harus dibuat khusus untuk tiap
penyakit.
• Informasi pelapor mencari informasi
tambahan atau memberikan umpan balik
16. 5. Gambaran Perjalanan wabah berdasarkan
waktu
Kurve Epidemi
• Gambar perjalanan suatu letusan, berupa histogram dari
jumlah kasus berdasarkan waktu timbulnya gejala
pertama
17. Manfaat Kurva Epidemi
• Mendapatkan Informasi tentang perjalanan wabah dan
kemungkinan kelanjutan
• Bila penyakit dan masa inkubasi diketahui, dapat memperkirakan
kapan pemaparan terjadi memusatkan penyelidikan pada
periode tersebut
• Kesimpulan pola kejadian -- apakah bersumber tunggal,
ditularkan dari orang ke orang, atau campuran keduanya
18. Manfaat diketahuinya masa inkubasi
1. Bila penyakit belum diketahui, informasi tentang masa
inkubasi bersama diagnosis penyakit dapat
mempersempit differential diagnosis
2. Untuk memperkirakan saat terjadinya penularan
19. Langkah 6: Membuat hipotesis
Formulasikan hipotesis
• meliputi sumber agen penyakit
• cara penularan (dan alat penularan atau vektor)
• dan pemaparan yang mengakibatkan sakit
20. Hipotesis dapat
dikembangkan dengan cara:
a. Mempertimbangkan apa yang diketahui tentang penyakit
itu:
Apa reservoir utama agen penyakitnya?
Bagaimana cara penularannya?
Bahan apa yang biasanya menjadi alat penularan?
Apa saja faktor yang meningkatkan risiko tertular?
b. Wawancara dengan beberapa penderita
c. mengumpulkan beberapa penderita mencari kesamaan
pemaparan.
d. Kunjungan rumah penderita
e. Wawancara dengan petugas kesehatan setempat
f. Epidemiologi diskriptif
21. Langkah 7: Menilai Hipotesis
Dalam penyelidikan lapangan, hipotesis dapat dinilai
dengan salah satu dari dua cara ini:
1. Dengan membandingkan hipotesis dengan fakta yang
ada, atau
2. Dengan analisis epidemiologi untuk
mengkuantifikasikan hubungan dan menyelidiki
peran kebetulan.
22. Penelitian Kohort
• Merupakan teknik uji terbaik dalam investigasi wabah pada
populasi yang kecil dan jelas batasnya
• Dalam memeriksa informasi, ada tiga hal yang harus
diperhatikan:
– Attack rate tinggi pada mereka yang terpapar
– Attack rate rendah pada mereka yang tidak terpapar
– Sebagian besar penderita terpapar, sehingga pemaparan dapat
menerangkan sebagian besar dari kejadian
23. Langkah 8: Memperbaiki Hipotesis dan mengadakan
Penelitian tambahan
• Penelitian Epidemiologi
– epidemiologi analitik
• Penelitian Laboratorium dan Lingkungan
Pemeriksaan serum
Pemeriksaan tempat pembuangan
tinja
24. Langkah 9: Melaksanakan Pengendalian dan
Pencegahan
• pengendalian seharusnya dilaksanakan secepat mungkin
• upaya penanggulangan biasanya hanya dapat diterapkan setelah
sumber wabah diketahui
• Pada umumnya, upaya pengendalian diarahkan pada mata rantai
yang terlemah dalam penularan penyakit.
• Upaya pengendalian mungkin diarahkan pada agen penyakit,
sumbernya, atau reservoirnya.
25. Langkah 10: Menyampaikan Hasil
Penyelidikan
• Penyampaian hasil dapat dilakukan dengan dua cara:
• (1) Laporan lisan pada pejabat setempat
– dilakukan di hadapan pejabat setempat dan mereka yang
bertugas mengadakan pengendalian dan pencegahan
• (2) laporan tertulis
26. Penyampaian hasil penyelidikan
• Laporan harus jelas, meyakinkan, disertai rekomendasi yang tepat dan
beralasan
• Sampaikan hal-hal yang sudah dikerjakan secara ilmiah; kesimpulan dan
saran harus dapat dipertahankan secara ilmiah
• Laporan lisan harus dilengkapi dengan laporan tertulis, bentuknya sesuai
dengan tulisan ilmiah (pendahuluan, latar belakang, metodologi, hasil,
diskusi, kesimpulan, dan saran)
• Merupakan cetak biru untuk mengambil tindakan
• Merupakan catatan dari pekerjaan, dokumen dari isu legal, dan merupakan
bahan rujukan apabila terjadi hal yang sama di masa datang
27. Pelaporan tertulis
a. Pendahuluan (gambaran peristiwa)
b. Latar belakang (geografis, politis, ekonomis, demografis, historis)
c. Uraian tentang investigasi yang dilakukan (alasan, metode,
sumber informasi)
d. Hasil investigasi (fakta, karakteristik kasus, angka serangan,
tabulasi, kalkulasi, kurva, pemeriksaan laboratorium,
kemungkinan sumber infeksi, suspek suatu sumber penularan,
dan lain-lain)
28. e. Analisis data dan simpulan
f. Uraian tentang tindakan (penanggulangan)
g. Uraian dampak
Populasi: akibat kesehatan, hukum, ekonomis
h. Tindakan penanggulangan terhadap
Populasi status kekebalan, cara hidup
Reservoir jumlah, distribusi
Vektor jumlah, distribusi
i. Penemuan penyebab menular baru
Saran (Perbaikan prosedur surveilens,
penanggulangan di masa depan