SlideShare a Scribd company logo
1 of 34
Pembentukan
Awan dan
Presipitasi
Meteorologi
Pembentukan Awan dan Presipitasi
 Stabilitas Atmosfer
 Menentukan Stabilitas
 Pembentukan Awan
 Proses-proses Presipitasi
 Tipe-tipe Presipitasi
 Mengukur Presipitasi
Stabilitas Atmosfer
Hujan badai dan puting beliung,
penciri udara yang tidak stabil.
Stabilitas Atmosfer
 Parsel udara merupakan bagian kecil udara yang
komposisinya menyamai keseluruhan udara.
 Parsel-parsel udara pada awalnya terletak pada
titik equilibrum.
 Jika sebuah kumpulan parsel udara pada titik
equilibrum diganggu, namun ia dapat kembali
ke titik equilibrum setelah gangguan, maka
udara tersebut dikatakan stabil.
 Udara dikatakan tak stabil apabila setelah
diganggu kumpulan parsel udara tersebut
menjauh dari titik equilibrum.
Kondisi stabil dan tak-stabil
Stabilitas Atmosfer
 Parsel udara :
1.) mengembang ketika ketinggiannya bertambah
dan suhunya turun
2.) memampat ketika ketinggiannya turun dan
suhunya naik.
 Parsel udara kering bersifat adiabatik, tidak ada
panas yang dipertukarkan antara parsel dengan
lingkungannya.
 Parsel udara yang lebih panas dari suhu
lingkungan lebih ringan dari udara di sekitarnya,
dan parsel yang lebih dingin berarti lebih berat
dari udara sekitarnya.
Stabilitas Atmosfer
 Penurunan suhu parsel udara per perubahan
ketinggian dibedakan menjadi dry adiabatic lapse
rate dan moist adiabatic lapse rate.
 Dry adiabatic lapse rate berguna untuk
menerangkan penurunan suhu parsel udara yang
bersifat adiabatik (belum jenuh).
 Dry adiabatic lapse rate cenderung konstan, yaitu
10o C/ km.
Parcel Stability
Stabilitas Atmosfer
 Ketika parsel mencapai titik jenuh, maka uap air
berkondensasi dan panas laten diberikan ke
lingkungan, akibatnya proses termodinamika
parsel udara tidak lagi adiabatik.
 Pendinginan parsel udara setelah mencapai titik
jenuh merupakan fungsi tekanan udara.
 Moist adiabatic lapse rate memiliki laju yang lebih
lamban daripada dry adiabatic lapse rate.
Menentukan
Stabilitas
Peramal cuaca menggunakan skew-T
log P graph untuk menentukan
stabilitas udara dengan cepat.
Menentukan Stabilitas
 Jika suhu parsel udara ≤ suhu lingkungan, maka udara
tersebut dikatakan stabil.
 Jika parsel-parsel udara yang dinaikkan ini dihilangkan
gaya penaiknya, maka parsel-parsel udara ini akan
kembali ke tempat semula.
 Jika parsel-parsel udara ini tetap dipaksa naik, maka
titik-titik air yang berkondensasi dari parsel cenderung
tersebar secara horizontal, membentuk awan seperti
stratus, nimbostratus, altostratus, sirus, dan awan
tinggi lain.
 Keberadaan inversi dan kabut menunjukkan udara
yang sangat stabil, karena penurunan suhu lingkungan
per km = negatif, mengakibatkan suhu parsel udara <
suhu lingkungan pada ketinggian manapun.
Ke-tak-stabilan udara
Menentukan Stabilitas
 Jika suhu parsel udara ≥ suhu lingkungan, maka
udara tersebut dikatakan tidak stabil.
 Pada udara yang tidak stabil, sedikit saja parsel
udara diganggu maka dia tidak akan pernah
kembali ke tempatnya semula.
 Udara semakin tidak stabil apabila perubahan
suhu lingkungan per km semakin besar karena
udara dekat muka bumi terhangatkan.
 Udara yang tidak stabil ditandai dengan
kemunculan awan kumulonimbus.
Menentukan Stabilitas
 Udara disebut tidak stabil terkondisi, jika udara
yang stabil dipaksa naik hingga ia menjadi jenuh,
lalu kemudian udara jenuh tersebut naik dengan
sendirinya.
 Ketinggian tempat udara menjadi jenuh mulai
berkondensasi disebut level kondensasi, dan
ketinggian tempat suhu parsel mulai > suhu
lingkungan disebut level konveksi bebas.
 Udara dalam keadaan tidak stabil terkondisi
ditandai dengan kemunculan awan kumulus.
Pembentukan Awan
Awan ada berbagai jenis, namun
secara umum mekanisme
pembentuknya hanya ada 4.
Pembentukan Awan
 Secara umum, awan terbentuk melalui 4 cara:
1.) Pemanasan muka bumi dan konveksi mandiri.
