Dokumen tersebut membahas pengertian dan karakteristik operational amplifier (op-amp) serta penggunaannya dalam sistem kontrol PID. Op-amp adalah penguat sinyal elektronik yang dapat menghasilkan penguatan tinggi dan memiliki input inverting dan non-inverting serta output. Sistem kontrol PID menggunakan op-amp sebagai komponen untuk mengontrol proses industri seperti menjaga suhu dan aliran cairan.
Dokumen ini membahas simulasi sistem kontrol PID untuk motor DC menggunakan Simulink MATLAB. Sistem kontrol PID terdiri dari kontrol proporsional, integral dan derivatif, yang masing-masing memiliki kelebihan untuk mempercepat respons sistem, menghilangkan offset, dan menghasilkan perubahan awal besar. Simulasi dilakukan dengan mengatur parameter P, I, dan D untuk mendapatkan respons keluaran sistem sesuai keinginan.
Sistem kontrol PID digunakan untuk mengontrol presisi suatu sistem dengan umpan balik. Terdiri dari kontrol P, I, dan D, masing-masing memiliki kelebihan untuk mengontrol respon sistem. Kombinasi parameter P, I, dan D disesuaikan untuk mendapatkan tanggapan sistem yang diinginkan.
Dokumen tersebut membahas tentang kontroler PID dan proses tuning kontroler PID untuk mengoptimalkan respon sistem. Metode tuning yang digunakan adalah metode Ziegler-Nichols dengan menghitung nilai osilasi dari loop tertutup untuk menentukan parameter Kp, Ti, dan Td secara manual. Hasil tuning menghasilkan respon sistem yang lebih cepat dan stabil dibandingkan tuning PI semula.
Bab 12 membahas tentang teknik pengaturan otomatis. Pengaturan adalah proses untuk mencapai tujuan dengan mengontrol variabel tertentu seperti kecepatan kendaraan. Ada dua jenis sistem pengaturan: lingkar terbuka dan lingkar tertutup. Sistem lingkar tertutup lebih unggul karena menggunakan umpan balik untuk mengurangi kesalahan. Bab ini memberikan contoh sistem pengaturan suhu, tinggi air, dan robot mobil.
Dokumen tersebut membahas pengertian dan karakteristik operational amplifier (op-amp) serta penggunaannya dalam sistem kontrol PID. Op-amp adalah penguat sinyal elektronik yang dapat menghasilkan penguatan tinggi dan memiliki input inverting dan non-inverting serta output. Sistem kontrol PID menggunakan op-amp sebagai komponen untuk mengontrol proses industri seperti menjaga suhu dan aliran cairan.
Dokumen ini membahas simulasi sistem kontrol PID untuk motor DC menggunakan Simulink MATLAB. Sistem kontrol PID terdiri dari kontrol proporsional, integral dan derivatif, yang masing-masing memiliki kelebihan untuk mempercepat respons sistem, menghilangkan offset, dan menghasilkan perubahan awal besar. Simulasi dilakukan dengan mengatur parameter P, I, dan D untuk mendapatkan respons keluaran sistem sesuai keinginan.
Sistem kontrol PID digunakan untuk mengontrol presisi suatu sistem dengan umpan balik. Terdiri dari kontrol P, I, dan D, masing-masing memiliki kelebihan untuk mengontrol respon sistem. Kombinasi parameter P, I, dan D disesuaikan untuk mendapatkan tanggapan sistem yang diinginkan.
Dokumen tersebut membahas tentang kontroler PID dan proses tuning kontroler PID untuk mengoptimalkan respon sistem. Metode tuning yang digunakan adalah metode Ziegler-Nichols dengan menghitung nilai osilasi dari loop tertutup untuk menentukan parameter Kp, Ti, dan Td secara manual. Hasil tuning menghasilkan respon sistem yang lebih cepat dan stabil dibandingkan tuning PI semula.
Bab 12 membahas tentang teknik pengaturan otomatis. Pengaturan adalah proses untuk mencapai tujuan dengan mengontrol variabel tertentu seperti kecepatan kendaraan. Ada dua jenis sistem pengaturan: lingkar terbuka dan lingkar tertutup. Sistem lingkar tertutup lebih unggul karena menggunakan umpan balik untuk mengurangi kesalahan. Bab ini memberikan contoh sistem pengaturan suhu, tinggi air, dan robot mobil.
Dokumen tersebut membahas berbagai terminologi dan konsep dasar sistem kontrol, termasuk:
1) Definisi sistem kontrol, input, output, dan komponen-komponennya seperti sensor, kontroler, dan aktuator
2) Perbedaan antara sistem kontrol terbuka dan tertutup
3) Contoh penerapan sistem kontrol pada elevator dan sistem pemanasan air
4) Diagram blok dan komponen utama sistem kontrol seperti variabel yang dikontrol, gangguan, dan u
Kontrol PID pertama dikembangkan pada tahun 1911 oleh Elmer Sperry.
