SlideShare a Scribd company logo
1 of 26
9
III. TEORI DASAR
3.1 Hukum Newton
Dasar dari metode gayaberat adalah hukum Newton tentang gayaberat dan
teori medan potensial. Newton menjelaskan bahwa besar gaya tarik menarik
antara dua buah partikel yang mempunyai massa m1 dan m2 dengan jarak
antara dua titik pusat partikel tersebut r terlihat pada Gambar 5 (Grant dan
West, 1965).
𝐹⃑(π‘Ÿβƒ‘) = 𝐺
π‘š1 π‘š2
π‘Ÿ2
π‘ŸΜ‚ (1)
dimana: 𝐹⃑ = Gaya antara benda m1 dan m2
G = Konstanta Gayaberat (6,672 x 10-11
m3
kg-1
s-2
)
r = Jarak antara m1 dan m2
Gambar 5. Gaya tarik menarik antara dua benda
Melalui persamaan (1) dapat diketahui besarnya medan gayaberat di m2, yaitu
dengan membagi F dengan m2, dapat dinyatakan sebagai berikut.
𝑔 (π‘Ÿ)⃑⃑⃑⃑⃑⃑⃑⃑⃑⃑⃑ = βˆ’πΊ
π‘š1
π‘Ÿ2 π‘ŸΜ‚ (2)
r
M1 M2
10
3.2 Potensial Gayaberat
Suatu massa yang terdapat dalam sistem ruang tertentu akan menimbulkan
medan potensial di sekitarnya. Medan potensial untuk gayaberat bersifat
konservatif, artinya usaha yang dilakukan dalam suatu medan gayaberat tidak
tergantung pada lintasan yang ditempuhnya, tetapi tergantung pada posisi
awal dan akhir dan memenuhi persamaan berikut.
βˆ‡ π‘₯ 𝑔⃗ = 0 π‘‘π‘Žπ‘› 𝑔⃗ = βˆ’βˆ‡π‘ˆ (3)
dimana: U = potensial scalar
g⃑⃗ = gayaberat (vector)
Gaya yang timbul dapat diturunkan dari suatu fungsi potensial scalar U
(x,y,z) berikut.
βˆ‡π‘ˆ (π‘Ÿ, πœƒ, Ξ¦) =
βˆ’πΉ(π‘₯,𝑦,𝑧)
π‘š
= βˆ’π‘” (π‘₯, 𝑦, 𝑧) (4)
Kemudian ditulis dalam kordinat bola menjadi:
βˆ‡π‘ˆ (π‘Ÿ, πœƒ, Ξ¦) =
βˆ’πΉ(π‘Ÿ,πœƒ,Ξ¦)
π‘š
= βˆ’π‘” (π‘Ÿ, πœƒ, Ξ¦) (5)
π‘ˆ(π‘Ÿ, πœƒ, Ξ¦) = ∫ βˆ‡π‘ˆ π‘‘π‘Ÿ = βˆ’
π‘Ÿ
βˆ’βˆž
∫ g π‘‘π‘Ÿ
π‘Ÿ
βˆ’βˆž
(6)
Dengan mensubtitusikan 𝑔 = 𝐺
π‘š
π‘Ÿ2
, maka persamaan dalam bentuk scalar
menjadi:
π‘ˆ(π‘Ÿ) = βˆ’ 𝐺 ∫ π‘š (
1
π‘Ÿ2
) π‘‘π‘Ÿ =
π‘Ÿ
βˆ’βˆž
𝐺
π‘š
π‘Ÿ
(7)
Apabila suatu massa tiga dimensi bentuk sembarang terdistribusi secara
kontinyu dengan rapat massa Δρ(Ξ±,Ξ²,Ξ³), maka potensial gravitasi di titik P
11
(x,y,z) di atas dan di luar distribusi rapat massa tersebut diberikan oleh
(Kadir, 1997) sebagai berikut.
π‘ˆ (π‘₯, 𝑦, 𝑧) = 𝐺 ∭
𝜌 (𝛼,𝛽,𝛾)
(π‘₯βˆ’π›Ό)2+(π‘¦βˆ’π›½)2+(π‘§βˆ’π›Ύ)2
3
2⁄
𝑑𝛼. 𝑑𝛽. 𝑑𝛾 (8)
Komponen gravitasi vertikal akibat distribusi rapat massa di atas diperoleh
dengan mendiferensialkan persamaan terhadap z.
βˆ†π‘” 𝑧(π‘₯, 𝑦, 𝑧) = βˆ’
πœ•π‘ˆ (π‘₯,𝑦,𝑧)
πœ•π‘§
(9)
= βˆ’πΊ ∫ ∫ ∫
𝜌 (𝛼,𝛽,𝛾)(π‘§βˆ’π‘¦)
(π‘₯βˆ’π›Ό)2+(π‘¦βˆ’π›½)2+(π‘§βˆ’π›Ύ)2
3
2⁄
∞
βˆ’βˆž
∞
βˆ’βˆž
∞
0
𝑑𝛼. 𝑑𝛽. 𝑑𝛾 (10)
Dimana Ξ”g adalah anomali gayaberat yang diamati, Δρ adalah kontras
densitas, G adalah konstanta gravitasi umum, (x,y,z) dan (Ξ±,Ξ²,Ξ³) masing-
masing adalah sisitem koordinat stasiun dan sumber benda. Dari persamaan 4
tampak bahwa percepatan gravitasi bervariasi dan hanya bergantung pada
distribusi massa di bawah permukaan. Gayaberat yang diukur di permukaan
adalah merefleksikan besar tarikan benda anomali bawah permukaan dengan
arah pusat bumi dan merupakan turunan dari gaya sesuai dengan hukum
Newton.
3.3 Pengukuran Gayaberat
3.3.1 Pengukuran Absolut
Pengukuran absolut dilakukan di labolatorium, sukar untuk
mendapatkan harga bayaberat absolut yang akurat, karena banyaknya
kendala yang sangat mempengaruhi hasil pengukuran (Sarkowi, 2009).
Oleh karena itu pengukuran absolut ini jarang sekali digunakan karena
12
terlalu sukar dan melibatkan banyak faktor dan alat. Cara pengukuran
absolut ini menggunakan pendulum, jatuh bebas, dan gravimeter.
3.3.2 Pengukuran Relatif
Pengukuran relatif pada data gayaberat adalah dengan membandingkan
hasil pengukuran titik yang tidak diketahui nilai gayaberatnya dengan
titik yang sudah diketahui nilai dan telah diikat kepada titik
referensialnya, misal Postdam, IGSN, dan lain sebagainya.
3.3.3 Alat - Alat Pengukur Percepatan Gayaberat
a. Pendulum
𝑇 = 2πœ‹ √
𝑙
𝑔
(11)
Ketelitian alat pendulum maksimum hanya 0.1mgal
b. Pengukuran Gayaberat Benda Jatuh
𝐻 = 𝑉0 𝑑 +
1
2
𝑔𝑑2
(12)
Karena V0 = 0 maka: π’ˆ =
πŸπ’‰
𝒕 𝟐
(13)
Ketelitian pengukuran mencapai 10-7
gal.
c. Pengukuran Relatif Menggunakan Gravimeter
Gravimeter adalah alat pengukur Gaya berat relatif yang prinsip
kerjanya didasarkan atas memanjangnya pegas akibat perbedaan
gaya tarik yang berlaku pada beban, bila sebuah Gravimeter dibawa
kedua tempat yang berbeda harga gaya beratnya, pergeseran tersebut
dibaca pada mistar sekala. Ada dua macam alat gravimeter yaitu tipe
13
stabil dan unstabil,tipe yang unstabil saat ini lebih banyak digunakan
karena tinggi harga ketelitian dan akurasinya,contoh dari tipe ini
adalah Worden, Scintrex Autograv dan Lacoste Romberg
Gravimeter.
3.3.4 Pengukuran di Lapangan
Pengukuran di lapangan membentuk suatu loop yang akan mulai dan
berakhir di titik yang sama. Yang pertama dilakukan adalah mencari
lokasi yang tepat untuk peletakan stasiun pertama, sebagai titik ikat
untuk dibandingkan dengan hasil pengukuran di tiitk lain. Kecermatan
pengukuran sangat ditentukan oleh data pengukuran topografi setiap
stasiun.
3.4 Koreksi Data Gayaberat
Harga gayaberat observasi hasil survei gayaberat akan berbeda satu tempat
dengan yang lain disebabkan oleh:
1. Pemampatan dan rotasi bumi
2. Perbedaan jarak dari pusat bumi
3. Perbedaan ketinggian maupun kedalaman di setiap titik pengukuran
terhadap bidang datum (Mean Sea Level)
4. Adanya efek tarikan massa antara bidang datum dan stasiun pengukuran
5. Efek topografi permukaan yang relatif kasar dengan perbedaan elevasi
yang besar.
14
Untuk menghilangkan perbedaan pembacaan harga g, maka harus dilakukan
koreksi gayaberat, koreksi-koreksi tersebut adalah sebagai berikut:
3.4.1 Koreksi Tidal
Gambar 6. Pengaruh gravitasi bulan di titik P (Kadir, 2000).
Koreksi Pasang Surut (Tidal Correction) adalah untuk menghilangkan
gaya tarik yang dialami bumi akibat bulan dan matahari, sehingga di
permukaan bumi akan mengalami gaya tarik naik turun. Hal ini akan
menyebabkan perubahan nilai medan gravitasi di permukaan bumi secara
periodik. Koreksi pasang surut juga tergantung dari kedudukan bulan dan
matahari terhadap bumi. Koreksi tersebut dihitung berdasarkan
perumusan (Longman, 1959) dan diperlihatkan oleh Gambar 6.
π‘ˆ π‘š = 𝐺 (π‘Ÿ)[(
𝑐
𝑅
)
3
(cos 2πœƒ π‘š +
1
3
) +
1
6
π‘Ÿ
𝑐
(
𝑐
𝑅
)
4
(5 cos 3πœƒ π‘š + 3π‘π‘œπ‘ πœƒ π‘š)] `(14)
dimana: c = jarak rata-rata ke bulan.
R = Jarak pusat bumi ke pusat bulan.
r = jari-jari bumi.
G = Konstanta gayaberat.
15
3.4.2 Koreksi Drift (apungan)
Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh perubahan kondisi
alat (gravity meter) terhadap nilai pembacaan. Koreksi apungan muncul
karena gravimeter selama digunakan untuk melakukan pengukuran akan
mengalami goncangan, sehingga akan menyebabkan bergesernya
pembacaan titik nol pada alat tersebut. Koreksi ini dilakukan dengan cara
melakukan pengukuran dengan metode looping, yaitu dengan pembacaan
ulang pada titik ikat (base station) dalam satu kali looping, sehingga nilai
penyimpangannya diketahui. Pada Gambar berikut memperlihatkan
perhitungan gayaberat di satu titik pengukuran dalam waktu yang
berbeda disertai rumus 15 untuk menghitung nilai gayaberat pada titik
tersebut.
Gambar 7. Perhitungan drift nilai gayaberat observasi (Sarkowi, 2009).
π‘‘π‘Ÿπ‘–π‘“π‘‘ =
(𝑑 π‘›βˆ’π‘‘0)
(𝑑 π‘Žπ‘˜β„Žπ‘–π‘Ÿβˆ’π‘‘0)
(𝑔 π‘Žπ‘˜β„Žπ‘–π‘Ÿ βˆ’ 𝑔0) (15)
dimana: gakhir = nilai gayaberat pada pengukuran terakhir
g0 = nilai gayaberat pada pengukuran pertama
Harga Gayaberat di base station
mGal
Drift pd
16.35
Drift pd
12.40
8.10 12.40 16.35 Waktu (jam)
16
t akhir = waktu pengukuran terakhir
tn = waktu pada pengukuran ke-n
t0 = waktu pada pengukuran pertama
3.4.2 Koreksi Lintang
Bentuk bumi tidaklah bulat sempurna melainkanbentuk sferoid dan pepat
di kedua kutubnya, sehingga besarnya harga gayaberat dikutub dan
khatulistiwa tidaklah sama diperlihatkan oleh Gambar 8. Untuk itu
diperlukan adanya koreksi Lintang dengan rumusan (Blakely, 1995)
sebagai berikut.
𝑔 πœ™ = 978031,846 ( 1 + 0,0053024 𝑠𝑖𝑛2
πœ™ βˆ’ 0,0000058 𝑠𝑖𝑛2
2πœ™) (16)
Gambar 8. Pengaruh Lintang terhadap Nilai Gayaberat.
17
3.4.4 Koreksi Udara Bebas
Koreksi udara bebas merupakan koreksi akibat perbedaan ketinggian
sebesar h dengan mengabaikan adanya massa yang terletak diantara titik
