SlideShare a Scribd company logo
Nama : Nira Prihatin Nufus
No. Reg : 1715115429
UAS MK : Issu-Issu Perkembangan Anak
Bimbingan dan Konseling NR 2011
Soal!
1. Meskipun tidak semua anak menunjukkan dampak dari perceraian
orangtuanya, tetapi banyak dari mereka yang memiliki hambatan sosial
emosional. Jelaskan bagaimana hambatan tersebut dialami oleh mereka!
Jawab:
Perceraian bagi anak adalah “tanda kematian” keutuhan keluarganya,
rasanya separuh “diri” anak telah hilang, hidup tak akan sama lagi setelah
orang tua mereka bercerai dan mereka harus menerima kesedihan dan
perasaan kehilangan yang mendalam. Hal tersebut berakibat anak menjadi
merasa kurang akan fungsi keluarga dalam hal kasih sayang dan fungsi
sosialisasinya. Contohnya, anak harus memendam rasa rindu yang mendalam
terhadap ayah/ibunya yang tiba-tiba tidak tinggal bersamanya lagi.
Sebagai lingkungan pertama dan utama dalam kehidupan anak,
keluarga memilki pengaruh yang demikian penting dalam membentuk
kepribadian anak. Keluargalah peletak dasar perasaan aman (emotional
security) pada anak, dalam keluarga pula anak memperoleh pengalaman
pertama mengenai perasaan dan sikap sosial. Lingkungan keluarga yang tidak
mampu memberikan dasar perasaan aman dan dasar untuk perkembangan
sosial dapat menimbulkan hambatan sosial emosional.
Banyak tindakan kenakalan atau gangguan tingkah laku dilakukan
oleh anak-anak yang berasal dari lingkungan keluarga yang kurang harmonis.
Ketidakharmonisan ini dapat disebabkan oleh perceraian orang tua karena
adanya kesepakatan dalam menerapkan disiplin dan pendidikan terhadap
anak. Berdasarkan hasil studi Hetherington dalam Sutjihati Somantri
menyimpulkan hampir semua anak yang menghadapi perceraian orang tua
mengalami masa peralihan yang sangat sulit. Orang tua yang sering berselisih
paham dalam menerapkan peraturan atau disiplin dapat menimbulkan
keraguan pada diri anak akan kebenaran suatu norma, sehingga akhirya anak
mencari jalan sendiri dalam hal ini dapat saja menjadi awal dari terjadinya
hambatan sosial emosional.
Sehubungan dengan itu, Willian M. Cruickshank mengemukakan
bahwa mereka yang mengalami hambatan sosial emosional karena perceraian
orang tua dapat diklasifikasikan ke dalam kategori berikut ini:
- The semi-sosialize child
Anak yang termasuk kelompok ini dapat mengadakan hubungan sosial tetapi
terbatas pada lingkungan tertentu, misalnya: keluarga dan kelompoknya.
Keadaan ini terjadi pada anak yang datang dari lingkungan yang menganut
norma-norma tersendiri, yang mana norma tersebut bertentangan dengan
norma yang berlaku di masyarakat. Di lingkungan sekolah, karena perilaku
mereka sudah diarahkan oleh kelompoknya, maka seringkali menunjukkan
perilaku memberontak karena tidak mau terikat oleh peraturan di luar
kelompoknya. Dengan demikian anak selalu merasakan ada suatu masalah
sosial emosional dengan lingkungan di luar kelompoknya.
- Children with minimun sosialization capacity
Anak pada kelompok ini tidak mempunyai kemampuan sama sekali untuk
belajar sikap-sikap sosial. Ini disebabkan oleh pembawaan atau kelainan atau
anak tidak pernah mengenal hubungan kasih sayang sehingga anak pada
golongan ini banyak yang bersikap apatis dan egois.
Dampak negatif akibat perceraian yang bisa muncul pada anak di antaranya
adalah marah pada diri sendiri, marah pada lingkungan, jadi pembangkang,
tidak sabaran, impulsif, anak akan merasa bersalah (guilty feeling) dan
menganggap dirinyalah menjadi penyebab perceraian orangtuanya.
Kemudian, kedepannya setelah dewasa, anak cenderung tidak berani untuk
berkomitmen pada suatu hubungan. Misalnya saja, dalam hal pacaran sering
terjadi pacaran yang putus-nyambung tanpa jelas arah tujuannya.
2. Respon anak terhadap peristiwa kematian sangat beragam dan tergantung
pada tingkat perkembangan mereka. Jelaskan bagaimana respon mereka
berdasarkan tiga level perkembangan anak!
Jawab:
Level 1 (usia 0-2 tahun)
Bayi belum memiliki kemampuan kognitif untuk memahami konsep abstrak
seperti kematian. Ketika seseorang meninggal, bayi lebih sadar akan
kehilangan dan pemisahan. Mereka juga bereaksi terhadap emosi dan
perilaku orang dewasa yang signifikan dalam lingkungan mereka dan juga
untuk setiap gangguan dalam rutinitas asuhannya. Jika ada perubahan
mendadak, mereka merasa tidak nyaman yang luar biasa.
Bayi dapat mencari almarhum dan menjadi cemas sebagai akibat dari
pemisahan. Reaksi umum meliputi: mudah marah dan protes, menangis terus-
menerus, perubahan tidur dan kebiasaan makan, penurunan aktivitas dan
penurunan berat badan.
Level 2 (usia 2-6 tahun)
