SlideShare a Scribd company logo
Karakteristik Psikologis sebagai Landasan Resiliensi
dalam Menghadapi Dinamika Berwirausaha
Eva Nur Rachmah
evanoer.rachma@gmail.com
Luvy Kurniasari
luvy.enigma@gmail.com
Fakultas Psikologi Universitas 45
Surabaya
Memulai suatu usaha baru membutuhkan suatu tekad yang kuat serta investasi dalam berbagai
bentuk energi serta sumber daya yang mendukung . Untuk mempertahankan agar usaha yang
dirintis tetap bertahan (survive), dibutuhkan suatu perilaku yang bertujuan jelas (goal-directed
behavior). Berbagai hasil penelitian menunjukkan adanya karakteristik psikologis tertentu yang
berkontribusi dalam sukses tidaknya seseorang dalam berwirausaha. Telaah literatur yang akan
dibahas dalam uraian ini adalah mengenai aspek-aspek psikologis yang penting dalam membentuk
kecenderungan sukses tidaknya sseseorang dalam berwirausaha. Telaah ini juga akan menyoroti
secara spesifik peran dimensi kepribadian, kognisi, emosi, sikap dan diri terhadap spirit
kewirausahaan. Serta menyelidiki bagaimana psikologi capital dan resiko toleransi dapat
menginspirasi pekerja jasa untuk mengembangkan motivasi internal dan kepercayaan diri dalam
berwirausaha. Kajian ini berusaha memberikan perspektif tentang pentingnya memperhatikan
optimisme dan resiliansi SDM untuk meningkatkan kinerja bisnis dalam jangka panjang,baik
secara mikro maupun makro.
Kata Kunci : Resiliensi, Karakteristik Psikologis, Kewirausahaan.
Pendahuluan
Pemerintah Indonesia periode pada periode awal kepemimpinan presiden Jokowi gencar
mengkampanyekan ekonomi kreatif. Adanya dorongan kemudahan dalam komunikasi di berbagai
lini mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat, baik secara ekonomi sosial budaya
maupun politik. Salah satu aspek yang banyak mendapat tantangan berkaitan dengan aspek
kesejahteraan masyarakat adalah meningkatkan ekonomi kreatif dengan tuntutan utama adalah
adanya inovasi dan keberanian berwirausaha. Pemerintah berharap ekonomi kreatif dapat menajdi
tulang punggung perekonomian Indonesia. Pada tahun 2014, kontribusi sektor ekonomi kreatif
terhadap PDB Indonesia 7,02% (tujuh koma nol dua persen), dan dalam RPJMN pada periode
2015-2019 diharapkan dapat memberikan kontribusi lebih dari 12%
(http://presidenri.go.id/ulasan/perekonomian/pentingnya-inovasi-ekonomi-kreatif.html) .
Konsep Ekonomi Kreatif adalah sebuah konsep di era ekonomi baru yang penopang utamanya
adalah informasi dan kreativititas. Ekonomi berbasis kreativitas mengandung makna bahwa
produk yang selama ini identik dengan barang, atau jasa, dengan adanya kemajuan teknologi
berubah wujud menjadi suatu produk yang sifatnya lebih absrak, yakni kreativitas. Kemampuan
berkreasi dan mewujudkannya kedalam suatu tindakan yang berdampak ekonomis akan memicu
tumbuhnya kewirausahaan.
Kewirausahaan didefinisikan sebagai aktifitas-aktifitas membentuk bisnis/saha baru dan semua
aktifitas yang berkaitan dengan proses mengorganisasi, mengatur dan mengambil resiko yang
terkandung didalam kegiatan tersebut (Shane dalam Przepiorka, 2016). Berdasar pandangan dari
Prof. Faisal Afiff, jika ditinjau dari dimensi subjek perilaku individual, kewirausahaan pada
hakekatnya adalah sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan
gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif. Syarat utama yang harus dimiliki adalah
jiwa dan watak kewirausahaan. Jiwa dan watak kewirausahaan tersebut dipengaruhi oleh
keterampilan, kemampuan, atau kompetensi. Kompetensi itu sendiri ditentukan oleh pengetahuan
dan pengalaman berbisnis tersedia (http://fe.unpad.ac.id/id/arsip-fakultas-ekonomi-
unpad/opini/2219-kewirausahaan-dan-ekonomi-kreatif).
Berkenaan dengan pentingnya kewirausahaan dalam pertumbuhan ekonomi, maka dibutuhkan
individu-individu yang tangguh dalam prosesnya. Telaah literatur ini ingin menjawab pertanyaan
mengenai:
1. Aspek Psikologis apakah yang penting dalam proses berwirausaha?
2. Apakah Peran dimensi kepribadian, emosi dan kognisi dalam berwirausaha?
3. Apakah resieliensi dan perannya dalam proses berwirausaha ?
4. Apakah hubungan psikologi capital dengan wirausaha?
Untuk menjawab berbagai pertanyaan penelitian diatas, penulis melakukan review terhadap
beberapa jurnal dan buku yang relevan. Berdasarkan review tersebut, penulis mendapatkan
pemahaman sebagai berikut
1. Aspek psikologis yang penting dalam berwirausaha
Memulai suatu usaha baru membutuhkan suatu tekad yang kuat serta investasi dalam
berbagai bentuk (energi, sumber daya dsb) dan mempertahankan usaha itu agar tetap bertahan
membutuhkan suatu perilaku yang bertujuan jelas. Berwirausaha juga membutuhkan ketangguhan,
karena potensi untuk mengalami kegagalan juga relatif tinggi. Individu yang melakukan wirausaha
memiliki potensi tinggi mengalami gangguan kesehatan baik secara fisik maupun secara psikis.
Stres adalah salah satu gangguan kesehatan yang paling banyak dikaitkan dengan kegiatan
berwirausaha. Penyebab terjadinya gangguan kesehatan secara psikis diantaranya adalah adanya
emosi negatif, banyaknya ketidakpastian yang dihadapi berkaitan dengan resiko bisnis, frustasi,
merasa kesepian, kecemasan dan merasa takut gagal (Shepherd & Patzelt, 2015).
Penelitian yang dilakukan oleh Przepiorka menunjukkan adanya karakteristik psikologis
tertentu yang berkontribusi dalam sukses tidaknya seseorang dalam berwirausaha. Karakteristik
Penting dalam berwirausaha adalah orientasi terhadap tindakan, dan komitmen terhadap tujuan
yang ingin dicapai. Pada masa masa awal berwirausaha (fase start up), karakteristik terpenting
yang perlu dimiliki adalah kemampuan mengendalikan diri dan kemampuan untuk beradaptasi
terhadap emosi-emosi negatif. Situasi awal terbentuknya suatu bisnis adalah masa-masa yang
dianggap penting dalam menentukan keberhasilan atau kegagalan. Individu yang memiliki
karakteristik gigih (persisten) akan lebih mampu menghadapi situasi ini dengan kemampuan
regulasi dirinya, mampu untuk bertindak secara efektif saat membuat keputusan dan perencanaan.
Penelitian yang dilakukan juga menemukan bukti bahwa kesuksesan dalam berwirausaha
berkaitan erat dengan kepuasan hidup individu (Przepiorka, 2016).
2. Peran dimensi kepribadian emosi, kognisi dalam berwirausaha
Shane (2003) mengelompokkan karakter psikologis yang mempengaruhi mengapa seseorang
lebih memanfaatkan peluang dibandingkan yang lain dalam 4 aspek yaitu:
1. kepribadian
2. motivasi
3. evaluasi diri
4. sifat-sifat kognitif
1. Kepribadian dan motivasi
Kepribadian dan motivasi berpengaruh terhadap tindakan seseorang dalam mengambil
keputusan yang berkaitan dengan tindakan memanfaatkan peluang. Bahkan ketika sekumpulan
orang dihadapkan pada peluang yang sama, mempunyai ketrampilan yang hamper sama, dan
informasi yang sama; maka orang dengan motivasi tertentu akan memanfaatkan peluang,
sementara yang lain tidak. Ada 3 aspek kepribadian dan motif yang berpengaruh dalam
memanfaatkan peluang.
a. Ekstraversi
Ektraversi terkait dengan sikap sosial, asertif, aktif, ambisi, inisiatif, dan ekshibisionis. Sikap
ini akan membantu entrepreneur untuk mengeksploitasi peluang terutama dalam
memperkenalkan ide ataupun kreasi mereka yang bernilai kepada calon pelanggan, karyawan,
dan sebagainya. Sikap ini membantu entrepreneur untuk mengombinasikan dan
mengorganisasikan sumber daya dalam kondisi yang tidak menentu.
b. Agreebleeness (Kesepahaman)
Sikap ini terkait dengan keramahan, konformitas sosial, keinginan untuk mempercayai,
kerjasama, keinginan untuk memaafkan, toleransi, dan fleksibilitas dengan orang lain. Hal ini
akan membantu entrepreneur dalam membangun jaringan kerjasama untuk kematangan
bisnisnya terutama aspek dari keinginan untuk mempercayai orang lain.
c. Pengambilan Resiko
Sikap ini berkaitan dengan kemauan seseorang untuk terlibat dalam kegiatan beresiko.
Beberapa resiko yang mungkin dihadapi oleh entrepreneur antara lain pemasaran, finansial,
psikologis dan sosial. Seseorang yang memiliki perilaku pengambilan resiko yang tinggi akan
lebih mudah dalam mengambil keputusan dalam keadaan yang tidak menentu dan
mengorganisasikan sumber daya yang dimilikinya terutama dalam memperkenalkan produknya
ke pembeli.
2. Motivasi
Hal yang tak kalah penting dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan adalah motivasi.
