SlideShare a Scribd company logo
PEMERINTAH PROVINSI MALUKU
Dinas Kehutanan
VISI :
“Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan untuk Menjamin
Kelestarian Hutan Menuju Masyarakat Maluku Yang
Sejahtera, Rukun, dan Berkualitas ”
2
MISI :
•Menjamin Keberadaan Hutan
•Mengoptimalkan Aneka Fungsi Pemanfaatan Hutan
•Mengoptimalkan Rehabilitasi Hutan dan Lahan yang Terencana,
Terkoordinasi dan Terintegrasi.
•Mengoptimalkan Perlindungan dan Pengamanan Hutan
•Penguatan Kelembagaan Dinas Kehutanan.
KEBIJAKAN PRIORITAS
6 (enam) Kebijakan Prioritas Dinas Kehutanan Provinsi Maluku, untuk
menjamin kelestarian hutan di Provinsi Maluku :
1.Pemantapan Kawasan Hutan.
2.Rehabilitasi Hutan dan Peningkatan Daya Dukung DAS.
3.Pengamanan Hutan dan Pengendalian Kebakaran Hutan.
4.Konservasi Keanekaragaman Hayati.
5.Revitalisasi Pemanfaatan Hutan dan Industri Kehutanan.
6.Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Hutan.
3
Luas Wilayah Provinsi Maluku 712.480 Km2
yang terdiri
dari :
 Luas Daratan : 54.148,48 Km2
( 7,6 %)
 Luas Lautan : 658.331.52 Km2
( 92,4 %)
II. KONDISI AKTUAL
4
Hutan: suatu kesatuan ekosistem berupa
hamparan lahan berisi sumber daya alam
hayati yang didominasi pepohonan dalam
persekutuan alam lingkungannya, yang satu
dengan lainnya tidak dapat dipisahkan
(Pasal 1 angka 2 UU No. 41 Tahun 1999)
Kawasan Hutan: wilayah tertentu
yang ditetapkan oleh pemerintah
untuk dipertahankan keberadaannya
sebagai hutan tetap
HUTAN DAN KAWASAN HUTANHUTAN DAN KAWASAN HUTAN
III. PENGERTIAN
Pengertian hutan ≠ kawasan hutan
TAHAP PENGUKUHAN KAWASAN HUTAN
PENUNJUKAN
PENATAAN BATAS
PENETAPAN KAWASAN
HUTAN
No Fungsi Hutan Luas
(Ha)
Kriteria
1. Hutan Konservasi
429.543
(10,96%)
Ciri khas tertentu
pengawetan, Keaneka
ragaman hayati
2. Hutan Lindung 627.503 (16,00)
-Skoring > 175 keatas
-Lereng > 40%
-Ketinggian >2000m dpl
3. Hutan Produksi Terbatas 894.153 (22,81) Skoring 125-174
4. Hutan Produksi 641.603 (16,37) Skoring < 125
5.
Hutan Produksi Yang Dapat
Dikonversi
1.326.899
(33,86)
Skoring < 125
Jumlah 3.919.701
(1) Luas kawasan hutan di Provinsi Maluku Sesuai SK Menteri Kehutanan
Nomor : 871/Menhut-II/2013 tanggal 6 Desember 2013
7
IV. LUAS KAWASAN HUTAN DI PROVINSI MALUKUIV. LUAS KAWASAN HUTAN DI PROVINSI MALUKU
Catatan : APL = 364,149 Ha
8
(2) Luas kawasan hutan Per Kabupaten / Kota di Provinsi Maluku
Hutan Hutan Hutan Hutan Hutan Jumlah %
Konservasi % Lindung % Produksi % Produksi % Produksi %
Terbatas Konversi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 Ambon - - 9.597 1,53 - - - - - - 9.597 0,24
2 Maluku Tengah 175.743 40,91 134.367 21,41 179.947 20,12 28.522 4,45 100.614 7,58 619.192 15,80
3 Buru 6.849 1,59 108.169 17,24 109.960 12,30 106.835 16,65 95.621 7,21 427.434 10,90
4 Buru Selatan - 73.260 11,67 101.497 11,35 90.799 14,15 79.588 6,00 345.143 8,81
5 Maluku Tenggara 18.017 4,19 6.439 1,03 2.399 0,27 2.966 0,46 17.323 1,31 47.144 1,20
6 Tual - 9.257 1,48 987 0,11 - - 1.596 0,12 11.840 0,30
7 Maluku Tenggara Barat 77.197 17,97 13.012 2,07 78.167 8,74 112.385 17,52 138.799 10,46 419.559 10,70
8 Maluku Barat Daya 51.168 11,91 34.774 5,54 4.584 0,51 71.262 11,11 173.021 13,04 334.808 8,54
9 Seram Bagian Barat 32.251 7,51 124.493 19,84 156.087 17,46 9.810 1,53 91.808 6,92 414.449 10,57
10 Seram Bagian Timur 1.216 0,28 107.880 17,19 260.525 29,14 24.757 3,86 118.269 8,91 512.646 13,08
11 Kepulauan Aru 67.103 15,62 6.254 1,00 - 0,00 194.269 30,28 510.261 38,46 777.887 19,85
Jumlah 429.543 100 627.503 100 894.153 100 641.603 100 1.326.899 100 3.919.701 100,00
No Kabupaten / Kota
Luas Fungsi Kawasan Hutan (Ha)
Pasal 33 ayat (3) UUD 1945
Pasal 4 ayat (2) UU 41/1999
“Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
(1) Semua hutan di dalam wilayah Republik Indonesia termasuk kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
(2) Penguasaan hutan oleh Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberi wewenang
kepada pemerintah untuk:
a. mengatur dan mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan hutan, kawasan hutan,
dan hasil hutan;
b. menetapkan status wilayah tertentu sebagai kawasan hutan atau kawasan hutan sebagai
bukan kawasan hutan; dan
c. mengatur dan menetapkan hubungan-hubungan hukum antara orang dengan hutan, serta
mengatur perbuatan-perbuatan hukum mengenai kehutanan.
V. LANDASAN KEWENANGAN KEHUTANANV. LANDASAN KEWENANGAN KEHUTANAN
V. PEMANFAATAN HUTAN DAN PENGGUNAAN KAWASANV. PEMANFAATAN HUTAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN
HUTANHUTAN
Pemanfaatan kawasan hutan dapat dilakukan pada semua kawasan hutan kecuali pada hutan
cagar alam serta zona inti dan sona rimbah pada Taman Nasional (Pasal 24 UU Nomor 41
tahun 1999 tentang Kehutanan).
Pemanfaatan kawasan hutan dapat berupa pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa
lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu serta pemungutan hasil hutan
kayu dan bukan kayu
Penggunaan kawasan hutan bertujuan untuk mengatur penggunaan sebagaian kawasan hutan
untuk kepentingan pembangunan diluar kegiatan kehutanan, penggunaan kawasan hutan
hanya dapat dilakukan di dalam kawasan hutan produksi dan atau kawasan hutan lindung
(pertambangan tertutup).
Penggunaan kawasan hutan untuk kepentiangan pembangunan diluar kegiatan kehutanan
hanya dapat dilakukan untuk kegiatan yang mempunyai tujuan strategis yang tidak dapat
dielakan,antara lain pembangunan jalan umum, kelistrikan, pertbangan dan energi)
Penggunaan Kawasan Hutan (PP 24 Tahun 2010, Jo PP 61 Tahun 2012 tentang
Penggunaan Kawasan Hutan)
Pemanfaatan Hutan (UU 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan)
1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
(Pasal 18 ayat 2; luas kawasan hutan yang harus
dipertahankan minimal 30 % (tiga puluh persen) dari luas
Daerah Aliran Sungai dan atau pulau dengan sebaran yang
proporsional)
2. Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2004 tentang
Perencanaan Hutan Pasal 24 ayat 3 huruf (c) point 3.b
disebutkan kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi
adalah kawasan hutan yang secara ruang dicadangkan untuk
digunakan bagi pengembangan transmigrasi, pemukiman,
pertanian, perkebunan.
11
Pelepasan Kawasan Hutan
Hutan berdasarkan statusnya terdiri dari :
 Hutan Negara
 Hutan Adat
 Hutan Hak
HUTAN NEGARA adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani
hak atas tanah
HUTAN ADAT adalah hutan yang berada didalam wilayah masyarakat hukum
adat
HUTAN HAK adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas
tanah
(Putusan Mahkama Konstitusi Nomor : 35/PUU-X/2012 tanggal 16 Mei 2013)
Pemerintah menetapkan status hutan;
hutan adat ditetapkan sepanjang
menurut kenyataanya masyarakat
hukum adat yang bersangkutan masih
ada dan diakui keberadaanya.
Dalam hal ini yang menetapkan status
hutan adat adalah Menteri Kehutanan,
sepanjang keberadaan masyarakat
hukum adat telah ditetapkan dengan
Peraturan Daerah.
