Tugas review jurnal ini membahas kerusakan lingkungan akibat pertambangan intan rakyat di Kecamatan Cempaka, Kalimantan Selatan. Penelitian mengidentifikasi jenis kerusakan lingkungan, menganalisis tingkat kerusakan, dan merekomendasikan strategi pengelolaan. Hasilnya menunjukkan kerusakan terparah pada aspek abiotik di titik pengamatan 4. Strategi yang disarankan adalah menutup tambang, melakukan reklamasi, mener
Banana is one of the export commodities important, but most
farmers were cultivated as a side commodity only. The objective of the study was to evaluate the land suitability for banana development and its limiting factors. This study was done with four stages, i.e: data collection, laboratory analysis, data compilation, and data interpretation. Land suitability analysis using matching approach and tools of geographical information system (GIS) software. Determining of land suitability classes using FAO (1976) framework of land evaluation. The result shown that land suitability for banana was classified as suitable (N) widely of 204,696.99 ha, and widely of 13,999.53 ha of not suitable (N). The limiting factors for banana development were erosion hazard, water and oxygen availability, and roots condition.
Dipresentasikan dalam acara Webinar Nasional “Kajian Kubah Gambut dan Penerapan Metode Paludikultur dalam Rehabilitasi dan Restorasi Lahan Gambut”, 22 Desember 2020.
Kombinasi teknik konservasi tanah dan pengaruhnya terhadap hasil jagung dan e...NurdinUng
Upland is one of land potentials for maize development, but most farmers were using upland without soil conservation, so the soil erosion is difficult controlling and productivity is decreasing. This research was aimed to find of soil conservation technique combinations which can minimize soil erosion and rising of maize yields. This research was carried out in Biyonga Sub-Watershed of Gorontalo Regency. Experimental was conducted in afactorial random block design with2 main factors, where first factor was contour cultivation and the second was strip cropping which each factors consisted of 5 treatments for manure and mulching with 3 replicates. Erosion box and their soil collector were used to measure of soil erosion. Results showed that contour cultivation is ±1.24 higher than strip cropping toincrease maize yields, but soil erosion was ±1.20 higher than strip cropping. The highest of maize yield was 5.82 ha-1 tahun-1 and their soil erosion was 1.34 ton ha-1 tahun-1. Soil erosion on
the strip cropping was only 1.08 tonha-1 tahun-1 although maize yields were only 4.80 ton ha-1. The best dosage for manure and mulching were 10 ton ha-1 and 12 ton ha-1.
Penggunaan lahan kering di das limboto sept 2011NurdinUng
Lahan kering merupakan salah satu agroekosistem yang berpotensi besar untuk usaha pertanian. Daerah aliran
sungai (DAS) Limboto mempunyai lahan kering yang sesuai untuk pengembangan pertanian seluas 37.049 ha,
sedangkan lahan datar sampai bergelombang yang potensial untuk pertanian 33.144 ha. Untuk memanfaatkan
lahan kering tersebut, dapat diterapkan beberapa strategi dan teknologi yang meliputi: 1) pengelolaan sistem budi
daya, yang mencakup pengelompokan tanaman dalam suatu bentang lahan mengikuti kebutuhan air yang sama,
penentuan pola tanam yang tepat, pemberian mulsa dan bahan organik, pembuatan pemecah angin, dan penerapan
sistem agroforestry, 2) pengembangan ekonomi, sosial, dan budaya melalui penyuluhan, penyediaan sarana dan
prasarana produksi serta permodalan petani, pemberdayaan kelembagaan petani dan penyuluh, serta penerapan
sistem agribisnis, dan 3) implementasi kebijakan yang berpihak kepada pertanian, yang meliputi pemberian subsidi
kepada petani di daerah hulu untuk melaksanakan konservasi lahan, pemberian subsidi pajak kepada petani di
daerah hulu, penetapan peraturan daerah yang berkaitan dengan pengelolaan lahan berbasis konservasi, dan
pengelolaan lahan dengan sistem hak guna usaha (HGU). Hal lain yang terpenting dalam pemanfaatan lahan kering
adalah sinkronisasi dan koordinasi antarinstitusi pemerintah dengan melibatkan petani untuk menghindari tumpang
tindih kepentingan.
