SlideShare a Scribd company logo
M. SAIFUDIN AFANDI
MOH. SAYMSU DHUHA
M. IQBAL S. H.
MERNITA NAPITUPULU
M. SYARIFUDDIN
 Lembaga Sosial (social institution) adalah kompleks
norma-norma atau kebiasaan-kebiasaan untuk
mempertahankan nilai-nilai yang dipandang sangat
penting dalam masyarakat (Rahardjo, 199; 157)
 Lembaga Kemasyarakatan adalah merupakan himpunan
daripada norma-norma dari segala tingkatan yang
berkisar pada suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan
masyarakat (Kontjaraningrat, 1964, 113)
 Kelembagaan Pertanian adalah himpunan norma-norma
segala tindakan yang berkisar pada satu kebutuhan pokok
manusia akan bidang pertanian dan memiliki peran yang
sangat penting
 Memberi pedoman pada msyarakat
bagaimana harus berbuat dalam menghadapi
permasalahan di masyarakat terutama yang
menyangkut kebutuhan pokok manusia
 Menjaga keutuhan masyarakat
 Memberikan pegangan pada masyarakat
untuk mengadakan sistem pengendalian
sosial (sosial control) yang merupakan
pengawasan masyarakat terhadap perilaku
anggotanya
Proses Pelebagaan adalah urutan pelaksanaan
atau kejadian yang terjadi pada sistem lembaga
atau terjadi secara alami atau didesain, mungkin
menggunakan waktu, ruang, keahlian atau
sumber daya lainnya, yang menghasilkan suatu
hasil.
Untuk lebih mengenal kelembagaan dan
prosesnya, berikut ini akan disajikan berbagai
bentuk kelembagaan yang terkait dalam sistem
agribisnis.
Secara lebih ringkas Simanjuntak menyebutkan beberapa langkah
yang dilakukan dalam proses institusionalisasi atau pelembagaan,
yaitu:[24]
(a) norma dan perilaku baru dikembangkan dan disepakati bersama;
(b) norma dan perilaku baru tersebut diperkenalkan dan diujicobakan;
(c) jika norma dan perilaku baru tersebut dirasakan bermanfaat, akan
memperoleh pengakuan (legitimasi) dari warga;
(d) pengakuan atas manfaat norma dan perilaku itu akan mengundang
penghargaan dari warga. Penghargaan dalam hal ini dipahami sebagai
adanya upaya warga untuk melindungi dari perilaku menyimpang dan
tindakan pelanggaran, sehingga selalu ditaati secara swakarsa; dan
(e) norma dan perilaku tersebut dihayati, mendarah-daging oleh
warga.
 Sementara menurut Johnson[25] proses
pelembagaan atau institusionalisasi suatu
nilai atau norma dalam suatu sistem sosial
paling tidak harus memenuhi tiga syarat,
yakni:
 1. Bagian terbesar warga sistem sosial menerima
norma tersebut
 2. Norma-norma tersebut telah menjiwai bagian
terbesar dari warga-warga sistem sosial tersebut.
 3. Norma tersebut bersanksi.
 Kelembagaan sarana produksi
 Kelembagaan Pasca Panen Dan
Pengolahan Hasil
 Kelembagaan Pemasaran Hasil
 Kelembagaan Jasa Layanan Pendukung
Kelembagaan sarana produksi merupakan
kelembagaan ekonomi yang bergerak di
bidang produksi, penyediaan dan penyaluran
sarana produksi
Adapun kelembagaan dalam sarana produksi
:
 Produsen Saprodi
 Asosiasi
 Distributor / penyalur saprodi
 Kelembagaan agribisnis yang bergerak di
bidang usaha tani/produksi meliputi : 1)
RumahTangga petani sebagai unit usaha
terkecil di bidang tanaman pangan dan
hortikultura;2) kelembagaan tani dalam
bentuk kelompok tani, dan 3) kelembagaan
usaha dalam bentuk perusahaan budidaya
tanaman pangan dan holtikultura.
 Kelembagaan yang terkait dengan pasca
panen dan pengolahan hasil ini dapat
dibedakan antara lain :
1) kelembagaan yang melakukan usaha di
bidang pasca panen
2) kelembagaan usaha di bidang pengolahan
(agroindustri)
3) kelembagaan lumbung desa yang berperan
untuk mengatasi masalah pangan
 Kelembagaan pemasaran dalam sistem
agribisnis menempati posisi yang sangat
penting, karena melalui kelembagaan ini arus
komoditi atau barang berupa hasil pertanian
dari produsen disampaikan kepada
konsumen.
 Kelembagaan ini sangat menentukan
keberhasilan kelembagaan agribisnis dalam
mencapai tujuannya. Di antara banyak
kelembagaan jasa layanan pendukun ada
beberapa yang dianggap penting, antara lain
:
1) Kelembagaan di Bidang Permodalan
2) Kelembagaan di Bidang PenyediaanAlsintan
3) KelembagaanAparatur
Macam-macam kelembagaan masyarakat
pertanian sebagai berikut:
1.kelembagaan penyediaan input usahatani,
2.kelembagaan penyediaan permodalan,
3.kelembagaan pemenuhan tenaga kerja,
4.kelembagaan penyediaan lahan dan air irigasi,
5.kelembagaan aktivitas usahatani/usahaternak,
6.kelembagaan pengolahan hasil pertanian,
7.kelembagaan pemasaran hasil pertanian, dan
8.kelembagaan penyediaan informasi
(teknologi, pasar, dll).
lembaga dan kelembagaan dapat melakukan peranannya
dengan baik dibidang pengolahan hasil pertanian yaitu apabila
performance atau keragaan dari lembaga maupun kelembagaan
tersebut juga baik. Kurniati (2007) dalam penelitiannya tentang
peranan dari suatu kelembagaan pemuda, ternyata dipengaruhi
oleh keragaan atau performance dari kelembagaan tersebut.
Keragaan kelembagaan dapat mempengaruhi seperti:
 (1) akses masyarakat terhadap kelembagaan
 (2) jenis kegiatan ekonomi yang dilakukan
 (3) pengembangan kelembagaan
 (4) kepemimpinan
 (5) keanggotaan
 (6) masalah yang dihadapi
 (7) prestasi yang pernah diraih kelembagaan tersebut.
 Menurut Dimyati (2007), permasalahan yang masih
melekat pada sosok petani dan kelembagaan petani di
Indonesia adalah:
 1. Masih minimnya wawasan dan pengetahuan petani
terhadap masalah manajemen produksi maupun jaringan
pemasaran.
 2. Belum terlibatnya secara utuh petani dalam kegiatan
agribisnis. Aktivitas petani masih terfokus pada kegiatan
produksi (on farm).
 3. Peran dan fungsi kelembagaan petani sebagai wadah
organisasi petani belum berjalan secara optimal.
 Untuk mengatasi permasalahan di atas perlu
melakukan upaya pengembangan,
pemberdayaan, dan penguatan kelembagaan
petani (seperti: kelompok tani, lembaga tenaga
kerja, kelembagaan penyedia input,
kelembagaan output, kelembagaan penyuluh,
dan kelembagaan permodalan) dan diharapkan
dapat melindungi petani.
 Problem mendasar bagi mayoritas petani Indonesia adalah
ketidakberdayaan dalam melakukan negosiasi harga
hasil produksinya. Posisi tawar petani pada saat ini
umumnya lemah, hal ini merupakan salah satu kendala
dalam usaha meningkatkan pendapatan petani. Menurut
Branson dan Douglas (1983), lemahnya posisi tawar petani
umumnya disebabkan petani kurang mendapatkan/memiliki
akses pasar, informasi pasar dan permodalan yang kurang
memadai. Petani kesulitan menjual hasil panennya karena
tidak punya jalur pemasaran sendiri, akibatnya petani
menggunakan sistim tebang jual. Dengan sistim ini
sebanyak 40 % dari hasil penjualan panenan menjadi milik