amat dengan sferoid referensi. Koreksi ini dilakukan untuk mendapatkan
anomali medan gayaberat di topografi. Untuk mendapat anomali medan
gayaberat di topografi maka medan gayaberat teoritis dan medan
gayaberat observasi harus sama-sama berada di topografi, sehingga
koreksi ini perlu dilakukan. Nilai gayaberat pada muka air laut dengan
menganggap bentuk bumi yang ideal spheroid, tidak berotasi dan massa
terkonsentrasi ke pusat adalah:
𝑔0 =
𝐺𝑀
π‘Ÿ2 (17)
Dimana g0 adalah gayaberat bumi dengan bentuk spheroid, r adalah jari-
jari bumi.
Menurut (Kadir, 2000), nilai gayaberat pada suatu titik pengukuran
berada pada elevasi h meter diatas muka air laut adalah:
𝑔0 =
𝐺𝑀
(π‘Ÿ+β„Ž)2
= 𝑔0 + β„Ž
𝛿𝑔0
π›Ώπ‘Ÿ
(18)
Selisih nilai gayaberat pada muka air laut dan pada ketinggian h meter
disebut koreksi udara bebas, diberikan oleh perumusan (Telford, 1990)
berikut. Dimana diketahui bahwa nilai g0 = 9817855 mgal, r = 6.371.000
meter. Maka besarnya koreksi udara bebas adalah sebagai berikut.
𝛿𝑔 πΎπ‘ˆπ΅ =
𝛿𝑔0
π›Ώπ‘Ÿ
=
𝛿(
πΊπ‘š
π‘Ÿ2 )
π›Ώπ‘Ÿ
β„Ž = βˆ’
2πΊπ‘š
π‘Ÿ3
β„Ž = βˆ’2
𝑔0
π‘Ÿ
β„Ž = βˆ’0,3086 β„Ž mgal (19)
18
Gambar 9. Penampang topografi titik pengukuran (Keary dkk, 2002).
3.4.5 Koreksi Bouguer
Koreksi Bouguer merupakan koreksi yang dilakukan untuk
menghilangkan perbedaan ketinggian dengan tidak mengabaikan massa
di bawahnya. Perbedaan ketinggian tersebut akan mengakibatkan adanya
pengaruh massa di bawah permukaan yang mempengaruhi besarnya
percepatan gayaberat di titik amat.
Untuk menjabarkan koreksi Bouguer, ditinjau dengan sebuah silinder
dengan jari-jari r dan tinggi h seperti gambar 10 berikut.
Pertama, dicari nilai g pada sumbu sebuah piringan setebal dl, dengan
memperhatikan sebuah elemen cincin setebal dr. Massa dari cincin
adalah:
π›Ώπ‘š = 2πœ‹πœŒπ‘‘π‘Ÿπ‘‘π‘™ (20)
Dengan ρ adalah rapat massa silinder. Sehingga efek gayaberat diberikan
oleh:
19
𝛿𝑔 = 2πœ‹πΊπœŒπ‘‘π‘™ sin Φ𝑑Φ (21)
Untuk menghitung efek total piringan, dapat diperoleh dengan
pengintegralan dari 0 sampai arctan (r/h), sehingga diperoleh :
𝑔 = 2πœ‹πΊπœŒπ‘‘π‘™ {1 βˆ’
1
βˆšπ‘™2+π‘Ÿ2
} 𝑑 (22)
Dengan mengintegralkan terhadap l dan z sampai z+l, akan diperoleh
efek untuk seluruh silinder:
𝑔 = 2πœ‹πΊπœŒ ∫ {1 βˆ’
1
βˆšπ‘™2+π‘Ÿ2
}
𝑧+𝑙
𝑧
𝑑𝑙 (23)
= 2πœ‹πΊπœŒ{𝐿 + βˆšπ‘§2 + π‘Ÿ2 βˆ’ √(𝑧 + 𝐿)2 + π‘Ÿ2 (24)
Bila r = ∞, akan diperoleh : 𝑔 = 2πœ‹πΊπœŒπΏ.
Apabila diketahui nilai G = 6,672 x 10-11
m3
kg-1
s-2
, ρ = densitas batuan,
h = ketinggian terhadap titik datum (h=L), maka nilai koreksi Bouguer
diberikan oleh (Reynolds, 1997).
KB = 2Ο€Gρh = 0,04185 ρh (mgal/m) (25)
20
Gambar 10. Perhitungan Koreksi Bouguer (Telford , 1990).
h
r
Ο†
g
l
dl
dr
Bidang datum
21
3.4.6 Koreksi Medan
Gambar 11. Efek topografi dalam komponen arah vertikal (Sarkowi, 2009).
Koreksi medan digunakan untuk menghilangkan pengaruh efek massa
disekitar titik observasi. Adanya bukit dan lembah disekitar titik amat akan
mengurangi besarnya medan gayaberat yang sebenarnya. Karena efek
tersebut sifatnya mengurangi medan gayaberat yang sebenarnya di titik
amat maka koreksi medan harus ditambahkan terhadap nilai medan
gayaberat. Salah satu cara untuk mengetahui nilai koreksi medan adalah
dengan menggunakan Hammer Chart (Gambar 12).
Gambar 12. (a)Hammer Chart, (b)Cincin silinder yang terbagi 8 segmen
(Reynolds, 1997).
Secara matematis koreksi tersebut dapat dituliskan dengan pendekatan
cincin silinder dapat dilihat pada Gambar 12 sebagai berikut:
22
Δ𝑔 𝑇 =
2πœ‹πΊπœŒ
𝑛
(π‘ŸπΏ βˆ’ π‘Ÿπ·) + (βˆšπ‘ŸπΏ
2 βˆ’ 𝑧2) βˆ’ (βˆšπ‘Ÿπ·
2 βˆ’ 𝑧2) (21)
dengan:
G = Konstanta gaya berat (6,673 x 10-8
dyne cm2
gr-2
).
rL dan rD = radius luar dan radius dalam kompartemen.
z = perbedaan elevasi rata-rata kompartemen
n = jumlah segmen dalam zona tersebut
 = densitas batuan rata-rata.
3.4.7 Anomali Bouguer
Setelah dilakukan koreksi terhadap data gayaberat, maka diperoleh
anomali gayaberat, sebagai berikut (Blakely, 1995):
βˆ†π‘” 𝐴𝐡𝐿 = 𝑔 π‘œπ‘π‘  βˆ’ 𝑔 πœ™ + πΎπ‘ˆπ΅ βˆ’ 𝐾𝐡 + 𝐾𝑀 (22)
dimana:
βˆ†gABL = Anomali Bouguer Lengkap
Gobs = Gayaberat Observasi
gΟ• = Koreksi Lintang
KUB = Koreksi Udara Bebas
KB = Koreksi Bouguer
KM = Koreksi Medan
3.5 Estimasi Rapat Massa
Rapat massa batuan merupakan besaran fisik yang sangat penting dalam
metode gayaberat. Pada perhitungan anomali Bouguer diperlukan harga rapat
massa rata-rata didaerah survey. Untuk itu nilai densitas rata-rata di daerah
23
tersebut harus ditentukan dengan baik. Ada beberapa cara yang dapat
digunakan untuk menentukan rapat massa rata-rata, yaitu:
1. Metoda Nettleton
2. Metoda Parasnis
3.5.1 Metoda Nettleton
Metoda Nettleton adalah korelasi antara elevasi dan nilai gayaberat
observasi diperlihatkan oleh Gambar 13 berikut.
Gambar 13. Estimasi rapat massa dengan metode Nettleton (Telford, 1990).
topografi
Anomali
Bouguer
profil terbaik ρ= 1,8
24
Metoda ini didasarkan pada pengertian tentang koreksi Bouguer dan
koreksi Medan dimana jika rapat massa yang digunakan sesuai dengan
rapat massa permukaan, maka penampang atau profil anomali gayaberat
menjadi β€˜smooth’.
Dalam aplikasi, penampang dipilih melalui daerah topografi kasar dan
tidak ada anomali gayaberat target. Secara kuantitatif, estimasi rapat
massa permukaan terbaik dapat diitentukan dengan menerapkan korelasi
silang antara perubahan elevasi terhadap suatu referensi tertentu dengan
anomali gayaberatnya. Sehingga rapat massa terbaik diberikan oleh harga
korelasi silang terkecil sesuai dengan persamaan sebagai berikut. Dengan
N adalah jumlah stasiun pada penampang tersebut.
π‘˜ = βˆ’
βˆ‘ 𝛿(βˆ†π‘”) 𝑖 π›Ώβ„Ž 𝑖
𝑁
𝑖=1
βˆ‘ (π›Ώβ„Ž 𝑖)2𝑁
𝑖=1
(23)
3.5.2 Metoda Parasnis
Estimasi rapat massa metoda ini diturunkan dari anomali gayaberat
dituliskan sebagai berikut.
𝐴𝐡𝐿 = 𝑔 π‘œπ‘π‘  βˆ’ 𝑔 πœ™ + 0,3085β„Ž βˆ’ 2πœ‹πΊπœŒβ„Ž (24)
Dimana suku terakhir bagian kanan adalah koreksi medan dengan c nilai
koreksi medan sebelum dikalikan dengan rapat massa. Dari persamaan
tersebut didapat:
(𝑔 π‘œπ‘π‘  βˆ’ 𝑔 πœ™ + 0,3085β„Ž) = (2πœ‹πΊβ„Ž)𝜌 (25)
Atau 𝑦 = 𝜌π‘₯ (26)
25
Dari persamaan tersebut, maka rapat massa ρ dapat diperoleh dari
gradient garis-garis lurus terbaik. Dimana ABL diasumsikan sebagai
penyimpangan terhadap garis lurus tersebut (Sarkowi, 2009).
Gambar 14. Grafik yang menunjukkan hubungan antara
(𝑔 π‘œπ‘π‘  βˆ’ 𝑔 πœ™ + 0,3085β„Ž) dan (2πœ‹πΊβ„Ž)𝜌.
3.6 Pemisahan Anomali Regional dan Residual
Sebelum melakukan pemisahan anomali regional dan residual, perlu
dilakukan proses analisis spektrum yaitu suatu proses untuk mendapatkan
estimasi kedalaman suatu anomali gayaberat dan menentukan lebar jendela
yang dianggap sebagai filter yang paling baik untuk digunakan dalam
pemisahan anomali regional dan residual. Penjelasan lengkapnya dibahas
pada sub-bab berikut.
26
3.6.1 Analisa Spektrum
Analisa spektrum dilakukan untuk mengestimasi lebar jendela dan
kedalaman dari anomali gayaberat. Analisa spektrum dilakukan dengan
mens-transformasi fourier lintasan-lintasan yang telah ditentukan.
Transformasi Fourier anomali gayaberat pada bidang horizontal
diberikan oleh:
𝐹 (𝑔 𝑧) = 𝐺𝜌 𝐹 (
πœ•
πœ•π‘§
1
π‘Ÿ
) = 𝐺𝜌
πœ•
πœ•π‘§
𝐹 (
1
π‘Ÿ
) (27)
𝐹(𝑔 𝑧) = 2πœ‹πΊπœŒπ‘’|π‘˜|(𝑧0βˆ’π‘§β€²)
(28)
ln 𝐹(𝑔 𝑧) = ln 2πœ‹πΊπœŒπ‘’|π‘˜|(𝑧0βˆ’π‘§β€²)
(29)
ln 𝐴 = |π‘˜|(𝑧0 βˆ’ 𝑧′)ln 2πœ‹πΊπœŒ (30)
dimana:
gz = anomali gayaberat k = bilangan gelombang
G = konstanta gayaberat ρ = rapat massa batuan
z0 = ketinggian titik amat z’= kedalaman benda anomali
Untuk menghasilkan estimasi yang optimal adalah dengan cara
melogaritmakan spektrum amplitudo dari transformasi Fourier sehingga
memberikan persamaan garis lurus (komponen k dan spektrum
amplitudo).
Untuk hasil dari tranformasi Fourier akan diperoleh bilangan riil dan
imajiner, bilangan-bilangan inilah yang akan menghasilkan ln A melalui
persamaan berikut.
𝐿𝑛 𝐴 = 𝐿𝑛 √ π‘Ÿ2 + 𝑖2
(31)
27
r merupakan bilangan real, i merupakan bilangan imajiner dan A adalah
amplitudo. Melalui regresi linier diperoleh batas antara orde satu dan dua
sehingga nilai k dijadikan penentu lebar jendela.
Hubungan πœ† (panjang gelombang) dengan k diperoleh dari persamaan
berikut (Blakely, 1995).
π‘˜ =
2πœ‹
πœ†
(32)
πœ† = 𝑛 . Ξ”π‘₯ (33)
n adalah lebar jendela.