The aimed of this research was to determining of upland suitability for maize commodity development and its limiting factors based on land quality. This research conducted at three month in Dulamayo garden farming of Gorontalo State University. Assessments of land suitability classes using the framework of land evaluation and parametric approach with root square land index as methods. The result of this research showed that the land suitability classes showed that land utilization type (LUT) for Local Maize of patterns A (none fertilizing) + B (national fertilizing dosage) were dominantly of
moderately suitable with nutrient availability as limiting factors (S2na), while for pattern C (prescription fertilizing dosage) was very suitable but any small amount of nutrient availability as limiting factors (S1na). The LUT Composite Maize to pattern A was marginally suitable with nutrient availability as limiting factors (S3na), pattern B same as LUT Local Maize limiting factors, but pattern C with very suitable classes but differences of limiting factors (S1wa). For LUT Hybrids Maize dominantly of marginally suitable with water availability as limiting factors (S3wa) to pattern A+B, but pattern C dominantly of moderately suitable with water availability as limiting factors (S2wa).
Banana is one of the export commodities important, but most
farmers were cultivated as a side commodity only. The objective of the study was to evaluate the land suitability for banana development and its limiting factors. This study was done with four stages, i.e: data collection, laboratory analysis, data compilation, and data interpretation. Land suitability analysis using matching approach and tools of geographical information system (GIS) software. Determining of land suitability classes using FAO (1976) framework of land evaluation. The result shown that land suitability for banana was classified as suitable (N) widely of 204,696.99 ha, and widely of 13,999.53 ha of not suitable (N). The limiting factors for banana development were erosion hazard, water and oxygen availability, and roots condition.
Dipresentasikan dalam acara Webinar Nasional “Kajian Kubah Gambut dan Penerapan Metode Paludikultur dalam Rehabilitasi dan Restorasi Lahan Gambut”, 22 Desember 2020.
Kombinasi teknik konservasi tanah dan pengaruhnya terhadap hasil jagung dan e...NurdinUng
Upland is one of land potentials for maize development, but most farmers were using upland without soil conservation, so the soil erosion is difficult controlling and productivity is decreasing. This research was aimed to find of soil conservation technique combinations which can minimize soil erosion and rising of maize yields. This research was carried out in Biyonga Sub-Watershed of Gorontalo Regency. Experimental was conducted in afactorial random block design with2 main factors, where first factor was contour cultivation and the second was strip cropping which each factors consisted of 5 treatments for manure and mulching with 3 replicates. Erosion box and their soil collector were used to measure of soil erosion. Results showed that contour cultivation is ±1.24 higher than strip cropping toincrease maize yields, but soil erosion was ±1.20 higher than strip cropping. The highest of maize yield was 5.82 ha-1 tahun-1 and their soil erosion was 1.34 ton ha-1 tahun-1. Soil erosion on
the strip cropping was only 1.08 tonha-1 tahun-1 although maize yields were only 4.80 ton ha-1. The best dosage for manure and mulching were 10 ton ha-1 and 12 ton ha-1.