tengkulak.
 Menurut Akhmad (2007), upaya yang harus
dilakukan petani untuk menaikkan posisi tawar
petani adalah dengan:
 a. Konsolidasi petani dalam satu wadah untuk
menyatukan gerak ekonomi dalam setiap rantai
pertanian, dari pra produksi sampai pemasaran.
b. Kolektifikasi produksi, yaitu perencanaan produksi
secara kolektif untuk menentukan pola, jenis, kuantitas
dan siklus produksi secara kolektif.
 c. Kolektifikasi dalam pemasaran produk pertanian.
 Petani jika berusahatani secara individu terus
berada di pihak yang lemah karena petani
secara individu akan mengelola usaha tani
dengan luas garapan kecil dan terpencar
serta kepemilikan modal yang rendah.
Sehingga, pemerintah perlu memperhatikan
penguatan kelembagaan lewat kelompoktani
karena dengan berkelompok maka petani
tersebut akan lebih kuat, baik dari segi
kelembagaannya maupun permodalannya.
 Kelembagaan petani di desa umumnya tidak berjalan dengan
baik ini disebabkan (Zuraida dan Rizal, 1993; Agustian, dkk ,
2003; Syahyuti, 2003; Purwanto, dkk , 2007):
 1. Kelompoktani pada umumnya dibentuk berdasarkan
kepentingan teknis untuk memudahkan pengkoordinasian
apabila ada kegiatan atau program pemerintah, sehingga lebih
bersifat orientasi program, dan kurang menjamin kemandirian
kelompok dan keberlanjutan kelompok.
 2. Partisipasi dan kekompakan anggota kelompok dalam
kegiatan kelompok masih relatif rendah, ini tercermin dari
tingkat kehadiran anggota dalam pertemuan kelompok rendah
(hanya mencapai 50%)
 3. Pengelolaan kegiatan produktif anggota kelompok bersifat
individu.
 4. Pembentukan dan pengembangan kelembagaan berdasarkan
konsep cetak biru (blue print approach) yang seragam.
Introduksi kelembagaan dari luar kurang memperhatikan
struktur dan jaringan kelembagaan lokal yang telah ada, serta
kekhasan ekonomi, sosial, dan politik yang berjalan.
 5. Pembentukan dan pengembangan kelembagaan
menyebabkan tidak tumbuhnya partisipasi masyarakat.
 6. Kelembagaan-kelembagaan yang dibangun terbatas hanya
untuk memperkuat ikatan horizontal, bukan ikatan vertikal.
 7. Meskipun kelembagaan sudah dibentuk, namun
pembinaan yang dijalankan cenderung individual, yaitu hanya
kepada pengurus
 Permasalahan yang dihadapi petani pada umumnya adalah
lemah dalam hal permodalan. Akibatnya tingkat penggunaan
saprodi rendah, inefisien skala usaha karena umumnya
berlahan sempit, dan karena terdesak masalah keuangan posisi
tawar ketika panen lemah. Selain itu produk yang dihasilkan
petani relatif berkualitas rendah, karena umumnya budaya
petani di pedesaan dalam melakukan praktek pertanian masih
berorientasi pada pemenuhan kebutuhan keluarga (subsisten),
dan belum berorientasi pasar. Selain masalah internal petani
tersebut, ketersediaan faktor pendukung seperti infrastruktur,
lembaga ekonomi pedesaan, intensitas penyuluhan, dan
kebijakan pemerintah sangat diperlukan, guna mendorong
usahatani dan meningkatkan akses petani terhadap pasar
(Saragih, 2002).
 petani harus sadar berkomunitas/ kelompok
sebagai dasar kebutuhan, bukan paksaan dan
dorongan proyek- proyek tertentu. Tujuannya
 (1) untuk mengorganisasikan kekuatan para petani
dalam memperjuangkan hak-haknya,
 (2) memperoleh posisi tawar dan informasi pasar yang
akurat terutama berkaitan dengan harga produk
pertanian
 (3) berperan dalam negosiasi dan menentukan harga
produk pertanian yang diproduksi anggotanya
(Masmulyadi, 2007).
 Ada empat kriteria agar asosiasi petani itu
kuat dan mampu berperan aktif dalam
memperjuangkan hak-haknya, yaitu:
 (1) asosiasi harus tumbuh dari petani sendiri
 (2) pengurusnya berasal dari para petani dan dipilih
secara berkala
 (3) memiliki kekuatan kelembagaan formal
 (4) bersifat partisipatif.
 Prinsip-prinsip yang harus dipenuhi oleh suatu kelembagaan
petani agar tetap eksis dan berkelanjutan adalah:
 1. Prinsip otonomi (spesifik lokal). / Pengertian prinsip
otonomi disini dapat dibagi kedalam dua bentuk yaitu :
▪ a. Otonomi individu. Pada tingkat rendah, makna dari
prinsip otonomi adalah mengacu pada individu sebagai
perwujudan dari hasrat untuk bebas yang melekat pada
diri manusia sebagai salah satu anugerah paling berharga
dari sang pencipta (Basri, 2005).
▪ b. Otonomi desa (spesifik lokal). Pengembangan
kelembagaan di pedesaan disesuaikan dengan potensi
desa itu sendiri (spesifik lokal).
 Prinsip pemberdayaan.
Pemberdayaan mengupayakan
bagaiamana individu, kelompok, atau
komunitas berusaha mengontrol kehidupan
mereka sendiri dan mengusahakan untuk
membentuk masa depan sesuai dengan
keinginan mereka. Inti utama pemberdayaan
adalah tercapainya kemandirian (Payne,
1997).
 Pada proses pemberdayaan, ada dua prinsip
dasar yang harus dipedomani (Saptana, dkk ,
2003) yaitu : a. Menciptakan ruang atau
peluang bagi masyarakat untuk
mengembangkan dirinya secara mandiri dan
menurut cara yang dipilihnya sendiri. b.
Mengupayakan agar masyarakat memiliki
kemampuan untuk memanfaatkan ruang atau
peluang yang tercipta tersebut.
 Pemberdayaan dan pengembangan
kelembagaan di pedesaan , meliputi : a. Pola
pengembangan pertanian berdasarkan luas dan
intensifikasi lahan, perluasan kesempatan kerja
dan berusaha yang dapat memperluas
penghasilan. b. Perbaikan dan penyempurnaan
keterbatasan pelayanan sosial (pendidikan, gizi,
kesehatan, dan lain-lain). c. Program
memperkuat prasarana kelembagaan dan
keterampilan mengelola kebutuhan pedesaan.
 Untuk keberhasilannya diperlukan kerjasama antara :
administrasi lokal, pemerintah lokal,
kelembagaan/organisasi yang beranggotakan masyarakat
lokal, kerjasama usaha, pelayanan dan bisnis swasta (tiga
pilar kelembagaan) yang dapat diintegrasikan ke dalam
pasar baik lokal, regional dan global (Uphoff, 1992).
Pemberdayaan kelembagaan menuntut perubahan
operasional tiga pilar kelembagaan (Elizabeth, 2007a): a.
Kelembagaan lokal tradisional yang hidup dan eksisi
dalam komunitas (voluntary sector). b. Kelembagaan
pasar (private sector) yang dijiwai ideologi ekonomi
terbuka. c. Kelembagaan sistem politik atau pengambilan
keputusan di tingkat publik (public sector).
 3. Prinsip kemandirian lokal. Pendekatan
pembangunan melalui cara pandang
kemandirian lokal mengisyaratkan bahwa
semua tahapan dalam proses pemberdayaan
harus dilakukan secara desentralisasi. Upaya
pemberdayaan yang berbasis pada pendekatan
desentralisasi akan menumbuhkan kondisi
otonom, dimana setiap komponen akan tetap
eksis dengan berbagai keragaman (diversity)
yang dikandungnya (Amien, 2005).