Sebagian besar entrepreneur dimotivasi oleh keinginan untuk menentukan nasibnya sendiri.
Paparan berikut ini akan dibahas mengenai 2 macam kebutuhan yang melandasi motivasi
seorang entrepreneur.
a. Kebutuhan Berprestasi
Merupakan motivasi yang akan memicu seseorang untuk terlibat dengan penuh rasa tanggung
jawab, membutuhkan usaha dan keterampilan individu, terlibat dalam resiko sedang, dan
memberikan masukan yang jelas. Kebutuhan berprestasi yang tinggi dapat dilihat dari
kemampuan individu dalam menghasilkan sesuatu yang baru terhadap masalah khusus.
Selanjutnya, kebutuhan berprestasi juga dicirikan dengan adanya penentuan tujuan,
perencanaan, dan pengumpulan informasi serta kemauan untuk belajar. Ciri selanjutnya dari
adanya kebutuhan berprestasi adalah kemampuannya dalam membawa ide ke implementasinya
di masyarakat. Kebutuhan berprestasi yang tinggi akan membantu seorang entrepreneur dalam
menjalankan usahanya untuk memecahkan masalah sesuai dengan penyebabnya, membantu
dalam menentukan tujuan, perencanaan, dan aktivitas pengumpulan informasi. Selain itu,
kebutuhan informasi akan membantu entrepreneur untuk bangkit dengan segera ketika
menghadapi tantangan.
b. Keinginan untuk independen (Need for independence)
Faktor ini menjadi penentu kekhasan dari seorang entrepreneur. Selain keinginan yang tidak
ingin ditentukan oleh orang lain, keinginan untuk independen akan memicu seorang
entrepreneur menghasilkan produk yang berbeda dengan orang lain. Ia akan lebih berani dalam
membuat keputusan sendiri dalam mengeksploitasi peluang berwirausaha.
Motivasi seseorang juga akan meningkat seiring dengan adanya role model dalam membangun
usahanya. Seorang entrepreneur akan berupaya mewarnai bisnisnya karena terinspirasi dengan
entrepreneur yang telah sukses sebelumnya. Biasanya hal ini akan terlihat ketika seorang
entrepreneur mulai memperkenalkan usahanya ke publik. Role model berperan sebagai katalis
dan mentor dalam menjalankan usahanya. Selain itu, jaringan dukungan sosial dari orang-orang
di sekitar entrepreneur akan berperan terutama ketika usaha tersebut menghadapi kesulitan
ataupun ketika berada dalam keadaan stagnan dalam prosesnya. Keberadaan jaringan ini
dikategorikan menjadi:
a. Jaringan dukungan moral. Jaringan ini bisa berawal dari dukungan pasangan, teman-teman, dan
saudara.
b. Jaringan dukungan dari professional. Jaringan ini akan membantu seorang entrepreneur dalam
mendapatkan nasihat dan konseling mengenai perkembangan usahanya. Jaringan ini bisa
berawal dari mentor, asosiasi bisnis, asosiasi perdagangan, dan hubungan yang bersifat
personal.
3. Evaluasi Diri
a. Locus of control
Locus of control didefinisikan sebagai kepercayaan seseorang bahwa ia mampu mengendalikan
lingkungan di sekitarnya. Seorang entrepreneur yang memiliki internal locus of control lebih
mampu dalam memanfaatkan peluang kewirausahaan. Mereka memiliki kepercayaan dapat
memanfaatkan peluang, sumber daya, mengorganisasikan perusahaan, dan membangun
strategi. Hal ini dikarenakan esuksesan dalam menjalankan aktivitas entrepreneur tergantung
pada keinginan seseorang untuk percaya pada kekuatannya sendiri.
b. Self Efficacy
Self-efficacy adalah kepercayaan seseorang pada kekuatan diri dalam menjalankan tugas
tertentu. Entrepreneursering membuat penilaian sendiri pada keadaan yang tidak menentu, oleh
karena itu mereka harus memiliki kepercayaan diri dalam membuat pernyataan, keputusan
mengenai pengelolaan sumber daya yang mereka miliki.
4. Karakteristik Kognitif
Karakteristik kognitif merupakan faktor yang mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir dan
membuat keputusan. Dalam mengembangkan peluang kewirausahaan, seorang entrepreneur
harus membuat keputusan positif mengenai sesuatu yang mereka belum pahami, dalam
ketidakpastian, dan informasi yang terbatas. Dalam membuat keputusan positif tersebut
dibutuhkan karakteristik kognitif yang membantu entrepreneur untuk memetakan cara
bagaimana memanfaatkan peluang wirausaha. Karakteristik tersebut antara lain:
a. Overconfidence
Overconfidence merupakan kepercayaan pada pernyataan diri yang melebihi keakuratan dari
data yang diberikan. Sikap percaya yang berlebihan ini sangat membantu entrepreneur terutama
dalam membuat keputusan pada situasi yang belum pasti dan informasi yang terbatas. Dia akan
melangkah lebih pasti dalam menjalankan keputusannya meskipun kesuksesan yang diinginkan
belum pasti. Hal ini sebenarnya bisa dari rasa optimisme. Overconfidence mendorong orang
mampu memanfaatkan peluang usaha (Busenitz dalam Shane, 2003).
Beberapa riset yang mendukung teori bahwa overconfidence mendorong memanfaatkan
peluang usaha berikut ini. Shane (2003) mempresentasikan beberapa penelitian yang
mendukung kenyataan ini. Gartner dan Thomas pada tahun 1989 melakukan survei terhadap 63
pendiri perusahaan software computer. Hasilnya menunjukkan bahwa mereka cenderung
overconfidence dan perkiraan rata-rata penjualan 29% di atas penjualan tahun sebelumnya.
Sementara penelitian yang dilakukan oleh Cooper dkk tahun 1988 menunjukkan bahwa 33,3%
dari yang mereka percaya bahwa mereka akan sukses dan dua pertiga dari yang mereka survey
merasa yakin akan kesuksesan yang akan diraihnya.
Entrepreneur cenderung lebih overconfidence dibandingkan dengan manajer. Hasil penelitian
Busenizt dan Barney tahun 1997 dengan cara membandingkan 124 pendiri perusahaan dan 74
manajer dalam sebuah organisasi besar. Hasilnya menunjukkan bahwa pendiri perusahaan lebih
overconfidence dibandingkan dengan manajer. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh
Amir dkk tahun 2001, yang dilakukan dengan cara wawancara pada 51 pendiri perusahaan dan
28 manajer senior (bukan pendiri) di Kanada. Pendiri perusahaan memperkirakan mereka
mempunyai peluang sukses lebih besar dibandingkan dengan perkiraan manajer senior.
b. Representatif
Representatif merupakan keinginan untuk mengeneralisasi dari sebuah contoh kecil yang tidak
mewakili sebuah populasi. Bias dalam representatif akan mendorong seorang entrepreneur
dalam membuat keputusan. Ia menjadi lebih mudah dalam membuat keputusan terutama dalam
keadan yang tidak menentu.
Penelitian mengenai hal ini dilakukan oleh Busenitz dan Barney di tahun 1997. dengan cara
membandingkan 124 pendiri perusahaan dengan 74 manajer. Hasilnya menunjukkan bahwa
para pendiri perusahaan memiliki sekor representative yang lebih tinggi dibandingkan dengan
manajer. Hal ini menunjukkan bahwa gaya pemecahan masalah antara entrepreneur dan
manajer berbeda.
c. Intuisi
Sebagian besar entrepreneur menggunakan intuisi daripada menganalisis informasi dalam
membuat keputusan. Kegunaan intuisi untuk memfasilitasi pembuatan keputusan mengenai
ketersediaan sumber daya, mengorganisasi dan membangun strategi baru. dengan memfasilitasi
pembuatan keputusan maka argumen akan muncul, dan intuisi selanjutnya akan meningkatkan
performa dalam kegiatan entrepreneur.
Beberapa riset mendukung fakta di atas. Shane (2003) melaporkan beberapa hasil penelitian
berikut ini. Hasil penelitian Allison dkk membandingkan 156 pendiri perusahaan dan
perusahaan yang masuk daftar dalam British Publication Local Heroes sebagai perusahaan
yang berkembang dengan 546 manajer. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pendiri
perusahaan lebih intuitif dalam pengambilan keputusan dibandingkan dengan manajer.
3. Hubungan Resiliensi dengan Kewirausahaan
Definisi resiliensi secara umum adalah kemampuan seseorang, keluarga atau komunitas
untuk bertahan terhadap stressor atau melakukan absorbsi terhadap stres yang muncul dan pulih
kembali seperti kondisi awal, tanpa menyebabkan munculnya masalah atau kerusakan (Hobfoll,
Stevens, & Zalta, 2004). Resiliensi merupakan hasil interaksi antara individu dengan
lingkungannya, suatu proses yang bersifat dinamis dan bertahap sehingga memungkinkan individu
untuk belajar mendapatkan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan yang dapat membantunya
menghadapi masa-masa sulit, penuh dengan ketidakpastian dilandasi dengan sikap yang positif,
dengan kreatifitas dan optimisme dan mengandalkan pada kemampuan yang dimiliki. Pada
konteks yang berkaitan dengan kewirausahaan, resiliensi adalah kapasitas kemampuan