Pada Tahun 1933 Taylor Instrumental Company (TIC) menggunakan pengontrol pneumatic pertama dengan menggunakan kontrol proporsional yang dapat diatur. Beberapa tahun kemudian, ditemukan formula untuk menghilangkan error steady state pada kontrol proporsional dengan cara menggunakan kontrol integral dan penggabungan kedua kontrol ini disebut Kontrol Proporsional-Integral.
Pada tahun 1940 TIC mengembangkan PID Control pertama pada PID dengan menambahkan kontrol derivative yang mana dapat mengurangi isu overshoot yang di timbulkan oleh kontroler proporsional.
Pada Tahun 1942 Ziegler and Nichols memperkenalkan tuning rule yang dapat di gunakan oleh para praktisi agar mendapatkan konstanta/ parameter PID dengan tepat.
Dan pertengahan tahun 1950, PID controller secara luas mulai dikenalkan dan digunakan pada industri.
Dokumen tersebut membahas tentang pengontrolan PID pada motor listrik. Pengontrolan PID digunakan untuk mengatur kecepatan motor secara kontinyu dengan mengatur frekuensi tegangan masukan menggunakan inverter. Sistem kontrol PID terdiri dari kontrol proporsional, integratif, dan derivatif yang bekerja bersama untuk menjaga kecepatan motor tetap konstan dengan memprediksi kesalahan dan memperbaiki respon transien.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem kendali yang terdiri dari dua jenis yaitu sistem kendali lup terbuka dan sistem kendali lup tertutup. Sistem kendali lup terbuka menggunakan kontroler dan aktuator untuk memperoleh respon sistem namun keluarannya tidak diperhitungkan ulang oleh kontroler, sedangkan sistem kendali lup tertutup memanfaatkan variabel yang sebanding dengan selisih respon yang diinginkan dan sering disebut
1. Kontroler PID digunakan untuk sistem SISO yang beroperasi secara kontinyu. Fungsi transfer kontroler PID terdiri dari tindakan proporsional, integral, dan derivatif.
2. Tindakan proporsional menghasilkan output sebanding dengan kesalahan saat ini, integral menghilangkan offset steady state, dan derivatif memprediksi perilaku sistem untuk mempercepat respon.
3. Parameter kontroler PID dapat ditentukan dari model matematika rangkaian tert
1. Dokumen tersebut membahas tentang dasar-dasar sistem kontrol, meliputi konsep sistem terkendali, masalah kontrol, transformasi Laplace, model sistem dalam bentuk persamaan diferensial dan fungsi transfer, serta tanggapan sistem terhadap berbagai masukan seperti impulse dan step.
1. Sistem kendali hybrid PID-logika fuzzy dikembangkan untuk mengatasi masalah yang muncul pada sistem kendali PID konvensional seperti overshoot dan recovery time yang lama.
2. Sistem kendali hybrid menggabungkan kendali PID sebagai kendali utama dengan kendali logika fuzzy untuk memperbaiki respon terhadap gangguan dan mempercepat recovery time.
3. Logika fuzzy dirancang dengan dua masukan (error dan delta error) dan satu keluaran (kecepatan
Bab I membahas konsep dasar pengendalian proses dalam industri kimia. Pengendalian proses diperlukan untuk menjaga keamanan, spesifikasi produk, dan kendala operasional serta memenuhi peraturan lingkungan dan faktor ekonomi. Sistem pengendalian diperlukan untuk menekan pengaruh gangguan luar, memastikan kestabilan proses, dan mengoptimalkan kinerja proses. Desain sistem kontrol merupakan perencanaan sistem pengendalian agar d
Aplikasi integral dalam bidang ekonomiNunu Nugraha
Dokumen tersebut membahas tentang penerapan integral dalam bidang ekonomi, khususnya untuk mendapatkan fungsi-fungsi ekonomi seperti biaya total, penerimaan total, konsumsi, tabungan, dan kapital dari turunan pertamanya. Secara khusus dijelaskan bagaimana fungsi tersebut dapat dihitung melalui integrasi dari fungsi marginalnya, dan beberapa contoh perhitungan fungsi ekonomi disajikan.
Dokumen tersebut membahas berbagai terminologi dan konsep dasar sistem kontrol, termasuk:
1) Definisi sistem kontrol, input, output, dan komponen-komponennya seperti sensor, kontroler, dan aktuator
2) Perbedaan antara sistem kontrol terbuka dan tertutup
3) Contoh penerapan sistem kontrol pada elevator dan sistem pemanasan air
4) Diagram blok dan komponen utama sistem kontrol seperti variabel yang dikontrol, gangguan, dan u
Kontrol PID pertama dikembangkan pada tahun 1911 oleh Elmer Sperry.