More Related Content

What's hot

Materi penyuluhan pertanian
Materi penyuluhan pertanianMateri penyuluhan pertanian
Materi penyuluhan pertanianHerry Mulyadie
 
Permasalahan pertanian di indonesia dan cara mengatasinya
Permasalahan pertanian di indonesia dan cara mengatasinyaPermasalahan pertanian di indonesia dan cara mengatasinya
Permasalahan pertanian di indonesia dan cara mengatasinya
Operator Warnet Vast Raha
 
Pembangunan pertanian indonesia
Pembangunan pertanian indonesiaPembangunan pertanian indonesia
Pembangunan pertanian indonesia
IrmaSetia Gsb
 
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)
Novia Tri Handayani S
 
Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan Pertanian Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan Pertanian Sri Wahyuni
 
Pembiayaan Agribisnis
Pembiayaan AgribisnisPembiayaan Agribisnis
Pembiayaan AgribisnisRahma Rizky
 
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
Moh Masnur
 
Review Jurnal
Review JurnalReview Jurnal
Review Jurnal
ilmanafia13
 
Contoh Soal Pengantar Ekonomi https://www.masterfair.xyz/
Contoh Soal Pengantar Ekonomi https://www.masterfair.xyz/Contoh Soal Pengantar Ekonomi https://www.masterfair.xyz/
Contoh Soal Pengantar Ekonomi https://www.masterfair.xyz/
Fair Nurfachrizi
 
