SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
PEMODELAN ANOMALI GRAVITASI MENGGUNAKAN METODE 
INVERSI 2D (DUA DIMENSI) PADA AREA PROSPEK PANAS BUMI 
LAPANGAN ‘A’ 
Rezki Amaliah, Dr. Muhammad Hamzah, S.Si, M.T, Dra. Maria, M.Si, Sabrianto Aswad, S.T, M.T 
Prodi Geofisika Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin 
SARI BACAAN 
Metode gravitasi dapat memberikan gambaran beda rapat massa bawah permukaan melalui 
pengukuran percepatan gravitasi di lapangan ‘A’. Lapangan ‘A’ dikelilingi oleh batuan andesit dan 
masih didominasi oleh alluvial. Dari hasil pengolahan data survei gravitasi diperoleh anomali Bouguer 
lengkap. Anomali Bouguer lengkap dikurangkan dengan anomali regional diperoleh anomali residual. 
Anomali residual dimodelkan menggunakan metode Inversi 2D untuk mendapatkan gambaran beda 
rapat massa bawah permukaan di lapangan ‘A’. Ada dua lintasan dipilih dekat dengan titik manifestasi 
panasbumi pada lapangan ‘A’. Hasil pemodelan menunjukkan pada area prospek panasbumi ini, 
diperoleh nilai rapat massa sekitar 2,367 – 2,62 gr/cm3 pada lintasan yang berarah timur laut-barat 
daya dan pada lintasan berarah barat laut-tenggara berkisar antara 2,52 – 2,97 gr/cm3. Pola penyebaran 
rapat massa mengindikasikan adanya patahan berupa graben 
Kata kunci : anomali gravitasi, rapat massa, inversi 2D. 
ABSTRACT 
Gravity method can give image difference density subsurface using gravity surveying in field ‘A’. It’s 
around field ‘A’ is andesite and is dominated by alluvium. Result data gravity processing is gravity 
anomaly that called name is Complete Bouguer Anomaly. Complete Bouguer anomaly reduce by 
regional anomaly produce residual anomaly. Residual anomaly made model using inversion 2D 
method to get image of distribution difference density in subsurface at field ‘A’. There are chosen two 
lines where near point of manifestation geothermal at field ‘A’. The result modeling indicate that is in 
area geothermal prospect getting density value around 2,367 – 2,62 gr/cm3 for line direction NE-SW 
and 2,52 – 2,97 gr/cm3 for line direction NW-SE. Pattern of distribution density indicate there is fault 
like graben. 
Keyword: gravity anomaly, density, inversion 2D 
PENDAHULUAN 
Latar Belakang 
Salah satu tahap eksplorasi panas bumi yang 
dilakukan di bidang geofisika adalah Metode 
Gravitasi. 
Metode gravitasi ini dapat memberikan 
gambaran bawah permukaan melalui 
perbedaan rapat massa antar batuan 
disekitarnya. Besaran fisika yang terukur 
dalam metode gravitasi adalah percepatan 
gravitasi. Nilai percepatan gravitasi 
berbanding lurus dengan rapat massa bawah 
permukaan, sehingga variasi percepatan 
gravitasi merupakan representasi variasi rapat 
massa. Kontras rapat massa ini dgunakan 
untuk interpretasi struktur bawah permukaan 
pada daerah penelitian. 
Kontras rapat massa dapat diperoleh melaui 
proses inversi. Metode inversi ini merupakan
proses mengestimasi model atau parameter 
model dari data, respon, atau keadaan tertentu. 
Parameter model yang dimaksud merupakan 
rapat massa. 
Ruang Lingkup 
Penelitian ini dibatasi untuk daerah ‘A’ 
dengan hasil pengolahan data anomali 
gravitasi pada tahun 1994. Data yang 
digunakan berupa data sekunder yang terdiri 
dari koordinat tiap titik pengukuran, anomali 
bouguer lengkap dan peta geologi daerah 
penelitian. 
Dari hasil pengolahan data survei gravitasi 
maka dibuatlah kontur anomali Bouguer 
lengkap menggunakan Surfer 10. Kemudian 
metode pemisahan anomali dengan 
menggunakan metode Moving Average. 
Metode moving average memerlukan 
informasi lebar jendela. Lebar jendela 
didapatkan dari proses analisis spektrum. Hasil 
dari pemisahan anomali adalah data anomali 
Bouguer regional. Kemudian, kontur anomali 
Bouguer lengkap dikurangkan dengan kontur 
anomali regional menghasilkan kontur 
anomali residual. Selanjutnya, dipilih 2 
lintasan pada peta kontur anomali residual 
kemudian dimodelkan menggunakan metode 
inversi dengan bantuan program Matlab 7.6.0 
(R.2008a). Hasil dari pemodelan inversi 
adalah gambaran model bawah permukaan dan 
perkiraan nilai beda rapat massa rata-rata dari 
struktur geologi bawah permukaan. 
Tujuan Penelitian 
Tujuan dari penelitian ini adalah: 
1. Membuat peta kontur anomali regional 
dan peta kontur anomali residual. 
2. Memberikan gambaran penyebaran beda 
rapat massa rata-rata batuan yang berada 
di struktur tersebut. 
3. Mengidentifikasi struktur geologi pada 
daerah penelitian berdasarkan gambaran 
penyebaran beda rapat massa. 
TINJAUAN PUSTAKA 
Teori Dasar Gravitasi 
Metode gravitasi adalah salah satu metode 
eksplorasi geofisika yang digunakan untuk 
mengukur variasi percepatan gravitasi bumi 
akibat adanya perbedaan rapat massa antar 
batuan. 
푀푏 푀 
푟2 푟̂ (2.1) Dimana: 
퐹⃗ 
= 훾 
퐹⃗ 
= Gaya tarik menarik antara dua benda 
tersebut (Newton ) 
Mb = massa benda 1 (bumi) (kg) 
M = massa benda lain (kg) 
γ = 6,67 x 10-11 m3kg-1s-2 = konstanta gravitasi 
r = jarak antara Mb dan M (meter) 
Sedang gaya persatuan masssa yang dialami 
oleh massa benda lain M akibat tarikan massa 
Bumi Mb dalam jarak r dikenal sebagai medan 
gravitasi (퐸⃗⃗ ) yang dinyatakan persamaannya 
sebagai berikut: 
퐸⃗⃗ = 
퐹⃗ 
푀 
(2.2) 
sehingga persamaannya menjadi: 
퐸⃗⃗ = 
훾 푀푏 
푟2 푟̂ (2.3) 
Potensial Gravitasi 
Medan potensial gravitasi bersifat konservatif 
yaitu usaha yang dilakukan dalam suatu 
medan gravitasi tidak bergantung pada lintasan 
yang ditempuhnya tetapi hanya bergantung 
pada posisi awal dan akhir (Telford, 1976). 
Medan gravitasi ini dapat dinyatakan s ebagai 
gradien potensial skalar U (r), persamaanya 
sebagai berikut: 
퐸 = −∇푈(푟) (2.4) 
퐸 = − 
휕푈(푟) 
휕푟 
(2.5) 
푟 
∞ 푑푟 (2.6) 
푈(푟) = − ∫ 퐸 
푟 
∞ 푑푟 = 
푈(푟) = −훾 ∫ 푀푏 
1 
푟2 
훾 푀푏 
푟 
(2.7)
Koreksi Gravitasi 
Percepatan gravitasi bervariasi dari tempat ke 
tempat karena bumi mempunyai bentuk 
mendekati bentuk spheroid, relief 
permukaannya tidak rata, berotasi, berevolusi 
dalam sistem matahari serta tidak homogen, 
sehingga variasi gravitasi disetiap titik 
dipermukaan bumi dipengaruhi oleh berbagai 
faktor seperti lintang, ketinggian, topografi, 
pasang surut, dan variasi rapat massa bawah 
permukaan (Telford, 1976). Jadi, hasil data 
survei gravitasi perlu dikoreksi untuk 
mendapatkan data yang hanya dipengaruhi 
oleh variasi rapat massa bawah permukaan. 
Aapun koreksi-koreksi yang digunakan 
adalah: 
1. Koreksi Pasang Surut 
2. Koreksi Kelelahan Alat (Drift) 
3. Menghitung Nilai g Teoritis 
4. Koreksi Udara Bebas (Free Air 
Correction) 
5. Koreksi Bouguer (Bouguer 
Correction/BC) 
6. Koreksi Medan (Terrain Correction) 
Perhitugan nilai Anomali Bouguer Lengkap 
gABL = gabs – g(φ) + gFA – gBC + gTC (2.8) 
Pemisahan Anomali 
Metode yang digunakan untuk memisahkan 
anomali Bouguer lengkap untuk memperoleh 
anomali regional adalah menggunakan metode 
smoothing yang salah satunya adalah Moving 
Average. Moving average dilakukan dengan 
cara merata-ratakan nilai anomalinya. Hasil 
dari perata-rataannya berupa anomali regional. 
Sedangkan untuk mendapatkan anomali 
residualnya, adalah 
Δgres = gABL - Δgreg (2.9) 
Analisis Spektrum 
Analisis spektrum dilakukan untuk 
mengestimasi lebar jendela yang digunakan 
pada saat filter anomali bouguer menggunakan 
metode moving average sehingga dapat 
mengestimasikan kedalaman dari anomali 
gravitasi ini. Analisis spektrum ini 
menggunakan prinsip Transformasi Fourier, 
dimana lintasan-lintasan titik pengukuran yang 
telah ditentukan di transformasi fourier-kan. 
Pemodelan Inversi 
Pemodelan inversi (inverse modeling) sering 
dikatakan sebagai “kebalikan” dari pemodelan 
ke depan karena dalam pemodelan inversi 
paramaeter model diperoleh secara langsung 
dari data. Menke (1984) dalam Grandis, 2009 
mendifinisikan teori inversi sebagai suatu 
kesatuan teknik atau metode matematika dan 
statistika untuk memperoleh informasi yang 
berguna mengenai suatu sistem fisika 
berdasarkan observasi terhadap sistem 
tersebut. Sistem fisika yang dimaksud adalah 