Pada Tahun 1933 Taylor Instrumental Company (TIC) menggunakan pengontrol pneumatic pertama dengan menggunakan kontrol proporsional yang dapat diatur. Beberapa tahun kemudian, ditemukan formula untuk menghilangkan error steady state pada kontrol proporsional dengan cara menggunakan kontrol integral dan penggabungan kedua kontrol ini disebut Kontrol Proporsional-Integral.
Pada tahun 1940 TIC mengembangkan PID Control pertama pada PID dengan menambahkan kontrol derivative yang mana dapat mengurangi isu overshoot yang di timbulkan oleh kontroler proporsional.
Pada Tahun 1942 Ziegler and Nichols memperkenalkan tuning rule yang dapat di gunakan oleh para praktisi agar mendapatkan konstanta/ parameter PID dengan tepat.
Dan pertengahan tahun 1950, PID controller secara luas mulai dikenalkan dan digunakan pada industri.
Dokumen tersebut membahas tentang pengontrolan PID pada motor listrik. Pengontrolan PID digunakan untuk mengatur kecepatan motor secara kontinyu dengan mengatur frekuensi tegangan masukan menggunakan inverter. Sistem kontrol PID terdiri dari kontrol proporsional, integratif, dan derivatif yang bekerja bersama untuk menjaga kecepatan motor tetap konstan dengan memprediksi kesalahan dan memperbaiki respon transien.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem kendali yang terdiri dari dua jenis yaitu sistem kendali lup terbuka dan sistem kendali lup tertutup. Sistem kendali lup terbuka menggunakan kontroler dan aktuator untuk memperoleh respon sistem namun keluarannya tidak diperhitungkan ulang oleh kontroler, sedangkan sistem kendali lup tertutup memanfaatkan variabel yang sebanding dengan selisih respon yang diinginkan dan sering disebut
1. Kontroler PID digunakan untuk sistem SISO yang beroperasi secara kontinyu. Fungsi transfer kontroler PID terdiri dari tindakan proporsional, integral, dan derivatif.
2. Tindakan proporsional menghasilkan output sebanding dengan kesalahan saat ini, integral menghilangkan offset steady state, dan derivatif memprediksi perilaku sistem untuk mempercepat respon.
3. Parameter kontroler PID dapat ditentukan dari model matematika rangkaian tert
1. Dokumen tersebut membahas tentang dasar-dasar sistem kontrol, meliputi konsep sistem terkendali, masalah kontrol, transformasi Laplace, model sistem dalam bentuk persamaan diferensial dan fungsi transfer, serta tanggapan sistem terhadap berbagai masukan seperti impulse dan step.
1. Sistem kendali hybrid PID-logika fuzzy dikembangkan untuk mengatasi masalah yang muncul pada sistem kendali PID konvensional seperti overshoot dan recovery time yang lama.
2. Sistem kendali hybrid menggabungkan kendali PID sebagai kendali utama dengan kendali logika fuzzy untuk memperbaiki respon terhadap gangguan dan mempercepat recovery time.
3. Logika fuzzy dirancang dengan dua masukan (error dan delta error) dan satu keluaran (kecepatan
Bab I membahas konsep dasar pengendalian proses dalam industri kimia. Pengendalian proses diperlukan untuk menjaga keamanan, spesifikasi produk, dan kendala operasional serta memenuhi peraturan lingkungan dan faktor ekonomi. Sistem pengendalian diperlukan untuk menekan pengaruh gangguan luar, memastikan kestabilan proses, dan mengoptimalkan kinerja proses. Desain sistem kontrol merupakan perencanaan sistem pengendalian agar d
Aplikasi integral dalam bidang ekonomiNunu Nugraha
Dokumen tersebut membahas tentang penerapan integral dalam bidang ekonomi, khususnya untuk mendapatkan fungsi-fungsi ekonomi seperti biaya total, penerimaan total, konsumsi, tabungan, dan kapital dari turunan pertamanya. Secara khusus dijelaskan bagaimana fungsi tersebut dapat dihitung melalui integrasi dari fungsi marginalnya, dan beberapa contoh perhitungan fungsi ekonomi disajikan.
Integral bab-14-kuliah-matematika-ekonomi.news Haidar Bashofi
Dokumen menjelaskan penggunaan integral dalam ekonomi untuk menemukan persamaan fungsi total berdasarkan fungsi marjinalnya. Integral digunakan untuk menghitung fungsi biaya total, penerimaan total, utilitas total, dan produksi total dari fungsi-fungsi marjinalnya seperti biaya marjinal, penerimaan marjinal, utilitas marjinal, dan produksi marjinal. Contoh soal juga diberikan untuk setiap fungsi tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang kontrol kecepatan motor DC menggunakan kontroler PID berbasis mikrokontroller ATMega 8535. Kontroler PID dirancang untuk menstabilkan kecepatan motor DC yang sering tidak stabil akibat gangguan luar atau perubahan parameter. Sistem kontrol menggunakan umpan balik dari encoder optik dan mikrokontroller mengatur kecepatan motor melalui sinyal PWM berdasarkan nilai PID yang diset."