Masyarakat hukum adat diakui keberadaanya, jika
menurut kenyataanya memenuhi unsur antara lain :
a.masyarakatnya masih dalam bentuk paguyuban
(rechtsgemeenschap);
b.ada kelembagaan dalam bentuk perangkat penguasa
adatnya;
c.ada wilayah hukum adat yang jelas;
d.ada pranata dan perangkat, khususnya peradilan adat,
yang masih ditaati; dan
e.masih mengadakan pemungutan hasil hutan di wilayah
hutan sekitarnya untuk pemenuhan kebutuhan hidup
sehari-hari.
MASYARAKAT HUKUM ADATMASYARAKAT HUKUM ADAT
(UU 41 Tahun 1999 Pasal 67)
Masyarakat hukum adat sepanjang menurut
kenyataannya masih ada dan diakui
keberadaannya berhak :
a.Melakukan pemungutan hasil hutan untuk
pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari
masyarakat adat yang bersangkutan;
b.Melakukan kegiatan pengelolaan hutan
berdasarkan hukum adat yang berlaku dan tidak
bertentangan dengan undang-undang; dan
c.Mendapatkan pemberdayaan dalam rangka
meningkatkan kesejahteraannya.
Pengukuhan keberadaan dan hapusnya masyarakat hukum
adat ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Peraturan Daerah disusun dengan mempertimbangkan hasil
penelitian para pakar hukum adat, aspirasi masyarakat
setempat, dan toko masyarakat adat yang ada di daerah yang
bersangkutan, serta instansi atau pihak lain yang terkait.
Peraturan Daerah memuat atura antara lain :
a.tata cara penelitian;
b.pihak-pihak yang diikut sertakan;
c.materi penelitian, dan
d.kriteria penilaian keberadaan masyarakat hukum adat.
Untuk mencapai Visi Hutan Lestari Masyarakat Sejahtera di Provinsi
Maluku, maka kebijakan kehutanan diarahkan terhadap : (1) Aspek
Pemantapan Kawasan Hutan; (2) Aspek Pengelolaan Tingkat Tapak ;
(3) Aspek penyelesaaian konflik tenur; dan (4) Aspek Pemberdayaan
masyarakat.
17
Pemantapan Kawasan Hutan
Untuk memberikan kepastian hukum atas kawasan hutan, dilakukan proses
pengukuhan kawasan hutan. Proses ini diawali dengan penunjukan, penataan
batas, pemetaan dan penetapan kawasan hutan. Tujuan akhirnya adalah
terdapatnya suatu kawasan hutan yang legal dan legitimate. Hingga tahun
2013 kinerja pengukuhan kawasan hutan pada hutan konservasi, hutan
lindung dan hutan produksi telah mencapai 7.842,11 km. Sebagai wujud
mengadopsi kebutuhan di masyarakat yang menyangkut perubahan
lingkungan strategis, dilakukan rencana review Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi (RTRWP), yang berimplikasi pada berubahnya luas kawasan hutan
yang semula 4.828,294 Ha, menjadi 3.919,701 Ha.
18
Target dan Relaisasi s.d. 2013
Tahun 2010 2011 2012 2013
Target
312,1
7
405,01 185,74 378,38
Realisasi 309,5 351,44 185,00 385,78
Realisasi Tata Batas s/d Tahun 2013
7.842,11 Km
Panjang Batas Kawasan Hutan :
9221 Km
Sisa Tata Batas s/d Tahun
2013
1.378,89 Km
Luas Kawasan Hutan :
4.282.294 Ha ( 79,08 %)
Sumber BPKH wil IX ambon
Rencana Tata Batas Tahun 2014 :
+ 300 km
 Pengelolaan di Tingkat Tapak
Untuk memperbaiki pengelolaan kawasan hutan, telah ditetapkan sebanyak 22
wilayah unit Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH). Saat ini telah terbentuk 4 unit
KPHP Model antara lain ; KPHP Model Wae Sapalewa di Kabupaten Maluku
Tengah, KPHP Model Wae Apu di Kabupaten Buru, KPHP Model Wae Bubi di
Kabupaten Seram Bagian Timur, dan KPHP Model Wae Tina Lintas Kabupaten
Buru dan Buru Selatan. Dimana pembentukannya memperhatikan dan
mempertimbangkan kekhasan masing-masing daerah. Sebagai organisasi
tapak, KPH berkemampuan menggali potensi sekaligus pemetaan sosial
ekonomi masyarakat, menjalin interaksi dan komunikasi intensif, sekaligus
menggali alternatif solusi sesuai kebutuhan di masyarakat.
 Penyelesaian Konflik Kehutanan
Konflik tenurial kehutanan disebabkan oleh berbagai hal, seperti pelanggaran
terhadap prosedur penunjukan kawasan hutan dan klaim wilayah hutan negara
secara sepihak oleh Kemenhut. Penyebab lain dari konflik tenurial adalah
akibat institusi bisnis atau masyarakat yang merambah dan melakukan
aktivitas di dalam kawasan hutan secara ilegal. Penyelesaian konflik kehutanan
akan berdampak positif, tidak hanya pada membuka akses kesejahteraan bagi
masyarakat, tetapi juga memberikan kepastian usaha bagi pemegang izin.
Dampak lainnya adalah berkurangnya deforestrasi dan degradasi hutan.
 Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Kawasan Hutan
Untuk mengantisipasi berkembangnya potensi konflik maka diupayakan kegiatan
yang dapat mengakomodir kepentingan masyarakat melalui skema pemberdayaan
masyarakat. Pemberdayaan masyarakat dilaukan dalam rangka pemanfaatan
sumber daya hutan secara optimal dan berkeadilan. Model pemanfaatan hasil
hutan ini diformulasikan ke dalam skema Hutan Desa (HD) dan Hutan
Kemasyarakatan (HKm) yang dilakukan di hutan lindung maupun hutan produksi,
sedangkan skema Hutan Tanaman Rakyat (HTR) dilakukan di hutan produksi.
Pemberdayaan masyarakat harus dilakukan dengan penelitian yang cermat, dan
tidak semata-mata pendekatan ekonomi yang digunakan tetapi harus pula
diperhatikan masalah sosial budaya dan tradisi usaha masyarakat (pendekatan
sosial kultural)
Pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan konservasi mengacu pada PP No. 28
Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian
Alam. Kegiatan pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui :
1. pembangunan desa konservasi;
2. pemberian izin untuk memungut hasil hutan bukan kayu di zona atau blok
pemanfaatan, izin pemanfaatan tradisional, serta izin pengusahaan jasa wisata
alam;
3. fasilitas kemitraan pemegang izin pemanfaatan hutan dengan masyarakat.
 Provinsi Maluku sebagian besar kawasan hutannya di “claim” sebagai hutan adat/ulayat (Petuanan)
sehingga menjadi kendala dalam kegiatan tata batas kawasan hutan dan pelaksanaan ijin pemanfaatan
hutan (HPH/HTI, dsb).
 Provinsi Maluku sebagai wilayah kepulauan perlu alokasi kawasan hutan sebagai kawasan resapan air
sekaligus penyedia air bagi pulau-pulau kecil (fungsi hidroorologis).
 Meningkatnya kebutuhan lahan dari berbagai sektor dan akibat timbulnya pemekaran wilayah, baik
Provinsi maupun Kabupaten/Kota yang berimplikasi pada perubahan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRWP/RTRWK).
 Pada kawasan hutan yang telah ditata batas maupun ditetapkan masih dijumpai penguasaan pihak lain
(dalam bentuk pemukiman dan perladangan masyarakat).
 Dengan pemekaran Kabupaten/Kota ada kecenderungan membuka keterisolasian daerah dengan
membuat jalan melewati kawasan hutan tanpa mengikuti ketentuan yang berlaku.
 Meskipun penataan batas maupun penetapan kawasan hutan telah dapat dipetakan, namun ketepatan
posisinya menjadi belum akurat karena disamping posisinya ditentukan oleh titik ikat (titik kontrol
lokal) juga penggunaan peta dasar yang berbeda.
VII. PERMASALAHAN TENURIAL KAWASAN HUTAN DI PROVINSI
MALUKU
Peta Kawasan Hutan Provinsi Maluku
Terima Kasih
Dinas Kehutanan Provinsi MalukuDinas Kehutanan Provinsi Maluku
Jln. TulukabessyNo. 23Ambon

