Dokumen tersebut membahas tentang jenis-jenis ayat dalam bahasa Melayu, termasuk ayat tunggal, penyata, tanya, perintah, larangan, seruan, songsang, aktif, pasif, cakap ajuk, cakap pindah, dan contoh penulisan karangan menggunakan berbagai jenis ayat.
Dokumen tersebut membahas penggunaan bahasa Melayu dalam penulisan dokumen, termasuk definisi ayat, jenis-jenis ayat seperti ayat penyata, tanya, perintah dan seru, serta ragam ayat seperti aktif dan pasif. Dibahas pula jenis-jenis ayat majmuk seperti gabungan, pancangan dan campuran, serta contoh-contoh ayat.
Dokumen tersebut membahas empat jenis ayat yaitu ayat penyata, ayat tanya, ayat perintah, dan ayat seruan. Ayat penyata digunakan untuk membuat pernyataan, ayat tanya untuk bertanya, ayat perintah untuk memberi perintah atau larangan, sedangkan ayat seruan mengekspresikan emosi melalui intonasi.
Dokumen tersebut membahas tentang jenis-jenis ayat dalam bahasa Melayu, termasuk ayat tunggal, penyata, tanya, perintah, larangan, seruan, songsang, aktif, pasif, cakap ajuk, cakap pindah, dan contoh penulisan karangan menggunakan berbagai jenis ayat.
Dokumen tersebut membahas penggunaan bahasa Melayu dalam penulisan dokumen, termasuk definisi ayat, jenis-jenis ayat seperti ayat penyata, tanya, perintah dan seru, serta ragam ayat seperti aktif dan pasif. Dibahas pula jenis-jenis ayat majmuk seperti gabungan, pancangan dan campuran, serta contoh-contoh ayat.
Dokumen tersebut membahas empat jenis ayat yaitu ayat penyata, ayat tanya, ayat perintah, dan ayat seruan. Ayat penyata digunakan untuk membuat pernyataan, ayat tanya untuk bertanya, ayat perintah untuk memberi perintah atau larangan, sedangkan ayat seruan mengekspresikan emosi melalui intonasi.
Dokumen tersebut membahas tentang empat jenis ayat dalam bahasa Melayu, yaitu:
1) Ayat penyata yang digunakan untuk menyatakan atau menerangkan sesuatu hal.
2) Ayat tanya yang digunakan untuk menanyakan sesuatu hal, dengan atau tanpa kata tanya.
3) Ayat perintah yang digunakan untuk menimbulkan sesuatu tindakan, terdiri dari ayat suruhan, larangan, silaan, dan permintaan.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi kata kerja dalam bahasa Melayu dan pengelompokannya. Kata kerja dibahagikan menjadi empat golongan, yaitu: (i) kata kerja tunggal, (ii) kata kerja terbitan, (iii) kata kerja majmuk, dan (iv) kata kerja ganda. Kata kerja juga dibedakan menjadi kata kerja aktif dan pasif."
Dokumen tersebut membahas tentang tatabahasa tradisional dan struktural, definisi kalimat efektif, batasan kalimat, pengertian kalimat efektif, syarat-syarat kalimat efektif, dan ciri-ciri kalimat efektif yang meliputi kesatuan, kepaduan dan kesepadanan, keparalelan dan kesejajaran, penekanan dan penegasan, kehematan, dan kelogisan serta kecermatan.
Dokumen tersebut memberikan penjelasan tentang beberapa aspek penulisan yang efektif dan menarik, yaitu kehematan, penekanan, dan kevariasian dalam penulisan. Kehematan berkaitan dengan penghindaran pengulangan kata dan penggunaan kata yang tidak perlu. Penekanan ditempatkan pada ide inti dengan memanfaatkan posisi kalimat, urutan logis, dan pengulangan kata. Kevariasian dapat dicapai dengan berbagai cara memul
Kalimat efektif memiliki ciri-ciri seperti kesepadanan, kesatuan, kesejajaran bentuk, kehematan, penekanan, kelogisan, dan kevariasian. Ketidakefektifan kalimat disebabkan oleh pleonastis, kontaminasi, salah pemilihan kata, salah nalar, kata depan yang tidak perlu, dan pengaruh bahasa asing atau daerah.
Dokumen membahas tentang kalimat efektif dan unsur-unsur yang membentuk kalimat efektif, yaitu subjek, predikat, objek, keterangan, serta syarat-syarat membangun kalimat efektif seperti pemahaman unsur kalimat, kesepadanan bahasa, ketegasan, kevariasian struktur, kehematan kata, dan kesejajaran bentuk bahasa.