Untuk estimasi kedalaman diperoleh dari gradien persamaan garis lurus
berikut.
Gambar 15. Kurva Ln A dan k.
3.6.2 Filtering
Salah satu cara untuk memisahkan anomali regional dan anomali residual
adalah dengan metode Moving Average, metode ini dilakukan dengan
28
cara merata-ratakan nilai anomalinya. Hasil dari perata-rataan ini
merupakan anomali regionalnya. Sedangkan anomali residualnya
didapatkan dengan mengurangkan data hasil pengukuran gravitasi
dengan anomali regionalnya. Secara matematis persamaan moving
average untuk 1 dimensi adalah sebagai berikut.
βˆ†π‘‡π‘Ÿπ‘’π‘”(𝑖, 𝑗) =
(βˆ†π‘‡(π‘–βˆ’π‘›,π‘—βˆ’π‘›)+β‹―+βˆ†π‘‡(𝑖,𝑗)+β‹―+βˆ†π‘‡(𝑖+𝑛,𝑗+𝑛))
𝑁
(34)
dimana 𝑛 =
π‘βˆ’1
2
, dan N harus bilangan ganjil.
Setelah didapatkan βˆ†π‘‡π‘Ÿπ‘’π‘”, βˆ†π‘‡π‘Ÿπ‘’π‘ π‘–π‘‘π‘’π‘Žπ‘™maka harga dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut.
βˆ†π‘‡π‘Ÿπ‘’π‘ π‘–π‘‘π‘’π‘Žπ‘™ = βˆ†π‘‡π΄π‘ βˆ’ βˆ†π‘‡π‘Ÿπ‘’π‘” (35)
dimana:
βˆ†π‘‡π‘Ÿπ‘’π‘ π‘–π‘‘π‘’π‘Žπ‘™ = besarnya anomali residual
βˆ†π‘‡π΄π΅ = besarnya anomali bouguer
βˆ†π‘‡π‘Ÿπ‘’π‘” = besarnya anomali residual
Persamaan 34 merupakan dasar dari metode ini, dari persamaan tersebut
akan dapat dihitung nilai anomali regional pada sebuah titik penelitian.
Dimana nilai anomali regional pada sebuah titik penelitian, sangat
tergantung pada nilai anomali yang terdapat di sekitar titik penelitian.
Sehingga nilai anomali regional pada sebuah titik merupakan hasil rata-
rata dari nilai anomali-anomali di sekitar daerah penelitian (Purnomo
dkk., 2013).
29
3.7 Second Vertical Derivative
Metode second vertical derivative dapat digunakan untuk membantu
interpretasi struktur dan jenis struktur tersebut dari data anomali residual yang
diakibatkan oleh adanya struktur sesar turun atau sesar naik. Metode ini
bersifat high pass filter, sehingga dapat menggambarkan anomali residual
yang berasosiasi dengn struktur dangkal yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi jenis patahan. Formula dasar diturunkan dari persamaan
Laplace untuk anomali gayaberat di permukaan, yaitu:
βˆ‡2
βˆ†π‘” = 0 π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘’
πœ•2βˆ†π‘”
πœ•π‘₯2
+
πœ•2βˆ†π‘”
πœ•π‘¦2
+
πœ•2βˆ†π‘”
πœ•π‘§2
= 0 (36)
Selanjutnya, untuk suatu penampang (2-D), anomali second vertical
derivative diberikan oleh (Darby dkk, 1967):
πœ•2βˆ†π‘”(π‘₯,𝑦)
πœ•π‘§2
= βˆ’(
πœ•2
πœ•π‘₯2
+
πœ•2
πœ•π‘¦2
)βˆ†π‘”(π‘₯, 𝑦) (37)
Untuk menentukan jenis struktur patahan suatu daerah menggunakan
perumusan berikut (Reynolds, 1997):
|
πœ•2βˆ†π‘”
πœ•π‘§2
| π‘šπ‘–π‘› < |
πœ•2βˆ†π‘”
πœ•π‘§2
| π‘šπ‘Žπ‘₯ untuk sesar turun (38)
|
πœ•2βˆ†π‘”
πœ•π‘§2 | π‘šπ‘–π‘› > |
πœ•2βˆ†π‘”
πœ•π‘§2 | π‘šπ‘Žπ‘₯ untuk sesar naik (39)
3.8 Pemodelan Tiga Dimensi (3D)
Pada penelitian ini pemodelan data anomali Bouguer dilakukan dengan
metode inversi menggunakan perangkat lunak Grav3D versi 2.0, dengan
model benda didekati dengan benda berbentuk susunan prisma tegak dengan
spasi Ξ”x dan Ξ”y. Dari susunan prisma tersebut selanjutnya dilakukan
30
perhitungan respon gayaberatnya. Untuk menghitung respon gayaberatnya
digunakan metode perumusan yang dilakukan oleh Plouff (1976):
𝑔 = πΊβˆ†πœŒ βˆ‘ βˆ‘ βˆ‘ πœ‡π‘–π‘—π‘˜
2
π‘˜=1
2
𝑗=1
2
𝑖=1 [𝑧 π‘˜ π‘Žπ‘Ÿπ‘π‘‘π‘Žπ‘›
π‘₯ 𝑖 𝑦 𝑖
𝑧 π‘˜ 𝑅 π‘–π‘—π‘˜
βˆ’ π‘₯𝑖 π‘™π‘œπ‘”(π‘…π‘–π‘—π‘˜ + 𝑦𝑖) βˆ’ 𝑦𝑖 π‘™π‘œπ‘”(π‘…π‘–π‘—π‘˜ + π‘₯)] (40)
dimana: π‘…π‘–π‘—π‘˜ = √π‘₯𝑖
2
+ 𝑗𝑗
2
+ π‘˜ π‘˜
2
(41)
πœ‡π‘–π‘—π‘˜ = (βˆ’1)𝑖
+(βˆ’1) 𝑗
+ (βˆ’1) π‘˜
(42)
Untuk mendapatkan pola struktur bawah permukaan dari data gayaberat,
maka anomali Bouguer hasil perngukuran dan perhitungan harus dilakukan
pemodelan baik dengan metode foward modelling atau inversion modelling
sehingga akan diketahui distribusi densitas dan struktur di daerah penelitian.
Selanjutnya berdasarkan distribusi densitas tersebut dilakukan interpretasi
dengan menggabungkan data-data geologi yang ada didaerah tersebut
sehingga akan diperoleh struktur bawah permukaan di daerah tersebut.
3.9 Sistem Perminyakan
Sistem perminyakan merupakan seluruh elemen dan proses pada suatu
cekungan sedimen yang dibutuhkan untuk terakumulasinya hidrokarbon.
3.9.1 Batuan Induk
Batuan induk adalah batuan sedimen yang berukuran butir halus
(biasanya serpih) berwarna gelap, kaya akan zat organik diendapkan
dalam lingkungan darat maupun laut (Koesoemadinata, 1980).
31
3.9.2 Batuan Reservoir
Batuan reservoir adalah batuan yang berpori yang dapat mengandung
hidrokarbon. Ruang penyimpanan hidrokarbon dalam batuan reservoir
berupa rongga-rongga atau pori yang terdapat di antara butiran mineral
atau di dalam rekahan batuan. Setiap batuan dapat bertindak sebagai
batuan reservoir asal mempunyai kemampuan untuk dapat menyimpan
dan melepaskan hidrokarbon, maka untuk itu batuan reservoir harus
mempunyai porositas yang memberikan kemampuan untuk menyimpan
(porositas) dan meluluskan (permeabilitas) fluida (Koesoemadinata,
1980).
3.9.3 Migrasi
Gambar 16. Migrasi (Iffredista, 2012).
Migrasi adalah proses bergeraknya tetes-tetes minyak dan gas bumi dari
batuan induk kedalam batuan reservoir (Koesoemadinata, 1980). Proses
migrasi berawal dari migrasi primer (primary migration), yakni
transportasi dari source rock ke reservoir secara langsung. Lalu diikuti
32
oleh migrasi sekunder (secondary migration), yakni migrasi dalam
batuan reservoir nya itu sendiri (dari reservoir bagian dalam ke reservoir
bagian dangkal).
Proses migrasi hidrokarbon berdasarkan pada prinsip tekanan fluida,
dimana fluida mengalir dari daerah dengan tekanan tinggi menuju daerah
dengan tekanan rendah (Rizka dkk., 2011). Prinsip dasar identifikasi
jalur-jalur migrasi hidrokarbon adalah dengan membuat peta reservoir.
Kebalikannya dari air sungai di permukaan bumi, hidrokarbon akan
melewati punggungan (bukit-bukit) dari morfologi reservoir. Daerah
yang teraliri hidrokarbon disebut dengan drainage area (Analogi Daerah
Aliran Sungai di permukan bumi). Jika perangkap tersebut telah terisi
penuh (fill to spill) sampai spill point, maka hidrokarbon tersebut akan
tumpah (spill) ke tempat yang lebih dangkal.
Beberapa parameter yang dapat digunakan untuk membantu prediksi
jalur migrasi, antara lain:
a. Hidrokarbon bermigrasi ke arah up-dip kecuali ada tekanan ekstrim
yang menghalanginya.
b. Hidrokarbon bermigrasi secara lateral dan vertikal tergantung pada
kondisi geologi yang dipengaruhi oleh konfigurasi struktur dan
stratigrafi.
c. Hidrokarbon cenderung bermigrasi dengan jalur yang terpendek.
33
3.9.4 Perangkap Hidrokarbon
1. Perangkap Struktur
Perangkap struktur merupakan perangkap yang paling umum dijumpai
dalam pemerangkapan hidrokarbon. Terbentuknya perangkap struktur
dikendalikan oleh aktivitas tektonik atau struktur, misalnya perlipatan
dan pensesaran (Koesoemadinata, 1980).
2. Perangkap Lipatan
Perangkap yang disebabkan perlipatan ini merupakan perangkap yang
pertama kali dikenal dalam perusahaan minyak dan gas bumi. Unsur
yang mempengaruhi pembentukan perangkap ini ialah lapisan penyekat
dan penutup yang berada di atasnya dan dibentuk sedemikian rupa
sehingga minyak tidak bisa lari ke mana – mana (Koesoemadinata,
1980).
3. Perangkap Sesar
Sesar dapat juga bertindak sebagai penyekat minyak dalam penyaluran
pergerakan minyak dan gas. Ada beberapa unsur yang harus dipenuhi
untuk terjadinya suatu perangkap yang hanya disebabkan karena sesar:
1. Adanya kemiringan lapisan sehingga minyak dan gas akan
2. terakumulasi dan terperangkap oleh sesar
3. Harus ada paling sedikit 2 patahan yang berpotongan.
4. Kombinasi dengan struktur lipatan.
5. Pelengkungan patahannya sendiri dan kemiringan lapisan.
34
3.9.5 Batuan Penutup
Batuan penutup umumnya batuan sedimen yang berukuran halus (biasanya
serpih atau batulempung) yang memiliki porositas dan permeabilitas yang
sangat kecil. Fungsi dari batuan penutup ini adalah sebagai penyekat
supaya minyak atau gas bumi tidak dapat bergerak kemanamana lagi.
Selain itu sistem penyekatan hidrokarbon dapat berupa bidang sesar
apabila memiliki ruangan rekahan yang kecil dan terisi oleh material halus
atau kedap sehingga hidrokarbon tersebut tidak dapat berpindah lagi
(Koesoemadinata, 1980).