2.) Topografi.
3.) Pemusatan aliran udara/konvergensi.
4.) Pengangkatan karena masuknya massa udara
dingin (pengangkatan frontal).
Pembetukan Awan
Pembentukan Awan
 Pada konveksi, awan yang pertama terbentuk adalah
kumulus.
 Parsel udara naik bersama termal, berkondensasi
menjadi awan kumulus. Awan kumulus meneduhi
tanah asal konveksi, kumulus kembali menguap dan
tempat yang diteduhi tadi kembali terang dan
memanas, mengirimkan termal dan parsel udara untuk
pembentukan kumulus berikutnya.
 Jika di atas kumulus terdapat lapisan udara stabil,
maka kumulus tidak akan tumbuh besar. Jika udara di
atas awan tidak stabil, maka kumulus tumbuh menjadi
kumulonimbus.
 Bagian atas kumulonimbus datar karena uap air telah
mencapai lapisan udara stabil.
Pembentukan Awan
 Pembentukan hujan di gunung disebabkan karena
udara dipaksa naik, kemudian mendingin hingga
titik embun sehingga menjadi awan hujan.
 Jika di satu sisi gunung menerima hujan, maka di
sisi baliknya udara sudah terlalu kering untuk
menurunkan hujan, sehingga cuaca di sana panas
dan kering.
 Terkadang, terbentuk awan lenticular di sisi balik
gunung karena udara stabil bertiup melewati
gunung, membentuk gelombang-gelombang
udara turbulen.
Proses-proses
Presipitasi
Bagaimana hujan dan salju
terbentuk?
Proses-proses Presipitasi
 Terdapat dua proses utama yang dapat
menjelaskan terbentuknya presipitasi, yaitu
proses kolisi-koalesensi dan proses Bergeron.
 Proses kolisi-koalesensi menekankan pada
pembentukan air hujan dan proses Bergeron pada
pembentukan kristal es dan salju.
Proses-proses Presipitasi
 Pada proses kolisi-koalesensi, tahap pertama
adalah pembentukan titik-titik air melalui inti
kondensasi.
 Ada beberapa titik air yang lebih besar dari yang
lain karena tabrakan antara beberapa titik-titik air
atau inti kondensasi yang dimiliki lebih kuat.
 Titik-titik air yang besar ini bertabrakan (kolisi) dan
bergabung dengan titik-titik air yang lebih kecil,
membentuk tetes hujan.
 Pembentukan tetes hujan dipengaruhi oleh
muatan listrik pada awan, muatan listrik tiap titik-
titik air, arus naik pada awan, ketebalan awan, dan
range ukuran titik-titik air.
Proses-proses Presipitasi
 Pada proses Bergeron, tahap pertama adalah
pembentukan titik-titik air di dasar awan melalui
proses kolisi-koalesensi.
 Titik-titik air sebagian ada yang terdorong arus naik ke
atas awan, kemudian titik-titik air ini mendingin.
 Titik-titik air ada yang sebagian berubah menjadi
kristal es, dengan bantuan partikel-partikel yang
disebut inti es.
 Tekanan uap jenuh kristal es < tekanan uap jenuh titik-
titik air, akibatnya titik-titik air menguap dan uapnya
terdeposisi pada kristal-kristal es.
 Kristal-kristal es yang membesar ini akan bertabrakan
dan mengumpulkan kristal-kristal es lainnya,
membentuk salju.
Proses-proses Presipitasi
 Untuk membantu terbentuknya presipitasi,
kadang pembibitan awan dilakukan.
 Pembibitan awan bertujuan untuk:
1.) Membuat kristal es terbentuk ketika titik-titik air
super dingin menyentuh partikel pembibitan.
2.) Membuat kristal-kristal es terdeposisi pada
partikel pembibitan.
 Bahan yang digunakan dalam pembibitan awan
biasanya adalah Perak iodida.
Proses-proses Presipitasi
 Presipitasi dari awan nimbostratus atau stratus
biasanya terbentuk melalui proses Bergeron.
 Presipitasi yang turun dari awan kumulonimbus
biasanya terbentuk dari campuran sebagian
proses Bergeron dan kolisi-koalesensi.
Jenis Presipitasi
 Hujan
 Bulir es
 Butir es
 Salju
 Hujan beku
 Sleet (hujan campur es dan salju)
 Hujan batu es (es sebesar bola pingpong atau lebih)
 Virga (gerimis es yang mencair, berasal dari awan
rendah).
 Fallstreak (gerimis es yang menguap, berasal dari awan
tinggi).
Mengukur
Presipitasi
 Rain Gauge (gambar
samping)
 Radar Doppler
Rain Gauge
Citra radar Doppler situs
MEDA, tanggal 5 April 2012
jam 9 malam