Dokumen tersebut membahas tentang kalimat efektif. Kalimat efektif didefinisikan sebagai kalimat yang dapat menyampaikan maksud penutur/penulis dengan tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca dengan mudah dan jelas. Dokumen ini menjelaskan ciri-ciri kalimat efektif seperti kesatuan ide, koherensi, keparalelan, penekanan, kehematan, kelogisan, dan ketegasan.
Kata kerja transitif boleh dibahagikan kepada kata kerja aktif dan kata kerja pasif. Slaid ini akan menerangkan dengan lebih terperinci tentang ciri-ciri dan perbezaan antara kata kerja aktif dan kata kerja pasif. Sila ke lelaman http://cikgumelayu.com untuk mendapatkan lebih matlumat. Terima kasih.
Kata dan bentuk katanya dalam bahasa Melayu membentuk melalui proses pemajmukan, penggandaan, pengimbuhan, dan pengakroniman. Proses-proses ini mencipta kata baru dengan menggabungkan, mengulang, atau menambah awalan dan akhiran kepada kata dasar.
Dokumen tersebut membahas tentang empat jenis ayat dalam bahasa Melayu, yaitu:
1) Ayat penyata yang digunakan untuk menyatakan atau menerangkan sesuatu hal.
2) Ayat tanya yang digunakan untuk menanyakan sesuatu hal, dengan atau tanpa kata tanya.
3) Ayat perintah yang digunakan untuk menimbulkan sesuatu tindakan, terdiri dari ayat suruhan, larangan, silaan, dan permintaan.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi kata kerja dalam bahasa Melayu dan pengelompokannya. Kata kerja dibahagikan menjadi empat golongan, yaitu: (i) kata kerja tunggal, (ii) kata kerja terbitan, (iii) kata kerja majmuk, dan (iv) kata kerja ganda. Kata kerja juga dibedakan menjadi kata kerja aktif dan pasif."
Dokumen tersebut membahas tentang tatabahasa tradisional dan struktural, definisi kalimat efektif, batasan kalimat, pengertian kalimat efektif, syarat-syarat kalimat efektif, dan ciri-ciri kalimat efektif yang meliputi kesatuan, kepaduan dan kesepadanan, keparalelan dan kesejajaran, penekanan dan penegasan, kehematan, dan kelogisan serta kecermatan.
Dokumen tersebut memberikan penjelasan tentang beberapa aspek penulisan yang efektif dan menarik, yaitu kehematan, penekanan, dan kevariasian dalam penulisan. Kehematan berkaitan dengan penghindaran pengulangan kata dan penggunaan kata yang tidak perlu. Penekanan ditempatkan pada ide inti dengan memanfaatkan posisi kalimat, urutan logis, dan pengulangan kata. Kevariasian dapat dicapai dengan berbagai cara memul
Kalimat efektif memiliki ciri-ciri seperti kesepadanan, kesatuan, kesejajaran bentuk, kehematan, penekanan, kelogisan, dan kevariasian. Ketidakefektifan kalimat disebabkan oleh pleonastis, kontaminasi, salah pemilihan kata, salah nalar, kata depan yang tidak perlu, dan pengaruh bahasa asing atau daerah.
Dokumen membahas tentang kalimat efektif dan unsur-unsur yang membentuk kalimat efektif, yaitu subjek, predikat, objek, keterangan, serta syarat-syarat membangun kalimat efektif seperti pemahaman unsur kalimat, kesepadanan bahasa, ketegasan, kevariasian struktur, kehematan kata, dan kesejajaran bentuk bahasa.
Dokumen tersebut membahas tentang kalimat efektif. Kalimat efektif didefinisikan sebagai kalimat yang dapat menyampaikan maksud penutur/penulis dengan tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca dengan mudah dan jelas. Dokumen ini menjelaskan ciri-ciri kalimat efektif seperti kesatuan ide, koherensi, keparalelan, penekanan, kehematan, kelogisan, dan ketegasan.
Kata kerja transitif boleh dibahagikan kepada kata kerja aktif dan kata kerja pasif. Slaid ini akan menerangkan dengan lebih terperinci tentang ciri-ciri dan perbezaan antara kata kerja aktif dan kata kerja pasif. Sila ke lelaman http://cikgumelayu.com untuk mendapatkan lebih matlumat. Terima kasih.