wirausahawan untuk mengatasi situasi yang sulit (Ayala & Manzano, 2014). Resiliensi merupakan
proses adaptasi yang bersifat dinamis, yang mampu membuat wirausahawan untuk tetap
melanjutkan usaha-usaha yang dilakukan meskipun bayak hambatan yang dihadapi. Penelitian
menunjukkan, wirausahawan yang memiliki resiliensi tinggi/ulet memiliki kemungkinan untuk
lebih sukes dibanding individu yang lain. Seorang wirausahawan dianggap sebagai individu yang
ulet jika mampu menghadapi masalah, mengembangkan dan menggerakkan sumber daya yang
dimiliki. Bisa disimpulkan, keuletan adalah salah satu bentuk bentuk cermin strategi berkembang
yang nyata (Ayala & Manzano, 2014).
Dimensi resiliensi ada 3 yang meliputi ketabahan (hardiness), resourcescefullness dan
optimisme. Dari Ketiga aspek tersebut menurut hasil penelitian, aspek resourcesefullness
merupakan aspek kunci dalam memprediksi keberhasilan seorang wirausahawan (Ayala &
Manzano, 2014).
Banyak penelitian telah menemukan adanya hubungan antara pelaku wirausaha dengan tingkat
stres yang dihadapi. Stres muncul diakibatkan adanya beban kerja yang berat, resiko bisnis yang
tinggi yang harus dihadapi oleh pelaku usaha tersebut. Salah satu karakteristik psikologi yang
dianggap mampu menghambat terjadinya stres pada pelaku wirausaha adalah resiliensi. (Shepherd
& Patzelt, 2015).
Proses memulai usaha atau bisnis baru adalah suatu situasi yang penuh dengan stres dan
tuntutan yang tinggi dalam kehidupan seorang wirausahawan. Untuk bisa bertahan dan
berkembang dalam menggapai apa yang diinginkan, seorang wirausahawan harus memiliki akses
terhdap sumber daya (resources) yang memungkinkan mereka untuk bisa beradaptasi terhadap
perubahan yang terjadi, baik di dalam bisnis maupun dalam kehidupan keluarganya (Yang &
Danes, 2015). Kemampuan untuk beradaptasi ini yang disebut dengan resiliensi. Berbagai
penelitian yang berkaitan dengan masalah kewirausahaan menunjukkan pentingnya faktor
resiliensi dalam proses tersebut. Resiliensi dalam literatur kewirausahaan dianggap sebagai sifat
penting yang harus dimiliki oleh wirausahawan (Ayala & Manzano, 2014; Bullough, Renko, &
Myatt, 2014; Yang & Danes, 2015). Asumsi yang mendasari adalah bahwa, jika seseorang
memiliki resiliensi, maka sifat itu akan digunakan untuk mengatasi tuntutan fisik dan psikis yang
dang harus dihadapi seorang wirausahawan saat mereka harus beradaptasi terhadap perubahan.
Proses resiliensi adalah hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya. Saat pelaku usaha
mempersepsi interaksi yang terjadi bersifat mendukung dan produktif, maka personal wellbeing
akan tumbuh sehingga akan semakin meningkatkan resiliensinya dan melidungi mereka dari hal-
hal yang bertentangan (Yang & Danes, 2015).
Penelitian terhadap 500 wirausahawan yang dilakukan di Amerika serikat menunjukkan ada
dua faktor personal yang sangat berpengaruh dalam sukses tidaknya seseorang berwirausaha. Dua
faktor tersebut adalah enterpreneurial self efficacy dan relisiensi. Enterpreneurial self efficacy
adalah keyakinan individu mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan kegiatan
kewirausahaannya. Strategi yang bisa dilakukan agar efikasi diri bisa senantiasa berkembang
adalah (1) dengan terlibat secara aktif dalam pelatihan yang berkaitan dengan perkembangan
bisnis, sehingga keyakinan diri terhadap prospek wirausahanya senantiasa positif;(2) mencari
jejaring, atau mencari kesempatan mendapatkan mentor untuk tujuan mendapatkan contoh dari
orang lain yang sukses dengan bisnisnya meski pernah mengalami beberapa kali kegagalan namun
memiliki kemampuan resiliensi serta (3) aktif dalam mengejar tujuan bisnis, melakukan praktik
bisnis secara cerdas dan mendapatkan umpan balik dari orang lain yang memiliki kemampuan
lebih (Bullough & Renko, 2013).
4. Hubungan Psikologi capital dan wirausaha
Psychological Capital sendiri diartikan sebagai sebuah kapasitas psikologis individu yang
berkembang dengan karakteristik yaitu efikasi diri, optimisme, harapan dan resiliensi. Self efficacy
diartikan sebagai keyakinan terhadap kemampuan diri dalam mengambil dan memberikan usaha
yang cukup agar berhasil dalam melakukan tugas yang menantang. Optimisme adalah atribusi
yang positif dari individu tentang kesuksesan di masa kini dan masa depan. Harapan adalah
keadaan emosional positif untuk mencapai tujuan dan bila perlu mengalihkan jalan atau mencari
jalan lain untuk mencapai tujuan. Sedangkan resilensi adalah ketika individu dihadapkan pada
masalah dan tantangan dapat bertahan dan bangkit kembali, bahkan lebih dalam meraih kesuksesan
(Luthans,Youssef, dan Avolio, 2007. h. 3).
Menilik lebih lanjut tentang psikologi positif, Luthans et al. (2004) menyarankan empat faktor
(HERO singkatan dari Hope, Efficacy, Resiliance, Optimism) yaitu harapan, keyakinan,
ketahanan, dan optimisme yang merupakan PsyCap positif sebagai potensi meningkatkan
produktivitas organisasi, layanan pelanggan, dan kepuasan karyawan. Harapan dapat didefinisikan
sebagai keadaan motivasi positif yang menggunakan goal oriented energi sebagai jalur masuk
untuk mencapai tujuan (Snyder et al. 1991).
Self Efficacy didefinisikan sebagai keyakinan individu dalam melakukan tugas (Bandura
1997); seorang individu dengan self-efficacy tinggi sering menunjukkan kinerja yang lebih baik
(Stajkovic dan Luthans 1998). Ketahanan merupakan kemampuan seseorang untuk pulih dari
keterpurukan dan diperlukan untuk bertahan dalam lingkungan bisnis yang sedang mengalami
turbulensi saat ini (Masten 2001).
Optimisme adalah keyakinan individu dalam masa depan yang lebih menjanjikan meskipun
kesulitan. Frustrasi yang dialami di masa lalu (Seligman, 2002 ; Scheier et al. 1994)
mendefinisikan ini sebagai pandangan positif tentang kehidupan. Faktor-faktor ini diterapkan di
tempat kerja untuk memainkan peran utama dalam meningkatkan prestasi kerja (Luthans et al.
2010).
Kesimpulan
Memulai suatu usaha baru membutuhkan suatu tekad yang kuat serta investasi dalam
berbagai bentuk (energi, sumber daya dsb) dan mempertahankan usaha itu agar tetap bertahan
membutuhkan suatu perilaku yang bertujuan jelas. Berwirausaha juga membutuhkan ketangguhan,
karena potensi untuk mengalami kegagalan juga relatif tinggi, maka dari itu dibutuhkan suatu
HERO dalam berwirausaha, sehingga individu lebih siap dihadapkan pada masalah, tantangan
dapat bertahan dan bangkit kembali, bahkan lebih dalam meraih kesuksesan.
DAFTAR PUSTAKA
Ayala, J. C., & Manzano, G. (2014). The resilience of the entrepreneur. Influence on the success
of the business. A longitudinal analysis. Journal of Economic Psychology, 42, 126–135.
http://doi.org/10.1016/j.joep.2014.02.004
Bullough, A., & Renko, M. (2013). Entrepreneurial resilience during challenging times. Business
Horizons, 56(3), 343–350. http://doi.org/10.1016/j.bushor.2013.01.001
Bullough, A., Renko, M., & Myatt, T. (2014). Danger zone entrepreneurs: The importance of
resilience and self-efficacy for entrepreneurial intentions. Entrepreneurship: Theory and
Practice, 38(3), 473–499. http://doi.org/10.1111/etap.12006
Hobfoll, S. E., Stevens, N. R., & Zalta, A. K. (2004). Expanding the Science of Resilience:
Conserving Resources in the Aid of Adaptation. Bonanno, 7965(June), 174–180.
http://doi.org/10.1080/1047840X.2015.1002377
Luthans, F., Youssef, C. M., & Avolio, B. J. (2007). Psychologycal capital : developing the human
competitive edge. New York : Oxford University Press
Przepiorka, A. M. (2016). Psychological Determinants of Entrepreneurial Success and Life-
Satisfaction. Current Psychology, 1–12. http://doi.org/10.1007/s12144-016-9419-1
Shane, Scott Andrew. (2003). A General Theory of Entrepreneurship: The Individual-
opportunity Nexus. (New Horizons in Enterpreneurship Series)
Shepherd, D. A., & Patzelt, H. (2015). The “heart” of entrepreneurship: The impact of
entrepreneurial action on health and health on entrepreneurial action. Journal of Business
Venturing Insights, 4, 22–29. http://doi.org/10.1016/j.jbvi.2015.08.001
Yang, Y., & Danes, S. M. (2015). Resiliency and Resilience Process of Entrepreneurs in New
Venture Creation. Entrepreneurship Research Journal, 5(1), 1–30.
http://doi.org/10.1515/erj-2013-0076

