SlideShare a Scribd company logo
ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MENJELASKAN DANA ALOKASI UMUM (DAU)
                       (KASUS: KABUPATEN & KOTA DI SUMATERA UTARA)


                                                   Fajrillah
                                        Dosen STT Harapan - Medan


ABSTRAK
        Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang dapat menjelaskan DAU.
        Dalam pengolahan data, penelitian ini menggunakan metode regresi Generalized Least Square (GLS)
yang dilakukan secara Cross Section Weight. Metode ini menerapkan karakteristik model ekonometrika fungsi
DAU, yang mana data tersebut membutuhkan data antarwaktu (time series) sekaligus data antar kabupaten/kota
(cross section). Dalam ekonometri proses penyatuan data antarwaktu (time series) dan data kerat silang (cross
section) disebut dengan pooling. Sedangkan data yang dihasilkan disebut dengan pooling data atau panel data.
Data time series menggunakan basis data tahun 2004-2005, sedangkan data cross section yang menggunakan
sampel data 25 kabupaten/kota di Sumatera Utara.
        Hasil penelitian yang didapat, DAU mampu dijelaskan oleh variabel bebas yaitu JP, PDRB, IPM, BP,
PAD dan DBH, selebihnya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam model. Uji-F (Uji
serempak) menunjukkan secara statistik pada  = 5% bahwa seluruh variabel bebas dalam model menunjukkan
pengaruhnya secara signifikan. Secara parsial (individual) menunjukkan JP, IPM, BP, PAD berpengaruh
signifikan dan positif terhadap DAU pada tingkat keyakinan 95 persen ( = 5%), variabel PDRB berpengaruh
signifikan dan negatif terhadap DAU pada tingkat keyakinan 95% ( = 5%). Sedangkan variabel DBH tidak
signifikan pengaruhnya terhadap DAU.
        Implikasi kebijakan dari hasil penelitian ini, diketahuinya variabel-variabel yang dapat menjelaskan
besar penerimaan dana alokasi umum.


Kata-kata Kunci: Analisis, DAU, JP, PDRB, IPM, BP, PAD, DBH.
PENDAHULUAN                                                tersebut      menetapkan   pemberian   kewenangan
        Sejak tanggal 1 Januari 2001 telah terjadi         otonomi dalam wujud otonomi yang luas, nyata,
perubahan yang cukup mendasar dalam mekanisme              dan bertanggung jawab kepada daerah.
penyelenggaraan    pemerintahan    di   Indonesia.                    Implikasi dari pemberian kewenangan
Perubahan   tersebut   terutama   terkait   dengan         otonomi ini menuntut daerah untuk melaksanakan
        masalah otonomi Daerah sebagaimana                 pembangunan di segala bidang, terutama untuk
yang diamanatkan dalam UU Nomor 22 Tahun                   pembangunan sarana dan prasarana publik yang
1999 tentang Pemerintahan Daerah dan direvisi              berskala daerah (Public Services) dan kewenangan
dengan UU Nomor 32 Tahun 2004 dan UU Nomor                 atau urusan yang dilimpahkan kepada daerah
25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan                 sejalan dengan UU No. 32 dan No. 33 tersebut.
Antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang telah              Pembangunan         tersebut    diharapkan    dapat
direvisi dengan UU Nomor 33 Tahun 2004. Kedua              dilaksanakan secara lebih otonomi oleh daerah baik
Undang – Undang di bidang otonomi daerah                   dari   sisi     perencanaan,   pembangunan,   serta




                                                                                                            1
pembiayaannya. Diharapkan pembangunan yang                    pendanaan    sebagaimana             dimaksud     diukur
dilaksanakan akan banyak memberikan manfaat                   secara berturut-turut dengan jumlah penduduk,
bagi daerah, di antaranya:                                    luas wilayah, Indeks Kemahalan Konstruksi,
-   Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan             Produk Domestik Regional Bruto per Kapita
    masyarakat                                                dan Indeks Pembangunan Manusia dikurangi
-   Mendorong        perkembangan        perekonomian         dengan    kapasitas         fiskal     yaitu     sumber
    daerah                                                    pendanaan daerah yang berasal dari PAD dan
-   Mendorong peningkatan pembangunan daerah                  DBH.
    di segala bidang                                     -    Dana Alokasi Khusus (DAK)
-   Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan                Dialokasikan kepada daerah tertentu untuk
    masyarakat                                                mendanai kegiatan khusus yang merupakan
-   Meningkatkan pendapatan asli daerah                       urusan daerah.
-   Mendorong kegiatan investasi
          Sesuai dengan UU No 33 Tahun 2004              IDENTIFIKASI MASALAH
pasal 10 disebutkan bahwa yang menjadi sumber-                    Berdasarkan uraian di atas, maka masalah
sumber pembiayaan untuk pembangunan daerah               penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: Faktor
(capital investment), antara lain berasal dari Dana      - faktor apa saja yang dapat menjelaskan DAU.
Perimbangan yang diterima oleh daerah-daerah
Pemerintah Pusat. Dana Perimbangan tersebut              TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
berupa:                                                           Tujuan       penelitian     ini     adalah     untuk
-   Dana Bagi Hasil (DBH)                                mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat
    DBH bersumber dari pajak seperti Pajak Bumi          menjelaskan DAU.
    dan Bangunan (PBB), Bea perolehan atas Hak                    Sementara        ini     manfaat         diadakannya
    Tanah     dan     Bangunan     (BPHTB),     Pajak    penelitian ini adalah :
    Penghasilan (PPh) dan Sumber Daya Alam               1.   Memberikan masukan kepada pihak yang
    seperti   kehutanan,     pertambangan      umum,          berwenang di dalam pengambilan kebijakan
    perikanan,      pertambangan     minyak     bumi,         pemerintah mengenai DAU.
    pertambangan gas bumi dan pertambangan               2.   Sebagai     bahan      kajian         bagi     penelitian
    panas bumi.                                               selanjutnya yang berminat untuk menganalisis
-   Dana Alokasi Umum (DAU)                                   faktor-faktor yang dapat mempengaruhi DAU.
    Jumlah       DAU       keseluruhan      ditetapkan   3.   Sebagai bahan masukan bagi pemerintah
    sekurangnya-kurangnya 26% dari Pendapatan                 daerah    provinsi         sumatera      utara    dalam
    Dalam Negeri Neto yang ditetapkan APBN,                   menetapkan kebijakan yang terkait untuk
    DAU untuk suatu daerah dialokasikan atas                  meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).
    dasar celah fiskal dan alokasi dasar (jumlah
    gaji pegawai negeri sipil daerah). Celah fiskal      DANA ALOKASI UMUM (DAU)
    sebagaimana dimaksud adalah kebutuhan fiskal                  Untuk mengurangi ketimpangan dalam
    (kebutuhan daerah untuk melaksanakan fungsi          kebutuhan pembiayaan dan penguasaan pajak
    layanan   dasar     umum),     setiap   kebutuhan    antara Pusat dan Daerah sesuai dengan UU RI




                                                                                                                     2
Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan               DAU atas dasar celah fiskal dan alokasi dasar untuk
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah       suatu    daerah     provinsi    dihitung      berdasarkan
Daerah (dengan kebijakan bagi hasil dan DAU           perkalian bobot daerah provinsi yang bersangkutan
minimal 26% dari Penerimaan Dalam Negeri yang         dengan jumlah DAU seluruh daerah provinsi
ditetapkan dalam APBN). Dengan perimbangan            merupakan perbandingan antara celah fiskal dengan
tersebut, khususnya dari DAU akan memberikan          provinsi yang bersangkutan dan total celah fiskal
kepastian bagi daerah dalam memperoleh sumber-        seluruh daerah provinsi.
sumber pembiayaan untuk membiayai kebutuhan                    Untuk          kabupaten/kota              dihitung
pengeluaran yang menjadi tanggung jawabnya.           berdasarkan perkalian bobot daerah kabupaten/kota
         Sesuai dengan pasal 7 UU RI Nomor 25         yang bersangkutan dengan jumlah DAU seluruh
Tahun 1999 terdahulu, besarnya dana alokasi           daerah       kabupaten/kota.          Bobot          daerah
umum (DAU) ditetapkan sekurang-kurangnya 25           kabupaten/kota merupakan perbandingan antara
persen dari penerimaan dalam negeri bersih, yaitu     celah    fiscal      daerah     kabupaten/kota         yang
penerimaan dalam negeri setelah dikurangi dengan      bersangkutan dan total celah fiscal seluruh daerah
dana bagi hasil dan DAK yang bersumber dari dana      kabupaten/kota.
reboisasi.                                                     Daerah yang memiliki nilai celah fiskal
         UU RI Nomor 25 Tahun 1999 telah              sama dengan nol menerima DAU sebesar alokasi
direvisi UU RI Nomor 33 Tahun 2004 tentang            dasar. Daerah yang memiliki nilai celah fiskal
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat          negatif dan nilai negatif tersebut lebih kecil dari
dan Pemerintah Daerah, disahkan pada tanggal 15       alokasi dasar menerima DAU sebesar alokasi dasar
Oktober 2004 bahwa kebutuhan DAU untuk suatu          setelah dikurangi nilai celah fiskal. Daerah yang
daerah dialokasikan atas dasar celah fiskal (Fiscal   memiliki nilai celah fiskal negatif tersebut sama
Gap) dan alokasi dasar. Celah fiskal sebagaimana      atau lebih besar dari alokasi dasar tidak menerima
dalam UU adalah kebutuhan fiskal dikurangi            DAU.
dengan kapasitas fiskal daerah. Alokasi dasar                  Data untuk menghitung kebutuhan fiskal
sebagaimana    dimaksud     dihitung   berdasarkan    dan kapasitas fiskal diperoleh dari lembaga statistik
jumlah gaji pegawai negeri sipil daerah. Kebutuhan    pemerintah dan/atau lembaga pemerintah yang
fiskal daerah merupakan kebutuhan pendanaan           berwenang         menerbitkan      data    yang       dapat
daerah untuk melaksanaakan fungsi layanan dasar       dipertanggujawabkan.
umum. Setiap kebutuhan pendanaan daerah diukur        Penyaluran    DAU        dilaksanakan      setiap     bulan
secara berturut-turut dengan jumlah penduduk, luas    masing-masing sebesar 1/12 (satu perdua belas)
wilayah, Indeks Kemahalan Kontruksi, Produk           dari DAU daerah yang bersangkutan. Penyaluran
Domestik Regional Bruto per Kapita, dan Indeks        DAU dilaksanakan sebelum bulan bersangkutan.
Pembangunan Manusia. Kapasitas fiskal daerah
merupakan sumber pendanaan daerah yang berasal        SUMBER DATA
dari PAD dan Dana Bagi Hasil.                                  Dalam        penelitian    ini    dipergunakan
         Proporsi DAU antara daerah provinsi dan      beberapa data yang terkait dengan                   masalah
kabupaten/kota ditetapkan berdasarkan imbangan        keuangan daerah yang diperoleh dari Badan Pusat
kewenangan antara provinsi dan kabupaten/kota.        Statistik Propinsi Sumatera Utara. Dari data yang




                                                                                                                3
didapat tersebut nantinya akan dilakukan suatu             Dimana:
analisis    data    untuk   membuktikan        hipotesa    DAU       = Dana Alokasi Umum
bahwasanya faktor-faktor apa saja yang dapat               JP        =     menunjukkan      Jumlah      Penduduk
menjelaskan DAU.                                           (potensi SDM)
                                                           LW        = menunjukkan Luas Wilayah
RUANG LINGKUP PENELITIAN                                   IKK       =     menunjukkan     Indeks      Kemahalan
           Ruang lingkup penelitian ini meliputi           Konstruksi
faktor-faktor yang dapat menjelaskan Dana Alokasi          PDRB = menunjukkan Pendapatan Domestik
Umum (DAU). Adapun periode waktu yang                      Regional Bruto per kapita
digunakan terdiri dari data time series mulai tahun        IPM       = menunjukkan Indeks Pembangunan
2004 sampai dengan 2005 dan cross check data               Manusia
seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera            BP        = menunjukkan Belanja Pegawai (gaji
Utara.                                                     PNS daerah)
                                                           PAD       = menunjukkan Pendapatan Asli Daerah.
MODEL EKONOMETRIKA DAU                                     DBH       = menunjukkan Dana Bagi Hasil (SDA,
           Model formula DAU menurut UU No.                PBB, BPHTB, dan PPh Pribadi)
33 tahun 2004 sebagai berikut :                            ef        = menunjukkan error terms
Celah Fiskal = Kebutuhan Fiscal – Kapasitas Fiscal
Kebutuhan Fiskal = f (JP, LW, IKK, PDRB, IPM)              DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL DAU
Kapasitas Fiskal = f (PAD, DBH)                            1.   Jumlah penduduk merupakan variabel yang
DAU = Celah Fiscal                                              mencerminkan kebutuhan akan penyediaan
DAU = f (JP, LW, IKK, PDRB, IPM, PAD, DBH)                      layanan publik disetiap daerah diyatakan dalam
           Kebutuhan    fiskal   daerah     merupakan           rasio.
kebutuhan pendanaan daerah untuk melaksanakan              2.   Luas     wilayah    merupakan     variabel     yang
fungsi layanan dasar umum. Setiap kebutuhan                     mecerminkan        kebutuhan    atas   penyediaan
pendanaan diukur secara berturut-turut dengan                   sarana dan prasarana per satuan wilayah
jumlah penduduk, luas wilayah, Indeks Kemahalan                 dinyatakan dalam rasio.
Konstruksi, Produk Domestik Regional Bruto per             3.   Indeks     Kemahalan     Konstruksi    merupakan
Kapita, dan Indeks Pembangunan Manusia.                         cerminan tingkat kesulitan geografis yang
           Kapasitas   Fiskal    daerah     merupakan           dinilai berdasarkan tingkat kemahalan harga
sumber pendanaan daerah yang berasal dari PAD                   prasarana fisik secara relatif antardaerah
dan Dana Bagi Hasil.                                            dinyatakan dalam rasio.
           DAU     merupakan     celah    fiskal   yaitu   4.   Produk Domestik Regional Bruto merupakan
kebutuhan fiskal dikurangi dengan kapasitas fiskal.             cerminan potensi dan aktivitas perekonomian
           Dari hal tersebut diatas penulis membuat             suatu daerah yang dihitung berdasarkan total
model ekonometrika persamaan fungsi DAU                         seluruh output produksi kotor dalam suatu
sebagai berikut :                                               wilayah dinyatakan dalam rasio.
DAU = 0 + 1JP + 2LW+ 3IKK + 4PDRB +                   5.   Indeks     Pembanguna     Manusia      merupakan
      5IPM+ 6BP + 7PAD + 8DBH + e f                         variabel     yang      mencerminkan          tingkat




