Dokumen tersebut membahas hubungan antara koperasi dan sistem pasar, termasuk peran koperasi dalam rantai pasokan (supply chain) dan integrasi vertikal melalui koperasi. Koperasi dapat memasarkan produk anggotanya secara langsung ke konsumen atau bekerja sama dengan pedagang atau koperasi lain untuk memasarkan produk. Integrasi vertikal melalui koperasi dapat mengurangi biaya dan meningkatkan efisiensi.
2. HUBUNGAN PASAR DENGAN KOPERASI
Ditinjau dari sisi produksi dan konsumsi, anggota koperasi dapat dikelompokkan menjadi Koperasi Produsen dan Koperasi Konsumen. Untuk
memahami bagaimana hubungan kedua sisi ini ditinjau dari fungsi koperasi sebagai perusahaan yang melakukan transaksi bisnis dengan pasar,
perlu digambarkan hubungan ekonomi pasar dengan produsen bergabung dengan koperasi dan yang tidak bergabung dengan
koperasi.Hubungan yang penting dalam lingkungan koperasi yaitu hubungan kepemilikan, hubungan pealyanan dan hubungan pasar.
a. Hubungan Produsen dengan Pasar tanpa Koperasi
Hubungan produsen dengan pasar tanpa koperasi dapat digambarkan sebagai berikut.Misalnya (Produsen P) yang menghasilkan kakao akan
menjual produksinya ke pasar (Konsumen C). Dalam hal ini Produsen P dan Konsumen C tidak terintegrasi atau tidak saling mengetahui
dengan baik. Oleh karena itu, peran (pedagang T) adalah sangat strategis untuk menjembatani kepentingan ekonomi kedua belah pihak.
b. Hubungan Produsen Anggota Koperasi dengan Pasarm
Menurut konsep koperasi, sekelompok orang baik itu sebagai produsen maupun sebagai konsumen yang mempunyai kepentingan ekonomi
yang sama dapat membentuk perusahaan koperasi. Adanya persamaan kepentingan ekonomi ini membentuk “hubungan khusus” antara anggota
koperasi dengan perusahaannya yang disebut koperasi. Sebenarnya produsen/anggota koperasi sendiri dapat berhubungan langsung ke pasar
untuk menjual produksinya, tetapi karena pertimbangan efesiansi atau adanya keuntungan ekonomis dan noneknomis yang lebih besar, mereka
menyerahkan pemasarannya kepada koperasi. Koperasi mengambil alih fungsi pemasaran atau penjualan yang semula dilakukan secara sendiri
oleh produsen tersebut. Dengan demikian, koperasi mengambil alih fungsi pemasaran atau penjualan yang semula dilakukan secara sendiri oleh
produsen tersebut. Selanjutnya koperasinya yang berinteraksi atau melakukan lobi bisnis dengan pasar atau konsumen C untuk memasarkan
produksi anggotanya. Dalam pemasaran produk anggota, perusahaan koperasi dan anggotanya telah terikat dengan kesatuan organisasi
koperasi. Ada hubungan perserikatan yang dibangun berdasarkan kebersamaan dan kekeluargaan dalam lingkungan yang demokratis. Sebagai
konsekuensi logis dari hubungan ini, maka keuntungan ekonomis yang diperoleh dari pemasaran bersama melalui perusahaan koperasi tersebut
akan jatuh langsung ke tangan anggota. Namun sebaliknya, bila koperasi mengalami kerugian, anggota pun akan ikut menanggungnya.
3. KEKUATAN DAN KELEMAHAN KOPERASI
DALAM SISTEM PASAR
Kekuatan-kekuatan Koperasi :
• Adanya pembelian barang yang banyak (Economies of Scale)
• kekuatan dalam penawaran produk (Bagaining position di pasar)
• memiliki kepentingan bersama
• Anggota yang terhimpun merupakan konsumen yang potensial
sekaligus sebagai produsen potensial
• Kemampuan dalam menghadapi ketidakpastian, adanya internal
market dan eksternal market, risiko ditanggung bersama.
• Pemanfaatan inter-linkage market dan transaction cost sebagai
akibat self control dan self management.Anggota harus mempunyai
sifat altruisme.
Kelemahan-kelemahan Koperasi berdasarkan prinsip-prinsip,
yaitu :
• Prinsip keanggotaan bersifat terbuka dan sukarela, ini akan
melemahkan permodalan dalam jangka panjang.
• Perinsip kontrol secara demokratis.
• Prinsip pembagian sisa hasil usaha berdasarkan jasa anggota.
• Prinsip bunga yang terbatas atas modal.
Hal-hal yang dapat dilakukan oleh Koperasi untuk memperkecil
tingkat kelemahan yang ada:
• Koperasi dapat membatasi jumlah anggota asal pembatasan itu
tidak artifisial (pembatasan yang dibuat-buat)
• Koperasi dapat memberikan preferensi tertentu terhadap jumlah
modal yang dimasukkan oleh para anggota.