Karena anak-anak prasekolah cenderung hadir berorientasi, reaksi kesedihan
mereka singkat tapi bisa sangat intens. Ini adalah tahap perkembangan di
mana anak-anak belajar untuk percaya dan membentuk lampiran dasar,
sehingga ketika dewasa mereka menjadi sangat prihatin tentang peristiwa
kematian dan pola diubah menjadi perawatan. Anak-anak usia ini biasanya
memiliki rasa kecemasan yang tinggi tentang perpisahan dan penolakan.
Selain itu, anak-anak pada usia ini terlihat tidak terpengaruh oleh kematian
dan bertindak seolah-olah tidak ada yang terjadi, tapi ini tidak berarti bahwa
mereka tidak menyadari bahwa mereka telah menerima kematian. Ini
mungkin hanya menandakan ketidakmampuan mereka pada saat itu untuk
mengakui kenyataan yang sangat menyakitkan. Kelompok usia ini mungkin
mundur sebagai cara untuk menerima lebih banyak pengasuhan dan perhatian
selama masa sulit ini. Anak-anak yang telah mengalami kerugian pada usia
ini cenderung takut bahwa orang-orang terkasih lainnya akan meninggalkan
mereka.
Level 3 (usia 6-12 tahun)
Anak-anak pada masa usia sekolah sering memperhatikan orang lain
menanggapi kematian akibatnya mereka menjadi kurang terfokus pada diri
mereka sendiri dan lebih pada orang lain. Mereka takut orang-orang terkasih
lainnya akan mati juga. Kadang-kadang mereka menjadi terlalu khawatir
tentang kesehatan mereka sendiri dan mungkin takut membahayakan tubuh
dan kematian.
Di sisi lain, mereka memiliki sikap yang lucu tentang kematian, muncul acuh
tak acuh, atau mereka dapat menarik dan menyembunyikan perasaan mereka.
Tanggapan khas lainnya termasuk shock, penolakan, depresi, perubahan pola
makan dan tidur, dan regresi ke tahap perkembangan sebelumnya.
Anak usia sekolah berusaha untuk menutupi perasaan mereka agar tidak
terlihat berbeda dari kelompok sebayanya. Mereka takut bahwa ungkapan
perasaan sedih dilihat sebagai tanda kelemahan (terutama untuk anak laki-
laki). Mereka juga dapat mengekspresikan perasaan kesedihan mereka
dengan cara seperti biasanya seperti melalui ledakan kemarahan, lekas marah
dan perilaku bullying. Perasaan mungkin juga akan dipamerkan melalui
keluhan fisik, kemurungan, perubahan tidur dan pola makan, ketidakpedulian
terhadap sekolah, atau isolasi dari rekan-rekan mereka.
3. Jelaskan berbagai karakteristik perilaku yang tampak pada anak yang
mengalami kekerasan psikologis!
Jawab:
Unicef (1986) mengemukakan, anak yang sering dimarahi orang tuanya,
apalagi diikuti dengan penyiksaan, cenderung meniru perilaku buruk
(coping mechanism) seperti bulimia nervosa (memuntahkan makanan
kembali), penyimpangan pola makan, anorexia (takut gemuk), kecanduan
alkohol dan obat-obatan, dan memiliki dorongan bunuh diri.
Nadia (1991) kekerasan psikologis sukar diidentifikasi atau didiagnosa
karena tidak meninggalkan bekas yang nyata seperti penyiksaan fisik.
Jenis kekerasan ini meninggalkan bekas yang tersembunyi yang
termanifestasikan dalam beberapa bentuk, seperti kurangnya rasa percaya
diri, kesulitan membina persahabatan, perilaku merusak, menarik diri
dari lingkungan, penyalahgunaan obat dan alkohol, ataupun
kecenderungan bunuh diri
Agresif: sikap ini biasanya ditujukan anak kepada pelaku tindak
kekerasan. Sikap agresif ini umumnya akan ditunjukkan saat anak merasa
ada orang yang bisa melindungi dirinya.
Mudah curiga, terlalu berhati-hati terhadap orang lain
Lebih suka menyendiri dari pada bermain dengan teman-temannya
Suka memusuhi orang lain atau dimusuhi
Takut menjalin hubungan secara fisik dengan orang lain
Terlalu bertanggung jawab atau justru menghindar dari tanggung jawab
Memberikan penilaian yang rendah terhadap kemampuan atau prestasi
diri sendiri
Sulit berkonsentrasi dan menurunnya prestasi di sekolah
Muncul perilaku berbohong, mencuri, bolos sekolah
Perbuatan kriminal atau kenakalan
Menunjukkan sikap dan perilaku yang tidak wajar, dibuat-buat untuk
mencari perhatian
Muncul perilaku seksual yang tidak wajar
Memiliki gangguan belajar atau sulit berkonsentrasi yang bukan
merupakan akibat dari masalah fisik atau psikologi tertentu.
Selalu curiga dan siaga, seolah-olah bersikap untuk terjadinya hal yang
buruk.
Datang ke sekolah atau tempat aktivitas selalu lebih awal dan pulang
terakhir atau bahkan sering tak mau pulang ke rumah.
Mudah menangis. Sikap ini ditunjukkan karena anak merasa tidak
nyaman dan aman dengan lingkungan sekitarnya. Karena dia kehilangan
figur yang bisa melindunginya, kemungkinan besar pada saat dia besar,
dia tidak akan mudah percaya pada orang lain.
4. Apa yang dapat dilakukan konselor untuk membantu anak-anak yang
mengalami situasi krisis?
Jawab:
