Negara-negara di seluruh dunia memungut pajak dari rakyatnya dalam berbagai macam bentuk, pajak penghasilan, pajak kendaraan, pajak bumi-bangunan, iuran dari ekstraksi sumber daya alam (royalti) dan lain sebagainya. John Locke menyatakan pembayaran pajak sebagai timbal balik atas pemenuhan kebutuhan rakyat untuk mendapatkan perlindungan dari negara. Perlindungan tersebut dapat dimaknai sebagai jaminan dan pemenuhan atas hak-hak dasar seperti hak untuk hidup, sehat, memiliki properti, dan pendidikan. Richard Murphy mempertegas prinsip perlindungan tersebut bahwa negara yang memungut pajak harus melindungi warganya tanpa diskriminasi dan menyediakan kebutuhan publik (public goods).
Panama Papers yang mengungkap kekayaan tersembunyi pemimpin dan politisi dunia, termasuk 1.038 wajib pajak Indonesia, menunjukkan bahwa korporasi rentan digunakan untuk praktik pencucian uang. Sebagaimana pemahaman global, pelaku kejahatan menyalahgunakan korporasi untuk menyembunyikan dan menyamarkan asal aser dan kebanyakan dari pelaku kejahatan tersebut disebut sebagai beneficial owner. Karenanya, pengungkapan beneficial ownership urgen untuk diterapkan di Indonesia, khususnya untuk mengungkap dan mengatasi kejahatan finansial, seperti pencucian uang dan penggelapan pajak, meningkatkan penerimaan pajak, serta mendukung iklim investasi. Indonesia telah mengumumkan sejumlah komitmen global terkait pengungkapan beneficial ownership dan advokasi bersama antara pemerintah dan organisasi non-pemerintah, termasuk masyarakat sipil, telah dilakukan untuk menjalankan komitmen tersebut.
Panama Papers yang mengungkap kekayaan tersembunyi pemimpin dan politisi dunia, termasuk 1.038 wajib pajak Indonesia, menunjukkan bahwa korporasi rentan digunakan untuk praktik pencucian uang. Sebagaimana pemahaman global, pelaku kejahatan menyalahgunakan korporasi untuk menyembunyikan dan menyamarkan asal aser dan kebanyakan dari pelaku kejahatan tersebut disebut sebagai beneficial owner. Karenanya, pengungkapan beneficial ownership urgen untuk diterapkan di Indonesia, khususnya untuk mengungkap dan mengatasi kejahatan finansial, seperti pencucian uang dan penggelapan pajak, meningkatkan penerimaan pajak, serta mendukung iklim investasi. Indonesia telah mengumumkan sejumlah komitmen global terkait pengungkapan beneficial ownership dan advokasi bersama antara pemerintah dan organisasi non-pemerintah, termasuk masyarakat sipil, telah dilakukan untuk menjalankan komitmen tersebut.
Penegakan Hukum dan Penemuan Hukum by I Gede AudittaI Gede Auditta
Penegakan Hukum dan Penemuan Hukum merupakan aspek penting dalam proses pelaksanaan hukum yang dilakukan oleh Hakim untuk mengeluarkan putusan. ~ I Gede Auditta ~
Contoh Nota Kesepahaman Pengambilalihan Saham Clean Terbaru (Beli Perjanjian,...GLC
Contoh Nota Kesepahaman Pengambilalihan Saham Clean Terbaru. Note : Anda dapat membeli Draft Perjanjian ini dengan mengklik di bawah ini:
https://sdklegal.company.site/products/NOTA-KESEPAHAMAN-RENCANA-PENGAMBILALIHAN-SAHAM-p524911350
Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) Tahun 1945 secara tegas menyatakan bahwa seluruh kekayaan alam yang ada di bumi Indonesia dikuasai oleh negara dan digunakan untuk mewujudkan kemakmuran rakyat.1 Minyak dan gas bumi (migas), serta pertambangan mineral dan batubara (minerba) merupakan beberapa kekayaan alam Indonesia, yang harus dikelola untuk mencapai tujuan Pasal 33 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945. Mengingat industri migas dan minerba tergolong sebagai industri ekstraktif yang high risk, high technology, dan high cost, maka pengelolaannya perlu dilakukan melalui kerja sama dengan berbagai pihak yang memiliki modal kapital maupun teknologi yang kompetitif. Kerja sama pengelolaan migas dan minerba ini sebagian besar dilakukan berdasarkan sistem kontrak. Dalam konteks Indonesia, sistem kontrak banyak digunakan untuk kegiatan sektor hulu yang mencakup kegiatan eksplorasi dan eksploitasi/produksi migas dan minerba, sedangkan untuk kegiatan
hilir dilaksanakan melalui pemberian izin usaha.2 Sejak tahun 2009, sebagian sektor hulu minerba dilaksanakan melalui sistem perizinan
Penegakan Hukum dan Penemuan Hukum by I Gede AudittaI Gede Auditta
Penegakan Hukum dan Penemuan Hukum merupakan aspek penting dalam proses pelaksanaan hukum yang dilakukan oleh Hakim untuk mengeluarkan putusan. ~ I Gede Auditta ~
Contoh Nota Kesepahaman Pengambilalihan Saham Clean Terbaru (Beli Perjanjian,...GLC
Contoh Nota Kesepahaman Pengambilalihan Saham Clean Terbaru. Note : Anda dapat membeli Draft Perjanjian ini dengan mengklik di bawah ini:
https://sdklegal.company.site/products/NOTA-KESEPAHAMAN-RENCANA-PENGAMBILALIHAN-SAHAM-p524911350
Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) Tahun 1945 secara tegas menyatakan bahwa seluruh kekayaan alam yang ada di bumi Indonesia dikuasai oleh negara dan digunakan untuk mewujudkan kemakmuran rakyat.1 Minyak dan gas bumi (migas), serta pertambangan mineral dan batubara (minerba) merupakan beberapa kekayaan alam Indonesia, yang harus dikelola untuk mencapai tujuan Pasal 33 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945. Mengingat industri migas dan minerba tergolong sebagai industri ekstraktif yang high risk, high technology, dan high cost, maka pengelolaannya perlu dilakukan melalui kerja sama dengan berbagai pihak yang memiliki modal kapital maupun teknologi yang kompetitif. Kerja sama pengelolaan migas dan minerba ini sebagian besar dilakukan berdasarkan sistem kontrak. Dalam konteks Indonesia, sistem kontrak banyak digunakan untuk kegiatan sektor hulu yang mencakup kegiatan eksplorasi dan eksploitasi/produksi migas dan minerba, sedangkan untuk kegiatan
hilir dilaksanakan melalui pemberian izin usaha.2 Sejak tahun 2009, sebagian sektor hulu minerba dilaksanakan melalui sistem perizinan
Buku Saku Mengenal UU Keterbukaan Informasi PublikLBH Masyarakat
Indonesia, beberapa waktu yang lalu telah mengesahkan
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik. Kehadiran undang-undang ini tentu layak mendapat apresiasi positif karena menjadi landasan hukum bagi setiap orang untuk hak atas informasi, sekalipun dalam beberapa hal, undang-undang ini memiliki keterbatasan.
Buku saku ini disusun sebagai upaya untuk mengenalkan undang-undang yang baru tersebut kepada Pendamping masyarakat dan aktivis Ornop. Diharapkan setelah membaca buku saku ini dapat memperoleh pemahaman yang mendasar mengenai undang-undang tersebut, sehingga dapat menggunakannya ketika diperlukan
terutama dalam kerja-kerja mendampingi masyarakat.
Publikasi dokumen kontrak dan perizinan di sektor industri ekstraktif, khususnya minyak dan gas bumi (migas) dan tambang merupakan keharusan. Pertama, hal tersebut penting untuk melacak aliran pendapatan dari sektor industri ekstraktif, serta melindungi keadilan sosial dan lingkungan. Dokumen kontrak dan perizinan di sektor industri ekstraktif selalu melibatkan sumber daya publik dan selalu menjadi dasar berbagai kebijakan publik dalam aspek fikal, sosial, dan lingkungan. Dalam konteks ini, publik berhak dan harus tahu isi dokumen-dokumen tersebut. Kedua, publikasi dokumen kontrak dan perizinan kepada publik juga berkontribusi dalam mengurangi praktek-praktek korupsi yang sering dilakukan oleh pemerintah dan perusahaan.
Ketiga, praktek keterbukaan dokumen kontrak dan perizinan telah banyak dilakukan di berbagai negara, setidaknya 29 negara telah mempublikasikan dokumen kontrak dan perizinan di sektor ekstraktif, seperti Kolombia, Ghana, Guinea, Irak, Liberia, Peru, Timor-Leste, Filipina dan Amerika Serikat. Bahkan perusahaan-perusahaan sektor ekstraktif, seperti Rio Tinto, ExxonMobil, British Petroleum, SOCAR, Amaco, Lukoil, Elf and Statoil, Tullow Oil, dan Kosmos Energy. Dukungan untuk mempublikasikan dokumen kontrak dan perizinan juga dilakukan oleh lembaga-lembaga internasional, seperti World Bank Group’s International Finance Corporation (IFC), International Monetary Fund (IMF), dan the International Bar Association
Materi sosialisasi Komisi Informasi tentang "Keterbukaan Informasi Publik" di...infomagetan
PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI UU 14/2008 TENTANG
KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK
Disampaikan di MAGETAN,
15 DESEMBER 2011
BIO DATA
Bio Data
TUJUAN UNDANG-UNDANG
UU No. 14 tahun 2008
TUNTUTAN REFORMASI
TUNTUTAN REFORMASI DAN TRANSPARANSI
Jeremy Bentham, filsuf kelahiran Inggris lebih dari 250 tahun lalu menyebutkan:
Berbagai macam penyelewengan sangat mungkin terjadi pada lembaga yg tidak terbuka. Hanya dengan keterbukaan , pengawasan dan keadilan bisa terwujud
Meutghia Ganie Rochman, sosiolog:
Transparansi dan akuntabilitas adalah kata kunci reformasi birokrasi. (Tri Agung K, Kompas21/12/09).
Dari lima sasaran reformasi birokrasi yang pernah digadang-gadang berbagai kalangan, yakni;
1. Birokrasi yang bersih
2.Birokrasi yang efisien dan hemat
3.Birokrasi yang transparan
4.Birokrasi yang melayani, dan
5.Birokrasi yang terdesentralisasi,
Konon baru sasaran yang kelimalah (birokrasi yang terdesentralisasi) yang baru terlaksana.
Secara sederhana dapat dideskripsikan: UU KIP mengatur, bahwa masyarakat berhak mendapatkan informasi publik dari setiap Badan Publik, dan Badan Publik wajib menyediakan dan memberikannya. Apabila masyarakat (selaku pemohon informasi) tidak mendapatkan informasi publik yang dimintanya atau tidak puas atas pelayanan Badan Publik, dapat mengadukannya ke Komisi Informasi. Bahkan meminta keadilan sampai ke Mahkamah Agung. Untuk memudahkan pembahasan mengenai UU KIP ini, paling tidak ada sejumlah pertanyaan teknis;
1. INFORMASI YG BAGAIMANA YG HARUS DISEDIAKAN / DIBERIKAN BADAN PUBLIK?
2. BAGAIMANA PROSEDURNYA?
3. APAKAH SEMUA INFORMASI TERBUKA ATAU ADA PENGECUALIAN? BAGAIMANA
MENENTUKANNYA? SIAPA YG BERHAK MENENTUKAN INFORMASI YG DIKECUALIKAN?
4. APA PERAN KOMISI INFORMASI?
5. APA KRITERIA ATAU SIAPA SAJA YG DISEBUT BADAN PUBLIK?
6. LALU, BAGAIMANA BADAN PUBLIK MENGHADAPI PERMINTAAN INFORMASI DARI
MASYARAKAT DAN SIAPA PEJABAT YG BERTANGGUNGJAWAB?
7. INFORMASI PUBLIK APA SAJA YANG HARUS DIUMUMKAN SECARA BERKALA DAN
WAJIB DISEDIAKAN SETIAP SAAT ?
8.BAGAIMANA MELAKUKAN UJI KONSEKWENSI?
9. BAGAIMANA MELAKSANAKAN BANDING ADMINISTRATIF?
10. BAGAIMANA MENGAJUKAN PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI?
LEMBAGA MEDIASI DAN AJUDIKASI
Keberadaan Komisi Informasi
LEMBAGA MEDIASI DAN AJUDIKASI
Komisi Informasi Pusat dan Provinsi
Komisi Informasi Pusat bertugas:
menetapkan prosedur pelaksanaan penyelesaian sengketa melalui Mediasi dan/atau Ajudikasi non litigasi;
menerima, memeriksa, dan memutus Sengketa Informasi Publik di daerah selama Komisi Informasi provinsi dan/atau Komisi Informasi kabupaten/kota belum terbentuk; dan
memberikan laporan mengenai pelaksanaan tugasnya berdasarkan Undang-Undang ini kepada Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia setahun sekali atau sewaktu-waktu jika diminta.
3. Komisi Informasi provinsi dan/atau Komisi Informasi kabupaten/kota bertugas menerima, ...
1. Nyawiji Nandur Kanggo Lestarine Kendeng
2. Sedulur Kendeng Social Audit Training: Increasing Community Participation in Development Oversight
3. Sedulur Kendeng Social Audit Training: Increasing Community Participation in Development Oversight
4. Self-led influencing: Shifting the Empowerment Narrative
5. Moeldoko and JMPPK Discuss Kendeng Mountain Study
1. Aliansi Masyarakat Sipil: “RPJMD Harus Inklusif, Adil dan Berkelanjutan”
2. Lingkar Belajar Advokasi Kebijakan dan Temu Kartini Kendeng
3. Kendeng Tadarus Kanggo Ibu Bumi
4. “Surat Super Soko Semar (SUPERSEMAR)“ KLHS Perintah Presiden, Harus Dijalankan !!!
5. Para Kartini dari Jawa Tengah Ini akan Terus Suarakan Kelestarian Bumi
6. JMPPK Bangun Posko Pantau Pelanggaran Tambang Pegunungan Kendeng
1. The Civil Society Alliance: "The RPJMD of Central Java Province Must Be Inclusive, Fair and Sustainable"
2. Community Training on Policy Advocacy and Kendeng Women Gathering
3. Kendeng Community Recites Al-Quran for the Mother Nature
4. “Letter of Super Soko Semar (SUPERSEMAR)” KLHS Orders President, Must Be Done !!!
5. These Kartini from Central Java Will Continue to Speak Out for the Sustainability of the Earth
6. JMPPK Builds Command Post to Monitor Kendeng Mountain Mining Violations
1. Nyawiji Nandur Kanggo Lestarine Kendeng
2. mplikasi Omnibus Law terhadap Upaya Penataan Ruang dan Pencegahan Korupsi Sektor Sumber Daya Alam
3. Prinsip Berdikari: Menggeser Narasi Pemberdayaan
4. Pelatihan Audit Sosial: Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pengawasan Pembangunan
5. Moeldoko dan JMPPK Bahas Kajian Pegunungan Kendeng
Compared with other sources of energy, oil and gas continue to become primary sources of energy in Indonesia with the highest level of consumption. Apart from propping up almost one third of national revenue, oil and gas also significantly contribute to create job opportunities, supply the need of fuel, petrochemical industry which in turn effectively enhances investment and economy.