More Related Content

What's hot

Hakekat perubahan slide 1
Hakekat perubahan slide 1Hakekat perubahan slide 1
Hakekat perubahan slide 1
Hasan Rahim
 
Perubahan dan pengembangan organisasi
Perubahan dan pengembangan organisasiPerubahan dan pengembangan organisasi
Perubahan dan pengembangan organisasi
Riski Nurfatimah
 
Perubahan dan Pengembangan Organisasi
Perubahan dan Pengembangan OrganisasiPerubahan dan Pengembangan Organisasi
Perubahan dan Pengembangan Organisasi
Tika Apriyani
 
Pelatihan Selling with Emotional Intelligence (DR. Dwi Suryanto & Kanaidi)
Pelatihan Selling with Emotional Intelligence (DR. Dwi Suryanto & Kanaidi) Pelatihan Selling with Emotional Intelligence (DR. Dwi Suryanto & Kanaidi)
Pelatihan Selling with Emotional Intelligence (DR. Dwi Suryanto & Kanaidi)
Kanaidi ken
 
Materi manajemen
Materi manajemenMateri manajemen
Materi manajemen
Diny94
 
JENIS PELATIHAN
JENIS PELATIHAN JENIS PELATIHAN
JENIS PELATIHAN
lastri Silalahi
 
Bab 8 pemberdayaan karyawan
Bab 8 pemberdayaan karyawanBab 8 pemberdayaan karyawan
Bab 8 pemberdayaan karyawan
Dian Hermawan
 
Keterbatasan ilmu pengetahuan manusia menurut al qur’an
Keterbatasan ilmu pengetahuan manusia menurut al qur’anKeterbatasan ilmu pengetahuan manusia menurut al qur’an
Keterbatasan ilmu pengetahuan manusia menurut al qur’an
5u93n9
 
Teori Kepemimpinan dan Karakteristik Pemimpin yang Efektif
Teori Kepemimpinan dan Karakteristik Pemimpin yang EfektifTeori Kepemimpinan dan Karakteristik Pemimpin yang Efektif
Teori Kepemimpinan dan Karakteristik Pemimpin yang Efektif
Universitas Pendidikan Indonesia
 
Analisa pekerjaan dan desain pekerjaan
Analisa pekerjaan dan desain pekerjaanAnalisa pekerjaan dan desain pekerjaan
Analisa pekerjaan dan desain pekerjaan
Mercu Buana University
 
Jurnal msdm
Jurnal msdmJurnal msdm
Jurnal msdm
takimmatav
 
Materi Pelatihan Ketarmpilan Leadership
Materi Pelatihan Ketarmpilan Leadership Materi Pelatihan Ketarmpilan Leadership
Materi Pelatihan Ketarmpilan Leadership
Yodhia Antariksa
 
Kepemimpinan dalam perusahaan ppt
Kepemimpinan dalam perusahaan pptKepemimpinan dalam perusahaan ppt
Kepemimpinan dalam perusahaan ppt
maureen07
 
Pelatihan, dan pengembangan SDM
Pelatihan, dan pengembangan SDMPelatihan, dan pengembangan SDM
Pelatihan, dan pengembangan SDM
Nanda_khalisa
 
486775651-Materi-Character-Building-1.pptx
486775651-Materi-Character-Building-1.pptx486775651-Materi-Character-Building-1.pptx
486775651-Materi-Character-Building-1.pptx
zifanasdiary
 
Cara Mengembangkan Knowledge Management
Cara Mengembangkan Knowledge ManagementCara Mengembangkan Knowledge Management
Cara Mengembangkan Knowledge Management
Yodhia Antariksa
 
[Mindset] PPT Berpikir Kritis dan Inovatif (1).pdf
[Mindset] PPT Berpikir Kritis dan Inovatif (1).pdf[Mindset] PPT Berpikir Kritis dan Inovatif (1).pdf
[Mindset] PPT Berpikir Kritis dan Inovatif (1).pdf
PojokRetribusiBapend
 
Pengantar Produktivitas
Pengantar Produktivitas Pengantar Produktivitas
Pengantar Produktivitas
Direktorat Produktivitas -Kemnakertrans
 
OB2013 - chapter 11 kekuasaan dan politik
OB2013 - chapter 11 kekuasaan dan politikOB2013 - chapter 11 kekuasaan dan politik
OB2013 - chapter 11 kekuasaan dan politik
Andi Iswoyo
 
Proses Berfikir dan Pemecahan Masalah
Proses Berfikir dan Pemecahan MasalahProses Berfikir dan Pemecahan Masalah
Proses Berfikir dan Pemecahan Masalah
pjj_kemenkes
 

What's hot (20)

Hakekat perubahan slide 1
Hakekat perubahan slide 1Hakekat perubahan slide 1
Hakekat perubahan slide 1
 
Perubahan dan pengembangan organisasi
Perubahan dan pengembangan organisasiPerubahan dan pengembangan organisasi
Perubahan dan pengembangan organisasi
 
Perubahan dan Pengembangan Organisasi
Perubahan dan Pengembangan OrganisasiPerubahan dan Pengembangan Organisasi
Perubahan dan Pengembangan Organisasi
 
Pelatihan Selling with Emotional Intelligence (DR. Dwi Suryanto & Kanaidi)
Pelatihan Selling with Emotional Intelligence (DR. Dwi Suryanto & Kanaidi) Pelatihan Selling with Emotional Intelligence (DR. Dwi Suryanto & Kanaidi)
Pelatihan Selling with Emotional Intelligence (DR. Dwi Suryanto & Kanaidi)
 
Materi manajemen
Materi manajemenMateri manajemen
Materi manajemen
 
JENIS PELATIHAN
JENIS PELATIHAN JENIS PELATIHAN
JENIS PELATIHAN
 
Bab 8 pemberdayaan karyawan
Bab 8 pemberdayaan karyawanBab 8 pemberdayaan karyawan
Bab 8 pemberdayaan karyawan
 
Keterbatasan ilmu pengetahuan manusia menurut al qur’an
Keterbatasan ilmu pengetahuan manusia menurut al qur’anKeterbatasan ilmu pengetahuan manusia menurut al qur’an
Keterbatasan ilmu pengetahuan manusia menurut al qur’an
 
Teori Kepemimpinan dan Karakteristik Pemimpin yang Efektif
Teori Kepemimpinan dan Karakteristik Pemimpin yang EfektifTeori Kepemimpinan dan Karakteristik Pemimpin yang Efektif
Teori Kepemimpinan dan Karakteristik Pemimpin yang Efektif
 
Analisa pekerjaan dan desain pekerjaan
Analisa pekerjaan dan desain pekerjaanAnalisa pekerjaan dan desain pekerjaan
Analisa pekerjaan dan desain pekerjaan
 
Jurnal msdm
Jurnal msdmJurnal msdm
Jurnal msdm
 
Materi Pelatihan Ketarmpilan Leadership
Materi Pelatihan Ketarmpilan Leadership Materi Pelatihan Ketarmpilan Leadership
Materi Pelatihan Ketarmpilan Leadership
 
Kepemimpinan dalam perusahaan ppt
Kepemimpinan dalam perusahaan pptKepemimpinan dalam perusahaan ppt
Kepemimpinan dalam perusahaan ppt
 
Pelatihan, dan pengembangan SDM
Pelatihan, dan pengembangan SDMPelatihan, dan pengembangan SDM
Pelatihan, dan pengembangan SDM
 
486775651-Materi-Character-Building-1.pptx
486775651-Materi-Character-Building-1.pptx486775651-Materi-Character-Building-1.pptx
486775651-Materi-Character-Building-1.pptx
 
Cara Mengembangkan Knowledge Management
Cara Mengembangkan Knowledge ManagementCara Mengembangkan Knowledge Management
Cara Mengembangkan Knowledge Management
 
[Mindset] PPT Berpikir Kritis dan Inovatif (1).pdf
[Mindset] PPT Berpikir Kritis dan Inovatif (1).pdf[Mindset] PPT Berpikir Kritis dan Inovatif (1).pdf
[Mindset] PPT Berpikir Kritis dan Inovatif (1).pdf
 
Pengantar Produktivitas
Pengantar Produktivitas Pengantar Produktivitas
Pengantar Produktivitas
 
OB2013 - chapter 11 kekuasaan dan politik
OB2013 - chapter 11 kekuasaan dan politikOB2013 - chapter 11 kekuasaan dan politik
OB2013 - chapter 11 kekuasaan dan politik
 
Proses Berfikir dan Pemecahan Masalah
Proses Berfikir dan Pemecahan MasalahProses Berfikir dan Pemecahan Masalah
Proses Berfikir dan Pemecahan Masalah
 