Krisis dapat diartikan sebagai suatu keadaan disorganisasi dimana
konseli menghadapi frustasi dalam upaya mencapai tujuan penting hidupnya
atau mengalami gangguan dalam perjalanan hidup dan hal itu ditanggapi
dengan stres. Karena situasi-situasi tersebut maka dibutuhkan respon-respon
khusus dari konselor guna membantu konseli yang tak berdaya. Aktivitas
konselor dalam mengatasi situasi krisis adalah dengan intervensi langsung
atau campur tangan, dukungan kadar tinggi, atau dengan konseling
individual.
Dalam kebanyakan krisis dan kehilangan, terdapat kecemasan akan
perpisahan, perasaan kacaunya identitas, dan keharusan mengembangkan cara
baru untuk memuaskan kebutuhan emosional yang mendasar. Teknik
menopang atau dorongan semangat, harus dipakai pada tahap permulaan
untuk menolong seorang yang sedang dalam krisis. Tujuannya ialah untuk
mengurangi kegelisahan, rasa bersalah, dan ketegangan serta untuk
memberikan dukungan emosi. Dorongan semangat dari konselor dapat
menolong konseli mengatasi perasaan tak berdaya dan keputusasaannya.
Tetapi satu hal yang perlu diingat, jangan terlalu banyak dorongan semangat
sehingga melenyapkan semua rasa gelisah, karena sedikit rasa gelisah
diperlukan untuk menimbulkan perubahan yang positif. Krisis terkait dengan
perubahan mendadak dan tidak menentu, umumnya tidak dapat diprediksi
kemunculannya dan biasanya dalam bentuk bencana alam seperti banjir,
gunung meletus, maupun kebakaran.
Dalam membantu siswa yang mengalami krisis, konselor sekolah
dapat bekerja sama dengan pekerja sosial, psikolog, atau administrator
membangun sebuah tim manajemen krisis yang efektif. Program ini diawali
dengan mengidentifikasi krisis yang terjadi dan kebutuhan untuk
mengevaluasi dampak krisis traumatis pada anak. Model untuk merancang
sebuah program krisis berbasis sekolah mencakup penilaian tingkat trauma
dan mekanisme pertolongan pertama psikologis di sekolah.
Selain itu, karena hal ini terjadi pada anak yang berada pada tahap
bermain. Play therapy merupakan suatu teknik konseling yang diberikan
konselor kepada anak-anak yang berada pada situasi krisis dengan didasari
oleh konsep bermain sebagai suatu cara komunikasi anak-anak dengan orang
dewasa untuk mengungkapkan ekspresinya yang sifatnya alami. Maka
konselor dapat menggunakan pendekatan ini untuk mengintervensi atau
mengajak dialog dengan mereka sehingga tercipta perasaan yang lebih baik
dan mengembangkan kemampuan untuk mengatasi masalah. Terapi bermain
merupakan terapi yang dalam pelaksanaan terapi menggunakan media alat-
alat bermain. Setiap permainan memiliki makna simbolis yang dapat
membantu terapis untuk mendeteksi sumber permasalahan anak.
5. Jelaskan tipe-tipe reaksi anak terhadap situasi krisis!
Jawab:
Seorang anak yang berada dalam situasi krisis akan menimbulkan reaksi-
reaksi seperti: panik, menangis, menjerit-jerit, tidak berdaya, ketakutan, butuh
bantuan, tidak bisa menghadapi situasi, tidak tahu apa yang harus dilakukan,
ingin melakukan sesuatu secepatnya, bila tidak bisa bertindak cepat akan
terjadi bencana yang lebih besar dan semakin panik.
6. Mengapa konselor sekolah harus bekerjasama dengan keluarga dalam
melakukan intervensi terhadap anak?
Jawab:
Konselor sekolah merupakan orang tua yang membimbing anak di sekolah.
Sedangkan keluarga di rumah adalah orang yang membimbing anak di
rumah. Kerjasama antara konselor sekolah dengan keluarga siswa merupakan
sesuatu hal yang sangat penting. Kerjasama dengan orang tua biasa juga kita
sebut kolaborasi antara konselor sekolah dengan orang tua siswa. Kolaborasi
dengan orang tua merupakan suatu proses interaksi yang kompleks dan
beragam yang melibatkan konselor, orang tua maupun siswa dalam
memperoleh data. Hal tersebut dimaksudkan untuk membantu siswa dalam
proses belajar maupun permasalahannya sehingga perkembangannya dapat
berjalan secara optimal. Kolaborasi dengan orang tua ini sebagai salah satu
pelayanan responsif yang bersifat preventif atau pencegahan.
Referensi
Budi, Anna Keliat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:
EGC.
Hildayani, Rini, 2011. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka.
Miramis, WF. 1995. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University
Press.
Nugraha. 2004. Strategi Pengembangan Sosial Emosional. Jakarta: Universitas
terbuka.
Santrock. 2002. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Winkel, WS. 1991. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT
Grasindo.
Fiorelli, Robin. 2013. Tahap Perkembangan Anak: Konsep Kematian dan Respon
Duka. http://www.vitas.com. Diakses tanggal 05 Januari 2014.

