2. Sintaksis adalah cabang ilmu linguistik yang mengkaji seluk-beluk tata bahasa
dalam satuan ujaran. Pengertian tersebut sejalan dengan pendapat Ramlan (2009,
hlm. 1) yang mengungkapkan bahwa sintaksis adalah bagian atau cabang ilmu
bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa.
Analisis sintaksis berarti mengidentifikasi unsur-unsur yang membentuk satuan
bahasa dalam konteks kalimat. Hal ini adalah peran utama dari kajian sintaksis
sebagai cabang ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk pembentukan kalimat.
A. Analisis Sintaksis
3. Tata bahasa tradisional menganalisis bahasa berdasarkan filsafat dan
semantik, sedangkan tata bahasa structural menganalisis bahasa berdasarkan struktur
dan ciri-ciri formal yang ada dalam bahasa. Dalam merumuskan kata kerja misalnya
tata bahasa tradisional mengatakan kata kerja adalah kata yang menyatakan tindakan
atau kejadian, sedangkan tata bahasa struktural menyatakan kata kerja adalah kata yang
berdistribusi dengan frasa.
Zaman Yunani (Abad ke-2-5
SM)
a. Kaum Shopis (abad ke-5 SM)
b. Plato (429-347 SM)
c. Aristoteles (384-322 Sebelum Masehi)
d. Stoik (abad ke 4 Sebelum Masehi)
e. Kaum Alexanrian
B. Linguistik Tradisional
4. Abdul chaer (2007:346) menyatakan bahwa linguistik struktural ialah aliran
yang berusaha mendeskripsikan suatu bahasa berdasarkan ciri atau sifat khas yang
dimilki bahasa itu.
Aliran struktural adalah sebutan yang diberikan pada paham bahasa yang
berlandaskan pada pemikiran Behavioristik. Jadi dengan didasari kepada paham
behavioristik hakikat bahasa itu dipandang dari perwujudan lahiriahnya, jadi di
dalam taksonomi gramatika disusun dari tataran terendah berupa fonem, morfem,
frasa, klausa, sampai tataran tertinggi yang berupa kalimat. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa aliran struktural atau behavioristik adalah salah satu aliran linguistik yang
mendeskripsikan suatu bahasa berdasarkan ciri atau sifat khas dari bahasa itu sendiri.
C. Linguistik Struktural atau Modern
5. Linguistik generatif transformasi yang dikemukakan dan dikembangkan
oleh Noam Chomsky (1957, 1965), menyatakan bahwa setiap kalimat yang ada
dan pernah dibuat orang dapat dikembalikan pada pola kalimat dasarnya, atau
kalimat inti, dan yang jumlahnya terbatas. Pola kalimat dasar itu adalah kalimat
berklausa tunggal, deklaratif, positif, transitif, atau netral. Kalimat- kalimat lain,
seperti kalimat imperative, kalimat interogatif, dan kalimat pasif adalah kalimat-
kalimat ubahan yang ditransformasikan dari kalimat dasar itu.
Prinsip lain dari linguistik generatif transformasi adalah bahwa sebelum
dilakukan dalam ujaran dalam bentuk struktur luar (surface structure) yang
bersifat konkret, terlebih dahulu kalimat itu disusun di dalam otak dalam bentuk
struktur dalam (deep structure) yang bersifat abstrak
D. Linguistik Struktural atau Modern
6. Tata bahasa kasus atau teori kasus pertama kali di perkenalkan oleh Charles J.
Fillmore dalam karangannya berjudul “The Case for Case” tahun 1968 yang di muat dalam
buku “Bach, E. dan R. Harms universal in Linguistik Theory”, terbitan Holt Rinehart dan
Winston. Kemudian di revisi dalam tahun 1970. Selain itu J.Anderson dalam bukunya “The
Grammar of case (combridge University press, 1971)” dan W.L Chafe dalam bukunya
“Meaning and the Structure of Language” (The University of Chicago Press, 1970)
memperkenalkan pula teori kasus yang agak berbeda. Tata bahasa kasus dalam bidang tata
bahasa, kasus atau kes bagi sesuatu kata nama atau kata ganti nama menandakan fungsi
dalam kalimat, tata bahasa bagi kata berkenaan dalam sesuatu ungkapan atau klausa di
dalam sebuah frasa atau klausa, Fungsi gramatis ini sebagai contohnya adalah subjek dari
kalimat, objek dari kalimat atau kepemilikan.