As a natural resource contained within the bowel of the earth, the constitution of the Republic of Indonesia asserts that the ownership and enterpreneurship of national oil and gas industry is controlled by the state and immensely benefitted to the welfare of people accordingly (constitution 1945, article 33). Furthermore, it is asserted through the law 22/2001 on oil and gas that the control by the state is administered by the government as the holder of mining right. It means, the government is entitled with authority to administer the exploration and exploitation of oil and gas throughout Indonesian territory.
Saat ini EITI sedang menyusun sebuah tinjauan strategis untuk memperbaiki standar EITI di masa depan. Salah satu proposal yang diangkat adalah mengenai dorongan atau permintaan membuka kontrak antara pemerintah dan perusahaan ekstraktif. Dewan EITI saat ini sedang mengumpulkan pandangan dari Negara pelaksana EITI perihal hal ini. Jika disetujui, maka keputusan terhadap topik ini akan dimasukkan sebagai bagian dari keputusan Dewan dalam Konferensi Global EITI ke-6 yang akan diselenggarakan di Sydney bulan Mei 2013.
Keterbukaan informasi publik merupakan hak asasi setiap warga negara yang mendukung pengembangan diri dan kehidupan seseorang, baik secara pribadi/individu maupun dalam hubungan sosialnya, serta dalam menjalankan peran kehidupan berbangsa dan bernegara secara baik dan bertanggung jawab. Keterbukaan informasi publik merupakan salah satu ciri dari negara demokratis, dan menjadiprasyarat dalam partisipasi, transparansi, dan akuntablitas dalam tata kelola pemerintahan yang baik. Keterbukaan informasi publik dapat mendorong kemajuan sebuah bangsa, karena memungkinkan adanya kontrol publik serta mendorong terciptanya check and balances.
In Indonesia, natural resources including oil and gas, mineral and coal mining are controlled by the state and managed for the greatest prosperity of the people1. This means that the country and its citizens are the true owners of the natural resource wealth. While, the utilization is represented by the government so that it is managed as well as possible for the purpose of people’s welfare in accordance with the stipulated provisions. In realizing the benefits of welfare, transparency and accountability in the management of natural resources are absolutely essential.
Openness of public information is a human right of every citizen who supports self- development and the life of a person, both personally / individually and in social relations, and in carrying out the role of national and state life in a good and responsible manner. Openness of public information is one of the characteristics of a democratic country, and is a prerequisite for participation, transparency and accountability in good governance. Openness of public information can encourage the progress of a nation, because it allows for public control and encourages the creation of checks and balances
Keterbukaan dalam menjalankan pemerintahan dibutuhkan untuk mewujudkan pemerintahan yang partisipatif, dimana masyarakat dapat aktif berpartisipasi mengawal dan mengawasi jalannya pemerintahan. Untuk mendukung hal tersebut, Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk menggunakan prinsip keterbukaan informasi kepada publik di antaranya melalui Undang-Undang No.14 Tahun 2008 tentang keterbukaan publik dan lahirnya Open Government Partnership (OGP) yang kini beranggotakan 78 negara, dimana Indonesia menjadi salah satu pelopornya, serta lahirnya Perpres No. 39 Tahun 2019 tentang Satu Data
The principle of openness in running the government is needed to realize a participatory government where people can actively participate in overseeing policy implementation. To support this, the Government of Indonesia has committed to use the principle of public information disclosure, which is shown through Law No. 14/2008. Moreover, Indonesia had participated in Open Government Partnership (OGP) which has 78-member countries which Indonesia is one of the pioneers of OGP, as well as Presidential Decree No.39/2019 on Satu Data (One Data) Indonesia.
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menerbitkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 9 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batu Bara pada September, 2019. Dalam peraturan tersebut, Pemerintah memasukkan ketentuan yang mengatur tentang data dan sistem informasi pertambangan. Pemerintah Provinsi NTB juga menjamin ruang bagi publik untuk berpartisipasi melakukan pengawasan terhadap operasional pertambangan di wilayahnya. Dua klausul ini merupakan jawaban atas persoalan-persoalan mendasar yang dialami masyarakat yang hidup di sekitar tambang, diantaranya adalah minimnya akses informasi dan ruang partisipasi.
The government of West Nusa Tenggara Province issued a Local Government Regulation on Mining Governance in September 2019. In this newly-issued regulation, there is a specific chapter on data and information systems of the mining sector and also provisions that guarantee public participation to monitor mining activities in the province. This is an answer to the problems faced by the people living near mining areas in West Nusa Tenggara Province.
West Nusa Tenggara Province (NTB) is one of the provinces with abundant metal and non-metal mineral resources and spread in almost all districts / cities. Now, there are 261 Mining Business Licenses (IUP) in NTB, consisting of 27 metal mineral IUPs and 234 rock IUPs (NTB ESDM Service, 2019). From 27 metal mineral IUPs, in fact there are 11 IUPs covering an area of 35,519 ha that are indicated to be in protected and conservation forest areas (DG Minerba, MEMR, 2017). Whereas based on Law number 41 of 1999 concerning Forestry, the two regions may not be used for mining activities.
The need for contract (and licensing documents) openness in the extractive industries is currently getting stronger, along with public demands for a transparent and accountable extractive industry governance. Some cases have shown a good precedent of contract openness in the said sector in Indonesia
Komisi Informasi telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor 2 Tahun 2020 tentang Pelayanan Informasi Penyediaan Publik dalam masa Darurat Kesehatan Masyarakat Akibat CoronaVirus Disease 2019 (Covid-19). Surat Edaran (SE) ini mengatur ketentuan penyediaan informasi terkait penanganan Covid-19 yang mudah dijangkau dan dipahami oleh masyarakat. Sehingga, diperlukan sebuah kajian untuk menilai pemenuhan hak informasi masyarakat, dan secara khusus menilai efektivitas implementasi SE tersebut. Kaji cepat ini bertujuan untuk; (1) mengetahui gambaran tata kelola keterbukaan informasi penanganan Covid-19 di Nusa Tenggara Barat (NTB) selama masa tanggap darurat Covid-19; dan (2) menilai sejauh mana efektivitas implementasi Surat Edaran Komisi Informasi Pusat Nomor 2 tahun 2020 di NTB. Hasil kaji cepat ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 dalam meningkatkan efektivitas penanganan Covid-19, serta meningkatkan partisipasi publik selama masa tanggap darurat. Kaji cepat ini dilaksanakan menggunakan metode survei secara online dan tatap muka selama 10 hari sejak tanggal 28 April-5 Mei 2020. Survei tatap muka dilakukan di Kabupaten Lombok Tengah, Lombok Barat dan Kota Mataram. Jumlah responden seluruhnya sebanyak 582 orang yang berasal dari seluruh kabupaten/kota di NTB. Sedangkan jumlah responden tatap muka sebanyak 121 orang yang dipilih secara acak berdasarkan jenis kelamin, usia, dan tingkat kesejahteraan rumah tangga.
Countries around the world collect taxes from their people in various forms, income tax, vehicle tax, land-building tax, fees from extraction of natural resources (royalties) and so forth. John Locke declared tax payments as reciprocity for meeting the people’s needs to get protection from the state.1 Such protection can be interpreted as guarantee and fulfillment of basic rights such as the right to life, health, ownership of property, and education.2 Richard Murphy emphasized the principle of protection, countries that collect taxes must protect their citizens without discrimination and provide public goods.3
Di Indonesia, kekayaan alam termasuk di dalamnya minyak dan gas bumi (migas) dan pertambangan mineral dan batubara (minerba) dikuasai
oleh negara dan dikelola untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat1. Ini artinya bahwa negara dan warganya adalah pemilik sesungguhnya kekayaan sumber daya alam (SDA). Sedangkan pemanfatannya diwakilkan kepada pemerintah agar dikelola dengan sebaik-baiknya untuk tujuan kesejahteraan rakyat sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Dalam mewujudkan manfaat kesejahteraan itu, maka transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan SDA mutlak untuk dilaksanakan
Article 33 paragraph (3) of the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia expressly states that all-natural resources in the land of Indonesia are controlled by the state and used to realize the prosperity of the people.1 Oil and gas, as well as minerals and coal are some of Indonesia’s natural wealth, which must be managed to achieve the objectives of Article 33 paragraph (3) of the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia. Considering that oil and gas, mineral and coal are classified as high risk, high technology, and high cost industries, the management needs to be done in collaboration with various parties who have capital and competitive technology. Most of the cooperation in oil and gas, mineral and coal management is carried out based on the contract system. In the Indonesian context, the contract system is widely used for upstream sector activities that include exploration and exploitation/production of oil and gas, and mineral and coal, while for downstream activities it is implemented through the granting of a business license.2 Since 2009, part of the upstream mineral and coal sector has been implemented through a licensing system.
1. Mendorong Keterbukaan Kontrak dan Perizinan di Sektor industri Ekstraktif
2. Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pengawasan Pertambangan Melalui Pemanfaatan Dokumen Perizinan
3. Menakar Peluang Keterbukaan Kontrak dan Izin Tambang di Provinsi NTB
4. Konsolidasi Masyarakat Sipil Pulau Jawa dalam Mendorong Keterbukaan Kontrak dan Izin sebagai Upaya Pencegahan Korupsi
5. Mengakses Informasi Tambang, Upaya Awal Mengembalikan Kelestarian Lingkungan
More from Publish What You Pay (PWYP) Indonesia (20)
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Kementerian Kesehatan menggulirkan transformasi sistem kesehatan.
Terdapat 6 pilar transformasi sistem kesehatan sebagai penopang kesehatan
Indonesia yaitu: 1) Transformasi pelayanan kesehatan primer; 2) Transformasi
pelayanan kesehatan rujukan; 3) Transformasi sistem ketahanan kesehatan;
4) Transformasi sistem pembiayaan kesehatan; 5) Transformasi SDM
kesehatan; dan 6) Transformasi teknologi kesehatan.
Transformasi pelayanan kesehatan primer dilaksanakan melalui edukasi
penduduk, pencegahan primer, pencegahan sekunder dan peningkatan
kapasitas serta kapabilitas pelayanan kesehatan primer. Pilar prioritas
pertama ini bertujuan menata kembali pelayanan kesehatan primer yang ada,
sehingga mampu melayani seluruh penduduk Indonesia dengan pelayanan
kesehatan yang lengkap dan berkualitas.
Penataan struktur layanan kesehatan primer tersebut membutuhkan
pendekatan baru yang berorientasi pada kebutuhan layanan di setiap
siklus kehidupan yang diberikan secara komprehensif dan terintegrasi
antar tingkatan fasilitas pelayanan kesehatan. Pendekatan baru ini disebut
sebagai Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer, melibatkan Puskesmas, unit
pelayanan kesehatan di desa/kelurahan yang disebut juga sebagai Puskesmas
Pembantu dan Posyandu. Selanjutnya juga akan melibatkan seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan primer.
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Muh Saleh
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 merupakan survei yang mengintegrasikan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGI). SKI 2023 dikerjakan untuk menilai capaian hasil pembangunan kesehatan yang dilakukan pada kurun waktu lima tahun terakhir di Indonesia, dan juga untuk mengukur tren status gizi balita setiap tahun (2019-2024). Data yang dihasilkan dapat merepresentasikan status kesehatan tingkat Nasional sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota.
Ketersediaan data dan informasi terkait capaian hasil pembangunan kesehatan penting bagi Kementerian Kesehatan, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai bahan penyusunan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang lebih terarah dan tepat sasaran berbasis bukti termasuk pengembangan Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2024-2029) oleh Kementerian PPN/Bappenas. Dalam upaya penyediaan data yang valid dan akurat tersebut, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam penyusunan metode dan kerangka sampel SKI 2023, serta bersama dengan Lintas Program di Kementerian Kesehatan, World Health Organization (WHO) dan World Bank dalam pengembangan instrumen, pedoman hingga pelaporan survei.
Disampaikan dalam Drum-up Laboratorium Inovasi Kabupaten Sorong, 27 Mei 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, S.H., MA.
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
Disampaikan pada PKN Tingkat II Angkatan IV-2024 BPSDM Provinsi Jawa Tengah dengan Tema “Transformasi Tata Kelola Pelayanan Publik untuk Mewujudkan Perekonomian Tangguh, Berdayasaing, dan Berkelanjutan”
Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo, S.H., MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
2. 2
A. Pendahuluan
1) John Locke, Second Treatise of Government, 1690
2) Ibid.
3) Richard Murphy, A Code of Conduct for Taxation, Association of Accountancy and Business Affairs, Tax Justice Network, & Tax
Research LLP, 2007, https://www.taxjustice.net/cms/upload/pdf/AABA-TR-Code_long.pdf
4) Yenny Sucipto & Yenti Nurhidayat, Memantau Anggaran dan Belanja Daerah: Panduan untuk Komunitas Lingkar Tambang, PWYP
Indonesia, 2015.
5) Ibid.
6) Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, http://www.dpr.go.id/jdih/uu1945
7) Christopher Bovis, European Integration and Public Procurement dalam Public Procurement in the European Union, London:
Palgrave Macmillan, 2005.
8) EITI International Secretariat, Contract Transparency in Oil, Gas, and Mining: Opportunities for EITI Countries, EITI Secretariat,
Juni 2018. https://eiti.org/files/documents/2018_eiti_contract_transparency_brief.pdf
Negara-negara di seluruh dunia memungut pajak
dari rakyatnya dalam berbagai macam bentuk,
pajak penghasilan, pajak kendaraan, pajak bumi-
-bangunan, iuran dari ekstraksi sumber daya alam
(royalti) dan lain sebagainya. John Locke menya-
takan pembayaran pajak sebagai timbal balik atas
pemenuhan kebutuhan rakyat untuk mendapatkan
perlindungan dari negara.1
Perlindungan tersebut
dapat dimaknai sebagai jaminan dan pemenuhan
atas hak-hak dasar seperti hak untuk hidup, sehat,
memiliki properti, dan pendidikan.2
Richard Mur-
phy mempertegas prinsip perlindungan tersebut
bahwa negara yang memungut pajak harus melin-
dungi warganya tanpa diskriminasi dan menyedia-
kan kebutuhan publik (public goods).3
Dari sisi negara, pemungutan pajak ini menjadi
penting bagi negara sebagai sumber pemasukan.
Dengan demikian, negara dapat membiayai ope-
rasionalnya seperti membayar gaji pejabat, pe-
gawai, polisi dan penegak hukum lainnya untuk
memberikan pelayanan dan perlindungan kepada
rakyat. Selain itu, negara juga memiliki anggaran
untuk melaksanakan berbagai kebijakan dan pro-
gram yang bertujuan menyejahterakan warganya.
