SlideShare a Scribd company logo
1 of 39
Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah
KESIAPAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DALAM RANGKA
MENYONGSONG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (AEC) 2015
Disampaikan oleh Dirjen IKM
Pada acara Launching “Aplikasi International Trade and Investment Summit 2015”
Jakarta, 28 Agustus 2014
2
Agenda
I. Posisi Indonesia di ASEAN
II. Kinerja Sektor Industri Nasional
III. UU No.3 / 2014 tentang Perindustrian
IV. Kebijakan Pengembangan IKM Dalam Menghadapi AEC
(MEA) 2015
POSISI INDONESIA DI ASEAN
The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia
4
INDONESIA IS PLAYING A MORE DOMINANT ROLE IN GLOBAL AFFAIRS
Lokasi Strategis : Pintu menuju pasar ASEAN
New York (21 hrs)
London
15hrs 30mnt
Johannesburg (14 hrs)
Dubai (8 hrs)
New Delhi (8 hrs)
Tokyo (7 hrs)
Beijing (9hrs)
Melbourne (6hrs 30mnt)
Darwin (3hrs 20mnt)
Berlin (15 hrs)
Moscow (11 hrs)
Ria De Janeiro (24hrs)
Jakarta
Singapore (1hr 42 min)
Sydney (6hrs 50mnt)
Indonesia lies at the
intersection of the Pacific
Ocean, along the Malacca
Straits and the Indian Ocean.
Over half of all international
shipping goes through
Indonesian waters.
5
Country
Trade With World Trade With ASEAN
Exports Imports Exports Imports
Brunei Darussalam 12.646.692 5.851.820 1.721,1 1.191,1
Cambodia 8.616.240 11.105.177 833,7 2.170,1
Indonesia 190.031.839 191.690.908 41.831.096 53.822.133
Lao PDR 2.755.718 5.360.577 959,8 1.570,5
Malaysia 227.302.727 196.418.972 60.926.855 54.976.200
Myanmar 9.696.083 15.448.442 3.957,4 3.250,3
Philippines 51.995.238 65.386.399 9.804.383 14.953.912
Singapore 408.393.020 379.722.889 129.831.250 79.800.497
Thailand 229.544.513 247.575.852 56.732.360 42.622.805
Vietnam 123.164.427 124.009.490 13.504,8 20.793,2
DEFISIT
PERDAGANGAN INDONESIA – ASEAN – DUNIA
Source : Trademap, ASEAN Statistic
(Trade With ASEAN for CLMV-Brunei using 2011 data)
USD thousands (2012)
• Mayoritas perdagangan negara-negara anggota ASEAN dilakukan dengan negara-negara non-
ASEAN.
• Hal tersebut menunjukan bahwa potensi perdagangan intra-regional ASEAN belum sepenuhnya
6
DAYA SAING ...
Sumber : Global Competitiveness Index 2009-
Ease of
Doing
Business
INA CHN JPN KOR SIN
Overall 121 79 18 16 1
Construction
Permit 60 181 44 22 2
Protecting
Investors 44 93 16 74 2
Trading Across
Border 47 50 24 8 1
• Production factors is lower compared to other industrialized
country in Asia such as China, Thailand, Malaysia, and Philippines.
• In terms of Ease of Doing Business, Indonesia is better in
Construction Permit, Protecting investors, and Trading Across
Border, Compared to China.
• The competitiveness has also increased significantly in WEF rank
during 2008 – 2011, unfortunetely condition in the 2012 not
perform as we expected eventhough better than India, Philipines
and Vietnam.
No Negara 2009-2010 2010-2011 2011-2012 2012-2013
1 Singapura 3 3 2 2
2 Jepang 8 6 9 10
3 Korea Selatan 19 22 24 19
4 Australia 15 16 20 20
5 New Zealand 20 23 25 23
6 Malaysia 24 26 21 25
7 Brunei 32 28 28 28
8 China 29 27 26 29
9 Thailand 36 38 39 38
10 Indonesia 54 44 46 50
11 India 49 51 56 59
12 Filipina 87 83 75 65
13 Vietnam 75 59 65 75
14 Kamboja 110 109 97 85
15 Laos N/A N/A N/A N/A
16 Myanmar N/A N/A N/A N/A
Produk-produk Unggulan Indonesia terhadap ASEAN
8
Source: United Nations Service Trade Statistics Database
Nilai Ekspor Jasa Negara ASEAN (Mil US$)
2009 2010 2011 Q1 2012
Brunei Darussalam 914.9105 1053.72 1209.029 263.0414
Cambodia 1524.718 1669.02 2212.564 713.7877
Indonesia 13155.45 16765.77 20690.34 5833.52
Lao People's Dem. Rep. 397.262 510.9939 549.6428 162.8749
Malaysia 27951.55 31800.53 35851.02 8653.004
Myanmar 313.3617 362.9171 611.9811 234.6942
Singapore 81783.36 100863.3 116215.8 29474.06
Thailand 30156.68 34326.42 41572.59 12714.94
Viet Nam 5766 7460 8879 2538
Source: World Economic Situation and Prospects, UN, 2013
Singapura dan Thailand menjadi negara ASEAN
terbesar pengekspor sektor services di dunia
9
• Sektor jasa Indonesia pada tahun 2009 memberikan kontribusi 45% dari total
perekonomian.
• Peran sektor jasa sebagai input bagi semua sektor ekonomi – terutama jasa-jasa
infrastruktur (keuangan, telekomunikasi, transportasi, logistik) sangat krusial untuk
mendukung pertumbuhan dan daya saing perekonomian nasional.
• Sebuah kajian tahun 2012 berdasarkan data 1984-2008 menyimpulkan
i. 80% pengurangan kemiskinan di daerah pedesaan
ii. 67% pengurangan kemiskinan di daerah perkotaan
disumbangkan oleh sektor jasa.
• Namun saat ini sektor jasa merupakan penyumbang defisit jasa yang hampir
permanen.
• Walau transaksi sektor jasa semakin besar yang ditandai oleh ekspor dan impor jasa
yang terus meningkat, namun neracanya masih defisit.
Sektor jasa dan tenaga kerja dalam perekonomian Indonesia
KINERJA SEKTOR INDUSTRI NASIONAL
11
PERTUMBUHAN EKONOMI DAN SEKTOR INDUSTRI NON-MIGAS
INDONESIA S.D. SEMESTER I TAHUN 2014
PERTUMBUHAN PDB INDUSTRI NON MIGAS
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 SEM I 2014
5,86 5,27 5,15 4,05 2,56 5,12 6,74 6,42 6,10 5,49
PERTUMBUHAN PDB EKONOMI
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 SEM I 2014
5,69 5,50 6,35 6,01 4,63 6,22 6,49 6,26 5,78 5,17
Sumber : BPS diolah Kemenperin
12
A. PERTUMBUHAN EKONOMI S.D. SEMESTER I TAHUN 2014
(tahun dasar 2000, persen)
Sumber : BPS diolah Kemenperin
13
Beberapa sifat Industri
Mikro dan Kecil

