Jika suatu kelompok orang atau suatu masyarakat mempunyai verbal repertoire yang relatif sama serta mereka mempunyai penilaian yang sama terhadap norma-norma pemakaian bahasa yang digunakan di dalam masyarakat itu, maka kelompok orang tsb adalah sebuah masyarakat bahasa/tutur (Speech Commnunity)
Sosiolinguistik adalah kajian tentang ciri khas variasi bahasa, fungsi-fungsi variasi bahasa, dan pemakai bahasa karena ketiga unsur ini selalu berinteraksi, berubah, dan saling mengubah satu sama lain dalam satu masyarakat tutur
Setiap ragam bahasa yang digunakan di suatu daerah memiliki perbedaan-perbedaan, antara lain pada tataran lafal, tata bahasa, dan tata makna.
Perbedaan-perbedaan tersebut dapat menentukan variasi bahasa (subdialek, dialek, perbedaan bahasa)
Jika suatu kelompok orang atau suatu masyarakat mempunyai verbal repertoire yang relatif sama serta mereka mempunyai penilaian yang sama terhadap norma-norma pemakaian bahasa yang digunakan di dalam masyarakat itu, maka kelompok orang tsb adalah sebuah masyarakat bahasa/tutur (Speech Commnunity)
Sosiolinguistik adalah kajian tentang ciri khas variasi bahasa, fungsi-fungsi variasi bahasa, dan pemakai bahasa karena ketiga unsur ini selalu berinteraksi, berubah, dan saling mengubah satu sama lain dalam satu masyarakat tutur
Setiap ragam bahasa yang digunakan di suatu daerah memiliki perbedaan-perbedaan, antara lain pada tataran lafal, tata bahasa, dan tata makna.
Perbedaan-perbedaan tersebut dapat menentukan variasi bahasa (subdialek, dialek, perbedaan bahasa)
Diglosia (diglossia) adalah situasi bahasa dengan pembagian fungsional atas varian-varian bahasa yang ada. Satu varian diberi status “tinggi” dan dipakai untuk penggunaan resmi atau pengggunaan publik dan mempunyai ciri-ciri yang lebih kompleks dan konservatif, varian lain mempunyai status “rendah” dan dipergunakan untuk komunikasi tak resmi dan strukturnya disesuaikan dengan saluran komunikasi lisan.
Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan, hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta medium pembicaraan.
Alih kode pada hakikatnya merupakan pergantian pemakaian bahasa atau dialek. Rujukannya adalah komunitas bahasa atau dialek. Para penutur yang sedang beralih kode dari minimum dua komunitas dari bahasa-bahasa (dialek) yang sedang mereka praktekkan. Sebaliknya pergantian (alih) ragam bukan berarti berganti komunitas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa alih kode hanya dilakukan oleh dua pihak yang memiliki dua komunitas bahasa yang sama. Sedangkan alih ragam hanya terjadi di satu komunitas dan satu bahasa saja. Sementara itu, Campur kode (code-mixing) terjadi apabila seorang penutur menggunakan suatu bahasa secara dominan mendukung suatu tuturan disisipi dengan unsur bahasa lainnya. Hal ini biasanya berhubungan dengan karakteristk penutur, seperti latar belakang sosial, tingkat pendidikan, rasa keagamaan. Biasanya ciri menonjolnya berupa kesantaian atau situasi informal. Namun bisa terjadi karena keterbatasan bahasa, ungkapan dalam bahasa tersebut tidak ada padanannya, sehingga ada keterpaksaan menggunakan bahasa lain, walaupun hanya mendukung satu fungsi. Campur kode termasuk juga konvergense kebahasaan (linguistic convergence).
Pemerolehan bahasa selain bahasa asli menghasilkan kedwibahasaan. Hal ini terjadi karena dua bahasa yang berkontak sebagai penutur bahasa dapat mempelajari unsur-unsur bahasa lainnya. Kontak bahasa terjadi karena pendukung masing-masing bahasa itu dapat menjadi dwibahasawan berdasarkan alasan-alasan tertentu. Seperti perpindahan penduduk dengan alasan politik, sosial atau ekonomi, nasionalisme, faktor budaya dan pendidikan, faktor perkawinan, dsb.
Diglosia (diglossia) adalah situasi bahasa dengan pembagian fungsional atas varian-varian bahasa yang ada. Satu varian diberi status “tinggi” dan dipakai untuk penggunaan resmi atau pengggunaan publik dan mempunyai ciri-ciri yang lebih kompleks dan konservatif, varian lain mempunyai status “rendah” dan dipergunakan untuk komunikasi tak resmi dan strukturnya disesuaikan dengan saluran komunikasi lisan.
Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut pemakainya, yang berbeda-beda berdasarkan topik yang dibicarakan, hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta medium pembicaraan.
Alih kode pada hakikatnya merupakan pergantian pemakaian bahasa atau dialek. Rujukannya adalah komunitas bahasa atau dialek. Para penutur yang sedang beralih kode dari minimum dua komunitas dari bahasa-bahasa (dialek) yang sedang mereka praktekkan. Sebaliknya pergantian (alih) ragam bukan berarti berganti komunitas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa alih kode hanya dilakukan oleh dua pihak yang memiliki dua komunitas bahasa yang sama. Sedangkan alih ragam hanya terjadi di satu komunitas dan satu bahasa saja. Sementara itu, Campur kode (code-mixing) terjadi apabila seorang penutur menggunakan suatu bahasa secara dominan mendukung suatu tuturan disisipi dengan unsur bahasa lainnya. Hal ini biasanya berhubungan dengan karakteristk penutur, seperti latar belakang sosial, tingkat pendidikan, rasa keagamaan. Biasanya ciri menonjolnya berupa kesantaian atau situasi informal. Namun bisa terjadi karena keterbatasan bahasa, ungkapan dalam bahasa tersebut tidak ada padanannya, sehingga ada keterpaksaan menggunakan bahasa lain, walaupun hanya mendukung satu fungsi. Campur kode termasuk juga konvergense kebahasaan (linguistic convergence).
Pemerolehan bahasa selain bahasa asli menghasilkan kedwibahasaan. Hal ini terjadi karena dua bahasa yang berkontak sebagai penutur bahasa dapat mempelajari unsur-unsur bahasa lainnya. Kontak bahasa terjadi karena pendukung masing-masing bahasa itu dapat menjadi dwibahasawan berdasarkan alasan-alasan tertentu. Seperti perpindahan penduduk dengan alasan politik, sosial atau ekonomi, nasionalisme, faktor budaya dan pendidikan, faktor perkawinan, dsb.
Komunikasi adalah salah satu hal paling penting dalam kehidupan manusia. Bahasa baik itu verbal ataupun nonverbal sebagai salah satu alat berkomunikasi ternyata sangat dipengaruhi oleh budaya penuturnya. Pengaruh itu meliputi struktur dan fungsi bahasa tersebut. Uniknya pengaruh itu juga mempengaruhi keadaan psikologis penuturnya.
Slides are summary from my text book 'Peson Bahasa'. Pesona Bahasa is the bible for introduction of linguistics in graduate & post-graduate student in Universitas Indonesia. You can accsess this book from google-books. This slides just for internal consumption.
2. APAKAH SOSIOLINGUISTIK ITU?
• Sosiolinguistik sosio dan linguistik, ilmu
interdisiplin sosiologi dan linguistik
• Cabang dari linguistik
• Linguistik adalah ilmu yang mempelajari tentang
bahasa jelasnya unsur-unsur bahasa (fonem, morfem,
kata, kalimat) dan hubungan antar unsur-unsur itu
(struktur), termasuk pembentukan unsur-unsur itu
• Sosio berhubungan dengan masyarakat, kelompok-
kelompok masyarakat, dan fungsi-fungsi
kemasyarakatan
• Sosiolinguistik ialah bidang ilmu interdisiplin yang
membahas tentang bahasa sehubungan dengan penutur
bahasa itu sebagai anggota masyarakat
3. MASAL -M
AH ASAL UT A SOSIOL
AH AM INGUISTIK
Mengkaji bahasa dalam konteks sosial dan
kebudayaan
Menghubungkan faktor-faktor kebahasaan,
ciri-ciri, dan ragam bahasa dg situasi serta
faktor-faktor sosial dan budaya
Mengkaji fungsi-fungsi sosial dan penggunaan
bahasa dalam masyarakat
4. TOPIK-TOPIK UMUM DALAM
SOSIOLINGUISTIK
Bahasa, dialek, idiolek, dan ragam bahasa;
Repertoar bahasa;
Masyarakat bahasa;
Kedwibahasaan dan kegandabahasaan;
Fungsi kemasyarakatan bahasa dan fungsi sosiolinguistik;
Penggunaan bahasa (etnografi bahasa);
Sikap bahasa;
Perencanaan bahasa;
Interaksi sosiolinguistik;
Bahasa dan kebudayaan.
