SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
KELEMBABAN UDARA, AWAN,
PRESIPITASI
Kelembaban Udara
• Kelembaban udara menyatakan banyaknya uap
air dalam udara; hanya 2% dari jumlah massa
atmosfer.
• Kelembaban mutlak (absolut humidity): berat
uap air yg tertampung dalam volume udara
(g/m3); Kelembaban 100% = udara jenuh dgn
uap air.
• Kelembaban nisbi (relative humidity -- RH):
% perbandingan kelembaban mutlak thd
kapasitas maksimumnya (100%) pd suhu sama;
• Makin tinggi temperatur, kapasitas udara makin
besar, kelembaban relatif berkurang.
• Kelembaban udara merupakan
indikator kapasitas potensial
atmosfer untuk terjadi presipitasi.
• Uap air bersifat menyerap radiasi
bumi, shg menentukan kecepatan
kehilangan panas  mengatur
temperatur.
• Makin besar kelembaban, makin
besar jml energi potensial laten
tersedia di atmosfer  sumber hujan
angin (storm).
• Suhu yang turun terus menerus, udara
jenuh dgn uap air;
• Suhu saat udara jenuh  suhu TITIK EMBUN
(dew point).
• Suhu terus menurun (pendinginan) sampai
di bawah dew point  KONDENSASI,
terdapat kelebihan uap air dan dilepaskan
berupa:
– tetesan air bila T > 0oC
– kristal es bila T < 0oC.
• Semakin tinggi tempatnya, jumlah uap air
semakin turun.
Awan
•Mula-mula udara naik mengandung uap air suhunya tinggi,
kmd suhu turun mencapai titik embun, & turun terus
sampai melampaui titik embun, shg tjd kondensasi,
terbentuk kumpulan titik2 air / kristal es yg melayang di
atmosfer : AWAN
•Jika titik kondensasi dicapai & udara masih terus naik,
awan makin banyak.
•Bila angin yg kuat menjumpai gunung, maka udara akan
dipaksa naik, shg suhunya turun, & apabila cukup
mengandung uap air akan terbentuk awan.
•Massa udara panas bertemu dgn massa udara dingin, udara
panas meluncur di atas udara dingin ( tjd FRONT) & suhu
udara panas turun  awan berlapis mendatar.
Klasifikasi awan
•Stratiform : tumbuh lambat, arus vertikal
menyebar luas ;
•Cumuliform : arus vertikal kuat, terjadi
pada area kecil.
Hasil kongres di Swedia tahun 1894
mengenai pengelompokan jenis-jenis
awan:
A. AWAN TINGGI (> 6000 m)
• Ci – Cirrus : tipis spt bulu ayam,
kristal es, tdk tjd hujan
• Cs - Cirrostratus : putih rata
menutup langit, tjd hallo
• Cc - Cirrocumulus: spt kelompok biri-
biri, kristal es, ada bayangan
B. AWAN SEDANG (2000-6000 m)
• As - Altostratus : kelabu, berlapis-
lapis luas & tebal
• Ac - Altocumulus: spt bola kecil2
bergerombol, putih pucat kelabu
C. AWAN RENDAH (0-2000 m)
• Sc - Stratocumulus: spt gelombang
laut, menutup tipis, tdk tjd hujan
• St – Stratus : rata berlapis, luas,
rendah, spt kabut
D. AWAN DENGAN PERKEMBANGAN
VERTIKAL
• Ns – Nimbostratus: putih, luas, tak
beraturan, tjd gerimis
• Cu - Cumulus: bergumpal, puncak
tinggi, dasar rata
• Cb - Cumulonimbus: rendah, puncak
tinggi lebar, tjd hujan, kilat
AWAN
Awan adalah masa udara di permukaan bumi yang
mengandung uap air, karena terjadi evapotranspirasi
(penguapan yang terjadi karena pemanasan sinar matahari
terhadap daerah perairan dan tumbuhan, bergerak naik ke
atas). Karena kenaikan ketinggian ini suhunya mengalami
penurunan.
Sampai ketinggian tertentu, akibat penurunan suhu ini, nilai
tekanan uap menjadi maksimum sama dengan nilai tekanan
uap yang ada (actual), sehingga nilai kelembaban relatifnya
mencapai 100%, dan udara tersebut menjadi JENUH.
Akibatnya terjadilah proses
kondensasi atau pengembunan
dimana uap air yang
dikandung oleh udara tersebut
berubah menjadi titik-titik air.
Kumpulan titik air itu
dinamakan AWAN. Sedangkan