Kata dan bentuk katanya dalam bahasa Melayu membentuk melalui proses pemajmukan, penggandaan, pengimbuhan, dan pengakroniman. Proses-proses ini mencipta kata baru dengan menggabungkan, mengulang, atau menambah awalan dan akhiran kepada kata dasar.
Dokumen tersebut membahas tentang berbagai jenis kata dalam bahasa Melayu seperti kata bantu, kata sendi nama, kata seru, kata tanya, kata perintah, kata pembenar, kata pangkal ayat, kata penguat, kata penegas, kata nafi, kata pemeri, kata arah, kata bilangan, dan kata adverba beserta contoh-contoh penggunaannya dalam kalimat.
Dokumen tersebut membahas tentang pengenalan golongan kata dalam bahasa Melayu yang terdiri atas empat golongan utama yaitu kata nama, kata kerja, kata adjektif, dan kata ganda. Kata nama dibagi menjadi kata nama khas dan kata nama umum, sedangkan kata kerja dibedakan menjadi kata kerja transitif dan tak transitif. Kata adjektif digolongkan berdasarkan makna dan fungsinya untuk menggambarkan sif
Dokumen tersebut membahas tentang morfologi dan sintaksis dalam tatabahasa bahasa Melayu. Morfologi adalah kajian tentang struktur kata dan pembentukan kata, sedangkan sintaksis adalah kajian tentang pembentukan ayat. Morfem dan frasa merupakan unsur penting dalam kedua bidang tatabahasa tersebut."
Dokumen tersebut membahas tentang kata tanya dalam bahasa Indonesia. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan definisi kata tanya, jenis-jenis kata tanya beserta contohnya seperti apa, dimana, kapan, siapa, mengapa, dan bagaimana, serta ciri-ciri kata tanya seperti diawali huruf besar dan diakhiri tanda tanya.
Ayat tanya digunakan untuk menanyakan sesuatu hal dan memerlukan jawapan. Terdapat beberapa jenis ayat tanya seperti ayat tanya mudah, ayat tanya dengan kata tanya, dan ayat tanya dengan partikel -kah. Setiap jenis ayat tanya memiliki ciri dan penggunaan yang berbeda.
Dokumen tersebut membahas tentang jenis-jenis kalimat dalam bahasa Indonesia berdasarkan unsur pembentuknya, bentuk, dan fungsinya. Beberapa jenis kalimat yang dijelaskan adalah kalimat tunggal dan majemuk, kalimat berpredikat kata kerja, kata sifat, dan lainnya, serta kalimat berita, pertanyaan, dan perintah.
Dokumen tersebut membahas tentang sintaksis, yang mencakup:
1. Pengertian sintaksis dan struktur dasarnya yaitu subjek, predikat, objek, keterangan.
2. Jenis-jenis satuan sintaksis seperti frase, klausa, dan kalimat beserta contoh-contohnya.
3. Unsur-unsur pendukung sintaksis seperti intonasi, modus, dan aspek.
Phrasal verbs adalah gabungan antara kata kerja dan kata depan atau keterangan yang membentuk arti baru. Phrasal verbs sering digunakan dalam percakapan bahasa Inggris dan penting dipelajari karena artinya. Pelajar akan kesulitan menterjemahkan kalimat tanpa memahami phrasal verbs.
2. DISEDIAKAN OLEH :
• ANIS FARHANA BINTI MOHD NOOR
• FATIMAH NORHAFIZAH BT MOHAMAD
• AINI FARHANAH BINTI ABDULLAH
UNTUK PERHATIAN:
PUAN HIMA DEVIKA
3. Ayat-ayat bahasa melayu terbahagi
kepada empat jenis iaitu:
Ayat Penyata
Ayat Tanya
Ayat Perintah
Ayat Seruan
4. AYAT
PENYATA
Ayat penyata ialah ayat yang diucapkan
dengan maksud membuat satu pernyataan.
Ayat penyata mempunyai tujuan menyatakan
atau memberi keterangan tentang sesuatu hal
Ayat penyata ialah ayat yang menyatakan atau
menerangkan sesuatu
cerita, benda, kejadian, dan sebagainya.
Ayat jenis ini disebut juga dengan ayat berita
atau ayat keterangan.