More Related Content

What's hot

Perkembangan sosial anak usia sd
Perkembangan sosial anak usia sdPerkembangan sosial anak usia sd
Perkembangan sosial anak usia sdShinta Nz
 
Asuhan keperawatan gangguan jiwa remaja
Asuhan keperawatan gangguan jiwa remajaAsuhan keperawatan gangguan jiwa remaja
Asuhan keperawatan gangguan jiwa remaja
Amalia Senja
 
Perkembangan emosi remaja
Perkembangan emosi remaja Perkembangan emosi remaja
Perkembangan emosi remaja
Rizali Avenged
 
Tugas perkembangan ii emosi dewasa awal
Tugas  perkembangan ii emosi dewasa awalTugas  perkembangan ii emosi dewasa awal
Tugas perkembangan ii emosi dewasa awalswirawan
 
Aspek perkembangan emosi
Aspek perkembangan emosiAspek perkembangan emosi
Aspek perkembangan emosi
Iriani_kehi
 
Masalah mendisiplinkan anak,masalah remaja,masalah krisis tengah baya dan
Masalah mendisiplinkan anak,masalah remaja,masalah krisis tengah baya danMasalah mendisiplinkan anak,masalah remaja,masalah krisis tengah baya dan
Masalah mendisiplinkan anak,masalah remaja,masalah krisis tengah baya dan
Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar
 
Perkembangan Emosi Peserta Didik
Perkembangan Emosi Peserta DidikPerkembangan Emosi Peserta Didik
Perkembangan Emosi Peserta Didik
afifahdhaniyah
 
remaja dan masalahnya
remaja dan masalahnyaremaja dan masalahnya
remaja dan masalahnyahaqiemisme
 
Remaja dan masalahnya
Remaja dan masalahnyaRemaja dan masalahnya
Remaja dan masalahnyahaqiemisme
 
Orang tua
Orang tuaOrang tua
Makalah Perkembangan Emosi
Makalah Perkembangan EmosiMakalah Perkembangan Emosi
Makalah Perkembangan Emosi
anna rasyla
 
Asuhan keperawatan pada anak dan remaja
Asuhan keperawatan pada anak dan remajaAsuhan keperawatan pada anak dan remaja
Asuhan keperawatan pada anak dan remajaRama Laweru
 
Depresi remaja
Depresi remajaDepresi remaja
Depresi remaja
alfian_firdaus
 

What's hot (20)

Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Problematika siswa smp sma masa kini
Problematika siswa  smp   sma masa kiniProblematika siswa  smp   sma masa kini
Problematika siswa smp sma masa kini
 
Perkembangan sosial anak usia sd
Perkembangan sosial anak usia sdPerkembangan sosial anak usia sd
Perkembangan sosial anak usia sd
 
Asuhan keperawatan gangguan jiwa remaja
Asuhan keperawatan gangguan jiwa remajaAsuhan keperawatan gangguan jiwa remaja
Asuhan keperawatan gangguan jiwa remaja
 
Perkembangan emosi remaja
Perkembangan emosi remaja Perkembangan emosi remaja
Perkembangan emosi remaja
 
Tugas perkembangan ii emosi dewasa awal
Tugas  perkembangan ii emosi dewasa awalTugas  perkembangan ii emosi dewasa awal
Tugas perkembangan ii emosi dewasa awal
 
Aspek perkembangan emosi
Aspek perkembangan emosiAspek perkembangan emosi
Aspek perkembangan emosi
 
Masa remaja
Masa remajaMasa remaja
Masa remaja
 
Masalah mendisiplinkan anak,masalah remaja,masalah krisis tengah baya dan
Masalah mendisiplinkan anak,masalah remaja,masalah krisis tengah baya danMasalah mendisiplinkan anak,masalah remaja,masalah krisis tengah baya dan
Masalah mendisiplinkan anak,masalah remaja,masalah krisis tengah baya dan
 
Perkembangan Emosi Peserta Didik
Perkembangan Emosi Peserta DidikPerkembangan Emosi Peserta Didik
Perkembangan Emosi Peserta Didik
 
remaja dan masalahnya
remaja dan masalahnyaremaja dan masalahnya
remaja dan masalahnya
 
Remaja dan masalahnya
Remaja dan masalahnyaRemaja dan masalahnya
Remaja dan masalahnya
 
Orang tua
Orang tuaOrang tua
Orang tua
 
Askep remaja new
Askep remaja newAskep remaja new
Askep remaja new
 
Makalah Perkembangan Emosi
Makalah Perkembangan EmosiMakalah Perkembangan Emosi
Makalah Perkembangan Emosi
 
Asuhan keperawatan pada anak dan remaja
Asuhan keperawatan pada anak dan remajaAsuhan keperawatan pada anak dan remaja
Asuhan keperawatan pada anak dan remaja
 
Perkembangan emosi remaja
Perkembangan emosi remajaPerkembangan emosi remaja
Perkembangan emosi remaja
 
bullying
bullyingbullying
bullying
 
Depresi pada remaja
Depresi pada remajaDepresi pada remaja
Depresi pada remaja
 
Depresi remaja
Depresi remajaDepresi remaja
Depresi remaja
 

Similar to Konseling Anak

Aziziyah personaliti
Aziziyah personalitiAziziyah personaliti
Aziziyah personalitiEsther Shin
 
tERBARU Kesehatan Mental Dalam Kehidupan Remaja Terbaru.ppt
tERBARU Kesehatan Mental Dalam Kehidupan Remaja Terbaru.ppttERBARU Kesehatan Mental Dalam Kehidupan Remaja Terbaru.ppt
tERBARU Kesehatan Mental Dalam Kehidupan Remaja Terbaru.ppt
HeriyantoGayusLumeli1
 
Makalah permasalahan anak siti zalna sese
Makalah permasalahan anak siti zalna seseMakalah permasalahan anak siti zalna sese
Makalah permasalahan anak siti zalna sese
Septian Muna Barakati
 