More Related Content

What's hot

Profil KOTAKU Kabupaten Jember
Profil KOTAKU Kabupaten JemberProfil KOTAKU Kabupaten Jember
Profil KOTAKU Kabupaten Jember
komunikasiosp
 
Modul Pelatihan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Berbasis Masyarakat
Modul Pelatihan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Berbasis Masyarakat Modul Pelatihan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Berbasis Masyarakat
Modul Pelatihan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Berbasis Masyarakat
Fatur Fatkhurohman
 
MACAM MACAM DAUR
MACAM MACAM DAURMACAM MACAM DAUR
MACAM MACAM DAUR
EDIS BLOG
 
Peran Pemerintah dalam Aktivitas Rehabilitasi Mangrove dan Kesejahteraan Mas...
Peran Pemerintah dalam Aktivitas Rehabilitasi Mangrove  dan Kesejahteraan Mas...Peran Pemerintah dalam Aktivitas Rehabilitasi Mangrove  dan Kesejahteraan Mas...
Peran Pemerintah dalam Aktivitas Rehabilitasi Mangrove dan Kesejahteraan Mas...
CIFOR-ICRAF
 
Kebutuhan dan Tantangan Pengembangan Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan...
Kebutuhan dan Tantangan Pengembangan Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan...Kebutuhan dan Tantangan Pengembangan Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan...
Kebutuhan dan Tantangan Pengembangan Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan...Indonesia Infrastructure Initiative
 
Paparan-_POSYANDU[1].ppt
Paparan-_POSYANDU[1].pptPaparan-_POSYANDU[1].ppt
Paparan-_POSYANDU[1].ppt
dpmdbusel
 
Penyusunan rencana strategis wilayah pesisir dan pulau pulau kecil
Penyusunan rencana strategis wilayah pesisir dan pulau pulau kecilPenyusunan rencana strategis wilayah pesisir dan pulau pulau kecil
Penyusunan rencana strategis wilayah pesisir dan pulau pulau kecil
Didi Sadili
 
Proposal pembangunan jembatan
Proposal pembangunan jembatanProposal pembangunan jembatan
Proposal pembangunan jembatan
bisri_makmur
 
proposal-rehab
 proposal-rehab proposal-rehab
proposal-rehab
prayatna wirahadi
 
Sk kelompok tani
Sk kelompok taniSk kelompok tani
Sk kelompok tani
Ruslan SALIM
 
21. hutan desa
21. hutan desa21. hutan desa
21. hutan desa
keuangandesa
 
Manual seleksi pohon plus
Manual seleksi pohon plusManual seleksi pohon plus
Manual seleksi pohon plus
Smart EduCafe
 
Perhutanan sosial untuk sd gs 3 4-5
Perhutanan sosial untuk sd gs 3 4-5Perhutanan sosial untuk sd gs 3 4-5
Perhutanan sosial untuk sd gs 3 4-5
TV Desa
 
Permasalahan Sumber Daya Air
Permasalahan Sumber Daya AirPermasalahan Sumber Daya Air
Permasalahan Sumber Daya Air
Yahya M Aji
 
irigasi cara rotasi dan golongan
irigasi cara rotasi dan golonganirigasi cara rotasi dan golongan
irigasi cara rotasi dan golongan
Muhammad Ilmi
 
Susunan acara sosialisasi rawan bencana
Susunan acara sosialisasi rawan bencanaSusunan acara sosialisasi rawan bencana
Susunan acara sosialisasi rawan bencana
Ully Tiram
 
Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Ma...
Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Ma...Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Ma...
Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Ma...
infosanitasi
 
Rencana kerja personal polhut
Rencana kerja personal polhutRencana kerja personal polhut
Rencana kerja personal polhut
Sudirman Sultan
 
Contoh Surat Pengantar Kepala Desa Cucupan
Contoh Surat Pengantar Kepala Desa CucupanContoh Surat Pengantar Kepala Desa Cucupan
Contoh Surat Pengantar Kepala Desa Cucupan
Dang Chesminirwan
 

What's hot (20)

Profil KOTAKU Kabupaten Jember
Profil KOTAKU Kabupaten JemberProfil KOTAKU Kabupaten Jember
Profil KOTAKU Kabupaten Jember
 
Modul Pelatihan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Berbasis Masyarakat
Modul Pelatihan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Berbasis Masyarakat Modul Pelatihan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Berbasis Masyarakat
Modul Pelatihan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Berbasis Masyarakat
 
MACAM MACAM DAUR
MACAM MACAM DAURMACAM MACAM DAUR
MACAM MACAM DAUR
 
Peran Pemerintah dalam Aktivitas Rehabilitasi Mangrove dan Kesejahteraan Mas...
Peran Pemerintah dalam Aktivitas Rehabilitasi Mangrove  dan Kesejahteraan Mas...Peran Pemerintah dalam Aktivitas Rehabilitasi Mangrove  dan Kesejahteraan Mas...
Peran Pemerintah dalam Aktivitas Rehabilitasi Mangrove dan Kesejahteraan Mas...
 
Kebutuhan dan Tantangan Pengembangan Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan...
Kebutuhan dan Tantangan Pengembangan Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan...Kebutuhan dan Tantangan Pengembangan Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan...
Kebutuhan dan Tantangan Pengembangan Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan...
 
