Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Analisis aspek ergonomi pekerja bagian sortasi akhir pada pengolahan kopi robusta secara semi basah di PT. J. A. Wattie Perkebunan Durjo Jember menemukan bahwa kondisi lingkungan kerja dan desain meja serta kursi kurang memenuhi standar ergonomi. Rekomendasi diberikan untuk meredesain meja dan kursi berdasarkan data antropometri pekerja agar lebih nyaman.
ANALISA PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI Safety Glasses Ergo kacamataAgam Real
Dokumen tersebut membahas tentang analisis perancangan kerja dan ergonomi khususnya safety glasses. Terdapat penjelasan mengenai antropometri yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia untuk keperluan perancangan peralatan kerja. Juga dijelaskan metode pengukuran data antropometri statis dan dinamis serta contoh-contoh pengukuran tertentu.
PENGARUH ERGONOMI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN DI RUMAH SAKITFera Rausanni Ilma
Dokumen tersebut membahas tentang penerapan ergonomi di rumah sakit untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan pekerjaannya untuk menyesuaikan tugas dengan kondisi fisik. Penerapan ergonomi di rumah sakit meliputi penyesuaian posisi kerja, proses kerja, tata letak tempat kerja, dan shift work untuk mengurangi kelelahan. Hal ini bertu
BAB I PROPOSAL SKRIPSI Pengaruh Ergonomi Terhadap Produktivitas Kerja Karyawa...Lolita Praditya
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas pengaruh ergonomi terhadap produktivitas kerja karyawan di PT Pan Brothers Boyolali
2. Faktor lingkungan kerja dan kenyamanan karyawan dapat mempengaruhi produktivitas kerja
3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor ergonomi terhadap produktivitas kerja karyawan.
Dokumen tersebut membahas tentang ergonomi dan faal kerja. Secara singkat, ergonomi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan pekerjaannya untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat, aman, dan efisien. Faal kerja mempelajari gerakan tubuh manusia dalam melakukan pekerjaan. Dokumen ini menjelaskan definisi, sejarah, dan metode penerapan ergonomi untuk meningkatkan kualitas kerja.
Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan lingkungan kerjanya untuk menciptakan kondisi kerja yang sehat, aman, nyaman dan efisien. Tujuan ergonomi adalah memaksimalkan produktivitas kerja dengan mempertimbangkan kemampuan dan batasan fisiologis manusia. Penerapan ergonomi dapat berupa desain peralatan atau lingkungan kerja, penentuan jam istirahat, atau desain perangkat lunak.
Dokumen tersebut membahas tentang prinsip-prinsip antropometri dalam ergonomi. Ia menjelaskan definisi dan kegunaan antropometri serta prinsip-prinsip perancangan berdasarkan antropometri seperti perancangan untuk ekstrim, adjustable range, dan rata-rata. Dokumen ini juga menjelaskan aplikasi antropometri dalam perancangan stasiun kerja dan peralatan seperti operator duduk dan berdiri.
ANALISA PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI Safety Glasses Ergo kacamataAgam Real
Dokumen tersebut membahas tentang analisis perancangan kerja dan ergonomi khususnya safety glasses. Terdapat penjelasan mengenai antropometri yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia untuk keperluan perancangan peralatan kerja. Juga dijelaskan metode pengukuran data antropometri statis dan dinamis serta contoh-contoh pengukuran tertentu.
PENGARUH ERGONOMI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN DI RUMAH SAKITFera Rausanni Ilma
Dokumen tersebut membahas tentang penerapan ergonomi di rumah sakit untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan pekerjaannya untuk menyesuaikan tugas dengan kondisi fisik. Penerapan ergonomi di rumah sakit meliputi penyesuaian posisi kerja, proses kerja, tata letak tempat kerja, dan shift work untuk mengurangi kelelahan. Hal ini bertu
BAB I PROPOSAL SKRIPSI Pengaruh Ergonomi Terhadap Produktivitas Kerja Karyawa...Lolita Praditya
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas pengaruh ergonomi terhadap produktivitas kerja karyawan di PT Pan Brothers Boyolali
2. Faktor lingkungan kerja dan kenyamanan karyawan dapat mempengaruhi produktivitas kerja
3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor ergonomi terhadap produktivitas kerja karyawan.
Dokumen tersebut membahas tentang ergonomi dan faal kerja. Secara singkat, ergonomi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan pekerjaannya untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat, aman, dan efisien. Faal kerja mempelajari gerakan tubuh manusia dalam melakukan pekerjaan. Dokumen ini menjelaskan definisi, sejarah, dan metode penerapan ergonomi untuk meningkatkan kualitas kerja.
Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan lingkungan kerjanya untuk menciptakan kondisi kerja yang sehat, aman, nyaman dan efisien. Tujuan ergonomi adalah memaksimalkan produktivitas kerja dengan mempertimbangkan kemampuan dan batasan fisiologis manusia. Penerapan ergonomi dapat berupa desain peralatan atau lingkungan kerja, penentuan jam istirahat, atau desain perangkat lunak.
Dokumen tersebut membahas tentang prinsip-prinsip antropometri dalam ergonomi. Ia menjelaskan definisi dan kegunaan antropometri serta prinsip-prinsip perancangan berdasarkan antropometri seperti perancangan untuk ekstrim, adjustable range, dan rata-rata. Dokumen ini juga menjelaskan aplikasi antropometri dalam perancangan stasiun kerja dan peralatan seperti operator duduk dan berdiri.
Dokumen tersebut membahas tentang ergonomi kesehatan yang merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan pekerjaannya. Tujuan ergonomi adalah untuk mencegah kecelakaan kerja, meningkatkan efisiensi, kesejahteraan, dan kesehatan pekerja. Penerapan ergonomi bermanfaat untuk mencegah cedera, meningkatkan kualitas hidup dan kerja, serta mengurangi kelelahan.
Dokumen tersebut membahas tentang layout tempat kerja dan ergonomi. Topik yang dibahas antara lain pendahuluan ergonomi, indera manusia, pencahayaan dan getaran, suhu udara dan kebisingan, pertimbangan menentukan layout, tujuan layout, manfaat layout yang efektif, dan syarat umum layout.