Manajemen agribisnis
Manajemen agribisnisManajemen agribisnis
Manajemen agribisnis
Trisna Monalia
 
Review Materi Kuliah Perkim
Review Materi Kuliah PerkimReview Materi Kuliah Perkim
Review Materi Kuliah Perkim
Laras Kun Rahmanti Putri
 
PRINSIP-PRINSIP DAN ETIKA PENYULUHAN
PRINSIP-PRINSIP DAN ETIKA PENYULUHANPRINSIP-PRINSIP DAN ETIKA PENYULUHAN
PRINSIP-PRINSIP DAN ETIKA PENYULUHANSri Wahyuni
 
Contoh Review Jurnal Ilmiah (PENGARUH KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN LIN...
Contoh Review Jurnal Ilmiah (PENGARUH KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN LIN...Contoh Review Jurnal Ilmiah (PENGARUH KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN LIN...
Contoh Review Jurnal Ilmiah (PENGARUH KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN LIN...
Wulandari Rima Kumari
 
Pendekatan dalam Pemasaran Pertanian
Pendekatan dalam Pemasaran PertanianPendekatan dalam Pemasaran Pertanian
Pendekatan dalam Pemasaran PertanianKuny Raint
 
Tabel f-0-05
Tabel f-0-05Tabel f-0-05
Tabel f-0-05
ERNING KAROMAH
 

What's hot (20)

Tataniaga Pertanian
Tataniaga PertanianTataniaga Pertanian
Tataniaga Pertanian
 
Materi penyuluhan pertanian
Materi penyuluhan pertanianMateri penyuluhan pertanian
Materi penyuluhan pertanian
 
Permasalahan pertanian di indonesia dan cara mengatasinya
Permasalahan pertanian di indonesia dan cara mengatasinyaPermasalahan pertanian di indonesia dan cara mengatasinya
Permasalahan pertanian di indonesia dan cara mengatasinya
 
Pembangunan pertanian indonesia
Pembangunan pertanian indonesiaPembangunan pertanian indonesia
Pembangunan pertanian indonesia
 
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)
 
Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan Pertanian Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan Pertanian
 
Modul 8 elastisitas
Modul 8 elastisitasModul 8 elastisitas
Modul 8 elastisitas
 
Pembiayaan Agribisnis
Pembiayaan AgribisnisPembiayaan Agribisnis
Pembiayaan Agribisnis
 
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
 
Review Jurnal
Review JurnalReview Jurnal
Review Jurnal
 
Contoh Soal Pengantar Ekonomi https://www.masterfair.xyz/
Contoh Soal Pengantar Ekonomi https://www.masterfair.xyz/Contoh Soal Pengantar Ekonomi https://www.masterfair.xyz/
Contoh Soal Pengantar Ekonomi https://www.masterfair.xyz/
 
Manajemen agribisnis
Manajemen agribisnisManajemen agribisnis
Manajemen agribisnis
 
3.masalah ekonomi pertanian
3.masalah ekonomi pertanian3.masalah ekonomi pertanian
3.masalah ekonomi pertanian
 
Review Materi Kuliah Perkim
Review Materi Kuliah PerkimReview Materi Kuliah Perkim
Review Materi Kuliah Perkim
 
PRINSIP-PRINSIP DAN ETIKA PENYULUHAN
PRINSIP-PRINSIP DAN ETIKA PENYULUHANPRINSIP-PRINSIP DAN ETIKA PENYULUHAN
PRINSIP-PRINSIP DAN ETIKA PENYULUHAN
 
Contoh Review Jurnal Ilmiah (PENGARUH KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN LIN...
Contoh Review Jurnal Ilmiah (PENGARUH KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN LIN...Contoh Review Jurnal Ilmiah (PENGARUH KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN LIN...
Contoh Review Jurnal Ilmiah (PENGARUH KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN LIN...
 
Pendekatan dalam Pemasaran Pertanian
Pendekatan dalam Pemasaran PertanianPendekatan dalam Pemasaran Pertanian
Pendekatan dalam Pemasaran Pertanian
 
Pasar Persaingan Sempurna (Ekonomi Mikro)
Pasar Persaingan Sempurna (Ekonomi Mikro)Pasar Persaingan Sempurna (Ekonomi Mikro)
Pasar Persaingan Sempurna (Ekonomi Mikro)
 
Tabel f-0-05
Tabel f-0-05Tabel f-0-05
Tabel f-0-05
 
2.ciri ciri pertanian di indonesia
2.ciri ciri pertanian di indonesia2.ciri ciri pertanian di indonesia
2.ciri ciri pertanian di indonesia
 

Similar to Lembaga sosial dan kelembagaan dalam masyarakat pertanian atau

KELEMBANGAN PETANI : PERAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAPASITASNYA
KELEMBANGAN PETANI : PERAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAPASITASNYA KELEMBANGAN PETANI : PERAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAPASITASNYA
KELEMBANGAN PETANI : PERAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAPASITASNYA
Repository Ipb
 
TM 3_Kelembagaan Pertanian (PIP_1)
TM 3_Kelembagaan Pertanian (PIP_1)TM 3_Kelembagaan Pertanian (PIP_1)
TM 3_Kelembagaan Pertanian (PIP_1)
Lia Kristiana
 
KELEMBAGAAN DI BIDANG PERTANIAN RIANTIN.pptx
KELEMBAGAAN DI BIDANG PERTANIAN RIANTIN.pptxKELEMBAGAAN DI BIDANG PERTANIAN RIANTIN.pptx
KELEMBAGAAN DI BIDANG PERTANIAN RIANTIN.pptx
riantinhikmah
 