Menyerap tenaga kerja relatif banyak, karena
jumlah usahanya banyak

Jumlah Investasi yang dibutuhkan relatif kecil

Lebih fleksibel dan mudah beradaptasi dengan
keadaan

Tuidak mudah terpengaruh oleh eksternal

Dapat menjadi subsitusi barang impor

Mudah masuk dan keluar

Mudah berganti usaha ke sektor lain
INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH
Struktur Pendidikan Untuk IMKM
Pendidikan Persentase
Tidak tamat SD 22.82
Tamat SD 36.43
SLTP 18.65
SLTA 19.25
Diploma (D1 dan D2) 0.26
Sarjana Muda/D3 0.65
Sarjana (S1, S2, dan S3) 1.93
Source: BPS diolah (2013)
14
Jumlah Industri Manufaktur di Indonesia
Menurut Skala Industri (unit)
Tahun Mikro Kecil Sedang Besar
2006 2.888.811 305.650 21.305 7.323
2007 2.954.480 264.117 19.938 7.061
2008 2.891.384 250.849 18.053 6.734
2009 2.868.994 218.916 17.829 6.639
2010 2.538.752 202.877 16.593 6.752
2011 2.563.617 424.282 16.096 6.955
2012
2.813.439
86.79%
404.604
12,48%
16.726
0,52%
6.742
0.21%
Jumlah IMKM : tahun 2012 = 3.234.769 unit (99.79%)
Jumlah Tenaga Kerja di Industri Manufaktur
Menurut Skala Industri (Orang)
Tahun Mikro Kecil Sedang Besar
2006 4.892.452 2.151.589 793.407 3.743.209
2007 4.805.266 2.020.416 736.953 3.663.623
2008 4.618.398 1.963.688 673.767 3.579.880
2009 4.615.742 1.750.789 637.609 3.506.663
2010 4.601.392 1.553.584 678.480 3.632.202
2011 4.651.325 1.552.850 702.002 3.669.219
2012
5.186.026
43,49%
2.088.609
17.51%
769.010
6,45%
3.879.917
32,53%
Penyerapan TK IMKM : 8.043.645 (67,47%)
15
Nilai Produksi Industri Manufaktur
Menurut Skala Industri (dalam Milyar Rupiah)
Tahun Mikro Kecil Sedang Besar
2006 82.483,56 87.228,87 97.398,21 1.005.853,57
2007 85.447,47 80.986,06 104.939,44 1.178.039,64
2008 85.050,53 102.800,50 120.346,70 1.404.497,54
2009 89.297,57 86.247,40 121.738,21 1.427.903,04
2010 93.979,43 71.994,34 129.541,62 1.479.021,97
2011 98.903,95 76.486,79 137.845,24 1.503.721,64
2012
143.420,66
6,01%
104.629,98
4,38%
195.253,24
8,18%
1.944.326,90
81,43%
N.PRODUKSI
/UU
0.051 0.258 11.674 288.390
Nilai Produksi IMKM : 443.303,88 (18,57%)
Pertumbuhan Produksi IBS, IMK, dan PDB Industri Non Migas
(%, quarter to quarter )
0,75
3,09
0,52
-1,53
-0,31
3,42
0,1
7,65
-2,2
1,12
1,26
1,48
2,21
4,54
-1,12
5,29
1,27
1,74
6,52
-1,14
3,29
3,14
1,67
-2,25
3,24
4,18
1,74
-2,45
2,93
-3,35-4,0
-2,0
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
10,0
Triw1'11
Triw2'11
Triw3'11
Triw4'11
Triw1'12
Triw2'12
Triw3'12
Triw4'12
Triw1'13
Triw2'13
%
Produksi IBS
Produksi IMK
PDB Industri Non Migas
Source: BPS diolah (2013)
Pertumbuhan Produksi IBS,IMK, dan PDN Industri Non Migas
(%, yoy )
1,72
2,04
1,62
11,10
8,99
6,57
7,22
2,11
5,19
1,89
4,84
15,55
5,87
5,82
6,89
6,97
6,75
6,43
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
Triw1'12
Triw2'12
Triw3'12
Triw4'12
Triw1'13
Triw2'13
%
Produksi IBS
Produksi IMK
PDB Industri Non Migas
Source: BPS diolah (2013)
UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN
2014 TENTANG PERINDUSTRIAN
19
LATAR BELAKANG
UU NO. 3 TAHUN 2014,UU NO. 3 TAHUN 2014,
ditetapkan pada tanggal 15 Januari 2014ditetapkan pada tanggal 15 Januari 2014
UU No. 5 Tahun 1984UU No. 5 Tahun 1984
Faktor-faktor yang
mempengaruhi:
a. otonomi daerah;
b. era globalisasi dan liberalisasi ekonomi
telah membawa perubahan yang
sangat cepat dan berdampak luas bagi
perekonomian, baik di tingkat nasional
maupun internasional;
c. perlunya pemanfaatan sumber daya
alam secara optimal oleh industri
nasional guna penciptaan nilai tambah
yang sebesar-besarnya di dalam negeri;
dan
d. perlunya peningkatan peran dan
keterlibatan Pemerintah secara
langsung di dalam mendukung
pengembangan industri nasional.
Pembangunan Industri melalui penguatan struktur industri yang mandiri, sehat
dan berdaya saing, dengan :
-Mendayagunakan sumber daya secara optimal dan efisien,
-Mendorong perkembangan industri ke seluruh wilayah Indonesia, dengan
menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional yang
berlandaskan pada kerakyatan, keadilan, dan nilai-nilai luhur budaya bangsa
dengan mengutamakan kepentingan nasional
20
Pembangunan
Sumber Daya Industri
• Pembangunan SDM
• Pemanfaatan SDA
• Pengembangan dan
Pemanfaatan Teknologi
Industri
• Pengembangan dan
Pemanfaatan Kreativitas
dan Inovasi
• Penyediaan Sumber
Pembiayaan
Pembangunan Sarana dan
Prasarana Industri
• Standardisasi Industri
• Infrastruktur Industri
• Sistem Informasi Industri Nasional
• Perwilayahan Industri
Pemberdayaan Industri
• IKM
• Industri Hijau
• Industri Strategis
• P3DN
• Kerja Sama Internasional di
Bidang Industri
• Rencana Induk
Pembangunan Industri
Nasional
• Kebijakan Industri Nasional
• Rencana Kerja
Pembangunan Industri
TUJUAN PEMBANGUNAN
INDUSTRI
Industri yang mandiri, berdaya saing, dan
maju untuk kemakmuran dan kesejahteraan
masyarakat.Instrumen Pendukung
•Perizinan
•Penanaman Modal Bidang
Industri
•Fasilitas Industri
Instrumen Pendukung
•Komite Industri Nasional
•Peran Serta Masyarakat
•Pengawasan dan
Pengendalian,
•Sanksi
SKEMA UU NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN
Tindakan Pengamanan
dan Penyelamatan
Industri
•Tindakan Pengamanan
Industri
•Tindakan Penyelamatan
Industri
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di
Bidang Perindustrian
Tujuan Pemberdayaan IKM (psl 72, 1)
a.berdaya saing;
b.berperan signifikan dalam penguatan struktur
Industri nasional;
c.berperan dalam pengentasan kemiskinan
kesempatan kerja; dan menghasilkan barang
dan/atau Jasa Industri untuk diekspor.
perumusan kebijakan;
(psl 72, 2)
Penguatan kapasitas kelembagaan;
(psl 72, 2)
pemberian
fasilitas. (psl 72, 2)
a. sumber daya Industri
daerah;
b. penguatan dan
pendalaman struktur
Industri nasional;
c. perkembangan ekonomi
nasional dan global.
(psl psl 72)
a. peningkatan kemampuan sentra,
unit pelayanan teknis,
tenaga penyuluh lapangan, serta
konsultan Industri kecil dan Industri
menengah; dan
b. kerja sama dengan
(psl 74, 1)
a. Peningkatan kompetensi SDM dan sertifikasi kompetensi;
b. bantuan dan bimbingan teknis;;
c. bantuan Bahan Baku dan bahan penolong;
d. bantuan mesin atau peralatan;
e. pengembangan produk;
f. Bantuan pencegahan pencemaran lingkungan hidup untuk
Industri Hijau
g. Bantuan Informasi pasar, promosi, dan pemasaran;
h. Akses pembiayaan, termasuk penyediaan modal awal bagi
wirausaha baru;
i. Penyediaan Kawasan IKM yang berpotensi mencemari
lingkungan; dan/atau
j. Pengembangan, Penguatan Keterkaitan, dan hubungan
kemitraan antara IK dgn IM, IK dengan IB, dan IM dengan IB,
serta IK dan IM dengan sektor ekonomi lainnya dengan prinsip
saling menguntungkan.
(pasal 75, 1)
•Pengembangan Sentra IKM (psl 14 ayat 3)
•HKI IKM (psl 43 ayat 3)
•Izin Usaha bagi IKM (psl 101 ayat 2 dan 5)
•Kriteria IKM (psl 102 1)
•Kepemilikan IKM oleh WNI (pasal 103)
• Pengecualian IKM berlokasi di
Kawasan Industri (psl 106, ayat 3)
• Fasilitasi Alih Teknologi (psl 42)
• Fasilitasi bagi IKM ( SNI psl 58) dan
fasilitasi lainnya, psl 110)
• Kemitraan IKM (psl 2 dan penjelsn
psl 17 2.c)
1. PP, 1 Perpres, 2. Permen 21212121
PEMBERDAYAAN IKM
22
Key Issues Arah dan Pengembangan
1. Rencana Induk Kebijakan
Industri Nasional
• Merupakan National Industrial Policy (yang mengatur antara lain industri prioritas, industri strategis
termasuk insentive serta hilirisasi (down-stream) industri hingga intermediate industry),dll
2. Affitmative Action
• UU Perindustrian ini menjadi landasan hukum bagi pemerintah untuk memajukan sektor industri
secara menyeluruh, dengan merumuskan dengan baik tentang (1) Penguasaan dan Pengusahaan oleh
negara, seperti rumusan industri strategis yang jelas dan ketat dimana pemerintah harus lebih banyak
berinisiatif masuk ke industri yang swastanya tidak bersedia. Rumusan industri prioritas termasuk
penentuan IKM dimana seluruh industri selayaknya diarahkan menjadi ramah terhadap lingkungan
3. Keberpihakan terhadap
UKM
• Perlu ada ketegasan bahwa industri nasional harus berpihak untuk mendorong UKM mengingat akan
berlakunya era perdagangan bebas (AFTA, CAFTA, Asean Economy Community, etc)
4. Pengembangan Industri
Strategis
• Perlu adanya ketentuan kepemilikan industri strategis khususnya terhadap pilihan jenis industri
strategis yang harus dikuasai oleh negara serta industri strategis mana yang diberikan perlakuan
khusus.
5. Daya Saing Nasional dan
Standardisasi Produk
Industri
• Perlunya pengaturan standardisasi, HAKI, pemanfaatan penggunaan teknologi yang mendukung
efektifitas kegiatan perindustrian dalam rangka penigkatan standardisasi yang bersesuaian dengan
peningkatan kinerja industri
• Perlu dibangun kesadaran bahwa tantangan peningkatan standard industri nasional adalah dalam
rangka memenuhi regulasi global
6. Lembaga Pembina Sektor
Industri
• Mengadakan satu lembaga yang berwenang melakukan pembinaan terhadap sektor industri
7. Kawasan Industri • Mencegah terpusatnya pembangunan kawasan industri hanya di tempat tertentu saja dengan
mengatur (1) ketentuan tentang batasan-batasan wilayah industri masing-masing wilayah ; (2)
ketentuan tentang kriteria kawasan industri ; (3) pemetaan sentra industri pada masing-masing
wilayah/klaster industri
Arah dan Pengembangan Industri Menurut
Undang-Undang Perindustrian
23
Key Issues Arah dan Pengembangan
8. Penggunaan Produk Dalam
Negeri (hasil dari Industri dalam
negeri)
• keberpihakan pada produk dalam negeri dalam strategi industri nasional yang komprehensfi
termasuk penciptaan pasar bagi produk dalam negeri
9. Peran BUMN dan BUMN dalam
pengembangan Industri
• Perlu dicantumkan peran dan fungsi BUMN dan BUMD sebagai anchor untuk mendorong
Pengembangan Industri Nasional
• mendukung dengan menekan cost (input cost, transportation cost, energy cost, capital cost,
labor cost) dengan melibatkan BUMN
• penciptaan pasar dalam dan luar negeri dengan berbagai comprehensive strategy termasuk
menciptakan pasar bagi BUMN
10. Menjadikan SDA sebagai modal
dalam pengembangan Industri
• mengatur pemanfaatan SDA untuk kepentingan industri dalam negeri (pengendalian ekspor &
ekspor jika kebutuhan terpenuhi
11. Ketimpangan Struktur industri
• Struktur Industri Indonesia saat ini sangat timpang, di mana jumlah industri kecil sangat
besar sementara industri menengah, besar sangat sedikit.
12. Pencegahan Deindustrialisasi • Mengidentifikasi faktor-faktor yang mengancam industri nasional
13. Pengeluaran R&D
• Perlu ada intervensi pemerintah untuk mempercepat kemajuan industri khususnya terhadap
industri yang berbasis peningkatan (1) faktor produksi (modal & tenaga kerja) dan (2)
produktivitas input:
• Tujuan intervensi perlu untuk peningkatan produktivitas atau daya saing
• Peningkatan produktivitas industri perlu lebih ditekankan dari pada daya saing.
• Bentuk intervensi pemerintah yang dapat dilakukan adalah terhadap (1) penyediaan faktor
produksi (input): public good (infrastruktur); pasokan feed stock dan tenaga kerja; modal
(investasi); dll. (2) mendorong peningkatan produktivitas faktor: R&D; inovasi; pendidikan
dan latihan, dll.
• Perlu ada pendalaman teknologi melalui fasilitasi inovasi dan pembiayaan yang konsisten
Arah dan Pengembangan Industri Menurut
Undang-Undang Perindustrian
Mempersiapkan Sektor IKM untuk Menghadapi
ASEAN Economic Community (AEC) 2015
KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL
Pendekatan :
A.Menumbuhkan 35 Klaster Industri Prioritas, yang
terdiri dari 6 kelompok industri prioritas :
1) Basis Industri manufaktur
2) Industri Agro
3) Industri Alat Angkut
4) Industri Elektronika & Telematika
5) Industri Penunjang Industri Kreatif dan
Industri Kreatif tertentu
6) Industri IKM Tertentu
B.Menumbuhkan industri unggulan propinsi (s.d
Desember 2011 telah diterbitkan 24 Peraturan
Menteri Perindustrian tentang Roadmap
Pengembangan Industri Unggulan Provinsi)
C.Menumbuhkan kompetensi inti industri Kab/Kota
(s.d Desember 2011 telah diterbitkan 41
Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peta
Panduan Kompetensi Inti Industri Kab/Kota )
Membawa Indonesia pada tahun
2025 menjadi “Negara Industri
Tangguh di Dunia”
Visi Industri 2025
Membawa Indonesia pada tahun
2020 menjadi “Negara Industri Maju
Baru”
Visi Industri 2020
(Antara)
25
 Agar pembangunan industri dapat dilakukan secara lebih fokus, dipilih industri-industri
prioritas yang mampu didorong untuk mencapai tujuan pembangunan industri
 Industri tersebut bila berhasil dikembangkan akan membawa industri-industri lainnya
turut berkembang
 Industri prioritas dipilih berdasarkan:
a)potensi daya saing internasionalnya, dan
b)potensi ke depan untuk berkembang (Luasnya Bentang Wilayah, Besarnya jumlah
penduduk, Sumber Daya/Potensi Alam yang bisa di daya gunakan)
 Potensi daya saing internasional diukur dari sisi:
 Supply (15 parameter) dan
 Demand (8 parameter)
dari 365 industri (ISIC 5 digit). Terpilih 35 industri prioritas dengan total output 78%
dan total ekspor 83%.
PENDEKATAN I
TOP-DOWN POLICY: INDUSTRI PRIORITAS
Tahun 2009 telah diterbitkan 35 Peraturan Menteri Perindustrian tentang
Roadmap Pengembangan Klaster Industri Prioritas
26
27
RANCANGAN INPRES PENINGKATAN DAYA SAING NASIONAL DALAM
RANGKA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015
PROGRAM TINDAKAN KELUARAN TARGET SASARAN
Peningkatan Daya
Saing IKM
Restrukturisasi
Permesinan IKM
255 IKM yang
menerima bantuan
Desember 2013 -
2015
Meningkatnya nilai
investasi IKM
penerima bantuan
sebesar Rp. 63,7
milyar
Pelatihan Teknis
Produk Unggulan
Daerah
7500 orang IKM
mengikuti
pelatihan teknis
Desember 2013 -
2015
Meningkatkan
kemampuan SDM
IKM yang trampil
Pendampingan
Sentra IKM
3400 Sentra IKM
didampingi oleh
Tenga Penyuluh
Lapangan (TPL)
Desember 2013 -
2015
Didampinginya
sentra IKM oleh
tenaga profesional
Promosi Produk
IKM
Fasilitasi Promosi di
Negara-negara
ASEAN
110 IKM di 5
Negara ASEAN
Desember 2013 -
2015
Meningkatnya nilai
ekspor IKM di
ASEAN 5%
28
Tantangan dalam
menghadapi AEC
Lintas sektoral
Sektor Industri
Lintas Sektoral
-Pengawasan terhadap produk-produk impor masih sangat lemah
-Panjangnya prosedur pengenaan antidumping apabila terjadi
unfair trade practices
-Isu keamanan yang cukup mengganggu iklim investasi
(demonstrasi buruh, ancaman terorisme)
-Kondisi infrastruktur yang belum baik  tingginya biaya
logistik
-THC (Terminal Handling Charge) masih relatif mahal
-dll
Sektor Industri
-Kenaikan UMR yang cukup signifikan
-Kurangnya pasokan gas industri
-Belum terjaminnya pasokan bahan baku
-Tidak adanya insentif bagi industri padat karya
-Impor ilegal
-Rendahnya kualitas SDM
Source: bahan Paparan menteri
Perindustrian – Panel Diskusi
Antisipasi AEC 2015
Tantangan Dalam Menghadapi AEC 2015
29
1.Meningkatkan
Daya Saing (Short Term)
2. Meningkatkan Daya Saing
(Medium-Term)
3. Meningkatkan Daya
Saing (Long-Term)
1. Pengembangan
Kemampuan Sektor
Industri
2. Pasar Dalam Negeri
dan ASEAN sebagai
Base-Load
Peningkatan
Daya Saing
Indonesia
A. Penguatan
Struktur Industri
B.Peningkatan
Dukungan Iklim
Industri
Langkah-langkah Menghadapi AEC 2015
30
1-Pengembangan
Kemampuan Sektor
Industri
2-Memanfaatkan Pasar
Dalam Negeri dan ASEAN
sebagai Base-Load
• Peningkatan Enforcement
• Pengaturan lanjut Pelabuhan
• Membangun peraturan teknis untuk menghilangkan
impor produk tidak standar
• Meningkatkan compliance produk ke ASEAN
• Membangun kemampuan market & industrial intelligence
• Membangun Early Warning System
• Membangun kemampuan advocacy ekspor ke ASEAN
• Membangun produk spesifik Indonesia
• Pengembangan Kemampuan Industri dalam jangka
panjang (35 klaster industri dalam Perpres No. 28 Tahun
2008).
• Percepatan Pengembangan sektor industri hingga 2015.
Industri hilir berbasis agro, migas dan bahan tambang
mineral
Industri berbasis SDM dan pasar domestik
Industri kecil dan menengah
Lain-lain
A. Penguatan
Struktur
Industri
Langkah-langkah Menghadapi AEC 2015
31
3-Meningkatkan Daya
Saing
(Long-Term)
2-Meningkatkan Daya
Saing
(Medium-Term)
1-Meningkatkan Daya
Saing
(Short-Term)
• Jaminan Pasokan Bahan Baku
• Pengawasan impor untuk
meredam produk illegal
• Optimalisasi P3DN
• Menghilangkan gangguan
keamanan
• Peningkatan Faktor
Pendukung Industri
• Membangun kemampuan SDM
Industri
• Membangun R&D industri
B. Peningkatan
Dukungan
Iklim Industri
• Menurunkan biaya modal,
biaya energy dan biaya
manpower serta biaya logistik
• Ketersediaan bahan baku
• Biaya logistik Iklim investasi
(perijinan, pungli, insentif
fiskal, BMDTP)
Langkah-langkah Menghadapi AEC 2015
32
Sektor Industri
Lintas Sektoral
 Intensifikasi sosialisasi AEC kepada stakeholder industri
 Menghidupkan kembali skema insentif untuk indirect
export
 Pemberlakuan antidumping dan safeguard yang lebih
efektif
 Meningkatkan kualitas laboratorium uji dan kompetensi
SDM
 Penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional (SKKNI)
 Penguatan Industri Kecil dan Menengah (IKM)
 Mengembangkan wirausaha baru IKM
Untuk Pasar ASEAN
 Strategi Ofensif
Untuk Pasar Domestik
 Strategi Defensif
Source: Bahan Paparan Menteri
Perindustrian –Panel Diskusi Antisipasi
AEC 2015 (11 Januari 2013)
Telah disusun
Kebijakan dan
Program
Langkah-langkah Menghadapi AEC 2015
33
Untuk Pasar Dalam
Negeri
(Strategi Defensif)
Untuk Pasar
ASEAN
(Strategi Ofensif)
 Agro Industries (cocoa, rubber
and CPO)
 Fish & fish products
 Textile & textile products
 Footwear, leather
 Furniture
 Food & Beverage
 Fertilizer & petrochemical
 Machinery & parts
 Basic metal, iron and steel
 Automotive
 Electronics
 Cement
 Garment
 Footwear
 Food and beverage
 FurnitureSource: Bahan Paparan Menteri
Perindustrian – Panel Diskusi
Antisipasi AEC 2015 (11 Januari 2013)
Industri Yang
Dipersiapkan
AEC 2015
Strategi Menghadapi AEC 2015
34
Program Pelaksanaan
1) Restrukturisasi mesin/peralatan IKM;
2) Penumbuhan pengambangan kewirausahaan IKM melalui
pelatihan Wirausaha baru dan bantuan mesin peralatan;
3) Program beasiswa dan kontrak kerja TPL IKM D3 bidang IKM dan
kewirausahaan;
4) Pengembangan klaster IKM di 43 Kabupaten/Kota, melalui: FGD
klaster, dampingan tenaga ahli, bimbingan teknis dan desain,
bantuan mesin/peralatan, pelatihan-pelatihan, dan partisipasi
pameran dan promosi;
5) Pembinaan IKM melalui pendekatan OVOP di 62 sentra di 55
Kab/Kota, melalui: pelatihan teknis, dampingan tenaga ahli,
bantuan mesin/peralatan, dan partisipasi pameran produk OVOP;
6) Restrukturisasi mesin/peralatan serta fasilitasi peningkatan
pelayanan IKM kepada 19 UPT;
Pengembangan Kemampuan Sektor Industri –
Penguatan Sektor IKM
Sub – sektor industri: IKM Pangan; IKM Sandang; IKM Logam dan
Elektronika; IKM Logam Kimia & Bahan Bangunan; dan IKM Kerajinan
35
Program Pelaksanaan
7) Pelatihan calon wirausaha baru IKM di 28 provinsi, pelatihan
di bidang garment sebagai antisipasi moratorium
pengiriman TKI ke luar negeri, serta pelatihan peningkatan
kemampuan teknis dan manajemen kepada perajin/IKM;
8) Fasilitasi pendaftaran HKI di bidang merk, hak cipta, paten,
desain industri, serta berpartisipasi pada Forum Koordinasi
HKI;
9) Fasilitasi sertifikasi sistem mutu yang diterapkan oleh IKM
terhadap paket Halal, HACCP/SNI, Barcode, Ce-Mark, dan
GMP;
10) Fasilitasi penyusunan RSNI. SNI Wajib (Tekstil dan Mainan
Anak) dan SNI Sukarela, serta fasilitasi penerapan SNI; dan
11) Fasilitasi akses permodalan bagi IKM melalui Kredit Usaha
Rakyat, Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL), Modal
Ventura dan Corporate Service of Responsibility (CSR).
Pengembangan Kemampuan Sektor Industri –
Penguatan Sektor IKM
Sub – sektor industri: IKM Pangan; IKM Sandang; IKM Logam dan
Elektronika; IKM Logam Kimia & Bahan Bangunan; dan IKM Kerajinan
36
Strategi Pengembangan SDM Indonesia Berbasis Kompetensi
Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia (KKNI)
Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia (SKKNI)
PELATIHAN
BERBASIS
KOMPETENSI
(PBK)
SERTIFIKASI
KOMPETENSI
Pengelompokan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Pada 9 Sektor Berjumlah 288
Pertanian,
Perkebunan,
Perikanan
dan Kehutanan
= 48
Industri
Manufaktur
= 43
Listrik,
Pertambangan
dan Energi
= 42
Kesehatan
= 6
Perhubungan
dan
Telekomunikasi
= 11
Keuangan
dan
Perbankan
= 15
Konstruksi
= 62
Jasa,
Konsultasi
dan
Perdagangan
= 45
Kebudayaan,
Pariwisata
dan Seni
= 26
Sumber: Pusdiklat Kemenperin
Saat ini terdapat 43 SKKNI yang terkait dengan industri manufaktur antara lain Sektor Jasa Perusahaan Sub
Sektor Jasa Konsultasi Bisnis dan Manajemen Bidang Jasa Konsultasi Bisnis Sub Bidang Konsultan Spesialis
Design Kemasan, Sektor Industri Barang Galian Bukan Logam Sub Sektor Industri Semen Bidang Produksi Sub
Bidang Proses Produksi Raw Meal dan Semen dll (Lampiran 1)
Persiapan SDM Indonesia menuju MEA 2015
PENGAKUAN KUALIFIKASI SDM INDONESIA OLEH NEGARA ASEAN
KEY POINT: PELATIHAN KERJA + SERTIFIKASI BERSTANDAR
INTERNASIONAL/ASEAN
39
Terima kasih
www.kemenperin.go.id