More Related Content

Similar to AWAN DAN HUJAN

Laporan praktikum agroklimatologi kewanan ferli
Laporan praktikum agroklimatologi kewanan ferliLaporan praktikum agroklimatologi kewanan ferli
Laporan praktikum agroklimatologi kewanan ferliFerli Dian SAputra
 
ATMOSFER-geografi kelas 10
ATMOSFER-geografi kelas 10ATMOSFER-geografi kelas 10
ATMOSFER-geografi kelas 10W Apri
 
Pembentukan awan dan kerpasan
Pembentukan awan dan kerpasanPembentukan awan dan kerpasan
Pembentukan awan dan kerpasanharalhaj
 
Sejatan, hujan, awan
Sejatan, hujan, awanSejatan, hujan, awan
Sejatan, hujan, awankasmiah otin
 
PENGANTAR KOMPUTER _BIO KELOMPOK.pptx
PENGANTAR KOMPUTER _BIO KELOMPOK.pptxPENGANTAR KOMPUTER _BIO KELOMPOK.pptx
PENGANTAR KOMPUTER _BIO KELOMPOK.pptxItoBabu
 
Yegi (1001436) awan cumulus
Yegi (1001436) awan cumulusYegi (1001436) awan cumulus
Yegi (1001436) awan cumulusEgiew Nakakatawa
 
Geografi-Materi Tentang Suhu Udara
Geografi-Materi Tentang Suhu UdaraGeografi-Materi Tentang Suhu Udara
Geografi-Materi Tentang Suhu UdaraStefannnnny
 
Prinsip Kerja Anemometer Mangkuk
Prinsip Kerja Anemometer MangkukPrinsip Kerja Anemometer Mangkuk
Prinsip Kerja Anemometer MangkukPuspawijaya Putra
 
Prinsip Kerja Anemometer Mangkuk
Prinsip Kerja Anemometer MangkukPrinsip Kerja Anemometer Mangkuk
Prinsip Kerja Anemometer MangkukPuspawijaya Putra
 
Cuaca dan iklim kel 13
Cuaca dan iklim kel 13Cuaca dan iklim kel 13
Cuaca dan iklim kel 13bellarizkian
 
Dairi Atmos dan Hidrologi - KONSEP.docx
Dairi Atmos dan Hidrologi   - KONSEP.docxDairi Atmos dan Hidrologi   - KONSEP.docx
Dairi Atmos dan Hidrologi - KONSEP.docxPUSHPALATHAAPTHAYAMA
 
Bab 3 kelembapan udara dan kerpasan
Bab 3   kelembapan udara dan kerpasanBab 3   kelembapan udara dan kerpasan
Bab 3 kelembapan udara dan kerpasanAsmawi Abdullah
 
Laporan 7
Laporan 7Laporan 7
Laporan 7isanuri
 
Bahan persentasi ipa
Bahan persentasi ipaBahan persentasi ipa
Bahan persentasi ipaZamzam Farid
 

Similar to AWAN DAN HUJAN (20)

