Kebudayaan Islam pada masa Pertengahan didominasi oleh tiga kerajaan besar yaitu Kerajaan Usmani di Turki, Kerajaan Safawi di Persia, dan Kerajaan Mughal di India. Masing-masing kerajaan berjasa dalam mengembangkan seni, arsitektur, dan pendidikan Islam.
2. KARAKTERISTI
K
• Eksistensi tiga kerajaan besar yakni Kerajaan Usmani di
Turki, Kerajaan Safawi di Persia dan Kerajaan Mughal di
India.
• Pergeseran dominasi non arab pasca dominasi arab
pada masa klasik.
• Umat Islam tidak berada dalam satu kesatuan politik
• Umat Islam masa pertengahan lebih banyak taklid
kepada ulama-ulama masa klasik
• Masa kemunduran
• Madrasah Usmani pertama didirikan di Izmir pada tahun
1331 M
2
3. KERAJAA
N USMANI
1. WAKTU
Lebih dari enam abad (1299 -
1924)
4. TERKENAL
• seni arsitektur Islam
• Masjid al-Muhammadi
• Masjid Agung Sulaiman
• Masjid Abi Ayyub al-Anshari
• Aya Shopia
2. KERUNTUHAN
Salah satu sebabnya,
kehendak rayatnya sendiri
melalui Revolusi Turki, dipimpin
oleh Mustafa Kemal
5. PENDIDIKAN
Mendorong madrasah menjadi
pusat pendidikan
3. KESUKSESAN
• Orang Turki andal dalam strategi
perang
• selalu ingin maju
• gaya hidupnya yang sederhana
• semangat jihad Islam
• letak Istanbul yang sangat strategis
• kondisi kerajaan-kerajaan
disekitarnya yang kacau
20XX 3
4. KERAJAAN
SAFAWI
BERDIRI
• (1503-1722 M)
• tarekat Safawiyah
KEMUNDURAN
Kemunduran kerajaan safawi
disebabkan oleh beberapa
faktor, diantaranya dari
perebutan kekuasaan
dikalangan keluarga kerajaan
KONDISI
Bangsa yang beradaban
tinggi dan berjasa
megembangkan ilmu
pengetahuan.
20XX 4
5. KERAJAAN MUGHAL BERDIRI
didirikan oleh Zahirudin Babur
(1526-1530 M)
TERKENAL
Kerajaan Mughal memiliki
keunggulan dibidang seni. Karya
seni yang menonjol adalah karya
sastra gubahan penyair istana, baik
yang berbahasa Persia maupun
India.
KEMUNDURAN
Kemunduran ini ditandai dengan
konflik dikalangan keluarga
kerajaan, yang saling berebut
kekuasaan. Faktor lainnya yang
sangat berpengaruh adalah
serangan dari luar
20XX
7. Agama dan Budaya
• Realitas umat Islam terbangun atas konfigurasi sosial yang
terbentuk dari identitas-identitas kelompok seperti kelompok
aliran keagamaan, organisasi sosial keagamaan, etnisitas,
profesi, dan sebagainya, yang melingkupi diri kaum muslimin
di masyarakat.
• Keberadaan kelompok pemilik identitas dalam umat Islam
tidak bisa dilepaskan dari masyarakat secara keseluruhan.
• Umat Islam terbangun atas struktur sosial masyarakat yang
memeluk agama Islam, yang walaupun mengenakan
identitas identitas yang saling berbeda, tetapi membangun
kesatuan utuh sebagai umat Islam.
8. Pola Relasi
1. Relasi Agama dan Tradisi Lokal
Cth: hubungan penganut Islam Aboge di Banyumas Jawa Tengah dan penganut tradisi
Tengger di Pasuruan Jawa Timur
2. Relasi Agama dan Etnisitas
Cth: hubungan intern umat Islam di Kalimantan Tengah
3. Relasi Agama dan Pemikiran Keagamaan
Cth: hubungan Syiah di Pasuruan dengan masyarakat Islam umumnya yang menganut
faham Ahlussunah Wal Jamaah dan Yayasan Al-Fatah Sumampir dengan Forum Warga
Peduli Masjid di Banyumas.