More Related Content

What's hot

JURNAL PDP VOL 4 NO 2 Benny Agus Setiono Strategi Menyongsong Masyarakat Ekon...
JURNAL PDP VOL 4 NO 2 Benny Agus Setiono Strategi Menyongsong Masyarakat Ekon...JURNAL PDP VOL 4 NO 2 Benny Agus Setiono Strategi Menyongsong Masyarakat Ekon...
JURNAL PDP VOL 4 NO 2 Benny Agus Setiono Strategi Menyongsong Masyarakat Ekon...bennyagussetiono
 
Kelompok 13 Permasalahan, Sejarah, dan Perkembangan UMKM
Kelompok 13 Permasalahan, Sejarah, dan Perkembangan UMKMKelompok 13 Permasalahan, Sejarah, dan Perkembangan UMKM
Kelompok 13 Permasalahan, Sejarah, dan Perkembangan UMKM23WASILATULANISAH
 
Corporate Life Cycle of PT. Telkom Indonesia
Corporate Life Cycle of PT. Telkom IndonesiaCorporate Life Cycle of PT. Telkom Indonesia
Corporate Life Cycle of PT. Telkom IndonesiaMade Kevin Bratawisnu
 
Badan pusat statistik tenaga kerja asing
Badan pusat statistik tenaga kerja asingBadan pusat statistik tenaga kerja asing
Badan pusat statistik tenaga kerja asingLusi Sulistiani
 
Analisis Manajemen Strategi PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.
Analisis Manajemen Strategi PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.Analisis Manajemen Strategi PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.
Analisis Manajemen Strategi PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.Dena Purnama
 

What's hot (6)

JURNAL PDP VOL 4 NO 2 Benny Agus Setiono Strategi Menyongsong Masyarakat Ekon...
JURNAL PDP VOL 4 NO 2 Benny Agus Setiono Strategi Menyongsong Masyarakat Ekon...JURNAL PDP VOL 4 NO 2 Benny Agus Setiono Strategi Menyongsong Masyarakat Ekon...
JURNAL PDP VOL 4 NO 2 Benny Agus Setiono Strategi Menyongsong Masyarakat Ekon...
 