ketinggian dimana uap air
berkondensasi disebut BATAS
TINGGI KONDENSASI.
KABUT atau FOG
Apabila awan (kumpulan
titik-titik air) ini sangat
dekat dengan permukaan
bumi.
Kabut adalah uap air yang berada dekat permukaan
tanah kemudian berkondensasi (perubahan wujud benda
ke wujud yang lebih padat seperti gas (atau uap)
menjadi cairan) menjadi mirip awan. Peristiwa ini
terbentuk karena hawa dingin di sekitar tempat itu dan
kadar kelembaban yang tinggi, yaitu mendekati 100%.
JENIS KABUT Benda tidak terlihat
pada jarak (meter)
Kabut Padat 45
Kabut Tebal 180
Kabut Sedang 900
kabut Tipis 1.800
jenis kabut :
1. Kabut Advection
Kabut advection adalah kabut yang terbentuk dari aliran udara yang melalui suatu permukaan yang
memiliki suhu yang berbeda. Salah satu contoh kabut ini adalah kabut Laut yang terjadi ketika
udara yang basah dan hangat mengalir di atas suatu permukaan yang dingin. Kabut laut sering
muncul di sepanjang pesisir pantai dan di tepi-tepi danau.
Salah satu jenis yang lain dari Kabut Advection disebut Kabut Uap. Kabut ini terbentuk dari aliran
udara dingin yang melalui air hangat. Uap air dari hasil penguapan permukaan air secara terus
menerus, bertemu dengan udara dingin. Ketika udara mencapai titik jenuh, maka kelebihan uap air
secara cepat mengembun menjadi kabut yang berasal dari penguapan permukaan air. Kabut Uap
sering muncul pada saat udara dingin bertiup di atas danau yang luas dan bertiup diatas danau yang
hangat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya kabut adveksi:
- udara yang bergerak panas dan lembab
- Terdapat perbedaan suhu yang mencolok antara udara yang bergerak dengan permukaan sehingga
terbentuk inverse di permukaan.
- Kecepatan angina sedang (8-12 knot) agar perbedaan suhu dapat di pertahaankan dan
percampuran turbulensi tidak cukup kuat mengangkat kabut.
2. Kabut Frontal
Kabut frontal terbentuk melalui suatu pertemuan antara dua masa
udara yang berbeda temperaturnya. Kabut ini terbentuk ketika
hujan turun dari masa udara yang hangat ke dalam masa udara
yang dingin tempat uap air menguap. Dengan demikian akan
menyebabkan uap air pada udara dingin melampau titik jenuh.
3. Kabut Radiasi
Kabut radiasi terbentuk pada malam yang tenang dan bersih, ketika tanah
memancarkan kembali panas ke dalam udara atau terjadi bila udara lembab
bersinggungan dengan permukaan tanah yang lebih dingin akibat radiasi bumi pada
malam hari, sehingga timbul inversi suhu di lapisan dekat permukaan tanah. Kedalaman
inverse tergantung pada besarnya turbuensi. Pada keadaan angin tenang (calm)
percampuran turbulensi praktis sama dengan nol, dan pendinginan yang sangat kuat
dibawah lapisan inversi yang sangat dangkal atau hanya beberapa cm di atas permukaan
tanah, mungkin hanya menghasilkan embun (dew) atau bukan embun beku (frost). Satu
lapis kabut terbentuk di seluruh permukaan tanah, dan secara bertahap bertambah
menjadi tebal.
Kabut Radiasi sering muncul di lembah-lembah yang dalam.
4. Kabut Gunung
Kabut gunung terbentuk ketika uap air bergerak menuju ke atas
melewati lereng-lereng gunung. Udara dingin bergerak ke atas
lereng sampai tidak sanggup menahan uap air. Titik-titik kabut
kemudian terbentuk di sepanjang lereng gunung.
Perbedaan KABUT dan EMBUN
Kabut merupakan tetes-tetes air berbutir kecil yang melayang-layang
di udara. Kabut mirip dengan awan namun kabut tidak menyentuh
permukaan tanah. Kabut secara sederhana terbentuk karena udara yang
jenuh akan uap air didinginkan di bawah titik beku. Partikel kabut