fenomena yang yang kita tinjau, hasil 
observasi terhadap sistem adalah data 
sedangkan informasi yang ingin diperoleh data 
adalah model atau parameter model. 
Dalam mengestimasi parameter model 
sebenarnya ditemukan berbagai permasalahan, 
namun permasalahan tersebut umumnya 
dibahas sebagai permasalahan regresi linier. 
Konsep regresi linier ini digunakan untuk 
memformulasikan masalah inversi linier yang 
berlaku lebih umum. Model terbaik atau 
optimum diperoleh jika kesalahan tersebut 
minimum. 
Untuk kasus khusus dimana fungsi yang 
menghubungkan data dengan parameter model 
adalah suatu fungsi linier, maka persamaannya 
dapat dinyatakan berupa perkalian matriks 
sebagai berikut: 
d = A m (2.10) 
atau 
[ 
푑1 
푑2 
⋮ 
푑푁 
퐴11 퐴12 ⋯ 퐴1푀 
퐴21 퐴22 … 퐴2푀 
⋮ ⋮ ⋮ 
퐴푁1 퐴푁2 … 퐴푁푀 
] = [ 
] [ 
푚1 
푚2 
⋮ 
푚푀 
]
Dimana A adalah matriks (N x M) yang sering 
disebut sebagai matriks kernel. Matriks A 
tersebut pada dasarnya adalah fungsi forward 
modeling yang tidak mengandung elemen 
parameter model. 
Solusi inversi linier untuk memperoleh 
estimasi parameter model adalah 
m = [AT A]-1 AT d (2.11) 
Pada pemodelan gravitasi untuk pendekatan 
model 2-D, bentuk penampang benda anomali 
dalam arah sumbu x dan z sehingga dianggap 
tetap atau sama sepanjang arah struktur. Untuk 
menggambarkan distribusi rapat massa secara 
2-D maka medium didiskretisasi menjadi grid 
atau blok berukuran seragam (homogen) 
dengan rapat massa yang bervariasi. Geometri 
grid dianggap tetap dan diketahui sehingga 
parameter model adalah rapat massa setiap 
blok yang dapat diperkirakan melalui 
pemodelan inversi linier (Grandis, 2009). 
Model geometri grid dimisalkan dalam benda 
segiempat 2D yang ditunjukan pada gambar 
dibawah ini: 
Gambar II.1 Respon Gravitasi dari suatu 
benda berbentuk segiempat di 
bawah permukaan bumi 
Hubungan-hubungan geometris yang dapat 
disimpulkan dari gambar diatas adalah 
(Heiland, 1946): 
푔 = −2훾Δ휌 [푥 ln 
푟3푟2 
푟1푟4 
+ 푏 ln 
푟4 
푟3 
+ 
푧2 (휑2 − 휑4 ) − 푧1 (휑1 − 휑3 )] (2.12) 
Dimana: 
g : respon vertikal gravitasi pada benda 
homogen 
γ : konstanta gravitasi 
Δρ : beda rapat massa 
Dalam inversi, persamaan respon gravitasi jika 
dikaitkan dalam bentuk hubungan model 
dengan data dapat menjadi, dimana model m 
menjadi ρ karena parameter model yang 
dicari: 
품 = 푨 흆 Dimana : 
g : percepatan gravitasi (m/s 2) 
A: matriks kernel dengan besaran n x k, 
berisi koefisien geometrik 
ρ: rapat massa yang nilainya tidak 
diketahui 
Dari hubungan diatas dapat dilihat bahwa 
matriks kernel A adalah −2훾 [푥 ln 
푟3푟2 
푟1푟4 
+ 
푏 ln 
푟4 
푟3 
+ 푧2 (휑2 − 휑4 ) − 푧1 (휑1 − 휑3 )] 
merupakan parameter model yang harus 
diubah-ubah agar respon gravitasi perhitungan 
hasil inversi cocok dengan respon gravitasi 
observasi. 
METODE PENELITIAN 
Lokasi Penelitian 
Gambar III.1 Lokasi Lapangan ‘A’ 
Data 
Data yang digunakan ini berupa data sekunder 
milik PT. Pertamina Geotermal energi yang 
merupakan hasil pengolahan data metode 
gravitasi tahun 1994. Data berupa 347 titik
pengukuran yang terdiri dari 9 lintasan dengan 
luas daerah penelitian sekitar 160 km2. 
Informasi data berupa nama lintasan, 
koordinat titik pengukuran dalam UTM dan 
derajat menit detik (DMS), nilai g (percepatan 
gravitasi) absolut, nilai koreksi gravitasi 
(koreksi pasang suurt, koreksi drift, meghitung 
nilai g teoritis, koreksi udara bebas dan 
koreksi medan) dan nilai anomali bouguer 
lengkap. 
III.2.1 Peralatan Penelitian 
Peralatan utama yang digunakan pada survei 
gravitasi dan pengolahan datanya adalah 
Gravimeter tipe La Coste & Romberg model 
G-653, satu set GPS (Global Positioning 
Sistem) dan peralatan penunjang lainnya yang 
meliputi: kompas geologi, buku kerja, dan peta 
geologi serta perangkat lunak seperti Global 
Mapper 11, ArcGIS 9.3, Surfer 10, Matlab 
versi R2008a, NUMERI.EXE, Microsoft Excel 
2010, dan GEOCALC. 
Proses Pemodelan Inversi 
Data anomali Bouguer lengkap dibuat kontur 
menggunakan Surfer. Setelah itu, dilakukan 
gridding data kontur anomali Bouguer lengkap 
mengikuti setiap lintasan pengukuran. Hasil 
dari gridding data kemudian dilakukan metode 
analisis spektrum untuk mendapatkan estimasi 
lebar jendela dan kedalaman sumber anomali 
serta untuk filtering digunakan metode 
moving average. 
Hasil dari moving average berupa anomali 
regional. Kemudian dilakukan pengurangan 
anomali Bouguer lengkap terhadap anomali 
regional sehingga menghasilkan anomali 
residual. Anomali residual kemudian 
dilakukan pemodelan inversi 2D terhadap dua 
lintasan yang telah dipilih. Hasil dari 
pemodelan inversi akan memberikan 
gambaran variasi beda rapat massa bawah 
permukaan . 
Alur Penelitian 
Mulai 
Data Anomal i Bouguer 
Lengkap 
Peta Kontur Anomal i Bouguer 
Lengkap 
Anal i s i s Spektrum dan Es timas i 
Kedalaman 
Pemi sahan Anomal i (Moving 
Average) 
Anomali Regional 
Anomali Res idual 
Membuat mesh (geometri ) 
Data anomal i res idual (gres) 
Proses Invers i 
Varias i beda rapat mas sa 
yang konvergen dan gcalc 
Mencocokkan antara gcalc dengan gres 
Model bawah permukaan 
2D 
Selesai
HASIL DAN PEMBAHASAN 
Hasil Kontur Anomali Bouguer Lengkap 
Hasil pengolahan data survei pengukuran 
percepatan gravitasi tahun 1994 yang 
diperoleh dari PT. Pertamina Geotermal 
Energy terdiri dari 317 titik pengukuran 
dengan 9 lintasan pengukuran. Data tersebut 
dibuat dalam peta kontur anomali Bouguer 
lengkap dengan menggunakan Surfer 10, 
seperti diperlihatkan pada Gambar 4.1. 
Gambar 4.1 Peta Kontur Anomali Bouguer 
Lengkap 
Pada kontur anomali Bouguer Lengkap 
didapatkan nilai anomali negatif yang berkisar 
antara -18 mGal sampai -54 mGal. 
Analisis Spektrum dan Estimasi Kedalaman 
Misalkan pada lintasan A, hasil analisis 
spektrumnya terlihat pada Gambar 4.2. 
y = -1204.2x + 7.1587 
y = -222.88x + 5.0202 
y = -33.489x + 2.4214 
10 
8 
6 
4 
2 
0 
0 0.02 0.04 0.06 0.08 
Ln A 
k 
Gambar 4.2 Hasil plot k terhadap ln A untuk 
lintasan A 
Pada Gambar 4.2 terlihat tiga buah kemiringan 
anomali yaitu pada kedalaman 1200 m, 222 m, 
dan 33 m. Pada Gambar 4.2 ini terdapat 3 
persamaan garis lurus yaitu persamaan 
pertama, y = -1204.2x + 7.1587, dimana 1204 
adalah z1 dan 7.1587 adalah c1. Untuk 
persamaan kedua y = -222.88x + 5.0202, 
dimana 222 adalah z2 dan 5.0202 adalah c2. 
Simbol z disini, merupakan kedalaman dan 
dapat dilihat dari persamaan 2.35. Untuk 
lintasan lain, terlampir pada lampiran 2 
Pemisahan Anomali 
Lebar jendela rata-rata diambil sebagai lebar 
jendela yang digunakan pada saat filter di 
metode Moving Average yaitu menggunakan 
lebar jendela 35. 
Kontur Anomali Regional dan Residual 
Dilakukan proses pemisahan anomali 
menggunakan motode Moving Average, 
sehingga menghasilkan kontur anomali 
regional seperti terlihat pada gambar 4.3. 
Gambar 4.3 Kontur anomali regional 
Hasil kontur anomali regional berkisar antara - 
44 mGal sampai -21 mGal. Selanjutnya, 
anomali Bouguer lengkap dikurangkan dengan 
anomali regional menghasilkan anomali 
residual seperti terlihat pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4 Kontur Anomali Residual 
Anomali residual memilki nilai anomali 
berkisar -11 mGal sampai 9 mGal. Anomali 
ini dikategorikan menjadi anomali tinggi dan 
anomali rendah. Anomali tinggi memiliki nilai 
yang berkisar antara 0-9 mGal. Anomali tinggi 
ini berada di bagian timur daerah penelitian. 
Sedangkan, anomali rendah meiliki nilai -11 
sampai -1 mGal. Anomali rendah ini berada di 
bagian selatan daerah penelitian dan dekat 
dengan titik manifestasi panasbumi. Anomali 
rendah ini diperkirakan karena daerah tersebut 
dekat dengan titik manifestasi panasbumi 
berupa mata air panas dan fumarole. Seperti 
diketahui, mata air panas terbentuk karena 
adanya aliran air panas/hangat dari bawah 
permukaan melalui rekahan-rekahan batuan 
dan fumarole adalah lubang kecil yang 
memancarkan uap panas kering atau uap panas 
yang mengandung butiran-butiran air. 
Anomali yang rendah bisa saja disebabkan 
karena batuan-batuan bawah permukaan 