• Bunga modal yang terbatas adalah bunga yang wajar; artinya
bunga yang sama di pasar.
• Pemasukan modal pada Koperasi merupakan jasa, semakin besar
modal yang dimasukkan semakin besar jasanya.
4. Koperasi dalam Rantai Tata Niaga
Pada dasarnya ada tiga pelaku dalam sistem ekonomi pasar, yaitu produsen, konsumen, dan perantara (pedagang). Produsen adalah
orang atau badan yang menghasilkan prodak tertentu. Konsumen adalah orang atau badan yang menggunakan suatu produk. Rumah
tanggaperusahaan dapat dikatakan sebagai konsumen dalam hal penggunaan input. Pedagang merupakan mediator penghubung
antara produsen dan konsumen. Dalam menjual produknya,produsen bisa menjual langsung ke konsumen, tetapi bisa juga
keperantara (pedagang). Produsen dapat melakukan pemasaran olehnya sendiri atau memutuskan untuk menjual kepada
pedagangyang kemudian oleh pedagang dijual kekonsumen akhir.
Konsumen dapat bekerja sama dalam mendirikan koperasi konsumen dan dengan itu langsung bersaing dengan pengecer lainnya.
Para pengecer dapat mendirikan koperasi yang kegiatannya berupa membeli dari pedagang besar atau bahkan kontrak langsung
dengan produsen. Maka dengan cara itu sangat mungkin bahwa koperasi di setiap tingkat rantai tata niaga akan bersaing satu dengan
yang lain.
1.Koperasi konsumen bersaing satu dengan lain (kompetisi horizontal)
2.Koperasi konsumen dapat juga konflik dengan tingkat yang lebih rendah baik wholsaler maupunprodusen (kompetisi
vertikal/kompetisi saluran)
3.Pada tingkat wholsaler (pedagang besar), koperasi dengan keanggotaan dan interest yang berbedabisa bersaing dengan koperasi
yang dimiliki oleh para pengecer atau tingkat yang sama darirantai tata niaga.
Konflik yang mungkin timbul antar koperasi yang dibentuk tanpa integrasi vertikal dapatberupa, koperasi yang anggotanya para
produsen akan mencoba untuk menetapkan harga tinggi untuk pengecer, sedangkan koperasi yang anggotanya para pengecer ingin
membayar harga serendah mungkin kepada para produsen. Konflik tersebut hanya bisa dipecahkan bila koperasi yang dimiliki oleh
para produsen akan berintegrasi maju dengan mendirikan toko-toko pengecer sendiri atau koperasi para pengecer berintegrasi
mundur dengan mendirikan produsen sendiri.
5. • Bila koperasi dimasukkan dalam analisis di atas, maka seorang produsen mempunyai 3 alternatif yang mungkin dipilih yaitu:
1.Menjual langsung ke konsumen
2.Menjual ke pedagang
3.Menjual ke koperasi
Dalam hal ini produsen akan memilih alternatif yang dapat memberikan kelebihan yangpaling besar (dalam memaksimumkan
profit atau penjualannya). Jika produsen telah menjual beberapa dari produknya lewat perantara (pedagang), koperasi harus
memberikan paling sedikit keunggulan yang sama dengan keunggulan yang diberikan pedagang agar koperasi menjadi alternatif
yang dipilih oleh produsen.
• Bagi seorang konsumen yang akan membeli barang-barang keperluannya sebenarnya jugamempunyai 3 alternatif, yaitu:
1. Membeli dari produsen secara langsung
2. Mengontrak dari pedagang
3. Membeli dari koperasi
Dalam hal ini keputusan buat seorang anggota potensial atau koperasi konsumen pada prinsipnya akan sama dengan produsen tadi
yang berpikir akankah produknya dijual melaluikoperasi. Seorang konsumen yang rasional kana membeli kepada koperasi jika
koperasi memberikan paling tidak keunggulan yang sama dengan keunggulan yang diberikan para pedagang.
• Tetapi bila seorang produsen membutuhkan beberapa input untuk keperluan produksinya,alternatif yang harus dipilih akan
menjadi 4, yaitu agar ia dapat:
1.Menyediakan input olehnya sendiri
2.Membeli input dari produsen input
3.Mengontrak dengan pedagang input
4.Berdagang dengan sebuah koperasi
Rantai tata niaga
6. Sasaran Integrasi vertikal melalui koperasi
Menurut R.A Supriyono (1985) integrasi vertikal merupakan salah satu strategi alternatif dalam perusahaan
memperluas ruang lingkup kegiatannya dengan melaksanakan integrasi kebelakang (hulu) atu ke depan (hilir).