More Related Content

What's hot

Materi dan soal latihan hukum gravitasi newton
Materi dan soal latihan hukum gravitasi newtonMateri dan soal latihan hukum gravitasi newton
Materi dan soal latihan hukum gravitasi newton
Ruth Mahastri
Β 
Hukum gravitasi newton
Hukum gravitasi newtonHukum gravitasi newton
Hukum gravitasi newton
asepsopian23
Β 
Fisika- gravitasi
Fisika- gravitasiFisika- gravitasi
Fisika- gravitasi
Evi Arviani
Β 
Desain fondasi-tiang-pancang1
Desain fondasi-tiang-pancang1Desain fondasi-tiang-pancang1
Desain fondasi-tiang-pancang1
Syah Rin
Β 

What's hot (20)

Materi dan soal latihan hukum gravitasi newton
Materi dan soal latihan hukum gravitasi newtonMateri dan soal latihan hukum gravitasi newton
Materi dan soal latihan hukum gravitasi newton
Β 
Haerul anwar
Haerul anwarHaerul anwar
Haerul anwar
Β 
Kumpulan Soal Fisika Kelas XI
Kumpulan Soal Fisika Kelas XIKumpulan Soal Fisika Kelas XI
Kumpulan Soal Fisika Kelas XI
Β 
Gravitasi
GravitasiGravitasi
Gravitasi
Β 
Hukum newton
Hukum newtonHukum newton
Hukum newton
Β 
Hukum gravitasi newton
Hukum gravitasi newtonHukum gravitasi newton
Hukum gravitasi newton
Β 
Kuat medan gravitasi
Kuat medan gravitasiKuat medan gravitasi
Kuat medan gravitasi
Β 
Fisika- gravitasi
Fisika- gravitasiFisika- gravitasi
Fisika- gravitasi
Β 
Hukum Newton Tentang Gravitasi
Hukum Newton Tentang Gravitasi Hukum Newton Tentang Gravitasi
Hukum Newton Tentang Gravitasi
Β 
Gravitasi
GravitasiGravitasi
Gravitasi
Β 
Gravitasi newton
Gravitasi newtonGravitasi newton
Gravitasi newton
Β 
Desain fondasi-tiang-pancang1
Desain fondasi-tiang-pancang1Desain fondasi-tiang-pancang1
Desain fondasi-tiang-pancang1
Β 
Astronomi hk.newton tentang gravitasi
Astronomi hk.newton tentang gravitasiAstronomi hk.newton tentang gravitasi
Astronomi hk.newton tentang gravitasi
Β 
HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI
HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASIHUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI
HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI
Β 
FISIKA by Robby*satria A
FISIKA by Robby*satria AFISIKA by Robby*satria A
FISIKA by Robby*satria A
Β 
Laporan praktikum pesawat atwood
Laporan praktikum pesawat atwoodLaporan praktikum pesawat atwood
Laporan praktikum pesawat atwood
Β 
Aplikasi hukum gravitasi ~ SMA kelas XI
Aplikasi hukum gravitasi ~ SMA kelas XIAplikasi hukum gravitasi ~ SMA kelas XI
Aplikasi hukum gravitasi ~ SMA kelas XI
Β 
Fisika kelas xi SMA Hukum Newton Tentang Gravitasi
Fisika kelas xi SMA Hukum Newton Tentang GravitasiFisika kelas xi SMA Hukum Newton Tentang Gravitasi
Fisika kelas xi SMA Hukum Newton Tentang Gravitasi
Β 
Rumus Fisika Sma
Rumus Fisika SmaRumus Fisika Sma
Rumus Fisika Sma
Β 
Hukum newton gravitasi
Hukum newton gravitasiHukum newton gravitasi
Hukum newton gravitasi
Β 

Viewers also liked (15)

Eksplorasi Migas dengan metode Gravitasi
Eksplorasi Migas dengan metode GravitasiEksplorasi Migas dengan metode Gravitasi
Eksplorasi Migas dengan metode Gravitasi
Β 
Pengolahan Data Gaya Berat KARSAM 2012
Pengolahan Data Gaya Berat KARSAM 2012Pengolahan Data Gaya Berat KARSAM 2012
Pengolahan Data Gaya Berat KARSAM 2012
Β 
Slideshare
SlideshareSlideshare
Slideshare
Β 
Application form
Application formApplication form
Application form
Β 
Diet
DietDiet
Diet
Β 
Phobia's
Phobia'sPhobia's
Phobia's
Β 
Gram negative rods
Gram negative rodsGram negative rods
Gram negative rods
Β 
Rss
RssRss
Rss
Β 
Indian Armed Forces
Indian Armed ForcesIndian Armed Forces
Indian Armed Forces
Β 
ii mca juno
ii mca junoii mca juno
ii mca juno
Β 
Philoedreport.teacherkath
Philoedreport.teacherkathPhiloedreport.teacherkath
Philoedreport.teacherkath
Β 
Social Networking
Social NetworkingSocial Networking
Social Networking
Β 
System development life cycle
System development life cycleSystem development life cycle
System development life cycle
Β 
Walk Through Wednesday
Walk Through WednesdayWalk Through Wednesday
Walk Through Wednesday
Β 
Ieee paper mobile boadband
Ieee paper mobile boadbandIeee paper mobile boadband
Ieee paper mobile boadband
Β 

Similar to Iii. teori dasar

Metode gaya berat2_[compatibility_mode]
Metode gaya berat2_[compatibility_mode]Metode gaya berat2_[compatibility_mode]
Metode gaya berat2_[compatibility_mode]
acymile
Β 
Jurnal pemodelan anomali gravitasi menggunakan metode inversi 2 d (dua dimens...
Jurnal pemodelan anomali gravitasi menggunakan metode inversi 2 d (dua dimens...Jurnal pemodelan anomali gravitasi menggunakan metode inversi 2 d (dua dimens...
Jurnal pemodelan anomali gravitasi menggunakan metode inversi 2 d (dua dimens...
Satriyani Satriyani
Β 
213682366 mekanika-benda-langit-gravitasi-universal-newton
213682366 mekanika-benda-langit-gravitasi-universal-newton213682366 mekanika-benda-langit-gravitasi-universal-newton
213682366 mekanika-benda-langit-gravitasi-universal-newton
Fadly Gaulan
Β 
Bab 5 Hukum Newton.ppt234567812345678124
Bab 5 Hukum Newton.ppt234567812345678124Bab 5 Hukum Newton.ppt234567812345678124
Bab 5 Hukum Newton.ppt234567812345678124
nurislamiah449
Β 
Eksperimen Penentuan Koefisien Gesek Kinetik ΞΌk pada Bidang Miring Menggunaka...
Eksperimen Penentuan Koefisien Gesek Kinetik ΞΌk pada Bidang Miring Menggunaka...Eksperimen Penentuan Koefisien Gesek Kinetik ΞΌk pada Bidang Miring Menggunaka...
Eksperimen Penentuan Koefisien Gesek Kinetik ΞΌk pada Bidang Miring Menggunaka...
Hamida Lutfie Widayanti
Β 
Grafitasi(1)
Grafitasi(1)Grafitasi(1)
Grafitasi(1)
auliarika
Β 

Similar to Iii. teori dasar (20)