sebagian telah diisi oleh air panas, sehingga 
beda rapat massa sekitar negatif. Sesuai 
hubungan antara rapat massa dan nilai g yang 
berbanding lurus. 
Pemodelan Inversi 
- Data Anomali residual 
Selanjutnya, dilakukan pemodelan inversi 
dengan menggunakan data dari hasil anomali 
residual daerah penelitian. Kemudian, dipilih 
dua lintasan yang berada dekat dengan titik 
manifestasi panasbumi. Kemudian hasil dari 
dua lintasan itu dimodelkan. 
Gambar 4.7 Kontur anomali residual dan 
lintasan yang telah dipilih 
Lintasan pertama ditandai dengan garis 
berwarna kuning sedangkan lintasan kedua 
ditandai dengan garis warna merah seperti 
pada Gambar 4.7. 
 Lintasan Pertama 
Lintasan pertama dilakukan gridding terlebih 
dahulu untuk memperoleh profil penampang J-J’ 
seperti yang terlihat pada Gambar 4.8. 
Lintasan berarah timur laut-barat daya. 
Gambar 4.8 Hasil plot antara jarak terhadap 
nilai g residual untuk lintasan 
pertama 
Pada lintasan pertama, nilai g residualnya 
yaitu dari -6,77 mGal sampai 4,98 mGal dan 
jaraknya dibuat dari 0 - 8 km berdasarkan hasil 
irisan pada kontur anomali residual. 
Kemudian, dibuat model geometri dengan 
panjang lintasan dari 0-8 km sesuai dengan
J 
’ 
J 
profil penampang. dan kedalamannya adalah 0 
- 2,5 km. Model geometrinya dibuat setiap 
satu baris per kedalaman memilki jumlah 
kotak yang berbeda seperti diperlihatkan pada 
Gambar 4.9. 
Gambar 4.9 Model geometri untuk lintasan 
pertama 
Hal ini dikarenakan pada saat pemodelan 
inversi dibutuhkan kekovergenan hasil inversi, 
sedangkan jika mesh yang dibuat dengan 
jumlah kotak yang teratur maka belum 
didapatkan hasil yang maksimal atau nilai 
rapat massa yang dikeluarkan masih acak atau 
tidak konvergen. Untuk itu, dalam pembuatan 
mesh sebenarnya, dibutuhkan perlakukan 
khusus dan menggunakan sistem dengan 
menebak model meshnya sampai benar-benar 
mengeluarkan hasil yang baik. 
Selanjutnya, dilakukan pemodelan inversi 
untuk mendapatkan gambaran bawah 
permukaan berupa penyebaran beda rapat 
massa. 
Gambar 4.10 Hasil pemodelan inversi yang 
menggambarkan distribusi beda 
rapat massa bawah permukaan 
beserta kurva gcalcdan gobs 
Pada saat membuat model geometri rapat 
massanya diasumsikan rapat massa awalnya 
yaitu 2,67 gr/cm3. Kemudian dilakukan 
pemodelan inversi dan menghasilkan 
gambaran distribusi beda rapat massa bawah 
permukaan dengan nilai rapat massa yang 
didapatkan yaitu 2,37– 2,97 gr/cm3 seperti 
terlihat pada Gambar 4.10. Untuk lintasan 
pertama, setelah dimodelkan inversinya 
didapatkan struktur menyerupai graben dengan 
nilai rapat massa yang dihasilkan sekitar 2,367 
– 2,62 gr/cm3, karena perbedaan rapat massa 
yang cukup jelas terlihat di gambar tersebut 
dan pola penyebaran densitas. Hal ini juga 
didukung oleh peta geologi yang 
meggambarkan adanya patahan yang berarah 
barat laut-tanggara bisa dilihat dari peta 
geologi yang terlampir. 
Seperti yang diketahui, rapat massa harusnya 
semakin ke lapisan dalam, semakin tinggi 
nilainya. Namun, rapat massa yang rendah 
ditemukan di bagian lapisan paling bawah dan 
rapat massa yang tinggi juga ditemukan di atas 
permukaan. Hal ini bisa saja dikarenakan, 
batuan bawah permukaan daerah ini telah 
mengalami alterasi akibat air bawah 
permukaan yang masuk ke dalam pori-pori 
batuan. 
 Lintasan Kedua 
Pada lintasan kedua dilakukan juga gridding 
terlebih dahulu untuk memperoleh profil 
penampang C-C’ seperti yang terlihat pada 
Gambar 4.11. Lintasan berarah barat laut-tenggara. 
Pada lintasan ini juga, didapatkan 
nilai anomali residualnya yaitu dari -2,4 mGal 
sampai –7,12 mGal dan jaraknya dibuat dari 1 
– 16,4 km berdasarkan hasil gridding pada 
kontur anomali residual seperti yang terlihat 
pada Gambar 4.11.
C C ’ 
Gambar 4.11 Hasil plot antara jarak terhadap 
nilai anomali residual untuk 
lintasan 2 
Kemudian, dibuatlah model geometri dengan 
panjang lintasan dari 0-16,4 km sesuai dengan 
profil penampang. dan kedalamannya adalah 0 
- 2,8 km seperti diperlihatkan pada Gambar 
4.12. 
Gambar 4.12 Model geometri untuk lintasan 
kedua 
Pemodelan inversi dimulai dan didapatkan 
gambaran distribusi beda rapat massa bawah 
permukaan dengan nilai rapat massa yaitu 
sekitar 2,52 – 2,97 gr/cm3 seperti yang terlihat 
pada Gambar 4.13. Pada hasil pemodelan 
inversi ini, juga terlihat pola penyebaran 
densitas yang menyerupai seperti patahan, 
sehingga ditarik garis hitam sebagai indikasi 
adanya struktur pada daerah tersebut. Hal ini 
juga dibuktikan dengan respon g yang awalnya 
datar saja kemudian pada jarak 6 km, terlihat 
kurva respon g mulai naik. Gambaran struktur 
ini bisa saja akibat dari patahan yang berarah 
barat laut-tenggara yang digambarkan dalam 
peta geologi. 
Gambar 4.13 Hasil pemodelan inversi yang 
menggambarkan distribusi beda 
rapat massa bawah permukaan 
beserta kurva gcalc dan gobs 
Kemudian, seperti yang diketahui, rapat massa 
harusnya semakin ke lapisan dalam, semakin 
tinggi nilainya. Namun, seperti halnya lintasan 
pertama, rapat massa yang rendah ditemukan 
di bagian lapisan paling bawah dan rapat 
massa yang tinggi juga ditemukan di bagian 
atas. Hal ini bisa saja dikarenakan, batuan 
bawah permukaan daerah ini telah mengalami 
alterasi akibat air bawah permukaan yang 
masuk ke dalam pori-pori batuan karena 
ddaerahh ini juga melewati titik manifestasi 
panasbumi. 
PENUTUP 
Kesimpulan 
Adapun kesimpulan dari skripsi ini adalah 
1. Pada area prospek panasbumi lapangan 
‘A’, kontur anomali regional diperoleh 
dengan melakukan filter kontur anomali 
boguer lengkap menggunakan metode 
moving average sehingga menghasilkan 
nilai berkisar antara -44 mGal sampai -21 
mGal. Sedangkan untuk anomali residual 
memiliki nilai anomali yaitu berkisar 
antara -11 mGal sampai 9 mGal. 
2. Pada area prospek panasbumi lapangan 
‘A’ ini, anomali regional yang tinggi 
berada di sekitar bagian barat daerah 
penelitian sedangkan anomali rendah
berada di sekitar bagian selatan daerah 
penelitian. 
3. Pada area prospek panasbumi ini, 
diperoleh nilai rapat massa sekitar 2,367 
– 2,62 gr/cm3 pada lintasan yang berarah 
timur laut-barat daya dan pada lintasan 
berarah barat laut-tenggara berkisar antara 
2,52 – 2,97 gr/cm3. 
4. Setelah dilakukan pemodelan inversi, 
diperoleh pola penyebaran rapat massa 
yang menyerupai patahan terlihat pada 
lintasan yang berarah timur laut-barat 
daya dan juga lintasan yang berarah barat 
laut-tenggara yang ditandai dengan 
lintasan melewati titik manifestasi berupa 
mata air panas. 
PUSTAKA 
Antasari, D. 2013. Skripsi Pemodelan Gaya 
Berat Dengan Menggunakan Metode 
Inversi Steepest Descent Pada 
Daerah Prospek Panasbumi. 
Program Studi Fisika ITB, Bandung 
Anonim. 1998. Klasifikasi Potensi Energi 
Panas Bumi di Indonesia. Badan 
Standardisasi Nasional (BSN) SNI 
13-5012-1998 
Blakely, Richard J. 1996. Potential Theory In 
Gravity And Magnetic Applications. 
Cambridge University Press 
Grandis, H. 2009. Pengantar Pemodelan 
Inversi Geofisika. Himpunan Ahli 
Geofisika Indonesia, Jakarta 
Heiland, C.A. 1946. Geophysical Exploration. 
PRENTICE-HALL, INC. New York 
Hill, Ian, dkk. 2002. An Introduction to 
Geophysical Exploration. Third 
Edition, Blackwell Science Ltd. 
Lowrie, W. 2007. Fundamentals of 
Geophysics. Cambridge University 
Press. 
Rahardjo, I dan Tofan, M. 2013. Perbaikan 
Model Densitas Bawah Permukaan 
dengan Menggunakan Staggeredd 
Grid Inversion dan Spectrum Analisis 
Dan Aplikasinya Pada Lapangan 
Karinci, Jambi. FSTH 2 BTAM, 
Pertamina Geotermal Energy. 
Reynolds, J. M. 1997. An Introduction to 
Applied and Environmental 
Geophysics. John Wiley & Sons Ltd, 
England. 
Sukarna, D. 2012. Potensi Energi Baru 
Terbarukan Indonesia Cukup Untuk 
100 Tahun. Diakses pada tanggal 3 
Januari 2013. 
http://www.esdm.go.id/berita.html 
Susilawati. 2005. Reduksi dan Interpretasi 
Data Gravitasi. e-USU Repository 
Telford, W.M., Geldart, L.P., Sheriff, R.E., 
1990, Applied Geophysics Second 
Edition, Cambridge Univ. Press, 
Cambridge