Paparan-_POSYANDU[1].ppt
Paparan-_POSYANDU[1].pptPaparan-_POSYANDU[1].ppt
Paparan-_POSYANDU[1].ppt
 
Penyusunan rencana strategis wilayah pesisir dan pulau pulau kecil
Penyusunan rencana strategis wilayah pesisir dan pulau pulau kecilPenyusunan rencana strategis wilayah pesisir dan pulau pulau kecil
Penyusunan rencana strategis wilayah pesisir dan pulau pulau kecil
 
Proposal pembangunan jembatan
Proposal pembangunan jembatanProposal pembangunan jembatan
Proposal pembangunan jembatan
 
proposal-rehab
 proposal-rehab proposal-rehab
proposal-rehab
 
Hutan adat
Hutan adat Hutan adat
Hutan adat
 
Sk kelompok tani
Sk kelompok taniSk kelompok tani
Sk kelompok tani
 
21. hutan desa
21. hutan desa21. hutan desa
21. hutan desa
 
Manual seleksi pohon plus
Manual seleksi pohon plusManual seleksi pohon plus
Manual seleksi pohon plus
 
Perhutanan sosial untuk sd gs 3 4-5
Perhutanan sosial untuk sd gs 3 4-5Perhutanan sosial untuk sd gs 3 4-5
Perhutanan sosial untuk sd gs 3 4-5
 
Permasalahan Sumber Daya Air
Permasalahan Sumber Daya AirPermasalahan Sumber Daya Air
Permasalahan Sumber Daya Air
 
irigasi cara rotasi dan golongan
irigasi cara rotasi dan golonganirigasi cara rotasi dan golongan
irigasi cara rotasi dan golongan
 
Susunan acara sosialisasi rawan bencana
Susunan acara sosialisasi rawan bencanaSusunan acara sosialisasi rawan bencana
Susunan acara sosialisasi rawan bencana
 
Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Ma...
Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Ma...Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Ma...
Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Ma...
 
Rencana kerja personal polhut
Rencana kerja personal polhutRencana kerja personal polhut
Rencana kerja personal polhut
 
Contoh Surat Pengantar Kepala Desa Cucupan
Contoh Surat Pengantar Kepala Desa CucupanContoh Surat Pengantar Kepala Desa Cucupan
Contoh Surat Pengantar Kepala Desa Cucupan
 

Similar to Kebijakan Tenurial Kawasan Hutan Di Provinsi Maluku

Uu kehutanan no 41 thn 1999
Uu kehutanan no 41 thn 1999Uu kehutanan no 41 thn 1999
Uu kehutanan no 41 thn 1999walhiaceh
 
Uu ri no 41 tahun 1999 tentang kehutanan
Uu ri no 41 tahun 1999 tentang kehutananUu ri no 41 tahun 1999 tentang kehutanan
Uu ri no 41 tahun 1999 tentang kehutananwalhiaceh
 
UU No.41 th 1999 ttg Kehutanan
UU No.41 th 1999 ttg KehutananUU No.41 th 1999 ttg Kehutanan
UU No.41 th 1999 ttg KehutananSei Enim
 
P49 08 Hutan Desa
P49 08   Hutan DesaP49 08   Hutan Desa
P49 08 Hutan Desa
People Power
 
Uu 41-1999
Uu 41-1999Uu 41-1999
Uu 41-1999
Aji Sahdi Sutisna
 
UU No..41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
UU No..41 Tahun 1999 tentang KehutananUU No..41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
UU No..41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
Penataan Ruang
 
PPT-PERCEPATAN-PENETAPAN-KHDTK.pdf
PPT-PERCEPATAN-PENETAPAN-KHDTK.pdfPPT-PERCEPATAN-PENETAPAN-KHDTK.pdf
PPT-PERCEPATAN-PENETAPAN-KHDTK.pdf
sabaruddinsabar2
 
Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...
Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...
Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...
01112015
 
Buku saku pembentukan_kph_fpic_di_tnll
Buku saku pembentukan_kph_fpic_di_tnllBuku saku pembentukan_kph_fpic_di_tnll
Buku saku pembentukan_kph_fpic_di_tnllnita292601
 
7a.KEBIJANKAN PENG.KPH-ABDUL RAUF.pptx
7a.KEBIJANKAN PENG.KPH-ABDUL RAUF.pptx7a.KEBIJANKAN PENG.KPH-ABDUL RAUF.pptx
7a.KEBIJANKAN PENG.KPH-ABDUL RAUF.pptx
adityaerick
 
PP_Nomor_23_Tahun_2021_2.pdf
PP_Nomor_23_Tahun_2021_2.pdfPP_Nomor_23_Tahun_2021_2.pdf
PP_Nomor_23_Tahun_2021_2.pdf
BKPHBRPN
 
Qanun 15 tahun 2002 perijinankehutanan prov nad
Qanun 15  tahun   2002 perijinankehutanan prov nadQanun 15  tahun   2002 perijinankehutanan prov nad
Qanun 15 tahun 2002 perijinankehutanan prov nadwalhiaceh
 
Pp tata hutan dan prencanaan hutan
Pp tata hutan dan prencanaan hutanPp tata hutan dan prencanaan hutan
Pp tata hutan dan prencanaan hutanwalhiaceh
 
Pp tata hutan dan perencanaan hutan
Pp tata hutan dan perencanaan hutanPp tata hutan dan perencanaan hutan
Pp tata hutan dan perencanaan hutanwalhiaceh
 
Pp tata hutan dan perencanaan hutan
Pp tata hutan dan perencanaan hutanPp tata hutan dan perencanaan hutan
Pp tata hutan dan perencanaan hutanwalhiaceh
 
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan ber...
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan ber...Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan ber...
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan ber...
CIFOR-ICRAF
 
Pp tata guna hutan dan perencanaan hutan
Pp tata guna hutan dan perencanaan hutanPp tata guna hutan dan perencanaan hutan
Pp tata guna hutan dan perencanaan hutanwalhiaceh
 
Pp tata guna hutan dan perencanaan hutan
Pp tata guna hutan dan perencanaan hutanPp tata guna hutan dan perencanaan hutan
Pp tata guna hutan dan perencanaan hutanwalhiaceh
 
Permen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman pemanfaatan hutan
Permen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman  pemanfaatan hutanPermen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman  pemanfaatan hutan
Permen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman pemanfaatan hutanwalhiaceh
 

Similar to Kebijakan Tenurial Kawasan Hutan Di Provinsi Maluku (20)

Uu kehutanan no 41 thn 1999
Uu kehutanan no 41 thn 1999Uu kehutanan no 41 thn 1999
Uu kehutanan no 41 thn 1999
 
Uu ri no 41 tahun 1999 tentang kehutanan
Uu ri no 41 tahun 1999 tentang kehutananUu ri no 41 tahun 1999 tentang kehutanan
Uu ri no 41 tahun 1999 tentang kehutanan
 
UU No.41 th 1999 ttg Kehutanan
UU No.41 th 1999 ttg KehutananUU No.41 th 1999 ttg Kehutanan
UU No.41 th 1999 ttg Kehutanan
 
P49 08 Hutan Desa
P49 08   Hutan DesaP49 08   Hutan Desa
P49 08 Hutan Desa
 
Uu 41-1999
Uu 41-1999Uu 41-1999
Uu 41-1999
 
UU No..41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
UU No..41 Tahun 1999 tentang KehutananUU No..41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
UU No..41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
 
PPT-PERCEPATAN-PENETAPAN-KHDTK.pdf
PPT-PERCEPATAN-PENETAPAN-KHDTK.pdfPPT-PERCEPATAN-PENETAPAN-KHDTK.pdf
PPT-PERCEPATAN-PENETAPAN-KHDTK.pdf
 
Cappa hd
Cappa hdCappa hd
Cappa hd
 
Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...
Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...
Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...
 
Buku saku pembentukan_kph_fpic_di_tnll
Buku saku pembentukan_kph_fpic_di_tnllBuku saku pembentukan_kph_fpic_di_tnll
Buku saku pembentukan_kph_fpic_di_tnll
 
7a.KEBIJANKAN PENG.KPH-ABDUL RAUF.pptx
7a.KEBIJANKAN PENG.KPH-ABDUL RAUF.pptx7a.KEBIJANKAN PENG.KPH-ABDUL RAUF.pptx
7a.KEBIJANKAN PENG.KPH-ABDUL RAUF.pptx
 
PP_Nomor_23_Tahun_2021_2.pdf
PP_Nomor_23_Tahun_2021_2.pdfPP_Nomor_23_Tahun_2021_2.pdf
PP_Nomor_23_Tahun_2021_2.pdf
 
Qanun 15 tahun 2002 perijinankehutanan prov nad
Qanun 15  tahun   2002 perijinankehutanan prov nadQanun 15  tahun   2002 perijinankehutanan prov nad
Qanun 15 tahun 2002 perijinankehutanan prov nad
 
Pp tata hutan dan prencanaan hutan
Pp tata hutan dan prencanaan hutanPp tata hutan dan prencanaan hutan
Pp tata hutan dan prencanaan hutan
 
Pp tata hutan dan perencanaan hutan
Pp tata hutan dan perencanaan hutanPp tata hutan dan perencanaan hutan
Pp tata hutan dan perencanaan hutan
 
Pp tata hutan dan perencanaan hutan
Pp tata hutan dan perencanaan hutanPp tata hutan dan perencanaan hutan
Pp tata hutan dan perencanaan hutan
 
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan ber...
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan ber...Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan ber...
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan ber...
 