Kemitraan gapoktan bkp 17 maret (yuti)
Kemitraan gapoktan bkp 17 maret (yuti)Kemitraan gapoktan bkp 17 maret (yuti)
Kemitraan gapoktan bkp 17 maret (yuti)
Syahyuti Si-Buyuang
 
Makalah_Ekonomi_Pertanian_Peranan_Kelemb.docx
Makalah_Ekonomi_Pertanian_Peranan_Kelemb.docxMakalah_Ekonomi_Pertanian_Peranan_Kelemb.docx
Makalah_Ekonomi_Pertanian_Peranan_Kelemb.docx
ArinaNuruldayati
 
Makalah_Ekonomi_Pertanian_Peranan_Kelemb.docx
Makalah_Ekonomi_Pertanian_Peranan_Kelemb.docxMakalah_Ekonomi_Pertanian_Peranan_Kelemb.docx
Makalah_Ekonomi_Pertanian_Peranan_Kelemb.docx
ArinaNuruldayati
 
Organisasi petani (yuti)
Organisasi petani (yuti)Organisasi petani (yuti)
Organisasi petani (yuti)
Syahyuti Si-Buyuang
 
Gapoktan sebagai aktor ekonomi Petani
Gapoktan sebagai aktor ekonomi PetaniGapoktan sebagai aktor ekonomi Petani
Gapoktan sebagai aktor ekonomi Petani
Syahyuti Si-Buyuang
 
Kelembagaan utk swasembada (yuti)
Kelembagaan utk swasembada (yuti)Kelembagaan utk swasembada (yuti)
Kelembagaan utk swasembada (yuti)
Syahyuti Si-Buyuang
 
Draft pob baru_kegiatan_sosial_2012_rev301012
Draft pob baru_kegiatan_sosial_2012_rev301012Draft pob baru_kegiatan_sosial_2012_rev301012
Draft pob baru_kegiatan_sosial_2012_rev301012Fardyansjah Hasan
 
W1D3-1.3 Sistem Agribisnis
W1D3-1.3 Sistem AgribisnisW1D3-1.3 Sistem Agribisnis
W1D3-1.3 Sistem Agribisnis
latifstpp
 
Penyuluhan baru unand (yuti) - #2
Penyuluhan baru   unand (yuti) - #2Penyuluhan baru   unand (yuti) - #2
Penyuluhan baru unand (yuti) - #2
Syahyuti Si-Buyuang
 
Makalah kesejahteraan petani
Makalah kesejahteraan petaniMakalah kesejahteraan petani
Makalah kesejahteraan petani
Septian Muna Barakati
 
2 disertasi (syahyuti)
2   disertasi (syahyuti)2   disertasi (syahyuti)
2 disertasi (syahyuti)
Syahyuti Si-Buyuang
 
Strategi Pengembangan Gapoktan
Strategi Pengembangan GapoktanStrategi Pengembangan Gapoktan
Strategi Pengembangan GapoktanBBPP_Batu
 
Terobosan penyuluhan (yuti)
Terobosan penyuluhan (yuti)Terobosan penyuluhan (yuti)
Terobosan penyuluhan (yuti)
Syahyuti Si-Buyuang
 
Tugas penyuluhan pertanian ke 4.
Tugas penyuluhan pertanian ke 4.Tugas penyuluhan pertanian ke 4.
Tugas penyuluhan pertanian ke 4.
nurianipanjaitan
 

Similar to Lembaga sosial dan kelembagaan dalam masyarakat pertanian atau (20)

KELEMBANGAN PETANI : PERAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAPASITASNYA
KELEMBANGAN PETANI : PERAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAPASITASNYA KELEMBANGAN PETANI : PERAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAPASITASNYA
KELEMBANGAN PETANI : PERAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAPASITASNYA
 
TM 3_Kelembagaan Pertanian (PIP_1)
TM 3_Kelembagaan Pertanian (PIP_1)TM 3_Kelembagaan Pertanian (PIP_1)
TM 3_Kelembagaan Pertanian (PIP_1)
 
KELEMBAGAAN DI BIDANG PERTANIAN RIANTIN.pptx
KELEMBAGAAN DI BIDANG PERTANIAN RIANTIN.pptxKELEMBAGAAN DI BIDANG PERTANIAN RIANTIN.pptx
KELEMBAGAAN DI BIDANG PERTANIAN RIANTIN.pptx
 
Kemitraan gapoktan bkp 17 maret (yuti)
Kemitraan gapoktan bkp 17 maret (yuti)Kemitraan gapoktan bkp 17 maret (yuti)
Kemitraan gapoktan bkp 17 maret (yuti)
 
Makalah_Ekonomi_Pertanian_Peranan_Kelemb.docx
Makalah_Ekonomi_Pertanian_Peranan_Kelemb.docxMakalah_Ekonomi_Pertanian_Peranan_Kelemb.docx
Makalah_Ekonomi_Pertanian_Peranan_Kelemb.docx
 
Makalah_Ekonomi_Pertanian_Peranan_Kelemb.docx
Makalah_Ekonomi_Pertanian_Peranan_Kelemb.docxMakalah_Ekonomi_Pertanian_Peranan_Kelemb.docx
Makalah_Ekonomi_Pertanian_Peranan_Kelemb.docx
 
Organisasi petani (yuti)
Organisasi petani (yuti)Organisasi petani (yuti)
Organisasi petani (yuti)
 
Studi banding
Studi bandingStudi banding
Studi banding
 
Gapoktan sebagai aktor ekonomi Petani
Gapoktan sebagai aktor ekonomi PetaniGapoktan sebagai aktor ekonomi Petani
Gapoktan sebagai aktor ekonomi Petani
 
