Dokumen tersebut membahas tentang kepentingan iman bagi kehidupan manusia. Iman dijelaskan sebagai dasar dan bukti dari segala sesuatu yang diharapkan dan belum terlihat, serta menjadi alat perkenan Tuhan, rambu kehidupan, dan kekuatan untuk melawan dunia dan Iblis. Ditegaskan pula bahwa iman memberi keberanian untuk bersaksi dan bertahan dalam penderitaan serta menjadikan keselamatan."
Merupakan slaid bagi pembentangan kerja kursus Wacana Penulisan. (GWP1092). Menerangkan mengenai apakah struktur yang diperlukan untuk membentuk satu esei yang baik. Selain itu, juga diselitkan mengenai pemerengganan yang berkesan dan penanda wacana. Semoga bermanfaat dan sebarkan semampu mungkin !
FONETIK DAN FONOLOGI : ALAT-ALAT ARTIKULASIRafiza Diy
Terdapat pembetulan pada bahagian gambar tengkorak semasa membunyikan bunyi vokal iaitu bahagian anak tekak mestilah dalam keadaan rapat pada bahagian rongga tekak/farinks (dlm gambar kedudukan anak tekak salah). Jika anak tekak tidak dirapatkan, bunyi yang dikeluarkan adalah bunyi nasal seperti bunyi [m] <--Kembangkan hidungmuuu..Heee...
#Maaf atas kesulitan :D
Merupakan slaid bagi pembentangan kerja kursus Wacana Penulisan. (GWP1092). Menerangkan mengenai apakah struktur yang diperlukan untuk membentuk satu esei yang baik. Selain itu, juga diselitkan mengenai pemerengganan yang berkesan dan penanda wacana. Semoga bermanfaat dan sebarkan semampu mungkin !
FONETIK DAN FONOLOGI : ALAT-ALAT ARTIKULASIRafiza Diy
Terdapat pembetulan pada bahagian gambar tengkorak semasa membunyikan bunyi vokal iaitu bahagian anak tekak mestilah dalam keadaan rapat pada bahagian rongga tekak/farinks (dlm gambar kedudukan anak tekak salah). Jika anak tekak tidak dirapatkan, bunyi yang dikeluarkan adalah bunyi nasal seperti bunyi [m] <--Kembangkan hidungmuuu..Heee...
#Maaf atas kesulitan :D
NOTA RINGKAS F4
merangkumi bab :
*iman fitrah manusia
*peranan iman
*islam sebagai ad'din
*kejadian manusia bukti kekuasaan Allah
*kejadian alam tanda kekuasaan Allah
Healthcare with religion solution. Kesehatan mental salah satu solusinya dengan pendekatan agama. Agama bisa menjadi salah satu solusi untuk menjaga kesehatan mental bagi remaja juga orang dewasa.
1. Kepentingan Iman
Firman Allah: Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang membersihkan dirinya
(dengan beriman). Dan dia ingat nama Tuhannya lalu dia sembahyang. Tetapi kamu
(orang kafir) memilih kehidupan duniawi.Sedang kehidupan Akhirat lebih baik dan lebih
kekal. (Al A-laa:14-17)
Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwanya. (Asy-ukyanl : 9)
Manusia-manusia hari ini yang hidup berpandukan akal dan nafsu semata-mata, tidak mahu menerima
hakikat bahawa imanlah satu-satunya jalan yang dapat membawa kebahagiaan hidup yang hakiki.
Sebaliknya mereka telah membuat berbagai-bagai andaian dalam usaha mencari kebahagiaan hidup.
Firman Allah: Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, iaitu
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas dan perak, kuda pilihan binatang-binatang
ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang
baik. (Ali-Imran: 14)
Didalam Firman Allah lagi ada menyebut:
Dan tuntutlah kurniaan Allah pada kamu untuk kebaikan akhirat dan janganlah kamu lupa habuan kamu
didunia. (Al-Qisas: 77)
Cukuplah ayat-ayat di atas membuktikan bahawa tidak ada pun dalam Islam suruhan mengetepikan
kehidupan dan keperluan duniawi.Allah sendiri yang memasukkan dalam hati hamba-hamba-Nya
keinginan kepada wang ringgit, pangkat darjat dan ilmu pengetahuan.Masakan pula Allah mahu
menghalang semua keinginan-keinginan itu.Sebenarnya Allah cuma mengingatkan supaya keinginan-
keinginan itu disalurkan pada landasan yang sesuai dan baik, sebagaimana yang telah
diperintahkan.Dan Allah juga menegaskan bahawa tanpa iman, keinginan-keinginan itu tidak sedikit pun
menjamin kebahagiaan hidup.
Sabda Rasulullah:
Orang Mukmin itu bersaudara tidak ada kelebihan seseorang dari seseorang yang lain melainkan taqwa.