Similar to Karakteristik psikologis sebagai landasan resiliensi

Usaha,indri agutiani,hapzi ali,motivasi menjadi pengusaha sukses,universitas ...
Usaha,indri agutiani,hapzi ali,motivasi menjadi pengusaha sukses,universitas ...Usaha,indri agutiani,hapzi ali,motivasi menjadi pengusaha sukses,universitas ...
Usaha,indri agutiani,hapzi ali,motivasi menjadi pengusaha sukses,universitas ...
indri agustiani
 
Makalah kewirausahaan 3
Makalah kewirausahaan 3Makalah kewirausahaan 3
Makalah kewirausahaan 3
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah kewirausahaan 3
Makalah kewirausahaan 3Makalah kewirausahaan 3
Makalah kewirausahaan 3
Septian Muna Barakati
 
Makalah kewirausahaan 3
Makalah kewirausahaan 3Makalah kewirausahaan 3
Makalah kewirausahaan 3
Operator Warnet Vast Raha
 
KARAKTER KEWIRAUSAHAAN (1).pdf
KARAKTER KEWIRAUSAHAAN (1).pdfKARAKTER KEWIRAUSAHAAN (1).pdf
KARAKTER KEWIRAUSAHAAN (1).pdf
AmeliaAruni
 
Sikap dan prilaku wirauhawan
Sikap dan prilaku wirauhawanSikap dan prilaku wirauhawan
Sikap dan prilaku wirauhawan
winnarti1
 
Materi - 2.pptx
Materi - 2.pptxMateri - 2.pptx
Materi - 2.pptx
ArifKurniawan667251
 
2. kewirausahaan, marini khalishah khansa, hapzi ali, motivasi menjadi pengus...
2. kewirausahaan, marini khalishah khansa, hapzi ali, motivasi menjadi pengus...2. kewirausahaan, marini khalishah khansa, hapzi ali, motivasi menjadi pengus...
2. kewirausahaan, marini khalishah khansa, hapzi ali, motivasi menjadi pengus...
Marini Khalishah Khansa
 
Makalah kewirausaaan 2
Makalah kewirausaaan 2Makalah kewirausaaan 2
Makalah kewirausaaan 2
Operator Warnet Vast Raha
 
Bahan ajar kewirausahaan Bp. Dwijono
Bahan ajar kewirausahaan Bp. DwijonoBahan ajar kewirausahaan Bp. Dwijono
Bahan ajar kewirausahaan Bp. DwijonoAndrew Hutabarat
 
Makalah kewirausahaa
Makalah kewirausahaaMakalah kewirausahaa
Makalah kewirausahaa
Operator Warnet Vast Raha
 
3. kewirausahaan, resti pujianti, hapzi ali, mengubah pola pikir dan motivasi...
3. kewirausahaan, resti pujianti, hapzi ali, mengubah pola pikir dan motivasi...3. kewirausahaan, resti pujianti, hapzi ali, mengubah pola pikir dan motivasi...
3. kewirausahaan, resti pujianti, hapzi ali, mengubah pola pikir dan motivasi...
Resti Pujianti
 
1. kewirausahaan, setya darmawan, hapzi ali, pengenalan kewirausahaan, univer...
1. kewirausahaan, setya darmawan, hapzi ali, pengenalan kewirausahaan, univer...1. kewirausahaan, setya darmawan, hapzi ali, pengenalan kewirausahaan, univer...
1. kewirausahaan, setya darmawan, hapzi ali, pengenalan kewirausahaan, univer...
SetyaDarmawan
 
Makalah kewirausahaan
Makalah  kewirausahaanMakalah  kewirausahaan
Makalah kewirausahaan
Ekoagus Ekoagus
 
1. kewirausahaan, xena levina, hapzi ali, pengenalan kewirausahaan, universit...
1. kewirausahaan, xena levina, hapzi ali, pengenalan kewirausahaan, universit...1. kewirausahaan, xena levina, hapzi ali, pengenalan kewirausahaan, universit...
1. kewirausahaan, xena levina, hapzi ali, pengenalan kewirausahaan, universit...
xena levina
 
Makalah tehnik kewirausahaan
Makalah tehnik kewirausahaanMakalah tehnik kewirausahaan
Makalah tehnik kewirausahaan
Septian Muna Barakati
 

Similar to Karakteristik psikologis sebagai landasan resiliensi (20)

Usaha,indri agutiani,hapzi ali,motivasi menjadi pengusaha sukses,universitas ...
Usaha,indri agutiani,hapzi ali,motivasi menjadi pengusaha sukses,universitas ...Usaha,indri agutiani,hapzi ali,motivasi menjadi pengusaha sukses,universitas ...
Usaha,indri agutiani,hapzi ali,motivasi menjadi pengusaha sukses,universitas ...
 
Makalah kewirausahaan 3
Makalah kewirausahaan 3Makalah kewirausahaan 3
Makalah kewirausahaan 3
 
Makalah kewirausahaan 3
Makalah kewirausahaan 3Makalah kewirausahaan 3
Makalah kewirausahaan 3
 
Makalah kewirausahaan 3
Makalah kewirausahaan 3Makalah kewirausahaan 3
Makalah kewirausahaan 3
 
Makalah kewirausahaan 3
Makalah kewirausahaan 3Makalah kewirausahaan 3
Makalah kewirausahaan 3
 
KARAKTER KEWIRAUSAHAAN (1).pdf
KARAKTER KEWIRAUSAHAAN (1).pdfKARAKTER KEWIRAUSAHAAN (1).pdf
KARAKTER KEWIRAUSAHAAN (1).pdf
 
Sikap dan prilaku wirauhawan
Sikap dan prilaku wirauhawanSikap dan prilaku wirauhawan
Sikap dan prilaku wirauhawan
 
Materi - 2.pptx
Materi - 2.pptxMateri - 2.pptx
Materi - 2.pptx
 
2. kewirausahaan, marini khalishah khansa, hapzi ali, motivasi menjadi pengus...
2. kewirausahaan, marini khalishah khansa, hapzi ali, motivasi menjadi pengus...2. kewirausahaan, marini khalishah khansa, hapzi ali, motivasi menjadi pengus...
2. kewirausahaan, marini khalishah khansa, hapzi ali, motivasi menjadi pengus...
 
Makalah kewirausaaan 2
Makalah kewirausaaan 2Makalah kewirausaaan 2
Makalah kewirausaaan 2
 
Makalah kewirausahaa
Makalah kewirausahaaMakalah kewirausahaa
Makalah kewirausahaa
 
Makalah kewirausaaan 2
Makalah kewirausaaan 2Makalah kewirausaaan 2
Makalah kewirausaaan 2
 
Makalah kewirausaaan 2
Makalah kewirausaaan 2Makalah kewirausaaan 2
Makalah kewirausaaan 2
 
Bahan ajar kewirausahaan Bp. Dwijono
Bahan ajar kewirausahaan Bp. DwijonoBahan ajar kewirausahaan Bp. Dwijono
Bahan ajar kewirausahaan Bp. Dwijono
 
Makalah kewirausahaa
Makalah kewirausahaaMakalah kewirausahaa
Makalah kewirausahaa
 
3. kewirausahaan, resti pujianti, hapzi ali, mengubah pola pikir dan motivasi...
3. kewirausahaan, resti pujianti, hapzi ali, mengubah pola pikir dan motivasi...3. kewirausahaan, resti pujianti, hapzi ali, mengubah pola pikir dan motivasi...
3. kewirausahaan, resti pujianti, hapzi ali, mengubah pola pikir dan motivasi...
 
1. kewirausahaan, setya darmawan, hapzi ali, pengenalan kewirausahaan, univer...
1. kewirausahaan, setya darmawan, hapzi ali, pengenalan kewirausahaan, univer...1. kewirausahaan, setya darmawan, hapzi ali, pengenalan kewirausahaan, univer...
1. kewirausahaan, setya darmawan, hapzi ali, pengenalan kewirausahaan, univer...
 
Makalah kewirausahaan
Makalah  kewirausahaanMakalah  kewirausahaan
Makalah kewirausahaan
 
1. kewirausahaan, xena levina, hapzi ali, pengenalan kewirausahaan, universit...
1. kewirausahaan, xena levina, hapzi ali, pengenalan kewirausahaan, universit...1. kewirausahaan, xena levina, hapzi ali, pengenalan kewirausahaan, universit...
1. kewirausahaan, xena levina, hapzi ali, pengenalan kewirausahaan, universit...
 