memiliki diameter lebih kecil dari 0,001 mm. Kabut dapat terbentuk
apabila udara didinginkan di bawah titik tertentu (titik embun).
Embun adalah uap air yang
mengalami perubahan wujud
dari gas menjadi air. Embun
terbentuk ketika udara yang
dekat dengan permukaan tanah
menjadi dingin mendekati titik
dimana udara tidak dapat lagi
menahan semua uap
air. Embun terbentuk dengan
baik ketika malam hari yang
cerah dan tenang.
Kondensasi atau pengembunan
adalah perubahan wujud benda ke wujud yang lebih padat,
seperti gas (atau uap) menjadi cairan. Kondensasi terjadi
ketika uap didinginkan menjadi cairan, tetapi dapat juga
terjadi bila sebuah uap dikompresi (yaitu, tekanan
ditingkatkan) menjadi cairan, atau mengalami kombinasi dari
pendinginan dan kompresi.
Kondensasi uap menjadi cairan adalah lawan dari penguapan
(evaporasi) dan merupakan proses eksothermik (melepas
panas). Air yang terlihat di luar gelas air yang dingin di hari
yang panas adalah kondensasi.
Pengendapan atau sublimasi juga merupakan salah satu
bentuk kondensasi. Pengendapan adalah pembentukan
langsung es dari uap air, contohnya salju.
Presipitasi / Pencurahan
•Air yang berasal dari awan jatuh ke permukaan tanah dalam
bentuk cair (hujan) atau padat (salju)
•Kondensasi yang menghasilkan curahan tidak terjadi murni
dari penjenuhan uap air, tetapi karena adanya INTI
KONDENSASI yang menarik butiran air berupa partikel
berukuran 0.1-1 mikron (partikel garam laut, debu halus
dari letusan gunung/industri).
Bentuk curahan:
•Hujan (rain) - bentuk cair  0.5 - 4.0 mm.
Teori Findisen : jarak jatuh yg dicapai butiran air
melalui udara tak jenuh bertambah jauh sebanding dgn
ukuran 4
•Salju (snow) - sublimasi uap air di bawah titik beku; bentuk
heksagonal. Bila dalam perjalanannya melalui udara ber
suhu > 0oC, curahan berupa hujan.
•Hujan es (hail stone) - bongkah es  5 - 50 mm. Tjd
pengangkatan vertikal butir air scr konvektif ke tempat
suhu< 0oC, merubah bentuk cair mjd padat (bongkah).
Tipe hujan:
• Hujan zenithal/konveksi : tjd di tropika ; sore hari stlh
panas maks ; bersamaan saat matahari di titik zenith - 2x
di lintang kecil, 1x di 23 1/2oLU/LS.; cukup lebat.
• Hujan muson / musim : hujan krn adanya angin musim yg
melewati lautan ; di Ind. musim hujan tjd Okt - April
(angin musim barat).
• Hujan siklon : tjd di daerah sedang ; sepanjang tahun ;
udara naik di daerah depresi, tjd kondensasi pada
ketinggian tertentu.
• Hujan frontal : terjadi di daerah front; di lintang 60o-
70o; tidak lebat.
• Hujan orografis : tjd di lereng pegunungan yg
berhadapan dgn arah datangnya angin. Udara yg
bergerak ke puncak mjd udara kering ketika turun ke sisi
lereng belakang (daerah bayangan hujan). Pada kondisi
tertentu tjd hujan es.
In orographic lift, moist air moves up the windward side of a mountain
or a cool, dense body of air. The air cools, forms clouds, and rains,
leaving the lee side dry. In convective lift, moist air is warmed as it
moves over warm ground. As the warm air rises, it cools and forms rain
clouds. In convergent lift, air masses come together and are forced
upward. They then cool and form rain clouds.
Intensitas & Unsur CH
• sangat ringan < 1 mm/jam : < 5 mm/24 j
• ringan = 1 - 5 mm/jam : 5 - 20 mm/24 j
• normal = 5 - 10 mm/jam : 20 - 50 mm/24 j
• lebat = 10 - 20 mm/jam : 50 -100 mm/24 j
• sangat lebat > 20 mm/jam : > 100 mm/24 j
• Unsur hujan : ion Na, K, Ca, Cl, bikarbonat, sulfat,
bentuk2 nitrogen, dll. pH : 3.0 - 9.8. bervariasi thd
waktu & tempat.