Metode Gravitasi dalam Geofisika.pptx
Metode Gravitasi dalam Geofisika.pptxMetode Gravitasi dalam Geofisika.pptx
Metode Gravitasi dalam Geofisika.pptx
Β 
Metode gaya berat2_[compatibility_mode]
Metode gaya berat2_[compatibility_mode]Metode gaya berat2_[compatibility_mode]
Metode gaya berat2_[compatibility_mode]
Β 
Metode gravitasi
Metode gravitasiMetode gravitasi
Metode gravitasi
Β 
Metode gravity
Metode gravityMetode gravity
Metode gravity
Β 
Jurnal pemodelan anomali gravitasi menggunakan metode inversi 2 d (dua dimens...
Jurnal pemodelan anomali gravitasi menggunakan metode inversi 2 d (dua dimens...Jurnal pemodelan anomali gravitasi menggunakan metode inversi 2 d (dua dimens...
Jurnal pemodelan anomali gravitasi menggunakan metode inversi 2 d (dua dimens...
Β 
213682366 mekanika-benda-langit-gravitasi-universal-newton
213682366 mekanika-benda-langit-gravitasi-universal-newton213682366 mekanika-benda-langit-gravitasi-universal-newton
213682366 mekanika-benda-langit-gravitasi-universal-newton
Β 
Bab 5 Hukum Newton.ppt
Bab 5 Hukum Newton.pptBab 5 Hukum Newton.ppt
Bab 5 Hukum Newton.ppt
Β 
Bab 5 Hukum Newton.ppt
Bab 5 Hukum Newton.pptBab 5 Hukum Newton.ppt
Bab 5 Hukum Newton.ppt
Β 
Bab 5 Hukum Newton.ppt
Bab 5 Hukum Newton.pptBab 5 Hukum Newton.ppt
Bab 5 Hukum Newton.ppt
Β 
Bab 5 Hukum Newton.ppt234567812345678124
Bab 5 Hukum Newton.ppt234567812345678124Bab 5 Hukum Newton.ppt234567812345678124
Bab 5 Hukum Newton.ppt234567812345678124
Β 
Metode gravity
Metode gravityMetode gravity
Metode gravity
Β 
Metode Gravitasi.pptx
Metode Gravitasi.pptxMetode Gravitasi.pptx
Metode Gravitasi.pptx
Β 
Eksperimen Penentuan Koefisien Gesek Kinetik ΞΌk pada Bidang Miring Menggunaka...
Eksperimen Penentuan Koefisien Gesek Kinetik ΞΌk pada Bidang Miring Menggunaka...Eksperimen Penentuan Koefisien Gesek Kinetik ΞΌk pada Bidang Miring Menggunaka...
Eksperimen Penentuan Koefisien Gesek Kinetik ΞΌk pada Bidang Miring Menggunaka...
Β 
Grafitasi
GrafitasiGrafitasi
Grafitasi
Β 
Solusi prov-2009
Solusi prov-2009Solusi prov-2009
Solusi prov-2009
Β 
Gd fisik2013 lab2_jawaban 10 soal
Gd fisik2013 lab2_jawaban 10 soalGd fisik2013 lab2_jawaban 10 soal
Gd fisik2013 lab2_jawaban 10 soal
Β 
5. gravitasi
5. gravitasi5. gravitasi
5. gravitasi
Β 
Grafitasi(1)
Grafitasi(1)Grafitasi(1)
Grafitasi(1)
Β 
Gravitasi
GravitasiGravitasi
Gravitasi
Β 
Persentasi Praktikum Gerak Lurus beraturan
Persentasi Praktikum Gerak Lurus beraturanPersentasi Praktikum Gerak Lurus beraturan
Persentasi Praktikum Gerak Lurus beraturan
Β 

Recently uploaded

KELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdf
KELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdfKELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdf
KELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdf
InnesKana26
Β 
Jual Pil Penggugur Kandungan 085225524732 Obat Aborsi Cytotec Asli
Jual Pil Penggugur Kandungan 085225524732 Obat Aborsi Cytotec AsliJual Pil Penggugur Kandungan 085225524732 Obat Aborsi Cytotec Asli
Jual Pil Penggugur Kandungan 085225524732 Obat Aborsi Cytotec Asli
Jual Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Β 
Jual Cytotec Di Sinjai Ori πŸ‘™082122229359πŸ‘™Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Sinjai Ori πŸ‘™082122229359πŸ‘™Pusat Peluntur Kandungan KonsultasiJual Cytotec Di Sinjai Ori πŸ‘™082122229359πŸ‘™Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Sinjai Ori πŸ‘™082122229359πŸ‘™Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
ssupi412
Β 
Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...
Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...
Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...
Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953
Β 
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdshKISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
DosenBernard
Β 
Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...
Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...
Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...
buktifisikskp23
Β 
Jual Cytotec Di Majalengka OriπŸ‘—082322223014πŸ‘—Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Majalengka OriπŸ‘—082322223014πŸ‘—Pusat Peluntur Kandungan KonsultasiJual Cytotec Di Majalengka OriπŸ‘—082322223014πŸ‘—Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Majalengka OriπŸ‘—082322223014πŸ‘—Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
ssupi412
Β 
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogorundang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
ritch4
Β 

Recently uploaded (20)

KELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdf
KELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdfKELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdf
KELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdf
Β 
PPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptx
PPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptxPPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptx
PPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptx
Β 
Jual Pil Penggugur Kandungan 085225524732 Obat Aborsi Cytotec Asli
Jual Pil Penggugur Kandungan 085225524732 Obat Aborsi Cytotec AsliJual Pil Penggugur Kandungan 085225524732 Obat Aborsi Cytotec Asli
Jual Pil Penggugur Kandungan 085225524732 Obat Aborsi Cytotec Asli
Β 
Jual Cytotec Di Sinjai Ori πŸ‘™082122229359πŸ‘™Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Sinjai Ori πŸ‘™082122229359πŸ‘™Pusat Peluntur Kandungan KonsultasiJual Cytotec Di Sinjai Ori πŸ‘™082122229359πŸ‘™Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Sinjai Ori πŸ‘™082122229359πŸ‘™Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Β 
PPT SEMINAR PROPOSAL KLASIFIKASI CNN.pptx
PPT SEMINAR PROPOSAL KLASIFIKASI CNN.pptxPPT SEMINAR PROPOSAL KLASIFIKASI CNN.pptx
PPT SEMINAR PROPOSAL KLASIFIKASI CNN.pptx
Β 
Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...
Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...
Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...
Β 
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda 2024.pptx
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda  2024.pptxBimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda  2024.pptx
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda 2024.pptx
Β 
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdshKISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
Β 
contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjana
contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjanacontoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjana
contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjana
Β 
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MAMateri Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
Β 
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdfAlur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
Β 
384986085-Bahaya-Narkoba-Bagi-Kesehatan-Jiwa-Remaja.ppt
384986085-Bahaya-Narkoba-Bagi-Kesehatan-Jiwa-Remaja.ppt384986085-Bahaya-Narkoba-Bagi-Kesehatan-Jiwa-Remaja.ppt
384986085-Bahaya-Narkoba-Bagi-Kesehatan-Jiwa-Remaja.ppt
Β 
Menganalisis T Test dengan menggunakan SPSS
Menganalisis T Test dengan menggunakan SPSSMenganalisis T Test dengan menggunakan SPSS
Menganalisis T Test dengan menggunakan SPSS
Β 
apotek jual obat aborsi Bogor Wa 082223109953 obat aborsi Cytotec Di Bogor
apotek jual obat aborsi Bogor Wa 082223109953 obat aborsi Cytotec Di Bogorapotek jual obat aborsi Bogor Wa 082223109953 obat aborsi Cytotec Di Bogor
apotek jual obat aborsi Bogor Wa 082223109953 obat aborsi Cytotec Di Bogor
Β 
Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...
Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...
Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...
Β 
Jual Cytotec Di Majalengka OriπŸ‘—082322223014πŸ‘—Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Majalengka OriπŸ‘—082322223014πŸ‘—Pusat Peluntur Kandungan KonsultasiJual Cytotec Di Majalengka OriπŸ‘—082322223014πŸ‘—Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Majalengka OriπŸ‘—082322223014πŸ‘—Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Β 
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogorundang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
Β 
materi konsep dan Model TRIASE Bencana.pptx
materi konsep dan Model TRIASE Bencana.pptxmateri konsep dan Model TRIASE Bencana.pptx
materi konsep dan Model TRIASE Bencana.pptx
Β 
Materi Pajak Untuk Bantuan Operasional Sekolah ( BOS )
Materi Pajak Untuk Bantuan Operasional Sekolah ( BOS )Materi Pajak Untuk Bantuan Operasional Sekolah ( BOS )
Materi Pajak Untuk Bantuan Operasional Sekolah ( BOS )
Β 
PPT Kelompok 2 tantangan Manajemen Inovasi.pptx
PPT Kelompok 2 tantangan Manajemen Inovasi.pptxPPT Kelompok 2 tantangan Manajemen Inovasi.pptx
PPT Kelompok 2 tantangan Manajemen Inovasi.pptx
Β 