Penggunaan lahan kering di das limboto sept 2011NurdinUng
Lahan kering merupakan salah satu agroekosistem yang berpotensi besar untuk usaha pertanian. Daerah aliran
sungai (DAS) Limboto mempunyai lahan kering yang sesuai untuk pengembangan pertanian seluas 37.049 ha,
sedangkan lahan datar sampai bergelombang yang potensial untuk pertanian 33.144 ha. Untuk memanfaatkan
lahan kering tersebut, dapat diterapkan beberapa strategi dan teknologi yang meliputi: 1) pengelolaan sistem budi
daya, yang mencakup pengelompokan tanaman dalam suatu bentang lahan mengikuti kebutuhan air yang sama,
penentuan pola tanam yang tepat, pemberian mulsa dan bahan organik, pembuatan pemecah angin, dan penerapan
sistem agroforestry, 2) pengembangan ekonomi, sosial, dan budaya melalui penyuluhan, penyediaan sarana dan
prasarana produksi serta permodalan petani, pemberdayaan kelembagaan petani dan penyuluh, serta penerapan
sistem agribisnis, dan 3) implementasi kebijakan yang berpihak kepada pertanian, yang meliputi pemberian subsidi
kepada petani di daerah hulu untuk melaksanakan konservasi lahan, pemberian subsidi pajak kepada petani di
daerah hulu, penetapan peraturan daerah yang berkaitan dengan pengelolaan lahan berbasis konservasi, dan
pengelolaan lahan dengan sistem hak guna usaha (HGU). Hal lain yang terpenting dalam pemanfaatan lahan kering
adalah sinkronisasi dan koordinasi antarinstitusi pemerintah dengan melibatkan petani untuk menghindari tumpang
tindih kepentingan.
The aimed of this research was to determining of upland suitability for maize commodity development and its limiting factors based on land quality. This research conducted at three month in Dulamayo garden farming of Gorontalo State University. Assessments of land suitability classes using the framework of land evaluation and parametric approach with root square land index as methods. The result of this research showed that the land suitability classes showed that land utilization type (LUT) for Local Maize of patterns A (none fertilizing) + B (national fertilizing dosage) were dominantly of
moderately suitable with nutrient availability as limiting factors (S2na), while for pattern C (prescription fertilizing dosage) was very suitable but any small amount of nutrient availability as limiting factors (S1na). The LUT Composite Maize to pattern A was marginally suitable with nutrient availability as limiting factors (S3na), pattern B same as LUT Local Maize limiting factors, but pattern C with very suitable classes but differences of limiting factors (S1wa). For LUT Hybrids Maize dominantly of marginally suitable with water availability as limiting factors (S3wa) to pattern A+B, but pattern C dominantly of moderately suitable with water availability as limiting factors (S2wa).
ANALISIS PARAMETER FISIKA-KIMIA UNTUK KEPENTINGAN REHABILITASI EKOSISTEM MANG...Asramid Yasin
Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jgg/article/view/9048
Abstrak: Di beberapa tempat telah dilakukan rehabilitasi terhadap kawasan mangrove yang telah rusak namun pada kenyataannya tidak semua kegiatan rehabilitasi mangrove berhasil dilakukan. Penelitian ini bertujuan mengetahui kondisi parameter lingkungan perairan pantai Bungkutoko Kecamatan Abeli sesuai untuk kegiatan rehabilitasi ekosistem mangrove dan menentukan strategi rehabilitasi yang tepat untuk diterapkan di perairan pantai Bungkutoko Kecamatan Abeli. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni-Juli 2009 bertempat di pesisir pulau Bungkutoko Kecamatan Abeli Kabupaten Kendari Sulawesi Tenggara. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif. Dari hasil pengukuran beberapa parameter fisika-kimia di pesisir pulau Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari yang diperoleh sesuai untuk dilakukan kegiatan rehabilitasi ekosistem mangrove dengan memperhatikan waktu penanaman yang tepat yaitu ketika musim berbuah mangrove dan musim teduh dan menggunakan teknik penanaman secara langsung menggunakan propagul dan penanaman menggunakan anakan (bibit dalam polybag).
Hasil tanaman jagung yang dipupuk n, p, dan k di dutohe kabupaten bone bolang...NurdinUng
The objective of this research was to study the respons of N, P, and K fertilizers and the best combination of it on the maize yields. The experimental design was following random block design that consist of 4 treatments with 3 replications, so there are 12 plot units. Dosages of each treatment were 160 kg Urea, 54 kg TSP, and 90 kg KCl. The result of this research showing that minus one test has significant effect to stem length, stem diameters, and all dry weigh, while for 100 gain weigh has not significant effects. The best treatment combination was N+K treatment or minus P.