Kelompok 13 Permasalahan, Sejarah, dan Perkembangan UMKM
Kelompok 13 Permasalahan, Sejarah, dan Perkembangan UMKMKelompok 13 Permasalahan, Sejarah, dan Perkembangan UMKM
Kelompok 13 Permasalahan, Sejarah, dan Perkembangan UMKM
 
Corporate Life Cycle of PT. Telkom Indonesia
Corporate Life Cycle of PT. Telkom IndonesiaCorporate Life Cycle of PT. Telkom Indonesia
Corporate Life Cycle of PT. Telkom Indonesia
 
Badan pusat statistik tenaga kerja asing
Badan pusat statistik tenaga kerja asingBadan pusat statistik tenaga kerja asing
Badan pusat statistik tenaga kerja asing
 
Swot indosat
Swot indosatSwot indosat
Swot indosat
 
Analisis Manajemen Strategi PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.
Analisis Manajemen Strategi PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.Analisis Manajemen Strategi PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.
Analisis Manajemen Strategi PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.
 

Viewers also liked

Karakteristik industri kecil
Karakteristik industri kecilKarakteristik industri kecil
Karakteristik industri kecilDian Equanti
 
Innovation of small medium enterprises for sustainability
Innovation of small medium enterprises for sustainabilityInnovation of small medium enterprises for sustainability
Innovation of small medium enterprises for sustainabilityTogar Simatupang
 
Peningkatan Kualitas SDM: Peluang, Tantangan dan Strategi Mensinergikannya
Peningkatan Kualitas SDM: Peluang, Tantangan dan Strategi MensinergikannyaPeningkatan Kualitas SDM: Peluang, Tantangan dan Strategi Mensinergikannya
Peningkatan Kualitas SDM: Peluang, Tantangan dan Strategi MensinergikannyaF W
 
Persiapan Indonesia Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)
Persiapan Indonesia Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)Persiapan Indonesia Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)
Persiapan Indonesia Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)Joko DeCo
 
Komunikasi Bisnis Antar Budaya dalam Era Globalisasi
Komunikasi Bisnis Antar Budaya dalam Era GlobalisasiKomunikasi Bisnis Antar Budaya dalam Era Globalisasi
Komunikasi Bisnis Antar Budaya dalam Era GlobalisasiJurnal Go-Blog
 
7 kesalahan terbesar dalam marketing
7 kesalahan terbesar dalam marketing7 kesalahan terbesar dalam marketing
7 kesalahan terbesar dalam marketingIrsan Widyawan
 
Baca Online Buku Studentpreneur Guidebook
Baca Online Buku Studentpreneur GuidebookBaca Online Buku Studentpreneur Guidebook
Baca Online Buku Studentpreneur GuidebookArry Rahmawan
 
[BUKU PANDUAN PENGUSAHA MUDA] STUDENTPRENEUR GUIDEBOOK - Berani Memulai Bisni...
[BUKU PANDUAN PENGUSAHA MUDA] STUDENTPRENEUR GUIDEBOOK - Berani Memulai Bisni...[BUKU PANDUAN PENGUSAHA MUDA] STUDENTPRENEUR GUIDEBOOK - Berani Memulai Bisni...
[BUKU PANDUAN PENGUSAHA MUDA] STUDENTPRENEUR GUIDEBOOK - Berani Memulai Bisni...Arry Rahmawan
 

Viewers also liked (9)

Karakteristik industri kecil
Karakteristik industri kecilKarakteristik industri kecil
Karakteristik industri kecil
 
Innovation of small medium enterprises for sustainability
Innovation of small medium enterprises for sustainabilityInnovation of small medium enterprises for sustainability
Innovation of small medium enterprises for sustainability
 
Peningkatan Kualitas SDM: Peluang, Tantangan dan Strategi Mensinergikannya
Peningkatan Kualitas SDM: Peluang, Tantangan dan Strategi MensinergikannyaPeningkatan Kualitas SDM: Peluang, Tantangan dan Strategi Mensinergikannya
Peningkatan Kualitas SDM: Peluang, Tantangan dan Strategi Mensinergikannya
 
Persiapan Indonesia Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)
Persiapan Indonesia Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)Persiapan Indonesia Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)
Persiapan Indonesia Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)
 
Komunikasi Bisnis Antar Budaya dalam Era Globalisasi
Komunikasi Bisnis Antar Budaya dalam Era GlobalisasiKomunikasi Bisnis Antar Budaya dalam Era Globalisasi
Komunikasi Bisnis Antar Budaya dalam Era Globalisasi
 
Perekonomian Terbuka
Perekonomian TerbukaPerekonomian Terbuka
Perekonomian Terbuka
 
7 kesalahan terbesar dalam marketing
7 kesalahan terbesar dalam marketing7 kesalahan terbesar dalam marketing
7 kesalahan terbesar dalam marketing
 
Baca Online Buku Studentpreneur Guidebook
Baca Online Buku Studentpreneur GuidebookBaca Online Buku Studentpreneur Guidebook
Baca Online Buku Studentpreneur Guidebook
 
[BUKU PANDUAN PENGUSAHA MUDA] STUDENTPRENEUR GUIDEBOOK - Berani Memulai Bisni...
[BUKU PANDUAN PENGUSAHA MUDA] STUDENTPRENEUR GUIDEBOOK - Berani Memulai Bisni...[BUKU PANDUAN PENGUSAHA MUDA] STUDENTPRENEUR GUIDEBOOK - Berani Memulai Bisni...
[BUKU PANDUAN PENGUSAHA MUDA] STUDENTPRENEUR GUIDEBOOK - Berani Memulai Bisni...
 

Similar to UU Industri Baru

14 Kemudahan Berusaha Di Indonesia (Ir Yuliot - BKPM)
14 Kemudahan Berusaha Di Indonesia (Ir Yuliot - BKPM)14 Kemudahan Berusaha Di Indonesia (Ir Yuliot - BKPM)
14 Kemudahan Berusaha Di Indonesia (Ir Yuliot - BKPM)Massaputro Delly TP
 
Paket Kebijakan Deregulasi Ekonomi Indonesia
Paket Kebijakan Deregulasi Ekonomi IndonesiaPaket Kebijakan Deregulasi Ekonomi Indonesia
Paket Kebijakan Deregulasi Ekonomi IndonesiaAr rayan
 
Peluang dan Tantangan Kerjasama di Bidang Pertanian dalam Kerangka Indonesia ...
Peluang dan Tantangan Kerjasama di Bidang Pertanian dalam Kerangka Indonesia ...Peluang dan Tantangan Kerjasama di Bidang Pertanian dalam Kerangka Indonesia ...
Peluang dan Tantangan Kerjasama di Bidang Pertanian dalam Kerangka Indonesia ...Hermanto .
 
Isu strategis pengelolaan industri dalam perpekstif kebijakan fiskal
Isu strategis pengelolaan industri dalam perpekstif kebijakan fiskalIsu strategis pengelolaan industri dalam perpekstif kebijakan fiskal
Isu strategis pengelolaan industri dalam perpekstif kebijakan fiskalMahammad Khadafi
 
wegjcjselamat Menghilangkan pikiran negatif pesimis, ketakutan, instink akan ...
wegjcjselamat Menghilangkan pikiran negatif pesimis, ketakutan, instink akan ...wegjcjselamat Menghilangkan pikiran negatif pesimis, ketakutan, instink akan ...
wegjcjselamat Menghilangkan pikiran negatif pesimis, ketakutan, instink akan ...001KelasUjiA1
 
Makalah ttg asean deplu 10 des.2010
Makalah ttg asean  deplu 10 des.2010 Makalah ttg asean  deplu 10 des.2010
Makalah ttg asean deplu 10 des.2010 Amril Taufik Gobel
 
291010 dampak kebijakan rev 1.0
291010 dampak kebijakan rev 1.0291010 dampak kebijakan rev 1.0
291010 dampak kebijakan rev 1.0cokorda.dewi
 
Optimalisasi Kebijakan Perdagangan Indonesia di ASEAN - Anwar Nasution
Optimalisasi Kebijakan Perdagangan Indonesia di ASEAN - Anwar Nasution  Optimalisasi Kebijakan Perdagangan Indonesia di ASEAN - Anwar Nasution
Optimalisasi Kebijakan Perdagangan Indonesia di ASEAN - Anwar Nasution Perpus Maya
 
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JAWA TIMUR - BADAN PERENCANA PEMBANGUNAN DAERAH
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JAWA TIMUR - BADAN PERENCANA PEMBANGUNAN DAERAH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JAWA TIMUR - BADAN PERENCANA PEMBANGUNAN DAERAH
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JAWA TIMUR - BADAN PERENCANA PEMBANGUNAN DAERAH Adi T Wibowo
 
TRANSFORMASI STRUKTURAL PEREKONOMIAN INDONESIA.pptx
TRANSFORMASI STRUKTURAL PEREKONOMIAN INDONESIA.pptxTRANSFORMASI STRUKTURAL PEREKONOMIAN INDONESIA.pptx
TRANSFORMASI STRUKTURAL PEREKONOMIAN INDONESIA.pptxDahlan Tampubolon
 
INFRASTRUKTUR STRATEGIS DI JAWA TIMUR
INFRASTRUKTUR STRATEGIS DI JAWA TIMURINFRASTRUKTUR STRATEGIS DI JAWA TIMUR
INFRASTRUKTUR STRATEGIS DI JAWA TIMURAndi Pranawa
 
Perkembangan dan Prospek Sektor Teknologi Informasi dan Telekomunikasi (TIK)
Perkembangan dan Prospek Sektor Teknologi Informasi dan Telekomunikasi (TIK)Perkembangan dan Prospek Sektor Teknologi Informasi dan Telekomunikasi (TIK)
Perkembangan dan Prospek Sektor Teknologi Informasi dan Telekomunikasi (TIK)Mastel Indonesia
 
transformasistrukturalperekonomianindonesia-230901183319-2fc269ae(1).pptx
transformasistrukturalperekonomianindonesia-230901183319-2fc269ae(1).pptxtransformasistrukturalperekonomianindonesia-230901183319-2fc269ae(1).pptx
transformasistrukturalperekonomianindonesia-230901183319-2fc269ae(1).pptxjhosiyosi2
 
bri sofyan basir
bri sofyan basirbri sofyan basir
bri sofyan basirTri Damri
 
[revisi 3-6-2022] 38. Nuryanti - NTB Halal Industrial Park.pptx
[revisi 3-6-2022] 38. Nuryanti - NTB Halal Industrial Park.pptx[revisi 3-6-2022] 38. Nuryanti - NTB Halal Industrial Park.pptx
[revisi 3-6-2022] 38. Nuryanti - NTB Halal Industrial Park.pptxNazmulWatan
 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR KALIMANTA...
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN  AKHIR MASA JABATAN  GUBERNUR KALIMANTA...LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN  AKHIR MASA JABATAN  GUBERNUR KALIMANTA...
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR KALIMANTA...Kamen Ride
 
Daya Saing Konstruksi Nasional
Daya Saing Konstruksi NasionalDaya Saing Konstruksi Nasional
Daya Saing Konstruksi NasionalSapri Pamulu, Ph.D
 

Similar to UU Industri Baru (20)

14 Kemudahan Berusaha Di Indonesia (Ir Yuliot - BKPM)
14 Kemudahan Berusaha Di Indonesia (Ir Yuliot - BKPM)14 Kemudahan Berusaha Di Indonesia (Ir Yuliot - BKPM)
14 Kemudahan Berusaha Di Indonesia (Ir Yuliot - BKPM)
 
Paket Kebijakan Deregulasi Ekonomi Indonesia
Paket Kebijakan Deregulasi Ekonomi IndonesiaPaket Kebijakan Deregulasi Ekonomi Indonesia
Paket Kebijakan Deregulasi Ekonomi Indonesia
 
Peluang dan Tantangan Kerjasama di Bidang Pertanian dalam Kerangka Indonesia ...
Peluang dan Tantangan Kerjasama di Bidang Pertanian dalam Kerangka Indonesia ...Peluang dan Tantangan Kerjasama di Bidang Pertanian dalam Kerangka Indonesia ...
Peluang dan Tantangan Kerjasama di Bidang Pertanian dalam Kerangka Indonesia ...
 