Makalah tehnik kewirausahaan
Makalah tehnik kewirausahaanMakalah tehnik kewirausahaan
Makalah tehnik kewirausahaan
 

Recently uploaded

Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
sabir51
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
indraayurestuw
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
junarpudin36
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
ananda238570
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
NanieIbrahim
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
GusniartiGusniarti5
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
nasrudienaulia
 
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
PreddySilitonga
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
fadlurrahman260903
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
sitispd78
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
HendraSagita2
 
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptxFORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
NavaldiMalau
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
margagurifma2023
 
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdfSeminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
inganahsholihahpangs
 
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamiiAksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
esmaducoklat
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
JALANJALANKENYANG
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
SABDA
 

Recently uploaded (20)

Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
 
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
 
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptxFORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
 
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdfSeminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
 
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamiiAksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
 

Karakteristik psikologis sebagai landasan resiliensi

  • 1. Karakteristik Psikologis sebagai Landasan Resiliensi dalam Menghadapi Dinamika Berwirausaha Eva Nur Rachmah evanoer.rachma@gmail.com Luvy Kurniasari luvy.enigma@gmail.com Fakultas Psikologi Universitas 45 Surabaya Memulai suatu usaha baru membutuhkan suatu tekad yang kuat serta investasi dalam berbagai bentuk energi serta sumber daya yang mendukung . Untuk mempertahankan agar usaha yang dirintis tetap bertahan (survive), dibutuhkan suatu perilaku yang bertujuan jelas (goal-directed behavior). Berbagai hasil penelitian menunjukkan adanya karakteristik psikologis tertentu yang berkontribusi dalam sukses tidaknya seseorang dalam berwirausaha. Telaah literatur yang akan dibahas dalam uraian ini adalah mengenai aspek-aspek psikologis yang penting dalam membentuk kecenderungan sukses tidaknya sseseorang dalam berwirausaha. Telaah ini juga akan menyoroti secara spesifik peran dimensi kepribadian, kognisi, emosi, sikap dan diri terhadap spirit kewirausahaan. Serta menyelidiki bagaimana psikologi capital dan resiko toleransi dapat menginspirasi pekerja jasa untuk mengembangkan motivasi internal dan kepercayaan diri dalam berwirausaha. Kajian ini berusaha memberikan perspektif tentang pentingnya memperhatikan optimisme dan resiliansi SDM untuk meningkatkan kinerja bisnis dalam jangka panjang,baik secara mikro maupun makro. Kata Kunci : Resiliensi, Karakteristik Psikologis, Kewirausahaan.
  • 2. Pendahuluan Pemerintah Indonesia periode pada periode awal kepemimpinan presiden Jokowi gencar mengkampanyekan ekonomi kreatif. Adanya dorongan kemudahan dalam komunikasi di berbagai lini mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat, baik secara ekonomi sosial budaya maupun politik. Salah satu aspek yang banyak mendapat tantangan berkaitan dengan aspek kesejahteraan masyarakat adalah meningkatkan ekonomi kreatif dengan tuntutan utama adalah adanya inovasi dan keberanian berwirausaha. Pemerintah berharap ekonomi kreatif dapat menajdi tulang punggung perekonomian Indonesia. Pada tahun 2014, kontribusi sektor ekonomi kreatif terhadap PDB Indonesia 7,02% (tujuh koma nol dua persen), dan dalam RPJMN pada periode 2015-2019 diharapkan dapat memberikan kontribusi lebih dari 12% (http://presidenri.go.id/ulasan/perekonomian/pentingnya-inovasi-ekonomi-kreatif.html) . Konsep Ekonomi Kreatif adalah sebuah konsep di era ekonomi baru yang penopang utamanya adalah informasi dan kreativititas. Ekonomi berbasis kreativitas mengandung makna bahwa produk yang selama ini identik dengan barang, atau jasa, dengan adanya kemajuan teknologi berubah wujud menjadi suatu produk yang sifatnya lebih absrak, yakni kreativitas. Kemampuan berkreasi dan mewujudkannya kedalam suatu tindakan yang berdampak ekonomis akan memicu tumbuhnya kewirausahaan. Kewirausahaan didefinisikan sebagai aktifitas-aktifitas membentuk bisnis/saha baru dan semua aktifitas yang berkaitan dengan proses mengorganisasi, mengatur dan mengambil resiko yang terkandung didalam kegiatan tersebut (Shane dalam Przepiorka, 2016). Berdasar pandangan dari Prof. Faisal Afiff, jika ditinjau dari dimensi subjek perilaku individual, kewirausahaan pada hakekatnya adalah sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif. Syarat utama yang harus dimiliki adalah jiwa dan watak kewirausahaan. Jiwa dan watak kewirausahaan tersebut dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan, atau kompetensi. Kompetensi itu sendiri ditentukan oleh pengetahuan dan pengalaman berbisnis tersedia (http://fe.unpad.ac.id/id/arsip-fakultas-ekonomi- unpad/opini/2219-kewirausahaan-dan-ekonomi-kreatif).
  • 3. Berkenaan dengan pentingnya kewirausahaan dalam pertumbuhan ekonomi, maka dibutuhkan individu-individu yang tangguh dalam prosesnya. Telaah literatur ini ingin menjawab pertanyaan mengenai: 1. Aspek Psikologis apakah yang penting dalam proses berwirausaha? 2. Apakah Peran dimensi kepribadian, emosi dan kognisi dalam berwirausaha? 3. Apakah resieliensi dan perannya dalam proses berwirausaha ? 4. Apakah hubungan psikologi capital dengan wirausaha? Untuk menjawab berbagai pertanyaan penelitian diatas, penulis melakukan review terhadap beberapa jurnal dan buku yang relevan. Berdasarkan review tersebut, penulis mendapatkan pemahaman sebagai berikut 1. Aspek psikologis yang penting dalam berwirausaha Memulai suatu usaha baru membutuhkan suatu tekad yang kuat serta investasi dalam berbagai bentuk (energi, sumber daya dsb) dan mempertahankan usaha itu agar tetap bertahan membutuhkan suatu perilaku yang bertujuan jelas. Berwirausaha juga membutuhkan ketangguhan, karena potensi untuk mengalami kegagalan juga relatif tinggi. Individu yang melakukan wirausaha memiliki potensi tinggi mengalami gangguan kesehatan baik secara fisik maupun secara psikis. Stres adalah salah satu gangguan kesehatan yang paling banyak dikaitkan dengan kegiatan berwirausaha. Penyebab terjadinya gangguan kesehatan secara psikis diantaranya adalah adanya emosi negatif, banyaknya ketidakpastian yang dihadapi berkaitan dengan resiko bisnis, frustasi, merasa kesepian, kecemasan dan merasa takut gagal (Shepherd & Patzelt, 2015). Penelitian yang dilakukan oleh Przepiorka menunjukkan adanya karakteristik psikologis tertentu yang berkontribusi dalam sukses tidaknya seseorang dalam berwirausaha. Karakteristik Penting dalam berwirausaha adalah orientasi terhadap tindakan, dan komitmen terhadap tujuan yang ingin dicapai. Pada masa masa awal berwirausaha (fase start up), karakteristik terpenting yang perlu dimiliki adalah kemampuan mengendalikan diri dan kemampuan untuk beradaptasi terhadap emosi-emosi negatif. Situasi awal terbentuknya suatu bisnis adalah masa-masa yang dianggap penting dalam menentukan keberhasilan atau kegagalan. Individu yang memiliki karakteristik gigih (persisten) akan lebih mampu menghadapi situasi ini dengan kemampuan
  • 4. regulasi dirinya, mampu untuk bertindak secara efektif saat membuat keputusan dan perencanaan. Penelitian yang dilakukan juga menemukan bukti bahwa kesuksesan dalam berwirausaha berkaitan erat dengan kepuasan hidup individu (Przepiorka, 2016). 2. Peran dimensi kepribadian emosi, kognisi dalam berwirausaha Shane (2003) mengelompokkan karakter psikologis yang mempengaruhi mengapa seseorang lebih memanfaatkan peluang dibandingkan yang lain dalam 4 aspek yaitu: 1. kepribadian 2. motivasi 3. evaluasi diri 4. sifat-sifat kognitif 1. Kepribadian dan motivasi Kepribadian dan motivasi berpengaruh terhadap tindakan seseorang dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan tindakan memanfaatkan peluang. Bahkan ketika sekumpulan orang dihadapkan pada peluang yang sama, mempunyai ketrampilan yang hamper sama, dan informasi yang sama; maka orang dengan motivasi tertentu akan memanfaatkan peluang, sementara yang lain tidak. Ada 3 aspek kepribadian dan motif yang berpengaruh dalam memanfaatkan peluang. a. Ekstraversi Ektraversi terkait dengan sikap sosial, asertif, aktif, ambisi, inisiatif, dan ekshibisionis. Sikap ini akan membantu entrepreneur untuk mengeksploitasi peluang terutama dalam memperkenalkan ide ataupun kreasi mereka yang bernilai kepada calon pelanggan, karyawan, dan sebagainya. Sikap ini membantu entrepreneur untuk mengombinasikan dan mengorganisasikan sumber daya dalam kondisi yang tidak menentu. b. Agreebleeness (Kesepahaman) Sikap ini terkait dengan keramahan, konformitas sosial, keinginan untuk mempercayai, kerjasama, keinginan untuk memaafkan, toleransi, dan fleksibilitas dengan orang lain. Hal ini akan membantu entrepreneur dalam membangun jaringan kerjasama untuk kematangan bisnisnya terutama aspek dari keinginan untuk mempercayai orang lain. c. Pengambilan Resiko