9. Relasi Agama-Budaya dengan
Lokalitas Kebudayaan Islam
Strategi adaptasi yang dilakukan oleh umat Islam
dalam upaya membangun kerukunan di di
lingkungannya, diantaranya melalui strategi
kultural, yakni akulturasi, dan membangun
budaya dominan. Strategi lainnya melalui strategi
struktural, yakni dengan memanfaatkan
kekuasaan pemerintah, dan legalitas normatif
untuk menjaga situasi yang aman dan tertib.
11. Introduction
Ada sebuah ungkapan yang sangat populer dalam budaya Jawa:
Wong Jawa nggoning rasa, padha gulenge ing kalbu, ing sasmita
amrih lantip, kumawa nahan hawa nafsu kinemot manoting driya
(orang Jawa itu tempatnya di perasaan, mereka selalu bergulat
dengan kalbu atau suara hati, agar pintar dalam menangkap
maksud yang tersembunyi dengan jalan menahan hawa nafsu
sehingga akal dapat menangkap maksud yang sebenarnya).
Hidupnya tidak selalu tergantung semat (harta), kramat
(kekuasaan) dan hormat yang melekat pada dirinya. Selalu
menekankan pada budi luhur,
12. Notes
Masyarakat Jawa merupakan suatu kesatuan
masyarakat yang diikat oleh norma-norma hidup,
tradisi maupun agama. Ciri-ciri religiusitas, non
doktriner, toleran, akomodatif dan optimistik.
13. Next
Ciri yang utama dalam budaya Jawa yang bersifat
religius, non doktriner, toleran, akomodatif dan
optimistik melahirkan sebuah peradaban yang
disebut Islam Kejawen.
Fenomena ini banyak dilihat dalam kehidupan
mayarakat Jawa yang diwariskan secara turun
temurun dalam kurun waktu yang cukup lama
sebagai adat istiadat yang khas, unik dan
tradisional. Seperti: sekaten, malam selikuran,
labuhan, jamasan pusaka, mitos tari bedaya
ketawang, ruwatan.
14. Notes
Konsep Islam kejawen dalam budaya Jawa merupakan refleksi
kehidupan yang berperan sebagai falsafah dan pandangan hidup
Jawa dalam kehidupan sehari-hari. Islam Kejawen lebih menunjuk
kepada suatu etika dan gaya hidup yang diilhami oleh pemikiran
Jawa dan nilai-nilai yang ada dalam ajaran agama Islam
15. Next
Dalam serat Wedhatama dalam pupuh Sinom:
Nuladha laku utama, tumrap ing wong tanah Jawi, awong agung
ing Ngeksigondo, Panembahan Senapati, kapati amarsudi,
sudaning hawa lan nafsu, pinesu tapa brata, tanapi ing siang ratri,
amangun karyenak tyasing sasama.
Maksudnya dalam pupuh ini menjelaskan, bahwa kita harus
mencontoh orang yang demikian, yaitu antara lain mendiang
Panembahan Senapati dari Mataram. Orang yang siang maupun
malam selalu berusaha memadamkan berkobamya hawa nafsu
dan membangun watak cinta kasih di antara sesamanya.
16. Notes
Latihlah hatimu agar engkau tajam menangkap isyarat-isyarat gaib.
Janganlah engkau terlalu banyak makan dan minum, kurangilah hal itu. Cita-
citakanlah kaprawiran (dalam hal ini keluhuran budi) dan mesu raga
(prihatin, mengekang diri)
Pandangan orang hidup Jawa lazim disebut kejawen atau yang dalam
kesusteraan Jawa ilmu kesempumaan Jawa atau dalam falsafah Islam
disebut dengan istilah tasawuf.