(Riwayat: At-Tabrani)
2. Menurut surat Ibrani 11:1 Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari
segala sesuatu yang tidak kita lihat.
Pada bagian ini akan dibahas tentang iman bukan saja sebagai dasar dan bukti, tetapi juga peranannya
sebagai alat perkenan Tuhan, sebagai rambu kehidupan, sebagai kekuatan untuk memanifestasikan
kuasa Allah, sebagai kekuatan untuk mengalahkan dunia dan iman sebagai penjaga konstansi kehidupan
rohani orang percaya.
1. Iman adalah dasar dalam mengerjakan segala sesuatu
Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dalam perjalanan kehidupan ini sebagai orang
percaya.Jadi iman sangatlah penting karena selain menjadi dasar, iman juga mampu memberikan
motivasi untuk mencapai segala sesuatu, mendapatkan segala sesuatu, menerima segala sesuatu dan
menghadapi segala sesuatu.Sebagai orang percaya kita berjalan dalam JALAN TUHAN.
Kepada jemaat di Roma Rasul Paulus menulis, "Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun
Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah
difirmankan: ‘Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.’"(Roma 4:18)
2. Iman adalah bukti dari segala sesuatu yang belum terlihat
Iman juga menjadi bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat, bahwa kita hidup karena
mengandalkan TUHAN, apa yang kita peroleh itu adalah pertolongan dan kuasa TUHAN (Mar 11:24).
Kapankah iman itu terbukti?Ketika kata masih berdoa.Doa itu menjadi bukti bahwa jawaban telah kita
terima dengan iman, sekalipun belum kelihatan.
3. Iman adalah alat perkenan TUHAN
3. Kitab Ibrani menulis, "Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah.Sebab
barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah
kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia."(Ibr 11:6)
Hidup dengan iman supaya kita berkenan di hadapan TUHAN, karena dengan demikian membuktikan
bahwa kita percaya kepada TUHAN, kepada Kuasa-Nya dan kasih karunia-Nya. Segala sesuatu yang dari
TUHAN berguna bagi manusia dalam kehidupannya, demikian juga iman yang diberikan Allah melalui
Anak-Nya yang tunggal yaitu Yesus Kristus (Yes 9:5;Yoh 3:16).
4. Iman adalah rambu kehidupan
Ibarat suatu perjalanan dari satu kota ke kota yang lain. Di sepanjang perjalanan kita akan bertemu
dengan rambu-rambu; baik rambu petunjuk, rambu peringatan maupun rambu larangan. Rambu-rambu
itu akan memandu kita menuju kota tujuan. Jika kita taat kepada rambu-rambu itu, maka kita akan
sampai ke tempat tujuan dengan selamat, tetapi jika tidak, maka kita akan tersesat atau terkena
pelanggaran (Ibr 12:2;Kol 1:28). Rambu-rambu itu adalah firman Allah (1 Tim 1:16,17).
5. Iman adalah kekuatan untuk memanifestasikan kuasa Allah
Tuhan Yesus bersabda, bahwa barangsiapa memiliki iman sebiji sesawi, ia akan dapat memindahkan
gunung (Mat 17:20). Hal itu mungkin terjadi karena iman yang dimiliki seseorang akan menggerakkan
kuasa Allah untuk melakukannya. Ungkapan iman seorang perwira Kapernaum telah membuktikan hal
itu (Mat 8:5-13). Kekuatan iman perwira Kapernaum yang mampu memanifestasikan kuasa Tuhan Yesus
adalah:
kasihnya kepada hambanya (ay 5,6);
sikap percaya yang penuh (ay 8);
kerendahan hatinya (ay 9).
Iman yang seperti inilah yang mendatangkan pujian (Ay 10). Dan oleh kuasa iman yang sedemikian kuasa
kesembuhan terjadi (ay 13 band Yak 5:15).
4. 6. Iman adalah kekuatan untuk mengalahkan dunia
Dunia dimaksud adalah alam kehidupan manusia atau segala sesuatu yang bersifat kebendaan yang
menguasai hidup manusia.Atau kehidupan yang bertumpu pada kehidupan kedagingan (Gal 5:19-21).
Atau cara hidup duniawi yang bertabiat dosa.
Manusia baru bukan lagi hidup dikuasai oleh keinginan daging tetapi oleh keinginan roh (Gal 5:22,23).
Untuk mematikan keinginan daging dan memaksimalkan kuara roh, maka iman menjadi kekuatan untuk
mengalahkannya.
Suratan Yohanes menulis, "sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah
kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita. Siapakah yang mengalahkan dunia, selain dari pada
dia yang percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah? (1 Yoh 5:4,5).
