SlideShare a Scribd company logo
Prodi D.IV Kebidanan
Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan
1
1
KALA II PERSALINAN
 120 Menit
PENDAHLUAN
Modul ini menguraikan berbagai proses yang terjadi selama kala II persalinan dan
asuhan yang diperlukan untuk memandu kelancaran proses tersebut. Proses-proses
fisiologis yang terjadi mulai dari adanya gejala dan tanda kala II dan berakhirnya dengan
lahirnya bayi. Penolong persalinan, selain diharapkan mampu untuk memfasilitasi berbagai
proses tersebut, juga terampil dalam mencegah terjadinya berbagai penyulit, mengenali
gangguan atau komplikasi sejak tahap yang paling dini, dan menatalaksana atau merujuk
ibu bersalin secara adekuat dan tepat waktu (Affandi, 2007).
Pada kala II, his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2-3 menit sekali.
Karna biasanya dalam kala ini kepala janin sudah masuk diruang panggul, maka saat his
pada otot-otot dasar panggul yang secara refleks menimbulkan rasa ingin mengedan. Ibu
bersalain juga merasakan tekanan pada rektum yang menimbulkan perasaan ingin defekasi
(Lailiyana, 2011).
Prodi D.IV Kebidanan
Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan
2
2
TUJUAN PEMBELAJARAN
Berdasarkan Pendahuluan yang dijabarkan diatas maka didapatkan tujuan
modul ini yaitu sebagai berikut ini :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian kala II
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang perubahan fisiologis kala II
3. Mahasiswa mampu menyebutkan tanda dan gejala kala II
4. Mahasiswa mampu mengetahui asuhan pada kala II
5. Mahasiswa mampu mengetahui tanda bahaya kala II
6. Mahasiswa mampu mengetahui deteksi adanya dini penyulit kala II
7. Mahasiswa mampu berfikir kritis clinical judgement atau keputusan klinik
dan problem solving ( pemecahan masalah) kala II
8. Mahasiswa mampu menjelaskani induksi persalinan
9. Mahasiswa mampu menjelaskan IMD
10.Mahasiswa mampu melakukan tindakan anastesi dan episiotomi
11.Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan persalinan normal
Prodi D.IV Kebidanan
Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan
3
3
URAIAN MATERI
A. PENGERTIAN KALA II
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi (Affandi,
2007).
Persalinan kala II ditegakkan dengan melakuakn pemeriksaan dalam untuk
memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepala janin sudah tampak di vulva dengan
diameter 5-6 cm (Saifudin, 2002).
Kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan
mengedan mendorong janin keluar hingga lahir (Mochtar, 1998).
B. PERUBAHAN FISIOLOGI KALA II
Adapun perubahan fisiologi yang terjadi pada KALA II persalinan yaitu antara lain:
1. Kontraksi, dorongan otot-otot dinding rahim
Kontraksi uterus pada kala II mempunyai sifat tersendiri. Kontraksi ini
menimbulkan rasa nyeri, rasa sakit dari fundus merata keseluruh uterus sampai
berlanjut kepunggung bawah. Pada awal persalinan kontraksi uterus terjadi selama
15-20 detik dan pada saat memasuki fase aktif kontraksi akan meningkat menjadi
45-90 detik.
2. Uterus
Terjadi perubahan pada bagian uterus yaitu :
a. Bagian atas rahim apabila berkontraksi akan teraba keras saat berkontraksi
b. Pemendekan segmen bawah uterus
c. Pada keadaan kontraksi uterus inkoordinasi akan membentuk cincin retraksi
patologis yang dinamakan cincin bandl.
d. Bentuk uterus menjadi oval dan bertambah panjang 5-10 cm karena adanya
pergerakan tubuh janin yang semula membungkuk menjadi tegap.
Prodi D.IV Kebidanan
Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan
4
4
3. Perubahan ligamentum rotundum
Pada saat kontraksi uterus ligamentum rotundum yang mengandung otot-otot polos
ikut berkontraksi sehingga ligamentum rotundum menjadi pendek.
4. Effacment dan dilatasi serviks
Effacment merupakan pemendekan / pendataran ukuran dari panjang kanalis
servikalis. Ukuran kanalis servikalis yang normal adalah 2-3 cm, ketika terjadi
effacment ukuran panjang kanalis servikalis menjadi semakin pendek dan akhirnya
sampai hilang. Dilatasi adalah pembesaran ukuran Ostium Uteri Interna (OUI) yang
kemudian disusul dengan pembesaran ukuran Ostium Uteri Eksterna pembesaran
ini berbeda antara primigravida dan multigravida karna pada multigravida OUI
sudah sedikit membuka (M3, 2014).
5. Tekanan darah
Tekanan darah dapat meningkatkan lagi 15 sampai 25 mm Hg selama kontrasi kala
II. Upaya mendorong pada ibu juga mempengaruhi tekanan darah, menyebabkan
tekanan darah meningkat dan kemudian menurun dan pada akhirnya berada sedikit
berada diatas normal. Oleh karna itu, diperlukan evaluasi tekanan darah, dengan
cermat di antara kontraksi. Rata-rata peningkatan tekanan darah 10 mm Hg di
antara kontraksi ketika wanita telah mendorong merupakan hal normal.
6. Metabolisme
Peningkatan metabolisme yang terus menerus berlanjut sampai kala II disertai
uapaya mendorong pada ibu menambah aktifitas otot-otot rangka untuk
memperbesar peningkatan metabolisme.
7. Denyut nadi
Frekuensi denyut nadi ibu bervariasi pada tiap kali upaya mendorong. Secara
keseluruhan, frekuensi nadi meningkat selama kala II persalinan disertai takikardi
yang nyata ketika mencapai puncak pada saat kelahiran.
8. Suhu
Peningkatan suhu tertinggi terjadi pada saat kelahiran dan segera setelahnya.
Peningkatan normal adalah 1-20 F (0,5-10 C).
Prodi D.IV Kebidanan
Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan
5
5
9. Perubahan gastrointestinal
Penurunan motilitas lambung dan absorbsi yang hebat berlanjut sampai kala II.
Biasanya mual dan muntah pada transisi mereda selama kala II persalinan, tetapi
dapat terus ada pada beberapa wanita. Muntah, ketika terjadi, normalnya hanya
sekali. Muntah yang konstan dan menetap kapan saja selama persalinan merupakan
hal yang abnormal dan mungkin merupakan indikasi komplikasi obstetrik, seperti
ruptur uterus atau toksemia (Varney, 2007).
C. TANDA DAN GEJALA KALA II
Berikut ini merupakan tanda dan gejala yang terjadi pada kala II persalinan
1. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
2. Perinuem menonjol
3. Ibu kemungkinan merasa ingin buang air besar karena meningkatnya tekanan pada
rektum dan atau vaginanya.
4. Vulva, vagina, dan sfingter anus membuka.
5. Jumlah pengeluaran lendir, darah, dan air ketuban meningkat (Lailiyana, 2011).
Tanda pasti kala II ditentukan melalui priksa dalam (informasi obyektif) yang hasilnya
adalah:
1. Pembukaan serviks lengkap atau
2. Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina (Afandi, 2007).
D. ASUHAN PADA KALA II
Asuhan sayang ibu dalam kala II yang dapat diberikan meliputi :
1. Melibatkan ibu dan keluarga dalam membuat keputusan
2. Mehadirkan pendamping persalinan
3. Menjaga privasi ibu
4. Sentuhan, jika diperlukan
5. Menghindari intervensi yang tidak perlu
6. Memberitahu ibu dan keluarga tentang keadaannya.
7. Memberi tahu ibu setiap akan melakukan prosedur dan hasilnya
8. Penentuan posisi meneran (Lailiyana, 2011).
Prodi D.IV Kebidanan
Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan
6
6
Pada saat pengeluaran atau kelahiran perhatikan hal-hal berikut:
1. Posisi ibu saat melahirkan
2. Cegah terjadinya laserasi atau trauma
3. Proses melahirkan kepala
4. Memeriksa lilitan tali pusat pada leher bayi
5. Proses melahirkan bahu
6. Proses melahirkan tubuh bayi (Lailiyana, 2011).
E. TANDA BAHAYA KALA II
Berikut ini merupakan tanda bahaya yang terjadi pada kala II persalinan
1. Sistol kurang dari 90 mmHg, diastol lebih dari 90mmHg
Cara mengatasinya
a. Minta pasien untuk duduk senyaman mungkin, lakukan pemeriksaan kembali
setelah satu jam.
b. Apabila hasil normal kembali setelah 1 jam, lakukan pemeriksaan ulang.
Lakukan juga pemeriksaan tanda dan gejala bahaya lainnya.
c. Jika setelah 1 jam pemeriksaan ulang dan hasil tetap, lakukan rujukan.
2. Suhu lebih dari 38o C
Cara mengatasinya
a. Apabila panas tidak disertai tanda laiinya; berikan hidrasi dengan memesang
infus, berikan antibiotik, dan lakukan kompres untuk menurunkan panas.
b. Apabila panas disertai bau yang tidak enak dari vagina, berikan tindakan yang
sama dan lakukan rujukan.
3. Nadi kurang dari 90x permenit atau lebih dari 100x permenit
Cara mengatasinya
a. Lakukan hidrasi.
b. Apabila kondisi tidak membaik, rujuk pasien.
4. Pengeluaran air ketuban dengan mekonium. Pengeluaran air ketuban berwarna
merah. Pengeluaran air ketuban berbau
Prodi D.IV Kebidanan
Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan
7
7
Cara pencegahannya
a. Anjurkan pasien miring kiri
b. Dengarkan DJJ pada saat dan diantara kontraksi 30 menit
c. Apabila DJJ normal, mekonium hanya merupakan tanda kematangan janin dan
tidak ada tanda fetal distres.
d. Apabila DJJ abnormal, kemudian lakukan rujukan dengan memberikan oksigen.
e. Persiapan asistensi dan resusitasi bayi baru lahir.
f. Apabila berwarna merah lakukan hidrasi dan lakukan rujukan.
g. Apabila berbau, beri antibiotik dan lakukan rujukan.
5. DJJ kurang dari 100x permenit, lebih dari 180x permenit
Cara mengatasinya
a. Dengarkan DJJ setelah 3 kontraksi.
b. Apabila DJJ abnormal setelah penghitungan 3 kontraksi, berikan oksigen 4-6
lt/mnt.
c. Dengarkan DJJ berikutnya setelah 3 kontraksi, apabila hasil masih abnormal
lakukan rujukan dengan tetap memberi oksigen.
d. Apabila terjadi pada saat persalinan, lakukan episiotomi dan vakum rendah
dengan syarat kepala lebih dari skala 0 atau lebih dari 2/5 per palpasi.
e. Apabila kondisi tidak memungkinkan, lakukan rujukan dengan menyiapkan
asisten melakukan resusitasi bayi
6. Tidak mengalami peningkatan yang signifikan atas kemajuan persalinan
Cara mengatasinya
a. Observasi keadaan umum pasien, dengarkan DJJ tiap 15 menit
b. Beri pendampingan dan perhatikan keadaan fisikologi dan emosional pasien
c. Beri cukup kalori dan hidrasi
7. Kontraksi tidak adekuat
Cara mengatasinya
a. Apabila tercium bau keton, berikan pasien 1 L jus atau minuman lain peroral
b. Apabila pasien tidak dapat minum langsung, pasang infus dengan cairan
dektrose 55 dalam ½ kolf NaCl dalam 1 jam
c. Apabila setelah 1 jam tidak ada perbaikan, rujuk pasien
Prodi D.IV Kebidanan
Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan
8
8
8. Tidak ada gerakan janin
Cara mengatasinya
a. Palpasi abdomen untuk merasakan gerakan janin.
b. Tanyakan pasien apakah iya menggunakan obat sedatif.
c. Apabila pasien menggunakan sedatif, lakukan pemeriksaan ulang setelah efek
obat hilang (Sulistyawati, 2010).
F. DETEKSI DINI PADA KALA II
1. Tali Pusat Menumbung
a. Tanda dan gejala
Teraba tali pusat saat pemeriksaan dalam
b. Manajemen
1) Bila DJJ + rujuk degan posisi terlentang dan kepala janin ditahan oleh 2 jari
penolong dari dalam vagina atau
2) Ibu dengan posisi sujud bokong lebih tinggi dari kepala
3) Bila DJJ – beritahu ibu / keluarga tentang kondisinya dan penatalaksananya
sesuai persalinan kala I
2. Perubahan Dan Pola Denyut Jantung Janin
a. Tanda dan gejala
1) DJJ kurang dari 120 atau lebih dari 160X/Menit, mulai waspada tanda awal
gawat janin.
2) DJJ kurang dari 100 atau lebih dari 189 X/menit
b. Manajemen
1) Pantau DJJ tiap 15 menit
2) Beri O2
3) Ubah posisi ibu dengan miring kekiri
4) Periksa adanya prolap tali pusat
5) Pastikan lama persalinan yang diharapkan
6) Bila tidak ada perbaikan rujuk
Prodi D.IV Kebidanan
Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan
9
9
3. Kelelahan Maternal
a. Tanda dan gejala
1) Ibu tampak lemah
2) Apatis
3) Dehidrasi
4) Dehidrasi
5) Suhu dan nadi meningkat
b. Manajemen
1)Pencegahan adalah cara yang terbaik
2)Koreksi ketidak seimbangan cairan/elektrolit
3)Rujuk bila keadaan menurun
4. Distosia Bahu
Adalah kepala janin telah dilahirkan tetapi bahu tersangkut tidak dapat dilahirkan.
Ditandai dengan tidak adanya putaran paksi kepala bayi,kepala bayi keluar namun
kemudian tertarik kembali kedalam vagina,dan bahu bayi tidak lahir.
5. Disproporsi Sefalopelvik
Adaah ketidak seimbangnya antara ukuran bayi dengan ukuran panggul sehingga
terjadi partus macet
6. Partus Macet
Adalah tidak ada kemajuan pada kala II dalam hal :
1) Penurunan bagian bawah janin
2) Putaran paksi dalam
3) His adekuat
G. BERFIKIR KRITIS CLINICAL JUDGEMENT (KEPUTUSAN KLINIK ) DAN
PROBLEM SOLVING (PEMECAHAN MASALAH KALA II )
1. Membuat kepututan klinik
Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang akan
digunakan untuk merencanakan arahan bagi ibu dan bayi baru lahir.
Prodi D.IV Kebidanan
Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan
10
10
Ada 4 langkah proses pengambilan keputusan klinik, yaitu :
a. Pengumpulan data
Penolong persalinan mengumpulkan data subjektif dan data objektif dari
klien. Data subjektif adalah informasi yang diceritakan ibu tentang apa yang
dirasakan, apa yang sedang dialami dan apa yang telah dialami, termasuk
informasi tambahan dari anggota keluarga tentang status ibu. Data objektif
adalah informasi yang dikumpulkan berdasarkan pemeriksaan / pengantar
terhadap ibu atau bayi baru lahir.
Cara mengumpulkan data, yaitu :
1) Berbicara dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang kondisi ibu dan
riwayat perjalanan penyakit.
2) Mengamati tingkah laku ibu apakah terlihat sehat atau sakit, nyaman atau
terganggu (kesakitan).
3) Melakukan pemeriksaan fisik.
4) Melakukan pemeriksaan tambahan lainnya bila perlu, misalnya pemeriksaan
laboratorium.
b. Diagnosis
Membuat diagnosa secara tepat dan cepat setelah data dikumpulkan dan
dianalisa. Pencarian dan pengumpulan data untuk diagnosis merupakan proses
sirkuler (melingkar) yang berlangsung secara terus-menerus bukan proses linier
(berada pada satu garis lurus).
Diagnosis terdiri atas diagnosis kerja dan diagnosis defenitif. Diagnosis kerja
diuji dan dipertegas atau dikaji ulang berdasarkan pengamatan dan temuan yang
diperoleh secara terus-menerus. Setelah dihasilkan diagnosis defenitif barulah
bidan dapat merencanakan penataksanaan kasus secara tepat.
Untuk membuat diagnosa :
1) Pastikan bahwa data-data yang ada dapat mendukung diagnosa.
2) Mengantisipasi masalah atau penyulit yang mungkin terjadi setelah
diagnosis defenitif dibuat.
3) Memperhatikan kemungkinan sejumlah diagnosa banding atau diagnosa
ganda.
Prodi D.IV Kebidanan
Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan
11
11
c. Penatalaksanaan asuhan atau perawatan
Rencana penatalaksanaan asuhan dan perawatan disusun setelah data
terkumpul dan diagnosis defenitif ditegakkan. Setelah membuat rencana
asuhan, laksanakan rencana tersebut tepat waktu dan mengacu pada
keselamatan klien.
Pilihan intervensi efektif dipengaruhi oleh :
1) Bukti-bukti klinik
2) Keinginan dan kepercayaan ibu
3) Tempat dan waktu asuhan.
4) Perlengkapan, bahan dan obat-obatan yang tersedia
5) Biaya yang diperlukan
6) Tingkat keterampilan dan pengalaman penolong persalinan
7) Akses , transportasi, dan jarak ke tempat rujukan
8) Sistem dan sumber daya yang mendukung ibu (suami, anggota keluarga
sahabat).
d. Evaluasi
Penatalaksanaan yang telah dikerjakan harus dievaluasi untuk menilai tingkat
efektivitasnya. Tentukan apakah perlu dikaji ulang atau diteruskan sesuai
dengan kebutuhan saat itu atau kemajuan pengobatan. Jadi proses pengumpulan
data, membuat diagnosa, penatalaksanaan intervensi atau tindakan dan evaluasi
merupakan proses sirkuler (melingkar) yang saling berhubungan.
H. INDUKSI PERSALINAN
Induksi pesalinan yaitu suatu tindakan yang dilakukan terhadap ibu hamil
yang belum inpartu untuk merangsang terjadinya persalinan. Induksi persalinan terjadi
antara 10% sampai 20% dari seluruh persalinan dengan berbagai indikasi baik dari ibu
maupun dari janinnya (Wing DA, 1999). Indikasi terminasi kehamilan dengan induksi
adalah KPD, kehamilan post term, polyhidramnion, perdarahan antepartum (plasenta
previa, solusio plasenta), riwayat persalinan cepat, kanker, PEB, IUFD (Orge Rost,
1995).
Prodi D.IV Kebidanan
Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan
12
12
Induksi persalinan adalah suatu upaya stimulasi mulainya proses persalinan,
yaitu dari tidak ada tanda-tanda persalinan, kemudian distimulasi menjadi ada dengan
menimbulkan mulas/his. Cara ini dilakukan sebagai upaya medis untuk mempermudah
keluarnya bayi dari rahim secara normal.
Indikasi-indikasi yang penting ialah postmaturitas dan hipertensi pada
kehamilan lebih dari 37 minggu. Untuk dapat melakukan induksi persalinan perlu
dipenuhi beberapa kondisi, diantaranya :
1. Hendaknya serviks uteri sudah “matang”, yaitu serviks sudah mendatar dan menipis
dan sudah dapat dilalui oleh sedikitnya 1 jari, sumbu serviks menghadap ke depan.
2. Tidak ada disproporsi sefalopelvik (CPD)
3. Tidak ada kelainan letak janin yang tidak dapat dibetulkan
4. Sebaiknya kepala janin sudah mulai turun ke dalam rongga panggul.
Apabila kondisi-kondisi ini tidak dipenuhi, maka induksi persalinan mungkin
tidak memberi hasil yang diharapkan.
a. Indikasi Dan Kontra Indikasi
1) Indikasi induksi persalinan bisa berasal dari anak atau dari ibu. Indikasi yang
berasal dari ibu adalah :
a) Kelainan hipertensi pada kehamilan,
Gangguan hipertensi pada awal kehamilan disebabkan oleh berbagai
keadaan, dimana terjadi peningkatan tekanan darah maternal disertai risiko
yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan janin. Preeklamsi, eklamsia, dan
hipertensi sementara merupakan penyakit hipertensi dalam kehamilan, sering
disebut dengan pregnancy-induced hypertensio (PIH). Hipertensi kronis
berkaitan dengan penyakit yang sudah ada sebelum hamil.
b) Diabetes
Wanita diabetik yang hamil memiliki risiko mengalami komplikasi. Tingkat
komplikasi secara langsung berhubungan dengan kontrol glukosa wanita
sebelum dan selama masa kehamilan dan dipengaruhi oleh komplikasi
diabetic. Diabetes yang diikuti dengan komplikasi lain seperti makrosomia,
Prodi D.IV Kebidanan
Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan
13
13
preklamsia, atau kematian janin, pengakhiran kehamilan lebih baik dilakukan
dengan induksi atau operasi caesar.
c) Perdarahan Antepartum
Perdarahan antepartum yang bisa dilakukan induksi persalinan adalah solusio
plasenta dan plasenta previa lateralis. Solutio plasenta adalah terlepasnya
plasenta yang lepasnya normal pada korpus uteri sebelum janin lahir.
Perdarahan yang terjadi karena terlepasnya plasenta dapat tersembunyi di
belakang plasenta menembus selaput ketuban, masuk ke dalam kantong
ketuban. Nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yang lepas. Apabila
sebagian besar atau seluruhnya terlepas, anoksia akan mengakibatkan
kematian janin. Apabila sebagian kecil yang lepas, mungkin tidak
berpengaruh sama sekali atau mengakibatakan gawat janin. Solusio placenta
juga dapat mnyebabkan renjatan pada ibu. Untuk solusio plasenta yang
sedang atau berat.
2) Indikasi yang berasal dari anak antara lain :
a) Kehamilan lewat waktu (penelitian dilakukan oleh peneliti kehamilan lewat
waktu di Kanada pada ibu yang mengalami kehamilan lewat dari 41 minggu
yang diinduksi dengan yang tidak diinduksi, hasilnya menunjukkan angka
seksio sesaria pada kelompok yang diinduksi lebih rendah dibandingkan
dengan kelompok yang tidak diinduksi). Permasalahan kehamilan lewat
waktu adalah plasenta tidak mampu memberikan nutrisi dan pertukaran
CO2/O2 sehingga janin mempunyai risiko asfiksia sampai kematian dalam
rahim.