17. Simbolisme
• Masyarakat jawa dalam menyampaikan pesan cenderung
dengan menggunakan bahasa simbol dengan
pertimbangan rasa dan sikap sopan santun, dari simbol-
simbol itulah dapat difahami makna yang terkandung di
dalamnya.
• Simbol adalah ungkapan realitas kehidupan masyarakat
jawa.
• Bentuk simbolisme dalam budaya Jawa sangat dominan
dalam segala hal dan segala bidang.
18. Simbolisme
• Religi : upacara ngeblak, Sekaten (peringatan hari
lahirnya Nabi Muhammad SAW) di lingkungan Dinasti
Trah Mataram spt Kasunanan Surakarta, Kasultanan
Yogyakarta
• Tradisi: di Kasunanan Surakarta walau bercirikan
Islam tp tetap mempertahankan nilai kepribadian
Jawa spt gotong royong, aturan pernikahan yg
didalamnya ada aturan sopan santun
• Seni: gamelan, wayang
19. 2 3 4
1
WONG
BANYUMASAN
• Orang-orang yang masih merasa
dan memiliki kakek-nenek
moyang
• orang-orang yang sampai saat
ini “merasa bangga
• siapa saja yang pernah tinggal
dan menetap di wilayah eks
Keresidenan Banyumas
CABLAKA/BL
AKASUTA
Kejujuran yang masih
murni, lugu, atau apa
adanya dan belum
berubah.
BAWOR
• Sabar lan narima
• Berjiwa ksatria
• Cancudan ( rajin dan
cekatan)
• Cablaka
BAHASA
NGAPAK
• Memiliki karakter lugu
• Tidak terdapat banyak gradasi
unggah ungguh
• Wilayah: Utara, Selatan, Cirebon –
Indramayu, Banten Utara
21. Ekspresi Budaya Penginyongan
Ekspresi budaya masyarakat penginyongan sangat beragam dan khas. Seni
yaNg berkembang di masyarakat Penginyongan antara lain,
Lengger/Ronggeng/Tayub, Calung, Ebeg, Sintren, Wayang Kulit, Kuda
Lumping, Cowong dan lain sebagainya. Sedangkan dari segi ritus kegiatan
diantaranya, slametan pasca meninggalnya seseorang mulai dari 1 (satu)
sampai 7 (tujuh) hari, kemudian 40 hari, 100 hari dan 1000 hari, Sedekah
Laut maupun Sedekah Bumi, upacara meminta hujan dan lain sebagainya.
22. Pertama, Kabupaten Brebes sebagai gambaran wilayah
penginyongan bagian pantai utara dan di beberapa bagian
terpengaruh budaya sunda
Sedekah Laut
• Tahapan pertama yaitu dilaksanakannya istighosah yang dipimpin kiyai
atau ustadz agar ritual sedekah laut diberi kelancaran serta masyarakat
nelayan diberi keselamatan oleh Allah SWT
Sedekah Bumi
• Ritual ini kini tidak lagi dibuat untuk menghormati makhluk- makhluk
gaib di telaga renjeng, namun sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah
SWT. Sebagai gantinya upacara tersebut tahlil, ratibul hadad, dan doa
bersama dipimpin sesepuh desa.
23. Kedua, Kabupaten Banyumas sebagai gambaran
wilayah tengah.
Sedekah Bumi
• Di wilayah Kabupaten Banyumas akulturasi
pada upacara sedekah bumi sudah terlihat dari
nama yang disematkan pada ritual ini, yaitu
Grebeg Sura. Takiran (Nata Pikir) di awal tahun
baru
24. Ketiga, Kabupaten Cilacap sebagai gambaran wilayah pantai
selatan dan di beberapa wilayah terpengaruh budaya sunda
Sedekah Laut
• Upacara dimualai dengan prosesi ziarah atau nyekar di pantai Bandung
(pulau Majethi) di Pulau Nusakambangan dengan tujuan memohon
kepada Allah SWT agar tangkapan ikan melimpah serta para nelayan
diberi keselamatan. Kemudian mengambil air suci ditempat tersebut
yang diyakini sebagai legenda tumbuhnya bunga wijayakusuma.