1. Simulasi anti integral windup dengan clamp integrator untuk pengendali PI menggunakan MATLAB 6.1. Metode ini digunakan untuk mengurangi masalah overshoot akibat saturasi aktuator pada sistem orde satu dan dua.
Skd 141311039 -laporan akhir sistem kendali digital pada plant flowniel95
1. Tulisan ini membahas sistem kendali digital pada kendali aliran menggunakan stand alone controller dengan MATLAB dan Arduino.
2. Tujuannya adalah agar mahasiswa dapat mengaplikasikan MATLAB dan mengoperasikan Arduino, serta membuat proyek kendali aliran digital menggunakan dua perangkat tersebut.
3. Hasilnya adalah sistem kendali aliran berjalan secara mandiri tanpa bantuan komputer, hanya mengikuti nilai yang tel
Dokumen tersebut membahas tentang Programmable Logic Controller (PLC). PLC merupakan instrumen yang digunakan untuk menggantikan rangkaian relay secara sekuensial untuk mengontrol mesin. Dokumen ini menjelaskan pengertian, keuntungan, komponen, cara kerja, jenis input-output, pemrograman, dan contoh penerapan PLC pada sistem kontrol seperti lampu lalu lintas dan lift.
Teks tersebut membahas berbagai jenis sistem pengendali elektronik, termasuk pengendali tidak kontinyu (on-off), pengendali kontinyu proporsional (P), integral (I), dan diferensial (D). Pengendali-pengendali tersebut digunakan secara luas dalam industri karena kesederhanaan dan keandalannya. Teks ini juga menjelaskan karakteristik dan realisasi masing-masing jenis pengendali.
Ada tiga jenis controller yaitu proportional, integral, dan derivative. Proportional kontroller memberikan efek mengurangi waktu naik tetapi tidak menghapus kesalahan keadaan tunak, sedangkan integral controller dapat menghapus kesalahan keadaan tunak namun memperburuk respon transient. Derivative controller dapat meningkatkan stabilitas sistem dan mengurangi overshoot. Masalah kontrol dapat diselesaikan dengan berbagai macam controller tersebut.
Sistem ini mengembangkan kontrol posisi aktuator pneumatik dengan katup on/off yang diatur oleh sinyal PWM, sebagai alternatif yang lebih ekonomis dibandingkan katup proporsional. Hasilnya menunjukkan kontrol konvensional kurang cocok karena efek pegas udara, sementara kontrol fuzzy mampu menghasilkan kesalahan steady state maksimal 1 level pembacaan encoder.
Sistem kendali terdiri dari sistem kendali lup terbuka dan tertutup. Sistem lup terbuka hanya menggunakan kontroler dan aktuator tanpa mempertimbangkan keluaran sebenarnya, sehingga kurang akurat. Sistem lup tertutup menggunakan umpan balik keluaran untuk mendeteksi kesalahan dan memperbaiki respon, membuatnya lebih stabil meski lebih rumit. Kedua sistem ini mendasari pengaturan yang lebih ko
respon transien pengendalian level di absorber menggunakan kontroler P, on of...ardhilachadarisman
Dokumen tersebut membahas respon transien sistem pengendalian level di kolom CO2 absorber menggunakan kontroler ON-OFF, proporsional, proporsional-derivate, dan proporsional integral. Dokumen tersebut meliputi pemodelan matematika sistem pengendalian, simulasi respon transien menggunakan kontroler-kontroler tersebut di atas, serta perbandingan hasilnya untuk mendapatkan fungsi transfer tertutup sistem pengendalian level yang optimal.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas percobaan motor speed control system menggunakan kontroler PID untuk mengatur kecepatan motor DC
2. Percobaan dilakukan dengan variasi kontroler P, PI, dan PID untuk mencapai kriteria rise time kurang dari 3 detik, overshoot kurang dari 5%, dan steady state error kurang dari 2%
3. Hasilnya menunjukkan bahwa kontroler PID mampu memenuhi kriteria
Alat penyortir botol minum berbasis plcDeva Saputra
Dokumen tersebut membahas tentang penggunaan sistem kontrol otomatis menggunakan PLC pada industri. Sistem kontrol manual memiliki banyak kelemahan sehingga beralih ke sistem otomatis menggunakan PLC. Dokumen ini juga menjelaskan tujuan, alasan pemilihan judul, pembatasan masalah, dan sistematika penulisan laporan tugas akhir mengenai alat penyortir botol menggunakan sistem PLC dan pneumatik.
Praktikum ini bertujuan untuk melakukan simulasi sistem kontrol driver motor menggunakan Disturbance Observer untuk mengurangi noise dan overshoot. Hasil simulasi menunjukkan sistem kontrol tanpa DOB menghasilkan output dengan noise besar dan overshoot tinggi, sedangkan dengan DOB noise dan overshoot berkurang. Low Pass Filter pada sistem berperan mengurangi noise dari sensor dan mencegah terjadinya kesalahan sistem.