Anggaran negara yang disusun secara berkala
merupakan cerminan dari tanggung jawab dan ke-
wenangan negara.4
Anggaran negara juga sebagai
alat perencanaan dan pengendalian dalam me-
laksanakan fungsi dan mencapai tujuan negara:5
melindungi warganya, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
serta dalam ketertiban dunia.6
Dalam mewujudkan tujuan tersebut, negara melak-
sanakan berbagai kebijakan dan program di bidang
pendidikan, kesehatan, pembangunan infrastruk-
tur, dan berbagai sektor lainnya. Dalam menjalan-
kan kebijakan dan program tersebut, pemerintah
melakukan pengadaan publik. Pengadaaan publik
dimaknai sebagai suatu sistem untuk memperoleh
segera barang, dan/atau jasa yang penting oleh
negara dan institusinya demi kepentingan publik.7
Pelaksanaan pengadaan publik tersebut seringkali
melibatkan pihak di luar negara sebagai penye-
dia barang dan/atau jasa. Negara sebagai bentuk
representasi dari kepentingan rakyat/publik ke-
mudian mengikatkan diri dalam hubungan hukum
keperdataan dengan pihak tersebut melalui per-
janjian atau seringkali disebut kontrak.8
3. 3
B. Keterbukaan Kontrak (Open Contracting)
9) Marie Chêne, The Benefits of Open Contracting, U4, 2012. https://www.u4.no/publications/the-benefits-of-open-contracting.
pdf
10) Open Government Partnership (OGP), OGP Global Report: Open Contracting, OGP, 2019, https://www.opengovpartnership.org/
wp-content/uploads/2019/05/Global-Report_Open-Contract.pdf. Lihat juga Nilufa Khanom, Conceptual Issues in Defining Public
Private Partnerships (PPPs), International Review of Business Research Papers Volume. 6. 150-163, 2012.
11) Indonesia (2), Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1960 tentang Pertambangan Minyak dan Gas
Bumi, Pasal 6 ayat (2).
12) Indonesia (3), Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing, Pasal 8.
13) Indonesia (4), Undang-Undang No. 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan, Pasal 10.
14) Dessy Eko Prayitno, Kerangka Hukum Keterbukaan Kontrak di Indonesia, PWYP Indonesia, 2020.
15) Indonesia (4), Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, Pasal 169 huruf a. Lihat pula
Indonesia (4), op.cit., Pasal 10.
16) Open Contracting Partnership, Transforming Public Contracting Through Open Data & Smarter Engagement, https://www.
open-contracting.org/what-is-open-contracting/
Kontrak pada umumnya dimaknai sebagai doku-
men fisik yang berisi kesepakatan dua pihak atau
lebih dalam bidang keperdataan. Lebih jauh dari
itu, keterbukaan kontrak dalam inisiatif open
contracting merupakan publikasi dan transpa-
ransi kontrak kerja pemerintah, mulai dari tahap-
an penunjukan hingga pengawasan dan evaluasi
pelaksanaan kontrak.9
Keterbukaan kontrak tidak
hanya terkait pengadaan publik berupa barang
atau jasa, tetapi juga melingkupi berbagai bentuk
kesepakatan. Berbagai kesepakatan antara peme-
rintah dengan pihak ketiga (perusahaan) misalnya
konsesi yang umumnya digunakan untuk pengelo-
laan kekayaan sumber daya alam atau kesepakat-
an pemerintah dan swasta (public-private partner-
ship) untuk kerja sama institusional jangka panjang
dalam penyediaan layanan publik/pembangunan
infrastruktur.10
Sistem kontrak dalam pengelolaan migas, pertama
kali diatur dalam Undang-Undang No. 44 Prp Ta-
hun 1960, yang disebut sebagai perjanjian karya.11
Perjanjian karya ini, dalam Undang-Undang No. 1
Tahun 1967 disebut sebagai kontrak karya,12
se-
dangkan dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 1967
tetap disebut sebagai perjanjian karya.13
Dalam pe-
laksanaannya, perjanjian atau kontrak karya migas
yang dikenal di Indonesia adalah kontrak bagi ha-
sil (KBH)/production sharing contract (PSC), baik
melalui joint operation body (JOB), gross split, ma-
upun cost recovery.14
Untuk sektor pertambang-
an mineral dan batu bara, dikenal sebagai perjan-
jian karya pengusahaan pertambangan batu bara
(PKP2B).15
Gagasan keterbukaan kontrak mengemuka karena
pengadaan publik tersebut menggunakan anggar-
an negara sehingga dalam proses pengadaan, pe-
laksanaan, dan hingga evaluasinya haruslah dapat
diketahui oleh publik.16
4. 4
Jaminan Hukum
17) Pasal 19 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
18) Human Rights Initiative, Right to Information: International Standards, https://www.humanrightsinitiative.org/programs/ai/rti/
international/intl_standards.htm
19) Ibid.
20) Ibid.
Jaminan hukum atas keterbukaan dan/atau akses
atas informasi merupakan bagian penting dan tak
terpisahkan dari keterbukaan kontrak. Berbagai
instrumen hukum internasional dan nasional telah
menjamin keterbukaan dan akses warga terhadap
informasi publik. Pada tahun 1948, Deklarasi Uni-
versal Hak Asasi Manusia (DUHAM) menjamin se-
tiap orang memiliki hak untuk menerima dan mem-
bagi informasi dalam bentuk dan situasi apa pun.17
Hal ini kemudian diperinci dan dipertegas pada
tahun 1966 melalui Kovenan Hak Sipil dan Politik
(ICCPR) yang kemudian diratifikasi menjadi dasar
hukum yang berlaku di Indonesia melalui Undang-
-undang No. 12 Tahun 2005. Pemenuhan hak atas
informasi mengalami kemajuan setelah pada tahun
1998 Special Rapporteur dari Komisi untuk Hak
Asasi Manusia PBB mengeluarkan resolusi yang
mewajibkan negara untuk menjamin akses terha-
dap informasi. Jaminan ini terutama terhadap in-
formasi yang dimiliki oleh negara dalam berbagai
macam bentuk.
Pada tahun 2005, hak atas informasi kemudian di-
tegaskan sebagai hak asasi manusia yang funda-
mental untuk seluruh warga yang wajib dipenuhi
negara dengan mengesahkan hukum “berdasar-
kan prinsip keterbukaan yang maksimal”.18
Pe-
negasan tersebut dilakukan oleh Organization of
American States and Organization for Security and
Co-operation in Europe karena hak atas informasi
diyakini mampu mewujudkan partisipasi demokra-
tik, akuntabilitas negara, dan mencegah korup-
si.19
Gambar 1 di bawah ini memperinci beberapa
prinsip-prinsip utama hak atas informasi yang dite-
tapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).20
Prinsip PBB
terhadap
Hak Atas
Informasi
Lembaga publik berkewajiban membuka informasi kepada publik
Lembaga publik mempublikasikan dan menyebarluaskan secara luas dokumen yang
signifikan bagi kepentingan publik
Menentukan kriteria dan mekanisme untuk mengatasi kultur kerasahasiaan di pe-
merintahan
Pembatasan keterbukaan informasi harus ditentukan secara terbatas
Seluruh lembaga publik diwajibkan menyediakan layanan informasi yang terbuka
dan terjangkau
Biaya rendah/murah untuk memperoleh informasi
Menganggap semua pertemuan lembaga publik terbuka
Mewajibkan aturan hukum lain tunduk terhadap rezim keterbukaan informasi
Memberikan perlindungan hukum bagi petugas yang membuka informasi mengenai
pelanggaran lembaga publik
Gambar 1: Prinsip-Prinsip Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terhadap Hak atas Informasi
5. 5
Perkembangan dunia mengenai hak atas informa-
si direspon baik oleh masyarakat sipil, pemerintah
dan parlemen Indonesia. Undang-Undang nomor
14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik (UU KIP) menegaskan kewajiban negara
untuk diseminasi informasi dan hak publik untuk
mengaksesnya. Pasal 11 ayat 1 huruf (e) UU KIP
tersebut mewajibkan Badan Publik untuk menye-
diakan setiap saat perjanjian (kontrak) Badan pub-
lik dengan pihak ketiga. Selain itu, pasal tersebut
juga mengatur bahwa segala hasil keputusan Ba-
dan publik beserta pertimbangannya, dan rencana
kerja proyek termasuk perkiraan pengeluaran ta-
hunan Badan Publik sebagai informasi yang wajib
disediakan setiap saat. Ketentuan ini yang men-
jadi landasan utama untuk mendorong pening-
katan keterbukaan dan akses terhadap kontrak
pemerintah.
Peraturan Komisi Informasi (Perki) Nomor 1 tahun
2010 tentang Standar Layanan Informasi Publik
juga mengamanatkan “setiap Badan publik wajib
mengumumkan secara berkala Informasi Publik
yang sekurang-kurangnya terdiri atas informasi
tentang pengumuman pengadaan barang dan jasa
sesuai dengan peraturan perundang-undangan
terkait”. Keterbukaan kontrak pemerintah ini juga
menjadi babak baru atas jaminan dan pelaksanaan
keterbukaan informasi di Afrika Selatan.
Secara lebih rinci, Indonesia Corruption Watch
(ICW) mengklasifikasi informasi yang terbuka dan
wajib dipublikasikan dalam pengadaan publik be-
rupa barang dan jasa, diantaranya:
6. 6
Tabel 1. Informasi dalam Pengadaan Publik (diadopsi dari ICW)21
Perencanaan Lelang/Pengadaan Paska Lelang/Pengadaan
⁘⁘ Sumber Dana
⁘⁘ Pagu Anggaran
⁘⁘ Kementerian/Lembaga dan
Perangkat Daerah yang Me-
lakukan Pengadaan
⁘⁘ Satuan Kerja
⁘⁘ Metode Pemilihan
⁘⁘ Periode Pekerjaan
⁘⁘ Periode Pemilihan
⁘⁘ ID Pengadaan (Tercakup
Rencana Umum Pengadaan
(RUP))
⁘⁘ Pengumuman Lelang
⁘⁘ Sumber Dana
⁘⁘ Pagu Anggaran
⁘⁘ Harga Perkiraan Sendiri
(HPS)
⁘⁘ Metode Pemilihan
⁘⁘ Metode Evaluasi
⁘⁘ Cara Memasukkan Dokumen
Penawaran
⁘⁘ Peserta
⁘⁘ Harga Penawaran
⁘⁘ Pemenang (Nama, Alamat,
NPWP)
⁘⁘ Kategori Pengadaan (Ba-
rang, Jasa, Konstruksi, Jasa
Lainnya)
⁘⁘ Jenis Kontrak
⁘⁘ Lokasi Pekerjaan
⁘⁘ Kualifikasi Usaha (Kecil, Non-
-Kecil, dan Lainnya)
⁘⁘ Syarat Kualifikasi
⁘⁘ Tanggal Penandatanganan
Kontrak
⁘⁘ Harga Setelah Negosiasi/
Kontrak
21) Dessy Eko Prayitno, Sulastio, Elizabeth Napitupulu, Policy Brief: Transparansi Kontrak dan Perizinan dalam Industri Ekstraktif,
PWYP Indonesia: Februari 2018.
22) Dessy Eko Prayitno, Sulastio, Elizabeth Napitupulu, Policy Brief: Transparansi Kontrak dan Perizinan dalam Industri Ekstraktif,
PWYP Indonesia: Februari 2018.
Pada kerja sama dalam pengelolaan minyak, gas
dan mineral, keterbukaan kontrak seharusnya me-
liputi:22
1. Teks lengkap kontrak, konsesi, kesepakatan
bagi hasil produksi atau kesepakatan-kese-
pakatan lainnya terkait dengan eksploitasi mi-
nyak, gas, dan mineral;
2. Teks lengkap seluruh lampiran, adendum yang
menetapkan hak eksploitasi minyak, gas, dan
mineral; dan
3. Teks lengkap perubahan atau amandemen
kontrak.
4. Dokumen izin, yang harus dibuka meliputi:
⁘⁘ Lengkap izin, sewa, judul atau izin yang
7. 7
diberikan kepada perusahaan yang mela-
kukan eksploitasi minyak, gas, dan mine-
ral;
⁘⁘ Teks lengkap seluruh lampiran, adendum
yang menetapkan hak eksploitasi minyak,
gas, dan mineral;
Manfaat Keterbukaan Kontrak
Keterbukaan kontrak dapat menghasilkan penge-
lolaan pemerintah yang baik (good public govern-
ance), kesepakatan yang menguntungkan peme-
rintah, publik, dan perusahaan, serta meningkatkan
integritas iklim berusaha.23
Keterbukaan kontrak
berkembang sebagai suatu strategi untuk mening-
katkan transparansi dan pengawasan kontrak.24
Kondisi ini diyakini mampu meningkatkan kualitas
dan layanan pemerintahan, mengurangi korupsi,
efisiensi penggunaan anggaran negara, dan mem-
perbaiki capaian pembangunan.25
Keterbukaan kontrak diyakini mampu mengu-
rangi korupsi dalam pengadaan publik. Pengusa-
ha melaporkan membayar lebih sedikit suap dan
23) Open Contracting Partnership, Transforming Public Contracting Through Open Data & Smarter Engagement, https://www.
open-contracting.org/what-is-open-contracting/
24) Ibid.
25) Georg Neumann, Why Open Contracting is Good Business, 20 Mei 2016, https://www.open-contracting.org/2016/05/20/open-
-contracting-good-business/
26) Stephen Knack, Nataliya Biletska & Kanishka Kacker, Deterring Kickbacks and Encouraging Entry in Public Procurement Mar-
kets, Policy Research Working Paper, 2017, <http://documents.worldbank.org/curated/en/817871496169519447/pdf/WPS8078.
pdf>.
27) Ibid
28) Lucas Amin, Making the Case for Open Contracting in Healthcare Procurement, Transparency International UK, 2017, http://
ti-health.org/wp-content/uploads/2017/01/Making_The_Case_for_Open_Contracting_TI_PHP_Web.pdf
kickbacks di negara yang lebih transparan sistem
pengadaan publiknya, memiliki mekanisme peng-
aduan yang efektif dan independen, serta sistem
audit eksternal yang lebih efektif.26
Temuan pene-
litian World Bank ini sangat kuat karena diperoleh
setelah menganalisis data 34.000 perusahaan di
88 negara.27
Di Indonesia, keterbukaan kontrak pernah
digunakan oleh jurnalis untuk menelusuri pem-
bengkakan harga (mark up) dalam pengadaan alat
kesehatan. Temuan ini kemudian digunakan oleh
penegak hukum untuk menghukum kedua orang
yang terlibat hingga Gubernur Banten saat itu,
Ratu Atut.28
Pencegahan dan pengurangan korup-
si akibat dari keterbukaan kontrak suatu kondisi
yang bermanfaat bagi pemerintah, perusahaan,
dan publik.
Keterbukaan kontrak tidak hanya bermanfaat bagi
pencegahan korupsi, tetapi secara spesifik ber-
manfaat bagi pemerintah, perusahaan, dan publik
atau masyarakat sebagaimana ditampilkan pada
gambar 2.