Iii. teori dasar

  • 1. 9 III. TEORI DASAR 3.1 Hukum Newton Dasar dari metode gayaberat adalah hukum Newton tentang gayaberat dan teori medan potensial. Newton menjelaskan bahwa besar gaya tarik menarik antara dua buah partikel yang mempunyai massa m1 dan m2 dengan jarak antara dua titik pusat partikel tersebut r terlihat pada Gambar 5 (Grant dan West, 1965). 𝐹⃑(π‘Ÿβƒ‘) = 𝐺 π‘š1 π‘š2 π‘Ÿ2 π‘ŸΜ‚ (1) dimana: 𝐹⃑ = Gaya antara benda m1 dan m2 G = Konstanta Gayaberat (6,672 x 10-11 m3 kg-1 s-2 ) r = Jarak antara m1 dan m2 Gambar 5. Gaya tarik menarik antara dua benda Melalui persamaan (1) dapat diketahui besarnya medan gayaberat di m2, yaitu dengan membagi F dengan m2, dapat dinyatakan sebagai berikut. 𝑔 (π‘Ÿ)⃑⃑⃑⃑⃑⃑⃑⃑⃑⃑⃑ = βˆ’πΊ π‘š1 π‘Ÿ2 π‘ŸΜ‚ (2) r M1 M2
  • 2. 10 3.2 Potensial Gayaberat Suatu massa yang terdapat dalam sistem ruang tertentu akan menimbulkan medan potensial di sekitarnya. Medan potensial untuk gayaberat bersifat konservatif, artinya usaha yang dilakukan dalam suatu medan gayaberat tidak tergantung pada lintasan yang ditempuhnya, tetapi tergantung pada posisi awal dan akhir dan memenuhi persamaan berikut. βˆ‡ π‘₯ 𝑔⃗ = 0 π‘‘π‘Žπ‘› 𝑔⃗ = βˆ’βˆ‡π‘ˆ (3) dimana: U = potensial scalar g⃑⃗ = gayaberat (vector) Gaya yang timbul dapat diturunkan dari suatu fungsi potensial scalar U (x,y,z) berikut. βˆ‡π‘ˆ (π‘Ÿ, πœƒ, Ξ¦) = βˆ’πΉ(π‘₯,𝑦,𝑧) π‘š = βˆ’π‘” (π‘₯, 𝑦, 𝑧) (4) Kemudian ditulis dalam kordinat bola menjadi: βˆ‡π‘ˆ (π‘Ÿ, πœƒ, Ξ¦) = βˆ’πΉ(π‘Ÿ,πœƒ,Ξ¦) π‘š = βˆ’π‘” (π‘Ÿ, πœƒ, Ξ¦) (5) π‘ˆ(π‘Ÿ, πœƒ, Ξ¦) = ∫ βˆ‡π‘ˆ π‘‘π‘Ÿ = βˆ’ π‘Ÿ βˆ’βˆž ∫ g π‘‘π‘Ÿ π‘Ÿ βˆ’βˆž (6) Dengan mensubtitusikan 𝑔 = 𝐺 π‘š π‘Ÿ2 , maka persamaan dalam bentuk scalar menjadi: π‘ˆ(π‘Ÿ) = βˆ’ 𝐺 ∫ π‘š ( 1 π‘Ÿ2 ) π‘‘π‘Ÿ = π‘Ÿ βˆ’βˆž 𝐺 π‘š π‘Ÿ (7) Apabila suatu massa tiga dimensi bentuk sembarang terdistribusi secara kontinyu dengan rapat massa Δρ(Ξ±,Ξ²,Ξ³), maka potensial gravitasi di titik P
  • 3. 11 (x,y,z) di atas dan di luar distribusi rapat massa tersebut diberikan oleh (Kadir, 1997) sebagai berikut. π‘ˆ (π‘₯, 𝑦, 𝑧) = 𝐺 ∭ 𝜌 (𝛼,𝛽,𝛾) (π‘₯βˆ’π›Ό)2+(π‘¦βˆ’π›½)2+(π‘§βˆ’π›Ύ)2 3 2⁄ 𝑑𝛼. 𝑑𝛽. 𝑑𝛾 (8) Komponen gravitasi vertikal akibat distribusi rapat massa di atas diperoleh dengan mendiferensialkan persamaan terhadap z. βˆ†π‘” 𝑧(π‘₯, 𝑦, 𝑧) = βˆ’ πœ•π‘ˆ (π‘₯,𝑦,𝑧) πœ•π‘§ (9) = βˆ’πΊ ∫ ∫ ∫ 𝜌 (𝛼,𝛽,𝛾)(π‘§βˆ’π‘¦) (π‘₯βˆ’π›Ό)2+(π‘¦βˆ’π›½)2+(π‘§βˆ’π›Ύ)2 3 2⁄ ∞ βˆ’βˆž ∞ βˆ’βˆž ∞ 0 𝑑𝛼. 𝑑𝛽. 𝑑𝛾 (10) Dimana Ξ”g adalah anomali gayaberat yang diamati, Δρ adalah kontras densitas, G adalah konstanta gravitasi umum, (x,y,z) dan (Ξ±,Ξ²,Ξ³) masing- masing adalah sisitem koordinat stasiun dan sumber benda. Dari persamaan 4 tampak bahwa percepatan gravitasi bervariasi dan hanya bergantung pada distribusi massa di bawah permukaan. Gayaberat yang diukur di permukaan adalah merefleksikan besar tarikan benda anomali bawah permukaan dengan arah pusat bumi dan merupakan turunan dari gaya sesuai dengan hukum Newton. 3.3 Pengukuran Gayaberat 3.3.1 Pengukuran Absolut Pengukuran absolut dilakukan di labolatorium, sukar untuk mendapatkan harga bayaberat absolut yang akurat, karena banyaknya kendala yang sangat mempengaruhi hasil pengukuran (Sarkowi, 2009). Oleh karena itu pengukuran absolut ini jarang sekali digunakan karena
  • 4. 12 terlalu sukar dan melibatkan banyak faktor dan alat. Cara pengukuran absolut ini menggunakan pendulum, jatuh bebas, dan gravimeter. 3.3.2 Pengukuran Relatif Pengukuran relatif pada data gayaberat adalah dengan membandingkan hasil pengukuran titik yang tidak diketahui nilai gayaberatnya dengan titik yang sudah diketahui nilai dan telah diikat kepada titik referensialnya, misal Postdam, IGSN, dan lain sebagainya. 3.3.3 Alat - Alat Pengukur Percepatan Gayaberat a. Pendulum 𝑇 = 2πœ‹ √ 𝑙 𝑔 (11) Ketelitian alat pendulum maksimum hanya 0.1mgal b. Pengukuran Gayaberat Benda Jatuh 𝐻 = 𝑉0 𝑑 + 1 2 𝑔𝑑2 (12) Karena V0 = 0 maka: π’ˆ = πŸπ’‰ 𝒕 𝟐 (13) Ketelitian pengukuran mencapai 10-7 gal. c. Pengukuran Relatif Menggunakan Gravimeter Gravimeter adalah alat pengukur Gaya berat relatif yang prinsip kerjanya didasarkan atas memanjangnya pegas akibat perbedaan gaya tarik yang berlaku pada beban, bila sebuah Gravimeter dibawa kedua tempat yang berbeda harga gaya beratnya, pergeseran tersebut dibaca pada mistar sekala. Ada dua macam alat gravimeter yaitu tipe
  • 5. 13 stabil dan unstabil,tipe yang unstabil saat ini lebih banyak digunakan karena tinggi harga ketelitian dan akurasinya,contoh dari tipe ini adalah Worden, Scintrex Autograv dan Lacoste Romberg Gravimeter. 3.3.4 Pengukuran di Lapangan Pengukuran di lapangan membentuk suatu loop yang akan mulai dan berakhir di titik yang sama. Yang pertama dilakukan adalah mencari lokasi yang tepat untuk peletakan stasiun pertama, sebagai titik ikat untuk dibandingkan dengan hasil pengukuran di tiitk lain. Kecermatan pengukuran sangat ditentukan oleh data pengukuran topografi setiap stasiun. 3.4 Koreksi Data Gayaberat Harga gayaberat observasi hasil survei gayaberat akan berbeda satu tempat dengan yang lain disebabkan oleh: 1. Pemampatan dan rotasi bumi 2. Perbedaan jarak dari pusat bumi 3. Perbedaan ketinggian maupun kedalaman di setiap titik pengukuran terhadap bidang datum (Mean Sea Level) 4. Adanya efek tarikan massa antara bidang datum dan stasiun pengukuran 5. Efek topografi permukaan yang relatif kasar dengan perbedaan elevasi yang besar.
  • 6. 14 Untuk menghilangkan perbedaan pembacaan harga g, maka harus dilakukan koreksi gayaberat, koreksi-koreksi tersebut adalah sebagai berikut: 3.4.1 Koreksi Tidal Gambar 6. Pengaruh gravitasi bulan di titik P (Kadir, 2000). Koreksi Pasang Surut (Tidal Correction) adalah untuk menghilangkan gaya tarik yang dialami bumi akibat bulan dan matahari, sehingga di permukaan bumi akan mengalami gaya tarik naik turun. Hal ini akan menyebabkan perubahan nilai medan gravitasi di permukaan bumi secara periodik. Koreksi pasang surut juga tergantung dari kedudukan bulan dan matahari terhadap bumi. Koreksi tersebut dihitung berdasarkan perumusan (Longman, 1959) dan diperlihatkan oleh Gambar 6. π‘ˆ π‘š = 𝐺 (π‘Ÿ)[( 𝑐 𝑅 ) 3 (cos 2πœƒ π‘š + 1 3 ) + 1 6 π‘Ÿ 𝑐 ( 𝑐 𝑅 ) 4 (5 cos 3πœƒ π‘š + 3π‘π‘œπ‘ πœƒ π‘š)] `(14) dimana: c = jarak rata-rata ke bulan. R = Jarak pusat bumi ke pusat bulan. r = jari-jari bumi. G = Konstanta gayaberat.
  • 7. 15 3.4.2 Koreksi Drift (apungan) Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh perubahan kondisi alat (gravity meter) terhadap nilai pembacaan. Koreksi apungan muncul karena gravimeter selama digunakan untuk melakukan pengukuran akan mengalami goncangan, sehingga akan menyebabkan bergesernya pembacaan titik nol pada alat tersebut. Koreksi ini dilakukan dengan cara melakukan pengukuran dengan metode looping, yaitu dengan pembacaan ulang pada titik ikat (base station) dalam satu kali looping, sehingga nilai penyimpangannya diketahui. Pada Gambar berikut memperlihatkan perhitungan gayaberat di satu titik pengukuran dalam waktu yang berbeda disertai rumus 15 untuk menghitung nilai gayaberat pada titik tersebut. Gambar 7. Perhitungan drift nilai gayaberat observasi (Sarkowi, 2009). π‘‘π‘Ÿπ‘–π‘“π‘‘ = (𝑑 π‘›βˆ’π‘‘0) (𝑑 π‘Žπ‘˜β„Žπ‘–π‘Ÿβˆ’π‘‘0) (𝑔 π‘Žπ‘˜β„Žπ‘–π‘Ÿ βˆ’ 𝑔0) (15) dimana: gakhir = nilai gayaberat pada pengukuran terakhir g0 = nilai gayaberat pada pengukuran pertama Harga Gayaberat di base station mGal Drift pd 16.35 Drift pd 12.40 8.10 12.40 16.35 Waktu (jam)
  • 8. 16 t akhir = waktu pengukuran terakhir tn = waktu pada pengukuran ke-n t0 = waktu pada pengukuran pertama 3.4.2 Koreksi Lintang Bentuk bumi tidaklah bulat sempurna melainkanbentuk sferoid dan pepat di kedua kutubnya, sehingga besarnya harga gayaberat dikutub dan khatulistiwa tidaklah sama diperlihatkan oleh Gambar 8. Untuk itu diperlukan adanya koreksi Lintang dengan rumusan (Blakely, 1995) sebagai berikut. 𝑔 πœ™ = 978031,846 ( 1 + 0,0053024 𝑠𝑖𝑛2 πœ™ βˆ’ 0,0000058 𝑠𝑖𝑛2 2πœ™) (16) Gambar 8. Pengaruh Lintang terhadap Nilai Gayaberat.