Method engineering bertujuan untuk mencapai ENASE (Efektif, Nyaman, Aman Sejahtera, Efisien) dan juga untuk melengkapi tugas Pengantar Teknik Industri I
Ergonomi adalah studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungannya yang ditinjau secara anatomi, fisiologis, psikologi, engineering, manajemen dan desain untuk meminimalkan risiko kesehatan dan meningkatkan produktivitas kerja. Prinsip-prinsip ergonomi meliputi prinsip fisikal seperti postur tubuh yang sesuai dan prinsip kognitif seperti memberikan informasi secara jelas. Penerapan ergonomi bermanfaat unt
ANALISIS KEKUATAN GENGGAM SESEORANG BERDASARKAN RENTANG TANGAN DAN ANALISIS MANUAL MATERIAL HANDLING DARI PENGANGKATAN BAN MOBIL UNTUK MEMINIMALISIR RESIKO CIDERA TULANG PUNGGUNG
Teks ini membahas desain dapur ergonomis untuk hunian kecil dengan menekankan pada aspek interaksi dan kaidah ergonomi. Dapur dirancang agar memungkinkan interaksi antara pengguna dengan anggota keluarga lain dan menerapkan prinsip-prinsip ergonomi seperti postur kerja yang sesuai dan zona kerja yang efisien. Model dapur yang direkomendasikan mengatur ketinggian peralatan berdasarkan aktivitas dan memungkinkan pengguna tetap berinter
Dokumen ini berisi daftar 10 judul jurnal internet yang berkaitan dengan ergonomi dan antropometri yang diteliti mahasiswa program studi teknik industri antara tahun 2013-2014. Topik penelitian meliputi perancangan kursi pilot helikopter, perancangan stasiun kerja, kursi tabloid untuk mahasiswa, perbaikan fasilitas kerja, kursi taman, hubungan antara dimensi tubuh siswa dengan perabot kelas, desain shelter bus, kursi laboratorium ergonomi
Dokumen tersebut membahas tentang penjadwalan tenaga kerja di perusahaan untuk mengalokasikan sumber daya manusia secara efisien dengan mempertimbangkan fluktuasi permintaan, keterbatasan pelayanan, dan kualitas layanan. Beberapa algoritma penjadwalan seperti Tibrewala, Monroe, dan Linear Programming digunakan untuk menentukan jadwal kerja karyawan agar memenuhi kebutuhan perusahaan dengan biaya minimal.
Metode studi kasus adalah konsep yang sangat populer dalam lingkungan penelitian maupun dalam lingkungan pengajaran. Istilah yang digunakan pada kedua bidang ini sama, namun demikian sebenarnya metode studi kasus untuk pengajaran dapat dibedakan dari metode studi kasus untuk tujuan penelitian. Uraian di sini lebih banyak mengulas metode studi kasus untuk kepentingan pembelajaran (teaching case)
This document provides an overview of different types of glass used in construction. It discusses architectural glass and its uses as a building material and glazing. Various safety glasses are described, including tempered glass and laminated glass. Other glass types summarized are acoustic glass, colored glass, special glasses like sun protection glass and self-cleaning glass, as well as extra clear glass, etched glass, fire rated glass, annealed glass, mirror glass, patterned glass, and coated glass.
Dokumen tersebut membahas tentang ergonomi kesehatan yang merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan pekerjaannya. Tujuan ergonomi adalah untuk mencegah kecelakaan kerja, meningkatkan efisiensi, kesejahteraan, dan kesehatan pekerja. Penerapan ergonomi bermanfaat untuk mencegah cedera, meningkatkan kualitas hidup dan kerja, serta mengurangi kelelahan.
Dokumen tersebut membahas tentang layout tempat kerja dan ergonomi. Topik yang dibahas antara lain pendahuluan ergonomi, indera manusia, pencahayaan dan getaran, suhu udara dan kebisingan, pertimbangan menentukan layout, tujuan layout, manfaat layout yang efektif, dan syarat umum layout.
Method engineering bertujuan untuk mencapai ENASE (Efektif, Nyaman, Aman Sejahtera, Efisien) dan juga untuk melengkapi tugas Pengantar Teknik Industri I
Ergonomi adalah studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungannya yang ditinjau secara anatomi, fisiologis, psikologi, engineering, manajemen dan desain untuk meminimalkan risiko kesehatan dan meningkatkan produktivitas kerja. Prinsip-prinsip ergonomi meliputi prinsip fisikal seperti postur tubuh yang sesuai dan prinsip kognitif seperti memberikan informasi secara jelas. Penerapan ergonomi bermanfaat unt
ANALISIS KEKUATAN GENGGAM SESEORANG BERDASARKAN RENTANG TANGAN DAN ANALISIS MANUAL MATERIAL HANDLING DARI PENGANGKATAN BAN MOBIL UNTUK MEMINIMALISIR RESIKO CIDERA TULANG PUNGGUNG
Teks ini membahas desain dapur ergonomis untuk hunian kecil dengan menekankan pada aspek interaksi dan kaidah ergonomi. Dapur dirancang agar memungkinkan interaksi antara pengguna dengan anggota keluarga lain dan menerapkan prinsip-prinsip ergonomi seperti postur kerja yang sesuai dan zona kerja yang efisien. Model dapur yang direkomendasikan mengatur ketinggian peralatan berdasarkan aktivitas dan memungkinkan pengguna tetap berinter
Dokumen ini berisi daftar 10 judul jurnal internet yang berkaitan dengan ergonomi dan antropometri yang diteliti mahasiswa program studi teknik industri antara tahun 2013-2014. Topik penelitian meliputi perancangan kursi pilot helikopter, perancangan stasiun kerja, kursi tabloid untuk mahasiswa, perbaikan fasilitas kerja, kursi taman, hubungan antara dimensi tubuh siswa dengan perabot kelas, desain shelter bus, kursi laboratorium ergonomi
Dokumen tersebut membahas tentang penjadwalan tenaga kerja di perusahaan untuk mengalokasikan sumber daya manusia secara efisien dengan mempertimbangkan fluktuasi permintaan, keterbatasan pelayanan, dan kualitas layanan. Beberapa algoritma penjadwalan seperti Tibrewala, Monroe, dan Linear Programming digunakan untuk menentukan jadwal kerja karyawan agar memenuhi kebutuhan perusahaan dengan biaya minimal.
Metode studi kasus adalah konsep yang sangat populer dalam lingkungan penelitian maupun dalam lingkungan pengajaran. Istilah yang digunakan pada kedua bidang ini sama, namun demikian sebenarnya metode studi kasus untuk pengajaran dapat dibedakan dari metode studi kasus untuk tujuan penelitian. Uraian di sini lebih banyak mengulas metode studi kasus untuk kepentingan pembelajaran (teaching case)
This document provides an overview of different types of glass used in construction. It discusses architectural glass and its uses as a building material and glazing. Various safety glasses are described, including tempered glass and laminated glass. Other glass types summarized are acoustic glass, colored glass, special glasses like sun protection glass and self-cleaning glass, as well as extra clear glass, etched glass, fire rated glass, annealed glass, mirror glass, patterned glass, and coated glass.
Contoh Slide Presentasi Proposal Penelitian yang BagusTrisnadi Wijaya
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh manajemen modal kerja dan leverage terhadap nilai perusahaan secara langsung maupun tidak langsung melalui profitabilitas.
2) Variabel penelitian terdiri dari manajemen modal kerja, leverage, profitabilitas, dan nilai perusahaan. Analisis data menggunakan analisis jalur untuk menguji hubungan antar variabel.
3) Sampel penelitian
Rancang bangun meja dalam konsep ergonomis berdasarkan data antropometri untu...maulanaadamimam
Dokumen ini membahas rancang bangun meja ergonomis berdasarkan data antropometri untuk meningkatkan kenyamanan dan produktivitas mahasiswa saat belajar. Peneliti merancang meja yang dapat dinaikkan turunkan berdasarkan ukuran tubuh rata-rata mahasiswa untuk mendukung posisi duduk yang sehat. Hasilnya adalah prototipe meja yang dirancang untuk memberikan kenyamanan bagi pengguna.
HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAPARAN KEBISINGAN MENURUT MASA KERJA DENGAN KELUHAN G...Raissa Rosadi
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang pertambangan rakyat intan di Cempaka yang menghasilkan kebisingan melebihi ambang batas.
2. Kebisingan tersebut berpotensi menimbulkan gangguan pendengaran bagi para pekerja.
3. Diperlukan penelitian tentang hubungan antara lama pemaparan kebisingan dan masa kerja dengan gangguan pendengaran pekerja.
Laporan Magang Proses Pengolakan PKS Rejosari (Andria)Andria Bin Muhayat
Laporan ini membahas proses praktek kerja lapang mahasiswa Agroekoteknologi di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PTP Nusantara VII Unit Usaha Rejosari Lampung Selatan selama satu bulan. Laporan ini menjelaskan proses bisnis pabrik, proses pengolahan tandan buah segar menjadi minyak sawit mentah dan inti sawit, serta upaya menekan kehilangan minyak dan kenaikan asam lemak bebas selama proses produksi.
Antropometri mempelajari pengukuran tubuh manusia untuk merancang produk dan lingkungan kerja yang sesuai. Data antropometri meliputi dimensi tubuh statis dan dinamis untuk berbagai kelompok orang. Prinsip desainnya adalah menyesuaikan ukuran rata-rata atau ekstrim untuk memenuhi kebutuhan sebagian besar pengguna.
ANTROPOMETRI. B. Input dan Output Input 1. Data antropometri dimensi tubuh pe...ssuserec266d
Dokumen tersebut membahas tentang antropometri yang merupakan metode pengukuran dimensi tubuh manusia untuk merancang stasiun kerja. Terdapat penjelasan mengenai tujuan, input-output, landasan teori, dan contoh kasus antropometri.
ANTROPOMETRI. B. Input dan Output Input 1. Data antropometri dimensi tubuh pe...ssuserec266d
Dokumen tersebut membahas tentang antropometri yang merupakan metode pengukuran dimensi tubuh manusia untuk keperluan perancangan stasiun kerja. Terdapat penjelasan mengenai tujuan, input, output, landasan teori, dan contoh kasus antropometri.
Dokumen tersebut membahas tentang efek toksik polutan udara dari mesin pesawat terhadap tanaman dan tanah di sekitar area apron bandara Syamsudin Noor Banjarbaru. Polutan udara di bandara berasal dari kendaraan penumpang dan pekerja serta buangan mesin pesawat. Gas buang pesawat mengandung karbon dioksida, uap air, nitrogen oksida yang berbahaya bagi lingkungan dan makhluk hidup. Penelitian ini menguji kualitas udara di
Pembukaan Materi POP terkait kaidah pertambangan yang baik kepmen esdm 1827HadisHasyimiMiftahul
terkait kebijakan publik pada bidang pertambangan. berisi tentang dasar hukum dan asas asas yang digunakan untuk membuat peraturan terkait good mining practice atau kaidah pertambangan yang baik
1. AGROINTEK Volume 6, No.2 Agustus 2012 79
ANALISIS ASPEK ERGONOMI PEKERJA BAGIAN SORTASI AKHIR PADA
PENGOLAHAN KOPI ROBUSTA SECARA SEMI BASAH (STUDI KASUS PT.
J. A. WATTIE PERKEBUNAN DURJO JEMBER)
Andrew Setiawan R , I. B. Suryaningrat, Isman Hadi Subhan
Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember
Korespondensi: Jl. Kalimantan I Tegalboto Jember, Email : andrew_sca01@yahoo.com
ABSTRACT
The research objective is evaluating the convenience of the sorting condition in
terms of aspects concerning the use of anthropometry include the comfort of a chair, to evaluate
the working environment (temperature and humidity of the room work as well as noise) and
provide an alternative design of chairs and tables by the method of anthropometry. This
research used 30 respondents who had been sampled. The research was limited to observations
of temperature, humidity, noise and anthropometric include seat height, height shoulders, wide
hips, knee height, popliteal height, buttock - popliteal, shoulder width, height and arm reach.
The results showed that the temperature and humidity of the room was still not optimal noise
intensity as well as some parts of the production of more than Limit Value. Subjective
complaints occurred in almost all parts of the body of workers. Complaints caused by the design
of chairs and tables that are less ergonomic and environmental conditions are less than
optimal. The size of the table after redesigning the table height 80 cm, width 70 cm and length
of the table table 195 cm while the size of a chair after redesigning the high chair (without
backrest) 46 cm, 100 cm wide backrest and cushion length and 120 cm high backrest by 54 cm.
Alternative solution given is to redesign the tables and chairs based on data antropomerti
workers so as to create a means by which ergonomic and improvement of environmental
conditions.
Key words: coffee robusta, ergonomics, sorting, semi-wet
PENDAHULUAN
Semakin meningkatnya
perkembangan komoditas kopi, maka tenaga
kerja yang diserap juga akan semakin banyak,
sehingga dengan perkembangan industri yang
pesat maka akan menimbulkan masalah baru
mengenai keselamatan dan kesehatan sumber
daya manusia. Jumlah kasus kecelakaan kerja
di Indonesia berturut-turut pada tahun 2005,
2006 dan 2007 yaitu 99.023 kasus, 95.624
kasus dan 37.845 kasus (Anonim, 2008).
Berkembangnya pengusaha
penghasil kopi berskala besar seperti PT. J. A.
Wattie Perkebunan-Durjo harus dapat
menjaga kualitas dari biji kopi yang diekspor
ke luar negeri. Salah satu faktor yang
mempengaruhi kualitas dari kopi adalah pada
proses sortasi. Jika kopi hasil sortasi tidak
memenuhi standar mutu yang ditetapkan
maka bisa dikatakan bahwa kopi tersebut
bermutu rendah. Pada saat ini kegiatan proses
pengolahan di PT. J. A. Wattie Durjo Jember
masih belum dilakukan analisis aspek
ergonomisnya, akibatnya terdapat pekerja
yang masih banyak mengalami keluhan atau
rasa tidak nyaman di lingkungan kerja
khususnya bagian sortasi akhir kopi robusta.
Desain meja dan kursi untuk saat ini
bisa dikatakan masih belum ergonomis
sehingga menyebabkan ketidaknyamanan
terhadap pekerja. Lebar kursi yang digunakan
pada kegiatan sortasi tahap akhir terlalu kecil
dan tingginya kurang optimal, sedangkan
ukuran meja yang digunakan yaitu meja
kurang tinggi, sehingga menyebabkan paha
dari pekerja akan menempel terhadap badan
meja. Hal tersebut akan menyebabkan pekerja
rentan mengalami kelelahan yang sangat
cepat, sehingga bisa mempengaruhi tingkat
produktifitas pekerja. Tujuan dari penelitian
ini yaitu mengevaluasi lingkungan kerja
(suhu, kelembaban dan kebisingan suara) dan
mengevaluasi kenyamanan pekerja terkait
pemakaian meja dan kursi serta juga memberi
2. 80 Analisis Aspek ergonomi pekerja...(Andrew S, dkk)
alternatif rancangan desain meja dan kursi di
ruang sortasi akhir.