Makin menurunya sirkulasi darah menuju sirkulasi plasenta dapat
mengakibatkan :
(1)Pertumbuhan janin makin melambat
(2)Terjadi perubahan metabolisme janin.
(3)Air ketuban berkurang dan makin kental.
(4)Saat persalinan janin lebih mudah mengalami asfiksia.
Prodi D.IV Kebidanan
Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan
14
14
Risiko kematian perinatal kehamilan lewat waktu bisa menjadi tiga kali
dibandingkan dengan kehamilan aterm. Ada komplikasi yang lebih sering
menyertainya seperti; letak defleksi, posisi oksiput posterior, distosia bahu
dan pendarahan postpartum.
b) Ketuban pecah dini, Ketika selaput ketuban pecah, mikroorganisme dari
vagina dapat masuk ke dalam kantong amnion. . Untuk itu perlu ditentukan
ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi antara lain bila suhu ibu ≥38°C.
Janin yang mengalami takikardi, mungkin mengalami infeksi intrauterin.
Yang ditakutkan jika terjadi ketuban pecah dini adalah terjadinya infeksi
korioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas
perinatal dan menyebabkan infeksi ibu. Untuk itu jika kehamilan sudah
memasuki aterm maka perlu dilakukan induksi.
c) Kematian janin dalam rahim.
d) Restriksi pertumbuhan intrauteri, Bila dibiarkan terlalu lama dalam
kandungan diduga akan berisiko/ membahayakan hidup janin/kematian janin.
e) Isoimunisasi dan penyakit kongenital janin yang mayor, Kelainan kongenital
mayor merupakan kelainan yang memberikan dampak besar pada bidang
medis, operatif, dan kosmetik serta yang mempunyai risiko kesakitan dan
kematian tinggi, misalnya : anensefalus, hidrosefalus, hidronefrosis, hidrops
fetalis.
3) Kontraindikasi
Kontraindikasi absolut adalah :
a) Disproposi sefalopelvik absolute
b) Gawat janin
c) Plasenta previa totalos
d) Vasa previa
e) Presentasi abnormal
f) Riwayat seksio sesaria klasik sebelumnya
g) Presentasi bokong
Prodi D.IV Kebidanan
Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan
15
15
4) kontraindikasi yang sifatnya relatif adalah :
a) Perdarahan antepartum
b) Grande multiparitas
c) Riwayat seksio sesaria sebelumnya (SSTP)
d) Malposisi dan malpresentasi
5) Komplikasi
Menurut Rustam (1998), komplikasi induksi persalinan adalah :
a) Terhadap Ibu
(1) Kegagalan induksi.
(2) Kelelahan ibu dan krisis emosional.
(3) Inersia uteri partus lama.
(4) Tetania uteri (tamultous lebar) yang dapat menyebabkan solusio plasenta,
ruptura uteri dan laserasi jalan lahir lainnya.
(5) Infeksi intra uterin.
b) Terhadap janin
(1) Trauma pada janin oleh tindakan.
(2) Prolapsus tali pusat.
(3) Infeksi intrapartal pada janin
Komplikasi induksi persalingan dengan pemberian oksitosin dalam infus
intravena dengan pemecahan ketuban cukup aman bagi ibu apabila syarat-
syarat seperti disebut diatas dipenuhi. Kematian perinatal lebih tinggi
daripada persalinan spontan, akan tetapi hal ini mungkin dipengaruhi oleh
keadaan yang menjadi indikasi untuk melakukan induksi persalinan.
Kemungkinan bahwa induksi persalinan gagal, dan perlu dilakukan seksio
sesaria, harus selalu diperhitungkan.
6) Komplikasi induksi persalinan yang mungkin terjadi diantaranya adalah :
a) Adanya kontraksi rahim yang berlebihan. Itu sebabnya induksi harus
dilakukan dalam pengawasan yang ketat dari dokter yang menangani. Jika ibu
merasa tidak tahan dengan rasa sakit yang ditimbulkan, biasanya proses
induksi dihentikan dan dilakukan operasi Caesar. Kontraksi yang dihasilkan
oleh uterus dapat menurunkan denyut jantung janin.
Prodi D.IV Kebidanan
Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan
16
16
b) Janin akan merasa tidak nyaman sehingga dapat membuat bayi mengalami
gawat janin (stress pada bayi). Itu sebabnya selama proses induksi
berlangsung, penolong harus memantau gerak janin. Bila dianggap terlalu
berisiko menimbulkan gawat janin, proses induksi harus dihentikan.
c) Dapat merobek bekas jahitan operasi caesar. Hal ini bisa terjadi pada yang
sebelumnya pernah dioperasi caesar, lalu menginginkan kelahiran normal.
d) Emboli. Meski kemungkinannya sangat kecil sekali namun tetap harus
diwaspadai. Emboli terjadi apabila air ketuban yang pecah masuk ke
pembuluh darah dan menyangkut di otak ibu, atau paru-paru. Bila terjadi,
dapat merenggut nyawa ibu seketika.
e) bisa mengalami ikterus neonatorum dan aspirasi air ketuban.
f) Infeksi dan rupture uterus juga merupakan komplikasi yang terjadi pada
induksi persalinan walaupun jumlahnya sedikit.
I. INISIASI MENYUSU DINI (IMD)
1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Inisiasi menyusu dini adalah program yang sedang dianjurkan pemerintah pada bayi
baru lahir, untuk segera menyusu sendiri pada ibunya dengan cara meletakkan bayi
pada dada ibu, dan biarkan merayap untuk mencari puting susunya sendiri. Untuk
melakukan program ini, harus dilakukan langsung setelah lahir, tidak boleh ditunda
dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi.(15)
Prinsip menyusu/pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin dan secara
eksklusif. Segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi
tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu, biarkan kontak kulit
ke kulit ini menetap selama setidaknya 1 jam bahkan lebih, sampai bayi dapat
menyusui sendiri. Apabila ruang bersalin dingin, bayi diberi topi dan Protokol
evidence based baru yang telah diperbaharui oleh WHO dan UNICEF mengenai
asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama menyatakan sebagai berikut :
a. Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit dengan ibunya segera setelah
lahir selama paling sedikit satu jam.
b. Bayi harus dibiarkan untuk melakukan inisiasi menyusu dan ibu dapat mengenali
bahwa bayinya siap untuk menyusu, serta memberi bantuan jika diperlukan.
Prodi D.IV Kebidanan
Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan
17
17
c. Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada bayi baru lahir
hingga inisiasi menyusu selesai dilakukan, prosedur tersebut seperti: memandikan,
menimbang, pemberian vitamin K, obat tetes mata, dan lain-lain.
2. Faktor-Faktor Pendukung Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Kesiapan fisik dan psikologi ibu yang sudah dipersiapkan sejak awal kehamilan :
a. Informasi yang diperoleh ibu mengenai Inisiasi Menyusu Dini.
b. Tempat bersalin dan tenaga kesehatan.(16)
3. Lima Tahapan Perilaku (Pre-Feeding Behaviour) Sebelum Bayi Berhasil Menyusu
Bayi baru lahir yang mendapatkan kontak kulit ke kulit segera setelah lahir, akan
melalui lima tahapan perilaku sebelum ia berhasil menyusu
4. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Yang Dianjurkan
Langkah-langkah melakukan inisiasi menyusu dini yang dianjurkan :
a. Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering.
b. Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua
tangannya.
c. Tali pusat di potong lalu diikat.
d. Vernix (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan
karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.
e. Tanpa digendong, bayi langsung ditengkurapkan di dada atau perut ibu dengan
kontak kulit bayi dan kulit ibu. Jika perlu, bayi diberi topi untuk mengurangi
pengeluaran panas dari kepalanya.(16)
5. Prosedur dan Gambaran Proses IMD
Berikut ini adalah tahap-tahap inisiasi menyusu dini :
a. Tempatkan bayi di atas perut ibunya dalam 1 jam pertama tanpa pembatas kain di
antara keduanya (skin to skin contact), lalu selimuti ibu dan bayi dengan selimut
hangat. Posisi bayi dalam keadaan tengkurap.
b. Setelah bayi stabil dan mulai beradaptasi dengan lingkungan luat uterus, ia akan
mulai mencari puting susu ibunya.
c. Hembusan angin dan panas tubuh ibu akan memancarkan bau payudara ibu,
secara insting bayi akan mencari sembur bau tersebut.
Prodi D.IV Kebidanan
Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan
18
18
d. Dalam beberapa menit bayi akan merangkak ke atas dan mencari serta
memegang puting susu ibunya, selanjutnya ia akan mulai menghisap.
e. Selama periode ini tangan bayi akan memasase payudara ibunya dan selama itu
pula refleks pelepasan hormon oksitosin ibu akan terjadi.
f. Ingat, selama periode ini bidan tidak boleh meninggalkan ibu dan bayi sendirian.
Tahap ini sangat penting karena bayi dalam kondisi siaga penuh. Bidan harus
menunda untuk memandikan bayi, melakukan pemeriksaan fisik, maupun
prosedur lain.(2)
6. Pendapat Yang Menghambat Kontak Dini Kulit Dengan Kulit Bayi Baru Lahir
a. Bayi kedinginan.
b. Ibu lelah setelah melahirkan.
c. Kurang tersedia tenaga kesehatan.
d. Ibu harus dijahit.
e. Bayi perlu diberi Vitamin K dan tetes mata segera.
f. Bayi harus segera dibersihkan, ditimbang dan diukur.
g. Bayi kurang ‘alert’.
h. Kolostrum tidak keluar, tidak cukup, tidak baik, bahkan bahaya untuk bayi.
i. Suhu kamar bersalin, kamar operasi harus dingin dan biasanya AC sentral.
j. Tenaga kesehatan belum sependapat tentang pentingnya kesempatan inisiasi
menyusu dini pada bayi lahir dengan Operasi Caesar.(16)
7. Faktor-Faktor Yang Menghambat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Pada Persalinan
Normal
Beberapa hal yang dapat menghambat keberhasilan program IMD pada pasien
dengan persalinan normal tersebut, antara lain :
a. Kondisi ibu yang masih lemah (bagi ibu post partum normal, dalam kondisi
kelemahan ini, ibu tidak mampu untuk melakukan program IMD).
b. Ibu lebih cenderung suka untuk beristirahat saja dari pada harus kesulitan
membantu membimbing anaknya untuk berhasil melakukan program IMD.
8. Akibat Kegagalan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
a. Kegagalan inisiasi menyusu dini tersebut akan berpengaruh pada produksi ASI
ibu.
Prodi D.IV Kebidanan
Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan
19
19
b. Hal ini disebabkan karena hormon oksitosin yang berpengaruh pada produksi
ASI ibu akan dilepaskan jika dipacu dengan isapan bayi pada puting ibu saat
menyusui.
c. Sementara itu, bayi tetap membutuhkan ASI sebagai nutrisi dan juga
menigkatkan imunitas tubuhnya.
d. Jika tida tejadi keseimbangan antara produksi ASI ibu denag kebutuhan ASI yang
diperlukan oleh bayi, maka akan berakibat kegagalan program ASI eksklusif 6
bulan pada bayi.
9. Berbagai Hal Yang Berkaitan Dengan Penyebab ASI Berkurang dan Cara Untuk
Meningkatkan Jumlah ASI
a. Penyebab ASI berkurang, antara lain rasa khawatir, stress, rasa nyeri dan rasa
keraguan pada ibu yang berlebih.
b. ASI berkurang bida disebabkan juga karena :
1) Bayi tidak langsung disusui.
2) Asi tidak diperah.
3) Jika payudara tetap penuh, maka terbentuk PIF (Prolacting Inhibiting Fakor),
yang merupakan zat yang menghentikan pembentukan ASI.
c. Cara menigkatkan jumlah ASI, antara lain :
1) Ibu dianjurkan untuk berfikir dengan penuh kasih sayang terhadap bayi.
2) Suara bayi.
3) Kehadiran bayi.
4) Rasa percaya diri.(16)
J. ANASTESI DAN EPISIOTOMI
1. Anastesi
Tindakan anestesi adalah tindakan medis yang dilakukan oleh dokter spesialis
anestesi dan atau perawat anestesi di kamar operasi pada pasien yang akan menjalani
pembedahan
a. Memberikan kenyamanan dan keamanan pada pasien yang sedang menjalani
pembedahan.
Prodi D.IV Kebidanan
Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan
20
20
b. Memberikan kenyamanan kepada dokter bedah dalam melakukan tindakan
pembedahan.
c. Mengembalikan fungsi fisiologis pasien setelah menjalani pembedahan seperti saat
sebelum menjalani pembedahan.
Dokter spesialis anestesi bertugas :
a. Melakukan pemeriksaan pada pasien sebelum menjalani program pembedahan
melalui kunjungan pre-operasi atau konsultasi yang dilakukan oleh dokter spesialis
anestesi.
b. Melakukan tindakan perbaikan atau konsultasi ke bagian lain jika ditemukan hal
yang dianggap belum layak pada pasien untuk menjalani pembedahan.
c. Menentukan tehnik anestesi yang terpilih pada pasien yang akan menjalani
pembedahan dengan mengutamakan keamanan dan kenyamanan pada pasien.
d. Melakukan tindakan anestesi sesuai dengan prosedur tetap.
e. Memberikan pengawasan dan bimbingan kepada perawat anestesi secara
berkesinambungan.
f. Senantiasa menambah dan mengembangkan keilmuan anestesi melalui pertemuan
ilmiah secara berkala dan berkesinambungan.
Pelimpahan wewenang perawat anestesi bertugas :
a. Melakukan persiapan alat dan obat-obatan yang akan dipergunakan untuk tindakan
anestesi pada pasien yang akan menjalani pembedahan di kamar operasi.
b. Melakukan tindakan anestesi sesuai prosedur tetap atas petunjuk yang diberikan
oleh dokter spesialis anestesi.
c. Melakukan pengawasan atau monitoring pasien selama menjalani tindakan
pembedahan.
d. Melakukan upaya resusitasi dan pengelolaan apabila diperlukan selama pasien
menjalani pembedahan dan pemulihan.
e. Melakukan konsultasi kepada dokter spesialis anestesi setiap akan melakukan
tindakan anestesi.
f. Membuat medical report / pelaporan pada pasien selama menjalani pembedahan.
g. Menambah dan mengembangkan pengetahuan ilmu anestesi yang up to date
melalui kegiatan atau pertemuan ilmiah.
Prodi D.IV Kebidanan
Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan
21
21
Merupakan wewenang dan tanggung jawab dokter anaesthesi yang dibantu oleh
perawat anestesi sesuai dengan bidangnya. Adapun pelayanan anestesi dan reanimasi
yang dilakukan oleh perawat anestesi adalah merupakan pelimpahan wewenang dari
dokter anestesi.
Adanya kesepakatan dalam melaksanakan tindakan medis, keperawatan sesuai
dengan hak dan kewajibannya
a. Melakukan tindakan anaesthesiologi pada pasien yang akan dilakukan operasi baik
di ruang instalasi bedah sentral ataupun emergency.
b. Tindakan perawatan dari persiapan hingga melakukan pengawasan selama pasien
belum sadar secara penuh.
c. Memberikan obat-obatan anestesi bila diperlukan baik dalam persiapan, selama
maupun pasca pembedahan sesuai perintah dokter anestesi.
Prosedur
a. Jika ada dokter spesialis anestesiologi, maka dapat dimintakan instruksi tertulis
serta berikut parafnya.
b. Jika dokter spesialis anestesiologi tidak ada di tempat tetapi masih dapat dijangkau,
maka dapat dimintakan instruksi secara lisan yang kemudian dapat dikonfirmasikan
tertulis berikut paraf.
Jika tidak ada dokter spesialis anestesiologi, maka perawat anestesi mengerjakan
Prodi D.IV Kebidanan
Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan
22
22
sesuai dengan prosedur tetap yang telah disepakati sebelumnya atas perintah tertulis
dari dokter yang melakukan pembedahan. Tanggung jawab berada pada dokter yang
melakukan pembedahan Pencegahan.
2. Episiotomi
Episiotomi ialah insisi dari pireneum untuk untuk memudahkan persalinan
dan mencegah rupture perineum totalis. Pada masa lalu dianjurkan untuk
melakukan episiotomy secara rutin yang tujuannya untuk mencegah robekan
berlebihan pada perineum, membuat tepi luka rata agar mudah dilakukan
penjahitan, mencegah penyulit atau tahanan pada kepala dan infeksi; tetapi hal itu
tidak didukung oleh bukti-bukti ilimiah yang cukup. Sebalinya, hal ini tidak boleh
diartikan bahwa episiotomi tidak diperbolehkan, karena ada indikasi cermat
membaca kata “rutin” pada episiotomi karena hal itulah yang dianjurkan, bukan
episiotominya.
Alasan Untuk Tidak Dilakukannya Episiotomi
a. Jumlah darah yang hilang meningkat dan risiko terjadinya hematomrutin.
b. Kejadian laserasi derajat tiga atau empat lebih banyak terjadi pada episiotomy
rutin daripada tanpa episiotomy.
c. Meningkatnya nyeri pascapersalinan di daerah perineum.
d. Meningkatnya risiko infeksi (terutama jika prosedur PI diabaikan)
Indikasi Episiotomi untuk Mempercepat Proses Kelahiran Bayi Dilakukan jika
Terdapat Hal Berikut
a. Gawat janin dan janin akan segera dilahirkan dengan tindakan.
b. Penyulit kelahiran pervagina misalnya karena bayi sungsang, distosia bahu,
ekstraksi vakum, atau forsep.
c. Jaringan perut pada perineum atau vagina yang memperlambat kemajuan
persalinan.
Prodi D.IV Kebidanan
Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan
23
23
Tujuan episiotomi adalah supaya tidak terjadinya robekan perineum yang tidak
teratur dan robekan pada muskulus sfingter ani (rupture perinea totalis) yang tidak
bisa dijahit dan dirawat dengan baik, karena jika terjadi akan megakibatkan beser
berak (inkontinensia alvi).
Tujuan Tindakan Episiotomi
a. Mempercepat persalinan dengan memperlebar jalan lahir lunak.
b. Mengendalikan robekan perineum untuk mempermudahkan menjahit.
c. Menghindari robekan perineum spontan.
d. Memperlebar jalan lahir pada tindakan persalinan pervagina
Pertimbangan Melakukan Episiotomi
a. Waktu yang tepat melakukan episiotomy
1) Pada waktu puncak his dan pada pasien meneran.
2) Perineum sudah tipis.
3) Lingkar kepala pada perineum sekitar 5 cm.
b. Indikasi Melakukan Episiotomi
1) Hampir pada mayoritas primigravida, tapi evidenced based menyatakan hal
ini dapat dihindari dengan mempertimbangkan elastisitas perineum.
2) Pada multigravida dengan perineum yang kaku.
3) Pada persalinan prematur atau letak sungsang.
Teknik pelaksanaan episiotomi
Episiotomy medialis Episiotomy mediolateralis
a. Mudah dijahit.
b. Anatomis maupun fungsional
sembuh dengan baik.
c. Nyeri dalam nifas tidak terlalu.
d. Dapat menjadi ruptur perineum
totalis.
a. Lebih sulit dijahit.
b. Anatomis maupun fungsional
penyembuhan kurang sempurna.
c. Nyeri pada hari pertama nifas
d. Jarang menjadi ruptur perineum
totalis.
Prodi D.IV Kebidanan
Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan
24
24
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Melakukan Episiotomi
a. Jelaskan pada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan serta tujuannya.
b. Sebelum melakukan episiotomy, berikan anastesi pada perineum terlebih
dahulu karena ini merupakan salah satu dari asuhan sayang ibu.
c. Jangan melakukan episiotomy terlalu dini karena akan menyebabkan
pendarahan. Tunda sampai perineum menipis dan pucat, serta diameter kepala
bayi tampak di vulva 5-6 cm.
d. Arah guntingan adalah mediolateral untuk mengantisipasi terjadinya rupture
perineum totalis.
e. Jangan menggunting perineum sedikit demi sedikit karena akan menyebabkan
luka tidak rata dan menyulitkan penjahitan.
f. Periksa selalu gunting yang digunakan, pastikan selalu dalam keadaan tajam
dan steril.
K. ASUHAN PERSALINAN NORMAL
1. Pengertian APN
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain,
dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
Prodi D.IV Kebidanan
Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan
25
25
Menurut Saifuddin(10), persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
Definisi persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang dimulai secara
spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses
persalinan. Bayi dilahirkan secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada
usia kehamilan antara 37 hingga 42 minggu lengkap. Setelah persalinan ibu maupun
bayi berada dalam kondisi sehat.
2. Tujuan Asuhan Persalinan Normal
Tujuan asuhan persalinan normal adalah tercapainya kelangsungan hidup dan
kesehatan yang tinggi bagi ibu serta bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan
lengkap namun menggunakan intervensi seminimal mungkin sehingga prinsip
keamanan dan kualitas layanan dapat terjaga pada tingkat yang seoptimal mungkin.
pendekatan seperti ini berarti bahwa: dalam asuhan persalinan normal harus ada