8. 8
Gambar 2: Manfaat Keterbukaan Kontrak bagi Pemerintah, Perusahaan dan Publik/Masyarakat
1. Pemerintah
29) Open Contracting Partnership, Red Flags for Integrity: Giving The Green Light to Open Data Solutions, https://www.open-con-
tracting.org/wp-content/uploads/2016/11/Red-flags-for-integrity-Giving-the-green-light-to-open-data-solutions-shared.pdf
30) Open Government Partnership (OGP), OGP Global Report: Open Contracting, OGP, 2019, https://www.opengovpartnership.
org/wp-content/uploads/2019/05/Global-Report_Open-Contract.pdf.
31) Evenett, Si. J. & Hoekman, B. M., 2004, Government Procurement : Market Access, Transparency, And Multilateral Trade Rules,
http://ideas.repec.org/p/wbk/wbrwps/3195.html
Pelaksanaan tugas, fungsi, dan kewenangan pe-
merintah sesuai dengan prinsip pemerintahan
yang terbuka dapat meningkatkan integritas pe-
merintah. Hal ini dikarenakan keterbukaan kontrak
mampu mengurangi potensi korupsi, kolusi dan
berbagai praktik koruptif dalam pengadaan pub-
lik.29
Kondisi ini kemudian mampu meningkatkan
kepercayaan publik sehingga legitimasi pemerin-
tah menjadi semakin kuat.
Penelitian World Bank juga menemukan lebih ba-
nyaknya perusahaan yang berpartisipasi dalam
pengadaan publik di negara yang lebih transparan.
Semakin banyak perusahaan yang berpartisipasi
akan membuat kompetisi semakin sehat. Dengan
demikian, pemerintah mampu memilih perusaha-
an yang menawarkan barang, pekerjaan, atau jasa
dengan kualitas paling baik dengan harga yang
paling terjangkau. Pemerintah Paraguay, misal-
nya, mampu menghemat uang negara sebesar 68
juta dolar untuk pengadaan alat tulis bagi kantor
pemerintah melalui keterbukaan proses penga-
daan.30
Beberapa penelitian menyatakan bahwa
peningkatan keterbukaan dan kompetisi dalam
pengadaan publik berpotensi meningkatkan pere-
konomian.31
Peningkaktan Integri-
tas dan Kepercayaan
Publik
Peningkatan Kualitas
Pengadaan Publik
Mencimptakan Kom-
petisi yang Sehat
Perkecil Biaya dan
Resiko Investasi
Optimalisasi Peng-
gunaan Penerimaan
Negara
Peningkatan Kualitas
Pengadaan Publik
Publik/MasyarakatPerusahaanPemerintah
9. 9
2. Perusahaan
32) Artur Kovalchuk, Charles Kenny & Mallika Snyder, Examining the Impact of E-Procurement in Ukraine, The Center for Global
Development, Working Paper 511, June 2019.
33) OECD, ‘Policy Framework For Investment Oganisation for Economic Cooperation and Development <http://www.oecd.org/
investment/investment-policy/36671400.pdf>.
34) Matthew Jenkins, The Relationship Between Business Integrity and Commercial Success, U4 Anti-Corruption Resource Cen-
tre, Chr. Michelsen Institute (U4 Helpdesk Answer 2017:14) https://www.u4.no/publications/the-relationship-between-business-
-integrity-and-commercial-success
35) Marie Chêne, The Benefits of Open Contracting, U4, 2012. https://www.u4.no/publications/the-benefits-of-open-contracting.
pdf
Keterbukaan kontrak menciptakan kompetisi antar
perusahaan semakin sehat dan adil. Kondisi ini da-
pat menumbuhkan kewirausahaan (entrepreneur-
ship) dengan membuat proses pengadaan publik
menjadi lebih kompetitif dan mudah diakses. Se-
perti telah dijelaskan sebelumnya, keterbukaan
kontrak dapat meningkatkan jumlah perusahaan
yang ikut serta dalam pengadaan publik. Hal ini
terbukti di Ukraina di mana jumlah perusahaan
yang mengajukan penawaran untuk menyediakan
barang, pekerjaan, atau jasa ke pemerintah me-
ningkat.32
Penelitian tersebut juga membuktikan keterbu-
kaan kontrak mempercepat proses pengadaan
publik, suatu hal yang menjadi insentif bagi ba-
nyak perusahaan. Proses pengadaan publik yang
cepat, pasti, dan sederhana mampu memperkecil
resiko investasi. Dengan keterbukaan prosesnya,
pemerintah juga dapat lebih akuntabel dan ber-
tanggung jawab dalam menggunakan kewenang-
annya.33
Kondisi ini membuat resiko perusahaan
untuk bekerja sama dengan pemerintah, seperti
tidak terpenuhinya isi kontrak, dapat diminimali-
sir. Selain itu biaya-biaya ilegal untuk memperoleh
informasi terkait atau mengikuti proses pengada-
an publik juga dapat dikurangi sebagaimana hasil
penelitian pada bagian sebelumnya. Perusahaan
yang menjalankan program anti korupsi dan pan-
duan etik yang kuat memiliki insiden korupsi 50%
lebih sedikit dibandingkan perusahaan yang tidak
memilikinya.34
3. Publik/Masyarakat
Keterbukaan kontrak memiliki manfaat bagi publik
atau masyarakat. Sebagai pihak yang membayar
pajak kepada negara, publik tentu berhak menge-
tahui untuk apa dan kemana alokasi pajak tersebut
digunakan oleh negara.35
Publik kemudian memi-
liki informasi penting yang utuh mengenai spesifi-
kasi barang, pekerjaan, atau jasa beserta dengan
rincian harganya. Informasi-informasi tersebut
dapat ditinjau secara kritis oleh publik dalam ta-
hapan pengadaan, pelaksanaan, hingga hasil akhir
berupa perolehan barang, pekerjaan, atau jasa.
Keterbukaan kontrak seperti ini dapat mengu-
rangi potensi pengadaan yang boros atau tidak
efisien. Publik tentu akan dirugikan apabila nega-
ra membeli suatu barang atau jasa dengan harga
yang mahal dengan kuantitas dan kualitas yang
10. 10
rendah.36
Di Afghanistan misalnya, keterbukaan
kontrak hingga pengawasan pelaksanaan kontrak
mampu meningkatkan kualitas jalan.37
Direktur World Bank’s Global Indicators Group,
Augusto Lopez-Claros, menyatakan keterbukaan
kontrak dapat menjadi katalis yang sangat kuat
untuk meningkatkan perekonomian dan berperan
36) Simon J. Evenett, Can developing countries benefit from negotiations on transparency in government procurement in the Doha
Round?, Task Force 9 (Open, Rule-Based Trading System) of the United Nations Millennium Project, 2003
37) Eli Berman, Michael Callen, & Luke N Condra, Community Monitors vs . Leakage : Experimental Evidence from Af-
ghanistan. 14 Juni 2017, https://pdfs.semanticscholar.org/6644/16a11a0d988f517e2fa6f8803cba5945e4f3.pdf?_
ga=2.98764766.1543409334.1592860681-710849077.1561472796
38) World Bank Group: Transparency the Primary Obstacle for Private Businesses Conducting Public Procurement, https://www.
uschamber.com/press-release/world-bank-group-transparency-the-primary-obstacle-private-businesses-conducting
39) Open Contracting, How Open Contracting Helped Fix Colombia’s Biggest School Meal Program, 9 April 2018, https://medium.
com/open-contracting-stories/the-deals-behind-the-meals-c4592e9466a2
40) Inter-American Development Bank (IDB) & Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD), A Beneficial
Ownership Implementation Toolkit, 2019, https://www.oecd.org/tax/transparency/beneficial-ownership-toolkit.pdf
41) Ibid.
42) Ibid.
43) Liz Confalone, A Brief, Recent History of Beneficial Ownership Transparency on the Global Agenda, Global Financial Integrity,
2014, https://gfintegrity.org/brief-recent-history-beneficial-ownership-transparency-global-agenda/
penting untuk pemberian layanan publik yang lebih
efektif.38
Contoh yang paling banyak dikutip ialah
penyediaan makanan untuk anak sekolah di Ko-
lumbia. Keterbukaan pengadaan makanan mampu
menghemat anggaran antara 10-15 persen, me-
mangkas makelar, dan meningkatkan jumlah per-
usahaan yang terlibat.39
C. Transparansi Pemilik Manfaat (Beneficial
Ownership)
Pemilik manfaat (beneficial ownership) ialah orang
atau individu yang pada prinsipnya memiliki atau
menguasai suatu badan hukum (Indonesia meng-
gunakan istilah korporasi).40
Transparansi pemilik
manfaat suatu perusahaan (beneficial ownership)
telah berkembang sebagai salah satu kebijakan
penting untuk melawan korupsi, melacak aliran
uang ilegal, dan melawan penghindaran pajak.41
Dalam praktik berbisnis, perusahaan seringkali
memanfaatkan perusahaan anonim untuk menu-
tupi korupsi. Transparansi beneficial ownership
memudahkan pihak terkait untuk mengidentifika-
si individu yang memiliki manfaat dan karenanya
bertanggung jawab atas usaha yang dijalankan
perusahaan.42
Pertanggungjawaban tersebut ter-
masuk juga dalam kaitannya dengan perpajakan.
Perkembangan dan Pengaturan Beneficial Ownership
Gagasan pengungkapan pemilik manfaat dice-
tuskan secara global oleh OECD pada tahun 1977.
Prinsip-prinsip atas keterbukaan pemilik manfaat
kemudian disepakati oleh pimpinan negara-nega-
ra G8 pada Juni 2013.43
Kesepakatan itu menyata-
kan bahwa perusahaan harus mengelola informasi
11. 11
mengenai pemilik manfaat suatu perusahaan, dan
informasi tersebut haruslah tersedia bagi penegak
hukum dan lembaga terkait. Informasi tersebut
juga penting untuk tersedia bagi lembaga finansial.
Hal ini kemudian ditegaskan kembali oleh Financial
Action Task Force (FATF), lembaga yang menen-
tukan standar internasional untuk pemberantasan
pencucian uang, dalam Guidance on Transparency
and Beneficial Ownership pada Oktober 2014. Ne-
gara-negara G20, termasuk Indonesia, kemudian
juga menyepakati dalam High Level Principles on
Beneficial Ownership pada November 2014.
Selain pertemuan G20, pemerintah Indonesia yang
tergabung dalam berbagai inisiatif global berko-
mitmen untuk mengungkapkan pemilik manfa-
at badan hukum yang ada di jurisdiksinya. Pada
tahun 2016, pemerintah Indonesia menyatakan
komitmennya dalam Anti-Corruption Summit di
London dan Global Forum on Transparency and
Exchange of Information for Tax Purposes (Glo-
bal Forum).44
Pemerintah Indonesia juga sebagai
anggota Standar Extractive Industries Transpar-
ency Initiative (EITI) dan menyatakan komitmen
transparansi beneficial ownership pada sektor mi-
nyak, gas, dan tambang. Komitmen pengungkapan
beneficial ownership juga dinyatakan pemerin-
tah Indonesia dalam Rencana Aksi Nasional Open
Government Partnership (RAN OGP) periode 2018-
2020.
Setelah berkali-kali menyatakan komitmennya,
pemerintah Indonesia akhirnya mengesahkan
Peraturan Presiden Nomor 13 tahun 2018 ten-
44) PWYP, Pengungkapan Beneficial Ownership di Indonesia: Menutup Celah (Korupsi) untuk Perbaikan Tata Kelola, PWYP, 2018,
https://pwypindonesia.org/id/pengungkapan-beneficial-ownership-di-indonesia-menutup-celah-korupsi-untuk-perbaikan-tata-
-kelola/
tang Penerapan Prinsip Mengenali Pemilik Man-
faat dari Korporasi dalam Rangka Pencegahan
dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang Dan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme
(perpres 13/2018). Setahun setelahnya, Kemente-
rian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkum-
ham) mengesahkan Peraturan Menteri Hukum dan
HAM Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2019
Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penerapan Prinsip
Mengenali Pemilik Manfaat dari Korporasi.
Beberapa hal penting yang diatur dalam Perpres
13/2018, diantaranya:
1. Kewajiban pelaporan bagi setiap korporasi
⁘⁘ Korporasi yakni kumpulan orang dan/
atau kekayaan yang terorganisasi, baik
merupakan badan hukum maupun bukan
badan hukum, meliputi: PT, yayasan, per-
kumpulan, koperasi, CV, firma dan bentuk
korporasi lainnya (Pasal 1 ayat (1), Pasal 2
ayat (2)).
⁘⁘ Korporasi wajib menetapkan dan meng-
ungkapkan pemilik manfaat pada waktu
pendirian korporasi atau pada waktu kor-
porasi sudah berjalan.
2. Penjelasan mengenai beneficial ownership
⁘⁘ Perpres 13/2018 menetapkan 7 (tujuh) kri-
teria beneficial owner, yaitu orang perse-
orangan yang:
i. Memiliki saham lebih dari 25% pada
perseroan terbatas sebagaimana ter-
cantum dalam anggaran dasar;
12. 12
ii. Memiliki hak suara lebih dari 25% pada
perseroan terbatas sebagaimana tercan-
tum dalam anggaran dasar;
iii. Menerima keuntungan lebih dari 25% dari
keuntungan yang diperoleh perseroan
terbatas per tahun;
iv. Memiliki kewenangan untuk mengang-
kat, menggantikan, atau memberhentikan
anggota direksi dan anggota dewan komi-
saris;
v. Memiliki kewenangan atau kekuasaan un-
tuk mempengaruhi atau mengendalikan
perseroan terbatas tanpa harus menda-
pat otorisasi dari pihak manapun;
vi. Menerima manfaat dari perseroan terba-
tas; dan/atau
vii. Merupakan pemilik sebenarnya dari
dana atas kepemilikan saham perseroan
terbatas
3. Kewajiban korporasi
i. Menetapkan beneficial ownership (Pasal
3)
ii. Menentukan kategori Beneficial Owner-
ship sesuai informasi yang disampaikan
(Pasal 12)
iii. Menerapkan prinsip mengenali beneficial
ownership (Pasal 14 s.d. Pasal 22)
iv. Menunjuk Pejabat/Pegawai untuk melak-
sanakan dan menyediakan informasi atas
dasar permintaan instansi berwenang
(Pasal 14)
45) Assegaf, Hamzah & Partners, Follow-Up Regulation on Disclosure of Ultimate Beneficial Ownership, https://www.ahp.id/client-
update-9-august-2019
v. Informasi beneficial ownership wajib di-
lengkapi dokumen pendukung (Pasal 16)
vi. Menyampaikan informasi yang benar me-
ngenai beneficial ownership (Pasal 18)
vii. Update informasi secara berkala 1 tahun
sekali (Pasal 21)
viii. Menatausahakan dokumen terkait benefi-
cial ownership minimal 5 tahun. Kewajib-
an ini berlaku juga bagi notaris/pihak lain
yang menerima kuasa, atau likuidator jika
korporasi bubas(Pasal 22)
Kedua, peraturan mengenai beneficial ownership
tersebut mengikuti rekomendasi FATF Guidance
on Transparency and Beneficial Ownership (Pan-
duan FATF). Panduan FATF membedakan konsep
kepemilikan hukum dan penguasaan/pengenda-
lian.45
Ketentuan beneficial ownership melingkupi
orang yang memiliki badan hukum secara hukum
dan juga orang yang mengendalikan badan hukum
tersebut.