METODOLOGI PENELITIAN
Bahan dan Alat
Alat dan bahan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Software Catia,
termometer ruangan, higrometer, sound level
meter, alat hitung, alat ukur (meteran), data-
data anthropometri pekerja di perusahaan di
PT. J. A. Wattie Perkebunan Durjo Jember
dan kuesioner.
Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan pada 30
orang pekerja di bagian sortasi yang telah
disampling. Karakteristik responden dari
penelitian ini menunjukan bahwa rentangan
umur responden yaitu 22 – 57 tahun dengan
rata – rata 12 tahun, sedangkan lama bekerja
rata – rata selama 36 tahun dengan interval 2
– 40 tahun. Jumlah responden hasil sampling
yaitu sebanyak 30 responden yang memilki
rata – rata tinggi badan sebesar 145,93 cm
dengan interval antara 137–153 cm.
Karakteristik responden disajikan pada Tabel
1.
Tabel 1. Karakteristik responden
Variabel
Rata-rata
± SD
Umur
pekerja
(th)
36 ±
9,10
Lama
bekerja
(th)
12 ±
7,65
Tinggi
badan
(cm)
145,93 ±
4,25
Keterangan: SD (Standar Deviasi)
Karakteristik pekerja bisa diketahui
dari Tabel 1. Rata-rata pekerja telah bekerja
selama 12 tahun dan umur pekerja 36 tahun.
Waktu yang dialami oleh pekerja cukup lama
sekali, sehingga jika pekerja merasa kurang
nyaman ketika bekerja terkait pemakaian meja
dan kursi maka kelelahan akan lebih cepat
dirasakan oleh pekerja. Pengukuran langsung
penelitian ini meliputi pengukuran terhadap
suhu, kelembaban, kebisingan dan dimensi
tubuh responden (tinggi duduk, tinggi badan,
tinggi bahu, lebar pinggul, tinggi lutut, tinggi
popliteal, jarak pantat-popliteal, lebar bahu
dan jangkauan tangan), wawancara serta studi
pustaka dan dokumentasi. Dimensi tubuh
tersebut digunakan sebagai alat untuk
perancangan desain meja dan kursi dengan
menggunakan persentil ke 95. Adapun fungsi
dari dimensi tubuh tersebut yaitu sebagai
berikut:
a. tinggi popliteal yaitu digunakan untuk
penentuan tinggi kursi duduk pekerja;
b. tinggi bahu yaitu digunakan untuk
menentukan tinggi sandaran kursi;
c. jarak pantat-popliteal yaitu digunakan
untuk menentukan lebar alas duduk kursi;
d. lebar bahu yaitu digunakan untuk
menentukan lebar sandaran kursi dan juga
panjang meja;
e. tinggi siku dan tinggi lutut yaitu digunakan
untuk menentukan tinggi meja;
f. jangkauan tangan digunakan untuk
menentukan lebar meja.
Analisis Data
Hasil pengukuran dihitung untuk
dicari rata-rata, standar deviasi serta persentil
kemudian dianalisis secara kuantitatif dan
kualitatif deskriptif. Analisa deskriptif untuk
menggambarkan data lapangan secara
deskriptif dengan cara mengintreprestasikan
hasil pengolahan data lewat tabulasi
(Suharsini, 1993).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Obyek Penelitian
Perkembangan produksi sampai
pada saat ini PT. J. A. Wattie Perkebunan
Durjo Jember masih belum melakukan
pengkajian terkait dengan kenyaman tenaga
kerja dalam melakukan kegiatan produksi
khususnya pada pemakaian meja dan kursi
serta juga kondisi lingkungan yang meliputi
suhu, kelembaban dan kebisingan suara. Oleh
karena itu penelitian ini akan mengkaji
tentang analisis aspek ergonomi pada
pengolahan kopi robusta secara semi basah
khususnya pada kegiatan sortasi akhir yang
terdapat di PT. J. A. Wattie Perkebunan Durjo
Jember.
3. AGROINTEK Volume 6, No.2 Agustus
Kondisi Lingkungan Kerja
Pelaksanaan kegiatan
berlangsung selama ± 7 jam, terhitung mulai
pukul 06.00 WIB sampai dengan 13.00 WIB
dengan waktu istirahat selama 30 menit pada
pukul 09.00 WIB. Banyaknya pekerja yang
cepat mengalami kelelahan dikhawatirkan
juga berakibat pada penurunan produksi di
PT. J. A. Wattie Perkebunan Durjo Jember.
Persentase keluhan umum pekerja yang
terdapat di PT. J. A. Wattie Perkebunan Durjo
Jember disajikan pada Tabel 2 dan
Tabel 2. Keluhan umum pekerja
No Jenis
Keluhan
Nyaman
1 LK 63 %
2 DMKu 40 %
3 PKG 100 %
Keterangan: LK: Lingkungan kerja; DMKu:
Desain meja dan kursi;
Penempatan kotak
Tabel 2 menyajikan tentang
persentase keluhan umum pekerja. Jumlah
responden yang merasa nyaman dengan
kondisi lingkungan kerja (LK) yaitu sebanyak
63%, DMKu sebanyak 40% merasa nyaman
dan 100% merasa nyaman dengan tempat
penempatan kotak mutu. Hasil perse
Tabel 2 dapat disajikan dalam bentuk
histogram yang disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Keluhan umum responden
Lingkungan kerja; DMKu: Desain
meja dan kursi; PKG: Penempatan
kotak mutu)
.2 Agustus 2012
Pelaksanaan kegiatan sortasi
jam, terhitung mulai
pukul 06.00 WIB sampai dengan 13.00 WIB
dengan waktu istirahat selama 30 menit pada
Banyaknya pekerja yang
cepat mengalami kelelahan dikhawatirkan
juga berakibat pada penurunan produksi di
PT. J. A. Wattie Perkebunan Durjo Jember.
Persentase keluhan umum pekerja yang
terdapat di PT. J. A. Wattie Perkebunan Durjo
Tabel 2 dan Gambar 1.
Keluhan umum pekerja
Tidak
Nyaman
37 %
60 %
-
Keterangan: LK: Lingkungan kerja; DMKu:
Desain meja dan kursi; PKG:
Penempatan kotak mutu
menyajikan tentang
keluhan umum pekerja. Jumlah
responden yang merasa nyaman dengan
kondisi lingkungan kerja (LK) yaitu sebanyak
63%, DMKu sebanyak 40% merasa nyaman
dan 100% merasa nyaman dengan tempat
penempatan kotak mutu. Hasil persentase dari
Tabel 2 dapat disajikan dalam bentuk
histogram yang disajikan pada Gambar 1.
Keluhan umum responden (LK:
Lingkungan kerja; DMKu: Desain
si; PKG: Penempatan
kotak mutu)
Kondisi lingkungan kerja meliputi
suhu, kelembaban dan kebisingan suara.
a. Suhu
Temperatur/suhu merupakan suatu
hal yang penting bagi pekerja ketika
melakukan suatu kegiatan baik di dalam
ruangan maupun diluar ruangan
suhu ruangan yang terdapat di ruang sortasi
yaitu dengan menggunakan t
ruangan selama 9 hari. Pengamatan suhu
dilaksanakan pada pukul 06.00 WIB,
WIB dan 12.00 WIB agar mempermudah
peneliti ketika membandingkan perbedaan
suhu pada setiap jamnya.
merupakan data suhu ruangan sortasi akhir
yang disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Data suhu ruangan sortasi akhir PT.