More Related Content

What's hot

Laporan praktikum 1 pengenalan alat
Laporan praktikum 1 pengenalan alatLaporan praktikum 1 pengenalan alat
Laporan praktikum 1 pengenalan alatAndi Azizah
 
Bab 10 analisa cekungan
Bab 10 analisa cekunganBab 10 analisa cekungan
Bab 10 analisa cekunganNuzul Ashari
 
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...Mario Yuven
 
Pengukuran poligon tertutup
Pengukuran poligon tertutupPengukuran poligon tertutup
Pengukuran poligon tertutupAmilia Tiara
 
deskripsi batuan sedimen
deskripsi batuan sedimen deskripsi batuan sedimen
deskripsi batuan sedimen Wahidin Zuhri
 
Proses pembentukan magma
Proses pembentukan magmaProses pembentukan magma
Proses pembentukan magmaEdugrafis Bumi
 
Batuan piroklastik
Batuan piroklastikBatuan piroklastik
Batuan piroklastikyadil142
 
bentuklahan karst
bentuklahan karstbentuklahan karst
bentuklahan karstnur wulan
 
Metode eksplorasi dengan gravitasi
Metode eksplorasi dengan gravitasiMetode eksplorasi dengan gravitasi
Metode eksplorasi dengan gravitasiRidwan Tedjokusumo
 
Laporan praktikum pola pengaliran
Laporan praktikum pola pengaliran Laporan praktikum pola pengaliran
Laporan praktikum pola pengaliran 'Oke Aflatun'
 
Pengolahan Data Resistivity dengan RES2DINV
Pengolahan Data Resistivity dengan RES2DINVPengolahan Data Resistivity dengan RES2DINV
Pengolahan Data Resistivity dengan RES2DINVDery Marsan
 
Resume metode geomagnet
Resume metode geomagnetResume metode geomagnet
Resume metode geomagnetMuhammad Arief
 
Pengolahan Data GPR - REFLEXW
Pengolahan Data GPR - REFLEXWPengolahan Data GPR - REFLEXW
Pengolahan Data GPR - REFLEXWDery Marsan
 
Mekanika batuan 1
Mekanika batuan 1 Mekanika batuan 1
Mekanika batuan 1 Bayu Laoli
 
Materi singkat kristalografi dan mineralogi
Materi singkat kristalografi dan mineralogiMateri singkat kristalografi dan mineralogi
Materi singkat kristalografi dan mineralogiFridolin bin stefanus
 
Pendugaan air tanah atau batuan dengan metode seismik
Pendugaan air tanah atau batuan dengan metode seismikPendugaan air tanah atau batuan dengan metode seismik
Pendugaan air tanah atau batuan dengan metode seismikOktavia Triana
 
Bab 3-bentuk-dan-tekstur-bijih
Bab 3-bentuk-dan-tekstur-bijihBab 3-bentuk-dan-tekstur-bijih
Bab 3-bentuk-dan-tekstur-bijihRomi Fadli
 

What's hot (20)

Laporan praktikum 1 pengenalan alat
Laporan praktikum 1 pengenalan alatLaporan praktikum 1 pengenalan alat
Laporan praktikum 1 pengenalan alat
 
Bab 10 analisa cekungan
Bab 10 analisa cekunganBab 10 analisa cekungan
Bab 10 analisa cekungan
 
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
 
Pengukuran poligon tertutup
Pengukuran poligon tertutupPengukuran poligon tertutup
Pengukuran poligon tertutup
 
deskripsi batuan sedimen
deskripsi batuan sedimen deskripsi batuan sedimen
deskripsi batuan sedimen
 
Proses pembentukan magma
Proses pembentukan magmaProses pembentukan magma
Proses pembentukan magma
 
Batuan piroklastik
Batuan piroklastikBatuan piroklastik
Batuan piroklastik
 
geologi struktur
geologi strukturgeologi struktur
geologi struktur
 
bentuklahan karst
bentuklahan karstbentuklahan karst
bentuklahan karst
 
Metode eksplorasi dengan gravitasi
Metode eksplorasi dengan gravitasiMetode eksplorasi dengan gravitasi
Metode eksplorasi dengan gravitasi
 
Laporan praktikum pola pengaliran
Laporan praktikum pola pengaliran Laporan praktikum pola pengaliran
Laporan praktikum pola pengaliran
 
batu Sekis
batu Sekisbatu Sekis
batu Sekis
 
Pengolahan Data Resistivity dengan RES2DINV
Pengolahan Data Resistivity dengan RES2DINVPengolahan Data Resistivity dengan RES2DINV
Pengolahan Data Resistivity dengan RES2DINV
 
Resume metode geomagnet
Resume metode geomagnetResume metode geomagnet
Resume metode geomagnet
 
Pengolahan Data GPR - REFLEXW
Pengolahan Data GPR - REFLEXWPengolahan Data GPR - REFLEXW
Pengolahan Data GPR - REFLEXW
 
Mekanika batuan 1
Mekanika batuan 1 Mekanika batuan 1
Mekanika batuan 1
 
Materi singkat kristalografi dan mineralogi
Materi singkat kristalografi dan mineralogiMateri singkat kristalografi dan mineralogi
Materi singkat kristalografi dan mineralogi
 
Pendugaan air tanah atau batuan dengan metode seismik
Pendugaan air tanah atau batuan dengan metode seismikPendugaan air tanah atau batuan dengan metode seismik
Pendugaan air tanah atau batuan dengan metode seismik
 
Bab 3-bentuk-dan-tekstur-bijih
Bab 3-bentuk-dan-tekstur-bijihBab 3-bentuk-dan-tekstur-bijih
Bab 3-bentuk-dan-tekstur-bijih
 
Metode Seismik
Metode Seismik Metode Seismik
Metode Seismik
 

Viewers also liked

Pengolahan Data Gaya Berat KARSAM 2012
Pengolahan Data Gaya Berat KARSAM 2012Pengolahan Data Gaya Berat KARSAM 2012
Pengolahan Data Gaya Berat KARSAM 2012Fajar Perdana
 
Pengolahan data Gravity
Pengolahan data GravityPengolahan data Gravity
Pengolahan data GravityKevin Pratama
 
Analisi data gravity untuk menentukan struktur bawah permukaan
Analisi data gravity untuk menentukan struktur bawah permukaanAnalisi data gravity untuk menentukan struktur bawah permukaan
Analisi data gravity untuk menentukan struktur bawah permukaanacymile
 
Identifikasi struktur geologi dengan metode audio magnetotellurik
Identifikasi struktur geologi  dengan metode audio magnetotellurikIdentifikasi struktur geologi  dengan metode audio magnetotellurik
Identifikasi struktur geologi dengan metode audio magnetotellurikIzaina Nurfitriana
 
6 mm protect_yourself_protect_others
6 mm protect_yourself_protect_others6 mm protect_yourself_protect_others
6 mm protect_yourself_protect_otherslisamholden
 
Tutorial game-maker-bagi-pemula
Tutorial game-maker-bagi-pemulaTutorial game-maker-bagi-pemula
Tutorial game-maker-bagi-pemulaKira R. Yamato
 
Pengolahan Data Magnetik KARSAM 2012
Pengolahan Data Magnetik KARSAM 2012Pengolahan Data Magnetik KARSAM 2012
Pengolahan Data Magnetik KARSAM 2012Fajar Perdana
 