5. CONTOH AYAT PENYATA
Nadiah jurutaip
Penjual ikan itu sentiasa tersenyum
Guru mengajar murid
Budak-budak itu bermain di tepi longkang
6. AYAT
TANYA
Ayat Tanya ialah ayat yang digunakan untuk
tujuan menanyakan sesuatu hal. Dengan
berdasarkan nada suara dan penggunaan
perkataan tertentu, ayat Tanya dapat
digolongkan kepada dua jenis, iaitu:
Ayat Tanya tanpa kata tanya
Ayat Tanya dengan kata Tanya
7. Ayat Tanya tanpa Kata Tanya
Ayat Tanya tanpa kata Tanya ialah ayat
yang lazimnya diucapkan dengan nada
suara meninggi sebelum kesenyapan
pada akhir ayat. Dalam tulisan, nada
Tanya ini dilambangkan dengan tanda
soal (?).
8. CONTOH AYAT TANYA TANPA
KATA TANYA
Puan Mariam suri rumah?
Encik Zulkifli pengurusnya?
Dia tersenyum?
Kamal memandu lori?
Orang itu pemalu?
9. Ayat Tanya jenis ini boleh disertai
partikel Tanya –kah, yang diletakkan
pada unsur yang dijadikan fokus atau
jadual ayat. Dalam bahasa Melayu lisan
partikel -kah biasanya diletakkan pada
hujung ayat.
10. CONTOH AYAT
Dia ke sekolah? Dia ke sekolahkah?
Mereka berlepas pagi tadi? Mereka berlepas pagi
tadikah?
Ayah hendak membaca Ayah hendak membaca
akhbar sekarang juga? akhbar sekarang jugakah?
Istana raja itu cantik? Istana raja itu cntikkah?
Minggu lalu kamu ke Minggu lalu kamu ke
Melaka? Melakakah?
11. Ayat-ayat tersebut mengandungi unsur yang
dijadikan fokus yang ditandai oleh partikel –
kah, iaitu ke sekolahkah, pagi tadikah,
sekarang jugakah, cantikkah, dan ke
Melakakah. Kelihatan bahawa tidak berlaku
apa-apa perubahan pada struktur ayat
apabila –kah dimasukkan.
12. Dalam bahasa tulisan unsur fokus dalam
sesuatu ayat mengalami proses
penjudulan, iaitu pendepanan konstituen-
konstituen yang menjadi fokus itu. Struktur
ayat berubah, iaitu mempunyai susunan
berikut:
Konstituen yang unsur
Dijadikn fokus + subjek + prediket
Diikuti oleh -kah lain (jika ada)
13. Ayat Dia ke sekolahkah? misalnya, berubah
menjadi ke sekolahkah dia? Frasa ke
sekolahkah merupakan konstituen yang
dikedepankan, iaitu mendahului konstituen
subjek dia. Unsur prediket yang lain tidak
wujud dalam ayat ini.
14. Seterusnya, pendepanan ayat-ayat di bawah
disertai partikel –kah menghasilkan ayat-
ayat berikut:
Konstituen yang Subjek Unsur Prediket lain
dijudulkan + -kah
Ke sekolahkah dia?
Pagi tadikah Mereka berlepas?
Sekarang jugakah Ayah hendak membaca akhbar?
Cantikkah istana raja itu?
Ke Melakakah kamu minggu lalu?
15. Ayat-ayat di atas telah mengalami proses pendepanan
konstituen prediket atau bahagian-bahagiannya. Subjek
tidak boleh sama sekali mengalami proses pendepanan
dengan partikel –kah. Namun demikian ada beberapa ayat
yang subjeknya kelihatan mengalami pendepanan dengan
partikel –kah seperti contoh-contoh berikut:
Encik Alikah guru itu?
Orang muda itukah pengurusnya?
Sebenarnya kesemua ayat di atas merupakan ayat sonsang
hasil daripada proses pendepanan prediket. Ayat-ayat
asalnya adalah seperti yang berikut:
Guru itu Encik Ali?
Pengurusnya orang muda itu.
16. Selain itu, ada juga ayat-ayat yang mengandungi
perkataan yang seolah-olahnya mengalami
pendepanan dengan partikel –kah. Contohnya:
Diakah yang ke sekolah?
Merekakah yang berlepas pagi tadi?
Sebenarnya ayat di atas ialah ayat sonsang juga,
sebagai hasil daripada proses pendepanan
prediketnya, iaitu berasal daripada ayat berikut:
Yang ke sekolah dia.
Yang cantik istana raja itu.