7. Iman adalah alat untuk menjaga konstansi kehidupan rohani
Karakteristik kehidupan duniawi adalah adanya perubahan dan goncangan.Tuhan Yesus tidak pernah
berjanji, bahwa mengikut Dia bebas dari goncangan.Goncangan pertama dialami oleh murid-murid pada
waktu Tuhan Yesus ditangkap (Mat 26:31). Goncangan-goncangan berikutnya adalah aniaya yang
dialami oleh gereja mula-mula (Kis 5:25-42;7:54-8:3;dayb).
Secara lebih luas, goncangan bisa terjadi dalam bidang ekonomi, politik, keamanan, bencana alam,
kesehatan atau bahkan kematian.Iman bagaikan batu karang teguh yang tak tergoncangkan oleh badai
maupun ombak.Suatu jaminan yang diberikan oleh Tuhan atas kita, bahwa kita disertai-Nya sampai
kesudahan zaman (Mat 28:30) dan tinggal di dalam kerajaan-Nya yang tidak tergoncangkan (Ibr 12:26-
28).
8. Dengan iman kita berkuasa mengalahkan Iblis
Firman Allah katakan bahwa Iblis senantiasa berjalan keliling dan mencari kesempatan untuk menelan
kita (1 Pet 5:8). Iman merupakan salah satu perlengkapan senjata Allah untuk mengalahkan Iblis (Ef
5. 6:16;1Tes 5:8). Dan bahkan firman Tuhan katakan supaya Iblis harus kita lawan dengan iman yang teguh
supaya dia lari dari kita (1 Pet 5:9).
9. Iman memberi keberanian untuk bersaksi
Dasar yang kokoh untuk bersaksi adalah perbuatan baik dan perbuatan dalam kebenaran (1 Tim 3:13).
Perhatikan bagaimana ucapan rasul Petrus dan Yohanes di hadapan Mahkamah Agama (Kis 4:1-22;5:26-
42) Rasul Paulus di hadapan Feliks, Agripa dan Bernike (Kis 24-26) atau yang lain lagi. Rasul Paulus yang
menyebut dirinya sebagai tawanan Roh (Kis 20:22), dia tidak lagi peduli dengan dirinya sendiri.Hal yang
paling penting baginya adalah memberitakan Injil dengan menyaksikan kemurahan dan cinta kasih
Tuhan supaya orang-orang berdosa diselamatkan.
10. Dengan iman orang mampu bertahan dalam penderitaan
Apakah rahasianya rasul Paulus berani bertahan dari segala penderitaan yang dialaminya? (2 Kor 11:21-
33). Atau Stevanus berani menghadapi maut tanpa rasa takut? (Kis 6-7). Atau jemaat mula-mula yang
pantang menyerah menghadapi aniaya?(Kis 4-5 dayb). Atau penderitaan yang dialami oleh para rasul
(Kis 16:13-40;21:27-40 dayb) dan masih banyak contoh yang lain lagi. Satu hal yang penting yang harus
kita perhatikan, bahwa di dalam iman mereka tersimpan pengharapan yang tak akan pernah pudar dan
layu (1 Pet 1:3-5). Karena itu mereka berani membayar berapa pun harganya penderitaan yang harus
mereka tanggung, bahkan kematian sekalipun.
11. Iman berkuasa mendatangkan keselamatan
Rasul Paulus menulis, "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil
usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan
diri." (Ef 2:8,9)
Demikian pula dengan pernyataan rasul Paulus dan Silas. " ... Jawab mereka: ‘Percayalah kepada Tuhan
Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.’" (Kis 16:31)
6. MAKNA KEIMANAN DAN KETAKWAAN KEPADA ALLAH
Keimanan bermakna kepercayaan dan pegangan hidup yang kukuh tidak hanya
tersemat di hati tetapi ia disertakan dengan ketaatan dan amalan terhadap apa yang
diperintah dan meninggalkan apa yang ditegah oleh Allah s.w.t. Keimanan erat
kaitannya dengan fitrah kejadian manusia sebagai makhluk ciptaan Allah s.w.t. Itulah
sebabnya, Imam Nawawi menegaskan bahawa fitrah kejadian manusia itu adalah
keimanan dan kepercayaan, ketika beliau menjelaskan hadis Rasulullah s.a.w, riwayat
Imam Muslim tentang “kelahiran bayi berasas kepada fitrahnya”. Jika fitrah bayi itu
dijaga dan dididik dengan nilai-nilai mulia maka ia akan menjadi insan yang sempurna
dan baik. Maka begitulah pula sebaliknya pendidikan, persekitaran dan ibu bapa
adalah elemen penting boleh mewarnai kehidupan seseorang bayi.