Pp tata guna hutan dan perencanaan hutan
Pp tata guna hutan dan perencanaan hutanPp tata guna hutan dan perencanaan hutan
Pp tata guna hutan dan perencanaan hutan
 
Pp tata guna hutan dan perencanaan hutan
Pp tata guna hutan dan perencanaan hutanPp tata guna hutan dan perencanaan hutan
Pp tata guna hutan dan perencanaan hutan
 
Permen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman pemanfaatan hutan
Permen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman  pemanfaatan hutanPermen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman  pemanfaatan hutan
Permen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman pemanfaatan hutan
 

More from CIFOR-ICRAF

Mejorando la estimación de emisiones GEI conversión bosque degradado a planta...
Mejorando la estimación de emisiones GEI conversión bosque degradado a planta...Mejorando la estimación de emisiones GEI conversión bosque degradado a planta...
Mejorando la estimación de emisiones GEI conversión bosque degradado a planta...
CIFOR-ICRAF
 
Lecciones para el monitoreo transparente Experiencias de la Amazonía peruana
Lecciones para el monitoreo transparente Experiencias de la Amazonía peruanaLecciones para el monitoreo transparente Experiencias de la Amazonía peruana
Lecciones para el monitoreo transparente Experiencias de la Amazonía peruana
CIFOR-ICRAF
 
Inclusión y transparencia como clave del éxito para el mecanismo de transfere...
Inclusión y transparencia como clave del éxito para el mecanismo de transfere...Inclusión y transparencia como clave del éxito para el mecanismo de transfere...
Inclusión y transparencia como clave del éxito para el mecanismo de transfere...
CIFOR-ICRAF
 
Contexto de TransMoni
Contexto de TransMoniContexto de TransMoni
Contexto de TransMoni
CIFOR-ICRAF
 
Avances de Perú con relación al marco de transparencia del Acuerdo de París
Avances de Perú con relación al marco de transparencia del Acuerdo de ParísAvances de Perú con relación al marco de transparencia del Acuerdo de París
Avances de Perú con relación al marco de transparencia del Acuerdo de París
CIFOR-ICRAF
 
Alert-driven Community-based Forest monitoring: A case of the Peruvian Amazon
Alert-driven Community-based Forest monitoring: A case of the Peruvian AmazonAlert-driven Community-based Forest monitoring: A case of the Peruvian Amazon
Alert-driven Community-based Forest monitoring: A case of the Peruvian Amazon
CIFOR-ICRAF
 
Land tenure and forest landscape restoration in Cameroon and Madagascar
Land tenure and forest landscape  restoration in Cameroon and  MadagascarLand tenure and forest landscape  restoration in Cameroon and  Madagascar
Land tenure and forest landscape restoration in Cameroon and Madagascar
CIFOR-ICRAF
 
ReSI-NoC - Strategie de mise en oeuvre.pdf
ReSI-NoC - Strategie de mise en oeuvre.pdfReSI-NoC - Strategie de mise en oeuvre.pdf
ReSI-NoC - Strategie de mise en oeuvre.pdf
CIFOR-ICRAF
 
ReSI-NoC: Introduction au contexte du projet
ReSI-NoC: Introduction au contexte du projetReSI-NoC: Introduction au contexte du projet
ReSI-NoC: Introduction au contexte du projet
CIFOR-ICRAF
 
Renforcer les Systèmes d’Innovations agrosylvopastorales économiquement renta...
Renforcer les Systèmes d’Innovations agrosylvopastorales économiquement renta...Renforcer les Systèmes d’Innovations agrosylvopastorales économiquement renta...
Renforcer les Systèmes d’Innovations agrosylvopastorales économiquement renta...
CIFOR-ICRAF
 
Introductions aux termes clés du projet ReSi-NoC - Approche Innovations
Introductions aux termes clés du projet ReSi-NoC - Approche InnovationsIntroductions aux termes clés du projet ReSi-NoC - Approche Innovations
Introductions aux termes clés du projet ReSi-NoC - Approche Innovations
CIFOR-ICRAF
 
Introducing Blue Carbon Deck seeking for actionable partnerships
Introducing Blue Carbon Deck seeking for actionable partnershipsIntroducing Blue Carbon Deck seeking for actionable partnerships
Introducing Blue Carbon Deck seeking for actionable partnerships
CIFOR-ICRAF
 
A Wide Range of Eco System Services with Mangroves
A Wide Range of Eco System Services with MangrovesA Wide Range of Eco System Services with Mangroves
A Wide Range of Eco System Services with Mangroves
CIFOR-ICRAF
 
Data analysis and findings
Data analysis and findingsData analysis and findings
Data analysis and findings
CIFOR-ICRAF
 
Peat land Restoration Project in HLG Londerang
Peat land Restoration Project in HLG LonderangPeat land Restoration Project in HLG Londerang
Peat land Restoration Project in HLG Londerang
CIFOR-ICRAF
 
Sungsang Mangrove Restoration and Ecotourism (SMART): A participatory action ...
Sungsang Mangrove Restoration and Ecotourism (SMART): A participatory action ...Sungsang Mangrove Restoration and Ecotourism (SMART): A participatory action ...
Sungsang Mangrove Restoration and Ecotourism (SMART): A participatory action ...
CIFOR-ICRAF
 
Coastal and mangrove vulnerability assessment In the Northern Coast of Java, ...
Coastal and mangrove vulnerability assessment In the Northern Coast of Java, ...Coastal and mangrove vulnerability assessment In the Northern Coast of Java, ...
Coastal and mangrove vulnerability assessment In the Northern Coast of Java, ...
CIFOR-ICRAF
 
Carbon Stock Assessment in Banten Province and Demak, Central Java, Indonesia
Carbon Stock Assessment in Banten Province and Demak, Central Java, IndonesiaCarbon Stock Assessment in Banten Province and Demak, Central Java, Indonesia
Carbon Stock Assessment in Banten Province and Demak, Central Java, Indonesia
CIFOR-ICRAF
 
Cooperative Mangrove Project: Introduction, Scope, and Perspectives
Cooperative Mangrove Project: Introduction, Scope, and PerspectivesCooperative Mangrove Project: Introduction, Scope, and Perspectives
Cooperative Mangrove Project: Introduction, Scope, and Perspectives
CIFOR-ICRAF
 
Delivering nature-based solution outcomes by addressing policy, institutiona...
Delivering nature-based solution outcomes by addressing  policy, institutiona...Delivering nature-based solution outcomes by addressing  policy, institutiona...
Delivering nature-based solution outcomes by addressing policy, institutiona...
CIFOR-ICRAF
 

More from CIFOR-ICRAF (20)

Mejorando la estimación de emisiones GEI conversión bosque degradado a planta...
Mejorando la estimación de emisiones GEI conversión bosque degradado a planta...Mejorando la estimación de emisiones GEI conversión bosque degradado a planta...
Mejorando la estimación de emisiones GEI conversión bosque degradado a planta...
 