Integrasi ke belakang bertujuan membantu kalancaran ataukemanfaatan sumber-sumber bahan mentah. Dengan
demikian, dapat meminimumkan risiko kekurangan bahan mentah dan menjamin biaya nahan yang rendah
sehingga perusahaan memiliki keuntungan. Sedangkan integrasi ke depan bertujuan sebagai jalan keluar
untukmenjamin kelancaran penjualan produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan.
Menurut Porter (1996), integrasi vertikal merupakan kombinasi dari proses proses produksi, distribusi,
dan atau proses ekonomi lainnya yang secara teknologi berbeda dalam batas-batas satu perusahaan
tunggal.
MANFAAT INTEGRASI VERTIKAL :
1) Penghematan atau penekanan biaya dalam produksi
2) Penghematan atau penekanan biaya dalam penjualan
3) Penghematan atau penekanan biaya dalam pembelian
4) Penghematan atau penekanan biaya transaksi untuk transaksi pasar
5) Pengendalian bersama dan bidang-bidang lainnya
7. Jika pasar lebih efisien dalam arti mempunyai biaya relatif lebih rendah dari memanfaatkan pelayanan melalui
integrasi vertikal, maka pasa yang akan dipilih, jika integrasi vertikal lebih efisien daripada kegiatan transaksi di
pasar, maka integrasi vertical yang akan dipilih.
Intergasi ertkal yang kegiatannya dipusatkan (centralized), cabang-cabang kegiatan usahanya dikembangkan di
berbagai tempat. Cabang-cabang dapat langsung memberikan pelayanan kepada anggota dan masarakat.
Pemusatan usaha dapat terjadi pada koperai primer, koperasi tingkat pusat, gabingan dan induk koperasi. Anggota
tidak langsug dilayani oleh koperasi tetapi dilayani oleh cabang atau tempat khusus untuk itu.
Bentuk campuran merupakan gabungan antara Federasi dan centralized. Koperasi i tingkat pro insimempunyai
anggota koperasi primer yang memiliki berbagai cabang usaha dan kegiatan pengeceran di daerah. ujuannya untuk
meningkatkan Eisiensi usaha koperasi yang bersangkutan
Menurut Ima Suwandi (1985) ada tiga bentuk integrasi vertikal
di Indonesia :
1) Bentuk Federasi (federated)
2) Bentuk pemusatan (centralized)
3) Bentuk campuran
8. peranan anggota dalam koperasi sangat begitu dominan, maka setiap harga yang akan ditetapkan koperasi harus dibedakan
antara harga untuk anggota dengan harga untuk non anggota. Hal inilah yang membedakan kebijakan harga di koperasi dengan
perusahaan nonkoperasi. Segmen pasar dalam koperasi terbagi dua, yaitu anggota dan bukan anggota, sedangkan perusahaan
nonkoperasi adalah masyarakat umum yang tidak punya kaitan kepemilikan dengan perusahaan tersebut. Perbedaan ini
mengharuskan daya analisis yang lebih tajam dalam melihat peranan koperasi dalam pasar yang bersaing. Pada koperasi-
koperasi yang mampu menyatukan unit-unit usaha pada industri melalui integrasi vertikal, umumnya mempunyai anggota yang
cukup banyak terutama anggota-anggota ditingkat koperasiprimer. Anggota-anggota koperasi primer pada umumnya penghasil
input untuk produk yang diproduksi dan dijual oleh kopersai-koperasi yang lenih tinggi, akan tetap membutuhkan produk
tersebut.
Bila anggota tersebut dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan tentang harga,maka koperasi tidak dapat menentukan
harga pada saat keuntungan maksimum. Harga tidak lagi didasarkan pada prinsip profit motive tetapi sudah memperhatikan
pelayanan kepada anggota.
jika harga yang diberlakukan sama, anggota harus memperoleh SHU yang lebih besar sebab anggota tidak memperoleh
keuntungan langsung dari harga pelayanan, namun kondisi ini kurang disukai anggota koperasi yang jumlahnya banyak.
Alasannya kontrol terhadap jumlah anggota yang banyak akan lebih susah, sistem administrasi lebih rumit, dan taksiran jasa
anggota yang sulit. Berbeda dengan sistem harga pelayananyang memperoleh keuntungan langsung atas pembelian produk,
kesulitan itu akan mudah ditangani. Koperasi menetapkan harga jual kepada anggota yang lebih rendah dibanding dengan harga
kepadanonanggota. Disamping anggota di tingkat bawah atau pada koperasi primer (petani, pengrajin) dapat memperlancar
pemasaran bahan/produk, juga memperoleh keuntungan langsung dari hasil pembelian produk koperasi di tingkat yang lebih
tinggi.
Sikap Terhadap Kebijakan Harga Koperasi