J. A. Wattie Perkebunan Durjo
Jember
Rata-rata suhu hari ke
19,8o
C; hari kedua yaitu 28,7
adalah 30o
C. Menurut Sulistyadi (2003),
untuk pekerjaan yang membutuhkan
penanganan manual serta dilakukan dengan
duduk, maka suhu yang disarankan 24
Menurut Suma’mur (1995), suhu dingin
mengurangi efisiensi pekerja/manusia dalam
melakukan suatu kegiatan karena dengan
adanya kondisi suhu lingkungan yang dingin
maka akan terjadi keluhan otot akibat dari
koordinasi otot yang semakin berkurang,
sedangkan kondisi lingkungan yang terlalu
panas menyebabkan aktivitas mental dan daya
tanggap yang mulai menurun sehingga
81
Kondisi lingkungan kerja meliputi
mbaban dan kebisingan suara.
Temperatur/suhu merupakan suatu
hal yang penting bagi pekerja ketika
melakukan suatu kegiatan baik di dalam
ruangan maupun diluar ruangan. Pengambilan
suhu ruangan yang terdapat di ruang sortasi
ggunakan termometer
Pengamatan suhu
kan pada pukul 06.00 WIB, 09.00
agar mempermudah
peneliti ketika membandingkan perbedaan
suhu pada setiap jamnya. Berikut ini
merupakan data suhu ruangan sortasi akhir
ng disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Data suhu ruangan sortasi akhir PT.
J. A. Wattie Perkebunan Durjo
rata suhu hari ke-1 yaitu
C; hari kedua yaitu 28,7o
C dan hari ke-3
Menurut Sulistyadi (2003),
pekerjaan yang membutuhkan
penanganan manual serta dilakukan dengan
ka suhu yang disarankan 24–25o
C.
Menurut Suma’mur (1995), suhu dingin
mengurangi efisiensi pekerja/manusia dalam
melakukan suatu kegiatan karena dengan
adanya kondisi suhu lingkungan yang dingin
maka akan terjadi keluhan otot akibat dari
koordinasi otot yang semakin berkurang,
ondisi lingkungan yang terlalu
panas menyebabkan aktivitas mental dan daya
tanggap yang mulai menurun sehingga
4. 82 Analisis Aspek ergonomi pekerja...(Andrew S, dkk)
cenderung untuk membuat kesalahan dalam
pekerjaan dan mulai timbul kelelahan fisik.
b. Kelembaban
Kelembaban merupakan salah satu
faktor lingkungan yang mempengaruhi kinerja
pekerja selain faktor temperatur dan
kebisingan. Lingkungan kerja yang nyaman
sangat dibutuhkan oleh pekerja untuk dapat
bekerja secara optimal dan produktif.
Pengamatan yang dilakukan terhadap
kelembaban sama halnya dengan pengamatan
suhu, jadi pengambilan data untuk
kelembaban selama 9 hari dengan waktu
pengamatan kelembaban dilaksanakan pada
pukul 06.00 WIB. 09.00 WIB dan 12.00 WIB.
Data hasil pengamatan terhadap
kelembaban disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Data kelembaban ruangan sortasi
akhir PT. J. A. Wattie Perkebunan
Durjo Jember
Rata-rata kelembaban hari ke-1
yaitu 86%, hari ke-2 72,7% dan hari ke-3
yaitu 68,5%. Kelembaban normal untuk orang
Indonesia yaitu 70%-80% (Wignjosoebroto,
2003). Bekerja pada lingkungan yang terlalu
panas dan lembab, dapat menurunkan
kemampuan fisik tubuh dan dapat
menyebabkan keletihan yang datang terlalu
dini, sedangkan pada lingkungan yang terlalu
dingin, dapat menyebabkan hilangnya
fleksibilitas terhadap alat – alat motorik tubuh
yang disebabkan oleh kekakuan fisik tubuh
(Purnomo, 2006). Apabila hal tersebut
dibiarkan secara terus-menerus maka akan
menyebabkan pekerja cepat mengalami
kelelahan karena banyak yang mengalami
kekurangan air, natrium, kalium yang terdapat
dalam tubuh (Irawan, 2006).
Oleh sebab itu, perlu diadakannya
alat pengendali suhu, debu dan bau disetiap
tempat kerja. Pengendali suhu yang sering
digunakan yaitu AC Central yang dapat
disalurkan ke seluruh ruangan kerja. Akan
tetapi penggunaan AC Central ini
mengeluarkan biaya yang cukup mahal,
sehingga bisa diganti dengan cara pemberian
sirkulasi udara.
c. Kebisingan
Kebisingan yaitu suara yang tidak
dikehendaki dan bersifat subyektif.
Kebisingan dalam jangka waktu tertentu dapat
mempengaruhi manusia dalam pengerjaannya,
terutama dalam bentuk gangguan komunikasi,
efek psikologi dan fisiologi (Manuaba, 2000).
Nilai ambang batas kebisingan yaitu 85 dB.
Data tentang tingkat kebisingan suara di PT. J.
A. Wattie Perkebuan Durjo Jember disajikan
pada Tabel 5.
Tabel 5. Data tingkat kebisingan suara di
beberapa tahapan produksi
Tahap
pengolahan
Tingkat
suara
(dB)
Waktu
dianjurkan
(jam/hari)
Pulping 85 8
Raung
Washing
94 2
Bordes 88 4
Hulling &
Pengayakan
99 1
Kegiatan produksi dengan rentang
waktu yang begitu lama serta juga intensitas
suara yang melebihi batas optimum akan
menyebabkan pekerja mengalami gangguan
secara fisik. Berdasarkan Tabel 5 diketahui
bahwa tingkat kebisingan dibeberapa bagian
produksi masih di atas NAB (Nilai Ambang
Batas). Akibatnya pekerja rentan mengalami
penurunan kesehatan karena gangguan dari
kondisi lingkungan yang kurang kondusif
sehingga menyebabkan penurunan kinerja.
5. AGROINTEK Volume 6, No.2 Agustus
Oleh sebab itu, untuk meminimalkan adanya
gangguan kesehatan yang terdapat pada
pekerja maka pekerja wajib memakai alat
pelindung diri. Beberapa hal yang dapat
dilakukan untuk mengurangi tingkat
kebisingan suara yang terdapat pada proses
pengolahan kopi robusta secara semi basah
yaitu dengan memberi peredam suara terh
ruangan, pelindung telinga yang dipakai oleh
pekerja yang berfungsi untuk menyerap suara.
Penutup telinga yang dipakai oleh pekerja
mampu mengurangi intensitas suara sebesar
20 – 25 dB (Wignjosoebroto, 2003).