Lecciones para el monitoreo transparente Experiencias de la Amazonía peruana
Lecciones para el monitoreo transparente Experiencias de la Amazonía peruanaLecciones para el monitoreo transparente Experiencias de la Amazonía peruana
Lecciones para el monitoreo transparente Experiencias de la Amazonía peruana
 
Inclusión y transparencia como clave del éxito para el mecanismo de transfere...
Inclusión y transparencia como clave del éxito para el mecanismo de transfere...Inclusión y transparencia como clave del éxito para el mecanismo de transfere...
Inclusión y transparencia como clave del éxito para el mecanismo de transfere...
 
Contexto de TransMoni
Contexto de TransMoniContexto de TransMoni
Contexto de TransMoni
 
Avances de Perú con relación al marco de transparencia del Acuerdo de París
Avances de Perú con relación al marco de transparencia del Acuerdo de ParísAvances de Perú con relación al marco de transparencia del Acuerdo de París
Avances de Perú con relación al marco de transparencia del Acuerdo de París
 
Alert-driven Community-based Forest monitoring: A case of the Peruvian Amazon
Alert-driven Community-based Forest monitoring: A case of the Peruvian AmazonAlert-driven Community-based Forest monitoring: A case of the Peruvian Amazon
Alert-driven Community-based Forest monitoring: A case of the Peruvian Amazon
 
Land tenure and forest landscape restoration in Cameroon and Madagascar
Land tenure and forest landscape  restoration in Cameroon and  MadagascarLand tenure and forest landscape  restoration in Cameroon and  Madagascar
Land tenure and forest landscape restoration in Cameroon and Madagascar
 
ReSI-NoC - Strategie de mise en oeuvre.pdf
ReSI-NoC - Strategie de mise en oeuvre.pdfReSI-NoC - Strategie de mise en oeuvre.pdf
ReSI-NoC - Strategie de mise en oeuvre.pdf
 
ReSI-NoC: Introduction au contexte du projet
ReSI-NoC: Introduction au contexte du projetReSI-NoC: Introduction au contexte du projet
ReSI-NoC: Introduction au contexte du projet
 
Renforcer les Systèmes d’Innovations agrosylvopastorales économiquement renta...
Renforcer les Systèmes d’Innovations agrosylvopastorales économiquement renta...Renforcer les Systèmes d’Innovations agrosylvopastorales économiquement renta...
Renforcer les Systèmes d’Innovations agrosylvopastorales économiquement renta...
 
Introductions aux termes clés du projet ReSi-NoC - Approche Innovations
Introductions aux termes clés du projet ReSi-NoC - Approche InnovationsIntroductions aux termes clés du projet ReSi-NoC - Approche Innovations
Introductions aux termes clés du projet ReSi-NoC - Approche Innovations
 
Introducing Blue Carbon Deck seeking for actionable partnerships
Introducing Blue Carbon Deck seeking for actionable partnershipsIntroducing Blue Carbon Deck seeking for actionable partnerships
Introducing Blue Carbon Deck seeking for actionable partnerships
 
A Wide Range of Eco System Services with Mangroves
A Wide Range of Eco System Services with MangrovesA Wide Range of Eco System Services with Mangroves
A Wide Range of Eco System Services with Mangroves
 
Data analysis and findings
Data analysis and findingsData analysis and findings
Data analysis and findings
 
Peat land Restoration Project in HLG Londerang
Peat land Restoration Project in HLG LonderangPeat land Restoration Project in HLG Londerang
Peat land Restoration Project in HLG Londerang
 
Sungsang Mangrove Restoration and Ecotourism (SMART): A participatory action ...
Sungsang Mangrove Restoration and Ecotourism (SMART): A participatory action ...Sungsang Mangrove Restoration and Ecotourism (SMART): A participatory action ...
Sungsang Mangrove Restoration and Ecotourism (SMART): A participatory action ...
 
Coastal and mangrove vulnerability assessment In the Northern Coast of Java, ...
Coastal and mangrove vulnerability assessment In the Northern Coast of Java, ...Coastal and mangrove vulnerability assessment In the Northern Coast of Java, ...
Coastal and mangrove vulnerability assessment In the Northern Coast of Java, ...
 
Carbon Stock Assessment in Banten Province and Demak, Central Java, Indonesia
Carbon Stock Assessment in Banten Province and Demak, Central Java, IndonesiaCarbon Stock Assessment in Banten Province and Demak, Central Java, Indonesia
Carbon Stock Assessment in Banten Province and Demak, Central Java, Indonesia
 
Cooperative Mangrove Project: Introduction, Scope, and Perspectives
Cooperative Mangrove Project: Introduction, Scope, and PerspectivesCooperative Mangrove Project: Introduction, Scope, and Perspectives
Cooperative Mangrove Project: Introduction, Scope, and Perspectives
 
Delivering nature-based solution outcomes by addressing policy, institutiona...
Delivering nature-based solution outcomes by addressing  policy, institutiona...Delivering nature-based solution outcomes by addressing  policy, institutiona...
Delivering nature-based solution outcomes by addressing policy, institutiona...
 

Recently uploaded

BAB III. Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
BAB III.  Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.pptBAB III.  Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
BAB III. Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
YUZANAPRATIWI
 
Modul Projek - Tanpa Rokok itu Keren - Fase D.pdf
Modul Projek  - Tanpa Rokok itu Keren - Fase D.pdfModul Projek  - Tanpa Rokok itu Keren - Fase D.pdf
Modul Projek - Tanpa Rokok itu Keren - Fase D.pdf
MUhammadIlham484521
 
Contoh surat Pengunduran diri karang taruna daerah.docx
Contoh surat Pengunduran diri karang taruna daerah.docxContoh surat Pengunduran diri karang taruna daerah.docx
Contoh surat Pengunduran diri karang taruna daerah.docx
miftahzannah
 
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdfAnalisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
BrigittaBelva
 
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...
muhammadnoorhasby04
 
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
d1051231072
 
001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx
001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx
001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx
LukmanulHakim572233
 
Plastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdf
Plastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdfPlastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdf
Plastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdf
Biotani & Bahari Indonesia
 
induksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptx
induksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptxinduksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptx
induksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptx
AzisRois1
 
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap EkosistemStudi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
d1051231041
 
Sejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
Sejarah Gunung Merapi dan Catatan ErupsiSejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
Sejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
ssuserb357a32
 

Recently uploaded (11)

BAB III. Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
BAB III.  Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.pptBAB III.  Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
BAB III. Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
 
Modul Projek - Tanpa Rokok itu Keren - Fase D.pdf
Modul Projek  - Tanpa Rokok itu Keren - Fase D.pdfModul Projek  - Tanpa Rokok itu Keren - Fase D.pdf
Modul Projek - Tanpa Rokok itu Keren - Fase D.pdf
 
Contoh surat Pengunduran diri karang taruna daerah.docx
Contoh surat Pengunduran diri karang taruna daerah.docxContoh surat Pengunduran diri karang taruna daerah.docx
Contoh surat Pengunduran diri karang taruna daerah.docx
 
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdfAnalisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
 
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...
 