Proses Alami RTH & RTB - Ning Purnomohadi @ jongForum!jong arsitek
pentingnya upaya pelestarian fungsi: PROSES alami rth DAN rtb dalam penerapan rtrw 2010-2030 DI dki jakarta
Bahan diskusi dari KOWAR2030, oleh Ning Purnomohadi.
Rabu, Tgl 10 Feb.2010 di Galeri Salihara Psr Minggu, Jakarta Selatan
ANALYSIS OF PHYSICAL-CHEMICAL PARAMETERS FOR MANGROVE ECOSYSTEM REHABILITATIO...Asramid Yasin
Jurnal Presipitasi: Media Komunikasi dan Pengembangan Teknik Lingkungan
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/presipitasi/article/view/24994
Abstract: In Southeast Sulawesi rehabilitation of mangrove areas that have been damaged but in reality not all mangrove rehabilitation activities were successful, this was allegedly caused by a mismatch in the type of mangrove and incompatibility of rehabilitation techniques used with environmental conditions or parameters of the local coastal environment. This study is aimed to analyze the condition of coastal environmental parameters in Bungkutoko island, district of Abeli in rehabilitation proposed of mangrove ecosystem and to find a proper rehabilitation strategy for it can be applied in that area. This study was carried on June to July 2009 in the coastal of Bungkutoko island, Abeli district, Kendari Town. Data in this study is analyzed as descriptively for giving common view of that area. The measurement results of several physical-chemical parameters on the coast of Bungkutoko island at stations I, II and III are suitable for mangrove ecosystem rehabilitation activities, which have a slope of the base: flat and sloping, particle size: small substrate, binding capacity of substrate particles: moderate to loose, confinement coastline: protected and semi protected and open, wave: relatively small, sea level deviation: moderate, tidal type: mixture tends to double daily, current speed: weak, sediment suspension: normal and salinity: 25-35 ppt. Also pay attention to the right planting time on the condition of mangrove tree is in having fruits and calm water condition of sea. And for planting technic is propaguls directly planted to the ground and using seeds on the polybags.
Kebijakan Nasional Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan HidupNahdya Maulina
Presentasi ini mengenai ancaman dan permasalahan lingkungan hidup yang terjadi akibat kegiatan pembangunan khususnya di DAS Brantas. Pada presentasi ini juga memberikan data sebaran Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) di Indonesia. IKLH berfungsi sebagai barometer keberlanjutan lingkungan hidup di Indonesia. Inti dari presentasi ini adalah menjelaskan solusi yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk melindungi dan mengelola lingkungan hidup.
ANALISIS VEGETASI HUTAN MANGROVE KAWASAN MANDEH, PESISIR SELATANDevi Ningsih
Ekosistem Hutan Mangrove atau lebih dikenal juga dengan sebutan Hutan Bakau atau mangal merupakan salah satu ekosistem penting yang membangun dan menyokong keberadaan wilayah pesisir.
ANALISIS PARAMETER FISIKA-KIMIA UNTUK KEPENTINGAN REHABILITASI EKOSISTEM MANG...Asramid Yasin
Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jgg/article/view/9048
Abstrak: Di beberapa tempat telah dilakukan rehabilitasi terhadap kawasan mangrove yang telah rusak namun pada kenyataannya tidak semua kegiatan rehabilitasi mangrove berhasil dilakukan. Penelitian ini bertujuan mengetahui kondisi parameter lingkungan perairan pantai Bungkutoko Kecamatan Abeli sesuai untuk kegiatan rehabilitasi ekosistem mangrove dan menentukan strategi rehabilitasi yang tepat untuk diterapkan di perairan pantai Bungkutoko Kecamatan Abeli. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni-Juli 2009 bertempat di pesisir pulau Bungkutoko Kecamatan Abeli Kabupaten Kendari Sulawesi Tenggara. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif. Dari hasil pengukuran beberapa parameter fisika-kimia di pesisir pulau Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari yang diperoleh sesuai untuk dilakukan kegiatan rehabilitasi ekosistem mangrove dengan memperhatikan waktu penanaman yang tepat yaitu ketika musim berbuah mangrove dan musim teduh dan menggunakan teknik penanaman secara langsung menggunakan propagul dan penanaman menggunakan anakan (bibit dalam polybag).