                                                                                                                  4
pencapaian     kesejahteraan      penduduk    atas   meningkat, dan (2) memasukan informasi yang
       layanan   dasar     dibidang    pendidikan    dan    berkaitan dengan baik cross section maupun time
       kesehatan dinyatakan dalam rasio.                    series yang dapat mengurangi masalah yang
6.     Belanja       pegawai     yaitu       pengeluaran    muncul apabila ada variable yang dihilangkan. Data
       pembelanjaan gaji pegawai masing-masing              time      series     yang      digunakan       digunakan
       daerah dengan kebutuhan gaji daerah secara           menggunakan        basis    data     tahun     2004-2005
       nasional dinyatakan dalam rasio.                     sedangkan data cross sectional yang digunakan
7.     Pendapatan Asli Daerah yaitu bersumber pajak         menggunakan sampel data 25 kabupaten/kota di
       daerah, restribusi daerah, hasil kekayaan            Provinsi Sumatera Utara. Penggunaan data time
       daerah yang dipisahhkan, dan penghasilan             series mulai dari tahun 2004-2005 sebetulnya
       yang syah lainnya dinyatakan dalam rasio.            masih mengandung banyak kelemahan, namun
8.     Dana Bagi Hasil yaitu Sumber Daya Alam,              dikarenakan adanya keterbatasan dan kesulitan
       Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak           didalam penyusunan data baik yang disebabkan
       Tanah dan Bangunan, dan Pajak Penghasilan            oleh daerah penyusunan data baik yang disebabkan
       Pribadi dinyatakan dalam rasio.                      oleh kabupaten/kota atau instansi terkait tidak
                                                            mengirim data ke Pemerintah Provinsi Sumatera
METODE ANALISIS                                             Utara atau berbagai kesulitan lainnya sehingga
           Metode Analisis dalam pengolahan data            penulis memutuskan untuk menggunakan data
menggunakan metode regresi Generalized Least                tahun 2004-2005 sebagai analisa awal untuk
Square (GLS) secara Cross Section Weight. Dengan            mengetahui peranan DAU didalam pembiayaan
menggunakan metode estimasi secara GLS maka                 daerah di era otonomi daerah.
model estimasi tersebut menganggap bahwasanya                          Sebagai upaya untuk menghasilkan model
intercept  dan slope  sama untuk setiap individu          yang efisien, fisibel, dan konsisten, maka perlu
(1 = 2 = 3….i) dan (1k = 2k = 3k….ik)               pendeteksian terhadap pelanggaran asumsi model
dengan memperhatikan struktur varian dan covarian           yaitu     gangguan     antar       waktu     (time-related
error terms ( r ). Sementara itu struktur varian dan        disturbance), gangguan antar individu (cross
covarian      yang       digunakan     adalah    struktur   sectional       disturbance) dan gangguan akibat
heterokedastik tanpa adanya korelasi antar unit             keduanya. Agar model yang digunakan dalam
waktu (cross sectional correlation).                        model ini fisibel dan efektif, maka kita perlu
           Jika memperhatikan karakteristik model di        melihat pelanggaran asumsi dasar yaitu :
atas     maka       terlihat   bahwa      data   tersebut   1.     Kolinearitas Jamak (multicollinearity).
membutuhkan data antar waktu (time series)                             Kolinearitas jamak muncul jika di antara
sekaligus data antar kabupaten/kota (cross section).        variabel independen memiliki korelasi yang tinggi,
Dalam ekonometri proses penyatuan data antar                sehingga kita sulit memisahkan efek satu variabel
waktu (time series) dan data antar individu (cross-         independen terhadap variabel dependen dari efek
section) disebut dengan pooling. Sedangkan data             variabel independen yang lain.
yang dihasilkan disebut dengan pooled data atau                        Pelanggaran ini menjadi masalah jika
panel data. Beberapa keuntungan penggunaan data             tujuan melakukan regresi adalah untuk menafsirkan
panel adalah (1) memungkinkan jumlah data yang




                                                                                                                    5
koefisien     regresi.    Indikasi-indikasi.       Adanya    terkecil biasa adalah tidak bisa dan konsisten, tapi
Kolinearitas Jamak:                                          tidak efisien, yaitu varians dugaannya bukanlah
                                2
a.   Jika ditemukan nilai R yang tinggi dan nilai            varians minimum. Selain itu, varians dugaan dari
     statistik F yang signifikan tetapi sebagian besar       parameter-parameter             dugaan             adalah       penduga-
     nilai statistic t tidak signifikan.                     penduga yang bisa dari varians yang sebenarnya.
b.   Korelasi sederhana yang relatif tinggi (0.8 atau                   Pemecahan masalah heteroskedastisitas
     lebih) antara satu atau lebih pasang variabel           adalah Weighted Least Square, yaitu membobotkan
     independen. Jika koefisien korelasi kurang dari         setiap variabel dengan varians yang tidak konstan.
     0.8 berarti masalah tidak terlalu serius, belum         Tujuannya untuk membut agar varians jadi konstan.
     terjadi kolinearitas berganda. Jika koefisien           Selain     itu,    juga        dapat             dilakukan        dengan
     korelasi lebih dari 0.9 berarti kolinearitas            mentransformasi model dalam bentuk logaritma
     berganda merupakan masalah yang serius.                 natural.
c.   Regresi bantuan (Auxilary Regression), dengan           3.   Autokorelasi/Korelasi Serial
     cara meregresi masing-masing peubah bebas                          Korelasi serial terjadi jika galat-galat dari
                                                    2
     pada peubah bebas lainnya. Apabila R -nya               observasi yang berbeda berkorelasi, dengan kata
     tinggi maka ada indikasi ketergantungan linear          lain terjadi korelasi galat antar waktu. Jika galat-
     yang hampir pasti diantara kolom-kolom x.               galat dari periode-periode waktu yang berbeda
          Pemecahan masalah kolinearitas jamak :             (bisanya berdekatan berkorelasi, dikatakan bahwa
(a) Mengurangi variable independen dalam model.              galat itu berkorelasi serial. Korelasi serial biasanya
(b) Mengubah bentuk model, (3) Menambah data                 terjadi pada data time series. Korelasi serial tidak
atau memilih sample baru.                                    mempengaruhi           ketidakbiasaan                  atau     konsisten
2.   Heteroskedastisitas                                     penduga-penduga kuadrat terkecil biasa, tetapi ia
          Heteroskedastisitas terjadi jika varians dari      mempengaruhi efisiennya.
galat berubah. Heteroskedastisitas biasanya galat                       Uji untuk korelasi serial yang akan
berubah. Heteroskedastisitas biasanya muncul pada            digunakan dalam penelitian ini adalah :
data cross section dan tidak terjadi pada data time          -    Uji     Durbin           Watson               (DW),         meliputi
series (deret waktu) karena perubahan-perubahan                   perhitungan uji statistik yang didasarkan pada
dalam variabel dependen dan perubahan-perubahan                   residual-residual dari prosedur regresi kuadrat
dalam satu atau lebih variabel dependen dan                       terkecil biasa.
perubahan-perubahan        dalam     satu   atau     lebih              Keputusan          ada       tidaknya              autokorelasi
variabel independen kemungkinan adalah sama                             adalah sebagai berikut :
besar.    Efek    dari    heteroskedastisitas,     adalah    -    Bila nilai DW lebih besar daripada batas atas
pendugaan kuadrat terkecil membobot lebih berat                   (upper, bound, U), maka koefisien autokorelasi
pada observasi yang memiliki varians galat lebih                                    iN     t T

besar dibanding pada observasi yang memiliki                                          ˆ               t   *  t 1 
                                                                               
                                                                               ˆ    i 1      t 2
                                                                                           i  N t T
varians galat lebih kecil. Hal ini terjadi karena
jumlah residual kuadrat dari galat yang mempunyai
                                                                                             ˆ
                                                                                           i 1    t 1
                                                                                                              2 t
                                                                                                               1


varians yang lebih kecil. Karena pembobotan                  -    sama dengan nol, artinya tidak ada autokorelasi
implisit ini, penduga-penduga parameter kuadrat                   yang positif.




                                                                                                                                     6
-    Bila nilai DW lebih rendah daripada batas                 H1 (Ho ditolak) : Jika Thitung < Ttabel atau Thitung > Ttabel
     bawah (lower bound, L), maka koefisien                    Jika ternyata ada variabel yang tidak signifikan
     autokorelasi lebih besar dari nol, artinya ada            nantinya     akan      dilakukan       Wald        Test     untuk
     autokorelasi yang positif.                                mengetahui       apakah       variabel-variabel           tersebut
-    Bila nilai DW terletak diantara batas atas dan            benar-benar tidak signifikan. Setelah diyakini
     bawah maka tidak dapat disimpulkan.                       bahwasanya model persamaan yang digunakan
-    Bila nilai DW terletak diantara batas atas (du)           sudah bersifat BLUE kemudian dilakukan uji F
     dan (4-du), maka hipotesis nol diterima, yang             statistik untuk menguji keberartian pengaruh dari
     berarti tidak ada autokorelasi.                           seluruh     variabel    bebas       secara     bersama-sama
Selain melakukan berbagai uji pelanggaran asumsi               terhadap variable terikat. Cara yang biasa dilakukan
klasik untuk mendapatkan suatu persamaan yang                  adalah dengan membandingkan nilai F hitung
BLUE, nantinya juga akan dilakukan uji individu                dengan F table. Nilai F hitung diperoleh dari
(t) untuk mengetahui variabel-variabel apa saja                rumusan:
yang mempengaruhi DAU secara signifikan. Secara                                               R 2 k 1
                                                                                Fhitung                     vi
umum       uji   individu     dilakukan        dengan   cara                                1  R 2 n  k 
membandingkan hasil hitung dengan t table.
                                                               Jika prob variabel < prob 5% maka H0 diterima
Adapun aturan yang digunakan adalah :
                                                               Jika prob variabel > prob 5% maka H0 ditolak dan
Ho diterima : Jika Ttabel < Thitung < Ttabel
                                                               terima H1
Secara ringkas uji auto korelasi dapat disimpulkan                        Untuk menentukan nilai F table tingkat
sebagai berikut :                                              signifikansi yang digunakan sebesar 5% dengan
Secara ringkas uji auto korelasi dapat disimpulkan sebagai     derajat kebebasan df = (n-k) dan (k-1) dimana n
berikut :
Hipotesis nol          Keputusan         Syarat
                                                               adalah jumlah observasi, k adalah jumlah variable
Tidak            ada Tolak               0<d<dL                termasuk intersep dengan kriteria uji:
Autokorelasi positif
Tidak            ada Tidak         ada dL< d < du              Jika Fhitung > Ftabel (,k – 1,n-k) maka H0 ditolak
Autokorelasi positif   keputusan
Tidak            ada Tolak               4 – dL < d < 4
                                                               Fhitung < Ftabel (,k – 1,n-k) maka H1 diterima.
Autokorelasi negatif
                                                                          R2 untuk mengukur proporsi variasi
Tidak            ada Tidak         ada 4 – du < d < 4 – dL
Autokorelasi positif   keputusan                               variabel terikat yang dijelaskan oleh variabel-
Tidak            ada Terima              Du < d < 4 – du
Autokorelasi, positif                                          variabel bebasnya. Nilai R2 tergantung jumlah
atau negatif
                                                               kuadrat faktor residu. Apabila dimasukkan variabel
          Sementara koreksi terhadap korelasi serial
                                                               tambahan ke dalam persamaan regresi, maka ei2
dalam penelitian ini akan digunakan adalah
                                                               mengecil dan akibatnya R2 bertambah besar. Akan
Prosedur           Hidreth-Lu.            Prosedur       ini
                                                               tetapi    kenaikkan      R2     yang      diakibatkan        oleh
menspesifikasikan nilai-nilai untuk , yaitu :
                                                               penambahan variabel hanyalah bersifat matematik,
          Cara lain yang digunakan adalah dengan
                                                               oleh kerena itu perlu dipertimbangkan penting
cara membandingkan nilai probabilitas masing-
                                                               tidaknya memasukkan tambahan variabel dalam
masing variabel dengan besarnya nilai  = 5%.
                                                               persamaan regresi. Jadi harus diingat, walaupun R2
Adapun aturan yang digunakan adalah :
                                                               mengukur proporsi dari variasi-variasi variabel
H0 diterima
                                                               terikat yang dijelaskan oleh ketepatan persamaan




                                                                                                                               7
Tabel 1. Rincian DAU dan Variabelnya tiap Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Th.2004


                                                Tahun 2004
No. Kabupaten di Sumut       DAU      JP       LW       IKK     PDRB      IPM BP          PAD        DBH
1   Kab. Asahan              274447   1009856 4580.75 90.07     14517680 69.7 251414.4    22876.08   40540.62
2   Kab. Dairi               131494   259158   1927.8   89.79   2054750   69.9 108758.62 4648.78     13825.24
3   Kab. Deli Serdang        485416   1523881 2407.96 90.41     15616420 71.6 444650.34 46169.04     52491.02
4   Kab. Tanah Karo          192376.3 312300   2127.29 90.85    3270310   72.3 145040.23 9151.94     22845.94
5   Kab. Labuhan Batu        268127   933866   9223.18 90.76    10753270 70.6 235452.52 27500.45     48979.12
6   Kab. Langkat             273583   955348   6263.3   88.65   7361460   70.7 246196.82 16570       61751.97
7   Kab. Mandailing Natal    168144   379045   6618.79 89.47    1791800   67.5 120540.36 7250        13850
8   Kab. Nias                155786   433350   3495.39 106.73 2106530     65   137115.1   21497.93   9499.05
9   Kab. Simalungun          299970   818975   4386.6   88.79   5578940   70.5 297041.02 14204.12    40373.61
10 Kab. Tapanuli Selatan     252889   609922   12138.3 90.35    3420340   71   200318.63 7115.02     32940.83
11 Kab. Tapanuli Tengah      134817   278472   2188     88.22   1153710   68.4 86697.86   6817.91    17887.22
12 Kab. Tapanuli Utara       139276   255400   3726.52 89.07    1746630   70.9 126853.04 8381.59     23179.83
13 Kab. Toba Samosir         159848   167587   2474.4   89.58   1748170   73.8 122681.6   12006.03   124465.9
14 Kota Binjai               132050   232236   90.33    89.54   2100120   74   111811.42 8965.29     18693.87
15 Kota Medan                404990   2010676 265.1     90.03   33097680 74.7 504021.41 257989.89 190739.86
16 Kota Pematang Siantar     140229   227551   79.99    86.78   2515280   75.4 121868.37 13603.65    13442.85
17 Kota Sibolga              93.121   87260    10.77    88.6    718600    72.9 65105.95   7972.8     14163.65
18 Kota Tanjung Balai        103860   149238   60.52    88.07   1574150   71   55964.55   8840.19    12000.51
19 Kota Tebing Tinggi        115453.1 134382   37.99    91.25   1091220   74   62598.61   9701.88    14584.91
20 Kota Padang Sidempuan     110115   172419   140      87.96   989800    72.6 87332.68   1768.12    8205.46
21 Kab. Pakpak Bharat        25942    34260    1218.3   88.52   175690    68.3 15738.88   283.36     10610.3
22 Kab. Nias Selatan         66466    282715   1825.2   103.13 1341980    63.1 57770      4567       12345
23 Kab. Humbang Hasundutan   71368    152519   2335.33 90.01    297926    69.1 56070.1    4368.15    12307.67
24 Kab. Serdang Berdagai     156781.2 583071   1989.98 90.05    4508350   70   57890      5678.78    14567
25 Kab. Samosir              59876    119873   2069.05 88.7     1014140   71.7 54980      6765.78    14567




                                                                                                                8
Tabel 2. Rincian DAU dan Variabelnya tiap Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Th. 2005


                                                   Tahun 2005
No. Kabupaten di Sumut         DAU        JP       LW       IKK       PDRB      IPM     BP        PAD        DBH
1    Kab. Asahan               292231    1024369 4580.75 111.79 15527790 70.1 250055.48           22624.38    48753.1
2    Kab. Dairi                138511    261287    1927.8 112.43      2303590 70.5 119076.18        5243.1      9825
3    Kab. Deli Serdang         330429    1569638 2407.96 110.19 19509890 72.4 350216.28            59145.8     57345
4    Kab. Tanah Karo           194397    316207 2127.29 112.09        3683020 73.5 151584.82      11091.72    8692.05
5    Kab. Labuhan Batu         286.548   951773 9223.18 113.07 12446060 71.1 241097.98            23398.85     43050
6    Kab. Langkat              293755    970433    6263.3   110.5     8461170 71.3 245665.86      16834.74   83208.81
7    Kab. Mandailing Natal     183019    386150 6618.79 112.39        2004420 68.8 129569.49       6688.96   19997.95
8    Kab. Nias                 172962    441807 3495.39     139.1     2159950 66.1      146789       7689    14567.45
9    Kab. Simalungun           313639    826101    4386.6 110.25      6168250 71.3 309322.43      18822.38   37447.44
10 Kab. Tapanuli Selatan       265560    626702 12138.3 111.43        3678200 72.2 201540.32        6983.2   39065.64
11 Kab. Tapanuli Tengah        153475    283035      2188 109.65      1296690 68.9       89765       7897    19876.12
12 Kab. Tapanuli Utara         149607    256201 3726.52 111.09        2155280 72.1 133123.68       5814.79   14149.52
13 Kab. Toba Samosir           108378    158677    2474.4 115.93      1977270 74.5     96641.63    8617.02   11181.28
14 Kota Binjai                 146640    237904     90.33       111   2437040 74.4 116505.54      13002.79   18662.88
15 Kota Medan                  426572    2036185    265.1 111.39 42654260 75.4 536995.35 282218.79 392876.28
16 Kota Pematang Siantar       149682    230487     79.99 110.78      2662900 75.8       78767     125678      13678
17 Kota Sibolga                101569     88717     10.77       112   1765170 73.2      75499.1    5822.47    15155.8
18 Kota Tanjung Balai          106177    152814     60.52 111.16      1765170 71.6 158229.59       9574.57   11947.06
19 Kota Tebing Tinggi          114202    135671     37.99 112.45      1253170 74.3     79643.52    6851.24    6837.32
20 Kota Padang Sidempuan       128044    177499       140 111.36      1138940 73.3       78655     6890.34     13578
21 Kab. Pakpak Bharat           43399     34542    1218.3 111.81       216190 68.7     26897.57      1376    10238.95
22   Kab. Nias Selatan          82051    288233 1825.2 137.86         1458640   63.9     63500      6786.8     14567
23   Kab. Humbang Hasundutan    83584    152997 2335.33   111         1387710   69.8   59446.04    3087.31   14689.14
24   Kab. Serdang Berdagai     188714    588176 1989.98 110.14        5059770   71.2     58792      6754.1     16788
25   Kab. Samosir               62082    131073 2069.05 119.06        1111860   72.2     56898      6987.3     15678



        Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara.
        Keterangan:
        DAU         Dana Alokasi Umum (dalam jutaan rupiah)
        JP          Jumlah Penduduk
        LW          Luas Wilayah (KM2)
        IKK         Indek Kemahalan Konstruksi
        PDRB        Pendapatan Domestik Regional Bruto Per Kapita (dalam jutaan rupiah)
        IPM         Indek Pembangunan Manusia
        BP          Belanja Pegawai (gaji PNS Daerah) (dalam jutaan rupiah)
        PAD         Pendapatan AsIi Daerah (dalam jutaan rupiah)
        DBH         Dana Bagi Hasil (SDA, PBB, BPHTB, dan PPh Pribadi) (dalam jutaan rupiah)

        Menurut UU RI No 33 Tahun 2004
        DAU = 26% x PDN Netto
        Celah Fiscal = KbFiscal - KpFiscal
        DAU = Celah Fiscal + Alokasi Dasar (Gaji PNS Daerah)
        KbFiscal = JP+LW+IKK+PDRB+IPM
        KpFiscal = PAD+Dana Bagi Hasil(SDA,PBB,BPHTB dan PPh)

        Model Formula DAU
        DAU = 0 + 1JP + 2LW+ 3IKK + 4PDRB + 5IPM+ 6BP + 7PAD + 8DBH + e f




                                                                                                                        9
regresi, namun hal itu tidak selalu dapat diartikan                   variabel bebas di kolom variabel PAD dengan LW
sebagai penentu bagi “goodness off fit”.                              dapat dilihat pada Tabel 3. menunjukkan R2 < r2,
            Penggunaan metode estimasi GLS untuk                      maka          penulis                      melakukan                                     tindakan                        perbaikan
mengetahui seberapa besar pengaruh DAU melalui                        dengan cara mengeluarkan salah satu variabel yang
persamaan       yang       membentuknya       terhadap        25      berkolinear yaitu variabel LW.
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara dimana                         Tabel 3. Uji gejala multikolinieritas variabel bebas
intercept  dan  slope dianggap sama untuk setiap                                                                       pada DAU
                                                                                                                                                    2                                                                        2
                                                                    Variabel                                                                    r                                                                            R
individu.        Meskipun        dengan           menggangap        ln JP           1
                                                                    ln LW       0.0544             1

bahwasanya  dan  dianggap sama merupakan                          ln IKK
                                                                    ln PDRB
                                                                                0.0343
                                                                                0,0547
                                                                                               0.2151
                                                                                               0.3832
                                                                                                                     1
                                                                                                                0.2079                     1
                                                                                                                                                                                                                          0.8868
                                                                    ln IPM      0.0329         0.0099           0.0047           0.0126                         1
suatu hal yang mustahil, namun sebagai suatu                        ln BP       0.8313         0.0202           0.0128           0.0388                     0.0455              1
                                                                    ln PAD      0.0423         0.9743           0.1378           0.3686                     0.0072         0.0155               1

analisis awal menurut penulis hal tersebut sudah                    ln DBH      0.0121
                                                                                ln JP
                                                                                               0.0151
                                                                                               ln LW
                                                                                                                0.0087
                                                                                                                ln IKK
                                                                                                                                 0.0088
                                                                                                                             ln PDRB
                                                                                                                                                            0.3068
                                                                                                                                                        ln IPM
                                                                                                                                                                           0.0366
                                                                                                                                                                           ln BP
                                                                                                                                                                                            0.0116
                                                                                                                                                                                        ln PAD          ln DBH
                                                                                                                                                                                                                1




memenuhi persyaratan.                                                 Sumber : data pengolahan.
                                                                                         Kemudian penulis melakukan pengolahan
HASIL PENELITIAN                                                      data ulang dengan Shazam, ternyata terdapat
            Setelah pengolahan data dilakukan dengan                  multikolinearitas lagi R2 = 0.8743 lebih rendah
Shazam version 9.0, maka perlu dianalisis model                       dibandingkan dengan r2 = 0.9739 terjadi pada
ekonometrika formula DAU terlebih dahulu dengan                       kolom                  variabel                        bebas                               BP                dengan                   IKK
                                                                                                            2            2
melihat adanya gejala multikolinearitas untuk                         menunjukkan R < r , dapat dilihat Tabel 4. maka
mendeteksi apakah terjadi hubungan (korelasi)                         penulis                melakukan tindakan perbaikan                                                                               ulang
yang sempurna atau tinggi antara variabel bebas                       dengan cara mengeluarkan salah satu varibel bebas
yang satu dengan variabel bebas lainnya dalam                         yang berkolinear yaitu IKK.
model. Gejala multikolinieritas akan menyebabkan                                         Tabel 4.                        Uji gejala                                         multikolinieritas
standar errornya makin besar, sehingga t-statistik                    variabel bebas dengan mengeluarkan variabel LW
akan     menjadi       kecil   (t-stat    =       bi/se)    yang      pada DAU
                                                                    Variabel                                                               r2                                                                        R2
mengakibatkan tidak nyatanya variabel-variabel                      ln JP                1
                                                                    ln IKK      0.9558                  1
bebas secara statistik dalam model. Pengujian                       ln PDRB     0.0175          0.0039                   1
                                                                    ln IPM      0.8325          0.0217              0.0199                          1                                                               0.8743
terhadap gejala multikolinieritas dapat dilakukan                   ln BP       0.0423          0.9739              0.1936                0.0165                       1
                                                                    ln PAD      0.0029          0.0086              0.1936                0.0149                0.0065                 1

dengan         melihat      koefisien     korelasi          yang    ln DBH      0.8119          0.0541              0.7084                0.8417                0.0445             0.1323               1
                                                                                 ln JP          ln IKK            ln PDRB                 ln IPM                ln BP           ln PAD             ln DBH

dikuadratkan untuk melihat koefisien korelasi yang                    Sumber : data pengolahan.
dikuadratkan         untuk      memperoleh            koefisien          Tabel 5. Uji gejala multikolinieritas variabel bebas
                 2
determinan (r ), kemudian membandingkan dengan                              dengan mengeluarkan variabel LW dan IKK pada
                                              2                 2
koefisien determinasi persamaan (R ). Apabila r                                                                                  DAU
                                              2
lebih besar atau sama dengan nilai R maka gejala                    Variabel                                                      r
                                                                                                                                      2                                                                     2
                                                                                                                                                                                                            R
                                                                    ln JP                1
multikolinieritas terjadi atau cukup tinggi, maka                   ln          0.8188                      1
                                                                    PDRB        0.0423             0.0078                    1
hasil regresi tidak menghasilkan interpretasi yang                  ln IPM      0.0001             0.0045            0.0036                             1                                               0.8742
                                                                    ln BP       0.8157             0.6974            0.0513                0.0838                           1
baik. Ternyata dalam model ekonometrika formula                     ln PAD      0.0560             0.0131            0.8205                0.0016                     0.0800                   1
                                                                    ln DBH
DAU      ini     setelah     diestimasi   terkena          gejala                ln JP          ln PDRB              ln IPM                ln BP                     ln PAD           ln DBH

                                          2
multikolinearitas ditemukan hasil R = 0.8868 lebih                    Sumber : data pengolahan.

rendah, bila dibandingkan dengan r2 pada sesama




                                                                                                                                                                                                                10
Pada pengolahan data selanjutnya tidak                DW=d=2,2317 terletak pada interval tidak menolak
terjadi multikolinieritas dengan              R2 = 0.8742        atau menerima Ho (ragu-ragu). Sehingga untuk
dibandingkan pada kolom variabel bebas JP,                       melihat terjadi atau tidak terjadinya autokorelasi
PDRB, IPM, BP, PAD dan DBH. Begitu juga                          pada model belum dapat diputuskan. Untuk itu
dengan pengujian heteroskedastisitas dengan uji                  penulis melihat dari sisi error term, yaitu dengan
park, apabila nilai p-value  0.05 (5 %) maka                    melakukan regresi (OLS) antara error term (e i)
model formula DAU tersebut mengalami gejala                      dengan error term sebelumnya (ei-1). Setelah dirun,
heteroskedastisitas.                                             hasilnya (dilampiran) menunjukkan nilai p-value
  Tabel 6. Uji gejala heterokedastisitas (uji Park)              sebesar 0.398. Bila dibandingkan dengan =0.05,
                        pada DAU                                 dapat dipastikan bahwa hubungannya tidak nyata,
    Variabel         p-value         Kesimpulan                  berarti dapat disimpulkan model terhindar dari
   ln JP          0.853          tidak signifikan                gejala autokorelasi.
   ln PDRB        0.971          tidak signifikan
   ln IPM         0.550          tidak signifikan                ANALISIS               HASIL             ESTIMASI                MODEL
   ln BP          0.280          tidak signifikan                PENELITIAN
   ln PAD         0.715          tidak signifikan                               Setelah model terhindar dari kesalahan
   ln DBH         0.085          tidak signifikan                asumsi yaitu multikolinieritas, heterokedastisitas,
Sumber : data pengolahan.                                        dan autokorelasi, maka dilakukan pengolahan data
           Dengan melihat hasil dari Tabel 6. maka               dengan metode regresi Generalized Least Square
dapat disimpulkan ke enam variabel terikat tersebut              (GLS). Hasil dari regresi GLS, dapat dilihat Tabel
terhadap DAU tidak terjadi heterokedastisitas.                   7.
Kemudian       menguji        autokorelasi,     dari     hasil         Tabel 7. Hasil analisis regresi Fungsi Formula
pengolahan data didapatkan DW= d = 2.2317;                                                         DAU
                                                                  Variabel       Koefisien     Standard    t-ratio      p-value    Koefisien
dL = 1.291; dU = 1.822; 4-dU=2.178; 4-dL=2.709.
                                                                                  estimasi       error                             Elastisitas
dU dan dL diperoleh dari tabel Durbin Watson                      Konstanta           34559      11000      3.142         0.003         0.2020
                                                                  JP                0.13470     0.04868     2.767         0.008         0.3209
dengan  = 0.05                                                   PDRB           - 0.0057726   0.001926    -2.997         0.005        -0.1443
                                                                  IPM             0.0080526    0.003634     2.216         0.032         0.0519
  Tolak      Ragu-       Terima         Ragu-          Tolak
                                                                  BP                0.70977      0.2130     3.332         0.002         0.0420

   Ho         ragu       Ho     atau     ragu           Ho        PAD               0.70386      0.1642     4.287         0.000         0.5076
                                                                  DBH               0.14434      0.2279    0.6333         0.530         0.0201
  ( Kor                  Ho (tidak                     ( Kor -    R2 = 0.8806             DW = 2.2317

   +)                    ada                              )      Sumber : data pengolahan.
                         korelasi)                               Dari Tabel 7. diatas dapat dilihat bahwa variabel
                                                                 bebas JP, PDRB, IPM, BP, PAD, dan DBH dapat
                                          d=
                                                                 menjelaskan variabel DAU sebesar 88.06 persen,
                                        2.2317
                                                                 sisanya 11.94 persen berasal dari variabel lain yang
                                                                 tidak diikutkan. Bila dilihat pada koefisien estimasi
                                                                 ada satu variabel yang tidak signifikan yaitu

0 dL= 1.291 dU= 1.822 2 4-dU=2.178 4-dL=2.709 4                  variabel         DBH          sedangkan             variabel      lainnya

           Dari      interval     di    atas,       ternyata     berpengaruh signifikan pada tingkat keyakinan 95
                                                                 persen ( = 5 persen). JP, IPM, BP, PAD




                                                                                                                                         11
berpengaruh secara nyata dan hubungannya positif,       menambah penerimaan DAU daerah tersebut
sedangkan PDRB berpengaruh secara nyata tetapi          sebesar 0.0519 persen.
hubungannya negatif.                                             Variabel      Belanja       Pegawai        (BP)
          Variabel      jumlah     penduduk     (JP)    berpengaruh signifikan terhadap Dana Alokasi
berpengaruh signifikan terhadap Dana Alokasi            Umum (DAU) di Provinsi Sumatera Utara sampai
Umum (DAU) di Provinsi Sumatera Utara sampai            taraf 1 persen. Besarnya koefisien estimasi adalah
taraf 1 persen. Besarnya koefisien estimasi adalah      0.70977, mengindikasikan bahwa bila belanja
0.13470, mengindikasikan bahwa bila penduduk            pegawai suatu daerah kabupaten/kota di provinsi
suatu daerah kabupaten/kota di provinsi sumatera        sumatera utara bertambah 1 (satu) juta rupiah
utara bertambah 1 (satu) jiwa mengakibatkan DAU         mengakibatkan DAU daerah tersebut bertambah
daerah      tersebut   bertambah   134700     rupiah.   709770 rupiah. Koefisien elastisitas BP adalah
Koefisien elastisitas JP adalah 0.3209 menunjukkan      0.0420 menunjukkan tambahan 1 persen belanja
tambahan 1 (satu) jiwa penduduk akan menambah           pegawai, akan bertambah penerimaan DAU daerah
penerimaan DAU daerah tersebut sebesar 0.3209           tersebut sebesar 0.0420 persen.
persen.                                                          Variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD)
          Variabel Produk Domestik Regional Bruto       berpengaruh signifikan terhadap Dana Alokasi
(PDRB) tidak berpengaruh signifikan terhadap            Umum (DAU) di Provinsi Sumatera Utara sampai
Dana Alokasi Umum (DAU) di Provinsi Sumatera            taraf 1 persen. Besarnya koefisien estimasi adalah
Utara sampai taraf 1 persen. Besarnya koefisien         0.70386, mengindikasikan bahwa bila PAD suatu
estimasi adalah        -0.0057726, mengindikasikan      daerah kabupaten/kota di provinsi sumatera utara
bahwa bila PDRB suatu daerah kabupaten/kota di          bertambah 1 (satu) juta rupiah mengakibatkan
provinsi sumatera utara bertambah 1 (satu) juta         penerimaan DAU         daerah     tersebut bertambah
rupiah mengakibatkan penerimaan DAU daerah              703860 rupiah. Koefisien elastisitas PAD adalah
tersebut berkurang sebesar 5772.6 rupiah. Koefisien     0.5076 menunjukkan tambahan 1 persen PAD akan
elastisitas PDRB adalah -0.1443 menunjukkan             menambah penerimaan DAU daerah tersebut
peningkatan 1 persen PDRB akan berkurang                sebesar 0.5076 persen.
penerimaan DAU daerah tersebut sebesar 0.1443
persen.                                                 KESIMPULAN
Variabel Indeks Pembangunan Manusia (IPM)                        Berdasarkan      hasil      penelitian      dan
berpengaruh signifikan terhadap Dana Alokasi            pembahasan maka dapat dirumuskan kesimpulan
Umum (DAU) di Provinsi Sumatera Utara sampai            sebagai berikut :
taraf 1 persen. Besarnya koefisien estimasi adalah      1.   DAU mampu dijelaskan oleh variabel bebas
0.0080526, mengindikasikan bahwa bila IPM suatu              dalam penulisan yaitu JP, PDRB, IPM, BP,
daerah kabupaten/kota di provinsi sumatera utara             PAD    dan     DBH    sebesar     88.06      persen,
meningkat sampai 1 (satu) indeks mengakibatkan               selebihnya dipengaruhi oleh variabel lain yang
DAU daerah tersebut bertambah 8052.6 rupiah.                 tidak disertakan dalam model.
Koefisien      elastisitas   IPM    adalah    0.0519
menunjukkan meningkatnya 1 indeks IPM akan




                                                                                                              12
2.   Uji-F   (Uji   serempak)     menunjukkan         secara      umumnya untuk seluruh Indonesia, khususnya
     statistik pada = 5 % bahwa seluruh variabel                 provinsi sumatera utara.
     bebas dalam model signifikan pengaruhnya,
     dibuktikan dengan nilai Fhitung sebesar 49.808            DAFTAR PUSTAKA
     atau p-value=0.0000 berarti nilai p-value lebih           ____, (2000), Medan Dalam Angka Tahun 2000,
     kecil dari 0.05 (pengaruh serempaknya adalah              Medan: Badan Pusat Statistik Kota Medan.
     signifikan).                                              ____,   (2000),     Statistik   Keuangan     Daerah
3.   Secara parsial (individual) menunjukkan JP,                       Propinsi Sumatera Utara 1997/1998 –
     IPM, BP, PAD berpengaruh signifikan dan                           1999/2000, Medan: Badan Pusat Statistik
     positif terhadap DAU pada tingkat keyakinan 95                    Propinsi Sumatera Utara.
     persen (= 5%), variabel PDRB berpengaruh                 ____, (2002), Statistik Kesejahteraan Rakyat
     signifikan dan negatif terhadap DAU pada                          Sumatera Utara, Medan: Badan Pusat

     tingkat keyakinan 95% (= 5%). Sedangkan                          Statistik Propinsi Sumatera Utara.

     variabel DBH tidak signifikan pengaruhnya                 ____,   (2004),     Statistik   Keuangan     Daerah

     terhadap DAU.                                                     Propinsi Sumatera Utara 2001 – 2003,
                                                                       Medan: Badan Pusat Statistik Propinsi

SARAN                                                                  Sumatera Utara.