Eem432 isu dan trend dlm pendidikan moral (1)
Eem432   isu dan trend dlm pendidikan moral (1)Eem432   isu dan trend dlm pendidikan moral (1)
Eem432 isu dan trend dlm pendidikan moral (1)
Aker Derashid
 
ppt resume pertemuan ke tiga anak tunalaras
ppt resume pertemuan ke tiga anak tunalarasppt resume pertemuan ke tiga anak tunalaras
ppt resume pertemuan ke tiga anak tunalaras
harzifakhairananisa1
 
Residivisme Bab 5
Residivisme Bab 5Residivisme Bab 5
Residivisme Bab 5
langkawiable
 
3. Perkembangan masa remaja.pptx
3. Perkembangan masa remaja.pptx3. Perkembangan masa remaja.pptx
3. Perkembangan masa remaja.pptx
OktaPutra9
 
Perkembangan Peserta Didik Usia Sekolah Dasar
Perkembangan Peserta Didik Usia Sekolah DasarPerkembangan Peserta Didik Usia Sekolah Dasar
Perkembangan Peserta Didik Usia Sekolah Dasar
weniananta
 
Angga P. Perkhasa (PPD Perilaku Menyimpang)
Angga P. Perkhasa (PPD Perilaku Menyimpang)Angga P. Perkhasa (PPD Perilaku Menyimpang)
Angga P. Perkhasa (PPD Perilaku Menyimpang)vjperkhasa
 
Modul 3 1 hospitalisasi pada anak
Modul 3 1 hospitalisasi pada anakModul 3 1 hospitalisasi pada anak
Modul 3 1 hospitalisasi pada anak
pjj_kemenkes
 
Attachment
AttachmentAttachment
Attachment
gittaleviana
 
Attachment
AttachmentAttachment
Attachment
gittaleviana
 
Attachment
AttachmentAttachment
Attachment
gittaleviana
 
Penderaan kanak kanak
Penderaan kanak kanakPenderaan kanak kanak
Penderaan kanak kanakArra Asri
 
Analisis hambatan emosi dan prilaku yang ebdn
Analisis hambatan emosi dan prilaku yang ebdnAnalisis hambatan emosi dan prilaku yang ebdn
Analisis hambatan emosi dan prilaku yang ebdn
naon9
 
Kesehatan mental pada anak hingga lansia
Kesehatan mental pada anak hingga lansiaKesehatan mental pada anak hingga lansia
Kesehatan mental pada anak hingga lansia
YudiSiswanto5
 
Karya Ilmiah Ilmu Komunikasi
Karya Ilmiah Ilmu KomunikasiKarya Ilmiah Ilmu Komunikasi
Karya Ilmiah Ilmu Komunikasi
Finnland
 

Similar to Konseling Anak (20)

Aziziyah personaliti
Aziziyah personalitiAziziyah personaliti
Aziziyah personaliti
 
tERBARU Kesehatan Mental Dalam Kehidupan Remaja Terbaru.ppt
tERBARU Kesehatan Mental Dalam Kehidupan Remaja Terbaru.ppttERBARU Kesehatan Mental Dalam Kehidupan Remaja Terbaru.ppt
tERBARU Kesehatan Mental Dalam Kehidupan Remaja Terbaru.ppt
 
Makalah permasalahan anak siti zalna sese
Makalah permasalahan anak siti zalna seseMakalah permasalahan anak siti zalna sese
Makalah permasalahan anak siti zalna sese
 
Eem432 isu dan trend dlm pendidikan moral (1)
Eem432   isu dan trend dlm pendidikan moral (1)Eem432   isu dan trend dlm pendidikan moral (1)
Eem432 isu dan trend dlm pendidikan moral (1)
 
ppt resume pertemuan ke tiga anak tunalaras
ppt resume pertemuan ke tiga anak tunalarasppt resume pertemuan ke tiga anak tunalaras
ppt resume pertemuan ke tiga anak tunalaras
 
Gangguan emosi
Gangguan emosiGangguan emosi
Gangguan emosi
 
Ciri
CiriCiri
Ciri
 
Residivisme Bab 5
Residivisme Bab 5Residivisme Bab 5
Residivisme Bab 5
 
3. Perkembangan masa remaja.pptx
3. Perkembangan masa remaja.pptx3. Perkembangan masa remaja.pptx
3. Perkembangan masa remaja.pptx
 
Perkembangan Peserta Didik Usia Sekolah Dasar
Perkembangan Peserta Didik Usia Sekolah DasarPerkembangan Peserta Didik Usia Sekolah Dasar
Perkembangan Peserta Didik Usia Sekolah Dasar
 
Makalah permasalahan anak siti zalna sese
Makalah permasalahan anak siti zalna seseMakalah permasalahan anak siti zalna sese
Makalah permasalahan anak siti zalna sese
 
Angga P. Perkhasa (PPD Perilaku Menyimpang)
Angga P. Perkhasa (PPD Perilaku Menyimpang)Angga P. Perkhasa (PPD Perilaku Menyimpang)
Angga P. Perkhasa (PPD Perilaku Menyimpang)
 
Modul 3 1 hospitalisasi pada anak
Modul 3 1 hospitalisasi pada anakModul 3 1 hospitalisasi pada anak
Modul 3 1 hospitalisasi pada anak
 
Attachment
AttachmentAttachment
Attachment
 
Attachment
AttachmentAttachment
Attachment
 
Attachment
AttachmentAttachment
Attachment
 
Penderaan kanak kanak
Penderaan kanak kanakPenderaan kanak kanak
Penderaan kanak kanak
 