Perumusan Pemenkumham merujuk pada formula-
si beneficial ownership yang ditetapkan Panduan
FATF dengan kriteria-kriteria berikut ini:
1. Uji kepemilikan: seseorang merupakan pemi-
lik manfaat (beneficial owner) jika dia memi-
liki saham atau hak pilih lebih dari 25%, atau
menerima 25% lebih dari penghasilan tahunan
badan usaha;
2. Uji pengendalian/penguasaan: seseorang me-
rupakan pemilik manfaat (beneficial owner)
jika dia memiliki kewenangan untuk menunjuk
13. 13
dan mengganti direksi dan komisioner, atau
memiliki kekuasaan untuk mempengaruhi atau
mengendalikan badan usaha;
3. Uji manfaat: seseorang merupakan pemilik
manfaat (beneficial owner) jika dia menerima
manfaat dari badan usaha, atau dia seorang
pemilik dari dana yang digunakan untuk kepe-
milikan saham di perusahaan.
46) Open Government Partnership, Beneficial Ownership, https://www.opengovpartnership.org/policy-area/beneficial-ownership/
47) Frederik Obermaier & Bastian Obermayer, Oligarchs Hide Billions In Shell Companies. Here's How We Stop Them, 3 April 2018,
https://www.theguardian.com/world/commentisfree/2018/apr/03/public-registries-shell-panama-papers
Perpres tentang pengungkapan beneficial owner-
ship ini juga selaras dengan ketentuan Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 13 Tahun 2016 tentang
Tata Cara Penanganan Perkara Tindak Pidana
Korporasi (Perma 13/2016). Perma 13/2016 terse-
but mengatur pertanggungjawaban pidana korpo-
rasi atas kejahatan yang dilakukan korporasi atau
orang yang ada hubungan kerja atau hubungan
lain dengan korporasi tersebut (vicarious liability).
Manfaat Transparansi Beneficial Ownership
1. Pemerintah
Anonimitas, situasi di mana orang yang melakukan,
pemilik manfaat, atau bertanggung jawab atas su-
atu badan hukum tidak diketahui, akan memu-
dahkan aktivitas illegal tersembunyi dari penegak
hukum. Aktivitas ilegal tesebut misalnya pengge-
lapan pajak, korupsi, pencucian uang, pendanaan
terorisme, dan bentuk pidana lainnya. World Bank
melaporkan sekitar 70% perkara korupsi besar
yang terjadi antara tahun 1980-2010 melibatkan
perusahaan anonim.46
Dalam pencucian uang, pelakunya melakukan
transaksi yang kompleks untuk menyamarkan
asal usul uang yang berasal dari kegiatan ilegal,
seperti perdagangan narkotika atau penggelapan
pajak, agar terlihat seolah-olah berasal dari ke-
giatan yang sah/legal. Narasi penegakan hukum
ini sangat mendominasi dalam pengusulan dan
perumusan kebijakan beneficial ownership. Hal ini
dapat pula dilihat dari titel Perpres 13/2018 yang
menyertakan “Dalam Rangka Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang
dan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme”. Dalam
Undang-undang Nomor 8 tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang telah ada konsep beneficial own-
ership hanya saja istilah yang dipakai adalah ‘Per-
sonil Pengendali Korporasi’. Definisi tersebut ma-
sih menggunakan rumusan beneficial owner yang
bersifat umum dan tidak ada kriteria detilnya, yaitu
“setiap orang yang memiliki kekuasaan atau we-
wenang sebagai penentu kebijakan korporasi atau
memiliki kewenangan untuk melakukan kebijakan.
Transparansi beneficial ownership bermanfaat da-
lam mengoptimalkan penerimaan negara, teruta-
ma dalam bentuk pajak. Terbongkarnya Panama
papers yang mengungkap beneficial ownership
banyak perusahaan mampu membantu institusi
pajak di seluruh negara untuk memulihkan pajak
tak terbayar dengan total sekitar 500 juta dolar.47
Hasil analisis manfaat-biaya (benefit-cost anal-
14. 14
ysis) yang dilakukan oleh European Commission
dan UK Companies House menunjukkan dua man-
faat dari pengumpulan informasi beneficial own-
ership, yaitu meningkatkan kepatuhan pajak/fiskal
dan mengurangi biaya penegakan hukum.48
2. Perusahaan
Keterbukaan informasi mengenai beneficial own-
ership memberikan kepercayaan kepada investor
atau calon investor terhadap suatu perusahaan.
Dalam pasar finansial, keterbukaan informasi me-
ngenai kepemilikan, struktur, dan beneficial own-
ership suatu perusahaan yang tercatat di bursa
menjadi faktor yang mempengaruhi kepercayaan
investor.49
Informasi ini juga bertujuan untuk me-
lindungi investor minoritas atas resiko tindakan
sewenang-wenang pemilik saham mayoritas atau
beneficial ownership dari memanfaatkan aset per-
usahaan atau peluang yang ada untuk kepenting-
an pribadi.50
Transparansi beneficial ownership memberikan
pesan yang tegas kepada para investor, mitra
strategis, dan klien bahwa resiko para pihak tera-
tasi dan terbuka. Pada tahun 2008 ketika Lehman
Brothers bangkrut, lembaga finansial seluruh du-
nia panik karena data beneficial ownership tidak
tersedia, sehingga menyebabkan kesulitan untuk
mengukur dampak mereka terhadap kebangkrut-
48) Transparency International, Ending Secrecy to End Impunity: Tracing The Beneficial Owner, 2014, https://images.transparenc-
ycdn.org/images/2014_PolicyBrief2_BeneficialOwnership_EN.pdf
49) Mark Fenwick & Erik P.M. Vermeulen, Disclosure of Beneficial Ownership after the Panama Papers, IFC Corporate Gover-
nance Group Focus 14, 2016, https://www.ifc.org/wps/wcm/connect/56cbec95-6d90-42e5-b05d-7849907de64a/Focus-14.
pdf?MOD=AJPERES&CVID=ltk4eU2
50) Ibid.
51) Thomson Reuters, How to Turn the Beneficial Ownership Rule Into a Competitive Advantage, https://legal.thomsonreuters.
com/en/insights/articles/competitive-advantage-of-beneficial-ownership-rule
52) Emile van der Does de Willebois dkk, The Puppet Masters: How the Corrupt Use Legal Structures to Hide Stolen Assets and
What to Do About It, Stolen Asset Recovery Initiative (StAR), the World Bank, & UNODC, 2011
an.51
Dengan pengungkapan beneficial ownership,
perusahaan mungkin tidak kesulitan mengukur pe-
nyebab rugi atau bangkrutnya perusahaan. Situasi
ini kemudian dapat meningkatkan relasi atau hu-
bungan antar investor.
3. Publik
Beberapa manfaat yang diperoleh pemerintah dari
transparansi beneficial ownership juga diperoleh
secara tidak langsung oleh publik. Salah satunya
ialah peningkatan penerimaan pajak. Hal ini tentu
dapat memberikan manfaat kepada publik karena
anggaran negara untuk melaksanakan pengadaan
publik akan meningkat baik dari segi kualitas atau
kuantitas. Selain itu, beneficial ownership juga
berguna sebagai strategi untuk melacak aset yang
hilang, dicuri, dan ditutupi melalui struktur kor-
porasi.52
Aset-aset tersebut tentunya milik publik
yang penguasaan dan pengelolaannya ada pada
negara. Transparansi beneficial owner juga mem-
bantu mencari kebenaran material, yaitu kebenar-
an yang selalu dicari dalam perkara pidana.
Data mengenai beneficial ownership yang terbu-
ka bagi publik mampu memberdayakan publik un-
tuk menuntut akuntabilitas korporasi. Jurnalis di
Mexico dan Afrika Selatan, misalnya, hanya mam-
pu mengidentifikasi pelanggaran korporasi tanpa
mengetahui dan memiliki bukti lebih lanjut tentang
15. 15
pemilik atau penguasa perusahaan sebenarnya.
Apabila informasi beneficial ownership terbuka
bagi publik, upaya partisipasi dan pengawasan
53) Open Government Partnership, Global Report: Beneficial Ownership, 2019, https://www.opengovpartnership.org/wp-content/
uploads/2019/05/Global-Report_Beneficial-Ownership.pdf
54) Lusia Arumingtyas, Koalisi Menelusuri Kepemilikan Bisnis Asia Pulp and Paper, Apa Temuannya?, 3 Juni 2018, https://www.
mongabay.co.id/2018/06/03/koalisi-menelusuri-kepemilikan-bisnis-asia-pulp-and-paper-apa-temuannya/
55) Ibid.
56) PWYP, Upaya Mencegah Benturan Kepentingan dan Praktik Monopoli Melalui Pengungkapan Beneficial Ownership, https://pw-
ypindonesia.org/id/upaya-mencegah-benturan-kepentingan-dan-praktik-monopoli-melalui-pengungkapan-beneficial-ownership/
publik dapat menjadi lebih optimal dalam mence-
gah pelanggaran dan meningkatkan akuntabilitas
perusahaan.53
D. Implementasi Keterbukaan Kontrak dan
Transparansi Beneficial Ownership
Keterbukaan kontrak dan transparansi beneficial
ownership merupakan dua inisiatif yang dapat di-
hubungkan dan akan memberikan dampak yang
lebih bermakna satu sama lain. Kedua inisiatif ini
sebagaimana telah diulas pada bagian sebelum-
nya sama-sama bertujuan untuk mengurangi po-
tensi korupsi, terutama dalam pengadaan publik
dan perizinan.
Informasi mengenai kontrak umumnya terbatas
pada informasi mengenai perusahaan yang meng-
ikuti pengadaan publik. Pencatatan perusahaan
umumnya hanya terbatas pada nama orang yang
tertera di dokumen hukum berupa akta pendirian
atau AD/ART. Perkembangan transparansi benefi-
cial ownership membuat perusahaan mencatatkan
pihak-pihak yang mengendalikan dan/atau pemilik
manfaat dari kegiatan perusahaan. Pencatatan ini
merupakan kunci dalam melindungi integritas pub-
lik dan mencegah konflik kepentingan.
Dalam laporan Koalisi Anti-Mafia Hutan pada tahun
2018, teridentifikasi 24 dari 27 pemasok kayu mit-
ra “independen” Asia Pulp and Paper (APP) memi-
liki konflik kepentingan karena adanya keterkaitan
dengan Sinar Mas Group (SMG). APP, perusahaan
bagian dari grup Sinar Mas, memiliki konsensi hu-
tan tanaman industri (HTI) seluas 2,6 juta hektar.
Koalisi Anti-Mafia Hutan menganalisis konsolida-
si kepemilikan perusahaan melalui pengendalian
saham oleh orang-orang yang terindikasi sebagai
pejabat atau mantan pejabat Sinar Mas Grup atau
afiliasinya. Hal ini patut diwaspadai sebagai struk-
tur atas-nama (nominee structures) yang sangat
mungkin dipakai untuk tujuan-tujuan lain, seperti
penghindaran kewajiban pajak dan, atau penge-
lakan risiko.54
Laporan tersebut disusun sebelum
berlakunya Perpres 13/2018 sehingga upaya koa-
lisi mengumpulkan dan menganalisis datanya sa-
ngat berliku dan panjang.55
Koalisi awalnya meme-
takan pemegang saham dan direktur perusahaan,
kemudian memeriksa ulang data dengan berbagai
informasi yang diperoleh di sosial media dan data
di bursa efek.56
Pada tahap pengumpulan data,
anggota koalisi menyatakan prosesnya sangat
menantang karena pada saat itu masyarakat sipil
bukanlah lembaga yang mempunyai otoritas da-
16. 16
lam mengakses data beneficial ownership karena
perpres 13/2018 belum berlaku.57
Transparansi beneficial ownership dan terbukanya
informasi tersebut sangat bermanfaat dan memu-
dahkan publik untuk mengawasi pengadaan publik.
Masyarakat sipil di Slovakia mengalami pengalam-
an yang lebih mudah dibanding Koalisi Anti-Mafia
Hutan tersebut di atas. Di Slovakia, informasi me-
ngenai korporasi terbuka bagi publik sehingga me-
mudahkan media dan lembaga swadaya masyara-
kat untuk mengawasi dan melaporkan kesalahan
pelaporan informasi pemilik dan/atau pengenda-
li korporasi yang menang banyak atas kontrak
pengadaan dengan Pemerintah, yang nilainya be-
sar. Pelaporan tersebut kemudian berakhir dengan
penjatuhan sanksi oleh lembaga pengadaan publik
(public procurement office) terhadap korporasi.58
Kombinasi kedua inisiatif, keterbukaan kontrak dan
transparansi beneficial ownership, berguna untuk
semakin meningkatkan transparansi, pengawas-
an/partisipasi publik, serta kualitas proses dan ha-
sil dari pengadaan publik. Implementasi keduanya
secara bersamaan mampu mencegah terpilihnya
57) Ibid.
58) Open Government Partnership, Global Report: Beneficial Ownership, 2019, https://www.opengovpartnership.org/wp-content/
uploads/2019/05/Global-Report_Beneficial-Ownership.pdf Open Government Partnership, Global Report: Beneficial Ownership,
2019, https://www.opengovpartnership.org/wp-content/uploads/2019/05/Global-Report_Beneficial-Ownership.pdf
59) Transparency International, Corruption-Free Infrastructure, 2019, https://www.transparency.org/files/content/feature/2019_
G20_Corruption-Free_Infrastructure_Transparency_International.pdf Gavin Hayman & Chris Taggart, How A Global Register of
Beneficial Ownership Can Help End Secrecy, 4 April 2016, https://www.open-contracting.org/2016/04/04/open-contracting-bene-
ficial-ownership/
60) Tim Davies, Duncan Dewhurst, & Tim Williams, Infrastructure Transparency: Connecting Project and Contracting Data, 26
September 2018, https://www.open-contracting.org/2018/09/26/infrastructure-transparency-connecting-project-and-contrac-
ting-data
61) OpenOwnership & Global Witness, Learning the lessons from the UK’s Public Beneficial Ownership Register, Oktober 2017,
https://www.openownership.org/uploads/learning-the-lessons.pdf; Government of Canada, Strengthening Corporate Beneficial
Ownership Transparency in Canada, Februari 2020, Open Government Partnership, Global Report: Beneficial Ownership, 2019,
https://www.opengovpartnership.org/wp-content/uploads/2019/05/Global-Report_Beneficial-Ownership.pdf https://www.ic.gc.ca/
eic/site/142.nsf/eng/00001.html#61 ;
62) Gavin Hayman & Chris Taggart, How A Global Register of Beneficial Ownership Can Help End Secrecy, 4 April 2016, https://
korporasi yang berpotensi memiliki konflik kepen-
tingan, memonopoli, dan/atau mengelola aliran
uang ilegal (illicit financial flows) dalam pengada-
an publik. Skema penerapan keterbukaan kontrak
dengan mengaitkan pada transparansi beneficial
ownership terdapat 2 (dua) bentuk.