  • 5. Sikap ini berkaitan dengan kemauan seseorang untuk terlibat dalam kegiatan beresiko. Beberapa resiko yang mungkin dihadapi oleh entrepreneur antara lain pemasaran, finansial, psikologis dan sosial. Seseorang yang memiliki perilaku pengambilan resiko yang tinggi akan lebih mudah dalam mengambil keputusan dalam keadaan yang tidak menentu dan mengorganisasikan sumber daya yang dimilikinya terutama dalam memperkenalkan produknya ke pembeli. 2. Motivasi Hal yang tak kalah penting dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan adalah motivasi. Sebagian besar entrepreneur dimotivasi oleh keinginan untuk menentukan nasibnya sendiri. Paparan berikut ini akan dibahas mengenai 2 macam kebutuhan yang melandasi motivasi seorang entrepreneur. a. Kebutuhan Berprestasi Merupakan motivasi yang akan memicu seseorang untuk terlibat dengan penuh rasa tanggung jawab, membutuhkan usaha dan keterampilan individu, terlibat dalam resiko sedang, dan memberikan masukan yang jelas. Kebutuhan berprestasi yang tinggi dapat dilihat dari kemampuan individu dalam menghasilkan sesuatu yang baru terhadap masalah khusus. Selanjutnya, kebutuhan berprestasi juga dicirikan dengan adanya penentuan tujuan, perencanaan, dan pengumpulan informasi serta kemauan untuk belajar. Ciri selanjutnya dari adanya kebutuhan berprestasi adalah kemampuannya dalam membawa ide ke implementasinya di masyarakat. Kebutuhan berprestasi yang tinggi akan membantu seorang entrepreneur dalam menjalankan usahanya untuk memecahkan masalah sesuai dengan penyebabnya, membantu dalam menentukan tujuan, perencanaan, dan aktivitas pengumpulan informasi. Selain itu, kebutuhan informasi akan membantu entrepreneur untuk bangkit dengan segera ketika menghadapi tantangan. b. Keinginan untuk independen (Need for independence) Faktor ini menjadi penentu kekhasan dari seorang entrepreneur. Selain keinginan yang tidak ingin ditentukan oleh orang lain, keinginan untuk independen akan memicu seorang
  • 6. entrepreneur menghasilkan produk yang berbeda dengan orang lain. Ia akan lebih berani dalam membuat keputusan sendiri dalam mengeksploitasi peluang berwirausaha. Motivasi seseorang juga akan meningkat seiring dengan adanya role model dalam membangun usahanya. Seorang entrepreneur akan berupaya mewarnai bisnisnya karena terinspirasi dengan entrepreneur yang telah sukses sebelumnya. Biasanya hal ini akan terlihat ketika seorang entrepreneur mulai memperkenalkan usahanya ke publik. Role model berperan sebagai katalis dan mentor dalam menjalankan usahanya. Selain itu, jaringan dukungan sosial dari orang-orang di sekitar entrepreneur akan berperan terutama ketika usaha tersebut menghadapi kesulitan ataupun ketika berada dalam keadaan stagnan dalam prosesnya. Keberadaan jaringan ini dikategorikan menjadi: a. Jaringan dukungan moral. Jaringan ini bisa berawal dari dukungan pasangan, teman-teman, dan saudara. b. Jaringan dukungan dari professional. Jaringan ini akan membantu seorang entrepreneur dalam mendapatkan nasihat dan konseling mengenai perkembangan usahanya. Jaringan ini bisa berawal dari mentor, asosiasi bisnis, asosiasi perdagangan, dan hubungan yang bersifat personal. 3. Evaluasi Diri a. Locus of control Locus of control didefinisikan sebagai kepercayaan seseorang bahwa ia mampu mengendalikan lingkungan di sekitarnya. Seorang entrepreneur yang memiliki internal locus of control lebih mampu dalam memanfaatkan peluang kewirausahaan. Mereka memiliki kepercayaan dapat memanfaatkan peluang, sumber daya, mengorganisasikan perusahaan, dan membangun strategi. Hal ini dikarenakan esuksesan dalam menjalankan aktivitas entrepreneur tergantung pada keinginan seseorang untuk percaya pada kekuatannya sendiri. b. Self Efficacy Self-efficacy adalah kepercayaan seseorang pada kekuatan diri dalam menjalankan tugas tertentu. Entrepreneursering membuat penilaian sendiri pada keadaan yang tidak menentu, oleh karena itu mereka harus memiliki kepercayaan diri dalam membuat pernyataan, keputusan mengenai pengelolaan sumber daya yang mereka miliki.
  • 7. 4. Karakteristik Kognitif Karakteristik kognitif merupakan faktor yang mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir dan membuat keputusan. Dalam mengembangkan peluang kewirausahaan, seorang entrepreneur harus membuat keputusan positif mengenai sesuatu yang mereka belum pahami, dalam ketidakpastian, dan informasi yang terbatas. Dalam membuat keputusan positif tersebut dibutuhkan karakteristik kognitif yang membantu entrepreneur untuk memetakan cara bagaimana memanfaatkan peluang wirausaha. Karakteristik tersebut antara lain: a. Overconfidence Overconfidence merupakan kepercayaan pada pernyataan diri yang melebihi keakuratan dari data yang diberikan. Sikap percaya yang berlebihan ini sangat membantu entrepreneur terutama dalam membuat keputusan pada situasi yang belum pasti dan informasi yang terbatas. Dia akan melangkah lebih pasti dalam menjalankan keputusannya meskipun kesuksesan yang diinginkan belum pasti. Hal ini sebenarnya bisa dari rasa optimisme. Overconfidence mendorong orang mampu memanfaatkan peluang usaha (Busenitz dalam Shane, 2003). Beberapa riset yang mendukung teori bahwa overconfidence mendorong memanfaatkan peluang usaha berikut ini. Shane (2003) mempresentasikan beberapa penelitian yang mendukung kenyataan ini. Gartner dan Thomas pada tahun 1989 melakukan survei terhadap 63 pendiri perusahaan software computer. Hasilnya menunjukkan bahwa mereka cenderung overconfidence dan perkiraan rata-rata penjualan 29% di atas penjualan tahun sebelumnya. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Cooper dkk tahun 1988 menunjukkan bahwa 33,3% dari yang mereka percaya bahwa mereka akan sukses dan dua pertiga dari yang mereka survey merasa yakin akan kesuksesan yang akan diraihnya. Entrepreneur cenderung lebih overconfidence dibandingkan dengan manajer. Hasil penelitian Busenizt dan Barney tahun 1997 dengan cara membandingkan 124 pendiri perusahaan dan 74 manajer dalam sebuah organisasi besar. Hasilnya menunjukkan bahwa pendiri perusahaan lebih overconfidence dibandingkan dengan manajer. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Amir dkk tahun 2001, yang dilakukan dengan cara wawancara pada 51 pendiri perusahaan dan 28 manajer senior (bukan pendiri) di Kanada. Pendiri perusahaan memperkirakan mereka mempunyai peluang sukses lebih besar dibandingkan dengan perkiraan manajer senior.
  • 8. b. Representatif Representatif merupakan keinginan untuk mengeneralisasi dari sebuah contoh kecil yang tidak mewakili sebuah populasi. Bias dalam representatif akan mendorong seorang entrepreneur dalam membuat keputusan. Ia menjadi lebih mudah dalam membuat keputusan terutama dalam keadan yang tidak menentu. Penelitian mengenai hal ini dilakukan oleh Busenitz dan Barney di tahun 1997. dengan cara membandingkan 124 pendiri perusahaan dengan 74 manajer. Hasilnya menunjukkan bahwa para pendiri perusahaan memiliki sekor representative yang lebih tinggi dibandingkan dengan manajer. Hal ini menunjukkan bahwa gaya pemecahan masalah antara entrepreneur dan manajer berbeda. c. Intuisi Sebagian besar entrepreneur menggunakan intuisi daripada menganalisis informasi dalam membuat keputusan. Kegunaan intuisi untuk memfasilitasi pembuatan keputusan mengenai ketersediaan sumber daya, mengorganisasi dan membangun strategi baru. dengan memfasilitasi pembuatan keputusan maka argumen akan muncul, dan intuisi selanjutnya akan meningkatkan performa dalam kegiatan entrepreneur. Beberapa riset mendukung fakta di atas. Shane (2003) melaporkan beberapa hasil penelitian berikut ini. Hasil penelitian Allison dkk membandingkan 156 pendiri perusahaan dan perusahaan yang masuk daftar dalam British Publication Local Heroes sebagai perusahaan yang berkembang dengan 546 manajer. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pendiri perusahaan lebih intuitif dalam pengambilan keputusan dibandingkan dengan manajer. 3. Hubungan Resiliensi dengan Kewirausahaan Definisi resiliensi secara umum adalah kemampuan seseorang, keluarga atau komunitas untuk bertahan terhadap stressor atau melakukan absorbsi terhadap stres yang muncul dan pulih kembali seperti kondisi awal, tanpa menyebabkan munculnya masalah atau kerusakan (Hobfoll, Stevens, & Zalta, 2004). Resiliensi merupakan hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya, suatu proses yang bersifat dinamis dan bertahap sehingga memungkinkan individu untuk belajar mendapatkan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan yang dapat membantunya