Isu strategis pengelolaan industri dalam perpekstif kebijakan fiskal
Isu strategis pengelolaan industri dalam perpekstif kebijakan fiskalIsu strategis pengelolaan industri dalam perpekstif kebijakan fiskal
Isu strategis pengelolaan industri dalam perpekstif kebijakan fiskal
 
Strategi dan kebijakan peningkatan investasi bidang infrastruktur transportasi
Strategi dan kebijakan peningkatan investasi bidang infrastruktur transportasiStrategi dan kebijakan peningkatan investasi bidang infrastruktur transportasi
Strategi dan kebijakan peningkatan investasi bidang infrastruktur transportasi
 
wegjcjselamat Menghilangkan pikiran negatif pesimis, ketakutan, instink akan ...
wegjcjselamat Menghilangkan pikiran negatif pesimis, ketakutan, instink akan ...wegjcjselamat Menghilangkan pikiran negatif pesimis, ketakutan, instink akan ...
wegjcjselamat Menghilangkan pikiran negatif pesimis, ketakutan, instink akan ...
 
Makalah ttg asean deplu 10 des.2010
Makalah ttg asean  deplu 10 des.2010 Makalah ttg asean  deplu 10 des.2010
Makalah ttg asean deplu 10 des.2010
 
291010 dampak kebijakan rev 1.0
291010 dampak kebijakan rev 1.0291010 dampak kebijakan rev 1.0
291010 dampak kebijakan rev 1.0
 
Optimalisasi Kebijakan Perdagangan Indonesia di ASEAN - Anwar Nasution
Optimalisasi Kebijakan Perdagangan Indonesia di ASEAN - Anwar Nasution  Optimalisasi Kebijakan Perdagangan Indonesia di ASEAN - Anwar Nasution
Optimalisasi Kebijakan Perdagangan Indonesia di ASEAN - Anwar Nasution
 
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JAWA TIMUR - BADAN PERENCANA PEMBANGUNAN DAERAH
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JAWA TIMUR - BADAN PERENCANA PEMBANGUNAN DAERAH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JAWA TIMUR - BADAN PERENCANA PEMBANGUNAN DAERAH
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JAWA TIMUR - BADAN PERENCANA PEMBANGUNAN DAERAH
 
TRANSFORMASI STRUKTURAL PEREKONOMIAN INDONESIA.pptx
TRANSFORMASI STRUKTURAL PEREKONOMIAN INDONESIA.pptxTRANSFORMASI STRUKTURAL PEREKONOMIAN INDONESIA.pptx
TRANSFORMASI STRUKTURAL PEREKONOMIAN INDONESIA.pptx
 
INFRASTRUKTUR STRATEGIS DI JAWA TIMUR
INFRASTRUKTUR STRATEGIS DI JAWA TIMURINFRASTRUKTUR STRATEGIS DI JAWA TIMUR
INFRASTRUKTUR STRATEGIS DI JAWA TIMUR
 
Strategi pencapaian rencana kerja pemerintah dan penganggarannya tahun 2018
Strategi pencapaian rencana kerja pemerintah dan penganggarannya tahun 2018Strategi pencapaian rencana kerja pemerintah dan penganggarannya tahun 2018
Strategi pencapaian rencana kerja pemerintah dan penganggarannya tahun 2018
 
Perkembangan dan Prospek Sektor Teknologi Informasi dan Telekomunikasi (TIK)
Perkembangan dan Prospek Sektor Teknologi Informasi dan Telekomunikasi (TIK)Perkembangan dan Prospek Sektor Teknologi Informasi dan Telekomunikasi (TIK)
Perkembangan dan Prospek Sektor Teknologi Informasi dan Telekomunikasi (TIK)
 
transformasistrukturalperekonomianindonesia-230901183319-2fc269ae(1).pptx
transformasistrukturalperekonomianindonesia-230901183319-2fc269ae(1).pptxtransformasistrukturalperekonomianindonesia-230901183319-2fc269ae(1).pptx
transformasistrukturalperekonomianindonesia-230901183319-2fc269ae(1).pptx
 
bri sofyan basir
bri sofyan basirbri sofyan basir
bri sofyan basir
 
Kuliah umum bkf
Kuliah umum bkfKuliah umum bkf
Kuliah umum bkf
 
[revisi 3-6-2022] 38. Nuryanti - NTB Halal Industrial Park.pptx
[revisi 3-6-2022] 38. Nuryanti - NTB Halal Industrial Park.pptx[revisi 3-6-2022] 38. Nuryanti - NTB Halal Industrial Park.pptx
[revisi 3-6-2022] 38. Nuryanti - NTB Halal Industrial Park.pptx
 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR KALIMANTA...
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN  AKHIR MASA JABATAN  GUBERNUR KALIMANTA...LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN  AKHIR MASA JABATAN  GUBERNUR KALIMANTA...
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR KALIMANTA...
 
Daya Saing Konstruksi Nasional
Daya Saing Konstruksi NasionalDaya Saing Konstruksi Nasional
Daya Saing Konstruksi Nasional
 

More from Kacung Abdullah

Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah -PP 7 tahun 2021
Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah -PP 7 tahun 2021Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah -PP 7 tahun 2021
Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah -PP 7 tahun 2021Kacung Abdullah
 
PERMENPANRB NOMOR 77 TAHUN 2012 TENTANG PENYETARAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGEL...
PERMENPANRB NOMOR 77 TAHUN 2012 TENTANG PENYETARAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGEL...PERMENPANRB NOMOR 77 TAHUN 2012 TENTANG PENYETARAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGEL...
PERMENPANRB NOMOR 77 TAHUN 2012 TENTANG PENYETARAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGEL...Kacung Abdullah
 
PERMEN PANRB 28 TAHUN 2019 PENYETARAAN JABATAN ADMINISTRASI KE DALAM JABATAN ...
PERMEN PANRB 28 TAHUN 2019 PENYETARAAN JABATAN ADMINISTRASI KE DALAM JABATAN ...PERMEN PANRB 28 TAHUN 2019 PENYETARAAN JABATAN ADMINISTRASI KE DALAM JABATAN ...
PERMEN PANRB 28 TAHUN 2019 PENYETARAAN JABATAN ADMINISTRASI KE DALAM JABATAN ...Kacung Abdullah
 
Pembahasan Implementasi Revolusi Industri Baru (Industry 4.0) di Indonesia
Pembahasan Implementasi Revolusi Industri Baru (Industry 4.0) di IndonesiaPembahasan Implementasi Revolusi Industri Baru (Industry 4.0) di Indonesia
Pembahasan Implementasi Revolusi Industri Baru (Industry 4.0) di IndonesiaKacung Abdullah
 
Cara penyusunan dan penetapan HPS Pengdadaan Barang dan Jasa Pemerintah
Cara penyusunan dan penetapan HPS Pengdadaan Barang dan Jasa PemerintahCara penyusunan dan penetapan HPS Pengdadaan Barang dan Jasa Pemerintah
Cara penyusunan dan penetapan HPS Pengdadaan Barang dan Jasa PemerintahKacung Abdullah
 
Klasifikasi Industri Kecil, Menengah dan Besar berdasarkan Permenperin No. 64...
Klasifikasi Industri Kecil, Menengah dan Besar berdasarkan Permenperin No. 64...Klasifikasi Industri Kecil, Menengah dan Besar berdasarkan Permenperin No. 64...
Klasifikasi Industri Kecil, Menengah dan Besar berdasarkan Permenperin No. 64...Kacung Abdullah
 
Chapter 6, Training Evaluation
Chapter 6, Training Evaluation Chapter 6, Training Evaluation
Chapter 6, Training Evaluation Kacung Abdullah
 
Pengertian value dan contohnya dalam organisasi
Pengertian value dan contohnya dalam organisasiPengertian value dan contohnya dalam organisasi
Pengertian value dan contohnya dalam organisasiKacung Abdullah
 
Persfektif dalam organisasi
Persfektif dalam organisasiPersfektif dalam organisasi
Persfektif dalam organisasiKacung Abdullah
 
Capital Structure & Leverage
Capital Structure & Leverage Capital Structure & Leverage
Capital Structure & Leverage Kacung Abdullah
 
Analisis dan penyajian data
Analisis dan penyajian dataAnalisis dan penyajian data
Analisis dan penyajian dataKacung Abdullah
 
Strategic Human Resorce Management
Strategic Human Resorce ManagementStrategic Human Resorce Management
Strategic Human Resorce ManagementKacung Abdullah
 
Hukum perjanjian (Hukum Kontrak)
Hukum perjanjian (Hukum Kontrak)Hukum perjanjian (Hukum Kontrak)
Hukum perjanjian (Hukum Kontrak)Kacung Abdullah
 
Perumusan Strategi : Analisis Situasi dan Strategi Bisnis
Perumusan Strategi : Analisis Situasi dan Strategi BisnisPerumusan Strategi : Analisis Situasi dan Strategi Bisnis
Perumusan Strategi : Analisis Situasi dan Strategi BisnisKacung Abdullah
 
Defining Marketing for the 21st Century
Defining Marketing for the 21st CenturyDefining Marketing for the 21st Century
Defining Marketing for the 21st CenturyKacung Abdullah
 

More from Kacung Abdullah (20)

Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah -PP 7 tahun 2021
Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah -PP 7 tahun 2021Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah -PP 7 tahun 2021
Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah -PP 7 tahun 2021
 
PERMENPANRB NOMOR 77 TAHUN 2012 TENTANG PENYETARAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGEL...
PERMENPANRB NOMOR 77 TAHUN 2012 TENTANG PENYETARAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGEL...PERMENPANRB NOMOR 77 TAHUN 2012 TENTANG PENYETARAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGEL...
PERMENPANRB NOMOR 77 TAHUN 2012 TENTANG PENYETARAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGEL...
 
PERMEN PANRB 28 TAHUN 2019 PENYETARAAN JABATAN ADMINISTRASI KE DALAM JABATAN ...
PERMEN PANRB 28 TAHUN 2019 PENYETARAAN JABATAN ADMINISTRASI KE DALAM JABATAN ...PERMEN PANRB 28 TAHUN 2019 PENYETARAAN JABATAN ADMINISTRASI KE DALAM JABATAN ...
PERMEN PANRB 28 TAHUN 2019 PENYETARAAN JABATAN ADMINISTRASI KE DALAM JABATAN ...
 