Oleh yang demikian, sistem keimanan dan kepercayaan merupakan sifat semulajadi
umat manusia yang tumbuh dan berkembang hinggalah menjadi suatu pegangan
hidup. Wujudnya penyimpangan dan perbezaan keimanan ini, hanyalah disebabkan
kerana faktor pemeliharaan fitrah yang terlepas dari pemeliharaan dan
pentarbiahan. Sekiranya fitrah seseorang sejak lahir di dunia terjaga dengan baik, ianya
akan tumbuh menjadi keimanan atau kepercayaan atau pegangan hidupnya.
Faktor pemeliharaan dan pentarbiahan fitrah inilah yang dikaitkan dengan konsep
ketakwaan. Kerana takwa adalah dari perkataan “wiqayah” yang mengandungi makna
pemeliharaan dan penjagaan. Maknanya jika keimanan diibaratkan tumbuhan maka
ketakwaan itulah baja dan siramannya.
Mengikut Hamka, keimanan bermakna kepercayaan iaitu pengakuan hati yang
dibuktikan dengan amalan perbuatan yang dilafazkan oleh lidah, akhirnya menjadi
keyakinan hidup manusia. Sementara ketakwaan, ianya mengandungi makna seperti
berikut:
memelihara hubungan yang baik dengan Pencipta
memelihara diri daripada perbuatan yang tidak diredhai oleh Pencipta
memelihara dan melaksanakan segala perintah Pencipta untuk diamalkan.
Oleh yang demikian, beliau menegaskan bahawa perkataan takwa itu tidak boleh
diertikan dengan makna takut, kerana hakikat ketakwaan meliputi makna amal, cinta,
kasih, harap, tawakkal, redha, sabar dan sebagainya. Jadi makna ketakwaan jauh lebih
luas dibandingkan dengan makna takut.
Ketakwaan adalah hasil daripada pentarbiahan keimanan melalui amal
soleh. Maknanya orang yang bertakwa adalah orang yang telah teruji keimanannya
sehingga mampu menjadikannya sebagai suluh dalam kehidupannya. Jadilah ia
sebagai orang bertakwa kerana dalam kehidupannya telah terpelihara dan terhindar
dari perbuatan keji malah ia sentiasa melakukan yang terbaik dan berguna dalam setiap
aktivitinya.
7. Daripada huraian di atas, difahami bahawa keimanan dan ketakwaan dari segi
konsepnya tidak harus dipisahkan antara satu sama lain dan tidak harus dipisahkan di
antara keyakinan atau kepercayaan dengan amalan baik dan terpuji dan usaha
mengupayakan manusia disamping sentiasa menolak kerja-kerja keji atau tidak
bermoral samada terhadap Penciptanya atau sesama manusia dan alam sekitarnya
kerana kedua-duanya mempunyai kaitan makna yang tidak dapat difahami secara
berasingan. Kerana makna keimanan dan ketakwaan adalah saling melengkapi iaitu
kepercayaan yang menghasilkan pemeliharaan jati diri manusia. Di dalam al-Quran pun
didapati firma Allah s.w.t yang menggabungkan di antara keimanan dan ketakwaan
sebagai syarat dan asas untuk mendapatkan keredhaan Allah, keselamatan hidup dan
ganjaran pahala di hari akhirat, seperti firman Allah s.w.t yang bermaksud: “Sekiranya
mereka beriman dan bertakwa, pastilah ganjaran pahala di sisi Allah adalah lebih baik
(bagi mereka)” (al-baqarah:103).
Kesimpulan maksud firman Allah s.w.t. di atas, secara jelas menghubungkaitkan
keimanan dan ketakwaan dan menjadikan kedua-duanya sebagai dua serangkai yang
tidak dapat dipisahkan termasuk dari sudut pengertian dan pemahamannya.
Dengan demikian, jelaslah bahawa keimanan dan ketakwaan kepada Allah s.w.t
merupakan prinsip hidup umat manusia yang mempunyai tujuan untuk memperolehi
bimbingan, hidayah, pertolongan Allah s.w.t dalam membangun dan memajukan
kehidupan mereka di atas dunia ini agar mereka mendapatkan kebahagiaan hidup di
dunia dan keselamatan di akhirat.
Dari sudut terminologi, iman jika digunakan secara bersendirian, maka ia mengandungi
makna takwa. Begitu juga sebaliknya jika perkataan takwa diguna secara bersendirian
ianya mengandungi makna iman. Dan jika disebut dua-dua maka keduanya
mengandungi erti yang berbeza tetapi saling melengkapi.
Dalam konteks umat Islam, sudah tentu makna keimanan dan ketakwaan kepada Allah
adalah usaha mengaplikasikan ajaran Islam dalam kehidupan seharian
mereka. Disamping itu, mereka memelihara kemurnian akhlak dan moral kemanusiaan
serta pengiktirafan yang seadil-adilnya sesama manusia dan makhluk seluruhnya
sehingga orang yang bukan muslim pun merasa terhormat dan terjamin
keselamatannya hidup bersama umat Islam.