5. BAHASA, DIALEK, DAN IDIOLEK
• IDIOLEK bahasa seseorang
• DIALEK idiolek-idiolek yang menunjukkan lebih
banyak persamaan dengan idiolek-idiolek lain
• SOSIOLEK kesamaan dialek karena kemiripan
status sosial dalam masyarakat
• Ketiga istilah tersebut termasuk dalam satu
BAHASA yang masing-masing penuturnya saling
mengerti (mutual intelligibility)
6. BAHASA
Bila ada suatu dialek diterima semua penutur bahasa itu
sebagai dialek baku (standar), itulah yang menjadi
bahasa
Ragam (variety) yang terkait dengan situasi dan keadaan
berbahasa yaitu peristiwa berbicara, penutur-penutur
bahasa, tempat berbicara, masalah yang dibicarakan,
tujuan berbicara, media berbahasa (tulisan atau lisan),
dan sebagainya disebut fungsiolek (analog dengan
sosiolek)
Ragam terkait dengan waktu = kronolek.
7. Repertoar (repertoire) bahasa
Semua bahasa dan ragam bahasa yang dimiliki dan
diketahui seseorang
Masyarakat bahasa adalah sekelompok manusia
yang menggunakan sistem isyarat bahasa yang sama.
Kedwibahasaan(bilingualism) adalah kemampuan
dan kebiasaan mempergunakan dua bahasa.
Kemampuan mempergunakan = bilingualitas.
Kebiasaan menggunakan = bilingualisme
8. Topik dalam kedwibahasaan
• Dalam topik kedwibahasaan dibicarakan juga:
– Alih kode (code-switching) dan
– Campur kode (code-mixing)
10. Components of speech
• Setting and Scene
• Participants
• Ends (purpose and goal)
• Act sequences
• Key tone or spirit of act
• Instrumentalities (jalur)
• Norms (of interaction and interpretation)
• Genres (bentuk dan ragam bahasa)
12. BAHASA DAN BUDAYA
• Hubungan antara bahasa sebagai unsur
budaya dan kebudayaan umumnya.
• Relativitas kebahasaan (hipoptesis Sapir-
Whorf)
13. METODOLOGI
• Metode linguistik untuk memerikan
(mendeskripsikan) bentuk dan unsur bahasa.
• Metode survei dengan mengumpulkan data
lapangan melalui pengamatan dan
wawancara.
• Studi antar disiplin bahasa dan sosiologi.
14. KEGUNAAN
• Sosiolinguistik muncul tahun 1960-an.
• Linguistik tidak cukup untuk menerangkan tindak laku berbahasa manusia.
• Mencari makna yang lebih luas dari bahasa dan berbahasa dalam konteks
tindak laku pemakainya.
• Penyimpangan sesuatu bentuk baku menurut kamus atau tatabahasa
belum tentu suatu kesalahan.
• Bentuk-bentuk bahasa seperti itu mungkin adalah tanda atau isyarat dari
hubungan penutur dan pendengar atau sesuatu yang dituntut oleh
keadaan berbahasa itu.
• Bahasa sesuatu masyarakat (language cummunity) bukanlah hanya satu
bentuk (monolitik) dan homogen, selalu terdapat variasi berdasarkan
daerah, tingkat sosial, pekerjaan penutur, dsbnya.
15. KEGUNAAN
• Hasil-hasil pengkajian sosiolinguistik menyebabkan kita
mengerti hubungan antara perencanaan bahasa dengan
pengajaran bahasa.
• Sosiolinguistik mengungkapkan hubungan sikap terhadap
suatu bahasa dengan motivasi belajar bahasa.
• Sosiolinguistik mempunyai relevansi pada pengajaran bahasa
karena:
– Bahasa memang dipakai dalam masyarakat;
– Bahasa seharusnya diajarkan dalam konteks atau latar belakang
kemasyarakatan;
– Tujuan pengajaran bahasa bersumber pada keperluan masyarakat dan
penggunaan bahasa di masyarakat.
• Pendekatan komunikatif dilahirkan oleh pengkajian dan
pemikiran sosiolinguistik.
16. SUMBANGAN SOSIOLINGUISTIK TERHADAP
PENGAJARAN BAHASA
• Penekanan kebermaknaan bahasa dalam pengajaran
bahasa
• Pengertian yang lebih mendalam tentang ragam
bahasa
• Tujuan pengajaran bahasa yang bersumber pada
penggunaan bahasa dalam masyarakat
• Bentuk-bentuk bahasa yang diajarkan disesuaikan
dengan bentuk-bentuk bahasa yang berfungsi dalam
masyarakat.
Editor's Notes
Nababan, P.W.J. Sosiolinguistik: suatu pengantar, Jakarta: Gramedia, 1984