Analisis hambatan emosi dan prilaku yang ebdn
Analisis hambatan emosi dan prilaku yang ebdnAnalisis hambatan emosi dan prilaku yang ebdn
Analisis hambatan emosi dan prilaku yang ebdn
 
Kesehatan mental pada anak hingga lansia
Kesehatan mental pada anak hingga lansiaKesehatan mental pada anak hingga lansia
Kesehatan mental pada anak hingga lansia
 
Karya Ilmiah Ilmu Komunikasi
Karya Ilmiah Ilmu KomunikasiKarya Ilmiah Ilmu Komunikasi
Karya Ilmiah Ilmu Komunikasi
 

Recently uploaded

RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
lastri261
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
TarkaTarka
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
nawasenamerta
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
d2spdpnd9185
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
gloriosaesy
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
bobobodo693
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
AgusRahmat39
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
RinawatiRinawati10
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 

Recently uploaded (20)

RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 

Konseling Anak

  • 1. Nama : Nira Prihatin Nufus No. Reg : 1715115429 UAS MK : Issu-Issu Perkembangan Anak Bimbingan dan Konseling NR 2011 Soal! 1. Meskipun tidak semua anak menunjukkan dampak dari perceraian orangtuanya, tetapi banyak dari mereka yang memiliki hambatan sosial emosional. Jelaskan bagaimana hambatan tersebut dialami oleh mereka! Jawab: Perceraian bagi anak adalah “tanda kematian” keutuhan keluarganya, rasanya separuh “diri” anak telah hilang, hidup tak akan sama lagi setelah orang tua mereka bercerai dan mereka harus menerima kesedihan dan perasaan kehilangan yang mendalam. Hal tersebut berakibat anak menjadi merasa kurang akan fungsi keluarga dalam hal kasih sayang dan fungsi sosialisasinya. Contohnya, anak harus memendam rasa rindu yang mendalam terhadap ayah/ibunya yang tiba-tiba tidak tinggal bersamanya lagi. Sebagai lingkungan pertama dan utama dalam kehidupan anak, keluarga memilki pengaruh yang demikian penting dalam membentuk kepribadian anak. Keluargalah peletak dasar perasaan aman (emotional security) pada anak, dalam keluarga pula anak memperoleh pengalaman pertama mengenai perasaan dan sikap sosial. Lingkungan keluarga yang tidak mampu memberikan dasar perasaan aman dan dasar untuk perkembangan sosial dapat menimbulkan hambatan sosial emosional. Banyak tindakan kenakalan atau gangguan tingkah laku dilakukan oleh anak-anak yang berasal dari lingkungan keluarga yang kurang harmonis. Ketidakharmonisan ini dapat disebabkan oleh perceraian orang tua karena adanya kesepakatan dalam menerapkan disiplin dan pendidikan terhadap anak. Berdasarkan hasil studi Hetherington dalam Sutjihati Somantri menyimpulkan hampir semua anak yang menghadapi perceraian orang tua mengalami masa peralihan yang sangat sulit. Orang tua yang sering berselisih paham dalam menerapkan peraturan atau disiplin dapat menimbulkan
  • 2. keraguan pada diri anak akan kebenaran suatu norma, sehingga akhirya anak mencari jalan sendiri dalam hal ini dapat saja menjadi awal dari terjadinya hambatan sosial emosional. Sehubungan dengan itu, Willian M. Cruickshank mengemukakan bahwa mereka yang mengalami hambatan sosial emosional karena perceraian orang tua dapat diklasifikasikan ke dalam kategori berikut ini: - The semi-sosialize child Anak yang termasuk kelompok ini dapat mengadakan hubungan sosial tetapi terbatas pada lingkungan tertentu, misalnya: keluarga dan kelompoknya. Keadaan ini terjadi pada anak yang datang dari lingkungan yang menganut norma-norma tersendiri, yang mana norma tersebut bertentangan dengan norma yang berlaku di masyarakat. Di lingkungan sekolah, karena perilaku mereka sudah diarahkan oleh kelompoknya, maka seringkali menunjukkan perilaku memberontak karena tidak mau terikat oleh peraturan di luar kelompoknya. Dengan demikian anak selalu merasakan ada suatu masalah sosial emosional dengan lingkungan di luar kelompoknya. - Children with minimun sosialization capacity Anak pada kelompok ini tidak mempunyai kemampuan sama sekali untuk belajar sikap-sikap sosial. Ini disebabkan oleh pembawaan atau kelainan atau anak tidak pernah mengenal hubungan kasih sayang sehingga anak pada golongan ini banyak yang bersikap apatis dan egois. Dampak negatif akibat perceraian yang bisa muncul pada anak di antaranya adalah marah pada diri sendiri, marah pada lingkungan, jadi pembangkang, tidak sabaran, impulsif, anak akan merasa bersalah (guilty feeling) dan menganggap dirinyalah menjadi penyebab perceraian orangtuanya. Kemudian, kedepannya setelah dewasa, anak cenderung tidak berani untuk berkomitmen pada suatu hubungan. Misalnya saja, dalam hal pacaran sering terjadi pacaran yang putus-nyambung tanpa jelas arah tujuannya. 2. Respon anak terhadap peristiwa kematian sangat beragam dan tergantung pada tingkat perkembangan mereka. Jelaskan bagaimana respon mereka berdasarkan tiga level perkembangan anak!