Pertama, transparansi informasi pada suatu reg-
ister atau portal mengenai identitas dan benefi-
cial ownership perusahaan yang mengajukan pe-
nawaran dalam suatu pengadaan publik.59
Ketika
suatu perusahaan mengajukan penawaran, data
perusahaan tersebut kemudian dihubungkan dan
dibandingkan dengan data pendaftaran perusa-
haan dan informasi beneficial ownership.60
Portal
registrasi tersebut sepantasnya dikelola oleh Ke-
menterian/Lembaga (K/L) yang memiliki kewe-
nangan untuk menerima pendaftaran dan menge-
lola informasi korporasi, dalam konteks Indonesia
yaitu Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Skema ini merupakan pilihan utama yang telah di-
terapkan di Inggris serta diusung secara global.61
Dalam pencegahan korupsi lintas negara, terdapat
dua hal yang penting untuk dilakukan:62
17. 17
1. Proses keterbukaan kontrak, termasuk per-
izinan, dilakukan sejak awal pada tahap pe-
rencanaan. Setiap kontrak perlu identitas unik
yang dapat dilacak sepanjang proses, mulai
dari tahapan perencanaan, pengadaan pelak-
sanaan, hingga berakhirnya kontrak.
2. Register global mengenai beneficial owner-
ship perusahaan yang bekerja sama dengan
pemerintah. Register ini harus memuat identi-
tas unik perusahaan, susunan kepengurusan,
dan beneficial ownership. Register ini mesti-
nya menjadi jembatan atau penghubung untuk
semua kontrak atau kesepakatan publik.63
Kedua, keterkaitan antara keterbukaan kontrak
dan transparansi beneficial ownership dengan
mewajibkan perusahaan yang akan mengikuti
tender pengadaan publik untuk mentransparansi-
kan beneficial ownership.64
Hal ini bertujuan agar
dapat teridentifikasi potensi konflik kepentingan,
mencegah kolusi antara perusahaan yang berkait-
an, menciptakan kompetisi yang sehat antar peru-
sahaan, dan menjamin informasi utuh terkait pihak
pemilik manfaat dari uang negara.
World Bank, salah satu institusi swasta yang me-
nerapkan prosedur pengungkapan beneficial own-
ership pada pengadaan barang/jasanya. Ketika
www.open-contracting.org/2016/04/04/open-contracting-beneficial-ownership/
63) Gavin Hayman & Chris Taggart, How A Global Register of Beneficial Ownership Can Help End Secrecy, 4 April 2016, https://
www.open-contracting.org/2016/04/04/open-contracting-beneficial-ownership/
64) Ibid.
65) World Bank, 2016 Procurement Framework: Mandatory Direct Payment & Beneficial Ownership, https://nl4worldbank.files.
wordpress.com/2018/05/direct-payment-and-beneficial-ownership-outreach-program-april-2018.pdf
66) Gavin Hayman & Chris Taggart, How A Global Register of Beneficial Ownership Can Help End Secrecy, 4 April 2016, https://
www.open-contracting.org/2016/04/04/open-contracting-beneficial-ownership/
67) Ibid.
68) Wahyudi Djafar, Hukum Perlindungan Data Pribadi di Indonesia, http://law.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1043/2019/08/
Hukum-Perlindungan-Data-Pribadi-di-Indonesia-Wahyudi-Djafar.pdf
mengajukan penawaran, perusahaan diwajibkan
untuk memberikan informasi mengenai beneficial
ownership kepada World Bank. World Bank juga
menyediakan form keterbukaan agar perusahaan
yang ditunjuk dapat mengungkapkan beneficial
ownership sebelum kontrak diberikan atau ditan-
datangani.65
Akan tetapi, skema kedua ini dapat
menambah beban kerja perusahaan karena harus
menyampaikan beneficial ownership setiap mena-
warkan (bidding) atau mengikuti proses pengada-
an publik.66
Selain itu, hal ini juga berpotensi men-
dorong kontraktor yang kurang beretika apabila
informasi beneficial ownership tidak terbuka dan
dapat diakses kepada publik.67
Beberapa argumen tandingan untuk membu-
ka kontrak atau pengadaan publik dan informasi
mengenai beneficial ownership umumnya berku-
tat pada isu kerahasiaan. Pertama, data pribadi
yang terbuka ialah yang bersifat umum seperti
nama, alamat dan sebagaimana diatur di berba-
gai ketentuan mengenai pelayanan publik seperti
pembuatan KTP, perusahaan dan sebagainya.68
Keterbukaan informasi ini sedapat mungkin tidak
mengungkap informasi pribadi yang sensitif. Hal
ini ada kaitannya dengan kedua, bahwa informa-
si pribadi yang sensitif ketika diungkap memiliki
dampak terhadap keamanan dan kenyamanan
18. 18
kehidupan.69
Di Inggris, proses pengadaan publik
sempat bermasalah karena mengungkap informa-
si rekam medis dan kebutuhan medis seseorang
yang difabel (penyandang disabilitas).70
Notaris di
Indonesia juga menggunakan pasal 16 ayat (1) Un-
dang-undang Jabatan Notaris untuk menegaskan
kewajibannya menjaga kerahasiaan akta perusa-
haan yang dibuatnya.
Perlindungan kerahasiaan ini berkaitan dengan
Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik
(UU KIP). Dalam bab sebelumnya telah dibahas,
secara prinsip bahwa hukum pada bidang lain
tunduk pada rezim keterbukaan informasi publik.
Hal-hal yang dikecualikan oleh UU KIP dirinci pada
pasal 17 dan itu tidak bersifat permanen sehing-
ga Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi
harus melakukan pengujian konsekuensi terhadap
setiap permohonan informasi.
Pembukaan informasi kontrak dan beneficial own-
ership yang bertanggung jawab dan sesuai ke-
tentuan mampu mencegah berbagai resiko dalam
pelaksanaan kontrak atau perizinan antara pe-
merintah dengan korporasi. Risiko-risiko tersebut
misalnya dalam bidang lingkungan, dan perlin-
dungan hak-hak masyarakat terutama dalam hal
kontrak dan pemberian izin pengelolaan konsesi
tambang minyak, gas, dan mineral. Jika sebuah
aktifitas eksplorasi dan eksploitasi sumber daya
alam berakibat pada terjadinya pencemaran ling-
kungan dan atau melanggar hak-hak masyarakat,
69) RUU Perlindungan Data Pribadi, https://aptika.kominfo.go.id/wp-content/uploads/2019/09/RUU-PDP.pdf
70) BBC, Council Apologises Over Personal Data Breach, https://www.bbc.com/news/uk-england-gloucestershire-39748772
71) PWYP, Illicit Financial Flows and Tax Crime in Mining Sector, Oktober 2015, https://www.pwyp.org/wp-content/uplo-
ads/2016/01/IFF_Tax_in_Mining_PWYP-Indonesia.pdf
72) Ibid.
maka penegakan hukum dan sanksi akan lebih
mudah dilaksanakan. Selain itu, keterbukaan infor-
masi tersebut dapat mengungkap dan memperje-
las pembagian hasil dan manfaat (benefit sharing)
terutama dalam pengelolaan konsesi sumber daya
alam seperti mineral dan pertambangan. Upaya
mengurangi resiko melalui pengawasan perusaha-
an berbasis resiko dapat dilakukan oleh Kemente-
rian Hukum dan HAM (Permenkumham 21/2019).
Kemenkumham dapat bekerja bersama dengan
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
(PPATK) untuk menyusun sectoral risk assessment
(SRA) pada sektor yang beresiko tinggi terjadi-
nya tindak pidana pencucian uang. Demikian hal-
nya, Kemenkumham juga dapat bekerja bersama
dengan Kementerian/Lembaga terkait yang me-
nyangkut sektor tertentu dalam memetakan dan
mencegah resiko tindak pencucian uang, korupsi
dan bentuk kejahatan lainnya. Misalnya dengan
Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
di sektor keuangan, dengan Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral di sektor energi dan in-
dustri ekstraktif mineral, dan lain sebagainya.
Pertambangan merupakan salah satu sektor yang
memiliki resiko tinggi. PWYP Indonesia mengesti-
masi terdapat sekitar Rp 23,89 triliun aliran uang
ilegal di sektor tambang pada tahun 2014. Selain
itu, rasio pajak pada sektor pertambangan masih
tergolong rendah sekitar 9,4%.71
Hal ini diduga
karena adanya praktek penggelapan dan peng-
hindaran pajak yang banyak terjadi.72
Kondisi ini
19. 19
tentu mengurangi target pendapatan negara dan
daerah, yang akan berdampak pada manfaat ha-
sil yang diperoleh negara dan masyarakat dalam
pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam.
Implementasi keterbukaan kontrak bersamaan de-
ngan transparansi beneficial ownership dapat ber-
dampak pada meningkatnya integritas dan akun-
tabilitas pemerintah. Kondisi ini kemudian dapat
meningkatkan legitimasi, dan kepercayaan publik
serta pihak swasta kepada pemerintah sehingga
berpotensi pada peningkatan investasi baik dalam
negeri maupun dari luar negeri. Selain itu, dampak
73) G20 Anti-Corruption Working Group, https://star.worldbank.org/about-us/g20-anti-corruption-working-group
74) Ibid.
75) G20 Anti-Corruption Action Plan, https://star.worldbank.org/sites/star/files/g20_aacwg_seoul_2010_action_plan.pdf
76) G-20 Anti-Corruption Working Group, Guide to Beneficial Ownership Information: Legal Entities and Legal Arrangement, htt-
ps://star.worldbank.org/sites/star/files/g20_bo_country_guide_indonesia.pdf
77) G20 Anti-Corruption Action Plan 2019-2021, https://www.oecd.org/officialdocuments/publicdisplaydocumentpdf/?cote=DAF/
WGB/RD(2018)10&docLanguage=En
dari kedua inisiatif tersebut berkaitan juga dengan
optimalisasi penerimaan negara (pajak dan pene-
rimaan bukan pajak) dan penggunaan anggaran
negara yang efektif dan efisien. Berbagai dampak
positif tersebut kemudian berpotensi meningkat-
kan perekonomian secara makro karena banyak-
nya investasi untuk meningkatkan pergerakan
roda perekonomian, mendorong pertumbuhan
ekonomi, peningkatan pajak dan penerimaan ne-
gara yang dapat digunakan untuk pembangunan,
serta pembelanjaan anggaran berupa penyediaan
kebutuhan publik yang optimal dari segi kualitas
dan kuantitas.
Tren dan Inisiatif Global
1. Kelompok Kerja Anti Korupsi (Anti Corruption Working Group) G-20
Kelompok Kerja Anti Korupsi (Anti-Corruption
Working Group) didirikan pada Juni 2010 di Toron-
to Summit dengan tujuan untuk menyiapkan “reko-
mendasi komprehensif untuk pertimbangan bagi
para pemimpin negara G-20 mengenai upaya-upa-
ya yang dapat dilakukan dan memiliki kontribusi
secara praktikal dan kebermanfaatan terhadap
upaya internasional memberantas korupsi.”73
Ke-
lompok kerja ini menyatakan dampak negatif ko-
rupsi karena dapat “mengancam integritas pasar,
melemahkan kompetisi yang sehat, menyimpang-
kan alokasi sumber daya, meruntuhkan keperca-
yaan publik, dan melemahkan negara hukum.”74
Kelompok kerja ini menempatkan keterbukaan
kontrak dan transparansi beneficial ownership se-
bagai prioritas strateginya. Sejak awal terbentuk di
tahun 2010, pengungkapan beneficial ownership
telah dicantumkan sebagai upaya pencegahan ko-
rupsi dan pencucian uang.75
Pada tahun 2016, Ke-
lompok kerja ini membuat panduan pengungkapan
beneficial ownership untuk semua negara anggota
termasuk Indonesia.76
Pada rencana aksi terakhir
(2019-2021), kelompok kerja ini juga tetap men-
cantumkan pengungkapan beneficial ownership,
pengadaan publik, serta perhatian khusus terha-
dap sektor rentan seperti pertambangan.77
20. 20
2. Kemitraan Pemerintah Terbuka (Open Government Partnership-OGP)
78) CoST-Infrastructure Transparency Initiative, About Us, http://infrastructuretransparency.org/about-us/
79) PWYP, Tantangan Pelaksanaan Komitmen Beneficial Ownership yang Efektif, 4 Juli 2019, https://pwypindonesia.org/id/tan-
tangan-pelaksanaan-komitmen-beneficial-ownership-yang-efektif/
80) Ibid.
81) Open Contracting Partnership, Global Principles, https://www.open-contracting.org/what-is-open-contracting/global-princip-
les/
82) Marie Chêne, The Benefits of Open Contracting, U4, 2012. https://www.u4.no/publications/the-benefits-of-open-contracting.
pdf
Indonesia menjadi pendiri dan bagian dari Open
Government Partnership. Keterbukaan kontrak
menjadi salah satu komitmen aksi bersama dalam
Open Government Partnership yang dideklarasi-
kan di Paris pada 7 Desember 2016 (Paris Decla-
ration). Beberapa negara dan lembaga swadaya
masyarakat berkomitmen terhadap keterbukaan
kontrak sebagai suatu standar umum. Pihak nega-
ra juga diharapkan mampu berkolaborasi dengan
sektor swasta dan masyarakat sipil dalam siklus
pengadaan publik.78
Komitmen transparansi beneficial ownership juga
termasuk bagian dari OGP. Hingga Juli 2019, se-
banyak 21 negara anggota OGP telah membuat
komitmen untuk memajukan norma global me-
ngenai transparansi beneficial ownership.79
Selain
itu pada OGP Global Summit di Kanada bulan Mei
2019, OGP mendukung peluncuran koalisi global
antar pemerintah dan mitra terkait dalam mema-
jukan keterbukaan beneficial ownership. Koalisi ini
bernama Beneficial Onwership Leadership Group
yang bertujuan sebagai penghubung untuk ber-
bagi pengetahuan dan praktik baik dalam pelak-
sanaan komitmen tentang transparansi beneficial
ownership.80
3. Kemitraan Keterbukaan Kontrak (Open Contracting Partnership)
Kemitraan Open Contracting Partnership me-
ngumpulkan berbagai macam norma dan prak-
tik baik untuk keterbukaan dan partisipasi dalam
pengadaan publik, termasuk perizinan. Prinsip dan
panduan untuk memajukan keterbukaan kontrak di
seluruh dunia dikembangkan melalui proses yang
kolaboratif. Sekitar 200 anggota tergabung dalam
kemitraan ini yang terdiri dari pemerintah, perusa-
haan, organisasi masyarakat sipil, lembaga pem-
bangunan, dan institusi keuangan internasional.81
Beberapa praktik baik yang dilakukan beberapa
negara dan sektor industri tertentu memiliki kesa-
maan karakteristik sebagai berikut:82
1. Membuka informasi keuangan;
2. Membuka pembayaran swasta ke pemerintah;
3. Menyusun panduan keterbukaan informasi
dan pengadaan publik, termasuk perizinan;
4. Informasi atas evaluasi kinerja (audit perfor-
mance).