Hasil tanaman jagung yang dipupuk n, p, dan k di dutohe kabupaten bone bolang...NurdinUng
The objective of this research was to study the respons of N, P, and K fertilizers and the best combination of it on the maize yields. The experimental design was following random block design that consist of 4 treatments with 3 replications, so there are 12 plot units. Dosages of each treatment were 160 kg Urea, 54 kg TSP, and 90 kg KCl. The result of this research showing that minus one test has significant effect to stem length, stem diameters, and all dry weigh, while for 100 gain weigh has not significant effects. The best treatment combination was N+K treatment or minus P.
Proses Alami RTH & RTB - Ning Purnomohadi @ jongForum!jong arsitek
pentingnya upaya pelestarian fungsi: PROSES alami rth DAN rtb dalam penerapan rtrw 2010-2030 DI dki jakarta
Bahan diskusi dari KOWAR2030, oleh Ning Purnomohadi.
Rabu, Tgl 10 Feb.2010 di Galeri Salihara Psr Minggu, Jakarta Selatan
ANALYSIS OF PHYSICAL-CHEMICAL PARAMETERS FOR MANGROVE ECOSYSTEM REHABILITATIO...Asramid Yasin
Jurnal Presipitasi: Media Komunikasi dan Pengembangan Teknik Lingkungan
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/presipitasi/article/view/24994
Abstract: In Southeast Sulawesi rehabilitation of mangrove areas that have been damaged but in reality not all mangrove rehabilitation activities were successful, this was allegedly caused by a mismatch in the type of mangrove and incompatibility of rehabilitation techniques used with environmental conditions or parameters of the local coastal environment. This study is aimed to analyze the condition of coastal environmental parameters in Bungkutoko island, district of Abeli in rehabilitation proposed of mangrove ecosystem and to find a proper rehabilitation strategy for it can be applied in that area. This study was carried on June to July 2009 in the coastal of Bungkutoko island, Abeli district, Kendari Town. Data in this study is analyzed as descriptively for giving common view of that area. The measurement results of several physical-chemical parameters on the coast of Bungkutoko island at stations I, II and III are suitable for mangrove ecosystem rehabilitation activities, which have a slope of the base: flat and sloping, particle size: small substrate, binding capacity of substrate particles: moderate to loose, confinement coastline: protected and semi protected and open, wave: relatively small, sea level deviation: moderate, tidal type: mixture tends to double daily, current speed: weak, sediment suspension: normal and salinity: 25-35 ppt. Also pay attention to the right planting time on the condition of mangrove tree is in having fruits and calm water condition of sea. And for planting technic is propaguls directly planted to the ground and using seeds on the polybags.
Kebijakan Nasional Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan HidupNahdya Maulina
Presentasi ini mengenai ancaman dan permasalahan lingkungan hidup yang terjadi akibat kegiatan pembangunan khususnya di DAS Brantas. Pada presentasi ini juga memberikan data sebaran Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) di Indonesia. IKLH berfungsi sebagai barometer keberlanjutan lingkungan hidup di Indonesia. Inti dari presentasi ini adalah menjelaskan solusi yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk melindungi dan mengelola lingkungan hidup.
ANALISIS VEGETASI HUTAN MANGROVE KAWASAN MANDEH, PESISIR SELATANDevi Ningsih
Ekosistem Hutan Mangrove atau lebih dikenal juga dengan sebutan Hutan Bakau atau mangal merupakan salah satu ekosistem penting yang membangun dan menyokong keberadaan wilayah pesisir.
Pengolahan sampah akan memberikan perbaikan dalam kebersihan lingkungan di kawasan Pantai baru sebanyak 55% dan perbaikan pelayanan sampah sebanyak 65%. Pengolahan sampah akan memberikan manfaat positif sebanyak 80% tidak terjadinya penumpukan sampah dan sebanyak 20% memberikan edukasi kepada masyarakat Kawasan Pantai Baru.