Pembahasan Implementasi Revolusi Industri Baru (Industry 4.0) di Indonesia
Pembahasan Implementasi Revolusi Industri Baru (Industry 4.0) di IndonesiaPembahasan Implementasi Revolusi Industri Baru (Industry 4.0) di Indonesia
Pembahasan Implementasi Revolusi Industri Baru (Industry 4.0) di Indonesia
 
Cara penyusunan dan penetapan HPS Pengdadaan Barang dan Jasa Pemerintah
Cara penyusunan dan penetapan HPS Pengdadaan Barang dan Jasa PemerintahCara penyusunan dan penetapan HPS Pengdadaan Barang dan Jasa Pemerintah
Cara penyusunan dan penetapan HPS Pengdadaan Barang dan Jasa Pemerintah
 
Klasifikasi Industri Kecil, Menengah dan Besar berdasarkan Permenperin No. 64...
Klasifikasi Industri Kecil, Menengah dan Besar berdasarkan Permenperin No. 64...Klasifikasi Industri Kecil, Menengah dan Besar berdasarkan Permenperin No. 64...
Klasifikasi Industri Kecil, Menengah dan Besar berdasarkan Permenperin No. 64...
 
Chapter 6, Training Evaluation
Chapter 6, Training Evaluation Chapter 6, Training Evaluation
Chapter 6, Training Evaluation
 
Pengertian value dan contohnya dalam organisasi
Pengertian value dan contohnya dalam organisasiPengertian value dan contohnya dalam organisasi
Pengertian value dan contohnya dalam organisasi
 
Organization life cycle
Organization life cycleOrganization life cycle
Organization life cycle
 
Persfektif dalam organisasi
Persfektif dalam organisasiPersfektif dalam organisasi
Persfektif dalam organisasi
 
21 core competencies
21 core competencies21 core competencies
21 core competencies
 
Pendanaan/Modal
Pendanaan/ModalPendanaan/Modal
Pendanaan/Modal
 
Capital Structure & Leverage
Capital Structure & Leverage Capital Structure & Leverage
Capital Structure & Leverage
 
Working Capital
Working CapitalWorking Capital
Working Capital
 
Analisis dan penyajian data
Analisis dan penyajian dataAnalisis dan penyajian data
Analisis dan penyajian data
 
Strategic Human Resorce Management
Strategic Human Resorce ManagementStrategic Human Resorce Management
Strategic Human Resorce Management
 
Hukum perjanjian (Hukum Kontrak)
Hukum perjanjian (Hukum Kontrak)Hukum perjanjian (Hukum Kontrak)
Hukum perjanjian (Hukum Kontrak)
 
Perumusan Strategi : Analisis Situasi dan Strategi Bisnis
Perumusan Strategi : Analisis Situasi dan Strategi BisnisPerumusan Strategi : Analisis Situasi dan Strategi Bisnis
Perumusan Strategi : Analisis Situasi dan Strategi Bisnis
 
KBLI 2015
KBLI 2015KBLI 2015
KBLI 2015
 
Defining Marketing for the 21st Century
Defining Marketing for the 21st CenturyDefining Marketing for the 21st Century
Defining Marketing for the 21st Century
 