alasan yang kuat dan bukti manfaat apabila akan melakukan intervensi terhadap
jalannya proses persalinan yang fisiologis/alamiah.
3. 60 Angkah Persalinan Normal
a. Melihat Tanda Dan Gejala Kala Dua
1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua.
a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan/atau vaginanya.
c) Perineum menonjol.
d) Vulva-vagina dan sfingter anal membuka.
b. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
2) Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial siap digunakan.
Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali
pakai di dalam partus set.
Prodi D.IV Kebidanan
Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan
26
26
3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci kedua tangan
dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan
handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.
5) Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.
6) Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung
tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan kembali di partus
set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengkontaminasi tabung
suntik).
c. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DENGAN JANIN BAIK
7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke
belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air disinfeksi
tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran
ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke
belakang. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang
benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung
tangan tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi, langkah # i)
8) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap.
a) Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap,
lakukan amniotomi.
9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian
melepaskannya dalam eadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti di atas).
10) Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal ( 100 – 180 kali / menit ).
a)Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil
penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.
Prodi D.IV Kebidanan
Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan
27
27
d. MENYIAPKAN IBU & KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES PIMPINAN
MENERAN.
11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu ibu
berada dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya.
 Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan
pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman
persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-temuan.
 Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung
dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu utuk meneran. (Pada saat
ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman).
13) Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran :
 Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinganan untuk meneran
 Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.
 Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (tidak
meminta ibu berbaring terlentang).
 Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
 Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.
 Menganjurkan asupan cairan per oral
 Menilai DJJ setiap lima menit.
 Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam
waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60/menit (1 jam)
untuk ibu multipara, merujuk segera. Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk
meneran.
 Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, menganjurkan ibu untuk
mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di
antara kontraksi.
Prodi D.IV Kebidanan
Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan
28
28
 Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setalah 60
menit meneran, merujuk ibu dengan segera.
e. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI.
14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, meletakkan handuk
bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
15) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.
16) Membuka partus set.
17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
f. MENOLONG KELAHIRAN BAYI
Lahirnya kelapa
18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kelapa bayi
dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi,
membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran
perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir.
 Jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera hisap mulut dan hidung
setelah kepala lahir menggunakan penghisap lendir DeLee disinfeksi tingkat
tinggi atau steril atau bola karet penghisap yang baru dan bersih.
19 Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain atau kasa yang
bersih.
20 Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi,
dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi :
 Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas
kepala bayi.
 Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat dan
memotongnya.
21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan. Lahir
bahu
Prodi D.IV Kebidanan
Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan
29
29
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di masing-
masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya.
Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan kearah keluar hingga bahu anterior
muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas
dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.
Lahir badan dan tungkai
23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada
di bagian bawah ke arah perineum tangan, membiarkan bahu dan lengan posterior
lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat
melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi
saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan
siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.
24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior)
dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat panggung dari kaki
lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.
g. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
25. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu dengan
posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek,
meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan).
26. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian
pusat.
27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan
urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm
dari klem pertama (ke arah ibu).
28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan
memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.
29. Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut
yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka.
Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, mengambil tindakan yang sesuai.
Prodi D.IV Kebidanan
Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan
30
30
30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya
dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.
h. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
Oksitosin
31. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk
menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
32. Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, memberikan suntikan oksitosin 10
unit IM di 1/3 paha kanan atas ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih
dahulu.
Penegangan tali pusat terkendali
34. Memindahkan klem pada tali pusat
35. Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang pubis,
dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan
uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah
bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada
bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang (dorso
kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika
plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, menghentikan penegangan tali pusat dan
menunggu hingga kontraksi berikut mulai.
 Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga
untuk melakukan ransangan puting susu.
Mengluarkan plasenta.
37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat ke
arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurve jalan lahir sambil
meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5 –
10 cm dari vulva.
Prodi D.IV Kebidanan
Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan
31
31
 Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15
menit :
Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung kemih dengan
Menggunakan teknik aseptik jika perlu.
Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.
Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran
bayi.
KEGIATAN
38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan
menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan
hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan
melahirkan selaput ketuban tersebut.
 Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi
atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama.
Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi
atau steril untuk melepaskan bagian selapuk yang tertinggal.
Pemijatan Uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase uterus,
meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).
i. MENILAI PERDARAHAN
40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan
selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban lengkap dan utuh.
Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.
 Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selam 15 detik
mengambil tindakan yang sesuai.
Prodi D.IV Kebidanan
Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan
32
32
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit
laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
j. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN
42. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik. Mengevaluasi
perdarahan persalinan vagina.
43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5 %, membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air
disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.
44. Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau mengikatkan
tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm
dari pusat.
45. Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang berseberangan dengan simpul
mati yang pertama.
46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5 %.
47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Memastikan handuk
atau kainnya bersih atau kering.
48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
k. EVALUASI
49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam :
 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
 Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.
 Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan perawatan yang sesuai
untuk menatalaksanaan atonia uteri.
Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan dengan
anestesia lokal dan menggunakan teknik yang sesuai.
50. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan
memeriksa kontraksi uterus.
51. Mengevaluasi kehilangan darah.
Prodi D.IV Kebidanan
Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan
33
33
52. Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama
satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca
persalinan.
 Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama
pasca persalinan.
 Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
Kebersihan dan keamanan
53. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi
(10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi.
54. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai.
55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi.
Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu memakai pakaian
yang bersih dan kering.
56. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI. Menganjurkan
keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan.
57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan klorin
0,5% dan membilas dengan air bersih.
58. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, membalikkan
bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit.
59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
60. Dokumentasi, melengkapi partograf (halaman depan dan belakang)
Prodi D.IV Kebidanan
Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan
34
34
LATIHAN
1. Ny A melahirkan anak keduanya dibidan Y. Ny A mengalami pembukaan serviks
sudah lengkap (10 cm) dan bayinya lahir dengan selamat dan lancar. Kala apa yang
yang dialami Ny A tersebut?
A. Kala IV C. Kala III E. Persalinan
B. Kala II D. Kala I
2. Saat ini Ny, A melahirkan anak pertamanya di BPM Asiyah dan sedang mengalami
pembukaan lengkap. Perubahan fisiologis yang terjadi pada Ny A tersebut kecuali?
A. kontraksi dorongan otot-otot dinding rahim
B. Perubahan ligamentum rotundum, Effacment dan dilatasi serviks
C. Tekanan darah
D. Denyut nadi
E. Perubahan payudarah
3. Ny D saat ini sedang melahirkan anak ke tiganya di BPM yang telah melalui kala I
persalinan dan pembukaan sudah lengkap. Gejala dan tanda apa saja yang tidak
akan terjadi pada saat kala II?
A. Nafsu makan meningkat
B. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
C. Perinuem menonjol
D. Ibu kemungkinan merasa ingin buang air besar karena meningkatnya tekanan
pada rektum dan atau vaginanya.
E. Vulva, vagina, dan sfingter anus membuka.
4. Ny H saat ini sedang melahirkan anak pertamanya di bidan D yang telah
mengalami pembukaan lengkap maka asuhan apa yang tidak boleh diberikan oleh
bidan D tersebut?
A. Melibatkan ibu dan keluarga dalam membuat keputusan
B. Mehadirkan pendamping persalinan
Prodi D.IV Kebidanan
Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan
35
35
C. Menjaga privasi ibu
D. Menganjurkan ibu mengajak seluruh keluarganya menemaninya diruang
bersalin
E. Menghindari intervensi yang tidak perlu
5. Bidan di bps a membantu persalinan seorang ibu z, setelah beberapa saat setelah
kelahiran kepala bayi, bagian bahu bayi tidak juga keluar, diagnosa apa yang tepat
sesuai dengan kasus ibu z ... ?
a. Distosia bahu d. Tali pusat menumbung
b. Plasenta previa e. Molahidatidosa
c. KPD
6. Seorang bidan membantu perslinan ibu F,setelah melihat data ibu ditemukan bahwa
ibu F menderita penyakit diabetes, tindakan apa yang dapat dilakukan untuk
membantu proses persalinan pada ibuF?
a. Vacum d. Induksi
b. Vorsep e. Injeksi insulin
c. Episiotomi
7. Bidan di bps z akan melakukan induksi terhadap ibu bersalin di bps z, namun
sebelum melakukan tindakan bidan harus memastikan tidak ada kontradiksi yang
terjadi, yang bukan merupakan kontradiksi tindakan induksi adalah ?
a. Gawat janin d. Kehamilan lewat waktu
b. Riwayat SC e. Presentasi abnormal
c. vasa previa
8. Bidan di bps z akan melakukan episiotomi terhadap ibu bersalin di bps z, namun
sebelum melakukan tindakan bidan harus memastikan tidak ada kontradiksi yang
terjadi, yang bukan merupakan hal hal yang harus diperhatikan dalam tindakan
episiotomi yaitu?
a. Jelaskan pada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan serta tujuannya.
b. Sebelum melakukan episiotomy, berikan anastesi pada perineum terlebih
dahulu karena ini merupakan salah satu dari asuhan sayang ibu.
c. Jangan melakukan episiotomy terlalu dini karena akan menyebabkan
pendarahan. Tunda sampai perineum menipis dan pucat, serta diameter kepala
bayi tampak di vulva 5-6 cm.
Prodi D.IV Kebidanan
Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan
36
36
d. Arah guntingan adalah mediolateral untuk mengantisipasi terjadinya rupture
perineum totalis.
e. Warna kulit yang hitam tidak boleh di epis.
9. Seorang bidan membantu perslinan ibu F,setelah melihat waktu persalinan yang
berlangsung lama, bidan tersebut harus melakukan tindakan episiotomi pada ibu F,
bidan melakukan episiotomi dengan melihat beberapa tujuannya yaitu kecuali?
a. Memudahkan bidan untuk mempercepat pekerjaannya dalam
membentu ibu F padahal ibu bisa melahirkan tanpa diepis.
b. Mempercepat persalinan dengan memperlebar jalan lahir lunak.
c. Mengendalikan robekan perineum untuk mempermudahkan menjahit.
d. Menghindari robekan perineum spontan.
e. Memperlebar jalan lahir pada tindakan persalinan pervagina
10. Ny F melahirkan anak pertamanya di bidan Z, persalinan yang terjadi pada Ny F
berlangsung lama, keluarga dan Ny F meminta bidan untuk melakukan episiotomi
untuk mempercepat persalinannya. Namun bidan tidak dapat melakukan tindakan
episiotomi, berikut ini alasan yang tidak tepat mengapa bidan tidak melakukan epis
pada Ny F?
a. jumlah darah yang hilang meningkat dan risiko terjadinya hematomrutin.
b. Bidan tidak berani melakukan epis karta takut menyakiti kliennya.
c. Kejadian laserasi derajat tiga atau empat lebih banyak terjadi pada episiotomy
rutin daripada tanpa episiotomy.
d. Meningkatnya nyeri pascapersalinan di daerah perineum.
e. Meningkatnya risiko infeksi (terutama jika prosedur PI diabaikan)
Prodi D.IV Kebidanan
Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan
37
37
RAN GK UMAN
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi.
Berikut ini merupakan tanda dan gejala yang terjadi pada kala II persalinan
a. bu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
b. Perinuem menonjol
c. Ibu kemungkinan merasa ingin buang air besar karena meningkatnya tekanan pada
rektum dan atau vaginanya.
d. Vulva, vagina, dan sfingter anus membuka.
e. Jumlah pengeluaran lendir, darah, dan air ketuban meningkat
Tindakan anestesi adalah tindakan medis yang dilakukan oleh dokter spesialis
anestesi dan atau perawat anestesi di kamar operasi pada pasien yang akan menjalani
pembedahan.
Episiotomi ialah insisi dari pireneum untuk untuk memudahkan persalinan dan
mencegah rupture perineum totalis. Pada masa lalu dianjurkan untuk melakukan
episiotomy secara rutin yang tujuannya untuk mencegah robekan berlebihan pada
perineum, membuat tepi luka rata agar mudah dilakukan penjahitan, mencegah penyulit
atau tahanan pada kepala dan infeksi; tetapi hal itu tidak didukung oleh bukti-bukti ilimiah
yang cukup. Sebalinya, hal ini tidak boleh diartikan bahwa episiotomi tidak diperbolehkan,
karena ada indikasi cermat membaca kata “rutin” pada episiotomi karena hal itulah yang
dianjurkan, bukan episiotominya.
Prodi D.IV Kebidanan
Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan
38
38
DAFTAR PUSTAKA
Affandi Biran. 2007. Asuhan Persalinan Normal Edisi 3. Jakarta ; Jaringan Nasional
Pelatihan Klinik.
Lailiyana. 2011. Asuhan Kebidanan Persalinan. Jakarta ; EGC
M3. 2014. Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL ; PT Yopindo Jaya Abadi
Mochtar Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta ; EGC.
Saifuddin Abdul Bari. 2002. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta ; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sulistyawati Ari dan Esti N.2010. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Jakarta; Salemba
Medika
Varney Helen. 2007. Asuhan Kebidanan. Jakarta ; EGC