More Related Content

Similar to kuliah ke dua awan presipitasi.ppt

Struktur bumi dan dinamikanya
Struktur bumi dan dinamikanyaStruktur bumi dan dinamikanya
Struktur bumi dan dinamikanyaEsti Widiawati
 
ATMOSFER-geografi kelas 10
ATMOSFER-geografi kelas 10ATMOSFER-geografi kelas 10
ATMOSFER-geografi kelas 10W Apri
 
Laporan 7
Laporan 7Laporan 7
Laporan 7isanuri
 
ppt_geografi_atmosfer.pptx
ppt_geografi_atmosfer.pptxppt_geografi_atmosfer.pptx
ppt_geografi_atmosfer.pptxsumilah4
 
Bahan persentasi ipa
Bahan persentasi ipaBahan persentasi ipa
Bahan persentasi ipaZamzam Farid
 
Laporan praktikum agroklimatologi kewanan ferli
Laporan praktikum agroklimatologi kewanan ferliLaporan praktikum agroklimatologi kewanan ferli
Laporan praktikum agroklimatologi kewanan ferliFerli Dian SAputra
 
Klimatologi
KlimatologiKlimatologi
KlimatologiYuliLovy
 
Tugas geografi powerpoint lapisan atmosfer kelas x mia 2
Tugas geografi powerpoint lapisan atmosfer kelas x mia 2Tugas geografi powerpoint lapisan atmosfer kelas x mia 2
Tugas geografi powerpoint lapisan atmosfer kelas x mia 2hambaliali4
 
Pengertian Atmosfer dalam pembelajaran geografi .pptx
Pengertian Atmosfer dalam pembelajaran geografi .pptxPengertian Atmosfer dalam pembelajaran geografi .pptx
Pengertian Atmosfer dalam pembelajaran geografi .pptxfadillahdila7
 
Geografi atmosfer
Geografi atmosferGeografi atmosfer
Geografi atmosferjopiwildani
 
Yegi (1001436) awan cumulus
Yegi (1001436) awan cumulusYegi (1001436) awan cumulus
Yegi (1001436) awan cumulusEgiew Nakakatawa
 
PENGANTAR KOMPUTER _BIO KELOMPOK.pptx
PENGANTAR KOMPUTER _BIO KELOMPOK.pptxPENGANTAR KOMPUTER _BIO KELOMPOK.pptx
PENGANTAR KOMPUTER _BIO KELOMPOK.pptxItoBabu
 
awan dan hujan (geografi/sma/X/sem2)
awan dan hujan (geografi/sma/X/sem2)awan dan hujan (geografi/sma/X/sem2)
awan dan hujan (geografi/sma/X/sem2)Masruroh 07
 
Sejatan, hujan, awan
Sejatan, hujan, awanSejatan, hujan, awan
Sejatan, hujan, awankasmiah otin
 
Dairi Atmos dan Hidrologi - KONSEP.docx
Dairi Atmos dan Hidrologi   - KONSEP.docxDairi Atmos dan Hidrologi   - KONSEP.docx
Dairi Atmos dan Hidrologi - KONSEP.docxPUSHPALATHAAPTHAYAMA
 

Similar to kuliah ke dua awan presipitasi.ppt (20)

Struktur bumi dan dinamikanya
Struktur bumi dan dinamikanyaStruktur bumi dan dinamikanya
Struktur bumi dan dinamikanya
 
ATMOSFER-geografi kelas 10
ATMOSFER-geografi kelas 10ATMOSFER-geografi kelas 10
ATMOSFER-geografi kelas 10
 
Laporan 7
Laporan 7Laporan 7
Laporan 7
 
ppt_geografi_atmosfer.pptx
ppt_geografi_atmosfer.pptxppt_geografi_atmosfer.pptx
ppt_geografi_atmosfer.pptx
 
PPT TENTANG FOG (KABUT)
PPT TENTANG FOG (KABUT)PPT TENTANG FOG (KABUT)
PPT TENTANG FOG (KABUT)
 
Bahan persentasi ipa
Bahan persentasi ipaBahan persentasi ipa
Bahan persentasi ipa
 
Proses terjadinya hujan
Proses terjadinya hujanProses terjadinya hujan
Proses terjadinya hujan
 
Laporan praktikum agroklimatologi kewanan ferli
Laporan praktikum agroklimatologi kewanan ferliLaporan praktikum agroklimatologi kewanan ferli
Laporan praktikum agroklimatologi kewanan ferli
 
Atmosfer
AtmosferAtmosfer
Atmosfer
 
Klimatologi
KlimatologiKlimatologi
Klimatologi
 
Karakteristik Awan
Karakteristik AwanKarakteristik Awan
Karakteristik Awan
 
Tugas geografi powerpoint lapisan atmosfer kelas x mia 2
Tugas geografi powerpoint lapisan atmosfer kelas x mia 2Tugas geografi powerpoint lapisan atmosfer kelas x mia 2
Tugas geografi powerpoint lapisan atmosfer kelas x mia 2
 
Pengertian awan
Pengertian awanPengertian awan
Pengertian awan
 
Pengertian Atmosfer dalam pembelajaran geografi .pptx
Pengertian Atmosfer dalam pembelajaran geografi .pptxPengertian Atmosfer dalam pembelajaran geografi .pptx
Pengertian Atmosfer dalam pembelajaran geografi .pptx
 
Geografi atmosfer
Geografi atmosferGeografi atmosfer
Geografi atmosfer
 
Yegi (1001436) awan cumulus
Yegi (1001436) awan cumulusYegi (1001436) awan cumulus
Yegi (1001436) awan cumulus
 
PENGANTAR KOMPUTER _BIO KELOMPOK.pptx
PENGANTAR KOMPUTER _BIO KELOMPOK.pptxPENGANTAR KOMPUTER _BIO KELOMPOK.pptx
PENGANTAR KOMPUTER _BIO KELOMPOK.pptx
 
awan dan hujan (geografi/sma/X/sem2)
awan dan hujan (geografi/sma/X/sem2)awan dan hujan (geografi/sma/X/sem2)
awan dan hujan (geografi/sma/X/sem2)
 