17. Ayat-ayat di atas itu sebenarnya berasal
daripada beberapa ayat tunggal. Demikian
juga halnya dengan ayat-ayat pasif seperti
yang ternyata dalam contoh-contoh berikut:
Surat itu dibaca oleh Ahmad
Surat itu dibaca oleh Ahmad?
Dibaca oleh Ahmadkah surat itu?
18. Kesemua ayat di atas, yang merupakan
ayat tanya tanpa kata tanya, boleh dijawab
dengan jawapan ya, tidak, atau bukan
seperti dalam contoh-contoh berikut:
Encik Zulkifli pengurusnya?
Ya, Encik Zulkifli pengurusnya
Puan Mariam suri rumah?
19. Ayat Tanya dengan
Kata Tanya
Ayat tanya dengan kata tanya ialah ayat tanya
yang menggunakan kata Tanya seperti apa,
siapa, berapa, mengapa, bagaimana dan
selainnya. Ayat-ayat jenis ini terdiri daripada
dua golongan, iaitu:
Ayat tanya dengan kata ganti nama Tanya
Ayat tanya dengan frasa sendi nama Tanya
20. Ayat tanya dengan kata
ganti nama tanya
Ayat-ayat jenis ini terdiri daripada ayat-ayat yang
mengandungi kata ganti nama tanya seperti
apa, siapa, dan mana. Dalam susunan biasa, kata
ganti nama tanya menduduki unsur prediket
seperti dalam contoh-contoh berikut:
Benda itu apa?
Gurunya siapa?
Bentuk ini boleh mengalami proses pendepanan
prediket, menghasilkan ayat-ayat berikut:
Siapa gurunya?
Mana adik awak?
21. Walau bagaimanapun, ayat-ayat di atas
merupakan bentuk bahasa lisan. Bagi
bentuk bahasa tulisan ayat-ayat tersebut
perlu menerima partikel –kah pada unsur
yang dikedepankan seperti contoh berikut:
Apakah benda itu?
Siapakah gurunya?
22. Seperti dengan ayat tanya tanpa kata tanya,
ayat tanya dengan kata ganti nama tanya
boleh juga wujud dalam ayat-ayat pasif.
Contohnya:
Apakah yang kamu buat?
Siapakah yang patut saya temui?
Manakah yang dipilih olehnya?
23. Ayat Tanya dengan frasa
sendi nama tanya
Ayat-ayat jenis ini terdiri daripada ayat-ayat yang
didahului oleh frasa sendi nama tanya seperti di mana, dari
mana, ke mana, sejak bila, sampai bila, bagaimana, dengan
siapa, daripada siapa, dan sebagainya. Dalam susunan
biasa, kata tanya hadir dalam prediket. Seperti biasa,
ayat-ayat di atas boleh mengalami proses pendepanan
prediket untuk menghasilkan ayat-ayat berikut :
Di manakah tuan tinggal?
Ali hendak pergi ke mana? Ke manakah Ali hendak pergi?
Mereka mengatasi masalah itu
bagaimana?
Penyakit ini merebak sejak bila? Sejak bilakah penyakit itu merebak?
24. Ayat tanya terbuka dan ayat
tanya tertutup
Selain cara penggolongan yang berdasarkan
strukturnya, ayat tanya juga dilihat dari segi
jawapan yang dikehendaki, iaitu sama ada
ayat tanya tertutup ataupun ayat tanya
terbuka. Ayat tanya tertutup ialah ayat tanya
yang memerlukan jawapan ya ataupun
tidak/bukan, dan ayat tanya terbuka ialah ayat
tanya yang jawapannya tidak terhad kepada
perkataan ya atau tidak/bukan tetapi
sebaliknya bergantung pada maksud yang
terkandung dalam ayat tanya tersebut.
25. Ayat Tanya tertutup
Encik Zulkifli pengurusnya? Ya, Encik Zulkifli pengurusnya.
Tidak, Puan Mariam tidak kurus.
Adikkah yang menangis? Bukan, yang menangis bukan adik.
Ke sekolahkah murid-murid?
26. Ayat Tanya terbuka
Apakah benda itu? Benda itu alat komputer.
Gurunya Encik Tan.
Dari manakah mereka datang? Mereka datang dari Brunei.
Bilakah kita hendak bertolak ke Sabah? Kita hendak bertolak ke Sabah pada pagi esok.
27. AYAT
PERINTAH
Ayat perintah ialah ayat yang diucapkan dengan
tujuan untuk menimbulkan sesuatu tindakan.