Analisis Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Undang-Unda...Alorka 114114
“Analisis Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan Republik Indonesia Terhadap Kedudukan dan Peran Kejaksaan Pada Sistem Ketatanegaraan Indonesia di Kejaksaan Negeri Singkawang
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Kajian Kerusakan Lingkungan pada Tambang Intan Berbasis Pertambangan Rakyat di Kecamatan Cempaka, Kalimantan Selatan
1. TUGAS REVIEW JURNAL LINGKUNGAN
Oleh :
Inaz Khusnul Khotimah (210721846409)
MK. Geografi Lingkungan dan Kebencanaan
Judul Jurnal : Kajian Kerusakan Lingkungan pada Tambang Intan Berbasis Pertambangan
Rakyat di Kecamatan Cempaka, Kalimantan Selatan
Tahun : 2021
Penulis : Lely Andriani Nasution, Suratman, Sudrajat
Publikasi : Majalah Geografi Indonesia, Fakultas Geografi UGM
Link jurnal : https://doi.org/10.22146/mgi.63231
Latar Belakang :
1. Penambangan intan di Kecamatan Cempaka telah ada sejak dulu dan dikelola langsung oleh
masyarakat serta tergolong sebagai tambang rakyat kecil yang dikategorikan tambang tanpa
izin usaha dengan jumlah pekerja tidak lebih dari 5.000 orang.
3. Penambangan intan di kecamatan Cempaka dulunya bersifat tradisional, namun seiring
berjalannya waktu terjadi peralihan dalam penggunaan alat, sehingga penambangan intan
menjadi semi-mekanik.
4. Penambangan rakyat yang minim kemampuan dalam pengoperasian alat menggunakan mesin
saat menambang mampu menyebabkan kerusakan pada lingkungan. Kerusakan lingkungan
akan semakin buruk apabila dari waktu ke waktu tidak dilakukan penanganan maupun
perbaikan
6. Kerusakan yang ditimbulkan mencakup seluruh aspek seperti abiotik, biotik dan kultural.
2. Tujuan :
1) mengidentifikasi jenis kerusakan lingkungan akibat kegiatan pertambangan intan,
2) menganalisis tingkat kerusakan lingkungannya,
3) merumuskan strategi pengelolaan yang sesuai untuk kerusakan lingkungan akibat
pertambangan intan tersebut.
Metode :
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode mix method yakni kombinasi antara
kualitatif dan kuantitatif. Metode kuantitatif dipilih untuk melakukan perhitungan yang dimulai
dari skoring untuk tiap parameter di tiap aspek, metode kualitatif digunakan untuk menganalisis
kajian kultural melalui in depth interview dengan informan yang telah ditentukan sebelumnya
secara purposive.
1) Identifikasi jenis kerusakan lingkungan dibagi menjadi 3 aspek yakni abiotik, biotik dan
kultural. Aspek abiotik mewakili kondisi fisik, aspek biotik mewakili kondisi hewan dan
tumbuhan dan aspek kultural merepresentasikan kondisi sosial ekonomi masyarakat.
Parameter didasarkan pada Buku I Kerusakan Lahan Akses Terbuka Akibat Kegiatan
Tambang Rakyat oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2015
dan dimodifikasi sebagian untuk menyesuaikan kondisi di lapangan.
Parameter abiotik yang digunakan di lapangan yaitu lokasi pertambangan rakyat, metode
pertambangan, reklamasi lahan bekas tambang, lahan terbuka dan perlindungan tanah pucuk.
Parameter biotik yang digunakan di lapangan yaitu hilangnya jenis&jumlah vegetasi dan
hilangnya jenis fauna terestrial. Parameter kultural yang digunakan di lapangan adalah
perubahan mata pencaharian, perubahan perilaku gaya hidup, kesehatan, korban jiwa dan
konflik sosial. Pengharkatan dengan pemberian skor 3 (rusak), skor 2 (sedang) dan skor 1
(tidak rusak).
3.