Keluhan Subyektif
Keluhan subyektif pada
meliputi PTK: pergelangan tangan kanan/kiri;
LAK: lengan atas kanan/kiri; BK: bahu
kanan/kiri; Pu: punggung; Pi: pinggang; Pa:
pantat; PahK: paha kakan/kiri; BK: betis
kakan/kiri; LK: lutut kanan/kiri; KK: kaki
kanan/kiri
Persentase keluhan subye
disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Jumlah keluhan subyektif pekerja
bagian sortasi akhir di PT. J. A.
Wattie Perkebunan Durjo Jember
Gambar 2 menguraikan bahwa
terjadinya keluhan subyektif antara lain yaitu
80 % pada pergelangan tangan kiri/kanan dan
juga paha kanan/kiri, 87 % pada lengan atas
kanan/kiri, 100 % bahu kanan/kiri, 97 % pada
punggung dan pinggang, 90 % pada pantat, 57
% betis kanan/kiri, 34 % lutut kanan kiri serta
kaki kanan/kiri sebanyak 47%.
.2 Agustus 2012
Oleh sebab itu, untuk meminimalkan adanya
g terdapat pada
pekerja maka pekerja wajib memakai alat
Beberapa hal yang dapat
dilakukan untuk mengurangi tingkat
kebisingan suara yang terdapat pada proses
pengolahan kopi robusta secara semi basah
yaitu dengan memberi peredam suara terhadap
ruangan, pelindung telinga yang dipakai oleh
pekerja yang berfungsi untuk menyerap suara.
Penutup telinga yang dipakai oleh pekerja
mampu mengurangi intensitas suara sebesar
25 dB (Wignjosoebroto, 2003).
Keluhan subyektif pada responden
PTK: pergelangan tangan kanan/kiri;
LAK: lengan atas kanan/kiri; BK: bahu
kanan/kiri; Pu: punggung; Pi: pinggang; Pa:
pantat; PahK: paha kakan/kiri; BK: betis
kakan/kiri; LK: lutut kanan/kiri; KK: kaki
Persentase keluhan subyektif responden
Jumlah keluhan subyektif pekerja
bagian sortasi akhir di PT. J. A.
Wattie Perkebunan Durjo Jember
menguraikan bahwa
terjadinya keluhan subyektif antara lain yaitu
80 % pada pergelangan tangan kiri/kanan dan
juga paha kanan/kiri, 87 % pada lengan atas
kanan/kiri, 100 % bahu kanan/kiri, 97 % pada
punggung dan pinggang, 90 % pada pantat, 57
n/kiri, 34 % lutut kanan kiri serta
kaki kanan/kiri sebanyak 47%. Berdasarkan
data di atas, dapat disimpulkan bahwa kondisi
kerja terdapat ketidak cocokan antara ukuran
antropometri dengan peralatan yang
digunakan untuk proses sortasi sehingga
terjadi sikap paksa pada pekerja.
menunjukkan bahwa pekerja mengalami
keluhan rasa sakit akibat dari sikap duduk
yang tidak alamiah, s
punggung terlalu membungkuk/tegak,
yang terlalu lama menggantung dan lain
sebagainya.
Banyaknya keluhan rasa sak
dialami oleh pekerja diakibatkan oleh
beberapa hal, yaitu:
a. sikap kerja yang tidak alamiah
Menurut Silalahi (1995), ketika
seseorang bekerja dalam posisi berdiri atau
duduk, segmen gerakan tulang punggung,
khususnya daerah tulang belakang mudah
terkena sikap tubuh ekstrim.
pada sistem sendi otot sangat besar ketika
berada dalam sikap tubuh ekstrim.
yang paling banyak mengalami keluhan rasa
sakit yaitu pada bahu kanan/kiri.
karena selama berjam–jam pekerja melakukan
kegiatan sortasi secara manual terhadap kopi
yang dilakukan dengan cara mengambil
dengan tangan kanan/kiri. Hal serupa juga
terjadi pada lengan atas kanan/kiri. Tidak
sedikit pekerja yang melakukan kegiatan
sortasi dengan cara membungkukan
badannya. Akibatnya tidak sedikit pula yang
mengalami keluhan rasa sakit pada bagian
punggung dan pinggang.
bekerja yang dilakukan dengan duduk dan
tidak sempurna adalah badan yang terlalu
membungkuk ketika melakukan kegiatan
sortasi akibat dari meja yang
atau juga sebaliknya. Selain itu juga terdapat
posisi duduk yang tidak sempurna seperti
memutar badan kesamping kiri/kanan
beberapa derajat akibat dari kurang leluasa
pekerja dalam bergerak.
menerima beban statis secara berulang
waktu yang lama maka akan menyebabkan
keluhan berupa rasa sakit pada sendi, ligament
dan tendon (Grandjean, 1988
b. stasiun kerja yang kurang ergonomis
Wignjosoebroto (2003) menyatakan
bahwa stasiun kerja merupakan salah satu
komponen yang harus diperhatikan
berkenaan dengan upaya peningkatan
83
data di atas, dapat disimpulkan bahwa kondisi
kerja terdapat ketidak cocokan antara ukuran
antropometri dengan peralatan yang
digunakan untuk proses sortasi sehingga
pekerja. Gambar 2
bahwa pekerja mengalami
akibat dari sikap duduk
yang tidak alamiah, seperti
kuk/tegak, kaki
ang terlalu lama menggantung dan lain
Banyaknya keluhan rasa sakit yang
dialami oleh pekerja diakibatkan oleh
sikap kerja yang tidak alamiah
Menurut Silalahi (1995), ketika
seseorang bekerja dalam posisi berdiri atau
duduk, segmen gerakan tulang punggung,
khususnya daerah tulang belakang mudah
kena sikap tubuh ekstrim. Resiko cidera
stem sendi otot sangat besar ketika
berada dalam sikap tubuh ekstrim. Pekerja
yang paling banyak mengalami keluhan rasa
sakit yaitu pada bahu kanan/kiri. Hal tersebut
jam pekerja melakukan
kegiatan sortasi secara manual terhadap kopi
yang dilakukan dengan cara mengambil
dengan tangan kanan/kiri. Hal serupa juga
terjadi pada lengan atas kanan/kiri. Tidak
sedikit pekerja yang melakukan kegiatan
sortasi dengan cara membungkukan
tnya tidak sedikit pula yang
mengalami keluhan rasa sakit pada bagian
. Contoh posisi
bekerja yang dilakukan dengan duduk dan
tidak sempurna adalah badan yang terlalu
membungkuk ketika melakukan kegiatan
sortasi akibat dari meja yang terlalu rendah
atau juga sebaliknya. Selain itu juga terdapat
posisi duduk yang tidak sempurna seperti
memutar badan kesamping kiri/kanan
beberapa derajat akibat dari kurang leluasa
pekerja dalam bergerak. Apabila otot
menerima beban statis secara berulang dalam
waktu yang lama maka akan menyebabkan
keluhan berupa rasa sakit pada sendi, ligament
n, 1988).
stasiun kerja yang kurang ergonomis
Wignjosoebroto (2003) menyatakan
bahwa stasiun kerja merupakan salah satu
us diperhatikan
berkenaan dengan upaya peningkatan
6. 84 Analisis Aspek ergonomi pekerja...(Andrew S, dkk)
produktivitas kerja. Kondisi kerja yang tidak
memperhatikan kenyamanan, kepuasan,
keselamatan dan kesehatan kerja tentunya
akan sangat berpengaruh terhadap
produktivitas kerja manusia. Perancangan
stasiun kerja yang ergonomis dipengaruhi
oleh data anthropometri dari responden.