Sejatan, hujan, awan
Sejatan, hujan, awanSejatan, hujan, awan
Sejatan, hujan, awan
 
Dairi Atmos dan Hidrologi - KONSEP.docx
Dairi Atmos dan Hidrologi   - KONSEP.docxDairi Atmos dan Hidrologi   - KONSEP.docx
Dairi Atmos dan Hidrologi - KONSEP.docx
 

More from ssusere1a96a

PENYUSUNAN RTR DAN RAB.pptx
PENYUSUNAN RTR DAN RAB.pptxPENYUSUNAN RTR DAN RAB.pptx
PENYUSUNAN RTR DAN RAB.pptxssusere1a96a
 
pdfcoffee.com_sni-7504-2011-pdf-free.pdf
pdfcoffee.com_sni-7504-2011-pdf-free.pdfpdfcoffee.com_sni-7504-2011-pdf-free.pdf
pdfcoffee.com_sni-7504-2011-pdf-free.pdfssusere1a96a
 
2013IMPACTOFSEPTICTANKSLUDGEONFILTERPERMEABILITY.pdf
2013IMPACTOFSEPTICTANKSLUDGEONFILTERPERMEABILITY.pdf2013IMPACTOFSEPTICTANKSLUDGEONFILTERPERMEABILITY.pdf
2013IMPACTOFSEPTICTANKSLUDGEONFILTERPERMEABILITY.pdfssusere1a96a
 
debit air limbah per orag.pdf
debit air limbah per orag.pdfdebit air limbah per orag.pdf
debit air limbah per orag.pdfssusere1a96a
 
3314202003-master thesis bagus.pdf
3314202003-master thesis  bagus.pdf3314202003-master thesis  bagus.pdf
3314202003-master thesis bagus.pdfssusere1a96a
 
PP Nomor 5 Tahun 2021.pdf
PP Nomor 5 Tahun 2021.pdfPP Nomor 5 Tahun 2021.pdf
PP Nomor 5 Tahun 2021.pdfssusere1a96a
 
PB 01b. DAK Tahapan Kegiatan Masyarakat.pptx
PB 01b. DAK Tahapan Kegiatan Masyarakat.pptxPB 01b. DAK Tahapan Kegiatan Masyarakat.pptx
PB 01b. DAK Tahapan Kegiatan Masyarakat.pptxssusere1a96a
 
PB 04. PEMETAAN SANITASI.pptx
PB 04. PEMETAAN SANITASI.pptxPB 04. PEMETAAN SANITASI.pptx
PB 04. PEMETAAN SANITASI.pptxssusere1a96a
 
PB 03. PROMOSI KESEHATAN.pptx
PB 03. PROMOSI KESEHATAN.pptxPB 03. PROMOSI KESEHATAN.pptx
PB 03. PROMOSI KESEHATAN.pptxssusere1a96a
 
PB 01. Arahan Pedoman Teknis DAK Bidang Sanitasi TA 2019.pptx
PB 01. Arahan Pedoman Teknis DAK Bidang Sanitasi TA 2019.pptxPB 01. Arahan Pedoman Teknis DAK Bidang Sanitasi TA 2019.pptx
PB 01. Arahan Pedoman Teknis DAK Bidang Sanitasi TA 2019.pptxssusere1a96a
 

More from ssusere1a96a (10)

PENYUSUNAN RTR DAN RAB.pptx
PENYUSUNAN RTR DAN RAB.pptxPENYUSUNAN RTR DAN RAB.pptx
PENYUSUNAN RTR DAN RAB.pptx
 
pdfcoffee.com_sni-7504-2011-pdf-free.pdf
pdfcoffee.com_sni-7504-2011-pdf-free.pdfpdfcoffee.com_sni-7504-2011-pdf-free.pdf
pdfcoffee.com_sni-7504-2011-pdf-free.pdf
 
2013IMPACTOFSEPTICTANKSLUDGEONFILTERPERMEABILITY.pdf
2013IMPACTOFSEPTICTANKSLUDGEONFILTERPERMEABILITY.pdf2013IMPACTOFSEPTICTANKSLUDGEONFILTERPERMEABILITY.pdf
2013IMPACTOFSEPTICTANKSLUDGEONFILTERPERMEABILITY.pdf
 
debit air limbah per orag.pdf
debit air limbah per orag.pdfdebit air limbah per orag.pdf
debit air limbah per orag.pdf
 
3314202003-master thesis bagus.pdf
3314202003-master thesis  bagus.pdf3314202003-master thesis  bagus.pdf
3314202003-master thesis bagus.pdf
 