UU Industri Baru

  • 1. Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah KESIAPAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DALAM RANGKA MENYONGSONG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (AEC) 2015 Disampaikan oleh Dirjen IKM Pada acara Launching “Aplikasi International Trade and Investment Summit 2015” Jakarta, 28 Agustus 2014
  • 2. 2 Agenda I. Posisi Indonesia di ASEAN II. Kinerja Sektor Industri Nasional III. UU No.3 / 2014 tentang Perindustrian IV. Kebijakan Pengembangan IKM Dalam Menghadapi AEC (MEA) 2015
  • 4. The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia 4 INDONESIA IS PLAYING A MORE DOMINANT ROLE IN GLOBAL AFFAIRS Lokasi Strategis : Pintu menuju pasar ASEAN New York (21 hrs) London 15hrs 30mnt Johannesburg (14 hrs) Dubai (8 hrs) New Delhi (8 hrs) Tokyo (7 hrs) Beijing (9hrs) Melbourne (6hrs 30mnt) Darwin (3hrs 20mnt) Berlin (15 hrs) Moscow (11 hrs) Ria De Janeiro (24hrs) Jakarta Singapore (1hr 42 min) Sydney (6hrs 50mnt) Indonesia lies at the intersection of the Pacific Ocean, along the Malacca Straits and the Indian Ocean. Over half of all international shipping goes through Indonesian waters.
  • 5. 5 Country Trade With World Trade With ASEAN Exports Imports Exports Imports Brunei Darussalam 12.646.692 5.851.820 1.721,1 1.191,1 Cambodia 8.616.240 11.105.177 833,7 2.170,1 Indonesia 190.031.839 191.690.908 41.831.096 53.822.133 Lao PDR 2.755.718 5.360.577 959,8 1.570,5 Malaysia 227.302.727 196.418.972 60.926.855 54.976.200 Myanmar 9.696.083 15.448.442 3.957,4 3.250,3 Philippines 51.995.238 65.386.399 9.804.383 14.953.912 Singapore 408.393.020 379.722.889 129.831.250 79.800.497 Thailand 229.544.513 247.575.852 56.732.360 42.622.805 Vietnam 123.164.427 124.009.490 13.504,8 20.793,2 DEFISIT PERDAGANGAN INDONESIA – ASEAN – DUNIA Source : Trademap, ASEAN Statistic (Trade With ASEAN for CLMV-Brunei using 2011 data) USD thousands (2012) • Mayoritas perdagangan negara-negara anggota ASEAN dilakukan dengan negara-negara non- ASEAN. • Hal tersebut menunjukan bahwa potensi perdagangan intra-regional ASEAN belum sepenuhnya
  • 6. 6 DAYA SAING ... Sumber : Global Competitiveness Index 2009- Ease of Doing Business INA CHN JPN KOR SIN Overall 121 79 18 16 1 Construction Permit 60 181 44 22 2 Protecting Investors 44 93 16 74 2 Trading Across Border 47 50 24 8 1 • Production factors is lower compared to other industrialized country in Asia such as China, Thailand, Malaysia, and Philippines. • In terms of Ease of Doing Business, Indonesia is better in Construction Permit, Protecting investors, and Trading Across Border, Compared to China. • The competitiveness has also increased significantly in WEF rank during 2008 – 2011, unfortunetely condition in the 2012 not perform as we expected eventhough better than India, Philipines and Vietnam. No Negara 2009-2010 2010-2011 2011-2012 2012-2013 1 Singapura 3 3 2 2 2 Jepang 8 6 9 10 3 Korea Selatan 19 22 24 19 4 Australia 15 16 20 20 5 New Zealand 20 23 25 23 6 Malaysia 24 26 21 25 7 Brunei 32 28 28 28 8 China 29 27 26 29 9 Thailand 36 38 39 38 10 Indonesia 54 44 46 50 11 India 49 51 56 59 12 Filipina 87 83 75 65 13 Vietnam 75 59 65 75 14 Kamboja 110 109 97 85 15 Laos N/A N/A N/A N/A 16 Myanmar N/A N/A N/A N/A
  • 8. 8 Source: United Nations Service Trade Statistics Database Nilai Ekspor Jasa Negara ASEAN (Mil US$) 2009 2010 2011 Q1 2012 Brunei Darussalam 914.9105 1053.72 1209.029 263.0414 Cambodia 1524.718 1669.02 2212.564 713.7877 Indonesia 13155.45 16765.77 20690.34 5833.52 Lao People's Dem. Rep. 397.262 510.9939 549.6428 162.8749 Malaysia 27951.55 31800.53 35851.02 8653.004 Myanmar 313.3617 362.9171 611.9811 234.6942 Singapore 81783.36 100863.3 116215.8 29474.06 Thailand 30156.68 34326.42 41572.59 12714.94 Viet Nam 5766 7460 8879 2538 Source: World Economic Situation and Prospects, UN, 2013 Singapura dan Thailand menjadi negara ASEAN terbesar pengekspor sektor services di dunia
  • 9. 9 • Sektor jasa Indonesia pada tahun 2009 memberikan kontribusi 45% dari total perekonomian. • Peran sektor jasa sebagai input bagi semua sektor ekonomi – terutama jasa-jasa infrastruktur (keuangan, telekomunikasi, transportasi, logistik) sangat krusial untuk mendukung pertumbuhan dan daya saing perekonomian nasional. • Sebuah kajian tahun 2012 berdasarkan data 1984-2008 menyimpulkan i. 80% pengurangan kemiskinan di daerah pedesaan ii. 67% pengurangan kemiskinan di daerah perkotaan disumbangkan oleh sektor jasa. • Namun saat ini sektor jasa merupakan penyumbang defisit jasa yang hampir permanen. • Walau transaksi sektor jasa semakin besar yang ditandai oleh ekspor dan impor jasa yang terus meningkat, namun neracanya masih defisit. Sektor jasa dan tenaga kerja dalam perekonomian Indonesia
  • 11. 11 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN SEKTOR INDUSTRI NON-MIGAS INDONESIA S.D. SEMESTER I TAHUN 2014 PERTUMBUHAN PDB INDUSTRI NON MIGAS 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 SEM I 2014 5,86 5,27 5,15 4,05 2,56 5,12 6,74 6,42 6,10 5,49 PERTUMBUHAN PDB EKONOMI 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 SEM I 2014 5,69 5,50 6,35 6,01 4,63 6,22 6,49 6,26 5,78 5,17 Sumber : BPS diolah Kemenperin
  • 12. 12 A. PERTUMBUHAN EKONOMI S.D. SEMESTER I TAHUN 2014 (tahun dasar 2000, persen) Sumber : BPS diolah Kemenperin
  • 13. 13 Beberapa sifat Industri Mikro dan Kecil  Menyerap tenaga kerja relatif banyak, karena jumlah usahanya banyak  Jumlah Investasi yang dibutuhkan relatif kecil  Lebih fleksibel dan mudah beradaptasi dengan keadaan  Tuidak mudah terpengaruh oleh eksternal  Dapat menjadi subsitusi barang impor  Mudah masuk dan keluar  Mudah berganti usaha ke sektor lain INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH Struktur Pendidikan Untuk IMKM Pendidikan Persentase Tidak tamat SD 22.82 Tamat SD 36.43 SLTP 18.65 SLTA 19.25 Diploma (D1 dan D2) 0.26 Sarjana Muda/D3 0.65 Sarjana (S1, S2, dan S3) 1.93 Source: BPS diolah (2013)
  • 14. 14 Jumlah Industri Manufaktur di Indonesia Menurut Skala Industri (unit) Tahun Mikro Kecil Sedang Besar 2006 2.888.811 305.650 21.305 7.323 2007 2.954.480 264.117 19.938 7.061 2008 2.891.384 250.849 18.053 6.734 2009 2.868.994 218.916 17.829 6.639 2010 2.538.752 202.877 16.593 6.752 2011 2.563.617 424.282 16.096 6.955 2012 2.813.439 86.79% 404.604 12,48% 16.726 0,52% 6.742 0.21% Jumlah IMKM : tahun 2012 = 3.234.769 unit (99.79%) Jumlah Tenaga Kerja di Industri Manufaktur Menurut Skala Industri (Orang) Tahun Mikro Kecil Sedang Besar 2006 4.892.452 2.151.589 793.407 3.743.209 2007 4.805.266 2.020.416 736.953 3.663.623 2008 4.618.398 1.963.688 673.767 3.579.880 2009 4.615.742 1.750.789 637.609 3.506.663 2010 4.601.392 1.553.584 678.480 3.632.202 2011 4.651.325 1.552.850 702.002 3.669.219 2012 5.186.026 43,49% 2.088.609 17.51% 769.010 6,45% 3.879.917 32,53% Penyerapan TK IMKM : 8.043.645 (67,47%)
  • 15. 15 Nilai Produksi Industri Manufaktur Menurut Skala Industri (dalam Milyar Rupiah) Tahun Mikro Kecil Sedang Besar 2006 82.483,56 87.228,87 97.398,21 1.005.853,57 2007 85.447,47 80.986,06 104.939,44 1.178.039,64 2008 85.050,53 102.800,50 120.346,70 1.404.497,54 2009 89.297,57 86.247,40 121.738,21 1.427.903,04 2010 93.979,43 71.994,34 129.541,62 1.479.021,97 2011 98.903,95 76.486,79 137.845,24 1.503.721,64 2012 143.420,66 6,01% 104.629,98 4,38% 195.253,24 8,18% 1.944.326,90 81,43% N.PRODUKSI /UU 0.051 0.258 11.674 288.390 Nilai Produksi IMKM : 443.303,88 (18,57%)
  • 16. Pertumbuhan Produksi IBS, IMK, dan PDB Industri Non Migas (%, quarter to quarter ) 0,75 3,09 0,52 -1,53 -0,31 3,42 0,1 7,65 -2,2 1,12 1,26 1,48 2,21 4,54 -1,12 5,29 1,27 1,74 6,52 -1,14 3,29 3,14 1,67 -2,25 3,24 4,18 1,74 -2,45 2,93 -3,35-4,0 -2,0 0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 Triw1'11 Triw2'11 Triw3'11 Triw4'11 Triw1'12 Triw2'12 Triw3'12 Triw4'12 Triw1'13 Triw2'13 % Produksi IBS Produksi IMK PDB Industri Non Migas Source: BPS diolah (2013)
  • 17. Pertumbuhan Produksi IBS,IMK, dan PDN Industri Non Migas (%, yoy ) 1,72 2,04 1,62 11,10 8,99 6,57 7,22 2,11 5,19 1,89 4,84 15,55 5,87 5,82 6,89 6,97 6,75 6,43 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 Triw1'12 Triw2'12 Triw3'12 Triw4'12 Triw1'13 Triw2'13 % Produksi IBS Produksi IMK PDB Industri Non Migas Source: BPS diolah (2013)
  • 18. UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN
  • 19. 19 LATAR BELAKANG UU NO. 3 TAHUN 2014,UU NO. 3 TAHUN 2014, ditetapkan pada tanggal 15 Januari 2014ditetapkan pada tanggal 15 Januari 2014 UU No. 5 Tahun 1984UU No. 5 Tahun 1984 Faktor-faktor yang mempengaruhi: a. otonomi daerah; b. era globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa perubahan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di tingkat nasional maupun internasional; c. perlunya pemanfaatan sumber daya alam secara optimal oleh industri nasional guna penciptaan nilai tambah yang sebesar-besarnya di dalam negeri; dan d. perlunya peningkatan peran dan keterlibatan Pemerintah secara langsung di dalam mendukung pengembangan industri nasional. Pembangunan Industri melalui penguatan struktur industri yang mandiri, sehat dan berdaya saing, dengan : -Mendayagunakan sumber daya secara optimal dan efisien, -Mendorong perkembangan industri ke seluruh wilayah Indonesia, dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional yang berlandaskan pada kerakyatan, keadilan, dan nilai-nilai luhur budaya bangsa dengan mengutamakan kepentingan nasional
  • 20. 20 Pembangunan Sumber Daya Industri • Pembangunan SDM • Pemanfaatan SDA • Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi Industri • Pengembangan dan Pemanfaatan Kreativitas dan Inovasi • Penyediaan Sumber Pembiayaan Pembangunan Sarana dan Prasarana Industri • Standardisasi Industri • Infrastruktur Industri • Sistem Informasi Industri Nasional • Perwilayahan Industri Pemberdayaan Industri • IKM • Industri Hijau • Industri Strategis • P3DN • Kerja Sama Internasional di Bidang Industri • Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional • Kebijakan Industri Nasional • Rencana Kerja Pembangunan Industri TUJUAN PEMBANGUNAN INDUSTRI Industri yang mandiri, berdaya saing, dan maju untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.Instrumen Pendukung •Perizinan •Penanaman Modal Bidang Industri •Fasilitas Industri Instrumen Pendukung •Komite Industri Nasional •Peran Serta Masyarakat •Pengawasan dan Pengendalian, •Sanksi SKEMA UU NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN Tindakan Pengamanan dan Penyelamatan Industri •Tindakan Pengamanan Industri •Tindakan Penyelamatan Industri Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di Bidang Perindustrian
  • 21. Tujuan Pemberdayaan IKM (psl 72, 1) a.berdaya saing; b.berperan signifikan dalam penguatan struktur Industri nasional; c.berperan dalam pengentasan kemiskinan kesempatan kerja; dan menghasilkan barang dan/atau Jasa Industri untuk diekspor. perumusan kebijakan; (psl 72, 2) Penguatan kapasitas kelembagaan; (psl 72, 2) pemberian fasilitas. (psl 72, 2) a. sumber daya Industri daerah; b. penguatan dan pendalaman struktur Industri nasional; c. perkembangan ekonomi nasional dan global. (psl psl 72) a. peningkatan kemampuan sentra, unit pelayanan teknis, tenaga penyuluh lapangan, serta konsultan Industri kecil dan Industri menengah; dan b. kerja sama dengan (psl 74, 1) a. Peningkatan kompetensi SDM dan sertifikasi kompetensi; b. bantuan dan bimbingan teknis;; c. bantuan Bahan Baku dan bahan penolong; d. bantuan mesin atau peralatan; e. pengembangan produk; f. Bantuan pencegahan pencemaran lingkungan hidup untuk Industri Hijau g. Bantuan Informasi pasar, promosi, dan pemasaran; h. Akses pembiayaan, termasuk penyediaan modal awal bagi wirausaha baru; i. Penyediaan Kawasan IKM yang berpotensi mencemari lingkungan; dan/atau j. Pengembangan, Penguatan Keterkaitan, dan hubungan kemitraan antara IK dgn IM, IK dengan IB, dan IM dengan IB, serta IK dan IM dengan sektor ekonomi lainnya dengan prinsip saling menguntungkan. (pasal 75, 1) •Pengembangan Sentra IKM (psl 14 ayat 3) •HKI IKM (psl 43 ayat 3) •Izin Usaha bagi IKM (psl 101 ayat 2 dan 5) •Kriteria IKM (psl 102 1) •Kepemilikan IKM oleh WNI (pasal 103) • Pengecualian IKM berlokasi di Kawasan Industri (psl 106, ayat 3) • Fasilitasi Alih Teknologi (psl 42) • Fasilitasi bagi IKM ( SNI psl 58) dan fasilitasi lainnya, psl 110) • Kemitraan IKM (psl 2 dan penjelsn psl 17 2.c) 1. PP, 1 Perpres, 2. Permen 21212121 PEMBERDAYAAN IKM