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
 
001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx
001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx
001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx
 
Plastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdf
Plastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdfPlastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdf
Plastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdf
 
induksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptx
induksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptxinduksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptx
induksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptx
 
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap EkosistemStudi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
 
Sejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
Sejarah Gunung Merapi dan Catatan ErupsiSejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
Sejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
 

Kebijakan Tenurial Kawasan Hutan Di Provinsi Maluku

  • 2. VISI : “Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan untuk Menjamin Kelestarian Hutan Menuju Masyarakat Maluku Yang Sejahtera, Rukun, dan Berkualitas ” 2
  • 3. MISI : •Menjamin Keberadaan Hutan •Mengoptimalkan Aneka Fungsi Pemanfaatan Hutan •Mengoptimalkan Rehabilitasi Hutan dan Lahan yang Terencana, Terkoordinasi dan Terintegrasi. •Mengoptimalkan Perlindungan dan Pengamanan Hutan •Penguatan Kelembagaan Dinas Kehutanan. KEBIJAKAN PRIORITAS 6 (enam) Kebijakan Prioritas Dinas Kehutanan Provinsi Maluku, untuk menjamin kelestarian hutan di Provinsi Maluku : 1.Pemantapan Kawasan Hutan. 2.Rehabilitasi Hutan dan Peningkatan Daya Dukung DAS. 3.Pengamanan Hutan dan Pengendalian Kebakaran Hutan. 4.Konservasi Keanekaragaman Hayati. 5.Revitalisasi Pemanfaatan Hutan dan Industri Kehutanan. 6.Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Hutan. 3
  • 4. Luas Wilayah Provinsi Maluku 712.480 Km2 yang terdiri dari :  Luas Daratan : 54.148,48 Km2 ( 7,6 %)  Luas Lautan : 658.331.52 Km2 ( 92,4 %) II. KONDISI AKTUAL 4
  • 5. Hutan: suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (Pasal 1 angka 2 UU No. 41 Tahun 1999) Kawasan Hutan: wilayah tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap HUTAN DAN KAWASAN HUTANHUTAN DAN KAWASAN HUTAN III. PENGERTIAN Pengertian hutan ≠ kawasan hutan
  • 6. TAHAP PENGUKUHAN KAWASAN HUTAN PENUNJUKAN PENATAAN BATAS PENETAPAN KAWASAN HUTAN
  • 7. No Fungsi Hutan Luas (Ha) Kriteria 1. Hutan Konservasi 429.543 (10,96%) Ciri khas tertentu pengawetan, Keaneka ragaman hayati 2. Hutan Lindung 627.503 (16,00) -Skoring > 175 keatas -Lereng > 40% -Ketinggian >2000m dpl 3. Hutan Produksi Terbatas 894.153 (22,81) Skoring 125-174 4. Hutan Produksi 641.603 (16,37) Skoring < 125 5. Hutan Produksi Yang Dapat Dikonversi 1.326.899 (33,86) Skoring < 125 Jumlah 3.919.701 (1) Luas kawasan hutan di Provinsi Maluku Sesuai SK Menteri Kehutanan Nomor : 871/Menhut-II/2013 tanggal 6 Desember 2013 7 IV. LUAS KAWASAN HUTAN DI PROVINSI MALUKUIV. LUAS KAWASAN HUTAN DI PROVINSI MALUKU Catatan : APL = 364,149 Ha
  • 8. 8 (2) Luas kawasan hutan Per Kabupaten / Kota di Provinsi Maluku Hutan Hutan Hutan Hutan Hutan Jumlah % Konservasi % Lindung % Produksi % Produksi % Produksi % Terbatas Konversi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1 Ambon - - 9.597 1,53 - - - - - - 9.597 0,24 2 Maluku Tengah 175.743 40,91 134.367 21,41 179.947 20,12 28.522 4,45 100.614 7,58 619.192 15,80 3 Buru 6.849 1,59 108.169 17,24 109.960 12,30 106.835 16,65 95.621 7,21 427.434 10,90 4 Buru Selatan - 73.260 11,67 101.497 11,35 90.799 14,15 79.588 6,00 345.143 8,81 5 Maluku Tenggara 18.017 4,19 6.439 1,03 2.399 0,27 2.966 0,46 17.323 1,31 47.144 1,20 6 Tual - 9.257 1,48 987 0,11 - - 1.596 0,12 11.840 0,30 7 Maluku Tenggara Barat 77.197 17,97 13.012 2,07 78.167 8,74 112.385 17,52 138.799 10,46 419.559 10,70 8 Maluku Barat Daya 51.168 11,91 34.774 5,54 4.584 0,51 71.262 11,11 173.021 13,04 334.808 8,54 9 Seram Bagian Barat 32.251 7,51 124.493 19,84 156.087 17,46 9.810 1,53 91.808 6,92 414.449 10,57 10 Seram Bagian Timur 1.216 0,28 107.880 17,19 260.525 29,14 24.757 3,86 118.269 8,91 512.646 13,08 11 Kepulauan Aru 67.103 15,62 6.254 1,00 - 0,00 194.269 30,28 510.261 38,46 777.887 19,85 Jumlah 429.543 100 627.503 100 894.153 100 641.603 100 1.326.899 100 3.919.701 100,00 No Kabupaten / Kota Luas Fungsi Kawasan Hutan (Ha)
  • 9. Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 Pasal 4 ayat (2) UU 41/1999 “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. (1) Semua hutan di dalam wilayah Republik Indonesia termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. (2) Penguasaan hutan oleh Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberi wewenang kepada pemerintah untuk: a. mengatur dan mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan; b. menetapkan status wilayah tertentu sebagai kawasan hutan atau kawasan hutan sebagai bukan kawasan hutan; dan c. mengatur dan menetapkan hubungan-hubungan hukum antara orang dengan hutan, serta mengatur perbuatan-perbuatan hukum mengenai kehutanan. V. LANDASAN KEWENANGAN KEHUTANANV. LANDASAN KEWENANGAN KEHUTANAN
  • 10. V. PEMANFAATAN HUTAN DAN PENGGUNAAN KAWASANV. PEMANFAATAN HUTAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTANHUTAN Pemanfaatan kawasan hutan dapat dilakukan pada semua kawasan hutan kecuali pada hutan cagar alam serta zona inti dan sona rimbah pada Taman Nasional (Pasal 24 UU Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan). Pemanfaatan kawasan hutan dapat berupa pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu serta pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu Penggunaan kawasan hutan bertujuan untuk mengatur penggunaan sebagaian kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan diluar kegiatan kehutanan, penggunaan kawasan hutan hanya dapat dilakukan di dalam kawasan hutan produksi dan atau kawasan hutan lindung (pertambangan tertutup). Penggunaan kawasan hutan untuk kepentiangan pembangunan diluar kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan untuk kegiatan yang mempunyai tujuan strategis yang tidak dapat dielakan,antara lain pembangunan jalan umum, kelistrikan, pertbangan dan energi) Penggunaan Kawasan Hutan (PP 24 Tahun 2010, Jo PP 61 Tahun 2012 tentang Penggunaan Kawasan Hutan) Pemanfaatan Hutan (UU 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan)
  • 11. 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Pasal 18 ayat 2; luas kawasan hutan yang harus dipertahankan minimal 30 % (tiga puluh persen) dari luas Daerah Aliran Sungai dan atau pulau dengan sebaran yang proporsional) 2. Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Hutan Pasal 24 ayat 3 huruf (c) point 3.b disebutkan kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi adalah kawasan hutan yang secara ruang dicadangkan untuk digunakan bagi pengembangan transmigrasi, pemukiman, pertanian, perkebunan. 11 Pelepasan Kawasan Hutan
  • 12. Hutan berdasarkan statusnya terdiri dari :  Hutan Negara  Hutan Adat  Hutan Hak HUTAN NEGARA adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah HUTAN ADAT adalah hutan yang berada didalam wilayah masyarakat hukum adat HUTAN HAK adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah (Putusan Mahkama Konstitusi Nomor : 35/PUU-X/2012 tanggal 16 Mei 2013)