Penampilan umat Islam yang beriman dan bertakwa sudah tentu selari dengan konsep
“ummatan wasatan” (umat yang bersikap sederhana dan moderate). Di mana umat
Islam sentiasa memberi contoh yang terbaik dan unggul dalam melaksanakan aktiviti
kehidupan mereka. Amalan dan sikap hidup mereka sentiasa mencerminkan nilai-nilai
murni yang mereka percaya dan beramal dengannya.
Manusia yang beriman dan bertakwa adalah manusia yang sentiasa optimistik,
berfikiran terbuka dan memiliki kekuatan jiwa dan emosi yang terkawal untuk
mengerjakan yang terbaik bagi diri, keluarga, masyarakat, negara dan makhluk
8. sejagat. Disamping itu, mereka juga memiliki kemampuan menyaring dan menapis
semua perkara atau budaya yang bercanggah dengan norma dan nilai
agamanya. Kerana iman dan takwanya kepada Allah membimbingnya ke jalan yang
lurus bagi melakukan perkara-perkara yang bermanfaat, oleh sebab keimanan itulah
menjadi sumber pelbagai kebaikan.
Sepertimana yang dinyatakan oleh Rasulullah s.a.w dalam hadis, riwayat Bukhari dan
Muslim; yang bermaksud: “Keimanan itu memiliki 60 cabang kebaikan, sifat malu
adalah satu daripadanya”. Disamping rasa malu (melakukan kesalahan dan
penyelewengan) sifat kasih dan cinta kepada orang lain adalah juga bahagian yang
utama daripada keimanan. Rasulullah s.a.w pernah menerangkan bahawa: “Tidak
beriman di antara kamu melainkan ia mengasihani saudaranya sepertimana ia
mencintai dirinya sendiri”
Oleh yang demikian, manusia yang memiliki keimanan dan ketakwaan kepada Allah
s.w.t akan sentiasa berkata yang benar, hormat kepada orang lain dan memperbaiki
hubungan kemasyarakatannya tanpa mengira unsur keturunan ataupun golongan dan
agama, dan sentiasa berusaha tidak akan menjerumuskan diri dalam kecelakaan dan
kesengsaraan.
Demikianlah makna keimanan dan ketakwaan kepada Allah menurut perspektif al-
Quran, Hadis dan Ulama Islam ia telah ditetapkan menjadi prinsip pertama kepada
pendekatan Islam Hadhari yang boleh dipastikan sebagai unsur dalaman manusia dan
tindakan luaran secara sepadu yang perlu difahamai secara luas mengikut kefahaman
Islam sebenar.yang perlu difahami secara benar mengikut kefahaman Islam sebenar.
PERANAN IMAN DAN TAKWA DALAM KEHIDUPAN
Manusia adalah makhluk dwidimensi yang merangkumi kedua-dua unsur fizikal dan
spiritual yang saling lengkap-melengkapi dan memerlukan antara satu sama lain. Akan
tetapi unsur kerohanianlah yang merupakan aspek unik dan utama yang melonjakkan
martabat manusia kepada sebaik-baik kejadian.
Akal dan pemikiran manusia adalah cirri utama yang membezakannya daripada seluruh
kejadian yang lain. Ianya merupakan satu manifestasi tanggungjawab dan kepintaran
untuk mengurus dan mentadbir kejadian disekelilingnya mengikut acuan dan
kemahuannya. Disamping ia memiliki daya untuk berfikir dan menganalisis untuk
mendapatkan apa yang difikirkan terbaik dan boleh mendatangkan manfaat kepada diri
dan masyarakatnya.
Walau bagaimanapun, kemampuan akal amat terhad ia hanya berkisar
9. di atas platform fizikal yang nyata. Di sinilah letak peranan tubuh dan fizikal badan
sebagai instrument untuk merealisasikan hasrat dan aspirasi yang dicetuskan oleh akal
dan pemikiran. Kuasa akal amatlah terbatas dan tidak dapat mencapai hakikat dan
kebenaran yang mutlak, kerana instrument yang digunakan hanyalah pancaindera dan
deria yang hanya dapat mengesan perkara-perkara yang zahir dan bersifat fizikal
sahaja disamping ia mudah dipengaruhi oleh persekitarannya. Manakala, perkara-
perkara yang ghaib dan di luar darinya tidak dapat ditafsirkan atau dimutlakkan
kewujudannya oleh akal manusia.
Di sinilah letak peranan iman dan takwa sangat diperlukan selaku wahana untuk
mendapatkan bimbingan ke arah membuka jalan kebenaran melalui hidayah dan taufik
Ilahi.