Skd 141311049 muflih adinata n_stand alone controllerMuflih Negara
Laporan ini membahas praktikum sistem kendali digital menggunakan Arduino untuk mengendalikan kecepatan motor. Tujuannya adalah merealisasikan desain PID menggunakan Arduino dan mengamati respon kendali tanpa komputer. Metode Cohen-Coon menghasilkan respon yang lebih baik daripada ZN-1 karena overshoot yang lebih kecil untuk kendali kecepatan motor. Hasilnya menunjukkan bahwa Arduino dapat digunakan sebagai stand alone controller untuk
Similar to Jbptunikompp gdl-anggajuand-18247-4-babii (20)
1. BAB II
DASAR TEORI
2.1
Proporsional Integral Derivative (PID)
Didalam suatu sistem kontrol kita mengenal adanya beberapa macam aksi
kontrol, diantaranya yaitu aksi kontrol proporsional, aksi kontrol integral dan aksi
kontrol derivative. Masing-masing aksi kontrol ini mempunyai keunggulankeunggulan tertentu, dimana aksi kontrol proporsional mempunyai keunggulan
rise time yang cepat, aksi kontrol integral mempunyai keunggulan untuk
memperkecil error ,dan aksi kontrol derivative mempunyai keunggulan untuk
memperkecil error atau meredam overshot/undershot. Untuk itu agar kita dapat
menghasilkan output dengan risetime yang cepat dan error yang kecil kita dapat
menggabungkan ketiga aksi kontrol ini menjadi aksi kontrol PID.
Parameter pengontrol Proporsional Integral derivative (PID) selalu
didasari atas tinjauan terhadap karakteristik yang di atur (plant). Dengan demikian
bagaimanapun rumitnya suatu plant, prilaku plant tersebut harus di ketahui
terlabih dahulu sebelum pencarian parameter PID itu dilakukan.
2.1.1 Pengontrol proporsional
Pengontrol
proposional
memiliki
keluaran
yang
sebanding
atau
proposional dengan besarnya sinyal kesalahan (selisih antara besaran yang di
inginkan dengan harga aktualnya). Secara lebih sederhana dapat dikatakan bahwa
keluaran pengontrol proporsional merupakan perkalian antara konstanta
5
2. proposional dengan masukannya. Perubahan pada sinyal masukan akan segera
menyebabkan sistem secara langsung mengeluarkan output sinyal sebesar
konstanta pengalinya.
Gambar 2.1 menunjukkan blok diagram yang menggambarkan hubungan
antara besaran setting, besaran aktual dengan besaran keluaran pengontrol
proporsional. Sinyal keasalahan (error) merupakan selisih antara besaran setting
dengan besaran aktualnya. Selisih ini akan mempengaruhi pengontrol, untuk
mengeluarkan sinyal positif (mempercepat pencapaian harga setting) atau negatif
(memperlambat tercapainya harga yang diinginkan).
Gambar 2.1
Diagram blok kontroler proporsional
pengontrol proposional memiliki 2 parameter, pita proposional (propotional
band) dan konstanta proporsional. Daerah kerja kontroler efektif dicerminkan
oleh pita proporsional sedangkan konstanta proporsional menunjukan nilai faktor
penguatan sinyal tehadap sinyal kesalahan Kp
Hubungan antara pita proporsional (PB) dengan konstanta proporsional
(Kp) ditunjukkan secara persentasi oleh persamaan berikut:
(2.1)
6
3. Gambar 2.2 menunjukkan grafik hubungan antara PB, keluaran
pengontrol dan kesalahan yang merupakan masukan pengontrol. Ketika konstanta
proporsional bertambah semakin tinggi, pita proporsional menunjukkan
penurunan yang semakin kecil, sehingga lingkup kerja yang dikuatkan akan
semakin sempit.
Gambar 2.2
Proportional band dari pengontrol proporsional tergantung pada penguatan.
Ciri-ciri pengontrol proposional harus diperhatikan ketika pengontrol
tersebut diterapkan pada suatu sistem. Secara eksperimen, pengguna pengontrol
propoisional harus memperhatikan ketentuan-ketentuan berikut ini :
7
4. 1. kalau nilai Kp kecil, pengontrol proposional hanya mampu melakukan koreksi
kesalahan yang kecil, sehingga akan menghasilkan respon sisitem yang
lambat.
2. kalau nilai Kp dinaikan, respon sistem menunjukan semakin cepat mencapai
set point dan keadaan stabil.
3. namun jika nilai Kp diperbesar sehingga mencapai harga yang berlebiahan,
akan mengakibatkan sistem bekerja tidak stabil, atau respon sistem akan
berosolasi
2.1.2 Pengontrol Integral
Pengontrol integral berfungsi menghasilkan respon sistem yang memiliki
kesalahan keadaan stabil nol. Jika sebuah plant tidak memiliki unsur integrator
(1/s), pengontrol proposional tidak akan mampu menjamin keluaran sistem
dengan kesalahan keadaan stabilnya nol. Dengan pengontrol integral, respon
sistem dapat diperbaiki, yaitu mempunyai kesalahan keadaan stabilnya nol.