4. 2) Analisis tingkat kerusakan lingkungan dilakukan melalui perhitungan hasil skoring dengan
cara menjumlahkan seluruh hasil skor pada semua aspek di masing-masing titik pengamatan
yang kemudian akan dihitung kelas intervalnya. Perhitungan kelas interval menggunakan
rumus sebagai berikut :
i = lebar kelas interval
Σa = jumlah harkat tertinggi
Σb = jumlah harkat terendah
n = jumlah kelas
Tingkatan yang ditunjukkan kelas interval terbagi menjadi rusak ringan, rusak sedang dan
rusak berat.
3) Perumusan strategi pengelolaan lingkungan berkonsep pada payung hukum. Konsep payung
hukum ini dilandasi dari :
- UU Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
- Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia Nomor 26 tahun
2018 tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang Baik dan Pengawasan
Pertambangan Mineral dan Batubara
- Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 2 tahun 2017 tentang Rencana
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan
Serta memperhatikan pada rancangan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Banjarbaru yang tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 13 tahun 2014 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Banjarbaru (2014-2034). Perumusan strategi pengelolaan
lingkungan adalah metode matriks gabungan yang berisi perumusan pengelolaan dari tiap
permasalahan lingkungan yang ditemui.
5. Hasil dan Pembahasan :
a. Lokasi penambangan intan yang terdapat di Kecamatan Cempaka terletak di dua kelurahan
yakni Kelurahan Cempaka dan Kelurahan Tiung dimana jumlah penambangan intan di kedua
kelurahan tidak sama dan lokasinya tersebar dimana-mana.
b. Penentuan titik pengamatan dilakukan dengan menggunakan grid pada peta, sehingga
membentuk segmen-segmen yang kemudian ditentukan secara purposive titik yang ada pada
setiap segmen yang mampu mewakili seluruh kondisi pertambangan.
c. Terdapat 6 titik pengamatan yang terpilih
Menjawab tujuan penelitian :
1) Identifikasi jenis kerusakan lingkungan,
6. Hasil penskoran menunjukkan bahwa aspek abiotik adalah aspek yang paling mengalami
kerusakan karena penambangan intan dengan skor 3 “rusak” pada empat dari lima parameter
yang ada.
2) Analisis tingkat kerusakan lingkungan,
Berdasarkan hasil perhitungan kelas interval, diketahui kelas interval yang diperoleh dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut :
Dan berdasarkan kelas interval di atas, dapat diperoleh sebaran tingkat kerusakan yang terjadi
di lapangan adalah sebagai berikut :
Berdasarkan tabel di atas, dapat terlihat bahwa tidak ada kerusakan ringan yang terjadi pada
keenam titik pengamatan, terdapat 5 titik pengamatan mengalami kerusakan sedang dan
terdapat 1 titik pengamatan yaitu titik pengamatan 4 yang mengalami kerusakan berat dengan
skor 28. Titik pengamatan 4 menjadi titik dengan tingkat kerusakan berat dikarenakan titik ini
merupakan lokasi utama para penambang untuk memperoleh intan. Walaupun titik
7. pengamatan 4 tidak dekat dengan jalan utama, namun keberadaan lubang tambang pada titik
ini merupakan lubang yang paling besar bahkan terlihat seperti danau ketika memasuki
musim penghujan.
Berikut adalah peta tingkat kerusakan lingkungan penambangan intan pada titik pengamatan :
8. 3) Rekomendasi strategi pengelolaan lingkungan :
a. menutup kawasan tambang dan mereklamasi lubang bekas galian.
b. melakukan perubahan mata pencaharian bagi penambang
c. menerapkan good mining practice yaitu konsep penambangan yang sesuai dengan kaidah
yang tertuang dalam Ayat 1 Pasal 3 Peraturan Menteri ESDM No 26 tahun 2018 yang
memuat teknis pertambangan, konservasi, keselamatan serta pengelolaan lingkungan.
d. menambah fungsi kawasan menjadi tujuan wisata.