Kegiatan ini dilakukan satu hari sebelum upacara pelarungan.
Sedekah Bumi
• Sebutan lain dari kegiatan ini adalah memeti bumi yang dulunya
ditujukan kepada Dewi Sri atas melimpahnya hasil panen. Namun kini,
kegiatan ini tidak lagi ditujukan kepada Dewi Sri, namun sebagai
bentuk rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rezeki
berupa hasil panen. Pelaksanaannya pun mengacu pada penanggalan
hijriyah versi jawa, yakni jatuh pada bulan apit (bulan diantara bulan
Syawal dan Dzulhijjah).
25. Keempat, Kabupaten Kebumen sebagai gambaran wilayah pantai selatan
dan di beberapa wilayah terpengaruh budaya keraton Yogyakarta-Solo
Sedekah Laut
• Hari pertama yaitu pada hari senin seorang pelabuh (Pemimpin ritual
Sedekah Laut) harus sowan / ziarah ke makam leluhur dan melaru
(menyebar) bunga di lautan. Bunga yang dilaru merupakan bunga
setaman (bunga macam macam yang ada didaerah tersebut).Pada hari
kedua yaitu pada hari selasa kliwon mangsa kapat semua nelayan
berkumpul di TPI (Tepat pelelangan Ikan) untuk doa bersama dan
makan bersama
Sedekah Bumi
• ritual ini pada awalnya ditujukan pada mitologi jawa yaitu Dewi Sri
sebagai perlambang kesuburan. Dengan datangnya Islam yang
bersifat akomodatif, upacara ini ditujukan kepada Allah SWT sebagai
bentuk rasa syukur akan hasil panen
26. Dialektika Islam dengan Budaya
Penginyongan
Dari berbagai sedekah yang ada di wilayah Penginyongan, baik berupa sedekah laut
mapun sedekah bumi, memperlihatkan akulturasi antara Islam dan Budaya lokal
menjadi sesuatu yang harmonis. Nilai-nilai yang terkandung dalam setiap prosesi tetap
dipertahankan. Yang berubah hanya bentuk ekspresi budayanya saja. Simbol-simbolnya
tidak berubah namun pemaknaannya berubah. Jika sebelumnya ritual tersebut
ditujukan sebagai pemujaan kepada makhluk gaib yaitu Nyi Roro Kidul, Nyi Rantam
Sari, maupun Dewi Sri, kini bergeser sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT
atas limpahan rezeki yang telah diberikan, serta sebagai do’a dan harapan agar
senantiasa diberi keselamatan dan keberkahan dalam mencari nafkah, baik sebagai
nelayan dalam ritual sedekah laut, maupun petani dalam ritual sedekah bumi.
28. Tarekat
Istilah “Tarekat” memiliki berbagai makna,
bisa berarti jalan, tradisi kesufian, atau
organisasi persaudaraan sufi.
Tetapi kini istilah “tarekat” sering kali
diartikan sebagai organisasi persaudaraan
sufi, sehingga tarekat dalam arti ini berarti
pengorganisasian ajaran esoteris (khusus
kesufian) yang berpusat pada hadirnya
seorang mursyid (guru sufi)
9/3/20XX Presentation Title 28
29. Ajaran islam berlandaskan
pada tiga asas/dasar
29
Iman Ihsan
Islam
Syariah
Ilmu Fikih
Akidah
Ilmu Ushuludin
Akhlak
Ilmu Tasawuf
30. Tarekat
Tarekat mu’tabarah yang berkembang di
Indonesia adalah: 1. Qadiriyah wa
Naqsyabandiyah, 2. Naqsyabandiyah, 3.
Naqsyabandiyah Khalidiyah, 4.