Mengikut panduan agama, peranan keimanan dan ketakwaan kepada Allah dapat
difahami dan dihayati dalam dua dimensi yang penting, iaitu:
Pertama; iman dan takwa sebagai penggerak membuka minda untuk mencari jalan
yang terbaik dalam melaksanakan tugas khalifah umat manusia bagi tujuan memakmur
dan membangunkan dunia ini menjadi suatu destinasi yang selesa dan menyenangkan
untuk berbakti dan mencari keredhaan Ilahi. Disamping itu, iman dan takwa juga dapat
memberikan motivasi dan rangsangan yang kuat terhadap pembentukan peribadi dan
jati diri manusia yang unggul.Kekuatan ini bersesuaian dengan fitrah dan naluri semula
jadi manusia yang amat dahagakan pengetahuan dan kepercayaan terhadap Pencipta
dan kuasa agung yang telah menjadikan alam ini dan membawa manusia ke alam
kehidupan ini.
Kedua; sebagai pemelihara dan penapis iman dan takwa memberi kekebalan atau
kelalian kepada umat manusia supaya tidak mudah tergoda dan terpengaruh kepada
perkara-perkara negatif yang boleh menghalang perlaksanaan tugas khalifah di muka
bumi. Kerana kehidupan yang penuh dengan cabaran seperti hari ini, perlu dihadapi
dengan persiapan mental, emosi dan ketrampilan diri yang memadai. Iman dan takwa
juga memberi kekuatan dalaman kepada manusia untuk terus berjuang dalam
kehidupan ini tanpa mudah pasrah dan bergantung kepada kemampuan orang
lain. Justeru, dorongan untuk bersaing dan berlumba dalam meraih kemajuan adalah
termasuk sebahagian daripada iman yang tersemai dalam diri.
Dengan menghayati dua dimensi yang terkandung dalam prinsip keimanan dan
ketakwaan ini, jelas memberi kebebasan kepada umat manusia untuk menjalankan
aktiviti pembangunan yang akan membawa kepada kemajuan yang berasas kepada
keadilan dan kesejahteraan semua warga masyarakat yang dinaungi oleh rahmat Allah
s.w.t yang dikenali dalam Islam sebagai konsep negara yang maju, makmur dan
mendapat keampunan Ilahi.
Ada empat perkara penting yang dihasilkan oleh prinsip keimanan dan ketakwaan
kepada Allah s.w.t jika dihayati secara benar, iaitu:.
10. Pertama; menjadikan manusia bebas tidak dikongkong oleh kuasa lain selain daripada
Allah Yang Maha Esa. Akal fikirannya pula terbuka luas, bebas daripada belenggu
khayalan dan khurafat. Hatinya merasa lapang tidak terikat dengan rasa rendah diri
dan hina-dina. Termasuk emosinya akan terkawal kerana ia merasa berserah diri
kepada Yang Maha Kuasa setelah melaksanakan segala usaha dan upaya yang ada
padanya.
Kedua; membentuk sahsiah seimbang yang tercermin dari tingkah laku dan cara
berfikirnya. Hasrat kehidupannya menuntut keredhaan Allah s.w.t terserlah ke arah
kebaikan dunia dan akhirat. Manhaj kehidupannya diasaskan kepada cinta kasih dan
hormat-menghormati kepada sesama manusia dan alam sekitarnya.
Ketiga; melahirkan rasa ketenangan dalam hidupnya. Menutup pintu rasa takut dan
khuatir, samada pada diri dan keluarganya, begitu juga terhadap rezeki dan
kematian. Kerana ianya telah bergantung sepenuhnya kepada rahmat dan hidayah
Tuhannya. Aktiviti hidupnya dijalankan dengan penuh keikhlasan dan pengharapan
akan redha Tuhannya, kerana semua amal kerja yang dilakukannya telah diniatkan
sebagai sebahagian daripada tugas ibadah dan khalifah di muka bumi.
Keempat; membangunkan potensi diri dan kekuatan jiwa yang dibina di atas usaha dan
yakin kepada Allah s.w.t. Dengan demikian ia menikmati kehidupannya dengan penuh
kepuasan kepada Tuhannya. Rasa optimis dengan bimbingan Tuhannya sentiasa
membangkitkan semangat untuk beramal, beribadah sesuai dengan fungsi dan
peranannya hidup di dunia ini.
Daripada huraian ringkas di atas, ia menunjukkan bahawa penghayatan nilai keimanan
dan ketakwaan akan memberi makna hidup yang sebenar kepada setiap manusia yang
memilikinya dan seterusnya membangunkan umat yang bermoral dan berakhlak mulia,
membangunkan tamadun yang kukuh dan bernilai.