21. 21
4. The Infrastructure Transparency Initiative (CoST)
83) CoST- Infrastructure Transparency Initiative ,Our Approach, http://infrastructuretransparency.org/our-approach/
84) Marie Chêne, The Benefits of Open Contracting, U4, 2012. https://www.u4.no/publications/the-benefits-of-open-contracting.
pdf
85) CoST- Infrastructure Transparency Initiative, Better Value from Public Infrastructure Investments, http://infrastructuretranspa-
rency.org/wp-content/uploads/2018/06/165_CoST-Better-value-from-public-infrastructure-investments-online.pdf
86) Open Contracting for Infrastructure Data Standards Toolkit 0.9.,1https://standard.open-contracting.org/infrastructure/latest/
en/about/
87) CoST Infrastructure Data Standard, http://infrastructuretransparency.org/wp-content/uploads/2018/06/36_List_of_CoST_Pro-
ject_Information.pdf
CoST merupakan inisiatif multi pemangku kepen-
tingan antara pemerintah, industri, dan masyara-
kat sipil pada sektor infratruktur. Inisiatif ini ber-
tujuan untuk meningkatkan keterbukaan, validasi,
dan akses informasi atau data pada proyek pem-
bangunan infrastruktur. CoST memiliki 4 (empat)
pendekatan utama dalam mencapai tujuan terse-
but:83
1. Kerja bersama multi pemangku kepentingan
(Multi-stakeholders cooperation) dengan me-
libatkan masyarakat sipil dan industri dalam
peningkatan transparansi dan akuntabilitas
proyek pembangunan infrastruktur;
2. Keterbukaan (Disclosure) informasi terkait tu-
juan, lingkup, biaya, dan pelaksanaan proyek
pembangunan infrastruktur sehingga mudah
diakses dan tersedia bagi publik;
3. Penjaminan (Assurance) terhadap transpa-
ransi dan akuntabilitas proyek pembangunan
infrastruktur dengan memeriksa dan mengi-
dentifikasi permasalahan utama, kesenjangan
antara data dan praktik baik;
4. Akuntabilitas Sosial (Social Accountability)
melalui pelibatan dan diseminasi informasi
oleh jurnalis, masyarakat sipil, dan akademisi.
Beberapa informasi yang dibuka diantaranya spe-
sifikasi proyek, tujuan, lokasi, pemilik manfaat,
studi kelayakan, pendanaan proyek, proses tender
lengkap dengan hasil evaluasinya, kontrak detil,
pelaksanaan kontrak beserta informasi perubahan,
dan laporan selesainya pembangunan.84
Inisiatif ini
telah diuji cobakan di 8 negara pada kurun waktu
2008-2011 di Tanzania, Zambia, Malawi, Vietnam,
Filipina, Ethiopia, Inggris, dan Guetamala.
Di kota Guetamala, CoST mampu membatalkan
kontrak rehabilitasi jembatan. Pembatalan ini di-
karenakan hasil penjaminan (pemeriksaan) mene-
mukan penunjukan kontrak melalui prosedur keda-
ruratan ini tidak layak. Prosedur ini hanya pantas
dilakukan untuk pengadaan untuk merespon kon-
disi darurat seperti bencana alam. Pembatalan
kontrak ini menghemat anggaran negara sebesar
5 juta dolar.85
Pengungkapan beneficial ownership juga menja-
di perhatian CoST. CoST telah membuat standar
pengungkapan informasi pada pengadaan infra-
struktur dengan mengidentifikasi 67 informasi
kunci yang harus dibuka kepada publik.86
Keterbu-
kaan informasi ini, termasuk pemilik atau pengen-
dali perusahaan,87
dianggap penting untuk mendu-
kung pihak terkait dalam mengawasi pelaksanaan
proyek pembangunan infrastruktur.
22. 22
5. Inisiatif Transparansi Industri Ekstraktif (EITI)
88) PWYP, Buka-Bukaan Data Kontrak Tambang & Migas, https://pwypindonesia.org/id/buka-bukaan-data-kontrak-tambang-
-migas/
Extractive Industries Transparency Initiative (EITI)
merupakan platform multi-stakeholder untuk me-
lakukan transparansi di sektor industri ekstraktif.
Indonesia termasuk salah satu anggota inisitif ini
sejak tahun 2010 dan meraih status sebagai com-
pliant country pada tahun 2014. Keterbukaan kon-
trak di sektor migas dan tambang telah menjadi
norma global dengan sebanyak 44 negara telah
membuka kontrak di sektor migas dan tambang.88
Dari 44 negara tersebut, 3 diantaranya berasal
dari Asia Tenggara yaitu Kamboja, Filipina, dan Ti-
mor Leste.
Ketentuan Standar EITI (EITI Rules) tahun 2016
menjabarkan keterbukaan kontrak, yaitu dengan
cara:
1. Membuka segala kontrak dan izin yang ber-
kaitan dengan eksploitasi minyak, gas, dan
tambang
2. Menyusun laporan EITI yang berisi kebijakan
pemerintah dalam keterbukaan kontrak dan
izin eksploitasi minyak, gas dan tambang. La-
poran ini melingkupi aturan hukum, praktik
aktual keterbukaan kontrak/izin beserta upa-
ya reformasi yang sedang direncanakan dan
dijalankan. Laporan EITI juga harus membe-
ritahukan kontrak dan izin yang terbuka bagi
publik beserta referensi atau rujukan di mana
dipublikasikannya.
3. Istilah kontrak melingkupi:
⁘⁘ Keseluruhan isi kontrak, konsesi, kesepa-
kataan bagi hasil atau kesepakatan lain
yang diberikan, atau diikuti oleh pemerin-
tah berkaitan dengan eksploitasi minyak,
gas, dan tambang
⁘⁘ Keseluruhan isi lampiran yang merinci hak
dan kewajiban eksploitasi minyak, gas,
dan tambang;
⁘⁘ Keseluruhan isi perubahan atau revisi ter-
kait eksploitasi minyak, gas dan tambang.
4. Istilah perizinan melingkupi
⁘⁘ Keseluruhan isi perizinan yang diberikan
pemerintah kepada perusahaan atau indi-
vidu sehingga berhak untuk mengeksploi-
tasi minyak, gas, dan tambang
⁘⁘ Keseluruhan isi lampiran yang merinci
perizinan dan hak eksploitasi minyak, gas,
dan tambang;
⁘⁘ Keseluruhan isi perubahan atau revisi ter-
kait perizinan untuk eksploitasi minyak,
gas dan tambang.
23. 23
Beberapa manfaat untuk keterbukaan kontrak,
terutama di sektor minyak dan gas, yaitu:89
1. Meningkatkan pengawasan dan kepatuhan
terhadap kewajiban pada kontrak;
2. Dengan terbukanya kontrak, maka lembaga
audit memiliki rujukan untuk melakukan audit
pelaksanaan kontrak.
3. Meningkatkan kolaborasi antar lembaga;
4. Meningkatkan proyeksi fiskal dan perkiraan
pendapatan negara;
5. Meningkatkan pengawasan atas dampak in-
dustri migas terhadap komunitas terdampak.
89) EITI, Contract Transparency in Oil, Gas and Mining Opportunities For EITI Countries, Juni 2018, https://eiti.org/files/documen-
ts/2018_eiti_contract_transparency_brief.pdf
90) Open Government Partnership, Global Report: Beneficial Ownership, 2019, https://www.opengovpartnership.org/wp-content/
uploads/2019/05/Global-Report_Beneficial-Ownership.pdf
91) Open Contracting Partnership, https://www.open-contracting.org/worldwide/#/
EITI juga mendukung pengungkapan beneficial
ownership dari perusahaan yang memperoleh izin,
hak, atau kontrak untuk mengekstrak minyak, gas,
dan tambang. Beneficial ownership yang tidak ter-
ungkap menyuburkan korupsi dan penggelapan
pajak, terutama di negara yang kaya dengan ke-
kayaan alam. Pengungkapan beneficial ownership
dalam pemberian izin juga mampu mencegah kon-
flik kepentingan. Dalam industri minyak, gas, dan
tambang, The Natural Resources Governance In-
stitute (NRGI) menemukan lebih dari setengah izin
eksploitasi tersebut melibatkan pemilik manfaat
yang merupakan orang yang memiliki pengaruh
politik, baik itu pejabat pemerintahan atau afilia-
sinya.90
6. Open Contracting Data Standard (OCDS)
Implementasi Open Contracting Data Standard
(OCDS) untuk keterbukaan proses pengadaan
publik, termasuk tahapan perencanaan, tender,
penunjukan, kontrak, dan implementasi. Standar
ini merupakan yang paling sederhana dan mudah
untuk dibuka sesegera mungkin, diakses, dan di-
gunakan kembali data pada proses pengadaan
publik. Open Contracting Partnership memberikan
panduan dan tahapan, termasuk referensi dan ba-
han untuk membantu pemerintah melalui proses-
nya. Saat ini, sebanyak 20 negara telah membuka
OCDS data (Afghanistan, Argentina, Armenia, Aus-
tralia, Canada, Chile, Kolumbia, Georgia, Hondu-
ras, Indonesia, Meksiko, Moldova, Nepal, Nigeria,
Paraguay, Uganda, Ukraina, Inggris, Uruguay, dan
Zambia).91
24. 24
Praktik Baik Beberapa Negara
92) Open Ownership & Global Witness, Learning the lessons from the UK’s Public Beneficial Ownership Register, Oktober 2017,
https://www.openownership.org/uploads/learning-the-lessons.pdf
93) Open Government Partnership (OGP), OGP Global Report: Open Contracting, OGP, 2019, https://www.opengovpartnership.
org/wp-content/uploads/2019/05/Global-Report_Open-Contract.pdf.
94) Open Government Partnership, Global Report: Beneficial Ownership, 2019, https://www.opengovpartnership.org/wp-content/
uploads/2019/05/Global-Report_Beneficial-Ownership.pdf
95) Tim Davies, Duncan Dewhurst, & Tim Williams, Infrastructure Transparency: Connecting Project and Contracting Data, 28
September 2018, https://www.open-contracting.org/2018/09/26/infrastructure-transparency-connecting-project-and-contrac-
ting-data/
96) Open Contracting, Bedrock for Better Public Infrastructure In Honduras, 6 Februari 2019, https://medium.com/open-contrac-
ting-stories/bedrock-for-better-public-infrastructure-in-honduras-1e39526100a5
Inggris
Inggris telah membangun sistem pendaftaran
korporasi yang dilengkapi dengan identitas unik.
Identitas unik ini kemudian dapat dihubungkan
dan dilacak untuk mendapatkan informasi menge-
nai pengadaan publik dan beneficial ownership.
Informasi mengenai beneficial ownership terbuka
untuk publik sejak tahun 2016 pada sebuah reg-
ister publik bernama he register of persons with
significant control (PSC).92
Slovakia
Di Slovakia, informasi mengenai korporasi beser-
ta dengan informasi beneficial ownership terbuka
bagi publik sehingga memudahkan media dan lem-
baga swadaya masyarakat untuk mengawasi dan
melaporkan kesalahan pelaporan informasi pemilik
dan/atau pengendali korporasi yang memenang-
kan banyak kontrak-kontrak besar dengan peme-
rintah. Pelaporan tersebut jika terbukti bersalah
kemudian berakhir dengan penjatuhan sanksi oleh
lembaga pengadaan publik (public procurement
office) terhadap korporasi.93
Ukraina
Ukraina membangun portal dalam jaringan (online)
untuk membuka informasi mengenai pengadaan
publik, ProZorro. Informasi yang terdapat di por-
tal tersebut menggunakan format OCDS. Infor-
masi-informasi tersebut kemudian dibuka kepada
publik untuk memperoleh masukan, catatan, dan
pengawasan pada platform DoZorro. Sebuah la-
poran mencatatkan sebanyak 74.000 catatan di-
berikan oleh publik terhadap pengadaan publik di
Ukraina, dan 20.000 diantaranya ditemukan me-
langgar ketentuan pengadaan publik.94
Skema in-
formasi berdasarkan OCDS itu dapat dihubungkan
dengan pendaftaran korporasi atau informasi me-
ngenai beneficial ownership.95
Honduras
Honduras mengembangkan platform bernama SI-
SOCS untuk ribuan proyek jalan dan infrastruktur
pada tahun 2015.96
Ketentuan hukum di Honduras
juga mendorong keterbukaan kontrak yang kemu-
dian terjadi peningkatan keterbukaan informasi
pada platform tersebut. Pada tahun 2014 hanya
terdapat 24% informasi yang diwajibkan oleh hu-
25. 25
kum untuk dibuka tersedia bagi publik. Peman-
faatan platform tersebut mampu membuka 95%
informasi yang diwajibkan terbuka oleh hukum.97
97) Ibid.
98) Bernadine Fernz, The #OC4IDS: A New Standard for Infrastructure Transparency, 17 April 2019, https://www.open-contracting.
org/2019/04/17/the-oc4ids-a-new-standard-for-infrastructure-transparency/
Platform SISOCS tersebut secara rutin diperbarui
oleh institusi pemerintah dengan rincian proyek
dan kontrak.98
E. Rekomendasi dan Tawaran Kebijakan
Membangun dan mengembangkan portal registrasi dan database korporasi dengan stan-
dar keterbukaan data kontrak dan standar open beneficial ownership. Portal registrasi dan
database korporasi ini dikembangkan secara terintegrasi dengan registrasi beneficial own-
ership yang terbuka dan dapat diakses oleh publik;
Mengoptimalkan portal pengadaan publik dengan menjamin ketersediaan, akses dan ke-
terbukaan informasi dan data yang penting dalam proses pengadaan, pelaksanaan, dan
evaluasi proyek bagi publik secara mudah dan murah; Portal pengadaan publik ini harus
terintegrasi dengan database korporasi dan beneficial ownership.
Melakukan inisiatif sectoral risk assessment antara Kementerian Hukum dan HAM bersama
dengan PPATK dan instansi terkait terhadap sektor miyak, gas, dan tambang serta sektor
ekonomi strategis lainnya, untuk mendorong kepatuhan terhadap pengungkapan beneficial
ownership dan keterbukaan kontrak. Inisiatif ini dapat dikembangkan melalui kolaborasi
bersama multi-pemangku kepentingan lain seperti masyarakat sipil, sektor privat, lembaga
multilateral serta inisiator yang concern mendorong good governance korporasi.#
1
2
3
26. 26
Daftar Pustaka
Amin, Lucas (2017). Making the Case for Open Contracting in Healthcare Procurement. Transparency
International UK. http://ti-health.org/wp-content/uploads/2017/01/Making_The_Case_for_Open_Contrac-
ting_TI_PHP_Web.pdf
Arumingtyas, Lusia (2018). Koalisi Menelusuri Kepemilikan Bisnis Asia Pulp and Paper, Apa Temuannya?.
https://www.mongabay.co.id/2018/06/03/koalisi-menelusuri-kepemilikan-bisnis-asia-pulp-and-paper-
-apa-temuannya/
Assegaf, Hamzah & Partners (2019). Follow-Up Regulation on Disclosure of Ultimate Beneficial Owners-
hip. https://www.ahp.id/client-update-9-august-2019
BBC (2017). Council Apologises Over Personal Data Breach. https://www.bbc.com/news/uk-england-
-gloucestershire-39748772
Berman, Eli, Michael Callen, & Luke N Condra (2017), Community Monitors vs . Leakage : Experimental
Evidence from Afghanistan. https://pdfs.semanticscholar.org/6644/16a11a0d988f517e2fa6f8803cba-
5945e4f3.pdf?_ga=2.98764766.1543409334.1592860681-710849077.1561472796
Bovis, Christopher (2005). European Integration and Public Procurement dalam Public Procurement in the
European Union, London: Palgrave Macmillan.