More Related Content

What's hot

Kala IV Persalinan
Kala IV PersalinanKala IV Persalinan
Kala IV PersalinanIndah Widi
 
Asuhan kebidanan pada pra konsepsi
Asuhan kebidanan pada pra konsepsiAsuhan kebidanan pada pra konsepsi
Asuhan kebidanan pada pra konsepsi
RetnoWulan32
 
Pemeriksaan Kunjungan Ulang Kehamilan
Pemeriksaan Kunjungan Ulang KehamilanPemeriksaan Kunjungan Ulang Kehamilan
Pemeriksaan Kunjungan Ulang Kehamilan
Melly anti
 
PERUBAHAN PSIKOLOGIS MASA NIFAS
PERUBAHAN PSIKOLOGIS MASA NIFASPERUBAHAN PSIKOLOGIS MASA NIFAS
PERUBAHAN PSIKOLOGIS MASA NIFAS
pjj_kemenkes
 
Fisiologi kala iii
Fisiologi kala iiiFisiologi kala iii
Fisiologi kala iiineng elis
 
Ppt plasenta previa
Ppt plasenta previaPpt plasenta previa
Ppt plasenta previa
Dian Vivahana
 
Filosofi dan Paradigma Kebidanan
Filosofi dan Paradigma KebidananFilosofi dan Paradigma Kebidanan
Filosofi dan Paradigma Kebidanan
pjj_kemenkes
 
Pembahasan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
Pembahasan Kegawatdaruratan Maternal NeonatalPembahasan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
Pembahasan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
AffiZakiyya
 
Kegawatdaruratan Masa Kehamilan Lanjut
Kegawatdaruratan Masa Kehamilan LanjutKegawatdaruratan Masa Kehamilan Lanjut
Kegawatdaruratan Masa Kehamilan Lanjut
pjj_kemenkes
 
Contoh soal asuhan kebidanan iii
Contoh soal asuhan kebidanan iiiContoh soal asuhan kebidanan iii
Contoh soal asuhan kebidanan iii
Warnet Raha
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “D” DENGAN BAYI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “D” DENGAN BAYI...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “D” DENGAN BAYI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “D” DENGAN BAYI...
Warnet Raha
 
Persalinan 3 dan 4
Persalinan 3 dan 4Persalinan 3 dan 4
Persalinan 3 dan 4
hesti kusdianingrum
 
Kb1 kebutuhan fisik ibu hamil
Kb1 kebutuhan fisik ibu hamilKb1 kebutuhan fisik ibu hamil
Kb1 kebutuhan fisik ibu hamil
pjj_kemenkes
 
4. asuhan sayang ibu
4. asuhan sayang ibu4. asuhan sayang ibu
4. asuhan sayang ibu
eka f
 
Asuhan kebidanan pada anak fisiologis
Asuhan kebidanan pada anak fisiologisAsuhan kebidanan pada anak fisiologis
Asuhan kebidanan pada anak fisiologisneng elis
 
PPT Perdarahan Tali Pusat
PPT Perdarahan Tali PusatPPT Perdarahan Tali Pusat
PPT Perdarahan Tali Pusat
Chiyapuri
 

What's hot (20)

Kala IV Persalinan
Kala IV PersalinanKala IV Persalinan
Kala IV Persalinan
 
Asuhan kebidanan pada pra konsepsi
Asuhan kebidanan pada pra konsepsiAsuhan kebidanan pada pra konsepsi
Asuhan kebidanan pada pra konsepsi
 
Pemeriksaan Kunjungan Ulang Kehamilan
Pemeriksaan Kunjungan Ulang KehamilanPemeriksaan Kunjungan Ulang Kehamilan
Pemeriksaan Kunjungan Ulang Kehamilan
 
PERUBAHAN PSIKOLOGIS MASA NIFAS
PERUBAHAN PSIKOLOGIS MASA NIFASPERUBAHAN PSIKOLOGIS MASA NIFAS
PERUBAHAN PSIKOLOGIS MASA NIFAS
 
Partograf
PartografPartograf
Partograf
 
Fisiologi kala iii
Fisiologi kala iiiFisiologi kala iii
Fisiologi kala iii
 
Ppt plasenta previa
Ppt plasenta previaPpt plasenta previa
Ppt plasenta previa
 
Filosofi dan Paradigma Kebidanan
Filosofi dan Paradigma KebidananFilosofi dan Paradigma Kebidanan
Filosofi dan Paradigma Kebidanan
 
Pembahasan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
Pembahasan Kegawatdaruratan Maternal NeonatalPembahasan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
Pembahasan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
 
Presentasi muka
Presentasi mukaPresentasi muka
Presentasi muka
 
Kegawatdaruratan Masa Kehamilan Lanjut
Kegawatdaruratan Masa Kehamilan LanjutKegawatdaruratan Masa Kehamilan Lanjut
Kegawatdaruratan Masa Kehamilan Lanjut
 
Contoh soal asuhan kebidanan iii
Contoh soal asuhan kebidanan iiiContoh soal asuhan kebidanan iii
Contoh soal asuhan kebidanan iii
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “D” DENGAN BAYI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “D” DENGAN BAYI...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “D” DENGAN BAYI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “D” DENGAN BAYI...
 