  • 9. 17 3.4.4 Koreksi Udara Bebas Koreksi udara bebas merupakan koreksi akibat perbedaan ketinggian sebesar h dengan mengabaikan adanya massa yang terletak diantara titik amat dengan sferoid referensi. Koreksi ini dilakukan untuk mendapatkan anomali medan gayaberat di topografi. Untuk mendapat anomali medan gayaberat di topografi maka medan gayaberat teoritis dan medan gayaberat observasi harus sama-sama berada di topografi, sehingga koreksi ini perlu dilakukan. Nilai gayaberat pada muka air laut dengan menganggap bentuk bumi yang ideal spheroid, tidak berotasi dan massa terkonsentrasi ke pusat adalah: 𝑔0 = 𝐺𝑀 π‘Ÿ2 (17) Dimana g0 adalah gayaberat bumi dengan bentuk spheroid, r adalah jari- jari bumi. Menurut (Kadir, 2000), nilai gayaberat pada suatu titik pengukuran berada pada elevasi h meter diatas muka air laut adalah: 𝑔0 = 𝐺𝑀 (π‘Ÿ+β„Ž)2 = 𝑔0 + β„Ž 𝛿𝑔0 π›Ώπ‘Ÿ (18) Selisih nilai gayaberat pada muka air laut dan pada ketinggian h meter disebut koreksi udara bebas, diberikan oleh perumusan (Telford, 1990) berikut. Dimana diketahui bahwa nilai g0 = 9817855 mgal, r = 6.371.000 meter. Maka besarnya koreksi udara bebas adalah sebagai berikut. 𝛿𝑔 πΎπ‘ˆπ΅ = 𝛿𝑔0 π›Ώπ‘Ÿ = 𝛿( πΊπ‘š π‘Ÿ2 ) π›Ώπ‘Ÿ β„Ž = βˆ’ 2πΊπ‘š π‘Ÿ3 β„Ž = βˆ’2 𝑔0 π‘Ÿ β„Ž = βˆ’0,3086 β„Ž mgal (19)
  • 10. 18 Gambar 9. Penampang topografi titik pengukuran (Keary dkk, 2002). 3.4.5 Koreksi Bouguer Koreksi Bouguer merupakan koreksi yang dilakukan untuk menghilangkan perbedaan ketinggian dengan tidak mengabaikan massa di bawahnya. Perbedaan ketinggian tersebut akan mengakibatkan adanya pengaruh massa di bawah permukaan yang mempengaruhi besarnya percepatan gayaberat di titik amat. Untuk menjabarkan koreksi Bouguer, ditinjau dengan sebuah silinder dengan jari-jari r dan tinggi h seperti gambar 10 berikut. Pertama, dicari nilai g pada sumbu sebuah piringan setebal dl, dengan memperhatikan sebuah elemen cincin setebal dr. Massa dari cincin adalah: π›Ώπ‘š = 2πœ‹πœŒπ‘‘π‘Ÿπ‘‘π‘™ (20) Dengan ρ adalah rapat massa silinder. Sehingga efek gayaberat diberikan oleh:
  • 11. 19 𝛿𝑔 = 2πœ‹πΊπœŒπ‘‘π‘™ sin Φ𝑑Φ (21) Untuk menghitung efek total piringan, dapat diperoleh dengan pengintegralan dari 0 sampai arctan (r/h), sehingga diperoleh : 𝑔 = 2πœ‹πΊπœŒπ‘‘π‘™ {1 βˆ’ 1 βˆšπ‘™2+π‘Ÿ2 } 𝑑 (22) Dengan mengintegralkan terhadap l dan z sampai z+l, akan diperoleh efek untuk seluruh silinder: 𝑔 = 2πœ‹πΊπœŒ ∫ {1 βˆ’ 1 βˆšπ‘™2+π‘Ÿ2 } 𝑧+𝑙 𝑧 𝑑𝑙 (23) = 2πœ‹πΊπœŒ{𝐿 + βˆšπ‘§2 + π‘Ÿ2 βˆ’ √(𝑧 + 𝐿)2 + π‘Ÿ2 (24) Bila r = ∞, akan diperoleh : 𝑔 = 2πœ‹πΊπœŒπΏ. Apabila diketahui nilai G = 6,672 x 10-11 m3 kg-1 s-2 , ρ = densitas batuan, h = ketinggian terhadap titik datum (h=L), maka nilai koreksi Bouguer diberikan oleh (Reynolds, 1997). KB = 2Ο€Gρh = 0,04185 ρh (mgal/m) (25)
  • 12. 20 Gambar 10. Perhitungan Koreksi Bouguer (Telford , 1990). h r Ο† g l dl dr Bidang datum
  • 13. 21 3.4.6 Koreksi Medan Gambar 11. Efek topografi dalam komponen arah vertikal (Sarkowi, 2009). Koreksi medan digunakan untuk menghilangkan pengaruh efek massa disekitar titik observasi. Adanya bukit dan lembah disekitar titik amat akan mengurangi besarnya medan gayaberat yang sebenarnya. Karena efek tersebut sifatnya mengurangi medan gayaberat yang sebenarnya di titik amat maka koreksi medan harus ditambahkan terhadap nilai medan gayaberat. Salah satu cara untuk mengetahui nilai koreksi medan adalah dengan menggunakan Hammer Chart (Gambar 12). Gambar 12. (a)Hammer Chart, (b)Cincin silinder yang terbagi 8 segmen (Reynolds, 1997). Secara matematis koreksi tersebut dapat dituliskan dengan pendekatan cincin silinder dapat dilihat pada Gambar 12 sebagai berikut:
  • 14. 22 Δ𝑔 𝑇 = 2πœ‹πΊπœŒ 𝑛 (π‘ŸπΏ βˆ’ π‘Ÿπ·) + (βˆšπ‘ŸπΏ 2 βˆ’ 𝑧2) βˆ’ (βˆšπ‘Ÿπ· 2 βˆ’ 𝑧2) (21) dengan: G = Konstanta gaya berat (6,673 x 10-8 dyne cm2 gr-2 ). rL dan rD = radius luar dan radius dalam kompartemen. z = perbedaan elevasi rata-rata kompartemen n = jumlah segmen dalam zona tersebut  = densitas batuan rata-rata. 3.4.7 Anomali Bouguer Setelah dilakukan koreksi terhadap data gayaberat, maka diperoleh anomali gayaberat, sebagai berikut (Blakely, 1995): βˆ†π‘” 𝐴𝐡𝐿 = 𝑔 π‘œπ‘π‘  βˆ’ 𝑔 πœ™ + πΎπ‘ˆπ΅ βˆ’ 𝐾𝐡 + 𝐾𝑀 (22) dimana: βˆ†gABL = Anomali Bouguer Lengkap Gobs = Gayaberat Observasi gΟ• = Koreksi Lintang KUB = Koreksi Udara Bebas KB = Koreksi Bouguer KM = Koreksi Medan 3.5 Estimasi Rapat Massa Rapat massa batuan merupakan besaran fisik yang sangat penting dalam metode gayaberat. Pada perhitungan anomali Bouguer diperlukan harga rapat massa rata-rata didaerah survey. Untuk itu nilai densitas rata-rata di daerah
  • 15. 23 tersebut harus ditentukan dengan baik. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menentukan rapat massa rata-rata, yaitu: 1. Metoda Nettleton 2. Metoda Parasnis 3.5.1 Metoda Nettleton Metoda Nettleton adalah korelasi antara elevasi dan nilai gayaberat observasi diperlihatkan oleh Gambar 13 berikut. Gambar 13. Estimasi rapat massa dengan metode Nettleton (Telford, 1990). topografi Anomali Bouguer profil terbaik ρ= 1,8
  • 16. 24 Metoda ini didasarkan pada pengertian tentang koreksi Bouguer dan koreksi Medan dimana jika rapat massa yang digunakan sesuai dengan rapat massa permukaan, maka penampang atau profil anomali gayaberat menjadi β€˜smooth’. Dalam aplikasi, penampang dipilih melalui daerah topografi kasar dan tidak ada anomali gayaberat target. Secara kuantitatif, estimasi rapat massa permukaan terbaik dapat diitentukan dengan menerapkan korelasi silang antara perubahan elevasi terhadap suatu referensi tertentu dengan anomali gayaberatnya. Sehingga rapat massa terbaik diberikan oleh harga korelasi silang terkecil sesuai dengan persamaan sebagai berikut. Dengan N adalah jumlah stasiun pada penampang tersebut. π‘˜ = βˆ’ βˆ‘ 𝛿(βˆ†π‘”) 𝑖 π›Ώβ„Ž 𝑖 𝑁 𝑖=1 βˆ‘ (π›Ώβ„Ž 𝑖)2𝑁 𝑖=1 (23) 3.5.2 Metoda Parasnis Estimasi rapat massa metoda ini diturunkan dari anomali gayaberat dituliskan sebagai berikut. 𝐴𝐡𝐿 = 𝑔 π‘œπ‘π‘  βˆ’ 𝑔 πœ™ + 0,3085β„Ž βˆ’ 2πœ‹πΊπœŒβ„Ž (24) Dimana suku terakhir bagian kanan adalah koreksi medan dengan c nilai koreksi medan sebelum dikalikan dengan rapat massa. Dari persamaan tersebut didapat: (𝑔 π‘œπ‘π‘  βˆ’ 𝑔 πœ™ + 0,3085β„Ž) = (2πœ‹πΊβ„Ž)𝜌 (25) Atau 𝑦 = 𝜌π‘₯ (26)
  • 17. 25 Dari persamaan tersebut, maka rapat massa ρ dapat diperoleh dari gradient garis-garis lurus terbaik. Dimana ABL diasumsikan sebagai penyimpangan terhadap garis lurus tersebut (Sarkowi, 2009). Gambar 14. Grafik yang menunjukkan hubungan antara (𝑔 π‘œπ‘π‘  βˆ’ 𝑔 πœ™ + 0,3085β„Ž) dan (2πœ‹πΊβ„Ž)𝜌. 3.6 Pemisahan Anomali Regional dan Residual Sebelum melakukan pemisahan anomali regional dan residual, perlu dilakukan proses analisis spektrum yaitu suatu proses untuk mendapatkan estimasi kedalaman suatu anomali gayaberat dan menentukan lebar jendela yang dianggap sebagai filter yang paling baik untuk digunakan dalam pemisahan anomali regional dan residual. Penjelasan lengkapnya dibahas pada sub-bab berikut.
  • 18. 26 3.6.1 Analisa Spektrum Analisa spektrum dilakukan untuk mengestimasi lebar jendela dan kedalaman dari anomali gayaberat. Analisa spektrum dilakukan dengan mens-transformasi fourier lintasan-lintasan yang telah ditentukan. Transformasi Fourier anomali gayaberat pada bidang horizontal diberikan oleh: 𝐹 (𝑔 𝑧) = 𝐺𝜌 𝐹 ( πœ• πœ•π‘§ 1 π‘Ÿ ) = 𝐺𝜌 πœ• πœ•π‘§ 𝐹 ( 1 π‘Ÿ ) (27) 𝐹(𝑔 𝑧) = 2πœ‹πΊπœŒπ‘’|π‘˜|(𝑧0βˆ’π‘§β€²) (28) ln 𝐹(𝑔 𝑧) = ln 2πœ‹πΊπœŒπ‘’|π‘˜|(𝑧0βˆ’π‘§β€²) (29) ln 𝐴 = |π‘˜|(𝑧0 βˆ’ 𝑧′)ln 2πœ‹πΊπœŒ (30) dimana: gz = anomali gayaberat k = bilangan gelombang G = konstanta gayaberat ρ = rapat massa batuan z0 = ketinggian titik amat z’= kedalaman benda anomali Untuk menghasilkan estimasi yang optimal adalah dengan cara melogaritmakan spektrum amplitudo dari transformasi Fourier sehingga memberikan persamaan garis lurus (komponen k dan spektrum amplitudo). Untuk hasil dari tranformasi Fourier akan diperoleh bilangan riil dan imajiner, bilangan-bilangan inilah yang akan menghasilkan ln A melalui persamaan berikut. 𝐿𝑛 𝐴 = 𝐿𝑛 √ π‘Ÿ2 + 𝑖2 (31)
  • 19. 27 r merupakan bilangan real, i merupakan bilangan imajiner dan A adalah amplitudo. Melalui regresi linier diperoleh batas antara orde satu dan dua sehingga nilai k dijadikan penentu lebar jendela. Hubungan πœ† (panjang gelombang) dengan k diperoleh dari persamaan berikut (Blakely, 1995). π‘˜ = 2πœ‹ πœ† (32) πœ† = 𝑛 . Ξ”π‘₯ (33) n adalah lebar jendela. Untuk estimasi kedalaman diperoleh dari gradien persamaan garis lurus berikut. Gambar 15. Kurva Ln A dan k. 3.6.2 Filtering Salah satu cara untuk memisahkan anomali regional dan anomali residual adalah dengan metode Moving Average, metode ini dilakukan dengan