Supriyanto s komputasi untuk sains dan teknik menggunakan matlab edisi 4 - ...
Supriyanto s   komputasi untuk sains dan teknik menggunakan matlab edisi 4 - ...Supriyanto s   komputasi untuk sains dan teknik menggunakan matlab edisi 4 - ...
Supriyanto s komputasi untuk sains dan teknik menggunakan matlab edisi 4 - ...Kira R. Yamato
 
Pendekatan Inversi Linier dengan Matriks Jacobi pada Kasus Perhitungan Hipose...
Pendekatan Inversi Linier dengan Matriks Jacobi pada Kasus Perhitungan Hipose...Pendekatan Inversi Linier dengan Matriks Jacobi pada Kasus Perhitungan Hipose...
Pendekatan Inversi Linier dengan Matriks Jacobi pada Kasus Perhitungan Hipose...Fajar Perdana
 
Eliptic Partial DIfferential Equation
Eliptic Partial DIfferential EquationEliptic Partial DIfferential Equation
Eliptic Partial DIfferential EquationFajar Perdana
 
Cepat mahir dengan matlab
Cepat mahir dengan matlabCepat mahir dengan matlab
Cepat mahir dengan matlabNur Hy
 
Hukum gravitasi newton
Hukum gravitasi newtonHukum gravitasi newton
Hukum gravitasi newtonmaytika sari
 

Viewers also liked (20)

Pengolahan Data Gaya Berat KARSAM 2012
Pengolahan Data Gaya Berat KARSAM 2012Pengolahan Data Gaya Berat KARSAM 2012
Pengolahan Data Gaya Berat KARSAM 2012
 
Inversi 2008
Inversi 2008Inversi 2008
Inversi 2008
 
Metode GEOFISIKA gravitasi
Metode GEOFISIKA gravitasiMetode GEOFISIKA gravitasi
Metode GEOFISIKA gravitasi
 
Pengolahan data Gravity
Pengolahan data GravityPengolahan data Gravity
Pengolahan data Gravity
 
Geotermal 1
Geotermal 1Geotermal 1
Geotermal 1
 
Analisi data gravity untuk menentukan struktur bawah permukaan
Analisi data gravity untuk menentukan struktur bawah permukaanAnalisi data gravity untuk menentukan struktur bawah permukaan
Analisi data gravity untuk menentukan struktur bawah permukaan
 
Identifikasi struktur geologi dengan metode audio magnetotellurik
Identifikasi struktur geologi  dengan metode audio magnetotellurikIdentifikasi struktur geologi  dengan metode audio magnetotellurik
Identifikasi struktur geologi dengan metode audio magnetotellurik
 
Fisika komputasi
Fisika komputasiFisika komputasi
Fisika komputasi
 
6 mm protect_yourself_protect_others
6 mm protect_yourself_protect_others6 mm protect_yourself_protect_others
6 mm protect_yourself_protect_others
 
Tutorial game-maker-bagi-pemula
Tutorial game-maker-bagi-pemulaTutorial game-maker-bagi-pemula
Tutorial game-maker-bagi-pemula
 
Pengolahan Data Magnetik KARSAM 2012
Pengolahan Data Magnetik KARSAM 2012Pengolahan Data Magnetik KARSAM 2012
Pengolahan Data Magnetik KARSAM 2012
 
Supriyanto s komputasi untuk sains dan teknik menggunakan matlab edisi 4 - ...
Supriyanto s   komputasi untuk sains dan teknik menggunakan matlab edisi 4 - ...Supriyanto s   komputasi untuk sains dan teknik menggunakan matlab edisi 4 - ...
Supriyanto s komputasi untuk sains dan teknik menggunakan matlab edisi 4 - ...
 
Pendekatan Inversi Linier dengan Matriks Jacobi pada Kasus Perhitungan Hipose...
Pendekatan Inversi Linier dengan Matriks Jacobi pada Kasus Perhitungan Hipose...Pendekatan Inversi Linier dengan Matriks Jacobi pada Kasus Perhitungan Hipose...
Pendekatan Inversi Linier dengan Matriks Jacobi pada Kasus Perhitungan Hipose...
 
Eliptic Partial DIfferential Equation
Eliptic Partial DIfferential EquationEliptic Partial DIfferential Equation
Eliptic Partial DIfferential Equation
 
Metode gravity
Metode gravityMetode gravity
Metode gravity
 
Pengolahan Bahan Galian
Pengolahan Bahan GalianPengolahan Bahan Galian
Pengolahan Bahan Galian
 
Makalah eksplorasi panas bumi dalam geofisika
Makalah eksplorasi panas bumi dalam geofisikaMakalah eksplorasi panas bumi dalam geofisika
Makalah eksplorasi panas bumi dalam geofisika
 
Cepat mahir dengan matlab
Cepat mahir dengan matlabCepat mahir dengan matlab
Cepat mahir dengan matlab
 
Hukum gravitasi newton
Hukum gravitasi newtonHukum gravitasi newton
Hukum gravitasi newton
 
Gis (surface analysis)
Gis (surface analysis)Gis (surface analysis)
Gis (surface analysis)
 

Similar to PEMODELAN GRAVITASI

Analisis Data Gaya Berat Danau Ranau dengan Grav3D dan SVD
Analisis Data Gaya Berat Danau Ranau dengan Grav3D dan SVDAnalisis Data Gaya Berat Danau Ranau dengan Grav3D dan SVD
Analisis Data Gaya Berat Danau Ranau dengan Grav3D dan SVDTeguh Budiman
 
Metode gaya berat2_[compatibility_mode]
Metode gaya berat2_[compatibility_mode]Metode gaya berat2_[compatibility_mode]
Metode gaya berat2_[compatibility_mode]acymile
 
Metode Gravitasi dalam Geofisika.pptx
Metode Gravitasi dalam Geofisika.pptxMetode Gravitasi dalam Geofisika.pptx
Metode Gravitasi dalam Geofisika.pptxMhd. Zaky Daniyal
 
Identifikasi Sesar Lokal Semangko-Kumering
Identifikasi Sesar Lokal Semangko-KumeringIdentifikasi Sesar Lokal Semangko-Kumering
Identifikasi Sesar Lokal Semangko-KumeringTeguh Budiman
 
STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR GEOLOGI DI PULAU TIMOR.pdf
STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR GEOLOGI DI PULAU TIMOR.pdfSTUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR GEOLOGI DI PULAU TIMOR.pdf
STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR GEOLOGI DI PULAU TIMOR.pdfJoseDa4
 
Kelompok 12
Kelompok 12Kelompok 12
Kelompok 12martoms
 
Gd fisik2013 lab2_jawaban 10 soal
Gd fisik2013 lab2_jawaban 10 soalGd fisik2013 lab2_jawaban 10 soal
Gd fisik2013 lab2_jawaban 10 soalTaufiq Rifai
 
Metode gaya berat
Metode gaya beratMetode gaya berat
Metode gaya beratM Rifa'i
 
Model simuasi air laut
Model simuasi air lautModel simuasi air laut
Model simuasi air lautYohansli
 
Laporan praktikum geolistrik
Laporan praktikum geolistrikLaporan praktikum geolistrik
Laporan praktikum geolistrikAzhar Affandi
 
PPT GRAVITY GRADIOMETRY 3.pptx
PPT GRAVITY GRADIOMETRY 3.pptxPPT GRAVITY GRADIOMETRY 3.pptx
PPT GRAVITY GRADIOMETRY 3.pptxCheasarSeptian
 

Similar to PEMODELAN GRAVITASI (20)

Analisis Data Gaya Berat Danau Ranau dengan Grav3D dan SVD
Analisis Data Gaya Berat Danau Ranau dengan Grav3D dan SVDAnalisis Data Gaya Berat Danau Ranau dengan Grav3D dan SVD
Analisis Data Gaya Berat Danau Ranau dengan Grav3D dan SVD
 
Iii. teori dasar
Iii. teori dasarIii. teori dasar
Iii. teori dasar
 
Metode gravitasi
Metode gravitasiMetode gravitasi
Metode gravitasi
 
Metode gaya berat2_[compatibility_mode]
Metode gaya berat2_[compatibility_mode]Metode gaya berat2_[compatibility_mode]
Metode gaya berat2_[compatibility_mode]
 
758 1735-1-sm
758 1735-1-sm758 1735-1-sm
758 1735-1-sm
 
Metode Gravitasi dalam Geofisika.pptx
Metode Gravitasi dalam Geofisika.pptxMetode Gravitasi dalam Geofisika.pptx
Metode Gravitasi dalam Geofisika.pptx
 
Identifikasi Sesar Lokal Semangko-Kumering
Identifikasi Sesar Lokal Semangko-KumeringIdentifikasi Sesar Lokal Semangko-Kumering
Identifikasi Sesar Lokal Semangko-Kumering
 
Bab 2 geomagnetik
Bab 2 geomagnetikBab 2 geomagnetik
Bab 2 geomagnetik
 
STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR GEOLOGI DI PULAU TIMOR.pdf
STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR GEOLOGI DI PULAU TIMOR.pdfSTUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR GEOLOGI DI PULAU TIMOR.pdf
STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR GEOLOGI DI PULAU TIMOR.pdf
 
Metode Gravitasi.pptx
Metode Gravitasi.pptxMetode Gravitasi.pptx
Metode Gravitasi.pptx
 
Bahan metode gravity g1
Bahan metode gravity g1Bahan metode gravity g1
Bahan metode gravity g1
 
Kelompok 12
Kelompok 12Kelompok 12
Kelompok 12
 
Gd fisik2013 lab2_jawaban 10 soal
Gd fisik2013 lab2_jawaban 10 soalGd fisik2013 lab2_jawaban 10 soal
Gd fisik2013 lab2_jawaban 10 soal
 