Pengontrol integral memiliki karaktiristik seperti halnya sebuah integral.
Keluaran sangat dipengaruhi oleh perubahan yang sebanding dengan nilai sinyal
kesalahan. Keluaran pengontrol ini merupakan penjumlahan yang terus menerus
dari perubahan masukannya. Kalau sinyal kesalahan tidak mengalami perubahan,
keluaran akan menjaga keadaan seperti sebelum terjadinya perubahan masukan.
Sinyal keluaran pengontrol integral merupakan luas bidang yang dibentuk
oleh kurva kesalahan penggerak. Sinyal keluaran akan berharga sama dengan
harga sebelumnya ketika sinyal kesalahan berharga nol. Gambar 2.3
8
5. menunjukkan contoh sinyal kesalahan yang dimasukan ke dalam pengontrol
integral dan keluaran pengontrol integral terhadap perubahan sinyal kesalahan
tersebut.
Gambar 2.3
Kurva sinyal kesalahan e(t) terhadap t pada pembangkit kesalahan nol.
Gambar 2.4 menunjukkan blok diagram antara besaran kesalahan dengan
keluaran suatu pengontrol integral.
Gambar 2.4
Blok diagram hubungan antara besaran kesalahan dengan pengontrol integral
Pengaruh perubahan konstanta integral terhadap keluaran integral ditunjukkan
oleh Gambar 2.5. Ketika sinyal kesalahan berlipat ganda, maka nilai laju
perubahan keluaran pengontrol berubah menjadi dua kali dari semula. Jika nilai
9
6. konstanta integrator berubah menjadi lebih besar, sinyal kesalahan yang relatif
kecil dapat mengakibatkan laju keluaran menjadi besar .
Gambar 2.5
Perubahan keluaran sebagai akibat penguatan dan kesalahan
Ketika digunakan, pengontrol integral mempunyai beberapa karakteristik berikut
ini:
1.
keluaran pengontrol membutuhkan selang waktu
tertentu, sehingga
pengontrol integral cenderung memperlambat respon.
2.
ketika sinyal kesalahan berharga nol, keluaran pengontrol akan bertahan pada
nilai sebelumnya.
3.
jika sinyal kesalahan tidak berharga nol, keluaran akan menunjukkan
kenaikan atau penurunan yang dipengaruhi oleh besarnya sinyal kesalahan
dan nilai Ki.
4.
konstanta integral Ki yang berharga besar akan mempercepat hilangnya
offset. Tetapi semakin besar nilai konstanta Ki akan mengakibatkan
peningkatan osilasi dari sinyal keluaran pengontrol.
10
7. 2.1.3 pengontrol Derivative
Keluaran pengontrol Derivative memiliki sifat seperti halnya suatu operasi
differensial. Perubahan yang mendadak pada masukan pengontrol, akan
mengakibatkan perubahan yang sangat besar dan cepat. Gambar 2.6
menunjukkan blok diagram yang menggambarkan hubungan antara sinyal
kesalahan dengan keluaran pengontrol.
Gambar 2.6
Blok diagram pengontrol Derivative
Gambar 2.7 menyatakan hubungan antara sinyal masukan dengan sinyal
keluaran pengontrol Derivative. Ketika masukannya tidak mengalami perubahan,
keluaran pengontrol juga tidak mengalami perubahan, sedangkan apabila sinyal
masukan berubah mendadak dan menaik (berbentuk fungsi step), keluaran
menghasilkan sinyal berbentuk impuls. Jika sinyal masukan berubah naik secara
perlahan (fungsi ramp), keluarannya justru merupakan fungsi step yang besar
magnitudnya sangat dipengaruhi oleh kecepatan naik dari fungsi ramp dan faktor
konstanta diferensialnya.
11
8. Gambar 2.7
Kurva waktu hubungan input-output pengontrol Derivative
Karakteristik pengontrol derivative adalah sebagai berikut:
1. pengontrol ini tidak dapat menghasilkan keluaran bila tidak ada perubahan
pada masukannya (berupa sinyal kesalahan).
2. jika sinyal kesalahan berubah terhadap waktu, maka keluaran yang dihasilkan
pengontrol tergantung pada nilai Td dan laju perubahan sinyal kesalahan.
(Powel, 1994, 184).
3. pengontrol derivative mempunyai suatu karakter untuk mendahului, sehingga
pengontrol ini dapat menghasilkan koreksi yang signifikan sebelum
pembangkit kesalahan menjadi sangat besar. Jadi pengontrol derivative dapat
mengantisipasi pembangkit kesalahan, memberikan aksi yang bersifat
korektif, dan cenderung meningkatkan stabilitas sistem .
