Dokumen ini membahas koherensi regulasi pertembakauan dan pentingnya partisipasi masyarakat dalam pembentukan regulasi. Beberapa alat ukur koherensi regulasi dijelaskan seperti konflik regulasi, inkonsistensi, dan ketidakjelasan. Contoh kondisi regulasi pertembakauan di Indonesia menunjukkan masalah koherensi. Partisipasi masyarakat dalam pembentukan regulasi dijelaskan melalui tiga derajat
Salinan PP Nomor 23 Tahun 2024 (Jalan Tol) (1).pdf
KOHERENSI REGULASI PERTEMBAKAUAN YANG PARTISIPATIF
1. KOHERENSI REGULASI
PERTEMBAKAUAN YANG PARTISIPATIF
ALI RIDO, FAKULTAS HUKUM UNIVERSITASTRISAKTI.
Disampaikan pada Diskusi “Konsumen Mengawal Implementasi Regulasi Pertembakauan” yang diselenggarakan
Pakta Konsumen, 21 September 2022
3. ALAT UKUR KOHERENSI
Konflik Regulasi
Inkonsistensi
Regulasi
Multitafsir
Regulasi
Tidak Operasional
Legalitas
(Filosofis-Yuridis)
Kebutuhan –
Situsional
(Sosiologis)
E
K
S
E
S
I
F
?
4. KONDISI REGULASI/KEBIJAKAN DI SEKTOR
PERTEMBAKAUAN (CONTOH)
REGULASI KETERANGAN
PP No. 109 Tahun 2012 ▪ Nir-legalitas (Terjadi simplifikasi
pengaturan yaitu hanya Pengamanan
Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif
Berupa Produk Tembakau Bagi
Kesehatan
Perda Kota Bogor No. 10
Tahun 2018
▪ Konflik regulasi
▪ Nir-legalitas
SERGUB DKI Jakarta
No. 8
Tahun 2021
▪ Konflik regulasi
▪ Multi tafsir
▪ Nir-legalitas
6. PARTISIPASI DALAM PEMBENTUKAN REGULASI
Derajat Tertinggi
[Kemitraan (Partnership)]
Derajat Menengah
[Konsultasi (Consultation)]
Derajat Terendah
[Sosialisasi, Rapat dengar
pendapat, seminar, lokakarya,
dan/atau diskusi]
7. REKOMENDASI
Regulasi dipertahankan, jika: a) tidak berpotensi konflik dengan regulasi
lain terutama yang berkedudukan lebih tinggi; b) dibutuhkan oleh
masyarakat maupun oleh penyelenggara negara; dan 3) user friendly.
Regulasi direvisi, terdapat potensi masalah dan tidak ramah
urusan tetapi dibutuhkan oleh masyarakat maupun oleh
penyelenggara negara.
Regulasi dicabut, jika tidak memenuhi lagi untuk dipertahankan
maupun durevisi.