E. Tata Bahasa Kasus
7. 1. Jenis Kasus
a. Kasus nominatif, bersamaan kasus subjektif bahasa Melayu, ialah subjek bagi kata kerja finitum: Contoh : Kami
pergi ke kedai.
b. Kasus akusatif, bersama kasus datif dan ablatif (bawah) bersamaan kasus objektif bahasa Melayu, ialah objek
langsung bagi kata kerja: Contoh : Dia mengingati kami.
c. Kasus datif merupakan objek tak langsung bagi kata kerja: Contoh : Dia memberi kami diskaun.
d. Kasus ablatif merupakan pergerakan dari sesuatu, dan/atau punca: Contoh : Dia meninggalkan kami untuk berjumpa
doktor.
e. Kasus genitif, bersamaan kasus milik, merupakan pemilik kepada satu lagi kata nama: Contoh : Buku saya di atas
mejanya.
f. Kasus vokatif merupakan penerima pesanan: Contoh : Awak di sana tak apa?
g. Kasus lokatif merupakan lokasi: Contoh : Kami tinggal di Malaysia.
h. Kasus perantian merupakan objek yang digunakan untuk melakukan sesuatu: Contoh : Kami bermain muzik dengan
piano.
8. 2. Kasus Dalam Bahasa
MelayuMisalnya: kata ganti nama "(d) aku", "kamu" dan "dia" digabungkan di akhir perkataan "rumah" bertukar
menjadi bentuk kasus milik yaitu "-ku", "-mu" dan "-nya", maka membentuk kata terbitan "rumahku",
"rumahmu" dan "rumahnya", serupa dengan kasus genitif yang dibincangkan tadi. Contoh: Bahasa Latin
Berikut ialah contoh infleksi kasus dalam bahasa Latin, menggunakan berbagai bentuk mufrad untuk
perkataan yang berarti "pelaut", yang tergolong dalam deklensi pertama bahasa Latin.
a. Nauta (nominatif) "pelaut" [sebagai subjek] (cth. nauta ibi stat pelaut berdiri di sana)
b. Nautae (genitif) "milik pelaut" (cth. nomen nautae est Claudius nama pelaut itu Claudius)
c. Nautae (datif) "untuk/kepada pelaut" [sebagai objek tak langsung] (cth. nautae donum dedi Kuberikan
hadiah kepada pelaut.
d. Nautam (akusatif) "pelaut" [sebagai objek langsung] (cth. nautam vidi Kulihat pelaut)
e. Nautā (ablatif) "dari/dengan/di/oleh pelaut" [pelbagai guna yan tidak dibincangkan di atas] (cth. sum
altior nautā Saya lebih tinggi dari pelaut)
9. Tata bahasa relasional awal dirikan pada tahun 1970-an sebagai tantangan
langsung terhadap beberapa asumsi yang paling mendasar dari teori sintaksis yang dirancang
oleh aliran tata bahasa transformasi. Menurut tata bahasa relasional, teori sintaksis semesta
harus dianalisis berdasarkan relasi-relasi gramatikal. Masalah subjek dan objek langsung
berdasarkan relasi dominasi, tata bahasa transformasional menjelaskan sebagai berikut:
subjek adalah FN (frase Nomina) yang secara langsung didominasi oleh K (kalimat), dan
objek langsung adalah FN (frase Nomina) yang secara langsung didominasi oleh FV (Frasa
Verba). Menurut aliran tata bahasa relasional tata bahasa transformasi dengan struktur
klausa yang dijabarkan dengan urutan linear dan relasi dominasi, telah mengalami kegagalan
dalam penerapannya terhadap bahasa-bahasa tertentu
F. Tata Bahasa Rasional
10. G. Analisis Tema dan Rema
A. Tema
Tema (theme) merupakan sebuah elemen yang menunjukkan titik keberangkatan pesan yang
ingin disampaikan oleh penulis atau pembicara. Elemen ini memberikan titian sebuah
pertanyaan “klausa iniberbicara tentang apa?” Identifikasi tema sendiri pada dasarnya dapat
dilihat dari urutan unsur klausa, yaitu bahwa tema merupakan komponen yang diletakkan
pada awal klausa.
B. Rema
Rema (rheme) adalah bagian dari sebuah klausa atau kalimat yang merupakan
pengembangan dari tema, maka semua bagian yang tidak digarisbawahi pada keempat
klausa di atas adalah rema. Karena rema itu berangkat dari sesuatu yang umum menuju hal
yang spesifik, maka rema mengandung informasi yang spesifik dan baru. Pengidentifikasian
rema cukup sederhana; bahwa segala sesuatu yang bukan tema maka disebut rema, dan rema
akan selalu hadir setelah kehadiran tema. Hal ini dikarenakan rema adalah pengembangan
informasi dari tema.
11. H. Analisis Berdasarkan Gatra
A. Pengertian Gatra
Gatra adalah kata atau kelompok kata yang mendukung suatu kalimat (Sulaga, 1982).
Linguis lain yang juga memberikan batasan gatra yaitu Yus Badudu dalam bukunya yang
berjudul Inilah Bahasa Indonesia yang Benar (1987). Ahli bahasa ini mengatakan gatra
adalah bagian (kata atau frase) yang mempunyai fungsi dalam kalimat.
B. Macam-Macam Gatra
1. Gatra Subjek
2. Gatra Predikat
3. Gatra Objek
4. Gatra Keterangan