  • 3. Jawab: Level 1 (usia 0-2 tahun) Bayi belum memiliki kemampuan kognitif untuk memahami konsep abstrak seperti kematian. Ketika seseorang meninggal, bayi lebih sadar akan kehilangan dan pemisahan. Mereka juga bereaksi terhadap emosi dan perilaku orang dewasa yang signifikan dalam lingkungan mereka dan juga untuk setiap gangguan dalam rutinitas asuhannya. Jika ada perubahan mendadak, mereka merasa tidak nyaman yang luar biasa. Bayi dapat mencari almarhum dan menjadi cemas sebagai akibat dari pemisahan. Reaksi umum meliputi: mudah marah dan protes, menangis terus- menerus, perubahan tidur dan kebiasaan makan, penurunan aktivitas dan penurunan berat badan. Level 2 (usia 2-6 tahun) Karena anak-anak prasekolah cenderung hadir berorientasi, reaksi kesedihan mereka singkat tapi bisa sangat intens. Ini adalah tahap perkembangan di mana anak-anak belajar untuk percaya dan membentuk lampiran dasar, sehingga ketika dewasa mereka menjadi sangat prihatin tentang peristiwa kematian dan pola diubah menjadi perawatan. Anak-anak usia ini biasanya memiliki rasa kecemasan yang tinggi tentang perpisahan dan penolakan. Selain itu, anak-anak pada usia ini terlihat tidak terpengaruh oleh kematian dan bertindak seolah-olah tidak ada yang terjadi, tapi ini tidak berarti bahwa mereka tidak menyadari bahwa mereka telah menerima kematian. Ini mungkin hanya menandakan ketidakmampuan mereka pada saat itu untuk mengakui kenyataan yang sangat menyakitkan. Kelompok usia ini mungkin mundur sebagai cara untuk menerima lebih banyak pengasuhan dan perhatian selama masa sulit ini. Anak-anak yang telah mengalami kerugian pada usia ini cenderung takut bahwa orang-orang terkasih lainnya akan meninggalkan mereka. Level 3 (usia 6-12 tahun) Anak-anak pada masa usia sekolah sering memperhatikan orang lain menanggapi kematian akibatnya mereka menjadi kurang terfokus pada diri mereka sendiri dan lebih pada orang lain. Mereka takut orang-orang terkasih
  • 4. lainnya akan mati juga. Kadang-kadang mereka menjadi terlalu khawatir tentang kesehatan mereka sendiri dan mungkin takut membahayakan tubuh dan kematian. Di sisi lain, mereka memiliki sikap yang lucu tentang kematian, muncul acuh tak acuh, atau mereka dapat menarik dan menyembunyikan perasaan mereka. Tanggapan khas lainnya termasuk shock, penolakan, depresi, perubahan pola makan dan tidur, dan regresi ke tahap perkembangan sebelumnya. Anak usia sekolah berusaha untuk menutupi perasaan mereka agar tidak terlihat berbeda dari kelompok sebayanya. Mereka takut bahwa ungkapan perasaan sedih dilihat sebagai tanda kelemahan (terutama untuk anak laki- laki). Mereka juga dapat mengekspresikan perasaan kesedihan mereka dengan cara seperti biasanya seperti melalui ledakan kemarahan, lekas marah dan perilaku bullying. Perasaan mungkin juga akan dipamerkan melalui keluhan fisik, kemurungan, perubahan tidur dan pola makan, ketidakpedulian terhadap sekolah, atau isolasi dari rekan-rekan mereka. 3. Jelaskan berbagai karakteristik perilaku yang tampak pada anak yang mengalami kekerasan psikologis! Jawab: Unicef (1986) mengemukakan, anak yang sering dimarahi orang tuanya, apalagi diikuti dengan penyiksaan, cenderung meniru perilaku buruk (coping mechanism) seperti bulimia nervosa (memuntahkan makanan kembali), penyimpangan pola makan, anorexia (takut gemuk), kecanduan alkohol dan obat-obatan, dan memiliki dorongan bunuh diri. Nadia (1991) kekerasan psikologis sukar diidentifikasi atau didiagnosa karena tidak meninggalkan bekas yang nyata seperti penyiksaan fisik. Jenis kekerasan ini meninggalkan bekas yang tersembunyi yang termanifestasikan dalam beberapa bentuk, seperti kurangnya rasa percaya diri, kesulitan membina persahabatan, perilaku merusak, menarik diri dari lingkungan, penyalahgunaan obat dan alkohol, ataupun kecenderungan bunuh diri
  • 5. Agresif: sikap ini biasanya ditujukan anak kepada pelaku tindak kekerasan. Sikap agresif ini umumnya akan ditunjukkan saat anak merasa ada orang yang bisa melindungi dirinya. Mudah curiga, terlalu berhati-hati terhadap orang lain Lebih suka menyendiri dari pada bermain dengan teman-temannya Suka memusuhi orang lain atau dimusuhi Takut menjalin hubungan secara fisik dengan orang lain Terlalu bertanggung jawab atau justru menghindar dari tanggung jawab Memberikan penilaian yang rendah terhadap kemampuan atau prestasi diri sendiri Sulit berkonsentrasi dan menurunnya prestasi di sekolah Muncul perilaku berbohong, mencuri, bolos sekolah Perbuatan kriminal atau kenakalan Menunjukkan sikap dan perilaku yang tidak wajar, dibuat-buat untuk mencari perhatian Muncul perilaku seksual yang tidak wajar Memiliki gangguan belajar atau sulit berkonsentrasi yang bukan merupakan akibat dari masalah fisik atau psikologi tertentu. Selalu curiga dan siaga, seolah-olah bersikap untuk terjadinya hal yang buruk. Datang ke sekolah atau tempat aktivitas selalu lebih awal dan pulang terakhir atau bahkan sering tak mau pulang ke rumah. Mudah menangis. Sikap ini ditunjukkan karena anak merasa tidak nyaman dan aman dengan lingkungan sekitarnya. Karena dia kehilangan figur yang bisa melindunginya, kemungkinan besar pada saat dia besar, dia tidak akan mudah percaya pada orang lain. 4. Apa yang dapat dilakukan konselor untuk membantu anak-anak yang mengalami situasi krisis? Jawab: Krisis dapat diartikan sebagai suatu keadaan disorganisasi dimana konseli menghadapi frustasi dalam upaya mencapai tujuan penting hidupnya