Metode gaya berat
Metode gaya beratMetode gaya berat
Metode gaya berat
 
Model simuasi air laut
Model simuasi air lautModel simuasi air laut
Model simuasi air laut
 
Laporan praktikum geolistrik
Laporan praktikum geolistrikLaporan praktikum geolistrik
Laporan praktikum geolistrik
 
Paper geothermal wayang windu i t b
Paper geothermal wayang windu   i t bPaper geothermal wayang windu   i t b
Paper geothermal wayang windu i t b
 
163 308-1-sm
163 308-1-sm163 308-1-sm
163 308-1-sm
 
FISBUM CICI
FISBUM CICIFISBUM CICI
FISBUM CICI
 
PPT GRAVITY GRADIOMETRY 3.pptx
PPT GRAVITY GRADIOMETRY 3.pptxPPT GRAVITY GRADIOMETRY 3.pptx
PPT GRAVITY GRADIOMETRY 3.pptx
 

PEMODELAN GRAVITASI

  • 1. PEMODELAN ANOMALI GRAVITASI MENGGUNAKAN METODE INVERSI 2D (DUA DIMENSI) PADA AREA PROSPEK PANAS BUMI LAPANGAN ‘A’ Rezki Amaliah, Dr. Muhammad Hamzah, S.Si, M.T, Dra. Maria, M.Si, Sabrianto Aswad, S.T, M.T Prodi Geofisika Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin SARI BACAAN Metode gravitasi dapat memberikan gambaran beda rapat massa bawah permukaan melalui pengukuran percepatan gravitasi di lapangan ‘A’. Lapangan ‘A’ dikelilingi oleh batuan andesit dan masih didominasi oleh alluvial. Dari hasil pengolahan data survei gravitasi diperoleh anomali Bouguer lengkap. Anomali Bouguer lengkap dikurangkan dengan anomali regional diperoleh anomali residual. Anomali residual dimodelkan menggunakan metode Inversi 2D untuk mendapatkan gambaran beda rapat massa bawah permukaan di lapangan ‘A’. Ada dua lintasan dipilih dekat dengan titik manifestasi panasbumi pada lapangan ‘A’. Hasil pemodelan menunjukkan pada area prospek panasbumi ini, diperoleh nilai rapat massa sekitar 2,367 – 2,62 gr/cm3 pada lintasan yang berarah timur laut-barat daya dan pada lintasan berarah barat laut-tenggara berkisar antara 2,52 – 2,97 gr/cm3. Pola penyebaran rapat massa mengindikasikan adanya patahan berupa graben Kata kunci : anomali gravitasi, rapat massa, inversi 2D. ABSTRACT Gravity method can give image difference density subsurface using gravity surveying in field ‘A’. It’s around field ‘A’ is andesite and is dominated by alluvium. Result data gravity processing is gravity anomaly that called name is Complete Bouguer Anomaly. Complete Bouguer anomaly reduce by regional anomaly produce residual anomaly. Residual anomaly made model using inversion 2D method to get image of distribution difference density in subsurface at field ‘A’. There are chosen two lines where near point of manifestation geothermal at field ‘A’. The result modeling indicate that is in area geothermal prospect getting density value around 2,367 – 2,62 gr/cm3 for line direction NE-SW and 2,52 – 2,97 gr/cm3 for line direction NW-SE. Pattern of distribution density indicate there is fault like graben. Keyword: gravity anomaly, density, inversion 2D PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu tahap eksplorasi panas bumi yang dilakukan di bidang geofisika adalah Metode Gravitasi. Metode gravitasi ini dapat memberikan gambaran bawah permukaan melalui perbedaan rapat massa antar batuan disekitarnya. Besaran fisika yang terukur dalam metode gravitasi adalah percepatan gravitasi. Nilai percepatan gravitasi berbanding lurus dengan rapat massa bawah permukaan, sehingga variasi percepatan gravitasi merupakan representasi variasi rapat massa. Kontras rapat massa ini dgunakan untuk interpretasi struktur bawah permukaan pada daerah penelitian. Kontras rapat massa dapat diperoleh melaui proses inversi. Metode inversi ini merupakan
  • 2. proses mengestimasi model atau parameter model dari data, respon, atau keadaan tertentu. Parameter model yang dimaksud merupakan rapat massa. Ruang Lingkup Penelitian ini dibatasi untuk daerah ‘A’ dengan hasil pengolahan data anomali gravitasi pada tahun 1994. Data yang digunakan berupa data sekunder yang terdiri dari koordinat tiap titik pengukuran, anomali bouguer lengkap dan peta geologi daerah penelitian. Dari hasil pengolahan data survei gravitasi maka dibuatlah kontur anomali Bouguer lengkap menggunakan Surfer 10. Kemudian metode pemisahan anomali dengan menggunakan metode Moving Average. Metode moving average memerlukan informasi lebar jendela. Lebar jendela didapatkan dari proses analisis spektrum. Hasil dari pemisahan anomali adalah data anomali Bouguer regional. Kemudian, kontur anomali Bouguer lengkap dikurangkan dengan kontur anomali regional menghasilkan kontur anomali residual. Selanjutnya, dipilih 2 lintasan pada peta kontur anomali residual kemudian dimodelkan menggunakan metode inversi dengan bantuan program Matlab 7.6.0 (R.2008a). Hasil dari pemodelan inversi adalah gambaran model bawah permukaan dan perkiraan nilai beda rapat massa rata-rata dari struktur geologi bawah permukaan. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Membuat peta kontur anomali regional dan peta kontur anomali residual. 2. Memberikan gambaran penyebaran beda rapat massa rata-rata batuan yang berada di struktur tersebut. 3. Mengidentifikasi struktur geologi pada daerah penelitian berdasarkan gambaran penyebaran beda rapat massa. TINJAUAN PUSTAKA Teori Dasar Gravitasi Metode gravitasi adalah salah satu metode eksplorasi geofisika yang digunakan untuk mengukur variasi percepatan gravitasi bumi akibat adanya perbedaan rapat massa antar batuan. 푀푏 푀 푟2 푟̂ (2.1) Dimana: 퐹⃗ = 훾 퐹⃗ = Gaya tarik menarik antara dua benda tersebut (Newton ) Mb = massa benda 1 (bumi) (kg) M = massa benda lain (kg) γ = 6,67 x 10-11 m3kg-1s-2 = konstanta gravitasi r = jarak antara Mb dan M (meter) Sedang gaya persatuan masssa yang dialami oleh massa benda lain M akibat tarikan massa Bumi Mb dalam jarak r dikenal sebagai medan gravitasi (퐸⃗⃗ ) yang dinyatakan persamaannya sebagai berikut: 퐸⃗⃗ = 퐹⃗ 푀 (2.2) sehingga persamaannya menjadi: 퐸⃗⃗ = 훾 푀푏 푟2 푟̂ (2.3) Potensial Gravitasi Medan potensial gravitasi bersifat konservatif yaitu usaha yang dilakukan dalam suatu medan gravitasi tidak bergantung pada lintasan yang ditempuhnya tetapi hanya bergantung pada posisi awal dan akhir (Telford, 1976). Medan gravitasi ini dapat dinyatakan s ebagai gradien potensial skalar U (r), persamaanya sebagai berikut: 퐸 = −∇푈(푟) (2.4) 퐸 = − 휕푈(푟) 휕푟 (2.5) 푟 ∞ 푑푟 (2.6) 푈(푟) = − ∫ 퐸 푟 ∞ 푑푟 = 푈(푟) = −훾 ∫ 푀푏 1 푟2 훾 푀푏 푟 (2.7)
  • 3. Koreksi Gravitasi Percepatan gravitasi bervariasi dari tempat ke tempat karena bumi mempunyai bentuk mendekati bentuk spheroid, relief permukaannya tidak rata, berotasi, berevolusi dalam sistem matahari serta tidak homogen, sehingga variasi gravitasi disetiap titik dipermukaan bumi dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti lintang, ketinggian, topografi, pasang surut, dan variasi rapat massa bawah permukaan (Telford, 1976). Jadi, hasil data survei gravitasi perlu dikoreksi untuk mendapatkan data yang hanya dipengaruhi oleh variasi rapat massa bawah permukaan. Aapun koreksi-koreksi yang digunakan adalah: 1. Koreksi Pasang Surut 2. Koreksi Kelelahan Alat (Drift) 3. Menghitung Nilai g Teoritis 4. Koreksi Udara Bebas (Free Air Correction) 5. Koreksi Bouguer (Bouguer Correction/BC) 6. Koreksi Medan (Terrain Correction) Perhitugan nilai Anomali Bouguer Lengkap gABL = gabs – g(φ) + gFA – gBC + gTC (2.8) Pemisahan Anomali Metode yang digunakan untuk memisahkan anomali Bouguer lengkap untuk memperoleh anomali regional adalah menggunakan metode smoothing yang salah satunya adalah Moving Average. Moving average dilakukan dengan cara merata-ratakan nilai anomalinya. Hasil dari perata-rataannya berupa anomali regional. Sedangkan untuk mendapatkan anomali residualnya, adalah Δgres = gABL - Δgreg (2.9) Analisis Spektrum Analisis spektrum dilakukan untuk mengestimasi lebar jendela yang digunakan pada saat filter anomali bouguer menggunakan metode moving average sehingga dapat mengestimasikan kedalaman dari anomali gravitasi ini. Analisis spektrum ini menggunakan prinsip Transformasi Fourier, dimana lintasan-lintasan titik pengukuran yang telah ditentukan di transformasi fourier-kan. Pemodelan Inversi Pemodelan