  • 13. Pemerintah menetapkan status hutan; hutan adat ditetapkan sepanjang menurut kenyataanya masyarakat hukum adat yang bersangkutan masih ada dan diakui keberadaanya. Dalam hal ini yang menetapkan status hutan adat adalah Menteri Kehutanan, sepanjang keberadaan masyarakat hukum adat telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
  • 14. Masyarakat hukum adat diakui keberadaanya, jika menurut kenyataanya memenuhi unsur antara lain : a.masyarakatnya masih dalam bentuk paguyuban (rechtsgemeenschap); b.ada kelembagaan dalam bentuk perangkat penguasa adatnya; c.ada wilayah hukum adat yang jelas; d.ada pranata dan perangkat, khususnya peradilan adat, yang masih ditaati; dan e.masih mengadakan pemungutan hasil hutan di wilayah hutan sekitarnya untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. MASYARAKAT HUKUM ADATMASYARAKAT HUKUM ADAT (UU 41 Tahun 1999 Pasal 67)
  • 15. Masyarakat hukum adat sepanjang menurut kenyataannya masih ada dan diakui keberadaannya berhak : a.Melakukan pemungutan hasil hutan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat adat yang bersangkutan; b.Melakukan kegiatan pengelolaan hutan berdasarkan hukum adat yang berlaku dan tidak bertentangan dengan undang-undang; dan c.Mendapatkan pemberdayaan dalam rangka meningkatkan kesejahteraannya.
  • 16. Pengukuhan keberadaan dan hapusnya masyarakat hukum adat ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Peraturan Daerah disusun dengan mempertimbangkan hasil penelitian para pakar hukum adat, aspirasi masyarakat setempat, dan toko masyarakat adat yang ada di daerah yang bersangkutan, serta instansi atau pihak lain yang terkait. Peraturan Daerah memuat atura antara lain : a.tata cara penelitian; b.pihak-pihak yang diikut sertakan; c.materi penelitian, dan d.kriteria penilaian keberadaan masyarakat hukum adat.
  • 17. Untuk mencapai Visi Hutan Lestari Masyarakat Sejahtera di Provinsi Maluku, maka kebijakan kehutanan diarahkan terhadap : (1) Aspek Pemantapan Kawasan Hutan; (2) Aspek Pengelolaan Tingkat Tapak ; (3) Aspek penyelesaaian konflik tenur; dan (4) Aspek Pemberdayaan masyarakat. 17 Pemantapan Kawasan Hutan Untuk memberikan kepastian hukum atas kawasan hutan, dilakukan proses pengukuhan kawasan hutan. Proses ini diawali dengan penunjukan, penataan batas, pemetaan dan penetapan kawasan hutan. Tujuan akhirnya adalah terdapatnya suatu kawasan hutan yang legal dan legitimate. Hingga tahun 2013 kinerja pengukuhan kawasan hutan pada hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi telah mencapai 7.842,11 km. Sebagai wujud mengadopsi kebutuhan di masyarakat yang menyangkut perubahan lingkungan strategis, dilakukan rencana review Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP), yang berimplikasi pada berubahnya luas kawasan hutan yang semula 4.828,294 Ha, menjadi 3.919,701 Ha.
  • 18. 18 Target dan Relaisasi s.d. 2013 Tahun 2010 2011 2012 2013 Target 312,1 7 405,01 185,74 378,38 Realisasi 309,5 351,44 185,00 385,78 Realisasi Tata Batas s/d Tahun 2013 7.842,11 Km Panjang Batas Kawasan Hutan : 9221 Km Sisa Tata Batas s/d Tahun 2013 1.378,89 Km Luas Kawasan Hutan : 4.282.294 Ha ( 79,08 %) Sumber BPKH wil IX ambon Rencana Tata Batas Tahun 2014 : + 300 km
  • 19.  Pengelolaan di Tingkat Tapak Untuk memperbaiki pengelolaan kawasan hutan, telah ditetapkan sebanyak 22 wilayah unit Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH). Saat ini telah terbentuk 4 unit KPHP Model antara lain ; KPHP Model Wae Sapalewa di Kabupaten Maluku Tengah, KPHP Model Wae Apu di Kabupaten Buru, KPHP Model Wae Bubi di Kabupaten Seram Bagian Timur, dan KPHP Model Wae Tina Lintas Kabupaten Buru dan Buru Selatan. Dimana pembentukannya memperhatikan dan mempertimbangkan kekhasan masing-masing daerah. Sebagai organisasi tapak, KPH berkemampuan menggali potensi sekaligus pemetaan sosial ekonomi masyarakat, menjalin interaksi dan komunikasi intensif, sekaligus menggali alternatif solusi sesuai kebutuhan di masyarakat.  Penyelesaian Konflik Kehutanan Konflik tenurial kehutanan disebabkan oleh berbagai hal, seperti pelanggaran terhadap prosedur penunjukan kawasan hutan dan klaim wilayah hutan negara secara sepihak oleh Kemenhut. Penyebab lain dari konflik tenurial adalah akibat institusi bisnis atau masyarakat yang merambah dan melakukan aktivitas di dalam kawasan hutan secara ilegal. Penyelesaian konflik kehutanan akan berdampak positif, tidak hanya pada membuka akses kesejahteraan bagi masyarakat, tetapi juga memberikan kepastian usaha bagi pemegang izin. Dampak lainnya adalah berkurangnya deforestrasi dan degradasi hutan.
  • 20.  Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Kawasan Hutan Untuk mengantisipasi berkembangnya potensi konflik maka diupayakan kegiatan yang dapat mengakomodir kepentingan masyarakat melalui skema pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat dilaukan dalam rangka pemanfaatan sumber daya hutan secara optimal dan berkeadilan. Model pemanfaatan hasil hutan ini diformulasikan ke dalam skema Hutan Desa (HD) dan Hutan Kemasyarakatan (HKm) yang dilakukan di hutan lindung maupun hutan produksi, sedangkan skema Hutan Tanaman Rakyat (HTR) dilakukan di hutan produksi. Pemberdayaan masyarakat harus dilakukan dengan penelitian yang cermat, dan tidak semata-mata pendekatan ekonomi yang digunakan tetapi harus pula diperhatikan masalah sosial budaya dan tradisi usaha masyarakat (pendekatan sosial kultural) Pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan konservasi mengacu pada PP No. 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. Kegiatan pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui : 1. pembangunan desa konservasi; 2. pemberian izin untuk memungut hasil hutan bukan kayu di zona atau blok pemanfaatan, izin pemanfaatan tradisional, serta izin pengusahaan jasa wisata alam; 3. fasilitas kemitraan pemegang izin pemanfaatan hutan dengan masyarakat.
  • 21.  Provinsi Maluku sebagian besar kawasan hutannya di “claim” sebagai hutan adat/ulayat (Petuanan) sehingga menjadi kendala dalam kegiatan tata batas kawasan hutan dan pelaksanaan ijin pemanfaatan hutan (HPH/HTI, dsb).  Provinsi Maluku sebagai wilayah kepulauan perlu alokasi kawasan hutan sebagai kawasan resapan air sekaligus penyedia air bagi pulau-pulau kecil (fungsi hidroorologis).  Meningkatnya kebutuhan lahan dari berbagai sektor dan akibat timbulnya pemekaran wilayah, baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota yang berimplikasi pada perubahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRWP/RTRWK).  Pada kawasan hutan yang telah ditata batas maupun ditetapkan masih dijumpai penguasaan pihak lain (dalam bentuk pemukiman dan perladangan masyarakat).  Dengan pemekaran Kabupaten/Kota ada kecenderungan membuka keterisolasian daerah dengan membuat jalan melewati kawasan hutan tanpa mengikuti ketentuan yang berlaku.  Meskipun penataan batas maupun penetapan kawasan hutan telah dapat dipetakan, namun ketepatan posisinya menjadi belum akurat karena disamping posisinya ditentukan oleh titik ikat (titik kontrol lokal) juga penggunaan peta dasar yang berbeda. VII. PERMASALAHAN TENURIAL KAWASAN HUTAN DI PROVINSI MALUKU
  • 22. Peta Kawasan Hutan Provinsi Maluku
  • 23. Terima Kasih Dinas Kehutanan Provinsi MalukuDinas Kehutanan Provinsi Maluku Jln. TulukabessyNo. 23Ambon