PP Nomor 5 Tahun 2021.pdf
PP Nomor 5 Tahun 2021.pdfPP Nomor 5 Tahun 2021.pdf
PP Nomor 5 Tahun 2021.pdf
 
PB 01b. DAK Tahapan Kegiatan Masyarakat.pptx
PB 01b. DAK Tahapan Kegiatan Masyarakat.pptxPB 01b. DAK Tahapan Kegiatan Masyarakat.pptx
PB 01b. DAK Tahapan Kegiatan Masyarakat.pptx
 
PB 04. PEMETAAN SANITASI.pptx
PB 04. PEMETAAN SANITASI.pptxPB 04. PEMETAAN SANITASI.pptx
PB 04. PEMETAAN SANITASI.pptx
 
PB 03. PROMOSI KESEHATAN.pptx
PB 03. PROMOSI KESEHATAN.pptxPB 03. PROMOSI KESEHATAN.pptx
PB 03. PROMOSI KESEHATAN.pptx
 
PB 01. Arahan Pedoman Teknis DAK Bidang Sanitasi TA 2019.pptx
PB 01. Arahan Pedoman Teknis DAK Bidang Sanitasi TA 2019.pptxPB 01. Arahan Pedoman Teknis DAK Bidang Sanitasi TA 2019.pptx
PB 01. Arahan Pedoman Teknis DAK Bidang Sanitasi TA 2019.pptx
 

Recently uploaded

PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 

Recently uploaded (20)

PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 

kuliah ke dua awan presipitasi.ppt

  • 2. Kelembaban Udara • Kelembaban udara menyatakan banyaknya uap air dalam udara; hanya 2% dari jumlah massa atmosfer. • Kelembaban mutlak (absolut humidity): berat uap air yg tertampung dalam volume udara (g/m3); Kelembaban 100% = udara jenuh dgn uap air. • Kelembaban nisbi (relative humidity -- RH): % perbandingan kelembaban mutlak thd kapasitas maksimumnya (100%) pd suhu sama; • Makin tinggi temperatur, kapasitas udara makin besar, kelembaban relatif berkurang.
  • 3. • Kelembaban udara merupakan indikator kapasitas potensial atmosfer untuk terjadi presipitasi. • Uap air bersifat menyerap radiasi bumi, shg menentukan kecepatan kehilangan panas  mengatur temperatur. • Makin besar kelembaban, makin besar jml energi potensial laten tersedia di atmosfer  sumber hujan angin (storm).
  • 4. • Suhu yang turun terus menerus, udara jenuh dgn uap air; • Suhu saat udara jenuh  suhu TITIK EMBUN (dew point). • Suhu terus menurun (pendinginan) sampai di bawah dew point  KONDENSASI, terdapat kelebihan uap air dan dilepaskan berupa: – tetesan air bila T > 0oC – kristal es bila T < 0oC. • Semakin tinggi tempatnya, jumlah uap air semakin turun.
  • 5. Awan •Mula-mula udara naik mengandung uap air suhunya tinggi, kmd suhu turun mencapai titik embun, & turun terus sampai melampaui titik embun, shg tjd kondensasi, terbentuk kumpulan titik2 air / kristal es yg melayang di atmosfer : AWAN •Jika titik kondensasi dicapai & udara masih terus naik, awan makin banyak. •Bila angin yg kuat menjumpai gunung, maka udara akan dipaksa naik, shg suhunya turun, & apabila cukup mengandung uap air akan terbentuk awan. •Massa udara panas bertemu dgn massa udara dingin, udara panas meluncur di atas udara dingin ( tjd FRONT) & suhu udara panas turun  awan berlapis mendatar.
  • 6. Klasifikasi awan •Stratiform : tumbuh lambat, arus vertikal menyebar luas ; •Cumuliform : arus vertikal kuat, terjadi pada area kecil. Hasil kongres di Swedia tahun 1894 mengenai pengelompokan jenis-jenis awan:
  • 7. A. AWAN TINGGI (> 6000 m) • Ci – Cirrus : tipis spt bulu ayam, kristal es, tdk tjd hujan • Cs - Cirrostratus : putih rata menutup langit, tjd hallo • Cc - Cirrocumulus: spt kelompok biri- biri, kristal es, ada bayangan B. AWAN SEDANG (2000-6000 m) • As - Altostratus : kelabu, berlapis- lapis luas & tebal • Ac - Altocumulus: spt bola kecil2 bergerombol, putih pucat kelabu
  • 8. C. AWAN RENDAH (0-2000 m) • Sc - Stratocumulus: spt gelombang laut, menutup tipis, tdk tjd hujan • St – Stratus : rata berlapis, luas, rendah, spt kabut D. AWAN DENGAN PERKEMBANGAN VERTIKAL • Ns – Nimbostratus: putih, luas, tak beraturan, tjd gerimis • Cu - Cumulus: bergumpal, puncak tinggi, dasar rata • Cb - Cumulonimbus: rendah, puncak tinggi lebar, tjd hujan, kilat
  • 9.
  • 10. AWAN Awan adalah masa udara di permukaan bumi yang mengandung uap air, karena terjadi evapotranspirasi (penguapan yang terjadi karena pemanasan sinar matahari terhadap daerah perairan dan tumbuhan, bergerak naik ke atas). Karena kenaikan ketinggian ini suhunya mengalami penurunan. Sampai ketinggian tertentu, akibat penurunan suhu ini, nilai tekanan uap menjadi maksimum sama dengan nilai tekanan uap yang ada (actual), sehingga nilai kelembaban relatifnya mencapai 100%, dan udara tersebut menjadi JENUH. Akibatnya terjadilah proses kondensasi atau pengembunan dimana uap air yang dikandung oleh udara tersebut berubah menjadi titik-titik air. Kumpulan titik air itu dinamakan AWAN. Sedangkan ketinggian dimana uap air berkondensasi disebut BATAS TINGGI KONDENSASI.
  • 11. KABUT atau FOG Apabila awan (kumpulan titik-titik air) ini sangat dekat dengan permukaan bumi. Kabut adalah uap air yang berada dekat permukaan tanah kemudian berkondensasi (perubahan wujud benda ke wujud yang lebih padat seperti gas (atau uap) menjadi cairan) menjadi mirip awan. Peristiwa ini terbentuk karena hawa dingin di sekitar tempat itu dan kadar kelembaban yang tinggi, yaitu mendekati 100%. JENIS KABUT Benda tidak terlihat pada jarak (meter) Kabut Padat 45 Kabut Tebal 180 Kabut Sedang 900 kabut Tipis 1.800
  • 12. jenis kabut : 1. Kabut Advection Kabut advection adalah kabut yang terbentuk dari aliran udara yang melalui suatu permukaan yang memiliki suhu yang berbeda. Salah satu contoh kabut ini adalah kabut Laut yang terjadi ketika udara yang basah dan hangat mengalir di atas suatu permukaan yang dingin. Kabut laut sering muncul di sepanjang pesisir pantai dan di tepi-tepi danau. Salah satu jenis yang lain dari Kabut Advection disebut Kabut Uap. Kabut ini terbentuk dari aliran udara dingin yang melalui air hangat. Uap air dari hasil penguapan permukaan air secara terus menerus, bertemu dengan udara dingin. Ketika udara mencapai titik jenuh, maka kelebihan uap air secara cepat mengembun menjadi kabut yang berasal dari penguapan permukaan air. Kabut Uap sering muncul pada saat udara dingin bertiup di atas danau yang luas dan bertiup diatas danau yang hangat. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya kabut adveksi: - udara yang bergerak panas dan lembab - Terdapat perbedaan suhu yang mencolok antara udara yang bergerak dengan permukaan sehingga terbentuk inverse di permukaan. - Kecepatan angina sedang (8-12 knot) agar perbedaan suhu dapat di pertahaankan dan percampuran turbulensi tidak cukup kuat mengangkat kabut.