Konsep dasar asuhan kehamilan
Konsep dasar asuhan kehamilanKonsep dasar asuhan kehamilan
Konsep dasar asuhan kehamilan
 
Persalinan 3 dan 4
Persalinan 3 dan 4Persalinan 3 dan 4
Persalinan 3 dan 4
 
Kb1 kebutuhan fisik ibu hamil
Kb1 kebutuhan fisik ibu hamilKb1 kebutuhan fisik ibu hamil
Kb1 kebutuhan fisik ibu hamil
 
4. asuhan sayang ibu
4. asuhan sayang ibu4. asuhan sayang ibu
4. asuhan sayang ibu
 
06 partograf
06 partograf06 partograf
06 partograf
 
Asuhan kebidanan pada anak fisiologis
Asuhan kebidanan pada anak fisiologisAsuhan kebidanan pada anak fisiologis
Asuhan kebidanan pada anak fisiologis
 
PPT Perdarahan Tali Pusat
PPT Perdarahan Tali PusatPPT Perdarahan Tali Pusat
PPT Perdarahan Tali Pusat
 

Viewers also liked

Asuhan kala II
Asuhan kala IIAsuhan kala II
Asuhan kala IIcahyatoshi
 
Analisis Masalah dalam Kebidanan Komunitas
Analisis Masalah dalam Kebidanan Komunitas Analisis Masalah dalam Kebidanan Komunitas
Analisis Masalah dalam Kebidanan Komunitas
pjj_kemenkes
 
LP kala II lama
LP kala II lamaLP kala II lama
LP kala II lamaneng elis
 
Komplikasi dan penyulit kehamilan tm I dan II
Komplikasi dan penyulit kehamilan tm I dan IIKomplikasi dan penyulit kehamilan tm I dan II
Komplikasi dan penyulit kehamilan tm I dan IIpie-pien
 
Modul 5 kb 1 penyulit komplikasi persalinan kala i dan ii persalinan
Modul 5 kb 1   penyulit komplikasi persalinan kala i dan ii persalinanModul 5 kb 1   penyulit komplikasi persalinan kala i dan ii persalinan
Modul 5 kb 1 penyulit komplikasi persalinan kala i dan ii persalinan
pjj_kemenkes
 
Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala I dan II
Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala I dan IIKegawatdaruratan Masa Persalinan Kala I dan II
Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala I dan II
pjj_kemenkes
 
Komplikasi persalinan
Komplikasi persalinanKomplikasi persalinan
Komplikasi persalinan
Irmadani Irmadani
 

Viewers also liked (8)

Asuhan kala II
Asuhan kala IIAsuhan kala II
Asuhan kala II
 
Makalah manejemen 7 langkah kala 1
Makalah manejemen 7 langkah kala 1Makalah manejemen 7 langkah kala 1
Makalah manejemen 7 langkah kala 1
 
Analisis Masalah dalam Kebidanan Komunitas
Analisis Masalah dalam Kebidanan Komunitas Analisis Masalah dalam Kebidanan Komunitas
Analisis Masalah dalam Kebidanan Komunitas
 
LP kala II lama
LP kala II lamaLP kala II lama
LP kala II lama
 
Komplikasi dan penyulit kehamilan tm I dan II
Komplikasi dan penyulit kehamilan tm I dan IIKomplikasi dan penyulit kehamilan tm I dan II
Komplikasi dan penyulit kehamilan tm I dan II
 
Modul 5 kb 1 penyulit komplikasi persalinan kala i dan ii persalinan
Modul 5 kb 1   penyulit komplikasi persalinan kala i dan ii persalinanModul 5 kb 1   penyulit komplikasi persalinan kala i dan ii persalinan
Modul 5 kb 1 penyulit komplikasi persalinan kala i dan ii persalinan
 
Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala I dan II
Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala I dan IIKegawatdaruratan Masa Persalinan Kala I dan II
Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala I dan II
 
Komplikasi persalinan
Komplikasi persalinanKomplikasi persalinan
Komplikasi persalinan
 

Similar to Kala ii

Persalinan dan Nifas
Persalinan dan Nifas Persalinan dan Nifas
Persalinan dan Nifas
pjj_kemenkes
 
RUANG LINGKUP ASUHAN KEBIDANAN
RUANG LINGKUP ASUHAN KEBIDANAN RUANG LINGKUP ASUHAN KEBIDANAN
RUANG LINGKUP ASUHAN KEBIDANAN
Erlina Wati
 
ppt Srihandyani.pptx
ppt Srihandyani.pptxppt Srihandyani.pptx
ppt Srihandyani.pptx
SriHandayani789398
 
Askeb II.pptx
Askeb II.pptxAskeb II.pptx
Askeb II.pptx
RahmiAdawiyah1
 
Karlis santi
Karlis santiKarlis santi
Karlis santi
Septian Muna Barakati
 
Perubahan fisik dan fisiologis pada kala ii (revisi)
Perubahan fisik dan fisiologis pada kala ii (revisi)Perubahan fisik dan fisiologis pada kala ii (revisi)
Perubahan fisik dan fisiologis pada kala ii (revisi)
Aning Aisyah
 
Penatalaksanaan Asuhan Kegawatdaruratan Persalinan Kala I dan II
Penatalaksanaan Asuhan Kegawatdaruratan Persalinan Kala I dan IIPenatalaksanaan Asuhan Kegawatdaruratan Persalinan Kala I dan II
Penatalaksanaan Asuhan Kegawatdaruratan Persalinan Kala I dan II
pjj_kemenkes
 
Kespro persalinan kala II
Kespro persalinan kala IIKespro persalinan kala II
Kespro persalinan kala II
gyubie77
 
Tugas TIK Meilina Tri WP
Tugas TIK Meilina Tri WP Tugas TIK Meilina Tri WP
Tugas TIK Meilina Tri WP meilina17
 
MASA NIFAS
MASA NIFASMASA NIFAS
MASA NIFAS
Armina Vitari
 
Tugas TIK NIFAS Meilina Tri WP kelas1B
Tugas TIK NIFAS Meilina Tri WP kelas1BTugas TIK NIFAS Meilina Tri WP kelas1B
Tugas TIK NIFAS Meilina Tri WP kelas1BMeilina18
 
Tugas TIK Meilina Tri WP kelas 1B
Tugas TIK Meilina Tri WP kelas 1BTugas TIK Meilina Tri WP kelas 1B
Tugas TIK Meilina Tri WP kelas 1Bmeilina17
 
Tugas TIK Meilina Tri WP kelas 1B
Tugas TIK Meilina Tri WP kelas 1B Tugas TIK Meilina Tri WP kelas 1B
Tugas TIK Meilina Tri WP kelas 1B meilina17
 
Tugas TIK Meilina Tri WP Kelas 1B
Tugas TIK Meilina Tri WP Kelas 1BTugas TIK Meilina Tri WP Kelas 1B
Tugas TIK Meilina Tri WP Kelas 1Bmeilina17
 
Tugas TIK Meilina Tri WP Kelas 1B
Tugas TIK Meilina Tri WP Kelas 1BTugas TIK Meilina Tri WP Kelas 1B
Tugas TIK Meilina Tri WP Kelas 1Bmeilina17
 
askeb 2 (1).ppt
askeb 2 (1).pptaskeb 2 (1).ppt
askeb 2 (1).ppt
SagitaDarmasari1
 

Similar to Kala ii (20)

Persalinan dan Nifas
Persalinan dan Nifas Persalinan dan Nifas
Persalinan dan Nifas
 
256898838 copy-of-askeb-bulin
256898838 copy-of-askeb-bulin256898838 copy-of-askeb-bulin
256898838 copy-of-askeb-bulin
 
ASKEB KALA I
ASKEB KALA IASKEB KALA I
ASKEB KALA I
 
RUANG LINGKUP ASUHAN KEBIDANAN
RUANG LINGKUP ASUHAN KEBIDANAN RUANG LINGKUP ASUHAN KEBIDANAN
RUANG LINGKUP ASUHAN KEBIDANAN
 
ppt Srihandyani.pptx
ppt Srihandyani.pptxppt Srihandyani.pptx
ppt Srihandyani.pptx
 
Askeb II.pptx
Askeb II.pptxAskeb II.pptx
Askeb II.pptx
 
Karlis santi
Karlis santiKarlis santi
Karlis santi
 
Perubahan fisik dan fisiologis pada kala ii (revisi)
Perubahan fisik dan fisiologis pada kala ii (revisi)Perubahan fisik dan fisiologis pada kala ii (revisi)
Perubahan fisik dan fisiologis pada kala ii (revisi)
 
Kelompok askeb inc akbid paramata
Kelompok askeb inc akbid paramata Kelompok askeb inc akbid paramata
Kelompok askeb inc akbid paramata
 
Penatalaksanaan Asuhan Kegawatdaruratan Persalinan Kala I dan II
Penatalaksanaan Asuhan Kegawatdaruratan Persalinan Kala I dan IIPenatalaksanaan Asuhan Kegawatdaruratan Persalinan Kala I dan II
Penatalaksanaan Asuhan Kegawatdaruratan Persalinan Kala I dan II
 
Kespro persalinan kala II
Kespro persalinan kala IIKespro persalinan kala II
Kespro persalinan kala II
 
Tugas TIK Meilina Tri WP
Tugas TIK Meilina Tri WP Tugas TIK Meilina Tri WP
Tugas TIK Meilina Tri WP
 
MASA NIFAS
MASA NIFASMASA NIFAS
MASA NIFAS
 
Tugas TIK NIFAS Meilina Tri WP kelas1B
Tugas TIK NIFAS Meilina Tri WP kelas1BTugas TIK NIFAS Meilina Tri WP kelas1B
Tugas TIK NIFAS Meilina Tri WP kelas1B
 
Tugas TIK Meilina Tri WP kelas 1B
Tugas TIK Meilina Tri WP kelas 1BTugas TIK Meilina Tri WP kelas 1B
Tugas TIK Meilina Tri WP kelas 1B
 
Tugas TIK Meilina Tri WP kelas 1B
Tugas TIK Meilina Tri WP kelas 1B Tugas TIK Meilina Tri WP kelas 1B
Tugas TIK Meilina Tri WP kelas 1B
 
Tugas TIK Meilina Tri WP Kelas 1B
Tugas TIK Meilina Tri WP Kelas 1BTugas TIK Meilina Tri WP Kelas 1B
Tugas TIK Meilina Tri WP Kelas 1B
 
Tugas TIK Meilina Tri WP Kelas 1B
Tugas TIK Meilina Tri WP Kelas 1BTugas TIK Meilina Tri WP Kelas 1B
Tugas TIK Meilina Tri WP Kelas 1B
 
Tugas TIK B
Tugas TIK BTugas TIK B
Tugas TIK B
 
askeb 2 (1).ppt
askeb 2 (1).pptaskeb 2 (1).ppt
askeb 2 (1).ppt
 

Recently uploaded

ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptxKarier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
adolfnuhujanan101
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
mohfedri24
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
setiatinambunan
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
EkoPutuKromo
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
SEMUELSAMBOKARAENG
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
NurSriWidyastuti1
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
irawan1978
 

Recently uploaded (20)

ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptxKarier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
 