9. Kesimpulan :
Jenis kerusakan lingkungan yang terjadi akibat aktivitas pertambangan intan merupakan
kerusakan yang mencakup seluruh aspek abiotik, biotik dan kultural. Analisis tingkat kerusakan
menunjukkan bahwa titik pengamatan 4 di Kelurahan Sungai Tiung menjadi titik dengan tingkat
kerusakan yang berat. Kerusakan terberat terjadi pada aspek abiotik yang terdiri dari beberapa
unsur parameter seperti kerusakan tanah berupa bekas lubang galian, lahan terbuka, tidak ada
perlindungan tanah pucuk dan reklamasi. Upaya pengelolaan berupa penutupan lahan tambang,
melakukan reklamasi, menerapkan good minning practice dan mengalihfungsikan lokasi
pertambangan menjadi tujuan wisata merupakan strategi yang sesuai untuk kerusakan
lingkungan yang ada. Potensi kerusakan lingkungan pada lokai tambang akan selalu ada, bahkan
pada jenis pertambangan skala kecil. Kegiatan pertambangan yang memerhatikan pada
keberlanjutan dapat meminimalisir kerusakan yang terjadi. Koordinasi yang baik antara
pemerintah dan masyarakat serta penerapan kebijakan dan regulasi yang tepat dapat menjadi
langkah utama dalam mengatasi permasalahan kerusakan lingkungan karena kegiatan
pertambangan.
Review :
1. Dalam latar belakang, tidak disebutkan jumlah pertambangan intan di Kecamatan Cempaka
sehingga perlu dijelaskan lebih detail juga sumbernya.
2. Dalam tujuan ketiga yaitu merumuskan strategi pengelolaan yang sesuai untuk kerusakan
lingkungan akibat pertambangan intan seharusnya ditiadakan atau mungkin bisa diganti
dengan rekomendasi pengelolaan yang sebaiknya digunakan.
3. Dalam metode penelitian disebutkan bahwa metode yang digunakan adalah mix method
dimana metode kualitatif digunakan untuk menganalisis kajian kultural melalui in depth
interview dengan informan yang telah ditentukan. Perlu dijelaskan lebih mendalam
bagaimana penerapan wawancara mendalam dalam menganalisis kajian kultural tersebut.
4. Pada peta penetapan 6 titik pengamatan, batas wilayah pengamatan 1 dan seterusnya yang
dibatasi oleh grid peta tidak jelas sehingga perlu digambarkan secara jelas. Serta pada peta
10. tingkat kerusakan lingkungan, tidak dicantumkan batas wilayah pengamatan 1 dan yang
lainnya.
5. Pada tabel parameter dan tolok ukur aspek penelitian, terjadi kesalah penskoring dimana
pada tabel tersebut tertulis skor 1 “rusak”, skor 2 “sedang” dan skor 3 “tidak rusak”.
Seharusnya skor 1 “tidak rusak”, skor 2 “sedang” dan skor 3 “rusak”.
6. Pada hasil dan pembahasan tidak dicantumkan tabel hasil skor penelitian pada keenam titik
pengamatan berdasarkan parameter-parameter abiotik, biotik dan kultural.
7. Pada kajian pustaka, terdapat 12 referensi jurnal internasioanl, 4 referensi jurnal nasional, 11
referensi buku, 3 referensi website dan 1 referensi arsip. Referensi jurnal perlu ditambahkan
lagi.
8. Kasus yang terjadi sudah masuk dalam ranah geografi lingkungan karena terjadi hubungan
antara manusia, litosfer dan biosfer dimana kegiatan penambangan oleh manusia ini
berdampak pada kerusakan lingkungan litosfer dan lingkungan biosfer di sekitarnya.
9. Spasialnya sudah ada yaitu mencakup area penambangan di kelurahan Cempaka dan
kelurahan Sungai Tiung di Kecamatan Cempaka, Kalimantan Selatan.
10. Kajian kelingkungannya sudah ada namun masih kurang dikarenakan hanya mengambil 6
sampel atau subjek penelitian, seharusnya ada lebih banyak sampel atau subjek penelitian
yang diteliti.