  • 13. 2. Kabut Frontal Kabut frontal terbentuk melalui suatu pertemuan antara dua masa udara yang berbeda temperaturnya. Kabut ini terbentuk ketika hujan turun dari masa udara yang hangat ke dalam masa udara yang dingin tempat uap air menguap. Dengan demikian akan menyebabkan uap air pada udara dingin melampau titik jenuh.
  • 14. 3. Kabut Radiasi Kabut radiasi terbentuk pada malam yang tenang dan bersih, ketika tanah memancarkan kembali panas ke dalam udara atau terjadi bila udara lembab bersinggungan dengan permukaan tanah yang lebih dingin akibat radiasi bumi pada malam hari, sehingga timbul inversi suhu di lapisan dekat permukaan tanah. Kedalaman inverse tergantung pada besarnya turbuensi. Pada keadaan angin tenang (calm) percampuran turbulensi praktis sama dengan nol, dan pendinginan yang sangat kuat dibawah lapisan inversi yang sangat dangkal atau hanya beberapa cm di atas permukaan tanah, mungkin hanya menghasilkan embun (dew) atau bukan embun beku (frost). Satu lapis kabut terbentuk di seluruh permukaan tanah, dan secara bertahap bertambah menjadi tebal. Kabut Radiasi sering muncul di lembah-lembah yang dalam.
  • 15. 4. Kabut Gunung Kabut gunung terbentuk ketika uap air bergerak menuju ke atas melewati lereng-lereng gunung. Udara dingin bergerak ke atas lereng sampai tidak sanggup menahan uap air. Titik-titik kabut kemudian terbentuk di sepanjang lereng gunung.
  • 16. Perbedaan KABUT dan EMBUN Kabut merupakan tetes-tetes air berbutir kecil yang melayang-layang di udara. Kabut mirip dengan awan namun kabut tidak menyentuh permukaan tanah. Kabut secara sederhana terbentuk karena udara yang jenuh akan uap air didinginkan di bawah titik beku. Partikel kabut memiliki diameter lebih kecil dari 0,001 mm. Kabut dapat terbentuk apabila udara didinginkan di bawah titik tertentu (titik embun). Embun adalah uap air yang mengalami perubahan wujud dari gas menjadi air. Embun terbentuk ketika udara yang dekat dengan permukaan tanah menjadi dingin mendekati titik dimana udara tidak dapat lagi menahan semua uap air. Embun terbentuk dengan baik ketika malam hari yang cerah dan tenang.
  • 17. Kondensasi atau pengembunan adalah perubahan wujud benda ke wujud yang lebih padat, seperti gas (atau uap) menjadi cairan. Kondensasi terjadi ketika uap didinginkan menjadi cairan, tetapi dapat juga terjadi bila sebuah uap dikompresi (yaitu, tekanan ditingkatkan) menjadi cairan, atau mengalami kombinasi dari pendinginan dan kompresi. Kondensasi uap menjadi cairan adalah lawan dari penguapan (evaporasi) dan merupakan proses eksothermik (melepas panas). Air yang terlihat di luar gelas air yang dingin di hari yang panas adalah kondensasi. Pengendapan atau sublimasi juga merupakan salah satu bentuk kondensasi. Pengendapan adalah pembentukan langsung es dari uap air, contohnya salju.
  • 18. Presipitasi / Pencurahan •Air yang berasal dari awan jatuh ke permukaan tanah dalam bentuk cair (hujan) atau padat (salju) •Kondensasi yang menghasilkan curahan tidak terjadi murni dari penjenuhan uap air, tetapi karena adanya INTI KONDENSASI yang menarik butiran air berupa partikel berukuran 0.1-1 mikron (partikel garam laut, debu halus dari letusan gunung/industri). Bentuk curahan: •Hujan (rain) - bentuk cair  0.5 - 4.0 mm. Teori Findisen : jarak jatuh yg dicapai butiran air melalui udara tak jenuh bertambah jauh sebanding dgn ukuran 4 •Salju (snow) - sublimasi uap air di bawah titik beku; bentuk heksagonal. Bila dalam perjalanannya melalui udara ber suhu > 0oC, curahan berupa hujan. •Hujan es (hail stone) - bongkah es  5 - 50 mm. Tjd pengangkatan vertikal butir air scr konvektif ke tempat suhu< 0oC, merubah bentuk cair mjd padat (bongkah).
  • 19. Tipe hujan: • Hujan zenithal/konveksi : tjd di tropika ; sore hari stlh panas maks ; bersamaan saat matahari di titik zenith - 2x di lintang kecil, 1x di 23 1/2oLU/LS.; cukup lebat. • Hujan muson / musim : hujan krn adanya angin musim yg melewati lautan ; di Ind. musim hujan tjd Okt - April (angin musim barat). • Hujan siklon : tjd di daerah sedang ; sepanjang tahun ; udara naik di daerah depresi, tjd kondensasi pada ketinggian tertentu. • Hujan frontal : terjadi di daerah front; di lintang 60o- 70o; tidak lebat. • Hujan orografis : tjd di lereng pegunungan yg berhadapan dgn arah datangnya angin. Udara yg bergerak ke puncak mjd udara kering ketika turun ke sisi lereng belakang (daerah bayangan hujan). Pada kondisi tertentu tjd hujan es.
  • 20. In orographic lift, moist air moves up the windward side of a mountain or a cool, dense body of air. The air cools, forms clouds, and rains, leaving the lee side dry. In convective lift, moist air is warmed as it moves over warm ground. As the warm air rises, it cools and forms rain clouds. In convergent lift, air masses come together and are forced upward. They then cool and form rain clouds.
  • 21. Intensitas & Unsur CH • sangat ringan < 1 mm/jam : < 5 mm/24 j • ringan = 1 - 5 mm/jam : 5 - 20 mm/24 j • normal = 5 - 10 mm/jam : 20 - 50 mm/24 j • lebat = 10 - 20 mm/jam : 50 -100 mm/24 j • sangat lebat > 20 mm/jam : > 100 mm/24 j • Unsur hujan : ion Na, K, Ca, Cl, bikarbonat, sulfat, bentuk2 nitrogen, dll. pH : 3.0 - 9.8. bervariasi thd waktu & tempat.