Penghayatan nilai keimanan dan ketakwaan kepada Allah s.w.t akan memberi kekuatan
kerohanian dan moral kepada masyarakat. Ia boleh menjadi penunjuk dalam
merealisasikan risalah hidup mereka di dunia ini, untuk mengambil bahagian dalam
membangunkan tamadun dunia mengikut kepakaran dan kemahiran masing-masing.
Allah s.w.t menjanjikan bahawa menghayati nilai keimanan dan ketakwaan akan
memberi kemudahan mendapat rahmat yang berlipat ganda dan memperolehi petunjuk
dalam kehidupan dunia serta akan menerima ganjaran kelak di kemudian hari. Firman
Allah bermaksud “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah s.w.t
dan berimanlah kepada RasulNya, pasti (Allah) memberikan dua kali ganda daripada
rahmatNYA dan menjadikan bagi kamu cahaya untuk kamu pakai berjalan (hidup di
11. atas bumi) dan Dia akan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang” (al-Hadid:28).
IMAN DAN TAKWA MEMBENTUK MANUSIA MULIA DAN BERUPAYA
Iman dan takwa bertujuan untuk melahirkan manusia sejati yang boleh diertikan
sebagai seorang yang baik, bukan sahaja taat dan patuh kepada Allah s.w.t sebagai
Pencipta manusia, malah ia dapat mentadbir dan memelihara keseimbangan dan
keharmonian kejadian dan alam
di sekelilingnya.
Manusia yang beriman dan bertakwa akan memiliki persepsi dan pandangan yang
seimbang, bukan hanya tertumpu kepada dirinya sahaja sebagai individu, malah ia turut
merangkumi pelbagai peringkat hubungan, antaranya:
Hubungannya dengan Tuhan
Hubungannya dengan masyarakat sekeliling
Hubungannya dengan alam sekitar
Hubungannya dengan diri sendiri
Allah s.w.t menegaskan dalam firmanNya bermaksud “kepentingan manusia berpegang
kepada iman dan takwa disamping melakukan perkara-perkara yang baik dan
mencegah kemungkaran sebagai salah satu ciri penting umat yang berjaya dan
terbaik. Ia bukan sahaja tertentu kepada perkara-perkara berkaitan agama sahaja,
bahkan meliputi keseluruhan aspek kehidupan dan pergaulan sesama manusia tanpa
mengira batasan agama, bangsa dan negara” (Ali Imran:110).
Iman dan takwa menjana sifat-sifat terpuji seperti tanggungjawab, amanah, jujur dan
ikhlas. Semua sifat-sifat ini menjadi asas utama menjana kemuliaan dan keharmonian
umat manusia.
Seorang yang beriman dan bertakwa akan menyedari bahawa terdapat satu kuasa
agung yang sentiasa memerhatikan segala gerak-geri dan perbuatannya untuk dinilai
dan dipersoalkan kelak. Oleh itu, setiap perbuatan perlu dilakukan dengan penuh hati-
hati dan jujur. Seseorang yang memiliki iman dan takwa sentiasa berwaspada dan
sedar akan tanggungjawab dan peranan yang harus dilakukannya.
Inilah intipati dan kesan daripada penghayatan terhadap konsep “ihsan” yang
merupakan antara peringkat iman yang tertinggi. Ibarat seorang pekerja yang sentiasa
diperhatikan oleh majikannya dan akan berusaha bersungguh-sungguh untuk
memastikan segala tugas dan tanggungjawab yang diberi dapat dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya. Jika terdapat sebarang kesilapan ataupun kesalahan, ia akan disusuli
oleh pengakuan dan perjanjian untuk tidak mengulangi perbuatan sedemikian di masa
akan datang.
12. Iman dan takwa juga menyumbang ke arah kestabilan dan kekuatan rohani, emosi dan
mental serta memberikan makna dan hala tuju yang jelas terhadap tujuan kehidupan
manusia di dunia ini. Agama mengajarkan bahawa manusia sebenarnya adalah
makhluk kejadian allah s.w.t yang telah dimartabatkannya sebagai sebaik-baik kejadian
di dunia ini. Ia dilahirkan ke dunia ini khusus sebagai hamba dan khalifah Allah. Dunia
menjadi medan ujian untuk menilai kebolehan dan keupayaan manusia mentadbir dan
berbakti kepada Allah s.w.t menerusi interaksi sesama manusia dan alam
sekitarnya. Setelah itu, segala amalan dan perlakuan manusia akan dinilai dan
diberikan balasan yang setimpal di akhirat kelak.