Kelembagaan utk swasembada (yuti)
Kelembagaan utk swasembada (yuti)Kelembagaan utk swasembada (yuti)
Kelembagaan utk swasembada (yuti)
 
Makalah kesejahteraan petani
Makalah kesejahteraan petaniMakalah kesejahteraan petani
Makalah kesejahteraan petani
 
Draft pob baru_kegiatan_sosial_2012_rev301012
Draft pob baru_kegiatan_sosial_2012_rev301012Draft pob baru_kegiatan_sosial_2012_rev301012
Draft pob baru_kegiatan_sosial_2012_rev301012
 
W1D3-1.3 Sistem Agribisnis
W1D3-1.3 Sistem AgribisnisW1D3-1.3 Sistem Agribisnis
W1D3-1.3 Sistem Agribisnis
 
Penyuluhan baru unand (yuti) - #2
Penyuluhan baru   unand (yuti) - #2Penyuluhan baru   unand (yuti) - #2
Penyuluhan baru unand (yuti) - #2
 
Studi banding tentang pertanian
Studi banding tentang pertanianStudi banding tentang pertanian
Studi banding tentang pertanian
 
Makalah kesejahteraan petani
Makalah kesejahteraan petaniMakalah kesejahteraan petani
Makalah kesejahteraan petani
 
2 disertasi (syahyuti)
2   disertasi (syahyuti)2   disertasi (syahyuti)
2 disertasi (syahyuti)
 
Strategi Pengembangan Gapoktan
Strategi Pengembangan GapoktanStrategi Pengembangan Gapoktan
Strategi Pengembangan Gapoktan
 
Terobosan penyuluhan (yuti)
Terobosan penyuluhan (yuti)Terobosan penyuluhan (yuti)
Terobosan penyuluhan (yuti)
 
Tugas penyuluhan pertanian ke 4.
Tugas penyuluhan pertanian ke 4.Tugas penyuluhan pertanian ke 4.
Tugas penyuluhan pertanian ke 4.
 