  • 22. 22 Key Issues Arah dan Pengembangan 1. Rencana Induk Kebijakan Industri Nasional • Merupakan National Industrial Policy (yang mengatur antara lain industri prioritas, industri strategis termasuk insentive serta hilirisasi (down-stream) industri hingga intermediate industry),dll 2. Affitmative Action • UU Perindustrian ini menjadi landasan hukum bagi pemerintah untuk memajukan sektor industri secara menyeluruh, dengan merumuskan dengan baik tentang (1) Penguasaan dan Pengusahaan oleh negara, seperti rumusan industri strategis yang jelas dan ketat dimana pemerintah harus lebih banyak berinisiatif masuk ke industri yang swastanya tidak bersedia. Rumusan industri prioritas termasuk penentuan IKM dimana seluruh industri selayaknya diarahkan menjadi ramah terhadap lingkungan 3. Keberpihakan terhadap UKM • Perlu ada ketegasan bahwa industri nasional harus berpihak untuk mendorong UKM mengingat akan berlakunya era perdagangan bebas (AFTA, CAFTA, Asean Economy Community, etc) 4. Pengembangan Industri Strategis • Perlu adanya ketentuan kepemilikan industri strategis khususnya terhadap pilihan jenis industri strategis yang harus dikuasai oleh negara serta industri strategis mana yang diberikan perlakuan khusus. 5. Daya Saing Nasional dan Standardisasi Produk Industri • Perlunya pengaturan standardisasi, HAKI, pemanfaatan penggunaan teknologi yang mendukung efektifitas kegiatan perindustrian dalam rangka penigkatan standardisasi yang bersesuaian dengan peningkatan kinerja industri • Perlu dibangun kesadaran bahwa tantangan peningkatan standard industri nasional adalah dalam rangka memenuhi regulasi global 6. Lembaga Pembina Sektor Industri • Mengadakan satu lembaga yang berwenang melakukan pembinaan terhadap sektor industri 7. Kawasan Industri • Mencegah terpusatnya pembangunan kawasan industri hanya di tempat tertentu saja dengan mengatur (1) ketentuan tentang batasan-batasan wilayah industri masing-masing wilayah ; (2) ketentuan tentang kriteria kawasan industri ; (3) pemetaan sentra industri pada masing-masing wilayah/klaster industri Arah dan Pengembangan Industri Menurut Undang-Undang Perindustrian
  • 23. 23 Key Issues Arah dan Pengembangan 8. Penggunaan Produk Dalam Negeri (hasil dari Industri dalam negeri) • keberpihakan pada produk dalam negeri dalam strategi industri nasional yang komprehensfi termasuk penciptaan pasar bagi produk dalam negeri 9. Peran BUMN dan BUMN dalam pengembangan Industri • Perlu dicantumkan peran dan fungsi BUMN dan BUMD sebagai anchor untuk mendorong Pengembangan Industri Nasional • mendukung dengan menekan cost (input cost, transportation cost, energy cost, capital cost, labor cost) dengan melibatkan BUMN • penciptaan pasar dalam dan luar negeri dengan berbagai comprehensive strategy termasuk menciptakan pasar bagi BUMN 10. Menjadikan SDA sebagai modal dalam pengembangan Industri • mengatur pemanfaatan SDA untuk kepentingan industri dalam negeri (pengendalian ekspor & ekspor jika kebutuhan terpenuhi 11. Ketimpangan Struktur industri • Struktur Industri Indonesia saat ini sangat timpang, di mana jumlah industri kecil sangat besar sementara industri menengah, besar sangat sedikit. 12. Pencegahan Deindustrialisasi • Mengidentifikasi faktor-faktor yang mengancam industri nasional 13. Pengeluaran R&D • Perlu ada intervensi pemerintah untuk mempercepat kemajuan industri khususnya terhadap industri yang berbasis peningkatan (1) faktor produksi (modal & tenaga kerja) dan (2) produktivitas input: • Tujuan intervensi perlu untuk peningkatan produktivitas atau daya saing • Peningkatan produktivitas industri perlu lebih ditekankan dari pada daya saing. • Bentuk intervensi pemerintah yang dapat dilakukan adalah terhadap (1) penyediaan faktor produksi (input): public good (infrastruktur); pasokan feed stock dan tenaga kerja; modal (investasi); dll. (2) mendorong peningkatan produktivitas faktor: R&D; inovasi; pendidikan dan latihan, dll. • Perlu ada pendalaman teknologi melalui fasilitasi inovasi dan pembiayaan yang konsisten Arah dan Pengembangan Industri Menurut Undang-Undang Perindustrian
  • 24. Mempersiapkan Sektor IKM untuk Menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015
  • 25. KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL Pendekatan : A.Menumbuhkan 35 Klaster Industri Prioritas, yang terdiri dari 6 kelompok industri prioritas : 1) Basis Industri manufaktur 2) Industri Agro 3) Industri Alat Angkut 4) Industri Elektronika & Telematika 5) Industri Penunjang Industri Kreatif dan Industri Kreatif tertentu 6) Industri IKM Tertentu B.Menumbuhkan industri unggulan propinsi (s.d Desember 2011 telah diterbitkan 24 Peraturan Menteri Perindustrian tentang Roadmap Pengembangan Industri Unggulan Provinsi) C.Menumbuhkan kompetensi inti industri Kab/Kota (s.d Desember 2011 telah diterbitkan 41 Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peta Panduan Kompetensi Inti Industri Kab/Kota ) Membawa Indonesia pada tahun 2025 menjadi “Negara Industri Tangguh di Dunia” Visi Industri 2025 Membawa Indonesia pada tahun 2020 menjadi “Negara Industri Maju Baru” Visi Industri 2020 (Antara) 25
  • 26.  Agar pembangunan industri dapat dilakukan secara lebih fokus, dipilih industri-industri prioritas yang mampu didorong untuk mencapai tujuan pembangunan industri  Industri tersebut bila berhasil dikembangkan akan membawa industri-industri lainnya turut berkembang  Industri prioritas dipilih berdasarkan: a)potensi daya saing internasionalnya, dan b)potensi ke depan untuk berkembang (Luasnya Bentang Wilayah, Besarnya jumlah penduduk, Sumber Daya/Potensi Alam yang bisa di daya gunakan)  Potensi daya saing internasional diukur dari sisi:  Supply (15 parameter) dan  Demand (8 parameter) dari 365 industri (ISIC 5 digit). Terpilih 35 industri prioritas dengan total output 78% dan total ekspor 83%. PENDEKATAN I TOP-DOWN POLICY: INDUSTRI PRIORITAS Tahun 2009 telah diterbitkan 35 Peraturan Menteri Perindustrian tentang Roadmap Pengembangan Klaster Industri Prioritas 26
  • 27. 27 RANCANGAN INPRES PENINGKATAN DAYA SAING NASIONAL DALAM RANGKA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015 PROGRAM TINDAKAN KELUARAN TARGET SASARAN Peningkatan Daya Saing IKM Restrukturisasi Permesinan IKM 255 IKM yang menerima bantuan Desember 2013 - 2015 Meningkatnya nilai investasi IKM penerima bantuan sebesar Rp. 63,7 milyar Pelatihan Teknis Produk Unggulan Daerah 7500 orang IKM mengikuti pelatihan teknis Desember 2013 - 2015 Meningkatkan kemampuan SDM IKM yang trampil Pendampingan Sentra IKM 3400 Sentra IKM didampingi oleh Tenga Penyuluh Lapangan (TPL) Desember 2013 - 2015 Didampinginya sentra IKM oleh tenaga profesional Promosi Produk IKM Fasilitasi Promosi di Negara-negara ASEAN 110 IKM di 5 Negara ASEAN Desember 2013 - 2015 Meningkatnya nilai ekspor IKM di ASEAN 5%
  • 28. 28 Tantangan dalam menghadapi AEC Lintas sektoral Sektor Industri Lintas Sektoral -Pengawasan terhadap produk-produk impor masih sangat lemah -Panjangnya prosedur pengenaan antidumping apabila terjadi unfair trade practices -Isu keamanan yang cukup mengganggu iklim investasi (demonstrasi buruh, ancaman terorisme) -Kondisi infrastruktur yang belum baik  tingginya biaya logistik -THC (Terminal Handling Charge) masih relatif mahal -dll Sektor Industri -Kenaikan UMR yang cukup signifikan -Kurangnya pasokan gas industri -Belum terjaminnya pasokan bahan baku -Tidak adanya insentif bagi industri padat karya -Impor ilegal -Rendahnya kualitas SDM Source: bahan Paparan menteri Perindustrian – Panel Diskusi Antisipasi AEC 2015 Tantangan Dalam Menghadapi AEC 2015
  • 29. 29 1.Meningkatkan Daya Saing (Short Term) 2. Meningkatkan Daya Saing (Medium-Term) 3. Meningkatkan Daya Saing (Long-Term) 1. Pengembangan Kemampuan Sektor Industri 2. Pasar Dalam Negeri dan ASEAN sebagai Base-Load Peningkatan Daya Saing Indonesia A. Penguatan Struktur Industri B.Peningkatan Dukungan Iklim Industri Langkah-langkah Menghadapi AEC 2015
  • 30. 30 1-Pengembangan Kemampuan Sektor Industri 2-Memanfaatkan Pasar Dalam Negeri dan ASEAN sebagai Base-Load • Peningkatan Enforcement • Pengaturan lanjut Pelabuhan • Membangun peraturan teknis untuk menghilangkan impor produk tidak standar • Meningkatkan compliance produk ke ASEAN • Membangun kemampuan market & industrial intelligence • Membangun Early Warning System • Membangun kemampuan advocacy ekspor ke ASEAN • Membangun produk spesifik Indonesia • Pengembangan Kemampuan Industri dalam jangka panjang (35 klaster industri dalam Perpres No. 28 Tahun 2008). • Percepatan Pengembangan sektor industri hingga 2015. Industri hilir berbasis agro, migas dan bahan tambang mineral Industri berbasis SDM dan pasar domestik Industri kecil dan menengah Lain-lain A. Penguatan Struktur Industri Langkah-langkah Menghadapi AEC 2015
  • 31. 31 3-Meningkatkan Daya Saing (Long-Term) 2-Meningkatkan Daya Saing (Medium-Term) 1-Meningkatkan Daya Saing (Short-Term) • Jaminan Pasokan Bahan Baku • Pengawasan impor untuk meredam produk illegal • Optimalisasi P3DN • Menghilangkan gangguan keamanan • Peningkatan Faktor Pendukung Industri • Membangun kemampuan SDM Industri • Membangun R&D industri B. Peningkatan Dukungan Iklim Industri • Menurunkan biaya modal, biaya energy dan biaya manpower serta biaya logistik • Ketersediaan bahan baku • Biaya logistik Iklim investasi (perijinan, pungli, insentif fiskal, BMDTP) Langkah-langkah Menghadapi AEC 2015
  • 32. 32 Sektor Industri Lintas Sektoral  Intensifikasi sosialisasi AEC kepada stakeholder industri  Menghidupkan kembali skema insentif untuk indirect export  Pemberlakuan antidumping dan safeguard yang lebih efektif  Meningkatkan kualitas laboratorium uji dan kompetensi SDM  Penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional (SKKNI)  Penguatan Industri Kecil dan Menengah (IKM)  Mengembangkan wirausaha baru IKM Untuk Pasar ASEAN  Strategi Ofensif Untuk Pasar Domestik  Strategi Defensif Source: Bahan Paparan Menteri Perindustrian –Panel Diskusi Antisipasi AEC 2015 (11 Januari 2013) Telah disusun Kebijakan dan Program Langkah-langkah Menghadapi AEC 2015
  • 33. 33 Untuk Pasar Dalam Negeri (Strategi Defensif) Untuk Pasar ASEAN (Strategi Ofensif)  Agro Industries (cocoa, rubber and CPO)  Fish & fish products  Textile & textile products  Footwear, leather  Furniture  Food & Beverage  Fertilizer & petrochemical  Machinery & parts  Basic metal, iron and steel  Automotive  Electronics  Cement  Garment  Footwear  Food and beverage  FurnitureSource: Bahan Paparan Menteri Perindustrian – Panel Diskusi Antisipasi AEC 2015 (11 Januari 2013) Industri Yang Dipersiapkan AEC 2015 Strategi Menghadapi AEC 2015
  • 34. 34 Program Pelaksanaan 1) Restrukturisasi mesin/peralatan IKM; 2) Penumbuhan pengambangan kewirausahaan IKM melalui pelatihan Wirausaha baru dan bantuan mesin peralatan; 3) Program beasiswa dan kontrak kerja TPL IKM D3 bidang IKM dan kewirausahaan; 4) Pengembangan klaster IKM di 43 Kabupaten/Kota, melalui: FGD klaster, dampingan tenaga ahli, bimbingan teknis dan desain, bantuan mesin/peralatan, pelatihan-pelatihan, dan partisipasi pameran dan promosi; 5) Pembinaan IKM melalui pendekatan OVOP di 62 sentra di 55 Kab/Kota, melalui: pelatihan teknis, dampingan tenaga ahli, bantuan mesin/peralatan, dan partisipasi pameran produk OVOP; 6) Restrukturisasi mesin/peralatan serta fasilitasi peningkatan pelayanan IKM kepada 19 UPT; Pengembangan Kemampuan Sektor Industri – Penguatan Sektor IKM Sub – sektor industri: IKM Pangan; IKM Sandang; IKM Logam dan Elektronika; IKM Logam Kimia & Bahan Bangunan; dan IKM Kerajinan
  • 35. 35 Program Pelaksanaan 7) Pelatihan calon wirausaha baru IKM di 28 provinsi, pelatihan di bidang garment sebagai antisipasi moratorium pengiriman TKI ke luar negeri, serta pelatihan peningkatan kemampuan teknis dan manajemen kepada perajin/IKM; 8) Fasilitasi pendaftaran HKI di bidang merk, hak cipta, paten, desain industri, serta berpartisipasi pada Forum Koordinasi HKI; 9) Fasilitasi sertifikasi sistem mutu yang diterapkan oleh IKM terhadap paket Halal, HACCP/SNI, Barcode, Ce-Mark, dan GMP; 10) Fasilitasi penyusunan RSNI. SNI Wajib (Tekstil dan Mainan Anak) dan SNI Sukarela, serta fasilitasi penerapan SNI; dan 11) Fasilitasi akses permodalan bagi IKM melalui Kredit Usaha Rakyat, Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL), Modal Ventura dan Corporate Service of Responsibility (CSR). Pengembangan Kemampuan Sektor Industri – Penguatan Sektor IKM Sub – sektor industri: IKM Pangan; IKM Sandang; IKM Logam dan Elektronika; IKM Logam Kimia & Bahan Bangunan; dan IKM Kerajinan
  • 36. 36 Strategi Pengembangan SDM Indonesia Berbasis Kompetensi Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI (PBK) SERTIFIKASI KOMPETENSI
  • 37. Pengelompokan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Pada 9 Sektor Berjumlah 288 Pertanian, Perkebunan, Perikanan dan Kehutanan = 48 Industri Manufaktur = 43 Listrik, Pertambangan dan Energi = 42 Kesehatan = 6 Perhubungan dan Telekomunikasi = 11 Keuangan dan Perbankan = 15 Konstruksi = 62 Jasa, Konsultasi dan Perdagangan = 45 Kebudayaan, Pariwisata dan Seni = 26 Sumber: Pusdiklat Kemenperin Saat ini terdapat 43 SKKNI yang terkait dengan industri manufaktur antara lain Sektor Jasa Perusahaan Sub Sektor Jasa Konsultasi Bisnis dan Manajemen Bidang Jasa Konsultasi Bisnis Sub Bidang Konsultan Spesialis Design Kemasan, Sektor Industri Barang Galian Bukan Logam Sub Sektor Industri Semen Bidang Produksi Sub Bidang Proses Produksi Raw Meal dan Semen dll (Lampiran 1)
  • 38. Persiapan SDM Indonesia menuju MEA 2015 PENGAKUAN KUALIFIKASI SDM INDONESIA OLEH NEGARA ASEAN KEY POINT: PELATIHAN KERJA + SERTIFIKASI BERSTANDAR INTERNASIONAL/ASEAN