Siswanto (1995), menyatakan bahwa data
anthropometri pekerja yang digunakan untuk
mendesain ulang meja dan kursi meliputi
tinggi popliteal, panjang popliteal-pantat,
tinggi pantat-ke siku, tinggi pantat ke bahu,
tinggi duduk normal, jangkauan tangan, tinggi
lutut, lebar bahu, lebar duduk normal
(pinggul) dan tinggi badan. Data
anthropometri pekerja disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 menguraikan tentang ukuran dimensi
tubuh manusia yang akan digunakan sebagai
acuan untuk mendesain meja dan kursi yang
ergonomis(Liliana dkk, 2007). Data ukuran
peralatan berupa meja dan kursi yang terdapat
diruang sortasi akhir di PT. J. A. Wattie
Perkebunan Durjo Jember disajikan pada
Tabel 7.
Ukuran meja pada saat sebelum
redesain yaitu memiliki panjang 180 cm, lebar
79 cm dan tinggi 71 cm sedangkan ukuran
kursi sebelum redesain memiliki panjang
yaitu 180 cm, lebar 24 cm dan tinggi 52 cm.
Kegiatan sortasi yang terdapat di PT. J. A.
Wattie Perkebunan Durjo Jember dilakukan
oleh 2 pekerja pada masing–masing meja dan
kursi.
Meja dan kursi yang kurang
ergonomis menyebabkan pekerja cepat
mengalami kelelahan. Berdasarkan Tabel 7.
diketahui bahwa desain kursi untuk sekarang
ini masih belum terdapat sandaran punggung,
dan tingginya kurang optimal. Selisih antara
tinggi meja dengan tinggi kursi sebelum
redesain 71-52 cm yaitu 19 cm. Selisih
sebesar 19 cm dirasakan pekerja terlalu sempit
untuk bergerak, sehingga banyak pekerja yang
pahanya terlalu menempel ke bagian bawah
permukaan meja. Selisih nilai tersebut tidak
sebanding dengan rata – rata tebal paha
pekerja di ruang sortasi akhir. Tebal paha
pekerja bisa dicari dengan menggunakan
selisih antara tinggi lutut pekerja dengan
tinggi popliteal sehingga diperoleh nilai tebal
paha bagian depan, maka diperoleh nilai yaitu
52 cm dikurangi 43 cm sama dengan 9 cm.
Nilai 9 cm tersebut merupakan tebal paha
bagian depan dari pekerja bagian sortasi. Rata
– rata tebal paha pekerja di ruang sortasi yaitu
9 cm. Perbandingan antara selisih meja dan
kursi dengan tebal paha yaitu 19 cm dikurangi
9 cm sama dengan 10 cm. Jadi jarak 10 cm
tersebut merupakan ruang kosong bagi
pekerja untuk dimensi tubuh yaitu paha
bagian depan. Adanya ruang gerak yang
relatif sempit menyebabkan pekerja kurang
nyaman karena tidak leluasa bergerak,
sehingga banyak pekerja yang mengalami
keluhan rasa sakit pada paha dan betis
sebanyak 80 % dan 57 %. Pada pekerjaan
yang dilakukan dengan posisi duduk, tempat
duduk yang dipakai harus memungkinkan
untuk dilakukan variasi perubahan posisi.
Ukuran tempat duduk disesuaikan dengan
dimensi ukuran antropometri pemakainya
(Darlis dkk, 2009).
Berikut ini merupakan ukuran
berdasarkan hasil perhitungan persentil 95
yang disajikan pada tabel 8.
7. AGROINTEK Volume 6, No.2 Agustus 2012 85
Tabel 6. Data anthropometri pekerja bagian sortasi
Variabel Rerata (cm) Interval (cm) Standar Deviasi
(TPo) 43,13 39-48 1,97
(PPo-Pa) 44,33 38-54 3,52
(TPa-S) 21,16 17-28 3,00
(LDN) 29 20-36 3,5
(TDN) 74,96 66-81 3,47
(JTa) 64,93 61-69 2,65
(TL) 51,70 49-54 1,17
(LB) 40,43 33-48 3,66
(TPa) 17,70 12-25 2,65
(TBa) 145,93 137-153 4,25
Keterangan: Tinggi Popliteal (TPo), Panjang Popliteal-Pantat (PPo-Pa), Tinggi Pantat-Siku (TPa-S) Lebar Duduk Normal
(LDN), Tinggi Duduk Normal (TDN), Jangkauan Tangan (JTa), Tinggi Lutut (TL), Lebar Bahu (LB), Tinggi
Pantat (TPa) dan Tinggi Badan (TBa)
Tabel 7. Ukuran meja dan kursi sebelum redesain
Obyek Ukuran sebelumnya
Panjang sandaran -
Lebar sandaran punggung -
Tinggi meja 71 cm
Lebar meja 79 cm
Panjang meja 180 cm
Tinggi kursi (tanpa sandaran) 52 cm
Panjang alas duduk 180 cm
Tabel 8. Ukuran meja dan kursi setelah redesain
Obyek Usulan Ukuran
Panjang sandaran 100 cm
Lebar sandaran punggung 54 cm
Tinggi meja 80 cm
Lebar meja 70 cm
Panjang meja 195 cm
Tinggi kursi (tanpa sandaran) 46 cm
Panjang alas duduk 110 cm
Lebar alas duduk 24 cm
Hasil perhitungan persentil ke-95
menunjukan bahwa tinggi meja yang
sebelumnya yaitu 71 cm setelah di desain
ulang mengalami perubahan tinggi menjadi 80
cm. Penggunaan persentil ke-95 dimaksudkan
agar 95% dari populasi mampu menjangkau
rancangan desain yang telah diperoleh.
Perubahan tinggi meja tersebut mengacu pada
ukuran dimensi tubuh pekerja yaitu jumlah
rata–rata pantat ke siku ketika duduk adalah
21,16 cm dan tinggi lutut adalah 51,7 cm.
Tinggi meja (Tabel 8) setelah redesain yaitu
80 cm, sehingga terjadi penambahan tinggi
sebesar 9 cm sedangkan untuk hasil
perhitungan ke-95 pada tinggi kursi yaitu
diperoleh hasil 46 cm, sehingga terjadi
pengurangan tinggi sebesar 6 cm dari tinggi
kursi sebelumnya yaitu 52 cm. Selisih jarak
antara tinggi meja setelah redesain dengan
tinggi kursi setelah redesain yaitu 80 – 46 cm
= 34 cm. Desain kursi dan meja yang
ergonomis diharapkan dapat mengurangi rasa
ketidaknyamanan terkait dengan keluhan rasa
sakit pada paha dan betis. Perbandingan rata-
8. 86 Analisis Aspek ergonomi pekerja...(Andrew S, dkk)
rata tebal paha dengan selisih antara tinggi
meja dengan tinggi kursi setelah redesain
yaitu 9 cm dibanding 34 cm, sehingga ruang
kosong antara paha pekerja ketika melakukan
kegiatan sortasi dengan meja yaitu 34 – 9 = 25
cm. Adanya ruang gerak yang cukup luas
diharapkan pekerja bisa leluasa bergerak dan
mampu meminimalisir keluhan rasa sakit pada
paha dan betis.