  • 6. atau mengalami gangguan dalam perjalanan hidup dan hal itu ditanggapi dengan stres. Karena situasi-situasi tersebut maka dibutuhkan respon-respon khusus dari konselor guna membantu konseli yang tak berdaya. Aktivitas konselor dalam mengatasi situasi krisis adalah dengan intervensi langsung atau campur tangan, dukungan kadar tinggi, atau dengan konseling individual. Dalam kebanyakan krisis dan kehilangan, terdapat kecemasan akan perpisahan, perasaan kacaunya identitas, dan keharusan mengembangkan cara baru untuk memuaskan kebutuhan emosional yang mendasar. Teknik menopang atau dorongan semangat, harus dipakai pada tahap permulaan untuk menolong seorang yang sedang dalam krisis. Tujuannya ialah untuk mengurangi kegelisahan, rasa bersalah, dan ketegangan serta untuk memberikan dukungan emosi. Dorongan semangat dari konselor dapat menolong konseli mengatasi perasaan tak berdaya dan keputusasaannya. Tetapi satu hal yang perlu diingat, jangan terlalu banyak dorongan semangat sehingga melenyapkan semua rasa gelisah, karena sedikit rasa gelisah diperlukan untuk menimbulkan perubahan yang positif. Krisis terkait dengan perubahan mendadak dan tidak menentu, umumnya tidak dapat diprediksi kemunculannya dan biasanya dalam bentuk bencana alam seperti banjir, gunung meletus, maupun kebakaran. Dalam membantu siswa yang mengalami krisis, konselor sekolah dapat bekerja sama dengan pekerja sosial, psikolog, atau administrator membangun sebuah tim manajemen krisis yang efektif. Program ini diawali dengan mengidentifikasi krisis yang terjadi dan kebutuhan untuk mengevaluasi dampak krisis traumatis pada anak. Model untuk merancang sebuah program krisis berbasis sekolah mencakup penilaian tingkat trauma dan mekanisme pertolongan pertama psikologis di sekolah. Selain itu, karena hal ini terjadi pada anak yang berada pada tahap bermain. Play therapy merupakan suatu teknik konseling yang diberikan konselor kepada anak-anak yang berada pada situasi krisis dengan didasari oleh konsep bermain sebagai suatu cara komunikasi anak-anak dengan orang dewasa untuk mengungkapkan ekspresinya yang sifatnya alami. Maka
  • 7. konselor dapat menggunakan pendekatan ini untuk mengintervensi atau mengajak dialog dengan mereka sehingga tercipta perasaan yang lebih baik dan mengembangkan kemampuan untuk mengatasi masalah. Terapi bermain merupakan terapi yang dalam pelaksanaan terapi menggunakan media alat- alat bermain. Setiap permainan memiliki makna simbolis yang dapat membantu terapis untuk mendeteksi sumber permasalahan anak. 5. Jelaskan tipe-tipe reaksi anak terhadap situasi krisis! Jawab: Seorang anak yang berada dalam situasi krisis akan menimbulkan reaksi- reaksi seperti: panik, menangis, menjerit-jerit, tidak berdaya, ketakutan, butuh bantuan, tidak bisa menghadapi situasi, tidak tahu apa yang harus dilakukan, ingin melakukan sesuatu secepatnya, bila tidak bisa bertindak cepat akan terjadi bencana yang lebih besar dan semakin panik. 6. Mengapa konselor sekolah harus bekerjasama dengan keluarga dalam melakukan intervensi terhadap anak? Jawab: Konselor sekolah merupakan orang tua yang membimbing anak di sekolah. Sedangkan keluarga di rumah adalah orang yang membimbing anak di rumah. Kerjasama antara konselor sekolah dengan keluarga siswa merupakan sesuatu hal yang sangat penting. Kerjasama dengan orang tua biasa juga kita sebut kolaborasi antara konselor sekolah dengan orang tua siswa. Kolaborasi dengan orang tua merupakan suatu proses interaksi yang kompleks dan beragam yang melibatkan konselor, orang tua maupun siswa dalam memperoleh data. Hal tersebut dimaksudkan untuk membantu siswa dalam proses belajar maupun permasalahannya sehingga perkembangannya dapat berjalan secara optimal. Kolaborasi dengan orang tua ini sebagai salah satu pelayanan responsif yang bersifat preventif atau pencegahan.
  • 8. Referensi Budi, Anna Keliat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC. Hildayani, Rini, 2011. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka. Miramis, WF. 1995. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press. Nugraha. 2004. Strategi Pengembangan Sosial Emosional. Jakarta: Universitas terbuka. Santrock. 2002. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Penerbit Erlangga. Winkel, WS. 1991. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo. Fiorelli, Robin. 2013. Tahap Perkembangan Anak: Konsep Kematian dan Respon Duka. http://www.vitas.com. Diakses tanggal 05 Januari 2014.