2. Pendahuluan
• Dalam pelaporan wabah, terkadang ditemukan
bahwa laporan yang dilaporkan bukannya penyakit
yang sesungguhnya tetapi hanya dugaan penyakit
atau gejala penyakit
• Andaipun penyebab wabah telah diberitahukan
oleh tenaga kesehatan setempat, pemeriksaan
kembali untuk menyakinkan diagnosis (verifikasi)
tetap dilakukan, sebab setelah penyakit berlanjut
ternyata penyakit tersebut bukan penyakit yang kita
duga pada awalnya.
3. Penentuan (Verifikasi) Penyakit
• Dilaksanakan dengan pemeriksaan laboratorium, sebab gejala
penyakit umumnya tidak spesifik untuk menegakkan
diagnosis, apalagi bila dibutuhkan pengetahuan tentang
serotipe dari penyebab (agent)
• Tidak semua kasus yang ditemukan harus dilakukan
pemeriksaan laboratorium. Bila sebagian besar penderita
menunjukkan gejala yang sama dan 15% - 20% diantaranya
mendapatkan konfirmasi dari laboratorium itu sudah cukup
• Gejala-gejala khas penyakit akan dipakai dalam mencari
penderita yang belum ditemukan dimasyarakat, tersangka
penderita atau kontaknya (teman, keluarga) dan mencari
keterangan tambahan untuk menemukan sumber penularan
• Sepanjang investigasi, diagnosis penyakit dapat berubah
apabila dirasakan kurang tepat (ketika mendapatkan hal baru)
4. • Pemastian diagnosis berkaitan erat dengan
pemastian KLB/wabah
• Tujuan pemastian diagnosis adalah :
a. Untuk memastikan bahwa masalah/penyakit
tersebut telah didiagnosis dengan tepat
b. Untuk menyingkirkan kemungkinan kesalahan
laboratorium yang menyebabkan peningkatan
kasus yang dilaporkan
5. • Dalam pemastian diagnosis harus ditelaah :
temuan klinis dan hasil laboratorium
• Bila ada kesangsian/keraguan dalam hasil
laboratorium : diperlukan ahli laboratorium
untuk memeriksa teknik yang digunakan
apakah telah benar (ex. Rectal swab)
• Bila memerlukan pemeriksaan
sedian/spesimen khusus maka harus segera
diambil dari penderita dan jumlah yang
cukup (stool : muntahan, feces, dll)
6. Memastikan Diagnosis
• Semua temuan klinis harus disimpulkan dalam distribusi frekuensi, hal ini
penting karena :
a. Menggambarkan spektrum penyakit,
b. Menentukan diagnosis
c. Mengembangkan definisi kasus
• Kunjungan terhadap satu atau dua penderita untuk (beda antara melihat
pasien dengan hanya melihat data) :
a. Untuk menemukan diagnosis
b. Mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang penyakit dan
penderita
c. Menghasilkan informasi yang penting dari penderita (menurut penderita
: apa yang memapar mereka sebelum sakit, apa yang menyebakan sakit,
ada tidaknya teman atau orang lain yang sakitnya sama dengan mereka
yang sakit)
d. Informasi ini sangat berguna untuk mengembangkan hipotesis
7. Pemastian diagnosis penyakit dengan cara :
a. Mencocokkan gejala/tanda penyakit yang terjadi
pada individu.
b. Menyusun distribusi frekuensi gejala klinisnya.
Cara menghitung distribusi frekuensi dari tanda-tanda
dan gejala-gejala yang ada pada kasus adalah sebagai
berikut :
a. Buat daftar gejala yang ada pada kasus
b. Hitung persen kasus yang mempunyai gejala
tersebut
c. Susun ke bawah menurut urutan frekuensinya
8. Contoh Kasus :
No Gejala Klinis Jumlah penderita
dengan gejala
Frek (%)
1 Sakit Perut 207 88,1
2 Mencret 191 81,3
3 Muntah 11 4,7
4 Pusing 36 15,3
5 Panas 24 10,2
6 Sakit Tenggorok 0 0
7 Lain-lain 10 4,3
Jumlah 235 100
Frekuensi Gejala yang diderita oleh 235 orang karyawan yang menyatakan
sakit pada kejadian KLB penyakit Diare di sebuah perusahaan perakitan
motor di Jakarta tahun 1976