1.   Pembagian Dana Alokasi Umum (DAU) ke                      ____, (2004), Perhitungan Pendapatan Regional

     depan di kabupaten/kota pada provinsi Sumatera                    Kota Medan Tahun 2003, Medan: Badan

     Utara sebaiknya pada dasar perhitungan DAU                        Perencanaan Pembangunan Daerah Kota

     pada formula DAU dihilangkan variabel Luas                        Medan.

     Wilayah (LW) tersebut diganti dengan variabel             ____, (2005), Himpunan Perundang-Undangan

     lainnya. Sedangkan variabel Indeks Kemahalan                      RI   Tentang       OTONOMI         DAERAH

     Konstruksi (IKK) perlu dipertimbangkan lagi                       Perimbangan Keuangan Antara Pusat

     penggunaan variabel tersebut dalam formula                        Dan Daerah: UU RI No. 32 Tahun 2004

     DAU.                                                              dan UU RI No. 33 Tahun 2004 Cetakan

2.   Kepada para pengambil kebijakan dalam hal                         Pertama, Bandung: Nuansa Mulia.

     penggunaan        Formula    DAU         untuk   dasar    ____, (2005), Medan Dalam Angka Tahun 2004,

     pembagian DAU agar memperhatikan kembali                          Medan: Badan Pusat Statistik Kota Medan

     variabel-variabel    yang    mempengaruhi        DAU              dengan Badan Perencanaan Pembangunan

     tersebut untuk ditelaah lebih lanjut lagi.                        Daerah Kota Medan.

3.   Kepada para peneliti selanjutnya agar mencari             Astuti Ester Sri, Haryanto Joko Tri, (2005),

     variabel-variabel     yang      sangat     mendukung              Analisis Dana Alokasi Umum (DAU)

     variabel DAU agar bisa menjadi masukkan bagi                      dalam Era Otonomi Daerah Studi Kasus 30

     para    penentu     kebijakan     pembagian      DAU              Propinsi,       Manajemen       Usahawan
                                                                       Indonesia, TH XXXIV(12), 38-48.




                                                                                                               13
Astuti Ester Sri, Haryanto Joko Tri, (2006),                              Penyelenggaraan          Otonomi        Daerah
           Kemandirian           Daerah:Sebuah       Perspektif           Cetakan Ketujuh, Jakarta: Rajawali Press.
           dengan        Metode             Path       Analysis,   Koesoemahatmadja Rd. H., dikuti oleh Sujamto,
           Manajemen Usahawan Indonesia, TH                               (1980), Latar Belakang Otonomi Daerah
           XXXV(03), 45-54.                                               yang Nyata dan Bertanggung Jawab
Boediono,         (2002),        Kebijakan         Pengelolaan            Dititikberatkan pada Daerah Tingkat II,
           Keuangan          Negara         Dalam       Rangka            Jakarta:      Badan       Penelitian       dan
           Pelaksanaan Azas Desentralisasi Fiskal,                        Pengembangan        Pemerintahan        Daerah
           Jakarta:Makalah yang disampaikan dalam                         Depdagri.
           rapat koordinasi pendayagunaan aparatur                 Landiyanto Erlangga Agustino, (2005), Kinerja
           Negara tingkat nasional.                                       Keuangan dan Strategi Pembangunan
Gujarati      Damonar,           Zain     Somarno,       (1978),          Kota di Era Otonomi Daerah:Studi
           Ekonometrika Dasar Versi Terjemahan,                           Kasus Kota Surabaya, CURES Working
           Jakarta: Erlangga.                                             Paper, Januari 2005 No. 05/01.
J.   Wajong,       (1975),       Administrasi       Keuangan       Mahi Raksaka, (2005), Manajemen Keuangan
           Daerah, Cetakan Ke IV, Jakarta: Ichtiar.                       Daerah di Era Otonomi, Manajemen
Kadjatmiko,        (2002),        Dampak         Pembentukan              Usahawan Indonesia, TH XXXIV(12),
           Daerah       Otonomi           Baru       Terhadap             22-26.
           Kebijakan Alokasi Dana Perimbangan,                     Mardiasmo,      (2004),   Otonomi      Daerah      &
           Makalah      Direktur         Dana      Perimbangan            Manajemen          Keuangan            Daerah,
           Direktorat            Jenderal          Perimbangan            Yogyakarta: Andi.
           Keuangan Pusat Dan Daerah Departemen                    Munir Dasril, Djuanda Henry Arys, Tangkilisan
           Keuangan Republik Indonesia.                                   Hessel Nogi S., (2005), Kebijakan Dan
Kadjatmiko, (2001), Perhitungan dan Penetapan                             Manajemen          Keuangan            Daerah,
           Dana Alokasi Umu (DAU) TA 2002,                                Yogyakarta: YPAPI.
           Makalah disampaikan dalam Rapat Kerja                   Rochmad Sumitro, (1979), Dasar-Dasar Hukum
           Teknis Keuangan Daerah dengan tema                             Pajak dan Pajak Pendapatan Cetakan
           “Peningkatan Efisiensi dan Efektivitas                         ke IX, Jakarta:Eresco.
           Pengelolaan       Keuangan           Dalam    Upaya     S. Pamudji, (1980), Pembinaan Perkotaan di
           Menunjang         Keberhasilan          Pelaksanaan            Indonesia, Jakarta: Ichtiar.
           Otonomi          Daerah,”         Jakarta      26-27    Samudra Azhari A., (2005), Perpajakan Di
           September 2001.                                                Indonesia      Keuangan,       Pajak,     Dan
Kaho Josef Riwu, (2003), Prospek Otonomi                                  Restribusi, Jakarta: Hecca Mitra Utama.
           Daerah           di          Negara         Republik    Saragih Juli Panglima, (2003), Desentralisasi
           Indonesia:Identifikasi Faktor - Faktor                         Fiskal Dan Keuangan Daerah Dalam
           yang                               Mempengaruhi




                                                                                                                     14
Otonomi       Cetakan          Pertama,    Jakarta:   http://www.fiskal.depkeu.go.id/bapekki/apbn.asp
         Ghalia Indonesia.                                     (kutipan tanggal 14 juli 2006)
Siagian A.,      (2002),    Pajak Daerah Sebagai
         Sumber      Keuangan           Daerah,     Jakarta:
         Institut Ilmu Pemerintahan.
Sidik Machfud, (2002), Perimbangan Keuangan
         Pusat dan Daerah Sebagai Pelaksanaan
         Desentralisasi Fiskal (Antara Teori dan
         Aplikasinya               di           Indonesia),
         Yogyakarta:Makalah             yang   disampaikan
         dalam seminar        “Setahun         Implementasi
         Kebijaksanaan        Otonomi          Daerah     di
         Indonesia”.
Sidik    Machfud,      (2002),     Format         Hubungan
         Keuangan          Pemerintah          Pusat    dan
         Daerah Yang Mengacu Pada Pencapaian
         Tujuan Nasional, Jakarta:Makalah yang
         disampaikan       dalam        seminar     nasional
         “Public Sector Scorecard”.
Sumitro Rochmad, (1979), Dasar-dasar Hukum
         Pajak    dan      Pajak        Pendapatan      1944
         Cetakan IX, Jakarta: Eresco.
Sumodiningrat       Gunawan,        (2001),       Pengantar
         Ekonometrika Edisi Pertama Cetakan
         Keenam, Yogyakarta: BPEF.
Syamsi Ibnu, (1983), Dasar-dasar Kebijaksanaan
         Keuangan Negera, Jakarta: Bina Aksara.
White,    J.   Kenneth,      (1997),       Shazam       The
         Econometrics         Computer             Program
         Version 8.0 User’s Reference Manual,
         Canada: McGraw-Hill.
http://www.djpkpd.go.id (kutipan tanggal 5 juli
2006)
http://www.sikd.djapk.go.id/dp/dau/DAU_2006
(kutipan tanggal 14 juli 2006)




                                                                                                                 15

More Related Content

What's hot

Makalah apbd
Makalah apbdMakalah apbd
Makalah apbd
Septian Muna Barakati
 
Penganggaran pemerintah
Penganggaran pemerintahPenganggaran pemerintah
Penganggaran pemerintah
Ulan Safitri
 
Belanja daerah
Belanja daerah Belanja daerah
Belanja daerah
Novi Mugianti
 
MAKALAH KEUANGAN DAERAH
MAKALAH KEUANGAN DAERAHMAKALAH KEUANGAN DAERAH
MAKALAH KEUANGAN DAERAH
RAMASYAFARADI
 
Strategi Penetapan Kebijakan Anggaran Pembangunan Daerah
Strategi Penetapan Kebijakan Anggaran Pembangunan DaerahStrategi Penetapan Kebijakan Anggaran Pembangunan Daerah
Strategi Penetapan Kebijakan Anggaran Pembangunan Daerah
Dadang Solihin
 
Pp nomor 12 tahun 2019
Pp nomor 12 tahun 2019Pp nomor 12 tahun 2019
Pp nomor 12 tahun 2019
La Salle
 
sistem penganggaran negara
sistem penganggaran negarasistem penganggaran negara
sistem penganggaran negara
Ary Efendi
 
Penganggaran pemerintah pusat
Penganggaran pemerintah pusatPenganggaran pemerintah pusat
Penganggaran pemerintah pusat
Danny Akbar
 
Resume administrasi keuangan daearah
Resume administrasi keuangan daearahResume administrasi keuangan daearah
Resume administrasi keuangan daearah
Eka Arif
 
POWERPOINT MAKALH MANAJEMEN PENDAPATAN DAERAH Tugas k.1..bismillahirohmanirr...
 POWERPOINT MAKALH MANAJEMEN PENDAPATAN DAERAH Tugas k.1..bismillahirohmanirr... POWERPOINT MAKALH MANAJEMEN PENDAPATAN DAERAH Tugas k.1..bismillahirohmanirr...
POWERPOINT MAKALH MANAJEMEN PENDAPATAN DAERAH Tugas k.1..bismillahirohmanirr...
ACHMAD AVANDI,SE,MM Alfaqzamta
 
Strategi peningkatan pad
Strategi peningkatan padStrategi peningkatan pad
Strategi peningkatan pad
Zulfikri Armada
 
Pmk 165 th 2012 pengalokasian anggaran transfer ke daerah
Pmk 165 th 2012 pengalokasian anggaran transfer ke daerahPmk 165 th 2012 pengalokasian anggaran transfer ke daerah
Pmk 165 th 2012 pengalokasian anggaran transfer ke daerahHerry Prananto
 
KONSEP ANGGARAN
KONSEP ANGGARANKONSEP ANGGARAN
KONSEP ANGGARAN
Kementerian Dalam Negeri
 
Sistem Anggaran
Sistem AnggaranSistem Anggaran
Sistem Anggaran
Ainun Dita Febriyanti
 
APBD
APBDAPBD
Laporan apbd fix
Laporan apbd fixLaporan apbd fix
Laporan apbd fix
Yani Fince Sihite
 
Apbd
Apbd  Apbd
KONTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN DANA BAGI HASIL PAJAK DALAM MENINGKATKAN PENDAPATA...
KONTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN DANA BAGI HASIL PAJAK DALAM MENINGKATKAN PENDAPATA...KONTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN DANA BAGI HASIL PAJAK DALAM MENINGKATKAN PENDAPATA...
KONTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN DANA BAGI HASIL PAJAK DALAM MENINGKATKAN PENDAPATA...
Faridaabraham
 
Modul 8 adpu4333
Modul 8 adpu4333Modul 8 adpu4333
Modul 8 adpu4333
sigitwibowo32
 
Perencanaan Penganggaran APBD
Perencanaan Penganggaran APBDPerencanaan Penganggaran APBD
Perencanaan Penganggaran APBD
PSEKP - UGM
 

What's hot (20)

Makalah apbd
Makalah apbdMakalah apbd
Makalah apbd
 
Penganggaran pemerintah
Penganggaran pemerintahPenganggaran pemerintah
Penganggaran pemerintah
 
Belanja daerah
Belanja daerah Belanja daerah
Belanja daerah
 
MAKALAH KEUANGAN DAERAH
MAKALAH KEUANGAN DAERAHMAKALAH KEUANGAN DAERAH
MAKALAH KEUANGAN DAERAH
 
Strategi Penetapan Kebijakan Anggaran Pembangunan Daerah
Strategi Penetapan Kebijakan Anggaran Pembangunan DaerahStrategi Penetapan Kebijakan Anggaran Pembangunan Daerah
Strategi Penetapan Kebijakan Anggaran Pembangunan Daerah
 
Pp nomor 12 tahun 2019
Pp nomor 12 tahun 2019Pp nomor 12 tahun 2019
Pp nomor 12 tahun 2019
 
sistem penganggaran negara
sistem penganggaran negarasistem penganggaran negara
sistem penganggaran negara
 
Penganggaran pemerintah pusat
Penganggaran pemerintah pusatPenganggaran pemerintah pusat
Penganggaran pemerintah pusat
 
Resume administrasi keuangan daearah
Resume administrasi keuangan daearahResume administrasi keuangan daearah
Resume administrasi keuangan daearah
 
POWERPOINT MAKALH MANAJEMEN PENDAPATAN DAERAH Tugas k.1..bismillahirohmanirr...
 POWERPOINT MAKALH MANAJEMEN PENDAPATAN DAERAH Tugas k.1..bismillahirohmanirr... POWERPOINT MAKALH MANAJEMEN PENDAPATAN DAERAH Tugas k.1..bismillahirohmanirr...
POWERPOINT MAKALH MANAJEMEN PENDAPATAN DAERAH Tugas k.1..bismillahirohmanirr...
 
Strategi peningkatan pad
Strategi peningkatan padStrategi peningkatan pad
Strategi peningkatan pad
 
Pmk 165 th 2012 pengalokasian anggaran transfer ke daerah
Pmk 165 th 2012 pengalokasian anggaran transfer ke daerahPmk 165 th 2012 pengalokasian anggaran transfer ke daerah
Pmk 165 th 2012 pengalokasian anggaran transfer ke daerah
 
KONSEP ANGGARAN
KONSEP ANGGARANKONSEP ANGGARAN
KONSEP ANGGARAN
 
Sistem Anggaran
Sistem AnggaranSistem Anggaran
Sistem Anggaran
 
APBD
APBDAPBD
APBD
 
Laporan apbd fix
Laporan apbd fixLaporan apbd fix
Laporan apbd fix
 
Apbd
Apbd  Apbd
Apbd
 
KONTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN DANA BAGI HASIL PAJAK DALAM MENINGKATKAN PENDAPATA...
KONTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN DANA BAGI HASIL PAJAK DALAM MENINGKATKAN PENDAPATA...KONTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN DANA BAGI HASIL PAJAK DALAM MENINGKATKAN PENDAPATA...
KONTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN DANA BAGI HASIL PAJAK DALAM MENINGKATKAN PENDAPATA...
 