Kala ii

  • 1. Prodi D.IV Kebidanan Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan 1 1 KALA II PERSALINAN  120 Menit PENDAHLUAN Modul ini menguraikan berbagai proses yang terjadi selama kala II persalinan dan asuhan yang diperlukan untuk memandu kelancaran proses tersebut. Proses-proses fisiologis yang terjadi mulai dari adanya gejala dan tanda kala II dan berakhirnya dengan lahirnya bayi. Penolong persalinan, selain diharapkan mampu untuk memfasilitasi berbagai proses tersebut, juga terampil dalam mencegah terjadinya berbagai penyulit, mengenali gangguan atau komplikasi sejak tahap yang paling dini, dan menatalaksana atau merujuk ibu bersalin secara adekuat dan tepat waktu (Affandi, 2007). Pada kala II, his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2-3 menit sekali. Karna biasanya dalam kala ini kepala janin sudah masuk diruang panggul, maka saat his pada otot-otot dasar panggul yang secara refleks menimbulkan rasa ingin mengedan. Ibu bersalain juga merasakan tekanan pada rektum yang menimbulkan perasaan ingin defekasi (Lailiyana, 2011).
  • 2. Prodi D.IV Kebidanan Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan 2 2 TUJUAN PEMBELAJARAN Berdasarkan Pendahuluan yang dijabarkan diatas maka didapatkan tujuan modul ini yaitu sebagai berikut ini : 1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian kala II 2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang perubahan fisiologis kala II 3. Mahasiswa mampu menyebutkan tanda dan gejala kala II 4. Mahasiswa mampu mengetahui asuhan pada kala II 5. Mahasiswa mampu mengetahui tanda bahaya kala II 6. Mahasiswa mampu mengetahui deteksi adanya dini penyulit kala II 7. Mahasiswa mampu berfikir kritis clinical judgement atau keputusan klinik dan problem solving ( pemecahan masalah) kala II 8. Mahasiswa mampu menjelaskani induksi persalinan 9. Mahasiswa mampu menjelaskan IMD 10.Mahasiswa mampu melakukan tindakan anastesi dan episiotomi 11.Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan persalinan normal
  • 3. Prodi D.IV Kebidanan Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan 3 3 URAIAN MATERI A. PENGERTIAN KALA II Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi (Affandi, 2007). Persalinan kala II ditegakkan dengan melakuakn pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm (Saifudin, 2002). Kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengedan mendorong janin keluar hingga lahir (Mochtar, 1998). B. PERUBAHAN FISIOLOGI KALA II Adapun perubahan fisiologi yang terjadi pada KALA II persalinan yaitu antara lain: 1. Kontraksi, dorongan otot-otot dinding rahim Kontraksi uterus pada kala II mempunyai sifat tersendiri. Kontraksi ini menimbulkan rasa nyeri, rasa sakit dari fundus merata keseluruh uterus sampai berlanjut kepunggung bawah. Pada awal persalinan kontraksi uterus terjadi selama 15-20 detik dan pada saat memasuki fase aktif kontraksi akan meningkat menjadi 45-90 detik. 2. Uterus Terjadi perubahan pada bagian uterus yaitu : a. Bagian atas rahim apabila berkontraksi akan teraba keras saat berkontraksi b. Pemendekan segmen bawah uterus c. Pada keadaan kontraksi uterus inkoordinasi akan membentuk cincin retraksi patologis yang dinamakan cincin bandl. d. Bentuk uterus menjadi oval dan bertambah panjang 5-10 cm karena adanya pergerakan tubuh janin yang semula membungkuk menjadi tegap.
  • 4. Prodi D.IV Kebidanan Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan 4 4 3. Perubahan ligamentum rotundum Pada saat kontraksi uterus ligamentum rotundum yang mengandung otot-otot polos ikut berkontraksi sehingga ligamentum rotundum menjadi pendek. 4. Effacment dan dilatasi serviks Effacment merupakan pemendekan / pendataran ukuran dari panjang kanalis servikalis. Ukuran kanalis servikalis yang normal adalah 2-3 cm, ketika terjadi effacment ukuran panjang kanalis servikalis menjadi semakin pendek dan akhirnya sampai hilang. Dilatasi adalah pembesaran ukuran Ostium Uteri Interna (OUI) yang kemudian disusul dengan pembesaran ukuran Ostium Uteri Eksterna pembesaran ini berbeda antara primigravida dan multigravida karna pada multigravida OUI sudah sedikit membuka (M3, 2014). 5. Tekanan darah Tekanan darah dapat meningkatkan lagi 15 sampai 25 mm Hg selama kontrasi kala II. Upaya mendorong pada ibu juga mempengaruhi tekanan darah, menyebabkan tekanan darah meningkat dan kemudian menurun dan pada akhirnya berada sedikit berada diatas normal. Oleh karna itu, diperlukan evaluasi tekanan darah, dengan cermat di antara kontraksi. Rata-rata peningkatan tekanan darah 10 mm Hg di antara kontraksi ketika wanita telah mendorong merupakan hal normal. 6. Metabolisme Peningkatan metabolisme yang terus menerus berlanjut sampai kala II disertai uapaya mendorong pada ibu menambah aktifitas otot-otot rangka untuk memperbesar peningkatan metabolisme. 7. Denyut nadi Frekuensi denyut nadi ibu bervariasi pada tiap kali upaya mendorong. Secara keseluruhan, frekuensi nadi meningkat selama kala II persalinan disertai takikardi yang nyata ketika mencapai puncak pada saat kelahiran. 8. Suhu Peningkatan suhu tertinggi terjadi pada saat kelahiran dan segera setelahnya. Peningkatan normal adalah 1-20 F (0,5-10 C).
  • 5. Prodi D.IV Kebidanan Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan 5 5 9. Perubahan gastrointestinal Penurunan motilitas lambung dan absorbsi yang hebat berlanjut sampai kala II. Biasanya mual dan muntah pada transisi mereda selama kala II persalinan, tetapi dapat terus ada pada beberapa wanita. Muntah, ketika terjadi, normalnya hanya sekali. Muntah yang konstan dan menetap kapan saja selama persalinan merupakan hal yang abnormal dan mungkin merupakan indikasi komplikasi obstetrik, seperti ruptur uterus atau toksemia (Varney, 2007). C. TANDA DAN GEJALA KALA II Berikut ini merupakan tanda dan gejala yang terjadi pada kala II persalinan 1. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi. 2. Perinuem menonjol 3. Ibu kemungkinan merasa ingin buang air besar karena meningkatnya tekanan pada rektum dan atau vaginanya. 4. Vulva, vagina, dan sfingter anus membuka. 5. Jumlah pengeluaran lendir, darah, dan air ketuban meningkat (Lailiyana, 2011). Tanda pasti kala II ditentukan melalui priksa dalam (informasi obyektif) yang hasilnya adalah: 1. Pembukaan serviks lengkap atau 2. Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina (Afandi, 2007). D. ASUHAN PADA KALA II Asuhan sayang ibu dalam kala II yang dapat diberikan meliputi : 1. Melibatkan ibu dan keluarga dalam membuat keputusan 2. Mehadirkan pendamping persalinan 3. Menjaga privasi ibu 4. Sentuhan, jika diperlukan 5. Menghindari intervensi yang tidak perlu 6. Memberitahu ibu dan keluarga tentang keadaannya. 7. Memberi tahu ibu setiap akan melakukan prosedur dan hasilnya 8. Penentuan posisi meneran (Lailiyana, 2011).
  • 6. Prodi D.IV Kebidanan Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan 6 6 Pada saat pengeluaran atau kelahiran perhatikan hal-hal berikut: 1. Posisi ibu saat melahirkan 2. Cegah terjadinya laserasi atau trauma 3. Proses melahirkan kepala 4. Memeriksa lilitan tali pusat pada leher bayi 5. Proses melahirkan bahu 6. Proses melahirkan tubuh bayi (Lailiyana, 2011). E. TANDA BAHAYA KALA II Berikut ini merupakan tanda bahaya yang terjadi pada kala II persalinan 1. Sistol kurang dari 90 mmHg, diastol lebih dari 90mmHg Cara mengatasinya a. Minta pasien untuk duduk senyaman mungkin, lakukan pemeriksaan kembali setelah satu jam. b. Apabila hasil normal kembali setelah 1 jam, lakukan pemeriksaan ulang. Lakukan juga pemeriksaan tanda dan gejala bahaya lainnya. c. Jika setelah 1 jam pemeriksaan ulang dan hasil tetap, lakukan rujukan. 2. Suhu lebih dari 38o C Cara mengatasinya a. Apabila panas tidak disertai tanda laiinya; berikan hidrasi dengan memesang infus, berikan antibiotik, dan lakukan kompres untuk menurunkan panas. b. Apabila panas disertai bau yang tidak enak dari vagina, berikan tindakan yang sama dan lakukan rujukan. 3. Nadi kurang dari 90x permenit atau lebih dari 100x permenit Cara mengatasinya a. Lakukan hidrasi. b. Apabila kondisi tidak membaik, rujuk pasien. 4. Pengeluaran air ketuban dengan mekonium. Pengeluaran air ketuban berwarna merah. Pengeluaran air ketuban berbau
  • 7. Prodi D.IV Kebidanan Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan 7 7 Cara pencegahannya a. Anjurkan pasien miring kiri b. Dengarkan DJJ pada saat dan diantara kontraksi 30 menit c. Apabila DJJ normal, mekonium hanya merupakan tanda kematangan janin dan tidak ada tanda fetal distres. d. Apabila DJJ abnormal, kemudian lakukan rujukan dengan memberikan oksigen. e. Persiapan asistensi dan resusitasi bayi baru lahir. f. Apabila berwarna merah lakukan hidrasi dan lakukan rujukan. g. Apabila berbau, beri antibiotik dan lakukan rujukan. 5. DJJ kurang dari 100x permenit, lebih dari 180x permenit Cara mengatasinya a. Dengarkan DJJ setelah 3 kontraksi. b. Apabila DJJ abnormal setelah penghitungan 3 kontraksi, berikan oksigen 4-6 lt/mnt. c. Dengarkan DJJ berikutnya setelah 3 kontraksi, apabila hasil masih abnormal lakukan rujukan dengan tetap memberi oksigen. d. Apabila terjadi pada saat persalinan, lakukan episiotomi dan vakum rendah dengan syarat kepala lebih dari skala 0 atau lebih dari 2/5 per palpasi. e. Apabila kondisi tidak memungkinkan, lakukan rujukan dengan menyiapkan asisten melakukan resusitasi bayi 6. Tidak mengalami peningkatan yang signifikan atas kemajuan persalinan Cara mengatasinya a. Observasi keadaan umum pasien, dengarkan DJJ tiap 15 menit b. Beri pendampingan dan perhatikan keadaan fisikologi dan emosional pasien c. Beri cukup kalori dan hidrasi 7. Kontraksi tidak adekuat Cara mengatasinya a. Apabila tercium bau keton, berikan pasien 1 L jus atau minuman lain peroral b. Apabila pasien tidak dapat minum langsung, pasang infus dengan cairan dektrose 55 dalam ½ kolf NaCl dalam 1 jam c. Apabila setelah 1 jam tidak ada perbaikan, rujuk pasien
  • 8. Prodi D.IV Kebidanan Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan 8 8 8. Tidak ada gerakan janin Cara mengatasinya a. Palpasi abdomen untuk merasakan gerakan janin. b. Tanyakan pasien apakah iya menggunakan obat sedatif. c. Apabila pasien menggunakan sedatif, lakukan pemeriksaan ulang setelah efek obat hilang (Sulistyawati, 2010). F. DETEKSI DINI PADA KALA II 1. Tali Pusat Menumbung a. Tanda dan gejala Teraba tali pusat saat pemeriksaan dalam b. Manajemen 1) Bila DJJ + rujuk degan posisi terlentang dan kepala janin ditahan oleh 2 jari penolong dari dalam vagina atau 2) Ibu dengan posisi sujud bokong lebih tinggi dari kepala 3) Bila DJJ – beritahu ibu / keluarga tentang kondisinya dan penatalaksananya sesuai persalinan kala I 2. Perubahan Dan Pola Denyut Jantung Janin a. Tanda dan gejala 1) DJJ kurang dari 120 atau lebih dari 160X/Menit, mulai waspada tanda awal gawat janin. 2) DJJ kurang dari 100 atau lebih dari 189 X/menit b. Manajemen 1) Pantau DJJ tiap 15 menit 2) Beri O2 3) Ubah posisi ibu dengan miring kekiri 4) Periksa adanya prolap tali pusat 5) Pastikan lama persalinan yang diharapkan 6) Bila tidak ada perbaikan rujuk
  • 9. Prodi D.IV Kebidanan Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan 9 9 3. Kelelahan Maternal a. Tanda dan gejala 1) Ibu tampak lemah 2) Apatis 3) Dehidrasi 4) Dehidrasi 5) Suhu dan nadi meningkat b. Manajemen 1)Pencegahan adalah cara yang terbaik 2)Koreksi ketidak seimbangan cairan/elektrolit 3)Rujuk bila keadaan menurun 4. Distosia Bahu Adalah kepala janin telah dilahirkan tetapi bahu tersangkut tidak dapat dilahirkan. Ditandai dengan tidak adanya putaran paksi kepala bayi,kepala bayi keluar namun kemudian tertarik kembali kedalam vagina,dan bahu bayi tidak lahir. 5. Disproporsi Sefalopelvik Adaah ketidak seimbangnya antara ukuran bayi dengan ukuran panggul sehingga terjadi partus macet 6. Partus Macet Adalah tidak ada kemajuan pada kala II dalam hal : 1) Penurunan bagian bawah janin 2) Putaran paksi dalam 3) His adekuat G. BERFIKIR KRITIS CLINICAL JUDGEMENT (KEPUTUSAN KLINIK ) DAN PROBLEM SOLVING (PEMECAHAN MASALAH KALA II ) 1. Membuat kepututan klinik Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang akan digunakan untuk merencanakan arahan bagi ibu dan bayi baru lahir.
  • 10. Prodi D.IV Kebidanan Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan 10 10 Ada 4 langkah proses pengambilan keputusan klinik, yaitu : a. Pengumpulan data Penolong persalinan mengumpulkan data subjektif dan data objektif dari klien. Data subjektif adalah informasi yang diceritakan ibu tentang apa yang dirasakan, apa yang sedang dialami dan apa yang telah dialami, termasuk informasi tambahan dari anggota keluarga tentang status ibu. Data objektif adalah informasi yang dikumpulkan berdasarkan pemeriksaan / pengantar terhadap ibu atau bayi baru lahir. Cara mengumpulkan data, yaitu : 1) Berbicara dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang kondisi ibu dan riwayat perjalanan penyakit. 2) Mengamati tingkah laku ibu apakah terlihat sehat atau sakit, nyaman atau terganggu (kesakitan). 3) Melakukan pemeriksaan fisik. 4) Melakukan pemeriksaan tambahan lainnya bila perlu, misalnya pemeriksaan laboratorium. b. Diagnosis Membuat diagnosa secara tepat dan cepat setelah data dikumpulkan dan dianalisa. Pencarian dan pengumpulan data untuk diagnosis merupakan proses sirkuler (melingkar) yang berlangsung secara terus-menerus bukan proses linier (berada pada satu garis lurus). Diagnosis terdiri atas diagnosis kerja dan diagnosis defenitif. Diagnosis kerja diuji dan dipertegas atau dikaji ulang berdasarkan pengamatan dan temuan yang diperoleh secara terus-menerus. Setelah dihasilkan diagnosis defenitif barulah bidan dapat merencanakan penataksanaan kasus secara tepat. Untuk membuat diagnosa : 1) Pastikan bahwa data-data yang ada dapat mendukung diagnosa. 2) Mengantisipasi masalah atau penyulit yang mungkin terjadi setelah diagnosis defenitif dibuat. 3) Memperhatikan kemungkinan sejumlah diagnosa banding atau diagnosa ganda.
  • 11. Prodi D.IV Kebidanan Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan 11 11 c. Penatalaksanaan asuhan atau perawatan Rencana penatalaksanaan asuhan dan perawatan disusun setelah data terkumpul dan diagnosis defenitif ditegakkan. Setelah membuat rencana asuhan, laksanakan rencana tersebut tepat waktu dan mengacu pada keselamatan klien. Pilihan intervensi efektif dipengaruhi oleh : 1) Bukti-bukti klinik 2) Keinginan dan kepercayaan ibu 3) Tempat dan waktu asuhan. 4) Perlengkapan, bahan dan obat-obatan yang tersedia 5) Biaya yang diperlukan 6) Tingkat keterampilan dan pengalaman penolong persalinan 7) Akses , transportasi, dan jarak ke tempat rujukan 8) Sistem dan sumber daya yang mendukung ibu (suami, anggota keluarga sahabat). d. Evaluasi Penatalaksanaan yang telah dikerjakan harus dievaluasi untuk menilai tingkat efektivitasnya. Tentukan apakah perlu dikaji ulang atau diteruskan sesuai dengan kebutuhan saat itu atau kemajuan pengobatan. Jadi proses pengumpulan data, membuat diagnosa, penatalaksanaan intervensi atau tindakan dan evaluasi merupakan proses sirkuler (melingkar) yang saling berhubungan. H. INDUKSI PERSALINAN Induksi pesalinan yaitu suatu tindakan yang dilakukan terhadap ibu hamil yang belum inpartu untuk merangsang terjadinya persalinan. Induksi persalinan terjadi antara 10% sampai 20% dari seluruh persalinan dengan berbagai indikasi baik dari ibu maupun dari janinnya (Wing DA, 1999). Indikasi terminasi kehamilan dengan induksi adalah KPD, kehamilan post term, polyhidramnion, perdarahan antepartum (plasenta previa, solusio plasenta), riwayat persalinan cepat, kanker, PEB, IUFD (Orge Rost, 1995).
  • 12. Prodi D.IV Kebidanan Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan 12 12 Induksi persalinan adalah suatu upaya stimulasi mulainya proses persalinan, yaitu dari tidak ada tanda-tanda persalinan, kemudian distimulasi menjadi ada dengan menimbulkan mulas/his. Cara ini dilakukan sebagai upaya medis untuk mempermudah keluarnya bayi dari rahim secara normal. Indikasi-indikasi yang penting ialah postmaturitas dan hipertensi pada kehamilan lebih dari 37 minggu. Untuk dapat melakukan induksi persalinan perlu dipenuhi beberapa kondisi, diantaranya : 1. Hendaknya serviks uteri sudah “matang”, yaitu serviks sudah mendatar dan menipis dan sudah dapat dilalui oleh sedikitnya 1 jari, sumbu serviks menghadap ke depan. 2. Tidak ada disproporsi sefalopelvik (CPD) 3. Tidak ada kelainan letak janin yang tidak dapat dibetulkan 4. Sebaiknya kepala janin sudah mulai turun ke dalam rongga panggul. Apabila kondisi-kondisi ini tidak dipenuhi, maka induksi persalinan mungkin tidak memberi hasil yang diharapkan. a. Indikasi Dan Kontra Indikasi 1) Indikasi induksi persalinan bisa berasal dari anak atau dari ibu. Indikasi yang berasal dari ibu adalah : a) Kelainan hipertensi pada kehamilan, Gangguan hipertensi pada awal kehamilan disebabkan oleh berbagai keadaan, dimana terjadi peningkatan tekanan darah maternal disertai risiko yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan janin. Preeklamsi, eklamsia, dan hipertensi sementara merupakan penyakit hipertensi dalam kehamilan, sering disebut dengan pregnancy-induced hypertensio (PIH). Hipertensi kronis berkaitan dengan penyakit yang sudah ada sebelum hamil. b) Diabetes Wanita diabetik yang hamil memiliki risiko mengalami komplikasi. Tingkat komplikasi secara langsung berhubungan dengan kontrol glukosa wanita sebelum dan selama masa kehamilan dan dipengaruhi oleh komplikasi diabetic. Diabetes yang diikuti dengan komplikasi lain seperti makrosomia,