Lembaga sosial dan kelembagaan dalam masyarakat pertanian atau

  • 1.
  • 2. M. SAIFUDIN AFANDI MOH. SAYMSU DHUHA M. IQBAL S. H. MERNITA NAPITUPULU M. SYARIFUDDIN
  • 3.  Lembaga Sosial (social institution) adalah kompleks norma-norma atau kebiasaan-kebiasaan untuk mempertahankan nilai-nilai yang dipandang sangat penting dalam masyarakat (Rahardjo, 199; 157)  Lembaga Kemasyarakatan adalah merupakan himpunan daripada norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan masyarakat (Kontjaraningrat, 1964, 113)  Kelembagaan Pertanian adalah himpunan norma-norma segala tindakan yang berkisar pada satu kebutuhan pokok manusia akan bidang pertanian dan memiliki peran yang sangat penting
  • 4.  Memberi pedoman pada msyarakat bagaimana harus berbuat dalam menghadapi permasalahan di masyarakat terutama yang menyangkut kebutuhan pokok manusia  Menjaga keutuhan masyarakat  Memberikan pegangan pada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial (sosial control) yang merupakan pengawasan masyarakat terhadap perilaku anggotanya
  • 5. Proses Pelebagaan adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi pada sistem lembaga atau terjadi secara alami atau didesain, mungkin menggunakan waktu, ruang, keahlian atau sumber daya lainnya, yang menghasilkan suatu hasil. Untuk lebih mengenal kelembagaan dan prosesnya, berikut ini akan disajikan berbagai bentuk kelembagaan yang terkait dalam sistem agribisnis.
  • 6. Secara lebih ringkas Simanjuntak menyebutkan beberapa langkah yang dilakukan dalam proses institusionalisasi atau pelembagaan, yaitu:[24] (a) norma dan perilaku baru dikembangkan dan disepakati bersama; (b) norma dan perilaku baru tersebut diperkenalkan dan diujicobakan; (c) jika norma dan perilaku baru tersebut dirasakan bermanfaat, akan memperoleh pengakuan (legitimasi) dari warga; (d) pengakuan atas manfaat norma dan perilaku itu akan mengundang penghargaan dari warga. Penghargaan dalam hal ini dipahami sebagai adanya upaya warga untuk melindungi dari perilaku menyimpang dan tindakan pelanggaran, sehingga selalu ditaati secara swakarsa; dan (e) norma dan perilaku tersebut dihayati, mendarah-daging oleh warga.
  • 7.  Sementara menurut Johnson[25] proses pelembagaan atau institusionalisasi suatu nilai atau norma dalam suatu sistem sosial paling tidak harus memenuhi tiga syarat, yakni:  1. Bagian terbesar warga sistem sosial menerima norma tersebut  2. Norma-norma tersebut telah menjiwai bagian terbesar dari warga-warga sistem sosial tersebut.  3. Norma tersebut bersanksi.
  • 8.  Kelembagaan sarana produksi  Kelembagaan Pasca Panen Dan Pengolahan Hasil  Kelembagaan Pemasaran Hasil  Kelembagaan Jasa Layanan Pendukung
  • 9. Kelembagaan sarana produksi merupakan kelembagaan ekonomi yang bergerak di bidang produksi, penyediaan dan penyaluran sarana produksi Adapun kelembagaan dalam sarana produksi :  Produsen Saprodi  Asosiasi  Distributor / penyalur saprodi
  • 10.  Kelembagaan agribisnis yang bergerak di bidang usaha tani/produksi meliputi : 1) RumahTangga petani sebagai unit usaha terkecil di bidang tanaman pangan dan hortikultura;2) kelembagaan tani dalam bentuk kelompok tani, dan 3) kelembagaan usaha dalam bentuk perusahaan budidaya tanaman pangan dan holtikultura.
  • 11.  Kelembagaan yang terkait dengan pasca panen dan pengolahan hasil ini dapat dibedakan antara lain : 1) kelembagaan yang melakukan usaha di bidang pasca panen 2) kelembagaan usaha di bidang pengolahan (agroindustri) 3) kelembagaan lumbung desa yang berperan untuk mengatasi masalah pangan
  • 12.  Kelembagaan pemasaran dalam sistem agribisnis menempati posisi yang sangat penting, karena melalui kelembagaan ini arus komoditi atau barang berupa hasil pertanian dari produsen disampaikan kepada konsumen.
  • 13.  Kelembagaan ini sangat menentukan keberhasilan kelembagaan agribisnis dalam mencapai tujuannya. Di antara banyak kelembagaan jasa layanan pendukun ada beberapa yang dianggap penting, antara lain : 1) Kelembagaan di Bidang Permodalan 2) Kelembagaan di Bidang PenyediaanAlsintan 3) KelembagaanAparatur
  • 14. Macam-macam kelembagaan masyarakat pertanian sebagai berikut: 1.kelembagaan penyediaan input usahatani, 2.kelembagaan penyediaan permodalan, 3.kelembagaan pemenuhan tenaga kerja, 4.kelembagaan penyediaan lahan dan air irigasi, 5.kelembagaan aktivitas usahatani/usahaternak, 6.kelembagaan pengolahan hasil pertanian, 7.kelembagaan pemasaran hasil pertanian, dan 8.kelembagaan penyediaan informasi (teknologi, pasar, dll).
  • 15. lembaga dan kelembagaan dapat melakukan peranannya dengan baik dibidang pengolahan hasil pertanian yaitu apabila performance atau keragaan dari lembaga maupun kelembagaan tersebut juga baik. Kurniati (2007) dalam penelitiannya tentang peranan dari suatu kelembagaan pemuda, ternyata dipengaruhi oleh keragaan atau performance dari kelembagaan tersebut. Keragaan kelembagaan dapat mempengaruhi seperti:  (1) akses masyarakat terhadap kelembagaan  (2) jenis kegiatan ekonomi yang dilakukan  (3) pengembangan kelembagaan  (4) kepemimpinan  (5) keanggotaan  (6) masalah yang dihadapi  (7) prestasi yang pernah diraih kelembagaan tersebut.
  • 16.  Menurut Dimyati (2007), permasalahan yang masih melekat pada sosok petani dan kelembagaan petani di Indonesia adalah:  1. Masih minimnya wawasan dan pengetahuan petani terhadap masalah manajemen produksi maupun jaringan pemasaran.  2. Belum terlibatnya secara utuh petani dalam kegiatan agribisnis. Aktivitas petani masih terfokus pada kegiatan produksi (on farm).  3. Peran dan fungsi kelembagaan petani sebagai wadah organisasi petani belum berjalan secara optimal.
  • 17.  Untuk mengatasi permasalahan di atas perlu melakukan upaya pengembangan, pemberdayaan, dan penguatan kelembagaan petani (seperti: kelompok tani, lembaga tenaga kerja, kelembagaan penyedia input, kelembagaan output, kelembagaan penyuluh, dan kelembagaan permodalan) dan diharapkan dapat melindungi petani.
  • 18.  Problem mendasar bagi mayoritas petani Indonesia adalah ketidakberdayaan dalam melakukan negosiasi harga hasil produksinya. Posisi tawar petani pada saat ini umumnya lemah, hal ini merupakan salah satu kendala dalam usaha meningkatkan pendapatan petani. Menurut Branson dan Douglas (1983), lemahnya posisi tawar petani umumnya disebabkan petani kurang mendapatkan/memiliki akses pasar, informasi pasar dan permodalan yang kurang memadai. Petani kesulitan menjual hasil panennya karena tidak punya jalur pemasaran sendiri, akibatnya petani menggunakan sistim tebang jual. Dengan sistim ini sebanyak 40 % dari hasil penjualan panenan menjadi milik tengkulak.