Modul 8 adpu4333
Modul 8 adpu4333Modul 8 adpu4333
Modul 8 adpu4333
 
Perencanaan Penganggaran APBD
Perencanaan Penganggaran APBDPerencanaan Penganggaran APBD
Perencanaan Penganggaran APBD
 

Viewers also liked

KONSEP DAN PENERAPAN CASE UNTUK PEREKAYASA PERANGKAT LUNAK
KONSEP DAN PENERAPAN CASE UNTUK PEREKAYASA  PERANGKAT LUNAK KONSEP DAN PENERAPAN CASE UNTUK PEREKAYASA  PERANGKAT LUNAK
KONSEP DAN PENERAPAN CASE UNTUK PEREKAYASA PERANGKAT LUNAK
fajrillah
 
Gambaran geografis daerah tingkat ii provinsi sumatera utara
Gambaran geografis daerah tingkat ii provinsi sumatera utaraGambaran geografis daerah tingkat ii provinsi sumatera utara
Gambaran geografis daerah tingkat ii provinsi sumatera utara
Muhammad Ridwan
 
Mekanisme Transfer ke Daerah TA 2013
Mekanisme Transfer ke Daerah TA 2013Mekanisme Transfer ke Daerah TA 2013
Mekanisme Transfer ke Daerah TA 2013
Beta Uliansyah
 
PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI DAN KEADAAN FISKAL DI RIAU
PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI DAN KEADAAN FISKAL DI RIAUPERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI DAN KEADAAN FISKAL DI RIAU
PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI DAN KEADAAN FISKAL DI RIAU
Dahlan Tampubolon
 
Analisis singkat terhadap pembiayaan pelaksanaan otonomi daerah ditinjau dar...
Analisis singkat terhadap  pembiayaan pelaksanaan otonomi daerah ditinjau dar...Analisis singkat terhadap  pembiayaan pelaksanaan otonomi daerah ditinjau dar...
Analisis singkat terhadap pembiayaan pelaksanaan otonomi daerah ditinjau dar...
jelita249
 
Jurnal
JurnalJurnal
rmk TEKNIK AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK
rmk TEKNIK AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIKrmk TEKNIK AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK
rmk TEKNIK AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK
astri keu
 
Sifat Dasar Manajemen Keuangan
Sifat Dasar Manajemen KeuanganSifat Dasar Manajemen Keuangan
Sifat Dasar Manajemen Keuangan
Iwan Ridwan
 
Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana Alokasi Khusus (DAK)Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana Alokasi Khusus (DAK)
Joy Irman
 
Tablas, GráFicas Y Cuadros Clase
Tablas, GráFicas Y Cuadros ClaseTablas, GráFicas Y Cuadros Clase
Tablas, GráFicas Y Cuadros Clase
dianly
 
TRABAJO Nº 2-MANUAL ESTILO VANCOUVER
TRABAJO Nº 2-MANUAL ESTILO VANCOUVERTRABAJO Nº 2-MANUAL ESTILO VANCOUVER
TRABAJO Nº 2-MANUAL ESTILO VANCOUVER
Sonia Castillo
 
Tablas, cuadros y figuras
Tablas, cuadros y figurasTablas, cuadros y figuras
Tablas, cuadros y figuras
Jennifer Atehortua
 
Normas vancouver
Normas vancouverNormas vancouver
Normas vancouver
quira1967
 

Viewers also liked (13)

KONSEP DAN PENERAPAN CASE UNTUK PEREKAYASA PERANGKAT LUNAK
KONSEP DAN PENERAPAN CASE UNTUK PEREKAYASA  PERANGKAT LUNAK KONSEP DAN PENERAPAN CASE UNTUK PEREKAYASA  PERANGKAT LUNAK
KONSEP DAN PENERAPAN CASE UNTUK PEREKAYASA PERANGKAT LUNAK
 
Gambaran geografis daerah tingkat ii provinsi sumatera utara
Gambaran geografis daerah tingkat ii provinsi sumatera utaraGambaran geografis daerah tingkat ii provinsi sumatera utara
Gambaran geografis daerah tingkat ii provinsi sumatera utara
 
Mekanisme Transfer ke Daerah TA 2013
Mekanisme Transfer ke Daerah TA 2013Mekanisme Transfer ke Daerah TA 2013
Mekanisme Transfer ke Daerah TA 2013
 
PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI DAN KEADAAN FISKAL DI RIAU
PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI DAN KEADAAN FISKAL DI RIAUPERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI DAN KEADAAN FISKAL DI RIAU
PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI DAN KEADAAN FISKAL DI RIAU
 
Analisis singkat terhadap pembiayaan pelaksanaan otonomi daerah ditinjau dar...
Analisis singkat terhadap  pembiayaan pelaksanaan otonomi daerah ditinjau dar...Analisis singkat terhadap  pembiayaan pelaksanaan otonomi daerah ditinjau dar...
Analisis singkat terhadap pembiayaan pelaksanaan otonomi daerah ditinjau dar...
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
rmk TEKNIK AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK
rmk TEKNIK AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIKrmk TEKNIK AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK
rmk TEKNIK AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK
 
Sifat Dasar Manajemen Keuangan
Sifat Dasar Manajemen KeuanganSifat Dasar Manajemen Keuangan
Sifat Dasar Manajemen Keuangan
 
Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana Alokasi Khusus (DAK)Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana Alokasi Khusus (DAK)
 
Tablas, GráFicas Y Cuadros Clase
Tablas, GráFicas Y Cuadros ClaseTablas, GráFicas Y Cuadros Clase
Tablas, GráFicas Y Cuadros Clase
 
TRABAJO Nº 2-MANUAL ESTILO VANCOUVER
TRABAJO Nº 2-MANUAL ESTILO VANCOUVERTRABAJO Nº 2-MANUAL ESTILO VANCOUVER
TRABAJO Nº 2-MANUAL ESTILO VANCOUVER
 
Tablas, cuadros y figuras
Tablas, cuadros y figurasTablas, cuadros y figuras
Tablas, cuadros y figuras
 
Normas vancouver
Normas vancouverNormas vancouver
Normas vancouver
 

Similar to ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MENJELASKAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) (KASUS: KABUPATEN & KOTA DI SUMATERA UTARA)

SLIDE_5 SUMBER PENDAPATAN DAERAH.pdf
SLIDE_5  SUMBER PENDAPATAN DAERAH.pdfSLIDE_5  SUMBER PENDAPATAN DAERAH.pdf
SLIDE_5 SUMBER PENDAPATAN DAERAH.pdf
Linda Grace Loupatty, FEB Universitas Pattimura
 
APBN Dan APBD
APBN Dan APBD APBN Dan APBD
APBN Dan APBD
Ita Pitriyanti
 
Perimbangan pusat dan daerah
Perimbangan pusat dan daerahPerimbangan pusat dan daerah
Perimbangan pusat dan daerahIyens Syeikhbu
 
Perimbangan pusat dan daerah
Perimbangan pusat dan daerahPerimbangan pusat dan daerah
Perimbangan pusat dan daerahIyens Syeikhbu
 
Desentralisasi Fiskal
Desentralisasi Fiskal Desentralisasi Fiskal
Desentralisasi Fiskal
Fredo Tiwery
 
Keuangan pusat dan daerah
Keuangan pusat dan daerahKeuangan pusat dan daerah
Keuangan pusat dan daerah
Dian Herdiana
 
analisis sumber penerimaan bontang
analisis sumber penerimaan bontanganalisis sumber penerimaan bontang
analisis sumber penerimaan bontang
Muhammad Amri
 
Apbd
ApbdApbd
Apbd
Nur Huda
 
Strategi Penetapan Kebijakan Anggaran Pembangunan Daerah
Strategi Penetapan Kebijakan Anggaran Pembangunan DaerahStrategi Penetapan Kebijakan Anggaran Pembangunan Daerah
Strategi Penetapan Kebijakan Anggaran Pembangunan Daerah
Dadang Solihin
 
Kajian mapping keuangan daerah
Kajian mapping keuangan daerahKajian mapping keuangan daerah
Kajian mapping keuangan daerahHerry Prananto
 
Pad kota medan
Pad kota medanPad kota medan
Pad kota medan
Adek Tanjung
 
Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 2019
Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 2019Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 2019
Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 2019
santoni toni
 
PP_Nomor_12_Tahun_2019_(1).pdf
PP_Nomor_12_Tahun_2019_(1).pdfPP_Nomor_12_Tahun_2019_(1).pdf
PP_Nomor_12_Tahun_2019_(1).pdf
Khairudinnahdi
 
APBN dan APBD
APBN dan APBDAPBN dan APBD
APBN dan APBD
Dwi Kurniati
 
2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerah
2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerah2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerah
2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerah
Efry Ghani
 
APBN_APBD_Fungsi_Tujuannya_Serta_Tingkat.pptx
APBN_APBD_Fungsi_Tujuannya_Serta_Tingkat.pptxAPBN_APBD_Fungsi_Tujuannya_Serta_Tingkat.pptx
APBN_APBD_Fungsi_Tujuannya_Serta_Tingkat.pptx
indridesiyanti
 
Lampiran permendagri-no.-37-tahun-2012 137-2
Lampiran permendagri-no.-37-tahun-2012 137-2Lampiran permendagri-no.-37-tahun-2012 137-2
Lampiran permendagri-no.-37-tahun-2012 137-2
Nandang Sukmara
 
Keuangan negara
Keuangan negaraKeuangan negara
Keuangan negara
Nadya Shafirah
 
APBN dan APBD Materi Ekonomi Kelas 12 MA/SMA
APBN dan APBD Materi Ekonomi Kelas 12 MA/SMAAPBN dan APBD Materi Ekonomi Kelas 12 MA/SMA
APBN dan APBD Materi Ekonomi Kelas 12 MA/SMA
PraktisiMadrasah
 
Desentralisasi fiskla arah kebijakan 2014
Desentralisasi fiskla arah kebijakan 2014Desentralisasi fiskla arah kebijakan 2014
Desentralisasi fiskla arah kebijakan 2014
Mulyadi Yusuf
 

Similar to ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MENJELASKAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) (KASUS: KABUPATEN & KOTA DI SUMATERA UTARA) (20)

SLIDE_5 SUMBER PENDAPATAN DAERAH.pdf
SLIDE_5  SUMBER PENDAPATAN DAERAH.pdfSLIDE_5  SUMBER PENDAPATAN DAERAH.pdf
SLIDE_5 SUMBER PENDAPATAN DAERAH.pdf
 
APBN Dan APBD
APBN Dan APBD APBN Dan APBD
APBN Dan APBD
 
Perimbangan pusat dan daerah
Perimbangan pusat dan daerahPerimbangan pusat dan daerah
Perimbangan pusat dan daerah
 
Perimbangan pusat dan daerah
Perimbangan pusat dan daerahPerimbangan pusat dan daerah
Perimbangan pusat dan daerah
 
Desentralisasi Fiskal
Desentralisasi Fiskal Desentralisasi Fiskal
Desentralisasi Fiskal
 
Keuangan pusat dan daerah
Keuangan pusat dan daerahKeuangan pusat dan daerah
Keuangan pusat dan daerah
 
analisis sumber penerimaan bontang
analisis sumber penerimaan bontanganalisis sumber penerimaan bontang
analisis sumber penerimaan bontang
 
Apbd
ApbdApbd
Apbd
 
Strategi Penetapan Kebijakan Anggaran Pembangunan Daerah
Strategi Penetapan Kebijakan Anggaran Pembangunan DaerahStrategi Penetapan Kebijakan Anggaran Pembangunan Daerah
Strategi Penetapan Kebijakan Anggaran Pembangunan Daerah
 
Kajian mapping keuangan daerah
Kajian mapping keuangan daerahKajian mapping keuangan daerah
Kajian mapping keuangan daerah
 
Pad kota medan
Pad kota medanPad kota medan
Pad kota medan
 
Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 2019
Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 2019Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 2019
Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 2019
 
PP_Nomor_12_Tahun_2019_(1).pdf
PP_Nomor_12_Tahun_2019_(1).pdfPP_Nomor_12_Tahun_2019_(1).pdf
PP_Nomor_12_Tahun_2019_(1).pdf
 
APBN dan APBD
APBN dan APBDAPBN dan APBD
APBN dan APBD
 
2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerah
2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerah2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerah
2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerah
 
APBN_APBD_Fungsi_Tujuannya_Serta_Tingkat.pptx
APBN_APBD_Fungsi_Tujuannya_Serta_Tingkat.pptxAPBN_APBD_Fungsi_Tujuannya_Serta_Tingkat.pptx
APBN_APBD_Fungsi_Tujuannya_Serta_Tingkat.pptx
 
Lampiran permendagri-no.-37-tahun-2012 137-2
Lampiran permendagri-no.-37-tahun-2012 137-2Lampiran permendagri-no.-37-tahun-2012 137-2
Lampiran permendagri-no.-37-tahun-2012 137-2
 
Keuangan negara
Keuangan negaraKeuangan negara
Keuangan negara
 
APBN dan APBD Materi Ekonomi Kelas 12 MA/SMA
APBN dan APBD Materi Ekonomi Kelas 12 MA/SMAAPBN dan APBD Materi Ekonomi Kelas 12 MA/SMA
APBN dan APBD Materi Ekonomi Kelas 12 MA/SMA
 
Desentralisasi fiskla arah kebijakan 2014
Desentralisasi fiskla arah kebijakan 2014Desentralisasi fiskla arah kebijakan 2014
Desentralisasi fiskla arah kebijakan 2014
 

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MENJELASKAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) (KASUS: KABUPATEN & KOTA DI SUMATERA UTARA)