Kondisi untuk kursi di ruang sortasi
akhir masih belum memilki sandaran
punggung, sehingga pada redesain diciptakan
sandaran punggung berdasarkan perhitungan
persentil 95. Hasil perhitungan sandaran
punggung pada kursi yaitu panjang 100 cm
dengan lebar 54 cm serta sudut kemiringan
antara 95-110o
(Cormick, 1987). Sandaran
punggung tersebut berfungsi sebagai
penyangga tubuh ketika pekerja mengalami
kelelahan sehingga tubuh tidak cepat
mengalami kelelahan. Posisi duduk yang
terlalu membungkuk ataupun terlalu tegak
menyebabkan bagian tubuh yaitu punggung
dan pinggang cepat mengalami kelelahan
bahkan sampai kesakitan (Sutaji, 2000).
Hasil perhitungan persentil 95, dapat
diketahui panjang meja berubah menjadi 195
cm yang sebelumnya panjang meja yaitu 180
cm. Perhitungan persentil 95 pada variabel
panjang meja menggunakan penambahan
jarak kelonggaran sebesar 10 cm dan 91,44
cm (James, 1989). Perubahan panjang meja
yang mengacu pada desain meja ergonomis
diharapkan dapat mengurangi atau
menghilangkan kesulitan pekerja ketika
melakukan kegiatan sortasi akibat dari bahan
mentah (kopi) yang disortasi terlalu
menumpuk di meja. Berikut ini merupakan
gambar redesain meja yanag disajikan pada
Gambar 3.
Gambar 3. Meja sortasi setelah redesain
Desain ukuran meja dan kursi yang
ergonomis diharapkan agar pekerja tidak cepat
mengalami kelelahan sehingga membuat
pekerja merasa nyaman dalam melaksanakan
kegiatan produksi. Gambar 5. merupakan
hasil dari redesain kursi yang terdapat pada
ruang sortasi PT. J. A. Wattie Perkebunan
Durjo Jember. Hasil dari redesain kursi
terdapat perbedaan yang mencolok, yaitu
kursi yang redesain terdapat sandaran
punggung yang berfungsi untuk mengurangi
tingkat kelelahan punggung ketika bekerja
dengan cara menyandarkan punggungnya.
Berikut ini merupakan gambar dari
meja dan kursi yang sebelum redesain, yang
disajikan pada Gambar 4.
.
Gambar 4. Meja dan kursi sebelum redesain
Kursi yang belum di redesain
(Gambar 4) masih belum terdapat sandaran
punggung, akan tetapi setelah redesain
(Gambar 5) terdapat sandaran punggung
dengan sudut 90o
-110o
(Cormick, 1987).
Dibawah ini merupakan gambar dari kursi
redesain yang disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5. Kursi setelah redesain
9. AGROINTEK Volume 6, No.2 Agustus 2012 87
Kursi dengan sandaran punggung
mempunyai kelebihan yaitu dapat mengurangi
tingkat kelelahan pekerja akibat bekerja yang
terlalu lama yang dikerjakan sambil duduk.
Penggunaan kursi dengan sandaran akan
memakan luas ruangan yang sedikit lebih
banyak dibandingkan dengan kursi tanpa
sandaran. Desain meja dan kursi yang
sebelumnya mengalami perubahan ukuran
antara lain tinggi meja, tinggi kursi, lebar
meja dan lebar kursi. Untuk penempatan
kotak grade/mutu, pekerja tidak mengalami
keluhan apapun. Berdasarkan data
pengamatan (Gambar 1) seluruh pekerja
(100%) telah merasa nyaman dengan
penempatan kotak grade/mutu tersebut
sehingga tidak mengalami perubahan ukuran.
Adanya suatu desain yang ergonomis maka
pekerja akan mampu meningkatkan
kinerjanya ketika melakukan kegiatan
produksi khusunya sortasi tanpa ditimbulkan
suatu kelelahan tubuh yang terlalu cepat.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan diperoleh beberapa kesimpulan
yaitu kondisi lingkungan kerja (suhu,
kelembaban dan kebisingan) masih belum
baik/normal, ukuran meja setelah redesain
yaitu tinggi meja 80 cm, lebar meja 70 cm dan
panjang meja 195 cm sedangkan ukuran kursi
setelah redesain yaitu tinggi kursi (tanpa
sandaran) 46 cm, lebar sandaran 100 cm dan
panjang alas duduk 110 cm serta tinggi
sandaran punggung sebesar 54 cm.
Upaya yang dilakukan untuk
mengurangi tingkat kelelahan pekerja yaitu
dengan redesain meja dan kursi ruang sortasi
di PT. J. A. Wattie Perkebunan Durjo-Jember.
Saran dari penulis yaitu perlu dikaji lebih
lanjut tentang perancangan desain meja dan
kursi terhadap produktifitas yang dihasilkan
oleh pekerja.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Kecelakaan Tenaga Kerja
Indonesia.
http://beritasore.com/2008/02/13/kecela
kaan-kerja-95624-kasus/. [22 Agustus
2011]
Cormick E. 1987. Human Factors in
Engineering and Design, 6th Edition.
Singapore.: Mc Graw Hill Book
Company
Darlis, S Widagdo, S Santoso, B Rozali. 2009.
Pertimbangan Ergonomi pada
Perancangan Stasiun Kerja. Sigma
Epsilon Vol. 13 No. 4.
Grandjean E. 1988. Pitting The Task to The
Man: An Ergonomic Approach. New
York: Taylor and Francis Ltd
Irawan dan Purnomo. 2006. Ergonomika.
Yogyakarta: Kanisius
James M. 1989. Plant Layout and Material
Handling. USA: Macmillah Library
Liliana YP, S Widagdo, A Abtokhi. 2007.
Pertimbangan Antropometri pada
Pendisainan. Seminar Nasional III
SDM Teknologi Nuklir. Yogyakarta.
Manuaba. 2000. Ergonomi, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja. Surabaya: Guna
Widya
Siswanto. 1995. Manajemen Tenaga Kerja.
Bandung: Sinar Baru
Suharsini. 1993. Prosedur Penelitian Suatau
Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta
Sulistyadi. 2003. Rancangan Kursi dan Meja
Kerja Operator Garment Wanita yang
Ergonomi. Surabaya: Seminar Nasional
Departemen Teknik Industri USJ
Suma’mur. 1995. Ergonomi Untuk
Produktifitas Kerja. Jakarta: CV. Haji
Masagung
Sutaji. 2000. Analisa dan Redesign Stasiun-
Stasiun Kerja Operasi Tenun Secara
Ergonomis Untuk Meningkatkan
Produktifitas (Studi Kasus Industri
Kecil-Menengah Pada CV. Gamiri
cerme gresik). Surabaya: ITS
Wignjosoebroto S. 2003. Ergonomi Studi
gerak dan Waktu. Edisi Pertama
Cetakan Ketiga. Surabaya: Guna Widya