  • 19.  Menurut Akhmad (2007), upaya yang harus dilakukan petani untuk menaikkan posisi tawar petani adalah dengan:  a. Konsolidasi petani dalam satu wadah untuk menyatukan gerak ekonomi dalam setiap rantai pertanian, dari pra produksi sampai pemasaran. b. Kolektifikasi produksi, yaitu perencanaan produksi secara kolektif untuk menentukan pola, jenis, kuantitas dan siklus produksi secara kolektif.  c. Kolektifikasi dalam pemasaran produk pertanian.
  • 20.  Petani jika berusahatani secara individu terus berada di pihak yang lemah karena petani secara individu akan mengelola usaha tani dengan luas garapan kecil dan terpencar serta kepemilikan modal yang rendah. Sehingga, pemerintah perlu memperhatikan penguatan kelembagaan lewat kelompoktani karena dengan berkelompok maka petani tersebut akan lebih kuat, baik dari segi kelembagaannya maupun permodalannya.
  • 21.  Kelembagaan petani di desa umumnya tidak berjalan dengan baik ini disebabkan (Zuraida dan Rizal, 1993; Agustian, dkk , 2003; Syahyuti, 2003; Purwanto, dkk , 2007):  1. Kelompoktani pada umumnya dibentuk berdasarkan kepentingan teknis untuk memudahkan pengkoordinasian apabila ada kegiatan atau program pemerintah, sehingga lebih bersifat orientasi program, dan kurang menjamin kemandirian kelompok dan keberlanjutan kelompok.  2. Partisipasi dan kekompakan anggota kelompok dalam kegiatan kelompok masih relatif rendah, ini tercermin dari tingkat kehadiran anggota dalam pertemuan kelompok rendah (hanya mencapai 50%)  3. Pengelolaan kegiatan produktif anggota kelompok bersifat individu.
  • 22.  4. Pembentukan dan pengembangan kelembagaan berdasarkan konsep cetak biru (blue print approach) yang seragam. Introduksi kelembagaan dari luar kurang memperhatikan struktur dan jaringan kelembagaan lokal yang telah ada, serta kekhasan ekonomi, sosial, dan politik yang berjalan.  5. Pembentukan dan pengembangan kelembagaan menyebabkan tidak tumbuhnya partisipasi masyarakat.  6. Kelembagaan-kelembagaan yang dibangun terbatas hanya untuk memperkuat ikatan horizontal, bukan ikatan vertikal.  7. Meskipun kelembagaan sudah dibentuk, namun pembinaan yang dijalankan cenderung individual, yaitu hanya kepada pengurus
  • 23.  Permasalahan yang dihadapi petani pada umumnya adalah lemah dalam hal permodalan. Akibatnya tingkat penggunaan saprodi rendah, inefisien skala usaha karena umumnya berlahan sempit, dan karena terdesak masalah keuangan posisi tawar ketika panen lemah. Selain itu produk yang dihasilkan petani relatif berkualitas rendah, karena umumnya budaya petani di pedesaan dalam melakukan praktek pertanian masih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan keluarga (subsisten), dan belum berorientasi pasar. Selain masalah internal petani tersebut, ketersediaan faktor pendukung seperti infrastruktur, lembaga ekonomi pedesaan, intensitas penyuluhan, dan kebijakan pemerintah sangat diperlukan, guna mendorong usahatani dan meningkatkan akses petani terhadap pasar (Saragih, 2002).
  • 24.  petani harus sadar berkomunitas/ kelompok sebagai dasar kebutuhan, bukan paksaan dan dorongan proyek- proyek tertentu. Tujuannya  (1) untuk mengorganisasikan kekuatan para petani dalam memperjuangkan hak-haknya,  (2) memperoleh posisi tawar dan informasi pasar yang akurat terutama berkaitan dengan harga produk pertanian  (3) berperan dalam negosiasi dan menentukan harga produk pertanian yang diproduksi anggotanya (Masmulyadi, 2007).
  • 25.  Ada empat kriteria agar asosiasi petani itu kuat dan mampu berperan aktif dalam memperjuangkan hak-haknya, yaitu:  (1) asosiasi harus tumbuh dari petani sendiri  (2) pengurusnya berasal dari para petani dan dipilih secara berkala  (3) memiliki kekuatan kelembagaan formal  (4) bersifat partisipatif.
  • 26.  Prinsip-prinsip yang harus dipenuhi oleh suatu kelembagaan petani agar tetap eksis dan berkelanjutan adalah:  1. Prinsip otonomi (spesifik lokal). / Pengertian prinsip otonomi disini dapat dibagi kedalam dua bentuk yaitu : ▪ a. Otonomi individu. Pada tingkat rendah, makna dari prinsip otonomi adalah mengacu pada individu sebagai perwujudan dari hasrat untuk bebas yang melekat pada diri manusia sebagai salah satu anugerah paling berharga dari sang pencipta (Basri, 2005). ▪ b. Otonomi desa (spesifik lokal). Pengembangan kelembagaan di pedesaan disesuaikan dengan potensi desa itu sendiri (spesifik lokal).
  • 27.  Prinsip pemberdayaan. Pemberdayaan mengupayakan bagaiamana individu, kelompok, atau komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Inti utama pemberdayaan adalah tercapainya kemandirian (Payne, 1997).
  • 28.  Pada proses pemberdayaan, ada dua prinsip dasar yang harus dipedomani (Saptana, dkk , 2003) yaitu : a. Menciptakan ruang atau peluang bagi masyarakat untuk mengembangkan dirinya secara mandiri dan menurut cara yang dipilihnya sendiri. b. Mengupayakan agar masyarakat memiliki kemampuan untuk memanfaatkan ruang atau peluang yang tercipta tersebut.
  • 29.  Pemberdayaan dan pengembangan kelembagaan di pedesaan , meliputi : a. Pola pengembangan pertanian berdasarkan luas dan intensifikasi lahan, perluasan kesempatan kerja dan berusaha yang dapat memperluas penghasilan. b. Perbaikan dan penyempurnaan keterbatasan pelayanan sosial (pendidikan, gizi, kesehatan, dan lain-lain). c. Program memperkuat prasarana kelembagaan dan keterampilan mengelola kebutuhan pedesaan.
  • 30.  Untuk keberhasilannya diperlukan kerjasama antara : administrasi lokal, pemerintah lokal, kelembagaan/organisasi yang beranggotakan masyarakat lokal, kerjasama usaha, pelayanan dan bisnis swasta (tiga pilar kelembagaan) yang dapat diintegrasikan ke dalam pasar baik lokal, regional dan global (Uphoff, 1992). Pemberdayaan kelembagaan menuntut perubahan operasional tiga pilar kelembagaan (Elizabeth, 2007a): a. Kelembagaan lokal tradisional yang hidup dan eksisi dalam komunitas (voluntary sector). b. Kelembagaan pasar (private sector) yang dijiwai ideologi ekonomi terbuka. c. Kelembagaan sistem politik atau pengambilan keputusan di tingkat publik (public sector).
  • 31.  3. Prinsip kemandirian lokal. Pendekatan pembangunan melalui cara pandang kemandirian lokal mengisyaratkan bahwa semua tahapan dalam proses pemberdayaan harus dilakukan secara desentralisasi. Upaya pemberdayaan yang berbasis pada pendekatan desentralisasi akan menumbuhkan kondisi otonom, dimana setiap komponen akan tetap eksis dengan berbagai keragaman (diversity) yang dikandungnya (Amien, 2005).