  • 1. ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MENJELASKAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) (KASUS: KABUPATEN & KOTA DI SUMATERA UTARA) Fajrillah Dosen STT Harapan - Medan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang dapat menjelaskan DAU. Dalam pengolahan data, penelitian ini menggunakan metode regresi Generalized Least Square (GLS) yang dilakukan secara Cross Section Weight. Metode ini menerapkan karakteristik model ekonometrika fungsi DAU, yang mana data tersebut membutuhkan data antarwaktu (time series) sekaligus data antar kabupaten/kota (cross section). Dalam ekonometri proses penyatuan data antarwaktu (time series) dan data kerat silang (cross section) disebut dengan pooling. Sedangkan data yang dihasilkan disebut dengan pooling data atau panel data. Data time series menggunakan basis data tahun 2004-2005, sedangkan data cross section yang menggunakan sampel data 25 kabupaten/kota di Sumatera Utara. Hasil penelitian yang didapat, DAU mampu dijelaskan oleh variabel bebas yaitu JP, PDRB, IPM, BP, PAD dan DBH, selebihnya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam model. Uji-F (Uji serempak) menunjukkan secara statistik pada  = 5% bahwa seluruh variabel bebas dalam model menunjukkan pengaruhnya secara signifikan. Secara parsial (individual) menunjukkan JP, IPM, BP, PAD berpengaruh signifikan dan positif terhadap DAU pada tingkat keyakinan 95 persen ( = 5%), variabel PDRB berpengaruh signifikan dan negatif terhadap DAU pada tingkat keyakinan 95% ( = 5%). Sedangkan variabel DBH tidak signifikan pengaruhnya terhadap DAU. Implikasi kebijakan dari hasil penelitian ini, diketahuinya variabel-variabel yang dapat menjelaskan besar penerimaan dana alokasi umum. Kata-kata Kunci: Analisis, DAU, JP, PDRB, IPM, BP, PAD, DBH. PENDAHULUAN tersebut menetapkan pemberian kewenangan Sejak tanggal 1 Januari 2001 telah terjadi otonomi dalam wujud otonomi yang luas, nyata, perubahan yang cukup mendasar dalam mekanisme dan bertanggung jawab kepada daerah. penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia. Implikasi dari pemberian kewenangan Perubahan tersebut terutama terkait dengan otonomi ini menuntut daerah untuk melaksanakan masalah otonomi Daerah sebagaimana pembangunan di segala bidang, terutama untuk yang diamanatkan dalam UU Nomor 22 Tahun pembangunan sarana dan prasarana publik yang 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan direvisi berskala daerah (Public Services) dan kewenangan dengan UU Nomor 32 Tahun 2004 dan UU Nomor atau urusan yang dilimpahkan kepada daerah 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan sejalan dengan UU No. 32 dan No. 33 tersebut. Antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang telah Pembangunan tersebut diharapkan dapat direvisi dengan UU Nomor 33 Tahun 2004. Kedua dilaksanakan secara lebih otonomi oleh daerah baik Undang – Undang di bidang otonomi daerah dari sisi perencanaan, pembangunan, serta 1
  • 2. pembiayaannya. Diharapkan pembangunan yang pendanaan sebagaimana dimaksud diukur dilaksanakan akan banyak memberikan manfaat secara berturut-turut dengan jumlah penduduk, bagi daerah, di antaranya: luas wilayah, Indeks Kemahalan Konstruksi, - Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan Produk Domestik Regional Bruto per Kapita masyarakat dan Indeks Pembangunan Manusia dikurangi - Mendorong perkembangan perekonomian dengan kapasitas fiskal yaitu sumber daerah pendanaan daerah yang berasal dari PAD dan - Mendorong peningkatan pembangunan daerah DBH. di segala bidang - Dana Alokasi Khusus (DAK) - Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan Dialokasikan kepada daerah tertentu untuk masyarakat mendanai kegiatan khusus yang merupakan - Meningkatkan pendapatan asli daerah urusan daerah. - Mendorong kegiatan investasi Sesuai dengan UU No 33 Tahun 2004 IDENTIFIKASI MASALAH pasal 10 disebutkan bahwa yang menjadi sumber- Berdasarkan uraian di atas, maka masalah sumber pembiayaan untuk pembangunan daerah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: Faktor (capital investment), antara lain berasal dari Dana - faktor apa saja yang dapat menjelaskan DAU. Perimbangan yang diterima oleh daerah-daerah Pemerintah Pusat. Dana Perimbangan tersebut TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN berupa: Tujuan penelitian ini adalah untuk - Dana Bagi Hasil (DBH) mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat DBH bersumber dari pajak seperti Pajak Bumi menjelaskan DAU. dan Bangunan (PBB), Bea perolehan atas Hak Sementara ini manfaat diadakannya Tanah dan Bangunan (BPHTB), Pajak penelitian ini adalah : Penghasilan (PPh) dan Sumber Daya Alam 1. Memberikan masukan kepada pihak yang seperti kehutanan, pertambangan umum, berwenang di dalam pengambilan kebijakan perikanan, pertambangan minyak bumi, pemerintah mengenai DAU. pertambangan gas bumi dan pertambangan 2. Sebagai bahan kajian bagi penelitian panas bumi. selanjutnya yang berminat untuk menganalisis - Dana Alokasi Umum (DAU) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi DAU. Jumlah DAU keseluruhan ditetapkan 3. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah sekurangnya-kurangnya 26% dari Pendapatan daerah provinsi sumatera utara dalam Dalam Negeri Neto yang ditetapkan APBN, menetapkan kebijakan yang terkait untuk DAU untuk suatu daerah dialokasikan atas meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). dasar celah fiskal dan alokasi dasar (jumlah gaji pegawai negeri sipil daerah). Celah fiskal DANA ALOKASI UMUM (DAU) sebagaimana dimaksud adalah kebutuhan fiskal Untuk mengurangi ketimpangan dalam (kebutuhan daerah untuk melaksanakan fungsi kebutuhan pembiayaan dan penguasaan pajak layanan dasar umum), setiap kebutuhan antara Pusat dan Daerah sesuai dengan UU RI 2
  • 3. Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan DAU atas dasar celah fiskal dan alokasi dasar untuk Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah suatu daerah provinsi dihitung berdasarkan Daerah (dengan kebijakan bagi hasil dan DAU perkalian bobot daerah provinsi yang bersangkutan minimal 26% dari Penerimaan Dalam Negeri yang dengan jumlah DAU seluruh daerah provinsi ditetapkan dalam APBN). Dengan perimbangan merupakan perbandingan antara celah fiskal dengan tersebut, khususnya dari DAU akan memberikan provinsi yang bersangkutan dan total celah fiskal kepastian bagi daerah dalam memperoleh sumber- seluruh daerah provinsi. sumber pembiayaan untuk membiayai kebutuhan Untuk kabupaten/kota dihitung pengeluaran yang menjadi tanggung jawabnya. berdasarkan perkalian bobot daerah kabupaten/kota Sesuai dengan pasal 7 UU RI Nomor 25 yang bersangkutan dengan jumlah DAU seluruh Tahun 1999 terdahulu, besarnya dana alokasi daerah kabupaten/kota. Bobot daerah umum (DAU) ditetapkan sekurang-kurangnya 25 kabupaten/kota merupakan perbandingan antara persen dari penerimaan dalam negeri bersih, yaitu celah fiscal daerah kabupaten/kota yang penerimaan dalam negeri setelah dikurangi dengan bersangkutan dan total celah fiscal seluruh daerah dana bagi hasil dan DAK yang bersumber dari dana kabupaten/kota. reboisasi. Daerah yang memiliki nilai celah fiskal UU RI Nomor 25 Tahun 1999 telah sama dengan nol menerima DAU sebesar alokasi direvisi UU RI Nomor 33 Tahun 2004 tentang dasar. Daerah yang memiliki nilai celah fiskal Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat negatif dan nilai negatif tersebut lebih kecil dari dan Pemerintah Daerah, disahkan pada tanggal 15 alokasi dasar menerima DAU sebesar alokasi dasar Oktober 2004 bahwa kebutuhan DAU untuk suatu setelah dikurangi nilai celah fiskal. Daerah yang daerah dialokasikan atas dasar celah fiskal (Fiscal memiliki nilai celah fiskal negatif tersebut sama Gap) dan alokasi dasar. Celah fiskal sebagaimana atau lebih besar dari alokasi dasar tidak menerima dalam UU adalah kebutuhan fiskal dikurangi DAU. dengan kapasitas fiskal daerah. Alokasi dasar Data untuk menghitung kebutuhan fiskal sebagaimana dimaksud dihitung berdasarkan dan kapasitas fiskal diperoleh dari lembaga statistik jumlah gaji pegawai negeri sipil daerah. Kebutuhan pemerintah dan/atau lembaga pemerintah yang fiskal daerah merupakan kebutuhan pendanaan berwenang menerbitkan data yang dapat daerah untuk melaksanaakan fungsi layanan dasar dipertanggujawabkan. umum. Setiap kebutuhan pendanaan daerah diukur Penyaluran DAU dilaksanakan setiap bulan secara berturut-turut dengan jumlah penduduk, luas masing-masing sebesar 1/12 (satu perdua belas) wilayah, Indeks Kemahalan Kontruksi, Produk dari DAU daerah yang bersangkutan. Penyaluran Domestik Regional Bruto per Kapita, dan Indeks DAU dilaksanakan sebelum bulan bersangkutan. Pembangunan Manusia. Kapasitas fiskal daerah merupakan sumber pendanaan daerah yang berasal SUMBER DATA dari PAD dan Dana Bagi Hasil. Dalam penelitian ini dipergunakan Proporsi DAU antara daerah provinsi dan beberapa data yang terkait dengan masalah kabupaten/kota ditetapkan berdasarkan imbangan keuangan daerah yang diperoleh dari Badan Pusat kewenangan antara provinsi dan kabupaten/kota. Statistik Propinsi Sumatera Utara. Dari data yang 3
  • 4. didapat tersebut nantinya akan dilakukan suatu Dimana: analisis data untuk membuktikan hipotesa DAU = Dana Alokasi Umum bahwasanya faktor-faktor apa saja yang dapat JP = menunjukkan Jumlah Penduduk menjelaskan DAU. (potensi SDM) LW = menunjukkan Luas Wilayah RUANG LINGKUP PENELITIAN IKK = menunjukkan Indeks Kemahalan Ruang lingkup penelitian ini meliputi Konstruksi faktor-faktor yang dapat menjelaskan Dana Alokasi PDRB = menunjukkan Pendapatan Domestik Umum (DAU). Adapun periode waktu yang Regional Bruto per kapita digunakan terdiri dari data time series mulai tahun IPM = menunjukkan Indeks Pembangunan 2004 sampai dengan 2005 dan cross check data Manusia seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera BP = menunjukkan Belanja Pegawai (gaji Utara. PNS daerah) PAD = menunjukkan Pendapatan Asli Daerah. MODEL EKONOMETRIKA DAU DBH = menunjukkan Dana Bagi Hasil (SDA, Model formula DAU menurut UU No. PBB, BPHTB, dan PPh Pribadi) 33 tahun 2004 sebagai berikut : ef = menunjukkan error terms Celah Fiskal = Kebutuhan Fiscal – Kapasitas Fiscal Kebutuhan Fiskal = f (JP, LW, IKK, PDRB, IPM) DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL DAU Kapasitas Fiskal = f (PAD, DBH) 1. Jumlah penduduk merupakan variabel yang DAU = Celah Fiscal mencerminkan kebutuhan akan penyediaan DAU = f (JP, LW, IKK, PDRB, IPM, PAD, DBH) layanan publik disetiap daerah diyatakan dalam Kebutuhan fiskal daerah merupakan rasio. kebutuhan pendanaan daerah untuk melaksanakan 2. Luas wilayah merupakan variabel yang fungsi layanan dasar umum. Setiap kebutuhan mecerminkan kebutuhan atas penyediaan pendanaan diukur secara berturut-turut dengan sarana dan prasarana per satuan wilayah jumlah penduduk, luas wilayah, Indeks Kemahalan dinyatakan dalam rasio. Konstruksi, Produk Domestik Regional Bruto per 3. Indeks Kemahalan Konstruksi merupakan Kapita, dan Indeks Pembangunan Manusia. cerminan tingkat kesulitan geografis yang Kapasitas Fiskal daerah merupakan dinilai berdasarkan tingkat kemahalan harga sumber pendanaan daerah yang berasal dari PAD prasarana fisik secara relatif antardaerah dan Dana Bagi Hasil. dinyatakan dalam rasio. DAU merupakan celah fiskal yaitu 4. Produk Domestik Regional Bruto merupakan kebutuhan fiskal dikurangi dengan kapasitas fiskal. cerminan potensi dan aktivitas perekonomian Dari hal tersebut diatas penulis membuat suatu daerah yang dihitung berdasarkan total model ekonometrika persamaan fungsi DAU seluruh output produksi kotor dalam suatu sebagai berikut : wilayah dinyatakan dalam rasio. DAU = 0 + 1JP + 2LW+ 3IKK + 4PDRB + 5. Indeks Pembanguna Manusia merupakan 5IPM+ 6BP + 7PAD + 8DBH + e f variabel yang mencerminkan tingkat 4
  • 5. pencapaian kesejahteraan penduduk atas meningkat, dan (2) memasukan informasi yang layanan dasar dibidang pendidikan dan berkaitan dengan baik cross section maupun time kesehatan dinyatakan dalam rasio. series yang dapat mengurangi masalah yang 6. Belanja pegawai yaitu pengeluaran muncul apabila ada variable yang dihilangkan. Data pembelanjaan gaji pegawai masing-masing time series yang digunakan digunakan daerah dengan kebutuhan gaji daerah secara menggunakan basis data tahun 2004-2005 nasional dinyatakan dalam rasio. sedangkan data cross sectional yang digunakan 7. Pendapatan Asli Daerah yaitu bersumber pajak menggunakan sampel data 25 kabupaten/kota di daerah, restribusi daerah, hasil kekayaan Provinsi Sumatera Utara. Penggunaan data time daerah yang dipisahhkan, dan penghasilan series mulai dari tahun 2004-2005 sebetulnya yang syah lainnya dinyatakan dalam rasio. masih mengandung banyak kelemahan, namun 8. Dana Bagi Hasil yaitu Sumber Daya Alam, dikarenakan adanya keterbatasan dan kesulitan Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak didalam penyusunan data baik yang disebabkan Tanah dan Bangunan, dan Pajak Penghasilan oleh daerah penyusunan data baik yang disebabkan Pribadi dinyatakan dalam rasio. oleh kabupaten/kota atau instansi terkait tidak mengirim data ke Pemerintah Provinsi Sumatera METODE ANALISIS Utara atau berbagai kesulitan lainnya sehingga Metode Analisis dalam pengolahan data penulis memutuskan untuk menggunakan data menggunakan metode regresi Generalized Least tahun 2004-2005 sebagai analisa awal untuk Square (GLS) secara Cross Section Weight. Dengan mengetahui peranan DAU didalam pembiayaan menggunakan metode estimasi secara GLS maka daerah di era otonomi daerah. model estimasi tersebut menganggap bahwasanya Sebagai upaya untuk menghasilkan model intercept  dan slope  sama untuk setiap individu yang efisien, fisibel, dan konsisten, maka perlu (1 = 2 = 3….i) dan (1k = 2k = 3k….ik) pendeteksian terhadap pelanggaran asumsi model dengan memperhatikan struktur varian dan covarian yaitu gangguan antar waktu (time-related error terms ( r ). Sementara itu struktur varian dan disturbance), gangguan antar individu (cross covarian yang digunakan adalah struktur sectional disturbance) dan gangguan akibat heterokedastik tanpa adanya korelasi antar unit keduanya. Agar model yang digunakan dalam waktu (cross sectional correlation). model ini fisibel dan efektif, maka kita perlu Jika memperhatikan karakteristik model di melihat pelanggaran asumsi dasar yaitu : atas maka terlihat bahwa data tersebut 1. Kolinearitas Jamak (multicollinearity). membutuhkan data antar waktu (time series) Kolinearitas jamak muncul jika di antara sekaligus data antar kabupaten/kota (cross section). variabel independen memiliki korelasi yang tinggi, Dalam ekonometri proses penyatuan data antar sehingga kita sulit memisahkan efek satu variabel waktu (time series) dan data antar individu (cross- independen terhadap variabel dependen dari efek section) disebut dengan pooling. Sedangkan data variabel independen yang lain. yang dihasilkan disebut dengan pooled data atau Pelanggaran ini menjadi masalah jika panel data. Beberapa keuntungan penggunaan data tujuan melakukan regresi adalah untuk menafsirkan panel adalah (1) memungkinkan jumlah data yang 5