Awan
AwanAwan
Awan
 
Proses terjadinya hujan
Proses terjadinya hujanProses terjadinya hujan
Proses terjadinya hujan
 
Laporan praktikum agroklimatologi kewanan ferli
Laporan praktikum agroklimatologi kewanan ferliLaporan praktikum agroklimatologi kewanan ferli
Laporan praktikum agroklimatologi kewanan ferli
 
ATMOSFER-geografi kelas 10
ATMOSFER-geografi kelas 10ATMOSFER-geografi kelas 10
ATMOSFER-geografi kelas 10
 
Pembentukan awan dan kerpasan
Pembentukan awan dan kerpasanPembentukan awan dan kerpasan
Pembentukan awan dan kerpasan
 
Sejatan, hujan, awan
Sejatan, hujan, awanSejatan, hujan, awan
Sejatan, hujan, awan
 
PENGANTAR KOMPUTER _BIO KELOMPOK.pptx
PENGANTAR KOMPUTER _BIO KELOMPOK.pptxPENGANTAR KOMPUTER _BIO KELOMPOK.pptx
PENGANTAR KOMPUTER _BIO KELOMPOK.pptx
 
Yegi (1001436) awan cumulus
Yegi (1001436) awan cumulusYegi (1001436) awan cumulus
Yegi (1001436) awan cumulus
 
ips mengenai angin-hujan-iklim-cuaca
ips mengenai angin-hujan-iklim-cuacaips mengenai angin-hujan-iklim-cuaca
ips mengenai angin-hujan-iklim-cuaca
 
Geografi-Materi Tentang Suhu Udara
Geografi-Materi Tentang Suhu UdaraGeografi-Materi Tentang Suhu Udara
Geografi-Materi Tentang Suhu Udara
 
Prinsip Kerja Anemometer Mangkuk
Prinsip Kerja Anemometer MangkukPrinsip Kerja Anemometer Mangkuk
Prinsip Kerja Anemometer Mangkuk
 
Prinsip Kerja Anemometer Mangkuk
Prinsip Kerja Anemometer MangkukPrinsip Kerja Anemometer Mangkuk
Prinsip Kerja Anemometer Mangkuk
 
Cuaca dan iklim kel 13
Cuaca dan iklim kel 13Cuaca dan iklim kel 13
Cuaca dan iklim kel 13
 
Dairi Atmos dan Hidrologi - KONSEP.docx
Dairi Atmos dan Hidrologi   - KONSEP.docxDairi Atmos dan Hidrologi   - KONSEP.docx
Dairi Atmos dan Hidrologi - KONSEP.docx
 
Bab 3 kelembapan udara dan kerpasan
Bab 3   kelembapan udara dan kerpasanBab 3   kelembapan udara dan kerpasan
Bab 3 kelembapan udara dan kerpasan
 
Atmosfer
AtmosferAtmosfer
Atmosfer
 
Pemeluwapan
PemeluwapanPemeluwapan
Pemeluwapan
 
Laporan 7
Laporan 7Laporan 7
Laporan 7
 
Bahan persentasi ipa
Bahan persentasi ipaBahan persentasi ipa
Bahan persentasi ipa
 
Pengertian awan
Pengertian awanPengertian awan
Pengertian awan
 

Recently uploaded

PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 

Recently uploaded (20)

PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 

AWAN DAN HUJAN

  • 2. Pembentukan Awan dan Presipitasi  Stabilitas Atmosfer  Menentukan Stabilitas  Pembentukan Awan  Proses-proses Presipitasi  Tipe-tipe Presipitasi  Mengukur Presipitasi
  • 3. Stabilitas Atmosfer Hujan badai dan puting beliung, penciri udara yang tidak stabil.
  • 4. Stabilitas Atmosfer  Parsel udara merupakan bagian kecil udara yang komposisinya menyamai keseluruhan udara.  Parsel-parsel udara pada awalnya terletak pada titik equilibrum.  Jika sebuah kumpulan parsel udara pada titik equilibrum diganggu, namun ia dapat kembali ke titik equilibrum setelah gangguan, maka udara tersebut dikatakan stabil.  Udara dikatakan tak stabil apabila setelah diganggu kumpulan parsel udara tersebut menjauh dari titik equilibrum.
  • 5. Kondisi stabil dan tak-stabil
  • 6. Stabilitas Atmosfer  Parsel udara : 1.) mengembang ketika ketinggiannya bertambah dan suhunya turun 2.) memampat ketika ketinggiannya turun dan suhunya naik.  Parsel udara kering bersifat adiabatik, tidak ada panas yang dipertukarkan antara parsel dengan lingkungannya.  Parsel udara yang lebih panas dari suhu lingkungan lebih ringan dari udara di sekitarnya, dan parsel yang lebih dingin berarti lebih berat dari udara sekitarnya.
  • 7. Stabilitas Atmosfer  Penurunan suhu parsel udara per perubahan ketinggian dibedakan menjadi dry adiabatic lapse rate dan moist adiabatic lapse rate.  Dry adiabatic lapse rate berguna untuk menerangkan penurunan suhu parsel udara yang bersifat adiabatik (belum jenuh).  Dry adiabatic lapse rate cenderung konstan, yaitu 10o C/ km.
  • 9. Stabilitas Atmosfer  Ketika parsel mencapai titik jenuh, maka uap air berkondensasi dan panas laten diberikan ke lingkungan, akibatnya proses termodinamika parsel udara tidak lagi adiabatik.  Pendinginan parsel udara setelah mencapai titik jenuh merupakan fungsi tekanan udara.  Moist adiabatic lapse rate memiliki laju yang lebih lamban daripada dry adiabatic lapse rate.
  • 10. Menentukan Stabilitas Peramal cuaca menggunakan skew-T log P graph untuk menentukan stabilitas udara dengan cepat.
  • 11. Menentukan Stabilitas  Jika suhu parsel udara ≤ suhu lingkungan, maka udara tersebut dikatakan stabil.  Jika parsel-parsel udara yang dinaikkan ini dihilangkan gaya penaiknya, maka parsel-parsel udara ini akan kembali ke tempat semula.  Jika parsel-parsel udara ini tetap dipaksa naik, maka titik-titik air yang berkondensasi dari parsel cenderung tersebar secara horizontal, membentuk awan seperti stratus, nimbostratus, altostratus, sirus, dan awan tinggi lain.  Keberadaan inversi dan kabut menunjukkan udara yang sangat stabil, karena penurunan suhu lingkungan per km = negatif, mengakibatkan suhu parsel udara < suhu lingkungan pada ketinggian manapun.
  • 13. Menentukan Stabilitas  Jika suhu parsel udara ≥ suhu lingkungan, maka udara tersebut dikatakan tidak stabil.  Pada udara yang tidak stabil, sedikit saja parsel udara diganggu maka dia tidak akan pernah kembali ke tempatnya semula.  Udara semakin tidak stabil apabila perubahan suhu lingkungan per km semakin besar karena udara dekat muka bumi terhangatkan.  Udara yang tidak stabil ditandai dengan kemunculan awan kumulonimbus.
  • 14. Menentukan Stabilitas  Udara disebut tidak stabil terkondisi, jika udara yang stabil dipaksa naik hingga ia menjadi jenuh, lalu kemudian udara jenuh tersebut naik dengan sendirinya.  Ketinggian tempat udara menjadi jenuh mulai berkondensasi disebut level kondensasi, dan ketinggian tempat suhu parsel mulai > suhu lingkungan disebut level konveksi bebas.  Udara dalam keadaan tidak stabil terkondisi ditandai dengan kemunculan awan kumulus.
  • 15. Pembentukan Awan Awan ada berbagai jenis, namun secara umum mekanisme pembentuknya hanya ada 4.