Chêne, Marie (2012). The Benefits of Open Contracting, U4. https://www.u4.no/publications/the-bene-
fits-of-open-contracting.pdf
Christian Evert Tutorong dkk. (2019). Mengimplementasikan Keterbukaan Kontrak Pengadaan Barang dan
Jasa di Indonesia, ICW.
Confalone, Liz (2014). A Brief, Recent History of Beneficial Ownership Transparency on the Global Agen-
da. Global Financial Integrity. https://gfintegrity.org/brief-recent-history-beneficial-ownership-transpa-
rency-global-agenda/.
CoST Infrastructure Data Standard, http://infrastructuretransparency.org/wp-content/uplo-
ads/2018/06/36_List_of_CoST_Project_Information.pdf.
CoST- Infrastructure Transparency Initiative, About Us, http://infrastructuretransparency.org/about-us/.
27. 27
CoST- Infrastructure Transparency Initiative, Better Value from Public Infrastructure Investments, http://
infrastructuretransparency.org/wp-content/uploads/2018/06/165_CoST-Better-value-from-public-
-infrastructure-investments-online.pdf.
CoST- Infrastructure Transparency Initiative. Our Approach, http://infrastructuretransparency.org/our-
-approach/.
Davies, Tim, Duncan Dewhurst, & Tim Williams (2018). Infrastructure Transparency: Connecting Project
and Contracting Data. https://www.open-contracting.org/2018/09/26/infrastructure-transparency-con-
necting-project-and-contracting-data
Djafar, Wahyudi. Hukum Perlindungan Data Pribadi di Indonesia, http://law.ugm.ac.id/wp-content/uplo-
ads/sites/1043/2019/08/Hukum-Perlindungan-Data-Pribadi-di-Indonesia-Wahyudi-Djafar.pdf
EITI International Secretariat (2018), Contract Transparency in Oil, Gas, and Mining: Opportunities for EITI
Countries, EITI Secretariat. https://eiti.org/files/documents/2018_eiti_contract_transparency_brief.pdf
Emile van der Does de Willebois dkk (2011), The Puppet Masters: How the Corrupt Use Legal Structures
to Hide Stolen Assets and What to Do About It. Stolen Asset Recovery Initiative (StAR), the World Bank,
& UNODC.
Evenett, Si. J. & Hoekman, B. M. (2004), Government Procurement : Market Access, Transparency, And
Multilateral Trade Rules, http://ideas.repec.org/p/wbk/wbrwps/3195.html
Evenett, Simon J. (2003), Can Developing Countries Benefit From Negotiations on Transparency In Go-
vernment Procurement In The Doha Round?, Task Force 9 (Open, Rule-Based Trading System) of the
United Nations Millennium Project.
Fenwick, Mark & Erik P.M. Vermeulen (2016). Disclosure of Beneficial Ownership after the Panama Papers,
IFC Corporate Governance Group Focus. https://www.ifc.org/wps/wcm/connect/56cbec95-6d90-42e-
5-b05d-7849907de64a/Focus-14.pdf?MOD=AJPERES&CVID=ltk4eU2
Fernz, Bernadine (2019). The #OC4IDS: A New Standard for Infrastructure Transparency. https://www.
open-contracting.org/2019/04/17/the-oc4ids-a-new-standard-for-infrastructure-transparency/
G-20 Anti-Corruption Working Group. Guide to Beneficial Ownership Information: Legal Entities and Legal
Arrangement, https://star.worldbank.org/sites/star/files/g20_bo_country_guide_indonesia.pdf
G20 Anti-Corruption Working Group. About Us. https://star.worldbank.org/about-us/g20-anti-corruption-
-working-group
28. 28
G20 Anti-Corruption Working Group. Anti-Corruption Action Plan 2019-2021. https://www.oecd.org/offici-
aldocuments/publicdisplaydocumentpdf/?cote=DAF/WGB/RD(2018)10&docLanguage=En
G20 Anti-Corruption Working Group. Anti-Corruption Action Plan. https://star.worldbank.org/sites/star/
files/g20_aacwg_seoul_2010_action_plan.pdf
Government of Canada (2020). Strengthening Corporate Beneficial Ownership Transparency in Canada.
https://www.ic.gc.ca/eic/site/142.nsf/eng/00001.html#61 ;
Hayman, Gavin, & Chris Taggart (2016). How A Global Register of Beneficial Ownership Can Help End
Secrecy. https://www.open-contracting.org/2016/04/04/open-contracting-beneficial-ownership/
Human Rights Initiative. Right to Information: International Standards. https://www.humanrightsinitiative.
org/programs/ai/rti/international/intl_standards.htm
Indonesia (4), Undang-Undang No. 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan,
Pasal 10.
Indonesia (4), Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, Pasal 169
huruf a. Lihat pula Indonesia (4), op.cit., Pasal 10.
Indonesia, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1960 tentang Pertambang-
an Minyak dan Gas Bumi, Pasal 6 ayat (2).
Indonesia, Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing, Pasal 8.
Inter-American Development Bank (IDB) & Organisation for Economic Cooperation and Development
(OECD) (2019). A Beneficial Ownership Implementation Toolkit. https://www.oecd.org/tax/transparency/
beneficial-ownership-toolkit.pdf
Jenkins, Matthew (2017). The Relationship Between Business Integrity and Commercial Success. U4 Anti-
-Corruption Resource Centre, Chr. Michelsen Institute. https://www.u4.no/publications/the-relationship-
-between-business-integrity-and-commercial-success
Khanom, Nilufa (2012). Conceptual Issues in Defining Public Private Partnerships (PPPs). International
Review of Business Research Papers Volume. 6. 150-163.
Knack, Stephen, Nataliya Biletska & Kanishka Kacker (2017). Deterring Kickbacks and Encouraging Entry
in Public Procurement Markets, Policy Research Working Paper. <http://documents.worldbank.org/curat-
ed/en/817871496169519447/pdf/WPS8078.pdf>.
29. 29
Kovalchuk, Artur, Charles Kenny & Mallika Snyder (2019). Examining the Impact of E-Procurement in
Ukraine. The Center for Global Development, Working Paper 511.
Locke, John (1690). Second Treatise of Governmen
Murphy, Richard. A Code of Conduct for Taxation, Association of Accountancy and Business Affairs. Tax
Justice Network, & Tax Research LLP. https://www.taxjustice.net/cms/upload/pdf/AABA-TR-Code_long.
pdf
Naidoo, Lawson, Vinessa Naidoo & Marcus Ambe (2017). Open Contracting: A New Frontier dor Informa-
tion Disclosure in Public Procurement. Public and Municipal Finance, 6(1), 24-36.
Neumann, Georg (2016). Why Open Contracting is Good Business. https://www.open-contracting.
org/2016/05/20/open-contracting-good-business/
Obermaier, Frederik, & Bastian Obermayer (2018), Oligarchs Hide Billions In Shell Companies. Here's How
We Stop Them. https://www.theguardian.com/world/commentisfree/2018/apr/03/public-registries-shell-
-panama-papers
OECD. Policy Framework For Investment Oganisation for Economic Cooperation and Development. <http://
www.oecd.org/investment/investment-policy/36671400.pdf>.
Open Contracting (2018). How Open Contracting Helped Fix Colombia’s Biggest School Meal Program.
https://medium.com/open-contracting-stories/the-deals-behind-the-meals-c4592e9466a2
Open Contracting (2019). Bedrock for Better Public Infrastructure In Honduras. https://medium.com/
open-contracting-stories/bedrock-for-better-public-infrastructure-in-honduras-1e39526100a5
Open Contracting Partnership, https://www.open-contracting.org/worldwide/#/
Open Contracting Partnership. Global Principles, https://www.open-contracting.org/what-is-open-con-
tracting/global-principles/
Open Contracting Partnership. Open Contracting for Infrastructure Data Standards Toolkit 0.9.,1https://
standard.open-contracting.org/infrastructure/latest/en/about/
Open Contracting Partnership. Red Flags for Integrity: Giving The Green Light to Open Data Solutions. ht-
tps://www.open-contracting.org/wp-content/uploads/2016/11/Red-flags-for-integrity-Giving-the-green-
-light-to-open-data-solutions-shared.pdf
30. 30
Open Contracting Partnership. Transforming Public Contracting Through Open Data & Smarter Engage-
ment. https://www.open-contracting.org/what-is-open-contracting/
Open Government Partnership (2019). Global Report: Beneficial Ownership. https://www.opengovpart-
nership.org/wp-content/uploads/2019/05/Global-Report_Beneficial-Ownership.pdf
Open Government Partnership (OGP) (2019), OGP Global Report: Open Contracting. OGP. https://www.
opengovpartnership.org/wp-content/uploads/2019/05/Global-Report_Open-Contract.pdf.
Open Government Partnership. Beneficial Ownership. https://www.opengovpartnership.org/policy-area/
beneficial-ownership/
Open Ownership & Global Witness (2017). Learning the lessons from the UK’s Public Beneficial Ownership
Register. https://www.openownership.org/uploads/learning-the-lessons.pdf
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, http://www.dpr.go.id/jdih/
uu1945
Prayitno, Dessy Eko (2020), Kerangka Hukum Keterbukaan Kontrak di Indonesia, PWYP Indonesia.
Prayitno, Dessy Eko, Sulastio, Elizabeth Napitupulu (2018). Policy Brief: Transparansi Kontrak dan Perizin-
an dalam Industri Ekstraktif. PWYP Indonesia.
PWYP (2015). Illicit Financial Flows and Tax Crime in Mining Sector. https://www.pwyp.org/wp-content/
uploads/2016/01/IFF_Tax_in_Mining_PWYP-Indonesia.pdf
PWYP (2018). Pengungkapan Beneficial Ownership di Indonesia: Menutup Celah (Korupsi) untuk Perba-
ikan Tata Kelola. PWYP. https://pwypindonesia.org/id/pengungkapan-beneficial-ownership-di-indonesia-
-menutup-celah-korupsi-untuk-perbaikan-tata-kelola/
PWYP (2019). Buka-Bukaan Data Kontrak Tambang & Migas, https://pwypindonesia.org/id/buka-bukaan-
-data-kontrak-tambang-migas/
PWYP (2019). Tantangan Pelaksanaan Komitmen Beneficial Ownership yang Efektif. https://pwypindone-
sia.org/id/tantangan-pelaksanaan-komitmen-beneficial-ownership-yang-efektif/
PWYP (2019). Upaya Mencegah Benturan Kepentingan dan Praktik Monopoli Melalui Pengungkapan Be-
neficial Ownership, https://pwypindonesia.org/id/upaya-mencegah-benturan-kepentingan-dan-praktik-
-monopoli-melalui-pengungkapan-beneficial-ownership/
RUU Perlindungan Data Pribadi, https://aptika.kominfo.go.id/wp-content/uploads/2019/09/RUU-PDP.pdf
Suciptio, Yenny, &Yenti Nurhidayat (2015). Memantau Anggaran dan Belanja Daerah: Panduan untuk Ko-
munitas Lingkar Tambang. PWYP Indonesia.
31. 31
Penulis:
Choky R. Ramadhan
Peninjau:
Maryati Abdullah, Yunus Husein, Meliana Lumbantoruan
Design dan Layout:
Abdun Syakuur
Edisi Pertama, Juni 2020
Thomson Reuters. How to Turn the Beneficial Ownership Rule Into a Competitive Advantage. https://legal.
thomsonreuters.com/en/insights/articles/competitive-advantage-of-beneficial-ownership-rule
Transparency International (2014), Ending Secrecy to End Impunity: Tracing The Beneficial Owner. htt-
ps://images.transparencycdn.org/images/2014_PolicyBrief2_BeneficialOwnership_EN.pdf
Transparency International (2019). Corruption-Free Infrastructure. https://www.transparency.org/files/
content/feature/2019_G20_Corruption-Free_Infrastructure_Transparency_International.pdf
World Bank (2016). Procurement Framework: Mandatory Direct Payment & Beneficial Ownership. https://
nl4worldbank.files.wordpress.com/2018/05/direct-payment-and-beneficial-ownership-outreach-pro-
gram-april-2018.pdf
World Bank Group: Transparency the Primary Obstacle for Private Businesses Conducting Public Pro-
curement. https://www.uschamber.com/press-release/world-bank-group-transparency-the-primary-
-obstacle-private-businesses-conducting
32. 32
Publish What You Pay (PWYP) Indonesia merupakan lembaga koalisi nasional yang concern pada
transparansi, akuntabilitas, perbaikan tata kelola ekstraktif, pertambangan, dan sumber daya alam.
Berdiri sejak tahun 2007, dan terdaftar sebagai badan hukum Indonesia sejak tahun 2012 dengan
nama Yayasan Transparansi Sumber daya Ekstraktif, dan terafiliasi dalam kampanye Publish What
You Pay di tingkat global. PWYP Indonesia mendorong transparansi dan akuntabilitas di sepan-
jang rantai sumber daya ekstraktif, dari tahap pengembangan kontrak dan operasi pertambangan
(publish why you pay and how you extract), tahap produksi dan pendapatan dari industri (publish
what you pay), hingga tahap pengeluaran pendapatan untuk pembangunan berkelanjutan dan ke-
sejahteraan sosial (publish what you earn and how you spent).
Alamat
Jl. Tebet Timur Dalam VIII K No. 12, RT 001/009,
Tebet Timur, Tebet, Kota Jakarta Selatan, DKI
Jakarta 12820
Social Media
pwypindonesia — Instagram
pwyp_indonesia — Twitter
Publish What You Pay Indonesia — Facebook
Publish What You Pay Indonesia — Linkedin
Kontak
sekretariat@pwypindonesia.org — Email
www.pwypindonesia.org — Website
Publish What You Pay Indonesia
[Yayasan Transparasi Sumberdaya Ekstraktif]
Laporan Kajian ini disusun oleh Tim dari kantor sekretariat nasional Publish What You Pay Indone-
sia. Dicetak atas dukungan hibah tidak mengikat dari Hivos melalui Program Open Contracting. Isi
merupakan tanggung jawab Publish What You Pay Indonesia dan tidak mencerminkan pendapat
dan sikap dari Hivos.