  • 20. 28 cara merata-ratakan nilai anomalinya. Hasil dari perata-rataan ini merupakan anomali regionalnya. Sedangkan anomali residualnya didapatkan dengan mengurangkan data hasil pengukuran gravitasi dengan anomali regionalnya. Secara matematis persamaan moving average untuk 1 dimensi adalah sebagai berikut. βˆ†π‘‡π‘Ÿπ‘’π‘”(𝑖, 𝑗) = (βˆ†π‘‡(π‘–βˆ’π‘›,π‘—βˆ’π‘›)+β‹―+βˆ†π‘‡(𝑖,𝑗)+β‹―+βˆ†π‘‡(𝑖+𝑛,𝑗+𝑛)) 𝑁 (34) dimana 𝑛 = π‘βˆ’1 2 , dan N harus bilangan ganjil. Setelah didapatkan βˆ†π‘‡π‘Ÿπ‘’π‘”, βˆ†π‘‡π‘Ÿπ‘’π‘ π‘–π‘‘π‘’π‘Žπ‘™maka harga dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut. βˆ†π‘‡π‘Ÿπ‘’π‘ π‘–π‘‘π‘’π‘Žπ‘™ = βˆ†π‘‡π΄π‘ βˆ’ βˆ†π‘‡π‘Ÿπ‘’π‘” (35) dimana: βˆ†π‘‡π‘Ÿπ‘’π‘ π‘–π‘‘π‘’π‘Žπ‘™ = besarnya anomali residual βˆ†π‘‡π΄π΅ = besarnya anomali bouguer βˆ†π‘‡π‘Ÿπ‘’π‘” = besarnya anomali residual Persamaan 34 merupakan dasar dari metode ini, dari persamaan tersebut akan dapat dihitung nilai anomali regional pada sebuah titik penelitian. Dimana nilai anomali regional pada sebuah titik penelitian, sangat tergantung pada nilai anomali yang terdapat di sekitar titik penelitian. Sehingga nilai anomali regional pada sebuah titik merupakan hasil rata- rata dari nilai anomali-anomali di sekitar daerah penelitian (Purnomo dkk., 2013).
  • 21. 29 3.7 Second Vertical Derivative Metode second vertical derivative dapat digunakan untuk membantu interpretasi struktur dan jenis struktur tersebut dari data anomali residual yang diakibatkan oleh adanya struktur sesar turun atau sesar naik. Metode ini bersifat high pass filter, sehingga dapat menggambarkan anomali residual yang berasosiasi dengn struktur dangkal yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis patahan. Formula dasar diturunkan dari persamaan Laplace untuk anomali gayaberat di permukaan, yaitu: βˆ‡2 βˆ†π‘” = 0 π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘’ πœ•2βˆ†π‘” πœ•π‘₯2 + πœ•2βˆ†π‘” πœ•π‘¦2 + πœ•2βˆ†π‘” πœ•π‘§2 = 0 (36) Selanjutnya, untuk suatu penampang (2-D), anomali second vertical derivative diberikan oleh (Darby dkk, 1967): πœ•2βˆ†π‘”(π‘₯,𝑦) πœ•π‘§2 = βˆ’( πœ•2 πœ•π‘₯2 + πœ•2 πœ•π‘¦2 )βˆ†π‘”(π‘₯, 𝑦) (37) Untuk menentukan jenis struktur patahan suatu daerah menggunakan perumusan berikut (Reynolds, 1997): | πœ•2βˆ†π‘” πœ•π‘§2 | π‘šπ‘–π‘› < | πœ•2βˆ†π‘” πœ•π‘§2 | π‘šπ‘Žπ‘₯ untuk sesar turun (38) | πœ•2βˆ†π‘” πœ•π‘§2 | π‘šπ‘–π‘› > | πœ•2βˆ†π‘” πœ•π‘§2 | π‘šπ‘Žπ‘₯ untuk sesar naik (39) 3.8 Pemodelan Tiga Dimensi (3D) Pada penelitian ini pemodelan data anomali Bouguer dilakukan dengan metode inversi menggunakan perangkat lunak Grav3D versi 2.0, dengan model benda didekati dengan benda berbentuk susunan prisma tegak dengan spasi Ξ”x dan Ξ”y. Dari susunan prisma tersebut selanjutnya dilakukan
  • 22. 30 perhitungan respon gayaberatnya. Untuk menghitung respon gayaberatnya digunakan metode perumusan yang dilakukan oleh Plouff (1976): 𝑔 = πΊβˆ†πœŒ βˆ‘ βˆ‘ βˆ‘ πœ‡π‘–π‘—π‘˜ 2 π‘˜=1 2 𝑗=1 2 𝑖=1 [𝑧 π‘˜ π‘Žπ‘Ÿπ‘π‘‘π‘Žπ‘› π‘₯ 𝑖 𝑦 𝑖 𝑧 π‘˜ 𝑅 π‘–π‘—π‘˜ βˆ’ π‘₯𝑖 π‘™π‘œπ‘”(π‘…π‘–π‘—π‘˜ + 𝑦𝑖) βˆ’ 𝑦𝑖 π‘™π‘œπ‘”(π‘…π‘–π‘—π‘˜ + π‘₯)] (40) dimana: π‘…π‘–π‘—π‘˜ = √π‘₯𝑖 2 + 𝑗𝑗 2 + π‘˜ π‘˜ 2 (41) πœ‡π‘–π‘—π‘˜ = (βˆ’1)𝑖 +(βˆ’1) 𝑗 + (βˆ’1) π‘˜ (42) Untuk mendapatkan pola struktur bawah permukaan dari data gayaberat, maka anomali Bouguer hasil perngukuran dan perhitungan harus dilakukan pemodelan baik dengan metode foward modelling atau inversion modelling sehingga akan diketahui distribusi densitas dan struktur di daerah penelitian. Selanjutnya berdasarkan distribusi densitas tersebut dilakukan interpretasi dengan menggabungkan data-data geologi yang ada didaerah tersebut sehingga akan diperoleh struktur bawah permukaan di daerah tersebut. 3.9 Sistem Perminyakan Sistem perminyakan merupakan seluruh elemen dan proses pada suatu cekungan sedimen yang dibutuhkan untuk terakumulasinya hidrokarbon. 3.9.1 Batuan Induk Batuan induk adalah batuan sedimen yang berukuran butir halus (biasanya serpih) berwarna gelap, kaya akan zat organik diendapkan dalam lingkungan darat maupun laut (Koesoemadinata, 1980).
  • 23. 31 3.9.2 Batuan Reservoir Batuan reservoir adalah batuan yang berpori yang dapat mengandung hidrokarbon. Ruang penyimpanan hidrokarbon dalam batuan reservoir berupa rongga-rongga atau pori yang terdapat di antara butiran mineral atau di dalam rekahan batuan. Setiap batuan dapat bertindak sebagai batuan reservoir asal mempunyai kemampuan untuk dapat menyimpan dan melepaskan hidrokarbon, maka untuk itu batuan reservoir harus mempunyai porositas yang memberikan kemampuan untuk menyimpan (porositas) dan meluluskan (permeabilitas) fluida (Koesoemadinata, 1980). 3.9.3 Migrasi Gambar 16. Migrasi (Iffredista, 2012). Migrasi adalah proses bergeraknya tetes-tetes minyak dan gas bumi dari batuan induk kedalam batuan reservoir (Koesoemadinata, 1980). Proses migrasi berawal dari migrasi primer (primary migration), yakni transportasi dari source rock ke reservoir secara langsung. Lalu diikuti
  • 24. 32 oleh migrasi sekunder (secondary migration), yakni migrasi dalam batuan reservoir nya itu sendiri (dari reservoir bagian dalam ke reservoir bagian dangkal). Proses migrasi hidrokarbon berdasarkan pada prinsip tekanan fluida, dimana fluida mengalir dari daerah dengan tekanan tinggi menuju daerah dengan tekanan rendah (Rizka dkk., 2011). Prinsip dasar identifikasi jalur-jalur migrasi hidrokarbon adalah dengan membuat peta reservoir. Kebalikannya dari air sungai di permukaan bumi, hidrokarbon akan melewati punggungan (bukit-bukit) dari morfologi reservoir. Daerah yang teraliri hidrokarbon disebut dengan drainage area (Analogi Daerah Aliran Sungai di permukan bumi). Jika perangkap tersebut telah terisi penuh (fill to spill) sampai spill point, maka hidrokarbon tersebut akan tumpah (spill) ke tempat yang lebih dangkal. Beberapa parameter yang dapat digunakan untuk membantu prediksi jalur migrasi, antara lain: a. Hidrokarbon bermigrasi ke arah up-dip kecuali ada tekanan ekstrim yang menghalanginya. b. Hidrokarbon bermigrasi secara lateral dan vertikal tergantung pada kondisi geologi yang dipengaruhi oleh konfigurasi struktur dan stratigrafi. c. Hidrokarbon cenderung bermigrasi dengan jalur yang terpendek.
  • 25. 33 3.9.4 Perangkap Hidrokarbon 1. Perangkap Struktur Perangkap struktur merupakan perangkap yang paling umum dijumpai dalam pemerangkapan hidrokarbon. Terbentuknya perangkap struktur dikendalikan oleh aktivitas tektonik atau struktur, misalnya perlipatan dan pensesaran (Koesoemadinata, 1980). 2. Perangkap Lipatan Perangkap yang disebabkan perlipatan ini merupakan perangkap yang pertama kali dikenal dalam perusahaan minyak dan gas bumi. Unsur yang mempengaruhi pembentukan perangkap ini ialah lapisan penyekat dan penutup yang berada di atasnya dan dibentuk sedemikian rupa sehingga minyak tidak bisa lari ke mana – mana (Koesoemadinata, 1980). 3. Perangkap Sesar Sesar dapat juga bertindak sebagai penyekat minyak dalam penyaluran pergerakan minyak dan gas. Ada beberapa unsur yang harus dipenuhi untuk terjadinya suatu perangkap yang hanya disebabkan karena sesar: 1. Adanya kemiringan lapisan sehingga minyak dan gas akan 2. terakumulasi dan terperangkap oleh sesar 3. Harus ada paling sedikit 2 patahan yang berpotongan. 4. Kombinasi dengan struktur lipatan. 5. Pelengkungan patahannya sendiri dan kemiringan lapisan.
  • 26. 34 3.9.5 Batuan Penutup Batuan penutup umumnya batuan sedimen yang berukuran halus (biasanya serpih atau batulempung) yang memiliki porositas dan permeabilitas yang sangat kecil. Fungsi dari batuan penutup ini adalah sebagai penyekat supaya minyak atau gas bumi tidak dapat bergerak kemanamana lagi. Selain itu sistem penyekatan hidrokarbon dapat berupa bidang sesar apabila memiliki ruangan rekahan yang kecil dan terisi oleh material halus atau kedap sehingga hidrokarbon tersebut tidak dapat berpindah lagi (Koesoemadinata, 1980).