  • 16. Pembentukan Awan  Secara umum, awan terbentuk melalui 4 cara: 1.) Pemanasan muka bumi dan konveksi mandiri. 2.) Topografi. 3.) Pemusatan aliran udara/konvergensi. 4.) Pengangkatan karena masuknya massa udara dingin (pengangkatan frontal).
  • 18. Pembentukan Awan  Pada konveksi, awan yang pertama terbentuk adalah kumulus.  Parsel udara naik bersama termal, berkondensasi menjadi awan kumulus. Awan kumulus meneduhi tanah asal konveksi, kumulus kembali menguap dan tempat yang diteduhi tadi kembali terang dan memanas, mengirimkan termal dan parsel udara untuk pembentukan kumulus berikutnya.  Jika di atas kumulus terdapat lapisan udara stabil, maka kumulus tidak akan tumbuh besar. Jika udara di atas awan tidak stabil, maka kumulus tumbuh menjadi kumulonimbus.  Bagian atas kumulonimbus datar karena uap air telah mencapai lapisan udara stabil.
  • 19.
  • 20. Pembentukan Awan  Pembentukan hujan di gunung disebabkan karena udara dipaksa naik, kemudian mendingin hingga titik embun sehingga menjadi awan hujan.  Jika di satu sisi gunung menerima hujan, maka di sisi baliknya udara sudah terlalu kering untuk menurunkan hujan, sehingga cuaca di sana panas dan kering.  Terkadang, terbentuk awan lenticular di sisi balik gunung karena udara stabil bertiup melewati gunung, membentuk gelombang-gelombang udara turbulen.
  • 21.
  • 22.
  • 23.
  • 25. Proses-proses Presipitasi  Terdapat dua proses utama yang dapat menjelaskan terbentuknya presipitasi, yaitu proses kolisi-koalesensi dan proses Bergeron.  Proses kolisi-koalesensi menekankan pada pembentukan air hujan dan proses Bergeron pada pembentukan kristal es dan salju.
  • 26. Proses-proses Presipitasi  Pada proses kolisi-koalesensi, tahap pertama adalah pembentukan titik-titik air melalui inti kondensasi.  Ada beberapa titik air yang lebih besar dari yang lain karena tabrakan antara beberapa titik-titik air atau inti kondensasi yang dimiliki lebih kuat.  Titik-titik air yang besar ini bertabrakan (kolisi) dan bergabung dengan titik-titik air yang lebih kecil, membentuk tetes hujan.  Pembentukan tetes hujan dipengaruhi oleh muatan listrik pada awan, muatan listrik tiap titik- titik air, arus naik pada awan, ketebalan awan, dan range ukuran titik-titik air.
  • 27. Proses-proses Presipitasi  Pada proses Bergeron, tahap pertama adalah pembentukan titik-titik air di dasar awan melalui proses kolisi-koalesensi.  Titik-titik air sebagian ada yang terdorong arus naik ke atas awan, kemudian titik-titik air ini mendingin.  Titik-titik air ada yang sebagian berubah menjadi kristal es, dengan bantuan partikel-partikel yang disebut inti es.  Tekanan uap jenuh kristal es < tekanan uap jenuh titik- titik air, akibatnya titik-titik air menguap dan uapnya terdeposisi pada kristal-kristal es.  Kristal-kristal es yang membesar ini akan bertabrakan dan mengumpulkan kristal-kristal es lainnya, membentuk salju.
  • 28. Proses-proses Presipitasi  Untuk membantu terbentuknya presipitasi, kadang pembibitan awan dilakukan.  Pembibitan awan bertujuan untuk: 1.) Membuat kristal es terbentuk ketika titik-titik air super dingin menyentuh partikel pembibitan. 2.) Membuat kristal-kristal es terdeposisi pada partikel pembibitan.  Bahan yang digunakan dalam pembibitan awan biasanya adalah Perak iodida.
  • 29. Proses-proses Presipitasi  Presipitasi dari awan nimbostratus atau stratus biasanya terbentuk melalui proses Bergeron.  Presipitasi yang turun dari awan kumulonimbus biasanya terbentuk dari campuran sebagian proses Bergeron dan kolisi-koalesensi.
  • 30. Jenis Presipitasi  Hujan  Bulir es  Butir es  Salju  Hujan beku  Sleet (hujan campur es dan salju)  Hujan batu es (es sebesar bola pingpong atau lebih)  Virga (gerimis es yang mencair, berasal dari awan rendah).  Fallstreak (gerimis es yang menguap, berasal dari awan tinggi).
  • 31.
  • 32. Mengukur Presipitasi  Rain Gauge (gambar samping)  Radar Doppler
  • 34. Citra radar Doppler situs MEDA, tanggal 5 April 2012 jam 9 malam