Naqsyabandiyah Haqqani, 5. Syatariyah,
6. Sammaniyah, 7. Syadziliyah, 8.
Khalwatiyah, 9. Alawiyah, 10.
Junaediyah, 11. Tijaniyah.
9/3/20XX Presentation Title 30
31. Naqsyabandiyah
Para pengikut Naqsyabandiyah terutama berasal
dari daerah Banyumas dan Purbalingga. Salah
satu guru yang menonjol dari Banyumas adalah
Muhammad Ilyas yang memiliki ribuan pengikut.
Muhammad Ilyas adalah keturunan orang biasa
saja, akan tetapi pernah tinggal dan belajar di
Mekkah selama beberapa tahun. Penghasilan
utama yang diperoleh Muhammad Ilyas dari
beternak kambing dan domba, di samping
pemberian dari para pengikutnya.
9/3/20XX Presentation Title 31
32. Naqsyabandiyah
Di Kedung Paruk Muhammad Ilyas mulai
memperkenalkan tarekat
Naqsyabandiyah Khalidiyah kepada
masyarakat sekitar dan terus
berkembang. Pada tahun 1888,
Muhammad Ilyas mulai mengembangkan
ilmu agama dan tarekat Naqsyabandiyah
Khalidiyah kepada masyarakat di sekitar
Sokaraja, di lokasi yang sekarang
menjadi menjadi pusat tarekat
Naqsyabandiyah Khalidiyah.
9/3/20XX Presentation Title 32
33. Naqsyabandiyah
Muhammad bin Abdul Malik memangku
kemursyidan tarekat Naqsyabandiyah di
Kedungparuk selama 68 tahun (1912 – 1980
M).
Saat ini tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah
Kedungparuk dipimpin oleh Haji Muhammad
Ilyas Noor penerus ketiga Mbah Malik.
9/3/20XX Presentation Title 33
34. Naqsyabandiyah
Berikut adalah peran-peran yang dilakukan oleh Syeikh
Muhammad Ilyas dan Muhammad bin Abdul Malik
a) Mengembangkan ilmu agama dan tarekat
Naqsyabandiyah Khalidiyah kepada masyarakat di
Sokaraja dan sekitarnya serta masyarakat Kedung
Paruk dan sekitarnya.
b) Mengajarkan ajaran-ajaran Tarekat
Naqsyabandiyah Kholidiyah kepada pengikutnya
yang mana ajaran tersebut memiliki makna dan
nilai sangat luhur, yang ditujukan bukan hanya
untuk kesempurnaan perilaku individu akan tetapi
juga perilaku sosial
c) Meningkatkan perilaku sosial Keagamaan, ekonomi
dan politik para pengikut tarekat Naqsyabandiyah
Khalidiyah
9/3/20XX Presentation Title 34
35. Syadziliyah
K.H. A.Shodiq Pasiraja, Beliau termasuk mursyid tarekat
Syadziliyah yang diturunkan dari gurunya Syaikh M.Ma’ruf dari
Surakarta. Ayahnya bernama Raji Mustofa, seorang yang
sederhana dan selalu mengutamakan untuk mengkaji agama,
sehingga beliau “wanti-wanti” kepada K.H.A Shodiq untuk
mengikuti pola kehidupan ayahnya
Adapun peran yang dilakukan adalah;
a. Mendirikan dan mengembangkan tarekat Sadziliyah di
Banyumas
b. Dalam bidang politik bersikap netral dan tidak termasuk
dalam pengurus organisasi keagamaan seperti NU, Persis,
Muhammadiyah ataupun lainnya
c. Dalam bidang dakwah pada permulaan masa kemerdekaan
mengadakan pengajian umum yang diadakan secara besar-
besaran di Purwokerto, khususnya Desa Pasiraja yang kini
menjadi pengajian “Langgar Kidul” setiap Ahad manis pagi.
9/3/20XX Presentation Title 35