Seorang insan yang memahami tujuan wujudnya kehidupan ini akan mendapat satu
kekuatan dan kuasa yang memberikan motivasi untuk beramal dan berusaha dengan
gigih di dunia ini sebagai landasan ke satu alam lain yang abadi. Semua amalan dan
perbuatan yang dilakukan akan disesuaikan dengan matlamat mendapatkan keredhaan
Allah s.w.t. Sekiranya berlaku suatu ujian atau cubaan yang memerlukan pengorbanan
baik dalam bentuk harta, nyawa dan emosi, ia akan sentiasa menerimanya dengan
sikap yang terbuka dan positif.
Iman dan takwa juga meruntuhkan ego dan nilai-nilai negatif dalam kehidupan serta
menimbulkan sifat-sifat positif seperti gigih bekerja keras, menjalin hubungan baik
sesama manusia, bercita-cita tinggi untuk mencari kebahagiaan kerana orang yang
beriman dan bertakwa akan merasakan bahawa dirinya hanyalah sebahagian kecil
sahaja daripada skima kejadian dan kewujudan di alam semesta ini yang berkait rapat
dan saling memerlukan antara satu sama lain. Tanpa pertolongan daripada individu
lain dan alam persekitarannya, dirinya tidak akan mampu menjalani kehidupannya
dengan teratur dan lebih selesa. Dengan demikian orang beriman dan bertakwa
merasakan dirinya amat kerdil sekali jika dibandingkan dengan kejadian-kejadian yang
lain.
Manusia yang memiliki iman dan takwa sentiasa terdorong untuk berusaha dengan
gigih bagi mencapai kejayaan dalam segenap aspek perbuatan dan perlakuannya
sehingga terbentuk di dalam dirinya satu disiplin moral dan pegangan positif yang
selalunya mengajak ke arah nilai-nilai yang mulia dan terpuji. Oleh itu, orang beriman
dan bertakwa akan dikenali sebagai orang yang berbudi pekerti mulia dan dihormati.
Penghayatan yang sebenar terhadap konsep iman dan takwa ini mampu
mengurangkan masalah akhlak dan moral masyarakat akibat tidak berpegang teguh
kepada agama dan hanya berlandaskan hidup kepada pertimbangan fizikal dan
material semata-mata.
Iman dan takwa menanamkan sikap bertolak-ansur, hormat-menghormati serta
toleransi yang tinggi sesama manusia dan terhadap alam sekeliling.
Hakikat ini dapat dilihat dari aspek hubungan antara seseorang individu dengan
manusia dan alam sekelilingnya. Orang yang beriman dan bertakwa pastinya akan
mengamalkan sikap toleransi, bekerjasama dan tolong-menolong sesama insan tanpa
mengira batasan agama, bangsa dan sebagainya. Disamping membantu memastikan
13. keseimbangan dan keharmonian hubungannya dengan dunia persekitarannya,
mereka bergaul sesama manusia dan alam sekitar dengan sebaik-baik pergaulan
tanpa mengira perbezaan bangsa, agama dan bahasa. Apatalah lagi jika mereka
tinggal bersama-sama di dalam sebuah negara yang memerlukan mereka
berkerjasama dan bantu-membantu antara satu sama lain kerana konsep tolong-
menolong dalam perkara kebaikan dan membenci perkara mungkar adalah di antara
teras utama bagi iman dan takwa.
Mereka juga mempunyai kesedaran yang tinggi terhadap penguasaan ilmu
pengetahuan dan kepentingannya sebagai alat untuk mendapatkan kejayaan dan
kesejahteraan di dunia dan akhirat kerana penguasaan ilmu pengetahuan merupakan
sebagai salah satu medium untuk mencari dan mendapatkan kebenaran dan kejayaan
di dunia dan akhirat.
Penguasaan Teknologi dan pemilikan ilmu bukan sahaja berkaitan dengan amalan
keagamaan tetapi juga yang bersangkut-paut dengan kehidupan di dunia kerana
penguasaan ilmu pengetahuan merupakan faktor yang menentukan kejayaan dan
kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Allah mengangkat darjat orang yang beriman dan berilmu pengetahuan seperti
firmanNya yang bermaksud: “Allah mengangkat darjat dan kedudukan orang beriman
dan berilmu” dan firmanNya lagi yang bermaksud: “adakah sama nilai kerja orang yang
berilmu dengan orang yang tidak berilmu, jawabnya tentu tidak” kerana kemampuan
menguasai ilmu pengetahuan secara bersepadu boleh menjadikan sesebuah
masyarakat itu memiliki kekuatan pengetahuan yang pelbagai dan semasa. Ini
bertujuan supaya kecemerlangang intelektual dapat dikembangkan, kekuatan peribadi
dapat ditampilkan dan ketangkasan jasmani dapat dibangunkan. Perkara ini menjadi
penting bagi melahirkan insan seimbang dan harmonis