inversi (inverse modeling) sering dikatakan sebagai “kebalikan” dari pemodelan ke depan karena dalam pemodelan inversi paramaeter model diperoleh secara langsung dari data. Menke (1984) dalam Grandis, 2009 mendifinisikan teori inversi sebagai suatu kesatuan teknik atau metode matematika dan statistika untuk memperoleh informasi yang berguna mengenai suatu sistem fisika berdasarkan observasi terhadap sistem tersebut. Sistem fisika yang dimaksud adalah fenomena yang yang kita tinjau, hasil observasi terhadap sistem adalah data sedangkan informasi yang ingin diperoleh data adalah model atau parameter model. Dalam mengestimasi parameter model sebenarnya ditemukan berbagai permasalahan, namun permasalahan tersebut umumnya dibahas sebagai permasalahan regresi linier. Konsep regresi linier ini digunakan untuk memformulasikan masalah inversi linier yang berlaku lebih umum. Model terbaik atau optimum diperoleh jika kesalahan tersebut minimum. Untuk kasus khusus dimana fungsi yang menghubungkan data dengan parameter model adalah suatu fungsi linier, maka persamaannya dapat dinyatakan berupa perkalian matriks sebagai berikut: d = A m (2.10) atau [ 푑1 푑2 ⋮ 푑푁 퐴11 퐴12 ⋯ 퐴1푀 퐴21 퐴22 … 퐴2푀 ⋮ ⋮ ⋮ 퐴푁1 퐴푁2 … 퐴푁푀 ] = [ ] [ 푚1 푚2 ⋮ 푚푀 ]
  • 4. Dimana A adalah matriks (N x M) yang sering disebut sebagai matriks kernel. Matriks A tersebut pada dasarnya adalah fungsi forward modeling yang tidak mengandung elemen parameter model. Solusi inversi linier untuk memperoleh estimasi parameter model adalah m = [AT A]-1 AT d (2.11) Pada pemodelan gravitasi untuk pendekatan model 2-D, bentuk penampang benda anomali dalam arah sumbu x dan z sehingga dianggap tetap atau sama sepanjang arah struktur. Untuk menggambarkan distribusi rapat massa secara 2-D maka medium didiskretisasi menjadi grid atau blok berukuran seragam (homogen) dengan rapat massa yang bervariasi. Geometri grid dianggap tetap dan diketahui sehingga parameter model adalah rapat massa setiap blok yang dapat diperkirakan melalui pemodelan inversi linier (Grandis, 2009). Model geometri grid dimisalkan dalam benda segiempat 2D yang ditunjukan pada gambar dibawah ini: Gambar II.1 Respon Gravitasi dari suatu benda berbentuk segiempat di bawah permukaan bumi Hubungan-hubungan geometris yang dapat disimpulkan dari gambar diatas adalah (Heiland, 1946): 푔 = −2훾Δ휌 [푥 ln 푟3푟2 푟1푟4 + 푏 ln 푟4 푟3 + 푧2 (휑2 − 휑4 ) − 푧1 (휑1 − 휑3 )] (2.12) Dimana: g : respon vertikal gravitasi pada benda homogen γ : konstanta gravitasi Δρ : beda rapat massa Dalam inversi, persamaan respon gravitasi jika dikaitkan dalam bentuk hubungan model dengan data dapat menjadi, dimana model m menjadi ρ karena parameter model yang dicari: 품 = 푨 흆 Dimana : g : percepatan gravitasi (m/s 2) A: matriks kernel dengan besaran n x k, berisi koefisien geometrik ρ: rapat massa yang nilainya tidak diketahui Dari hubungan diatas dapat dilihat bahwa matriks kernel A adalah −2훾 [푥 ln 푟3푟2 푟1푟4 + 푏 ln 푟4 푟3 + 푧2 (휑2 − 휑4 ) − 푧1 (휑1 − 휑3 )] merupakan parameter model yang harus diubah-ubah agar respon gravitasi perhitungan hasil inversi cocok dengan respon gravitasi observasi. METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Gambar III.1 Lokasi Lapangan ‘A’ Data Data yang digunakan ini berupa data sekunder milik PT. Pertamina Geotermal energi yang merupakan hasil pengolahan data metode gravitasi tahun 1994. Data berupa 347 titik
  • 5. pengukuran yang terdiri dari 9 lintasan dengan luas daerah penelitian sekitar 160 km2. Informasi data berupa nama lintasan, koordinat titik pengukuran dalam UTM dan derajat menit detik (DMS), nilai g (percepatan gravitasi) absolut, nilai koreksi gravitasi (koreksi pasang suurt, koreksi drift, meghitung nilai g teoritis, koreksi udara bebas dan koreksi medan) dan nilai anomali bouguer lengkap. III.2.1 Peralatan Penelitian Peralatan utama yang digunakan pada survei gravitasi dan pengolahan datanya adalah Gravimeter tipe La Coste & Romberg model G-653, satu set GPS (Global Positioning Sistem) dan peralatan penunjang lainnya yang meliputi: kompas geologi, buku kerja, dan peta geologi serta perangkat lunak seperti Global Mapper 11, ArcGIS 9.3, Surfer 10, Matlab versi R2008a, NUMERI.EXE, Microsoft Excel 2010, dan GEOCALC. Proses Pemodelan Inversi Data anomali Bouguer lengkap dibuat kontur menggunakan Surfer. Setelah itu, dilakukan gridding data kontur anomali Bouguer lengkap mengikuti setiap lintasan pengukuran. Hasil dari gridding data kemudian dilakukan metode analisis spektrum untuk mendapatkan estimasi lebar jendela dan kedalaman sumber anomali serta untuk filtering digunakan metode moving average. Hasil dari moving average berupa anomali regional. Kemudian dilakukan pengurangan anomali Bouguer lengkap terhadap anomali regional sehingga menghasilkan anomali residual. Anomali residual kemudian dilakukan pemodelan inversi 2D terhadap dua lintasan yang telah dipilih. Hasil dari pemodelan inversi akan memberikan gambaran variasi beda rapat massa bawah permukaan . Alur Penelitian Mulai Data Anomal i Bouguer Lengkap Peta Kontur Anomal i Bouguer Lengkap Anal i s i s Spektrum dan Es timas i Kedalaman Pemi sahan Anomal i (Moving Average) Anomali Regional Anomali Res idual Membuat mesh (geometri ) Data anomal i res idual (gres) Proses Invers i Varias i beda rapat mas sa yang konvergen dan gcalc Mencocokkan antara gcalc dengan gres Model bawah permukaan 2D Selesai
  • 6. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kontur Anomali Bouguer Lengkap Hasil pengolahan data survei pengukuran percepatan gravitasi tahun 1994 yang diperoleh dari PT. Pertamina Geotermal Energy terdiri dari 317 titik pengukuran dengan 9 lintasan pengukuran. Data tersebut dibuat dalam peta kontur anomali Bouguer lengkap dengan menggunakan Surfer 10, seperti diperlihatkan pada Gambar 4.1. Gambar 4.1 Peta Kontur Anomali Bouguer Lengkap Pada kontur anomali Bouguer Lengkap didapatkan nilai anomali negatif yang berkisar antara -18 mGal sampai -54 mGal. Analisis Spektrum dan Estimasi Kedalaman Misalkan pada lintasan A, hasil analisis spektrumnya terlihat pada Gambar 4.2. y = -1204.2x + 7.1587 y = -222.88x + 5.0202 y = -33.489x + 2.4214 10 8 6 4 2 0 0 0.02 0.04 0.06 0.08 Ln A k Gambar 4.2 Hasil plot k terhadap ln A untuk lintasan A Pada Gambar 4.2 terlihat tiga buah kemiringan anomali yaitu pada kedalaman 1200 m, 222 m, dan 33 m. Pada Gambar 4.2 ini terdapat 3 persamaan garis lurus yaitu persamaan pertama, y = -1204.2x + 7.1587, dimana 1204 adalah z1 dan 7.1587 adalah c1. Untuk persamaan kedua y = -222.88x + 5.0202, dimana 222 adalah z2 dan 5.0202 adalah c2. Simbol z disini, merupakan kedalaman dan dapat dilihat dari persamaan 2.35. Untuk lintasan lain, terlampir pada lampiran 2 Pemisahan Anomali Lebar jendela rata-rata diambil sebagai lebar jendela yang digunakan pada saat filter di metode Moving Average yaitu menggunakan lebar jendela 35. Kontur Anomali Regional dan Residual Dilakukan proses pemisahan anomali menggunakan motode Moving Average, sehingga menghasilkan kontur anomali regional seperti terlihat pada gambar 4.3. Gambar 4.3 Kontur anomali regional Hasil kontur anomali regional berkisar antara - 44 mGal sampai -21 mGal. Selanjutnya, anomali Bouguer lengkap dikurangkan dengan anomali regional menghasilkan anomali residual seperti terlihat pada Gambar 4.4.