  • 13. Prodi D.IV Kebidanan Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan 13 13 preklamsia, atau kematian janin, pengakhiran kehamilan lebih baik dilakukan dengan induksi atau operasi caesar. c) Perdarahan Antepartum Perdarahan antepartum yang bisa dilakukan induksi persalinan adalah solusio plasenta dan plasenta previa lateralis. Solutio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang lepasnya normal pada korpus uteri sebelum janin lahir. Perdarahan yang terjadi karena terlepasnya plasenta dapat tersembunyi di belakang plasenta menembus selaput ketuban, masuk ke dalam kantong ketuban. Nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yang lepas. Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas, anoksia akan mengakibatkan kematian janin. Apabila sebagian kecil yang lepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali atau mengakibatakan gawat janin. Solusio placenta juga dapat mnyebabkan renjatan pada ibu. Untuk solusio plasenta yang sedang atau berat. 2) Indikasi yang berasal dari anak antara lain : a) Kehamilan lewat waktu (penelitian dilakukan oleh peneliti kehamilan lewat waktu di Kanada pada ibu yang mengalami kehamilan lewat dari 41 minggu yang diinduksi dengan yang tidak diinduksi, hasilnya menunjukkan angka seksio sesaria pada kelompok yang diinduksi lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang tidak diinduksi). Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak mampu memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 sehingga janin mempunyai risiko asfiksia sampai kematian dalam rahim. Makin menurunya sirkulasi darah menuju sirkulasi plasenta dapat mengakibatkan : (1)Pertumbuhan janin makin melambat (2)Terjadi perubahan metabolisme janin. (3)Air ketuban berkurang dan makin kental. (4)Saat persalinan janin lebih mudah mengalami asfiksia.
  • 14. Prodi D.IV Kebidanan Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan 14 14 Risiko kematian perinatal kehamilan lewat waktu bisa menjadi tiga kali dibandingkan dengan kehamilan aterm. Ada komplikasi yang lebih sering menyertainya seperti; letak defleksi, posisi oksiput posterior, distosia bahu dan pendarahan postpartum. b) Ketuban pecah dini, Ketika selaput ketuban pecah, mikroorganisme dari vagina dapat masuk ke dalam kantong amnion. . Untuk itu perlu ditentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi antara lain bila suhu ibu ≥38°C. Janin yang mengalami takikardi, mungkin mengalami infeksi intrauterin. Yang ditakutkan jika terjadi ketuban pecah dini adalah terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu. Untuk itu jika kehamilan sudah memasuki aterm maka perlu dilakukan induksi. c) Kematian janin dalam rahim. d) Restriksi pertumbuhan intrauteri, Bila dibiarkan terlalu lama dalam kandungan diduga akan berisiko/ membahayakan hidup janin/kematian janin. e) Isoimunisasi dan penyakit kongenital janin yang mayor, Kelainan kongenital mayor merupakan kelainan yang memberikan dampak besar pada bidang medis, operatif, dan kosmetik serta yang mempunyai risiko kesakitan dan kematian tinggi, misalnya : anensefalus, hidrosefalus, hidronefrosis, hidrops fetalis. 3) Kontraindikasi Kontraindikasi absolut adalah : a) Disproposi sefalopelvik absolute b) Gawat janin c) Plasenta previa totalos d) Vasa previa e) Presentasi abnormal f) Riwayat seksio sesaria klasik sebelumnya g) Presentasi bokong
  • 15. Prodi D.IV Kebidanan Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan 15 15 4) kontraindikasi yang sifatnya relatif adalah : a) Perdarahan antepartum b) Grande multiparitas c) Riwayat seksio sesaria sebelumnya (SSTP) d) Malposisi dan malpresentasi 5) Komplikasi Menurut Rustam (1998), komplikasi induksi persalinan adalah : a) Terhadap Ibu (1) Kegagalan induksi. (2) Kelelahan ibu dan krisis emosional. (3) Inersia uteri partus lama. (4) Tetania uteri (tamultous lebar) yang dapat menyebabkan solusio plasenta, ruptura uteri dan laserasi jalan lahir lainnya. (5) Infeksi intra uterin. b) Terhadap janin (1) Trauma pada janin oleh tindakan. (2) Prolapsus tali pusat. (3) Infeksi intrapartal pada janin Komplikasi induksi persalingan dengan pemberian oksitosin dalam infus intravena dengan pemecahan ketuban cukup aman bagi ibu apabila syarat- syarat seperti disebut diatas dipenuhi. Kematian perinatal lebih tinggi daripada persalinan spontan, akan tetapi hal ini mungkin dipengaruhi oleh keadaan yang menjadi indikasi untuk melakukan induksi persalinan. Kemungkinan bahwa induksi persalinan gagal, dan perlu dilakukan seksio sesaria, harus selalu diperhitungkan. 6) Komplikasi induksi persalinan yang mungkin terjadi diantaranya adalah : a) Adanya kontraksi rahim yang berlebihan. Itu sebabnya induksi harus dilakukan dalam pengawasan yang ketat dari dokter yang menangani. Jika ibu merasa tidak tahan dengan rasa sakit yang ditimbulkan, biasanya proses induksi dihentikan dan dilakukan operasi Caesar. Kontraksi yang dihasilkan oleh uterus dapat menurunkan denyut jantung janin.
  • 16. Prodi D.IV Kebidanan Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan 16 16 b) Janin akan merasa tidak nyaman sehingga dapat membuat bayi mengalami gawat janin (stress pada bayi). Itu sebabnya selama proses induksi berlangsung, penolong harus memantau gerak janin. Bila dianggap terlalu berisiko menimbulkan gawat janin, proses induksi harus dihentikan. c) Dapat merobek bekas jahitan operasi caesar. Hal ini bisa terjadi pada yang sebelumnya pernah dioperasi caesar, lalu menginginkan kelahiran normal. d) Emboli. Meski kemungkinannya sangat kecil sekali namun tetap harus diwaspadai. Emboli terjadi apabila air ketuban yang pecah masuk ke pembuluh darah dan menyangkut di otak ibu, atau paru-paru. Bila terjadi, dapat merenggut nyawa ibu seketika. e) bisa mengalami ikterus neonatorum dan aspirasi air ketuban. f) Infeksi dan rupture uterus juga merupakan komplikasi yang terjadi pada induksi persalinan walaupun jumlahnya sedikit. I. INISIASI MENYUSU DINI (IMD) 1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Inisiasi menyusu dini adalah program yang sedang dianjurkan pemerintah pada bayi baru lahir, untuk segera menyusu sendiri pada ibunya dengan cara meletakkan bayi pada dada ibu, dan biarkan merayap untuk mencari puting susunya sendiri. Untuk melakukan program ini, harus dilakukan langsung setelah lahir, tidak boleh ditunda dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi.(15) Prinsip menyusu/pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin dan secara eksklusif. Segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu, biarkan kontak kulit ke kulit ini menetap selama setidaknya 1 jam bahkan lebih, sampai bayi dapat menyusui sendiri. Apabila ruang bersalin dingin, bayi diberi topi dan Protokol evidence based baru yang telah diperbaharui oleh WHO dan UNICEF mengenai asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama menyatakan sebagai berikut : a. Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit dengan ibunya segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam. b. Bayi harus dibiarkan untuk melakukan inisiasi menyusu dan ibu dapat mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu, serta memberi bantuan jika diperlukan.
  • 17. Prodi D.IV Kebidanan Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan 17 17 c. Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada bayi baru lahir hingga inisiasi menyusu selesai dilakukan, prosedur tersebut seperti: memandikan, menimbang, pemberian vitamin K, obat tetes mata, dan lain-lain. 2. Faktor-Faktor Pendukung Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Kesiapan fisik dan psikologi ibu yang sudah dipersiapkan sejak awal kehamilan : a. Informasi yang diperoleh ibu mengenai Inisiasi Menyusu Dini. b. Tempat bersalin dan tenaga kesehatan.(16) 3. Lima Tahapan Perilaku (Pre-Feeding Behaviour) Sebelum Bayi Berhasil Menyusu Bayi baru lahir yang mendapatkan kontak kulit ke kulit segera setelah lahir, akan melalui lima tahapan perilaku sebelum ia berhasil menyusu 4. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Yang Dianjurkan Langkah-langkah melakukan inisiasi menyusu dini yang dianjurkan : a. Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering. b. Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua tangannya. c. Tali pusat di potong lalu diikat. d. Vernix (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi. e. Tanpa digendong, bayi langsung ditengkurapkan di dada atau perut ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Jika perlu, bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya.(16) 5. Prosedur dan Gambaran Proses IMD Berikut ini adalah tahap-tahap inisiasi menyusu dini : a. Tempatkan bayi di atas perut ibunya dalam 1 jam pertama tanpa pembatas kain di antara keduanya (skin to skin contact), lalu selimuti ibu dan bayi dengan selimut hangat. Posisi bayi dalam keadaan tengkurap. b. Setelah bayi stabil dan mulai beradaptasi dengan lingkungan luat uterus, ia akan mulai mencari puting susu ibunya. c. Hembusan angin dan panas tubuh ibu akan memancarkan bau payudara ibu, secara insting bayi akan mencari sembur bau tersebut.
  • 18. Prodi D.IV Kebidanan Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan 18 18 d. Dalam beberapa menit bayi akan merangkak ke atas dan mencari serta memegang puting susu ibunya, selanjutnya ia akan mulai menghisap. e. Selama periode ini tangan bayi akan memasase payudara ibunya dan selama itu pula refleks pelepasan hormon oksitosin ibu akan terjadi. f. Ingat, selama periode ini bidan tidak boleh meninggalkan ibu dan bayi sendirian. Tahap ini sangat penting karena bayi dalam kondisi siaga penuh. Bidan harus menunda untuk memandikan bayi, melakukan pemeriksaan fisik, maupun prosedur lain.(2) 6. Pendapat Yang Menghambat Kontak Dini Kulit Dengan Kulit Bayi Baru Lahir a. Bayi kedinginan. b. Ibu lelah setelah melahirkan. c. Kurang tersedia tenaga kesehatan. d. Ibu harus dijahit. e. Bayi perlu diberi Vitamin K dan tetes mata segera. f. Bayi harus segera dibersihkan, ditimbang dan diukur. g. Bayi kurang ‘alert’. h. Kolostrum tidak keluar, tidak cukup, tidak baik, bahkan bahaya untuk bayi. i. Suhu kamar bersalin, kamar operasi harus dingin dan biasanya AC sentral. j. Tenaga kesehatan belum sependapat tentang pentingnya kesempatan inisiasi menyusu dini pada bayi lahir dengan Operasi Caesar.(16) 7. Faktor-Faktor Yang Menghambat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Pada Persalinan Normal Beberapa hal yang dapat menghambat keberhasilan program IMD pada pasien dengan persalinan normal tersebut, antara lain : a. Kondisi ibu yang masih lemah (bagi ibu post partum normal, dalam kondisi kelemahan ini, ibu tidak mampu untuk melakukan program IMD). b. Ibu lebih cenderung suka untuk beristirahat saja dari pada harus kesulitan membantu membimbing anaknya untuk berhasil melakukan program IMD. 8. Akibat Kegagalan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) a. Kegagalan inisiasi menyusu dini tersebut akan berpengaruh pada produksi ASI ibu.
  • 19. Prodi D.IV Kebidanan Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan 19 19 b. Hal ini disebabkan karena hormon oksitosin yang berpengaruh pada produksi ASI ibu akan dilepaskan jika dipacu dengan isapan bayi pada puting ibu saat menyusui. c. Sementara itu, bayi tetap membutuhkan ASI sebagai nutrisi dan juga menigkatkan imunitas tubuhnya. d. Jika tida tejadi keseimbangan antara produksi ASI ibu denag kebutuhan ASI yang diperlukan oleh bayi, maka akan berakibat kegagalan program ASI eksklusif 6 bulan pada bayi. 9. Berbagai Hal Yang Berkaitan Dengan Penyebab ASI Berkurang dan Cara Untuk Meningkatkan Jumlah ASI a. Penyebab ASI berkurang, antara lain rasa khawatir, stress, rasa nyeri dan rasa keraguan pada ibu yang berlebih. b. ASI berkurang bida disebabkan juga karena : 1) Bayi tidak langsung disusui. 2) Asi tidak diperah. 3) Jika payudara tetap penuh, maka terbentuk PIF (Prolacting Inhibiting Fakor), yang merupakan zat yang menghentikan pembentukan ASI. c. Cara menigkatkan jumlah ASI, antara lain : 1) Ibu dianjurkan untuk berfikir dengan penuh kasih sayang terhadap bayi. 2) Suara bayi. 3) Kehadiran bayi. 4) Rasa percaya diri.(16) J. ANASTESI DAN EPISIOTOMI 1. Anastesi Tindakan anestesi adalah tindakan medis yang dilakukan oleh dokter spesialis anestesi dan atau perawat anestesi di kamar operasi pada pasien yang akan menjalani pembedahan a. Memberikan kenyamanan dan keamanan pada pasien yang sedang menjalani pembedahan.
  • 20. Prodi D.IV Kebidanan Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan 20 20 b. Memberikan kenyamanan kepada dokter bedah dalam melakukan tindakan pembedahan. c. Mengembalikan fungsi fisiologis pasien setelah menjalani pembedahan seperti saat sebelum menjalani pembedahan. Dokter spesialis anestesi bertugas : a. Melakukan pemeriksaan pada pasien sebelum menjalani program pembedahan melalui kunjungan pre-operasi atau konsultasi yang dilakukan oleh dokter spesialis anestesi. b. Melakukan tindakan perbaikan atau konsultasi ke bagian lain jika ditemukan hal yang dianggap belum layak pada pasien untuk menjalani pembedahan. c. Menentukan tehnik anestesi yang terpilih pada pasien yang akan menjalani pembedahan dengan mengutamakan keamanan dan kenyamanan pada pasien. d. Melakukan tindakan anestesi sesuai dengan prosedur tetap. e. Memberikan pengawasan dan bimbingan kepada perawat anestesi secara berkesinambungan. f. Senantiasa menambah dan mengembangkan keilmuan anestesi melalui pertemuan ilmiah secara berkala dan berkesinambungan. Pelimpahan wewenang perawat anestesi bertugas : a. Melakukan persiapan alat dan obat-obatan yang akan dipergunakan untuk tindakan anestesi pada pasien yang akan menjalani pembedahan di kamar operasi. b. Melakukan tindakan anestesi sesuai prosedur tetap atas petunjuk yang diberikan oleh dokter spesialis anestesi. c. Melakukan pengawasan atau monitoring pasien selama menjalani tindakan pembedahan. d. Melakukan upaya resusitasi dan pengelolaan apabila diperlukan selama pasien menjalani pembedahan dan pemulihan. e. Melakukan konsultasi kepada dokter spesialis anestesi setiap akan melakukan tindakan anestesi. f. Membuat medical report / pelaporan pada pasien selama menjalani pembedahan. g. Menambah dan mengembangkan pengetahuan ilmu anestesi yang up to date melalui kegiatan atau pertemuan ilmiah.
  • 21. Prodi D.IV Kebidanan Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan 21 21 Merupakan wewenang dan tanggung jawab dokter anaesthesi yang dibantu oleh perawat anestesi sesuai dengan bidangnya. Adapun pelayanan anestesi dan reanimasi yang dilakukan oleh perawat anestesi adalah merupakan pelimpahan wewenang dari dokter anestesi. Adanya kesepakatan dalam melaksanakan tindakan medis, keperawatan sesuai dengan hak dan kewajibannya a. Melakukan tindakan anaesthesiologi pada pasien yang akan dilakukan operasi baik di ruang instalasi bedah sentral ataupun emergency. b. Tindakan perawatan dari persiapan hingga melakukan pengawasan selama pasien belum sadar secara penuh. c. Memberikan obat-obatan anestesi bila diperlukan baik dalam persiapan, selama maupun pasca pembedahan sesuai perintah dokter anestesi. Prosedur a. Jika ada dokter spesialis anestesiologi, maka dapat dimintakan instruksi tertulis serta berikut parafnya. b. Jika dokter spesialis anestesiologi tidak ada di tempat tetapi masih dapat dijangkau, maka dapat dimintakan instruksi secara lisan yang kemudian dapat dikonfirmasikan tertulis berikut paraf. Jika tidak ada dokter spesialis anestesiologi, maka perawat anestesi mengerjakan
  • 22. Prodi D.IV Kebidanan Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan 22 22 sesuai dengan prosedur tetap yang telah disepakati sebelumnya atas perintah tertulis dari dokter yang melakukan pembedahan. Tanggung jawab berada pada dokter yang melakukan pembedahan Pencegahan. 2. Episiotomi Episiotomi ialah insisi dari pireneum untuk untuk memudahkan persalinan dan mencegah rupture perineum totalis. Pada masa lalu dianjurkan untuk melakukan episiotomy secara rutin yang tujuannya untuk mencegah robekan berlebihan pada perineum, membuat tepi luka rata agar mudah dilakukan penjahitan, mencegah penyulit atau tahanan pada kepala dan infeksi; tetapi hal itu tidak didukung oleh bukti-bukti ilimiah yang cukup. Sebalinya, hal ini tidak boleh diartikan bahwa episiotomi tidak diperbolehkan, karena ada indikasi cermat membaca kata “rutin” pada episiotomi karena hal itulah yang dianjurkan, bukan episiotominya. Alasan Untuk Tidak Dilakukannya Episiotomi a. Jumlah darah yang hilang meningkat dan risiko terjadinya hematomrutin. b. Kejadian laserasi derajat tiga atau empat lebih banyak terjadi pada episiotomy rutin daripada tanpa episiotomy. c. Meningkatnya nyeri pascapersalinan di daerah perineum. d. Meningkatnya risiko infeksi (terutama jika prosedur PI diabaikan) Indikasi Episiotomi untuk Mempercepat Proses Kelahiran Bayi Dilakukan jika Terdapat Hal Berikut a. Gawat janin dan janin akan segera dilahirkan dengan tindakan. b. Penyulit kelahiran pervagina misalnya karena bayi sungsang, distosia bahu, ekstraksi vakum, atau forsep. c. Jaringan perut pada perineum atau vagina yang memperlambat kemajuan persalinan.
  • 23. Prodi D.IV Kebidanan Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan 23 23 Tujuan episiotomi adalah supaya tidak terjadinya robekan perineum yang tidak teratur dan robekan pada muskulus sfingter ani (rupture perinea totalis) yang tidak bisa dijahit dan dirawat dengan baik, karena jika terjadi akan megakibatkan beser berak (inkontinensia alvi). Tujuan Tindakan Episiotomi a. Mempercepat persalinan dengan memperlebar jalan lahir lunak. b. Mengendalikan robekan perineum untuk mempermudahkan menjahit. c. Menghindari robekan perineum spontan. d. Memperlebar jalan lahir pada tindakan persalinan pervagina Pertimbangan Melakukan Episiotomi a. Waktu yang tepat melakukan episiotomy 1) Pada waktu puncak his dan pada pasien meneran. 2) Perineum sudah tipis. 3) Lingkar kepala pada perineum sekitar 5 cm. b. Indikasi Melakukan Episiotomi 1) Hampir pada mayoritas primigravida, tapi evidenced based menyatakan hal ini dapat dihindari dengan mempertimbangkan elastisitas perineum. 2) Pada multigravida dengan perineum yang kaku. 3) Pada persalinan prematur atau letak sungsang. Teknik pelaksanaan episiotomi Episiotomy medialis Episiotomy mediolateralis a. Mudah dijahit. b. Anatomis maupun fungsional sembuh dengan baik. c. Nyeri dalam nifas tidak terlalu. d. Dapat menjadi ruptur perineum totalis. a. Lebih sulit dijahit. b. Anatomis maupun fungsional penyembuhan kurang sempurna. c. Nyeri pada hari pertama nifas d. Jarang menjadi ruptur perineum totalis.