Berdasarkan karakteristik pengontrol tersebut, pengontrol derivative
umumnya dipakai untuk mempercepat respon awal suatu sistem, tetapi tidak
memperkecil kesalahan pada keadaan stabilnya. Kerja pengontrol derivative
hanyalah efektif pada lingkup yang sempit, yaitu pada periode peralihan. Oleh
12
9. sebab itu pengontrol derivative tidak pernah digunakan tanpa ada pengontrol lain
sebuah sistem (Sutrisno, 1990, 102).
2.1.4 pengontrol PID
Setiap kekurangan dan kelebihan dari masing-masing pengontrol P, I dan
D dapat saling menutupi dengan menggabungkan ketiganya secara paralel
menjadi pengontrol proposional plus integral plus derivative (pengontrol PID).
Elemen-elemen pengontrol P, I dan D masing-masing secara keseluruhan
bertujuan untuk mempercepat reaksi sebuah sistem, menghilangkan offset dan
menghasilkan perubahan awal yang besar.
Gambar 2.8
Blok diagram kontroler PID analog
Keluaran pengontrol PID merupakan penjumlahan dari keluaran pengontrol
proporsional, keluaran pengontrol integral. Gambar 2.9 menunjukkan hubungan
tersebut.
13
10. Gambar 2.9
Hubungan dalam fungsi waktu antara sinyal keluaran dengan masukan untuk
pengontrol PID
Karakteristik pengontrol PID sangat dipengaruhi oleh kontribusi besar dari
ketiga parameter P, I dan D. Pengaturan konstanta Kp, Ti, dan Td akan
mengakibatkan penonjolan sifat dari masing-masing elemen. Satu atau dua dari
ketiga konstanta tersebut dapat diatur lebih menonjol dibanding yang lain.
Konstanta yang menonjol itulah akan memberikan kontribusi pengaruh pada
respon sistem secara keseluruhan .
2.2
Penalaan Paramater Pengontrol PID
Penalaan parameter pengontrol PID selalu didasari atas tinjauan terhadap
karakteristik yang diatur (plant). Dengan demikian betapapun rumitnya suatu
plant, perilaku plant tersebut harus diketahui terlebih dahulu sebelum penalaan
parameter PID itu dilakukan. Karena penyusunan model matematik plant tidak
mudah, maka dikembangkan suatu metode eksperimental. Metode ini didasarkan
pada reaksi plant yang dikenai suatu perubahan. Dengan menggunakan metode itu
model matematik perilaku plant tidak diperlukan lagi, karena dengan
menggunakan data yang berupa kurva keluaran, penalaan pengontrol PID telah
14
11. dapat dilakukan. Penalaan bertujuan untuk mendapatkan kinerja sistem sesuai
spesifikasi perancangan. Ogata menyatakan hal itu sebagai alat control (controller
tuning). Dua metode pendekatan eksperimen adalah Ziegler-Nichols dan metode
Quarter decay.
2.2.1
Metode Ziegler-Nichols
Ziegler-Nichols pertama kali memperkenalkan metodenya pada tahun
1942. Metode ini memiliki dua cara, metode osilasi dan kurva reaksi. Kedua
metode ditujukan untuk menghasilkan respon sistem dengan lonjakan maksimum
sebesar 25%. Gambar 2.10 memperlihatkan kurva dengan lonjakan 25%.
Gambar 2.10
Kurva respons tangga satuan yang memperlihatkan 25 % lonjakan maksimum
2.2.1.1 Metode Kurva Reaksi
Metode ini didasarkan terhadap reaksi sistem untaian terbuka. Plant
sebagai untaian terbuka dikenai sinyal fungsi tangga satuan (Gambar 2.11). Jika
plant minimal tidak mengandung unsur integrator ataupun pole-pole kompleks,
15
12. reaksi sistem akan berbentuk S. Gambar 2.12 menunjukkan kurva berbentuk S
tersebut. Kelemahan metode ini terletak pada ketidakmampuannya untuk plant
integrator
maupun
plant
yang
memiliki
pole
kompleks.
Gambar 2.11
Respon tangga satuan sistem
Gambar 2.12
Kurva Respons berbentuk S
Kurva berbentuk S mempunyai dua konstanta, waktu mati (dead time) L
dan waktu tunda T. Dari Gambar 2.12 terlihat bahwa kurva reaksi berubah naik,
setelah selang waktu L. Sedangkan waktu tunda menggambarkan perubahan kurva
setelah mencapai 66% dari keadaan stabilnya. Pada kurva dibuat suatu garis yang
bersinggungan dengan garis kurva. Garis singgung itu akan memotong dengan
16
13. sumbu absis dan garis maksimum. Perpotongan garis singgung dengan sumbu
absis merupakan ukuran waktu mati, dan perpotongan dengan garis maksimum
merupakan waktu tunda yang diukur dari titik waktu L.