  • 7. Gambar 4.4 Kontur Anomali Residual Anomali residual memilki nilai anomali berkisar -11 mGal sampai 9 mGal. Anomali ini dikategorikan menjadi anomali tinggi dan anomali rendah. Anomali tinggi memiliki nilai yang berkisar antara 0-9 mGal. Anomali tinggi ini berada di bagian timur daerah penelitian. Sedangkan, anomali rendah meiliki nilai -11 sampai -1 mGal. Anomali rendah ini berada di bagian selatan daerah penelitian dan dekat dengan titik manifestasi panasbumi. Anomali rendah ini diperkirakan karena daerah tersebut dekat dengan titik manifestasi panasbumi berupa mata air panas dan fumarole. Seperti diketahui, mata air panas terbentuk karena adanya aliran air panas/hangat dari bawah permukaan melalui rekahan-rekahan batuan dan fumarole adalah lubang kecil yang memancarkan uap panas kering atau uap panas yang mengandung butiran-butiran air. Anomali yang rendah bisa saja disebabkan karena batuan-batuan bawah permukaan sebagian telah diisi oleh air panas, sehingga beda rapat massa sekitar negatif. Sesuai hubungan antara rapat massa dan nilai g yang berbanding lurus. Pemodelan Inversi - Data Anomali residual Selanjutnya, dilakukan pemodelan inversi dengan menggunakan data dari hasil anomali residual daerah penelitian. Kemudian, dipilih dua lintasan yang berada dekat dengan titik manifestasi panasbumi. Kemudian hasil dari dua lintasan itu dimodelkan. Gambar 4.7 Kontur anomali residual dan lintasan yang telah dipilih Lintasan pertama ditandai dengan garis berwarna kuning sedangkan lintasan kedua ditandai dengan garis warna merah seperti pada Gambar 4.7.  Lintasan Pertama Lintasan pertama dilakukan gridding terlebih dahulu untuk memperoleh profil penampang J-J’ seperti yang terlihat pada Gambar 4.8. Lintasan berarah timur laut-barat daya. Gambar 4.8 Hasil plot antara jarak terhadap nilai g residual untuk lintasan pertama Pada lintasan pertama, nilai g residualnya yaitu dari -6,77 mGal sampai 4,98 mGal dan jaraknya dibuat dari 0 - 8 km berdasarkan hasil irisan pada kontur anomali residual. Kemudian, dibuat model geometri dengan panjang lintasan dari 0-8 km sesuai dengan
  • 8. J ’ J profil penampang. dan kedalamannya adalah 0 - 2,5 km. Model geometrinya dibuat setiap satu baris per kedalaman memilki jumlah kotak yang berbeda seperti diperlihatkan pada Gambar 4.9. Gambar 4.9 Model geometri untuk lintasan pertama Hal ini dikarenakan pada saat pemodelan inversi dibutuhkan kekovergenan hasil inversi, sedangkan jika mesh yang dibuat dengan jumlah kotak yang teratur maka belum didapatkan hasil yang maksimal atau nilai rapat massa yang dikeluarkan masih acak atau tidak konvergen. Untuk itu, dalam pembuatan mesh sebenarnya, dibutuhkan perlakukan khusus dan menggunakan sistem dengan menebak model meshnya sampai benar-benar mengeluarkan hasil yang baik. Selanjutnya, dilakukan pemodelan inversi untuk mendapatkan gambaran bawah permukaan berupa penyebaran beda rapat massa. Gambar 4.10 Hasil pemodelan inversi yang menggambarkan distribusi beda rapat massa bawah permukaan beserta kurva gcalcdan gobs Pada saat membuat model geometri rapat massanya diasumsikan rapat massa awalnya yaitu 2,67 gr/cm3. Kemudian dilakukan pemodelan inversi dan menghasilkan gambaran distribusi beda rapat massa bawah permukaan dengan nilai rapat massa yang didapatkan yaitu 2,37– 2,97 gr/cm3 seperti terlihat pada Gambar 4.10. Untuk lintasan pertama, setelah dimodelkan inversinya didapatkan struktur menyerupai graben dengan nilai rapat massa yang dihasilkan sekitar 2,367 – 2,62 gr/cm3, karena perbedaan rapat massa yang cukup jelas terlihat di gambar tersebut dan pola penyebaran densitas. Hal ini juga didukung oleh peta geologi yang meggambarkan adanya patahan yang berarah barat laut-tanggara bisa dilihat dari peta geologi yang terlampir. Seperti yang diketahui, rapat massa harusnya semakin ke lapisan dalam, semakin tinggi nilainya. Namun, rapat massa yang rendah ditemukan di bagian lapisan paling bawah dan rapat massa yang tinggi juga ditemukan di atas permukaan. Hal ini bisa saja dikarenakan, batuan bawah permukaan daerah ini telah mengalami alterasi akibat air bawah permukaan yang masuk ke dalam pori-pori batuan.  Lintasan Kedua Pada lintasan kedua dilakukan juga gridding terlebih dahulu untuk memperoleh profil penampang C-C’ seperti yang terlihat pada Gambar 4.11. Lintasan berarah barat laut-tenggara. Pada lintasan ini juga, didapatkan nilai anomali residualnya yaitu dari -2,4 mGal sampai –7,12 mGal dan jaraknya dibuat dari 1 – 16,4 km berdasarkan hasil gridding pada kontur anomali residual seperti yang terlihat pada Gambar 4.11.
  • 9. C C ’ Gambar 4.11 Hasil plot antara jarak terhadap nilai anomali residual untuk lintasan 2 Kemudian, dibuatlah model geometri dengan panjang lintasan dari 0-16,4 km sesuai dengan profil penampang. dan kedalamannya adalah 0 - 2,8 km seperti diperlihatkan pada Gambar 4.12. Gambar 4.12 Model geometri untuk lintasan kedua Pemodelan inversi dimulai dan didapatkan gambaran distribusi beda rapat massa bawah permukaan dengan nilai rapat massa yaitu sekitar 2,52 – 2,97 gr/cm3 seperti yang terlihat pada Gambar 4.13. Pada hasil pemodelan inversi ini, juga terlihat pola penyebaran densitas yang menyerupai seperti patahan, sehingga ditarik garis hitam sebagai indikasi adanya struktur pada daerah tersebut. Hal ini juga dibuktikan dengan respon g yang awalnya datar saja kemudian pada jarak 6 km, terlihat kurva respon g mulai naik. Gambaran struktur ini bisa saja akibat dari patahan yang berarah barat laut-tenggara yang digambarkan dalam peta geologi. Gambar 4.13 Hasil pemodelan inversi yang menggambarkan distribusi beda rapat massa bawah permukaan beserta kurva gcalc dan gobs Kemudian, seperti yang diketahui, rapat massa harusnya semakin ke lapisan dalam, semakin tinggi nilainya. Namun, seperti halnya lintasan pertama, rapat massa yang rendah ditemukan di bagian lapisan paling bawah dan rapat massa yang tinggi juga ditemukan di bagian atas. Hal ini bisa saja dikarenakan, batuan bawah permukaan daerah ini telah mengalami alterasi akibat air bawah permukaan yang masuk ke dalam pori-pori batuan karena ddaerahh ini juga melewati titik manifestasi panasbumi. PENUTUP Kesimpulan Adapun kesimpulan dari skripsi ini adalah 1. Pada area prospek panasbumi lapangan ‘A’, kontur anomali regional diperoleh dengan melakukan filter kontur anomali boguer lengkap menggunakan metode moving average sehingga menghasilkan nilai berkisar antara -44 mGal sampai -21 mGal. Sedangkan untuk anomali residual memiliki nilai anomali yaitu berkisar antara -11 mGal sampai 9 mGal. 2. Pada area prospek panasbumi lapangan ‘A’ ini, anomali regional yang tinggi berada di sekitar bagian barat daerah penelitian sedangkan anomali rendah
  • 10. berada di sekitar bagian selatan daerah penelitian. 3. Pada area prospek panasbumi ini, diperoleh nilai rapat massa sekitar 2,367 – 2,62 gr/cm3 pada lintasan yang berarah timur laut-barat daya dan pada lintasan berarah barat laut-tenggara berkisar antara 2,52 – 2,97 gr/cm3. 4. Setelah dilakukan pemodelan inversi, diperoleh pola penyebaran rapat massa yang menyerupai patahan terlihat pada lintasan yang berarah timur laut-barat daya dan juga lintasan yang berarah barat laut-tenggara yang ditandai dengan lintasan melewati titik manifestasi berupa mata air panas. PUSTAKA Antasari, D. 2013. Skripsi Pemodelan Gaya Berat Dengan Menggunakan Metode Inversi Steepest Descent Pada Daerah Prospek Panasbumi. Program Studi Fisika ITB, Bandung Anonim. 1998. Klasifikasi Potensi Energi Panas Bumi di Indonesia. Badan Standardisasi Nasional (BSN) SNI 13-5012-1998 Blakely, Richard J. 1996. Potential Theory In Gravity And Magnetic Applications. Cambridge University Press Grandis, H. 2009. Pengantar Pemodelan Inversi Geofisika. Himpunan Ahli Geofisika Indonesia, Jakarta Heiland, C.A. 1946. Geophysical Exploration. PRENTICE-HALL, INC. New York Hill, Ian, dkk. 2002. An Introduction to Geophysical Exploration. Third Edition, Blackwell Science Ltd. Lowrie, W. 2007. Fundamentals of Geophysics. Cambridge University Press. Rahardjo, I dan Tofan, M. 2013. Perbaikan Model Densitas Bawah Permukaan dengan Menggunakan Staggeredd Grid Inversion dan Spectrum Analisis Dan Aplikasinya Pada Lapangan Karinci, Jambi. FSTH 2 BTAM, Pertamina Geotermal Energy. Reynolds, J. M. 1997. An Introduction to Applied and Environmental Geophysics. John Wiley & Sons Ltd, England. Sukarna, D. 2012. Potensi Energi Baru Terbarukan Indonesia Cukup Untuk 100 Tahun. Diakses pada tanggal 3 Januari 2013. http://www.esdm.go.id/berita.html Susilawati. 2005. Reduksi dan Interpretasi Data Gravitasi. e-USU Repository Telford, W.M., Geldart, L.P., Sheriff, R.E., 1990, Applied Geophysics Second Edition, Cambridge Univ. Press, Cambridge