  • 24. Prodi D.IV Kebidanan Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan 24 24 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Melakukan Episiotomi a. Jelaskan pada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan serta tujuannya. b. Sebelum melakukan episiotomy, berikan anastesi pada perineum terlebih dahulu karena ini merupakan salah satu dari asuhan sayang ibu. c. Jangan melakukan episiotomy terlalu dini karena akan menyebabkan pendarahan. Tunda sampai perineum menipis dan pucat, serta diameter kepala bayi tampak di vulva 5-6 cm. d. Arah guntingan adalah mediolateral untuk mengantisipasi terjadinya rupture perineum totalis. e. Jangan menggunting perineum sedikit demi sedikit karena akan menyebabkan luka tidak rata dan menyulitkan penjahitan. f. Periksa selalu gunting yang digunakan, pastikan selalu dalam keadaan tajam dan steril. K. ASUHAN PERSALINAN NORMAL 1. Pengertian APN Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
  • 25. Prodi D.IV Kebidanan Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan 25 25 Menurut Saifuddin(10), persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. Definisi persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang dimulai secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan. Bayi dilahirkan secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37 hingga 42 minggu lengkap. Setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi sehat. 2. Tujuan Asuhan Persalinan Normal Tujuan asuhan persalinan normal adalah tercapainya kelangsungan hidup dan kesehatan yang tinggi bagi ibu serta bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap namun menggunakan intervensi seminimal mungkin sehingga prinsip keamanan dan kualitas layanan dapat terjaga pada tingkat yang seoptimal mungkin. pendekatan seperti ini berarti bahwa: dalam asuhan persalinan normal harus ada alasan yang kuat dan bukti manfaat apabila akan melakukan intervensi terhadap jalannya proses persalinan yang fisiologis/alamiah. 3. 60 Angkah Persalinan Normal a. Melihat Tanda Dan Gejala Kala Dua 1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua. a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran. b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan/atau vaginanya. c) Perineum menonjol. d) Vulva-vagina dan sfingter anal membuka. b. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN 2) Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
  • 26. Prodi D.IV Kebidanan Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan 26 26 3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih. 4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih. 5) Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam. 6) Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan kembali di partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengkontaminasi tabung suntik). c. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DENGAN JANIN BAIK 7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi, langkah # i) 8) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. a) Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi. 9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam eadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti di atas). 10) Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal ( 100 – 180 kali / menit ). a)Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal. b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.
  • 27. Prodi D.IV Kebidanan Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan 27 27 d. MENYIAPKAN IBU & KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES PIMPINAN MENERAN. 11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya.  Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-temuan.  Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran. 12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu utuk meneran. (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman). 13) Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran :  Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinganan untuk meneran  Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.  Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang).  Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.  Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.  Menganjurkan asupan cairan per oral  Menilai DJJ setiap lima menit.  Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60/menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera. Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran.  Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, menganjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di antara kontraksi.
  • 28. Prodi D.IV Kebidanan Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan 28 28  Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setalah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera. e. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI. 14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, meletakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi. 15) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu. 16) Membuka partus set. 17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan. f. MENOLONG KELAHIRAN BAYI Lahirnya kelapa 18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kelapa bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir.  Jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera hisap mulut dan hidung setelah kepala lahir menggunakan penghisap lendir DeLee disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau bola karet penghisap yang baru dan bersih. 19 Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain atau kasa yang bersih. 20 Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi :  Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.  Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat dan memotongnya. 21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan. Lahir bahu
  • 29. Prodi D.IV Kebidanan Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan 29 29 22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di masing- masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan kearah keluar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior. Lahir badan dan tungkai 23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum tangan, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir. 24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat panggung dari kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki. g. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR 25. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan). 26. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian pusat. 27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu). 28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut. 29. Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, mengambil tindakan yang sesuai.
  • 30. Prodi D.IV Kebidanan Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan 30 30 30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya. h. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR Oksitosin 31. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua. 32. Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik. 33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, memberikan suntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha kanan atas ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu. Penegangan tali pusat terkendali 34. Memindahkan klem pada tali pusat 35. Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain. 36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, menghentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai.  Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk melakukan ransangan puting susu. Mengluarkan plasenta. 37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurve jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.  Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5 – 10 cm dari vulva.
  • 31. Prodi D.IV Kebidanan Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan 31 31  Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit : Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM. Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung kemih dengan Menggunakan teknik aseptik jika perlu. Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan. Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya. Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi. KEGIATAN 38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.  Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selapuk yang tertinggal. Pemijatan Uterus 39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras). i. MENILAI PERDARAHAN 40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.  Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selam 15 detik mengambil tindakan yang sesuai.
  • 32. Prodi D.IV Kebidanan Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan 32 32 41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif. j. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN 42. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik. Mengevaluasi perdarahan persalinan vagina. 43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 %, membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering. 44. Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat. 45. Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang berseberangan dengan simpul mati yang pertama. 46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5 %. 47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering. 48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI. k. EVALUASI 49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam :  2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.  Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.  Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan perawatan yang sesuai untuk menatalaksanaan atonia uteri. Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan dengan anestesia lokal dan menggunakan teknik yang sesuai. 50. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus. 51. Mengevaluasi kehilangan darah.
  • 33. Prodi D.IV Kebidanan Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan 33 33 52. Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.  Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama pasca persalinan.  Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal. Kebersihan dan keamanan 53. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi. 54. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai. 55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering. 56. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI. Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan. 57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih. 58. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. 59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir. 60. Dokumentasi, melengkapi partograf (halaman depan dan belakang)
  • 34. Prodi D.IV Kebidanan Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan 34 34 LATIHAN 1. Ny A melahirkan anak keduanya dibidan Y. Ny A mengalami pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan bayinya lahir dengan selamat dan lancar. Kala apa yang yang dialami Ny A tersebut? A. Kala IV C. Kala III E. Persalinan B. Kala II D. Kala I 2. Saat ini Ny, A melahirkan anak pertamanya di BPM Asiyah dan sedang mengalami pembukaan lengkap. Perubahan fisiologis yang terjadi pada Ny A tersebut kecuali? A. kontraksi dorongan otot-otot dinding rahim B. Perubahan ligamentum rotundum, Effacment dan dilatasi serviks C. Tekanan darah D. Denyut nadi E. Perubahan payudarah 3. Ny D saat ini sedang melahirkan anak ke tiganya di BPM yang telah melalui kala I persalinan dan pembukaan sudah lengkap. Gejala dan tanda apa saja yang tidak akan terjadi pada saat kala II? A. Nafsu makan meningkat B. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi. C. Perinuem menonjol D. Ibu kemungkinan merasa ingin buang air besar karena meningkatnya tekanan pada rektum dan atau vaginanya. E. Vulva, vagina, dan sfingter anus membuka. 4. Ny H saat ini sedang melahirkan anak pertamanya di bidan D yang telah mengalami pembukaan lengkap maka asuhan apa yang tidak boleh diberikan oleh bidan D tersebut? A. Melibatkan ibu dan keluarga dalam membuat keputusan B. Mehadirkan pendamping persalinan
  • 35. Prodi D.IV Kebidanan Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan 35 35 C. Menjaga privasi ibu D. Menganjurkan ibu mengajak seluruh keluarganya menemaninya diruang bersalin E. Menghindari intervensi yang tidak perlu 5. Bidan di bps a membantu persalinan seorang ibu z, setelah beberapa saat setelah kelahiran kepala bayi, bagian bahu bayi tidak juga keluar, diagnosa apa yang tepat sesuai dengan kasus ibu z ... ? a. Distosia bahu d. Tali pusat menumbung b. Plasenta previa e. Molahidatidosa c. KPD 6. Seorang bidan membantu perslinan ibu F,setelah melihat data ibu ditemukan bahwa ibu F menderita penyakit diabetes, tindakan apa yang dapat dilakukan untuk membantu proses persalinan pada ibuF? a. Vacum d. Induksi b. Vorsep e. Injeksi insulin c. Episiotomi 7. Bidan di bps z akan melakukan induksi terhadap ibu bersalin di bps z, namun sebelum melakukan tindakan bidan harus memastikan tidak ada kontradiksi yang terjadi, yang bukan merupakan kontradiksi tindakan induksi adalah ? a. Gawat janin d. Kehamilan lewat waktu b. Riwayat SC e. Presentasi abnormal c. vasa previa 8. Bidan di bps z akan melakukan episiotomi terhadap ibu bersalin di bps z, namun sebelum melakukan tindakan bidan harus memastikan tidak ada kontradiksi yang terjadi, yang bukan merupakan hal hal yang harus diperhatikan dalam tindakan episiotomi yaitu? a. Jelaskan pada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan serta tujuannya. b. Sebelum melakukan episiotomy, berikan anastesi pada perineum terlebih dahulu karena ini merupakan salah satu dari asuhan sayang ibu. c. Jangan melakukan episiotomy terlalu dini karena akan menyebabkan pendarahan. Tunda sampai perineum menipis dan pucat, serta diameter kepala bayi tampak di vulva 5-6 cm.
  • 36. Prodi D.IV Kebidanan Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan 36 36 d. Arah guntingan adalah mediolateral untuk mengantisipasi terjadinya rupture perineum totalis. e. Warna kulit yang hitam tidak boleh di epis. 9. Seorang bidan membantu perslinan ibu F,setelah melihat waktu persalinan yang berlangsung lama, bidan tersebut harus melakukan tindakan episiotomi pada ibu F, bidan melakukan episiotomi dengan melihat beberapa tujuannya yaitu kecuali? a. Memudahkan bidan untuk mempercepat pekerjaannya dalam membentu ibu F padahal ibu bisa melahirkan tanpa diepis. b. Mempercepat persalinan dengan memperlebar jalan lahir lunak. c. Mengendalikan robekan perineum untuk mempermudahkan menjahit. d. Menghindari robekan perineum spontan. e. Memperlebar jalan lahir pada tindakan persalinan pervagina 10. Ny F melahirkan anak pertamanya di bidan Z, persalinan yang terjadi pada Ny F berlangsung lama, keluarga dan Ny F meminta bidan untuk melakukan episiotomi untuk mempercepat persalinannya. Namun bidan tidak dapat melakukan tindakan episiotomi, berikut ini alasan yang tidak tepat mengapa bidan tidak melakukan epis pada Ny F? a. jumlah darah yang hilang meningkat dan risiko terjadinya hematomrutin. b. Bidan tidak berani melakukan epis karta takut menyakiti kliennya. c. Kejadian laserasi derajat tiga atau empat lebih banyak terjadi pada episiotomy rutin daripada tanpa episiotomy. d. Meningkatnya nyeri pascapersalinan di daerah perineum. e. Meningkatnya risiko infeksi (terutama jika prosedur PI diabaikan)
  • 37. Prodi D.IV Kebidanan Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan 37 37 RAN GK UMAN Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi. Berikut ini merupakan tanda dan gejala yang terjadi pada kala II persalinan a. bu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi. b. Perinuem menonjol c. Ibu kemungkinan merasa ingin buang air besar karena meningkatnya tekanan pada rektum dan atau vaginanya. d. Vulva, vagina, dan sfingter anus membuka. e. Jumlah pengeluaran lendir, darah, dan air ketuban meningkat Tindakan anestesi adalah tindakan medis yang dilakukan oleh dokter spesialis anestesi dan atau perawat anestesi di kamar operasi pada pasien yang akan menjalani pembedahan. Episiotomi ialah insisi dari pireneum untuk untuk memudahkan persalinan dan mencegah rupture perineum totalis. Pada masa lalu dianjurkan untuk melakukan episiotomy secara rutin yang tujuannya untuk mencegah robekan berlebihan pada perineum, membuat tepi luka rata agar mudah dilakukan penjahitan, mencegah penyulit atau tahanan pada kepala dan infeksi; tetapi hal itu tidak didukung oleh bukti-bukti ilimiah yang cukup. Sebalinya, hal ini tidak boleh diartikan bahwa episiotomi tidak diperbolehkan, karena ada indikasi cermat membaca kata “rutin” pada episiotomi karena hal itulah yang dianjurkan, bukan episiotominya.
  • 38. Prodi D.IV Kebidanan Modul Asuhan Kebidanan Bersalin- Kala II Persalinan 38 38 DAFTAR PUSTAKA Affandi Biran. 2007. Asuhan Persalinan Normal Edisi 3. Jakarta ; Jaringan Nasional Pelatihan Klinik. Lailiyana. 2011. Asuhan Kebidanan Persalinan. Jakarta ; EGC M3. 2014. Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL ; PT Yopindo Jaya Abadi Mochtar Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta ; EGC. Saifuddin Abdul Bari. 2002. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta ; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Sulistyawati Ari dan Esti N.2010. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Jakarta; Salemba Medika Varney Helen. 2007. Asuhan Kebidanan. Jakarta ; EGC