Perintah yang ditujukan kepada orang kedua
dengan menggunakan kata ganti nama kedua
(awak, kamu, engkau) = digugurkan.
Ayat perintah boleh dibahagikan kepada 4 jenis :-
Ayat Suruhan
Ayat Larangan
Ayat Silaan
Ayat Permintaan
28. Ayat Suruhan
Ayat yang diucapkan dengan tujuan
memberi perintah atau arahan.
Subjek ialah kata ganti nama orang kedua
biasanya digugurkan.
Walau bagaimanapun, kerana tujuan
penegasan, subjek boleh juga diucapkan.
29. CONTOH AYAT
SURUHAN
Keluar dari bilik ini!
Pergi dari sini!
Engkau tunggu dia di sini.
30. Ayat-ayat suruhan boleh menggunakan
partikel –lah untuk melembutkannya di
samping menegaskan predikat.
Seperti dengan konstituen yang menerima
–kah, konstituen yang menerima –lah pun
mengalami proses pendepanan.
32. Bagi kata kerja transitif yang menerima awalan
meN-, awalan itu digugurkan dalam ayat suruhan.
Dalam ayat suruhan yang mengandungi kata kerja
tak transitif dan menerima awalan, awalan
tersebut tidak boleh digugurkan seperti contoh
berikut : -
Menangislah sepuas-puas hati.
Menjeritlah sedayamu.
Mengucaplah banyak-banyak.
33. Ayat Larangan
Ayat yang menggunakan kata larangan
(jangan,usah,tak usah) sebelum kata kerja
dengan tujuan menegah seseorang
melakukan sesuatu.
CONTOH AYAT
LARANGAN
Jangan ambil harta orang.
Jangan menangis.
Tak usah kauambil tahu akan hal aku lagi.
34. Ayat-ayat tersebut dapat dilembutkan
dengan menambahkan partikel –lah.
CONTOH
Janganlah ambil harta orang.
Usahlah kaupedulikan dia.
Usahlah dikenangkan lagi perkara itu
35. Ada sejenis ayat larangan lagi yang bersifat
umum yang tidak menggunakan kata
larangan dan tidak menerima –lah.
CONTOH
Dilarang merokok.
Ditegah berludah di sini.
36. Ayat Silaan.
Ayat yang menggunakan kata silaan (sila
atau jemput ) sebelum kata kerja dengan
tujuan menjemput atau mempersilakan
seseorang.
Lazimnya kata silaan digunakan pada
permulaan ayat.
37. CONTOH AYAT SILAAN
Sila datang ke rumah saya.
Sila serahkan borang ke pejabat.
Jemput masuk.
Jemput naik.
Jemput datang ke majlis sukan hari ini.
38. Ayat-ayat ini boleh dilembutkan dengan
pnggunaan partikel penegas –lah.
CONTOH
Silalah datang ke rumah saya.
Silalah buat laporan di sini.
39. Ayat Permintaan.
Ayat yang menggunakan kata permintaan
(minta & tolong) dengan tujuan memohon
permintaan dan pertolongan.
CONTOH AYAT
PERMINTAAN
Minta tuan-tuan jelaskan yuran persatuan.
Minta kamu semua bertenang
Tolong selesaikan pergaduhan ini.
40. Bentuk -bentuk ayat silaan dan permintaan
biasanya tidak membawa pengertian yang
negatif sebagaimana yang terdapat dalam
jenis ayat larangan.
CONTOH
Sila jangan merokok.
Tolong jangan bising.
Minta jangan berludah
42. • Ayat-ayat larangan dapat juga dilembutkan
dengan menggunakan perkataan harap
pada bahagian hadapannya.
CONTOH
Harap jangan merokok.
Harap jangan bising.
43. AYAT
SERUAN
Ayat seruan ialah ayat yang diucapkan dengan
membawa nada atau intonasi seruan untuk
tujuan melahirkan suatu keadaan perasaan,
seperti takut, marah, takjub, geram, sakit dan
sebagainya.
Intonasi seruan ini digambarkan dalam tulisan
dengan tanda seru (!) yang biasanya terletak di
akhir ayat, sama ada ayat itu didahului oleh kata
seru atau tidak.
Kata seru yang sering digunakan ialah oh, amboi,
wah,cis,eh, aduh,syabas, aduhai dan sebagainya.
44. CONTOH AYAT SERUAN
Ibu!
Comelnya !
Amboi, garangnya!
Cis, terimalah tikamanku ini !
Nah, ambillah wang ini !
Syabas, engkau telah menang !