  • 6. koefisien regresi. Indikasi-indikasi. Adanya terkecil biasa adalah tidak bisa dan konsisten, tapi Kolinearitas Jamak: tidak efisien, yaitu varians dugaannya bukanlah 2 a. Jika ditemukan nilai R yang tinggi dan nilai varians minimum. Selain itu, varians dugaan dari statistik F yang signifikan tetapi sebagian besar parameter-parameter dugaan adalah penduga- nilai statistic t tidak signifikan. penduga yang bisa dari varians yang sebenarnya. b. Korelasi sederhana yang relatif tinggi (0.8 atau Pemecahan masalah heteroskedastisitas lebih) antara satu atau lebih pasang variabel adalah Weighted Least Square, yaitu membobotkan independen. Jika koefisien korelasi kurang dari setiap variabel dengan varians yang tidak konstan. 0.8 berarti masalah tidak terlalu serius, belum Tujuannya untuk membut agar varians jadi konstan. terjadi kolinearitas berganda. Jika koefisien Selain itu, juga dapat dilakukan dengan korelasi lebih dari 0.9 berarti kolinearitas mentransformasi model dalam bentuk logaritma berganda merupakan masalah yang serius. natural. c. Regresi bantuan (Auxilary Regression), dengan 3. Autokorelasi/Korelasi Serial cara meregresi masing-masing peubah bebas Korelasi serial terjadi jika galat-galat dari 2 pada peubah bebas lainnya. Apabila R -nya observasi yang berbeda berkorelasi, dengan kata tinggi maka ada indikasi ketergantungan linear lain terjadi korelasi galat antar waktu. Jika galat- yang hampir pasti diantara kolom-kolom x. galat dari periode-periode waktu yang berbeda Pemecahan masalah kolinearitas jamak : (bisanya berdekatan berkorelasi, dikatakan bahwa (a) Mengurangi variable independen dalam model. galat itu berkorelasi serial. Korelasi serial biasanya (b) Mengubah bentuk model, (3) Menambah data terjadi pada data time series. Korelasi serial tidak atau memilih sample baru. mempengaruhi ketidakbiasaan atau konsisten 2. Heteroskedastisitas penduga-penduga kuadrat terkecil biasa, tetapi ia Heteroskedastisitas terjadi jika varians dari mempengaruhi efisiennya. galat berubah. Heteroskedastisitas biasanya galat Uji untuk korelasi serial yang akan berubah. Heteroskedastisitas biasanya muncul pada digunakan dalam penelitian ini adalah : data cross section dan tidak terjadi pada data time - Uji Durbin Watson (DW), meliputi series (deret waktu) karena perubahan-perubahan perhitungan uji statistik yang didasarkan pada dalam variabel dependen dan perubahan-perubahan residual-residual dari prosedur regresi kuadrat dalam satu atau lebih variabel dependen dan terkecil biasa. perubahan-perubahan dalam satu atau lebih Keputusan ada tidaknya autokorelasi variabel independen kemungkinan adalah sama adalah sebagai berikut : besar. Efek dari heteroskedastisitas, adalah - Bila nilai DW lebih besar daripada batas atas pendugaan kuadrat terkecil membobot lebih berat (upper, bound, U), maka koefisien autokorelasi pada observasi yang memiliki varians galat lebih iN t T besar dibanding pada observasi yang memiliki   ˆ t *  t 1   ˆ i 1 t 2 i  N t T varians galat lebih kecil. Hal ini terjadi karena jumlah residual kuadrat dari galat yang mempunyai   ˆ i 1 t 1 2 t 1 varians yang lebih kecil. Karena pembobotan - sama dengan nol, artinya tidak ada autokorelasi implisit ini, penduga-penduga parameter kuadrat yang positif. 6
  • 7. - Bila nilai DW lebih rendah daripada batas H1 (Ho ditolak) : Jika Thitung < Ttabel atau Thitung > Ttabel bawah (lower bound, L), maka koefisien Jika ternyata ada variabel yang tidak signifikan autokorelasi lebih besar dari nol, artinya ada nantinya akan dilakukan Wald Test untuk autokorelasi yang positif. mengetahui apakah variabel-variabel tersebut - Bila nilai DW terletak diantara batas atas dan benar-benar tidak signifikan. Setelah diyakini bawah maka tidak dapat disimpulkan. bahwasanya model persamaan yang digunakan - Bila nilai DW terletak diantara batas atas (du) sudah bersifat BLUE kemudian dilakukan uji F dan (4-du), maka hipotesis nol diterima, yang statistik untuk menguji keberartian pengaruh dari berarti tidak ada autokorelasi. seluruh variabel bebas secara bersama-sama Selain melakukan berbagai uji pelanggaran asumsi terhadap variable terikat. Cara yang biasa dilakukan klasik untuk mendapatkan suatu persamaan yang adalah dengan membandingkan nilai F hitung BLUE, nantinya juga akan dilakukan uji individu dengan F table. Nilai F hitung diperoleh dari (t) untuk mengetahui variabel-variabel apa saja rumusan: yang mempengaruhi DAU secara signifikan. Secara R 2 k 1 Fhitung  vi umum uji individu dilakukan dengan cara 1  R 2 n  k  membandingkan hasil hitung dengan t table. Jika prob variabel < prob 5% maka H0 diterima Adapun aturan yang digunakan adalah : Jika prob variabel > prob 5% maka H0 ditolak dan Ho diterima : Jika Ttabel < Thitung < Ttabel terima H1 Secara ringkas uji auto korelasi dapat disimpulkan Untuk menentukan nilai F table tingkat sebagai berikut : signifikansi yang digunakan sebesar 5% dengan Secara ringkas uji auto korelasi dapat disimpulkan sebagai derajat kebebasan df = (n-k) dan (k-1) dimana n berikut : Hipotesis nol Keputusan Syarat adalah jumlah observasi, k adalah jumlah variable Tidak ada Tolak 0<d<dL termasuk intersep dengan kriteria uji: Autokorelasi positif Tidak ada Tidak ada dL< d < du Jika Fhitung > Ftabel (,k – 1,n-k) maka H0 ditolak Autokorelasi positif keputusan Tidak ada Tolak 4 – dL < d < 4 Fhitung < Ftabel (,k – 1,n-k) maka H1 diterima. Autokorelasi negatif R2 untuk mengukur proporsi variasi Tidak ada Tidak ada 4 – du < d < 4 – dL Autokorelasi positif keputusan variabel terikat yang dijelaskan oleh variabel- Tidak ada Terima Du < d < 4 – du Autokorelasi, positif variabel bebasnya. Nilai R2 tergantung jumlah atau negatif kuadrat faktor residu. Apabila dimasukkan variabel Sementara koreksi terhadap korelasi serial tambahan ke dalam persamaan regresi, maka ei2 dalam penelitian ini akan digunakan adalah mengecil dan akibatnya R2 bertambah besar. Akan Prosedur Hidreth-Lu. Prosedur ini tetapi kenaikkan R2 yang diakibatkan oleh menspesifikasikan nilai-nilai untuk , yaitu : penambahan variabel hanyalah bersifat matematik, Cara lain yang digunakan adalah dengan oleh kerena itu perlu dipertimbangkan penting cara membandingkan nilai probabilitas masing- tidaknya memasukkan tambahan variabel dalam masing variabel dengan besarnya nilai  = 5%. persamaan regresi. Jadi harus diingat, walaupun R2 Adapun aturan yang digunakan adalah : mengukur proporsi dari variasi-variasi variabel H0 diterima terikat yang dijelaskan oleh ketepatan persamaan 7
  • 8. Tabel 1. Rincian DAU dan Variabelnya tiap Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Th.2004 Tahun 2004 No. Kabupaten di Sumut DAU JP LW IKK PDRB IPM BP PAD DBH 1 Kab. Asahan 274447 1009856 4580.75 90.07 14517680 69.7 251414.4 22876.08 40540.62 2 Kab. Dairi 131494 259158 1927.8 89.79 2054750 69.9 108758.62 4648.78 13825.24 3 Kab. Deli Serdang 485416 1523881 2407.96 90.41 15616420 71.6 444650.34 46169.04 52491.02 4 Kab. Tanah Karo 192376.3 312300 2127.29 90.85 3270310 72.3 145040.23 9151.94 22845.94 5 Kab. Labuhan Batu 268127 933866 9223.18 90.76 10753270 70.6 235452.52 27500.45 48979.12 6 Kab. Langkat 273583 955348 6263.3 88.65 7361460 70.7 246196.82 16570 61751.97 7 Kab. Mandailing Natal 168144 379045 6618.79 89.47 1791800 67.5 120540.36 7250 13850 8 Kab. Nias 155786 433350 3495.39 106.73 2106530 65 137115.1 21497.93 9499.05 9 Kab. Simalungun 299970 818975 4386.6 88.79 5578940 70.5 297041.02 14204.12 40373.61 10 Kab. Tapanuli Selatan 252889 609922 12138.3 90.35 3420340 71 200318.63 7115.02 32940.83 11 Kab. Tapanuli Tengah 134817 278472 2188 88.22 1153710 68.4 86697.86 6817.91 17887.22 12 Kab. Tapanuli Utara 139276 255400 3726.52 89.07 1746630 70.9 126853.04 8381.59 23179.83 13 Kab. Toba Samosir 159848 167587 2474.4 89.58 1748170 73.8 122681.6 12006.03 124465.9 14 Kota Binjai 132050 232236 90.33 89.54 2100120 74 111811.42 8965.29 18693.87 15 Kota Medan 404990 2010676 265.1 90.03 33097680 74.7 504021.41 257989.89 190739.86 16 Kota Pematang Siantar 140229 227551 79.99 86.78 2515280 75.4 121868.37 13603.65 13442.85 17 Kota Sibolga 93.121 87260 10.77 88.6 718600 72.9 65105.95 7972.8 14163.65 18 Kota Tanjung Balai 103860 149238 60.52 88.07 1574150 71 55964.55 8840.19 12000.51 19 Kota Tebing Tinggi 115453.1 134382 37.99 91.25 1091220 74 62598.61 9701.88 14584.91 20 Kota Padang Sidempuan 110115 172419 140 87.96 989800 72.6 87332.68 1768.12 8205.46 21 Kab. Pakpak Bharat 25942 34260 1218.3 88.52 175690 68.3 15738.88 283.36 10610.3 22 Kab. Nias Selatan 66466 282715 1825.2 103.13 1341980 63.1 57770 4567 12345 23 Kab. Humbang Hasundutan 71368 152519 2335.33 90.01 297926 69.1 56070.1 4368.15 12307.67 24 Kab. Serdang Berdagai 156781.2 583071 1989.98 90.05 4508350 70 57890 5678.78 14567 25 Kab. Samosir 59876 119873 2069.05 88.7 1014140 71.7 54980 6765.78 14567 8
  • 9. Tabel 2. Rincian DAU dan Variabelnya tiap Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Th. 2005 Tahun 2005 No. Kabupaten di Sumut DAU JP LW IKK PDRB IPM BP PAD DBH 1 Kab. Asahan 292231 1024369 4580.75 111.79 15527790 70.1 250055.48 22624.38 48753.1 2 Kab. Dairi 138511 261287 1927.8 112.43 2303590 70.5 119076.18 5243.1 9825 3 Kab. Deli Serdang 330429 1569638 2407.96 110.19 19509890 72.4 350216.28 59145.8 57345 4 Kab. Tanah Karo 194397 316207 2127.29 112.09 3683020 73.5 151584.82 11091.72 8692.05 5 Kab. Labuhan Batu 286.548 951773 9223.18 113.07 12446060 71.1 241097.98 23398.85 43050 6 Kab. Langkat 293755 970433 6263.3 110.5 8461170 71.3 245665.86 16834.74 83208.81 7 Kab. Mandailing Natal 183019 386150 6618.79 112.39 2004420 68.8 129569.49 6688.96 19997.95 8 Kab. Nias 172962 441807 3495.39 139.1 2159950 66.1 146789 7689 14567.45 9 Kab. Simalungun 313639 826101 4386.6 110.25 6168250 71.3 309322.43 18822.38 37447.44 10 Kab. Tapanuli Selatan 265560 626702 12138.3 111.43 3678200 72.2 201540.32 6983.2 39065.64 11 Kab. Tapanuli Tengah 153475 283035 2188 109.65 1296690 68.9 89765 7897 19876.12 12 Kab. Tapanuli Utara 149607 256201 3726.52 111.09 2155280 72.1 133123.68 5814.79 14149.52 13 Kab. Toba Samosir 108378 158677 2474.4 115.93 1977270 74.5 96641.63 8617.02 11181.28 14 Kota Binjai 146640 237904 90.33 111 2437040 74.4 116505.54 13002.79 18662.88 15 Kota Medan 426572 2036185 265.1 111.39 42654260 75.4 536995.35 282218.79 392876.28 16 Kota Pematang Siantar 149682 230487 79.99 110.78 2662900 75.8 78767 125678 13678 17 Kota Sibolga 101569 88717 10.77 112 1765170 73.2 75499.1 5822.47 15155.8 18 Kota Tanjung Balai 106177 152814 60.52 111.16 1765170 71.6 158229.59 9574.57 11947.06 19 Kota Tebing Tinggi 114202 135671 37.99 112.45 1253170 74.3 79643.52 6851.24 6837.32 20 Kota Padang Sidempuan 128044 177499 140 111.36 1138940 73.3 78655 6890.34 13578 21 Kab. Pakpak Bharat 43399 34542 1218.3 111.81 216190 68.7 26897.57 1376 10238.95 22 Kab. Nias Selatan 82051 288233 1825.2 137.86 1458640 63.9 63500 6786.8 14567 23 Kab. Humbang Hasundutan 83584 152997 2335.33 111 1387710 69.8 59446.04 3087.31 14689.14 24 Kab. Serdang Berdagai 188714 588176 1989.98 110.14 5059770 71.2 58792 6754.1 16788 25 Kab. Samosir 62082 131073 2069.05 119.06 1111860 72.2 56898 6987.3 15678 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara. Keterangan: DAU Dana Alokasi Umum (dalam jutaan rupiah) JP Jumlah Penduduk LW Luas Wilayah (KM2) IKK Indek Kemahalan Konstruksi PDRB Pendapatan Domestik Regional Bruto Per Kapita (dalam jutaan rupiah) IPM Indek Pembangunan Manusia BP Belanja Pegawai (gaji PNS Daerah) (dalam jutaan rupiah) PAD Pendapatan AsIi Daerah (dalam jutaan rupiah) DBH Dana Bagi Hasil (SDA, PBB, BPHTB, dan PPh Pribadi) (dalam jutaan rupiah) Menurut UU RI No 33 Tahun 2004 DAU = 26% x PDN Netto Celah Fiscal = KbFiscal - KpFiscal DAU = Celah Fiscal + Alokasi Dasar (Gaji PNS Daerah) KbFiscal = JP+LW+IKK+PDRB+IPM KpFiscal = PAD+Dana Bagi Hasil(SDA,PBB,BPHTB dan PPh) Model Formula DAU DAU = 0 + 1JP + 2LW+ 3IKK + 4PDRB + 5IPM+ 6BP + 7PAD + 8DBH + e f 9