  • 9. menghadapi masa-masa sulit, penuh dengan ketidakpastian dilandasi dengan sikap yang positif, dengan kreatifitas dan optimisme dan mengandalkan pada kemampuan yang dimiliki. Pada konteks yang berkaitan dengan kewirausahaan, resiliensi adalah kapasitas kemampuan wirausahawan untuk mengatasi situasi yang sulit (Ayala & Manzano, 2014). Resiliensi merupakan proses adaptasi yang bersifat dinamis, yang mampu membuat wirausahawan untuk tetap melanjutkan usaha-usaha yang dilakukan meskipun bayak hambatan yang dihadapi. Penelitian menunjukkan, wirausahawan yang memiliki resiliensi tinggi/ulet memiliki kemungkinan untuk lebih sukes dibanding individu yang lain. Seorang wirausahawan dianggap sebagai individu yang ulet jika mampu menghadapi masalah, mengembangkan dan menggerakkan sumber daya yang dimiliki. Bisa disimpulkan, keuletan adalah salah satu bentuk bentuk cermin strategi berkembang yang nyata (Ayala & Manzano, 2014). Dimensi resiliensi ada 3 yang meliputi ketabahan (hardiness), resourcescefullness dan optimisme. Dari Ketiga aspek tersebut menurut hasil penelitian, aspek resourcesefullness merupakan aspek kunci dalam memprediksi keberhasilan seorang wirausahawan (Ayala & Manzano, 2014). Banyak penelitian telah menemukan adanya hubungan antara pelaku wirausaha dengan tingkat stres yang dihadapi. Stres muncul diakibatkan adanya beban kerja yang berat, resiko bisnis yang tinggi yang harus dihadapi oleh pelaku usaha tersebut. Salah satu karakteristik psikologi yang dianggap mampu menghambat terjadinya stres pada pelaku wirausaha adalah resiliensi. (Shepherd & Patzelt, 2015). Proses memulai usaha atau bisnis baru adalah suatu situasi yang penuh dengan stres dan tuntutan yang tinggi dalam kehidupan seorang wirausahawan. Untuk bisa bertahan dan berkembang dalam menggapai apa yang diinginkan, seorang wirausahawan harus memiliki akses terhdap sumber daya (resources) yang memungkinkan mereka untuk bisa beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi, baik di dalam bisnis maupun dalam kehidupan keluarganya (Yang & Danes, 2015). Kemampuan untuk beradaptasi ini yang disebut dengan resiliensi. Berbagai penelitian yang berkaitan dengan masalah kewirausahaan menunjukkan pentingnya faktor resiliensi dalam proses tersebut. Resiliensi dalam literatur kewirausahaan dianggap sebagai sifat penting yang harus dimiliki oleh wirausahawan (Ayala & Manzano, 2014; Bullough, Renko, & Myatt, 2014; Yang & Danes, 2015). Asumsi yang mendasari adalah bahwa, jika seseorang
  • 10. memiliki resiliensi, maka sifat itu akan digunakan untuk mengatasi tuntutan fisik dan psikis yang dang harus dihadapi seorang wirausahawan saat mereka harus beradaptasi terhadap perubahan. Proses resiliensi adalah hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya. Saat pelaku usaha mempersepsi interaksi yang terjadi bersifat mendukung dan produktif, maka personal wellbeing akan tumbuh sehingga akan semakin meningkatkan resiliensinya dan melidungi mereka dari hal- hal yang bertentangan (Yang & Danes, 2015). Penelitian terhadap 500 wirausahawan yang dilakukan di Amerika serikat menunjukkan ada dua faktor personal yang sangat berpengaruh dalam sukses tidaknya seseorang berwirausaha. Dua faktor tersebut adalah enterpreneurial self efficacy dan relisiensi. Enterpreneurial self efficacy adalah keyakinan individu mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan kegiatan kewirausahaannya. Strategi yang bisa dilakukan agar efikasi diri bisa senantiasa berkembang adalah (1) dengan terlibat secara aktif dalam pelatihan yang berkaitan dengan perkembangan bisnis, sehingga keyakinan diri terhadap prospek wirausahanya senantiasa positif;(2) mencari jejaring, atau mencari kesempatan mendapatkan mentor untuk tujuan mendapatkan contoh dari orang lain yang sukses dengan bisnisnya meski pernah mengalami beberapa kali kegagalan namun memiliki kemampuan resiliensi serta (3) aktif dalam mengejar tujuan bisnis, melakukan praktik bisnis secara cerdas dan mendapatkan umpan balik dari orang lain yang memiliki kemampuan lebih (Bullough & Renko, 2013). 4. Hubungan Psikologi capital dan wirausaha Psychological Capital sendiri diartikan sebagai sebuah kapasitas psikologis individu yang berkembang dengan karakteristik yaitu efikasi diri, optimisme, harapan dan resiliensi. Self efficacy diartikan sebagai keyakinan terhadap kemampuan diri dalam mengambil dan memberikan usaha yang cukup agar berhasil dalam melakukan tugas yang menantang. Optimisme adalah atribusi yang positif dari individu tentang kesuksesan di masa kini dan masa depan. Harapan adalah keadaan emosional positif untuk mencapai tujuan dan bila perlu mengalihkan jalan atau mencari jalan lain untuk mencapai tujuan. Sedangkan resilensi adalah ketika individu dihadapkan pada masalah dan tantangan dapat bertahan dan bangkit kembali, bahkan lebih dalam meraih kesuksesan (Luthans,Youssef, dan Avolio, 2007. h. 3).
  • 11. Menilik lebih lanjut tentang psikologi positif, Luthans et al. (2004) menyarankan empat faktor (HERO singkatan dari Hope, Efficacy, Resiliance, Optimism) yaitu harapan, keyakinan, ketahanan, dan optimisme yang merupakan PsyCap positif sebagai potensi meningkatkan produktivitas organisasi, layanan pelanggan, dan kepuasan karyawan. Harapan dapat didefinisikan sebagai keadaan motivasi positif yang menggunakan goal oriented energi sebagai jalur masuk untuk mencapai tujuan (Snyder et al. 1991). Self Efficacy didefinisikan sebagai keyakinan individu dalam melakukan tugas (Bandura 1997); seorang individu dengan self-efficacy tinggi sering menunjukkan kinerja yang lebih baik (Stajkovic dan Luthans 1998). Ketahanan merupakan kemampuan seseorang untuk pulih dari keterpurukan dan diperlukan untuk bertahan dalam lingkungan bisnis yang sedang mengalami turbulensi saat ini (Masten 2001). Optimisme adalah keyakinan individu dalam masa depan yang lebih menjanjikan meskipun kesulitan. Frustrasi yang dialami di masa lalu (Seligman, 2002 ; Scheier et al. 1994) mendefinisikan ini sebagai pandangan positif tentang kehidupan. Faktor-faktor ini diterapkan di tempat kerja untuk memainkan peran utama dalam meningkatkan prestasi kerja (Luthans et al. 2010). Kesimpulan Memulai suatu usaha baru membutuhkan suatu tekad yang kuat serta investasi dalam berbagai bentuk (energi, sumber daya dsb) dan mempertahankan usaha itu agar tetap bertahan membutuhkan suatu perilaku yang bertujuan jelas. Berwirausaha juga membutuhkan ketangguhan, karena potensi untuk mengalami kegagalan juga relatif tinggi, maka dari itu dibutuhkan suatu HERO dalam berwirausaha, sehingga individu lebih siap dihadapkan pada masalah, tantangan dapat bertahan dan bangkit kembali, bahkan lebih dalam meraih kesuksesan.
  • 12. DAFTAR PUSTAKA Ayala, J. C., & Manzano, G. (2014). The resilience of the entrepreneur. Influence on the success of the business. A longitudinal analysis. Journal of Economic Psychology, 42, 126–135. http://doi.org/10.1016/j.joep.2014.02.004 Bullough, A., & Renko, M. (2013). Entrepreneurial resilience during challenging times. Business Horizons, 56(3), 343–350. http://doi.org/10.1016/j.bushor.2013.01.001 Bullough, A., Renko, M., & Myatt, T. (2014). Danger zone entrepreneurs: The importance of resilience and self-efficacy for entrepreneurial intentions. Entrepreneurship: Theory and Practice, 38(3), 473–499. http://doi.org/10.1111/etap.12006 Hobfoll, S. E., Stevens, N. R., & Zalta, A. K. (2004). Expanding the Science of Resilience: Conserving Resources in the Aid of Adaptation. Bonanno, 7965(June), 174–180. http://doi.org/10.1080/1047840X.2015.1002377 Luthans, F., Youssef, C. M., & Avolio, B. J. (2007). Psychologycal capital : developing the human competitive edge. New York : Oxford University Press Przepiorka, A. M. (2016). Psychological Determinants of Entrepreneurial Success and Life- Satisfaction. Current Psychology, 1–12. http://doi.org/10.1007/s12144-016-9419-1 Shane, Scott Andrew. (2003). A General Theory of Entrepreneurship: The Individual- opportunity Nexus. (New Horizons in Enterpreneurship Series) Shepherd, D. A., & Patzelt, H. (2015). The “heart” of entrepreneurship: The impact of entrepreneurial action on health and health on entrepreneurial action. Journal of Business Venturing Insights, 4, 22–29. http://doi.org/10.1016/j.jbvi.2015.08.001 Yang, Y., & Danes, S. M. (2015). Resiliency and Resilience Process of Entrepreneurs in New Venture Creation. Entrepreneurship Research Journal, 5(1), 1–30. http://doi.org/10.1515/erj-2013-0076