  • 10. regresi, namun hal itu tidak selalu dapat diartikan variabel bebas di kolom variabel PAD dengan LW sebagai penentu bagi “goodness off fit”. dapat dilihat pada Tabel 3. menunjukkan R2 < r2, Penggunaan metode estimasi GLS untuk maka penulis melakukan tindakan perbaikan mengetahui seberapa besar pengaruh DAU melalui dengan cara mengeluarkan salah satu variabel yang persamaan yang membentuknya terhadap 25 berkolinear yaitu variabel LW. Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara dimana Tabel 3. Uji gejala multikolinieritas variabel bebas intercept  dan  slope dianggap sama untuk setiap pada DAU 2 2 Variabel r R individu. Meskipun dengan menggangap ln JP 1 ln LW 0.0544 1 bahwasanya  dan  dianggap sama merupakan ln IKK ln PDRB 0.0343 0,0547 0.2151 0.3832 1 0.2079 1 0.8868 ln IPM 0.0329 0.0099 0.0047 0.0126 1 suatu hal yang mustahil, namun sebagai suatu ln BP 0.8313 0.0202 0.0128 0.0388 0.0455 1 ln PAD 0.0423 0.9743 0.1378 0.3686 0.0072 0.0155 1 analisis awal menurut penulis hal tersebut sudah ln DBH 0.0121 ln JP 0.0151 ln LW 0.0087 ln IKK 0.0088 ln PDRB 0.3068 ln IPM 0.0366 ln BP 0.0116 ln PAD ln DBH 1 memenuhi persyaratan. Sumber : data pengolahan. Kemudian penulis melakukan pengolahan HASIL PENELITIAN data ulang dengan Shazam, ternyata terdapat Setelah pengolahan data dilakukan dengan multikolinearitas lagi R2 = 0.8743 lebih rendah Shazam version 9.0, maka perlu dianalisis model dibandingkan dengan r2 = 0.9739 terjadi pada ekonometrika formula DAU terlebih dahulu dengan kolom variabel bebas BP dengan IKK 2 2 melihat adanya gejala multikolinearitas untuk menunjukkan R < r , dapat dilihat Tabel 4. maka mendeteksi apakah terjadi hubungan (korelasi) penulis melakukan tindakan perbaikan ulang yang sempurna atau tinggi antara variabel bebas dengan cara mengeluarkan salah satu varibel bebas yang satu dengan variabel bebas lainnya dalam yang berkolinear yaitu IKK. model. Gejala multikolinieritas akan menyebabkan Tabel 4. Uji gejala multikolinieritas standar errornya makin besar, sehingga t-statistik variabel bebas dengan mengeluarkan variabel LW akan menjadi kecil (t-stat = bi/se) yang pada DAU Variabel r2 R2 mengakibatkan tidak nyatanya variabel-variabel ln JP 1 ln IKK 0.9558 1 bebas secara statistik dalam model. Pengujian ln PDRB 0.0175 0.0039 1 ln IPM 0.8325 0.0217 0.0199 1 0.8743 terhadap gejala multikolinieritas dapat dilakukan ln BP 0.0423 0.9739 0.1936 0.0165 1 ln PAD 0.0029 0.0086 0.1936 0.0149 0.0065 1 dengan melihat koefisien korelasi yang ln DBH 0.8119 0.0541 0.7084 0.8417 0.0445 0.1323 1 ln JP ln IKK ln PDRB ln IPM ln BP ln PAD ln DBH dikuadratkan untuk melihat koefisien korelasi yang Sumber : data pengolahan. dikuadratkan untuk memperoleh koefisien Tabel 5. Uji gejala multikolinieritas variabel bebas 2 determinan (r ), kemudian membandingkan dengan dengan mengeluarkan variabel LW dan IKK pada 2 2 koefisien determinasi persamaan (R ). Apabila r DAU 2 lebih besar atau sama dengan nilai R maka gejala Variabel r 2 2 R ln JP 1 multikolinieritas terjadi atau cukup tinggi, maka ln 0.8188 1 PDRB 0.0423 0.0078 1 hasil regresi tidak menghasilkan interpretasi yang ln IPM 0.0001 0.0045 0.0036 1 0.8742 ln BP 0.8157 0.6974 0.0513 0.0838 1 baik. Ternyata dalam model ekonometrika formula ln PAD 0.0560 0.0131 0.8205 0.0016 0.0800 1 ln DBH DAU ini setelah diestimasi terkena gejala ln JP ln PDRB ln IPM ln BP ln PAD ln DBH 2 multikolinearitas ditemukan hasil R = 0.8868 lebih Sumber : data pengolahan. rendah, bila dibandingkan dengan r2 pada sesama 10
  • 11. Pada pengolahan data selanjutnya tidak DW=d=2,2317 terletak pada interval tidak menolak terjadi multikolinieritas dengan R2 = 0.8742 atau menerima Ho (ragu-ragu). Sehingga untuk dibandingkan pada kolom variabel bebas JP, melihat terjadi atau tidak terjadinya autokorelasi PDRB, IPM, BP, PAD dan DBH. Begitu juga pada model belum dapat diputuskan. Untuk itu dengan pengujian heteroskedastisitas dengan uji penulis melihat dari sisi error term, yaitu dengan park, apabila nilai p-value  0.05 (5 %) maka melakukan regresi (OLS) antara error term (e i) model formula DAU tersebut mengalami gejala dengan error term sebelumnya (ei-1). Setelah dirun, heteroskedastisitas. hasilnya (dilampiran) menunjukkan nilai p-value Tabel 6. Uji gejala heterokedastisitas (uji Park) sebesar 0.398. Bila dibandingkan dengan =0.05, pada DAU dapat dipastikan bahwa hubungannya tidak nyata, Variabel p-value Kesimpulan berarti dapat disimpulkan model terhindar dari ln JP 0.853 tidak signifikan gejala autokorelasi. ln PDRB 0.971 tidak signifikan ln IPM 0.550 tidak signifikan ANALISIS HASIL ESTIMASI MODEL ln BP 0.280 tidak signifikan PENELITIAN ln PAD 0.715 tidak signifikan Setelah model terhindar dari kesalahan ln DBH 0.085 tidak signifikan asumsi yaitu multikolinieritas, heterokedastisitas, Sumber : data pengolahan. dan autokorelasi, maka dilakukan pengolahan data Dengan melihat hasil dari Tabel 6. maka dengan metode regresi Generalized Least Square dapat disimpulkan ke enam variabel terikat tersebut (GLS). Hasil dari regresi GLS, dapat dilihat Tabel terhadap DAU tidak terjadi heterokedastisitas. 7. Kemudian menguji autokorelasi, dari hasil Tabel 7. Hasil analisis regresi Fungsi Formula pengolahan data didapatkan DW= d = 2.2317; DAU Variabel Koefisien Standard t-ratio p-value Koefisien dL = 1.291; dU = 1.822; 4-dU=2.178; 4-dL=2.709. estimasi error Elastisitas dU dan dL diperoleh dari tabel Durbin Watson Konstanta 34559 11000 3.142 0.003 0.2020 JP 0.13470 0.04868 2.767 0.008 0.3209 dengan  = 0.05 PDRB - 0.0057726 0.001926 -2.997 0.005 -0.1443 IPM 0.0080526 0.003634 2.216 0.032 0.0519 Tolak Ragu- Terima Ragu- Tolak BP 0.70977 0.2130 3.332 0.002 0.0420 Ho ragu Ho atau ragu Ho PAD 0.70386 0.1642 4.287 0.000 0.5076 DBH 0.14434 0.2279 0.6333 0.530 0.0201 ( Kor Ho (tidak ( Kor - R2 = 0.8806 DW = 2.2317 +) ada ) Sumber : data pengolahan. korelasi) Dari Tabel 7. diatas dapat dilihat bahwa variabel bebas JP, PDRB, IPM, BP, PAD, dan DBH dapat d= menjelaskan variabel DAU sebesar 88.06 persen, 2.2317 sisanya 11.94 persen berasal dari variabel lain yang tidak diikutkan. Bila dilihat pada koefisien estimasi ada satu variabel yang tidak signifikan yaitu 0 dL= 1.291 dU= 1.822 2 4-dU=2.178 4-dL=2.709 4 variabel DBH sedangkan variabel lainnya Dari interval di atas, ternyata berpengaruh signifikan pada tingkat keyakinan 95 persen ( = 5 persen). JP, IPM, BP, PAD 11
  • 12. berpengaruh secara nyata dan hubungannya positif, menambah penerimaan DAU daerah tersebut sedangkan PDRB berpengaruh secara nyata tetapi sebesar 0.0519 persen. hubungannya negatif. Variabel Belanja Pegawai (BP) Variabel jumlah penduduk (JP) berpengaruh signifikan terhadap Dana Alokasi berpengaruh signifikan terhadap Dana Alokasi Umum (DAU) di Provinsi Sumatera Utara sampai Umum (DAU) di Provinsi Sumatera Utara sampai taraf 1 persen. Besarnya koefisien estimasi adalah taraf 1 persen. Besarnya koefisien estimasi adalah 0.70977, mengindikasikan bahwa bila belanja 0.13470, mengindikasikan bahwa bila penduduk pegawai suatu daerah kabupaten/kota di provinsi suatu daerah kabupaten/kota di provinsi sumatera sumatera utara bertambah 1 (satu) juta rupiah utara bertambah 1 (satu) jiwa mengakibatkan DAU mengakibatkan DAU daerah tersebut bertambah daerah tersebut bertambah 134700 rupiah. 709770 rupiah. Koefisien elastisitas BP adalah Koefisien elastisitas JP adalah 0.3209 menunjukkan 0.0420 menunjukkan tambahan 1 persen belanja tambahan 1 (satu) jiwa penduduk akan menambah pegawai, akan bertambah penerimaan DAU daerah penerimaan DAU daerah tersebut sebesar 0.3209 tersebut sebesar 0.0420 persen. persen. Variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD) Variabel Produk Domestik Regional Bruto berpengaruh signifikan terhadap Dana Alokasi (PDRB) tidak berpengaruh signifikan terhadap Umum (DAU) di Provinsi Sumatera Utara sampai Dana Alokasi Umum (DAU) di Provinsi Sumatera taraf 1 persen. Besarnya koefisien estimasi adalah Utara sampai taraf 1 persen. Besarnya koefisien 0.70386, mengindikasikan bahwa bila PAD suatu estimasi adalah -0.0057726, mengindikasikan daerah kabupaten/kota di provinsi sumatera utara bahwa bila PDRB suatu daerah kabupaten/kota di bertambah 1 (satu) juta rupiah mengakibatkan provinsi sumatera utara bertambah 1 (satu) juta penerimaan DAU daerah tersebut bertambah rupiah mengakibatkan penerimaan DAU daerah 703860 rupiah. Koefisien elastisitas PAD adalah tersebut berkurang sebesar 5772.6 rupiah. Koefisien 0.5076 menunjukkan tambahan 1 persen PAD akan elastisitas PDRB adalah -0.1443 menunjukkan menambah penerimaan DAU daerah tersebut peningkatan 1 persen PDRB akan berkurang sebesar 0.5076 persen. penerimaan DAU daerah tersebut sebesar 0.1443 persen. KESIMPULAN Variabel Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Berdasarkan hasil penelitian dan berpengaruh signifikan terhadap Dana Alokasi pembahasan maka dapat dirumuskan kesimpulan Umum (DAU) di Provinsi Sumatera Utara sampai sebagai berikut : taraf 1 persen. Besarnya koefisien estimasi adalah 1. DAU mampu dijelaskan oleh variabel bebas 0.0080526, mengindikasikan bahwa bila IPM suatu dalam penulisan yaitu JP, PDRB, IPM, BP, daerah kabupaten/kota di provinsi sumatera utara PAD dan DBH sebesar 88.06 persen, meningkat sampai 1 (satu) indeks mengakibatkan selebihnya dipengaruhi oleh variabel lain yang DAU daerah tersebut bertambah 8052.6 rupiah. tidak disertakan dalam model. Koefisien elastisitas IPM adalah 0.0519 menunjukkan meningkatnya 1 indeks IPM akan 12
  • 13. 2. Uji-F (Uji serempak) menunjukkan secara umumnya untuk seluruh Indonesia, khususnya statistik pada = 5 % bahwa seluruh variabel provinsi sumatera utara. bebas dalam model signifikan pengaruhnya, dibuktikan dengan nilai Fhitung sebesar 49.808 DAFTAR PUSTAKA atau p-value=0.0000 berarti nilai p-value lebih ____, (2000), Medan Dalam Angka Tahun 2000, kecil dari 0.05 (pengaruh serempaknya adalah Medan: Badan Pusat Statistik Kota Medan. signifikan). ____, (2000), Statistik Keuangan Daerah 3. Secara parsial (individual) menunjukkan JP, Propinsi Sumatera Utara 1997/1998 – IPM, BP, PAD berpengaruh signifikan dan 1999/2000, Medan: Badan Pusat Statistik positif terhadap DAU pada tingkat keyakinan 95 Propinsi Sumatera Utara. persen (= 5%), variabel PDRB berpengaruh ____, (2002), Statistik Kesejahteraan Rakyat signifikan dan negatif terhadap DAU pada Sumatera Utara, Medan: Badan Pusat tingkat keyakinan 95% (= 5%). Sedangkan Statistik Propinsi Sumatera Utara. variabel DBH tidak signifikan pengaruhnya ____, (2004), Statistik Keuangan Daerah terhadap DAU. Propinsi Sumatera Utara 2001 – 2003, Medan: Badan Pusat Statistik Propinsi SARAN Sumatera Utara. 1. Pembagian Dana Alokasi Umum (DAU) ke ____, (2004), Perhitungan Pendapatan Regional depan di kabupaten/kota pada provinsi Sumatera Kota Medan Tahun 2003, Medan: Badan Utara sebaiknya pada dasar perhitungan DAU Perencanaan Pembangunan Daerah Kota pada formula DAU dihilangkan variabel Luas Medan. Wilayah (LW) tersebut diganti dengan variabel ____, (2005), Himpunan Perundang-Undangan lainnya. Sedangkan variabel Indeks Kemahalan RI Tentang OTONOMI DAERAH Konstruksi (IKK) perlu dipertimbangkan lagi Perimbangan Keuangan Antara Pusat penggunaan variabel tersebut dalam formula Dan Daerah: UU RI No. 32 Tahun 2004 DAU. dan UU RI No. 33 Tahun 2004 Cetakan 2. Kepada para pengambil kebijakan dalam hal Pertama, Bandung: Nuansa Mulia. penggunaan Formula DAU untuk dasar ____, (2005), Medan Dalam Angka Tahun 2004, pembagian DAU agar memperhatikan kembali Medan: Badan Pusat Statistik Kota Medan variabel-variabel yang mempengaruhi DAU dengan Badan Perencanaan Pembangunan tersebut untuk ditelaah lebih lanjut lagi. Daerah Kota Medan. 3. Kepada para peneliti selanjutnya agar mencari Astuti Ester Sri, Haryanto Joko Tri, (2005), variabel-variabel yang sangat mendukung Analisis Dana Alokasi Umum (DAU) variabel DAU agar bisa menjadi masukkan bagi dalam Era Otonomi Daerah Studi Kasus 30 para penentu kebijakan pembagian DAU Propinsi, Manajemen Usahawan Indonesia, TH XXXIV(12), 38-48. 13
  • 14. Astuti Ester Sri, Haryanto Joko Tri, (2006), Penyelenggaraan Otonomi Daerah Kemandirian Daerah:Sebuah Perspektif Cetakan Ketujuh, Jakarta: Rajawali Press. dengan Metode Path Analysis, Koesoemahatmadja Rd. H., dikuti oleh Sujamto, Manajemen Usahawan Indonesia, TH (1980), Latar Belakang Otonomi Daerah XXXV(03), 45-54. yang Nyata dan Bertanggung Jawab Boediono, (2002), Kebijakan Pengelolaan Dititikberatkan pada Daerah Tingkat II, Keuangan Negara Dalam Rangka Jakarta: Badan Penelitian dan Pelaksanaan Azas Desentralisasi Fiskal, Pengembangan Pemerintahan Daerah Jakarta:Makalah yang disampaikan dalam Depdagri. rapat koordinasi pendayagunaan aparatur Landiyanto Erlangga Agustino, (2005), Kinerja Negara tingkat nasional. Keuangan dan Strategi Pembangunan Gujarati Damonar, Zain Somarno, (1978), Kota di Era Otonomi Daerah:Studi Ekonometrika Dasar Versi Terjemahan, Kasus Kota Surabaya, CURES Working Jakarta: Erlangga. Paper, Januari 2005 No. 05/01. J. Wajong, (1975), Administrasi Keuangan Mahi Raksaka, (2005), Manajemen Keuangan Daerah, Cetakan Ke IV, Jakarta: Ichtiar. Daerah di Era Otonomi, Manajemen Kadjatmiko, (2002), Dampak Pembentukan Usahawan Indonesia, TH XXXIV(12), Daerah Otonomi Baru Terhadap 22-26. Kebijakan Alokasi Dana Perimbangan, Mardiasmo, (2004), Otonomi Daerah & Makalah Direktur Dana Perimbangan Manajemen Keuangan Daerah, Direktorat Jenderal Perimbangan Yogyakarta: Andi. Keuangan Pusat Dan Daerah Departemen Munir Dasril, Djuanda Henry Arys, Tangkilisan Keuangan Republik Indonesia. Hessel Nogi S., (2005), Kebijakan Dan Kadjatmiko, (2001), Perhitungan dan Penetapan Manajemen Keuangan Daerah, Dana Alokasi Umu (DAU) TA 2002, Yogyakarta: YPAPI. Makalah disampaikan dalam Rapat Kerja Rochmad Sumitro, (1979), Dasar-Dasar Hukum Teknis Keuangan Daerah dengan tema Pajak dan Pajak Pendapatan Cetakan “Peningkatan Efisiensi dan Efektivitas ke IX, Jakarta:Eresco. Pengelolaan Keuangan Dalam Upaya S. Pamudji, (1980), Pembinaan Perkotaan di Menunjang Keberhasilan Pelaksanaan Indonesia, Jakarta: Ichtiar. Otonomi Daerah,” Jakarta 26-27 Samudra Azhari A., (2005), Perpajakan Di September 2001. Indonesia Keuangan, Pajak, Dan Kaho Josef Riwu, (2003), Prospek Otonomi Restribusi, Jakarta: Hecca Mitra Utama. Daerah di Negara Republik Saragih Juli Panglima, (2003), Desentralisasi Indonesia:Identifikasi Faktor - Faktor Fiskal Dan Keuangan Daerah Dalam yang Mempengaruhi 14
  • 15. Otonomi Cetakan Pertama, Jakarta: http://www.fiskal.depkeu.go.id/bapekki/apbn.asp Ghalia Indonesia. (kutipan tanggal 14 juli 2006) Siagian A., (2002), Pajak Daerah Sebagai Sumber Keuangan Daerah, Jakarta: Institut Ilmu Pemerintahan. Sidik Machfud, (2002), Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Sebagai Pelaksanaan Desentralisasi Fiskal (Antara Teori dan Aplikasinya di Indonesia), Yogyakarta:Makalah yang disampaikan dalam seminar “Setahun Implementasi Kebijaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia”. Sidik Machfud, (2002), Format Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah Yang Mengacu Pada Pencapaian Tujuan Nasional, Jakarta:Makalah yang disampaikan dalam seminar nasional “Public Sector Scorecard”. Sumitro Rochmad, (1979), Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan 1944 Cetakan IX, Jakarta: Eresco. Sumodiningrat Gunawan, (2001), Pengantar Ekonometrika Edisi Pertama Cetakan Keenam, Yogyakarta: BPEF. Syamsi Ibnu, (1983), Dasar-dasar Kebijaksanaan Keuangan Negera, Jakarta: Bina Aksara. White, J. Kenneth, (1997), Shazam The Econometrics Computer Program Version 8.0 User’s Reference Manual, Canada: McGraw-Hill. http://www.djpkpd.go.id (kutipan tanggal 5 juli 2006) http://www.sikd.djapk.go.id/dp/dau/DAU_2006 (kutipan tanggal 14 juli 2006) 15