Penalaan parameter PID didasarkan perolehan kedua konstanta itu. Zeigler
dan Nichols melakukan eksperimen dan menyarankan parameter pengaturan nilai
Kp, Ti, dan Td dengan didasarkan pada kedua parameter tersebut. Tabel 2.1
merupakan rumusan penalaan parameter PID berdasarkan cara kurva reaksi.
Tabel 2.1
Penalaan paramater PID dengan metode kurva reaksi
Tipe Pengontrol
P
PI
PID
Kp
T/L
0,9 T/L
1,2 T/L
Ti
~
L/0.3
2L
Td
0
0
0,5L
2.2.1.2 Metode Osilasi
Metode ini didasarkan pada reaksi sistem untaian tertutup. Plant disusun
serial dengan pengontrol PID. Pertama parameter parameter integrator diatur tak
berhingga dan parameter derivative diatur nol (Ti = ~ ;Td = 0). Parameter
proporsional kemudian dinaikkan bertahap. Mulai dari nol sampai mencapai
harga yang mengakibatkan reaksi sistem berosilasi. Reaksi sistem harus berosilasi
dengan magnitud tetap (Sustain oscillation).Gambar 2.13 menunjukkan
rangkaian untaian tertutup pada cara osilasi.
17
14. Gambar 2.13
Sistem untaian tertutup dengan alat pengontrlol proporsional
Nilai penguatan proposional pada saat sistem mencapai kondisi berosilasi
dengan magnitud tetap (sustain oscillation) disebut ultimate gain Ku. Periode dari
sustain oscillation disebut ultimate period Tu (Perdikaris, 1991, 433). Gambar
2.14 menggambarkan kurva reaksi untaian tertutup ketika berosilasi.
Gambar 2.14
Kurva respon sustain oscillation
Penalaan parameter PID didasarkan terhadap kedua konstanta hasil
eksperimen, Ku dan Pu. Ziegler dan Nichols menyarankan pengaturan nilai
parameter Kp, Ti, dan Td berdasarkan rumus yang diperlihatkan pada Tabel 2.2
18
15. Tabel 2.2
Penalaan paramater PID dengan metode osilasi
Tipe Pengontrol
P
PI
PID
Kp
0.5 Ku
0.45 Ku
0.6 Ku
Ti
Td
1/2 Pu
0.5 Pu
0.125 Pu
2.2.2 Metode Quarter - decay
Karena tidak semua proses dapat mentolerir keadaan osilasi dengan
amplituda tetap, Cohen-coon berupaya memperbaiki metode osilasi dengan
menggunakan metode quarter amplitude decay. Tanggapan untaian tertutup
sistem, pada metode ini, dibuat sehingga respon berbentuk quarter amplitude
decay (Guterus, 1994, 9-13). Quarter amplitude decay didefinisikan sebagai
respon transien yang amplitudanya dalam periode pertama memiliki perbandingan
sebesar seperempat (1/4) .
Gambar 2.15
Kurva respon quarter amplitude decay
19
16. pengontrol proportional Kp diatur hingga diperoleh tanggapan quarter amplitude
decay, periode pada saat pengaturan ini disebut Tp dan parameter Ti dan Td
dihitung dari hubungan (Perdikaris, 434, 1990). Sedangkan penalaan parameter
pengontrol PID adalah sama dengan yang digunakan pada metode Ziegler-Nichols
(lihat Tabel 2.1 untuk metode kurva reaksi dan Tabel 2.2 untuk metode osilasi).
2.3
Tuning PID contoller
Tuning dilakukan untuk mendapatkan nilai-nilai parameter PID atau
pemberian parameter P, I, dan D dengan hasil terbaik sehingga dapat
mengoptimasikan kerja suatu sistem dengan error yang terjadi dapat diperkecil
dan didapatkan respon sistem yang di inginkan
(2.2)
u adalah output pengontrol, Kp tetap adalah proportional gain (keuntungan
sebanding), Ti adalah integral time (waktu integral),Td adalah derivative time
(waktu derivative), dan e adalah error antara referensi serta output proses. Untuk
perioda sampling kecil.
(2.3)
indeks mengacu pada saat tertentu tanda waktu. dengan cara mengatur atau
menyesuaikan parameter Kp , Ti, dan Td.
20
17. Beberapa aspek pengaturan mungkin saja digambarkan oleh pertimbangan
statis. untuk kendali yang secara murni sebanding ( Td=0 dan 1/Ti=0), hukum
kendali(2) mengurangi kepada :
(2.4)
Mempertimbangkan
pengulangan
peedback,
dimana
pengontrol
proposional meningkatkan Kp dan proses ini mempunyai keuntungan K didalam
kondisi steady state. output proses x adalah yang berhubungan dengan referensi
Ref, beban l, dan noise pengukuran n oleh persamaan.
(2.5)
Tabel 2.3 merupakan aturan dalam matode Ziegler Nichols untuk
menentukan parameter – parameter PID.
Tabel 2.3
The Ziegler Nichols rules (prequency response method)
Tipe Pengontrol
P
PI
PID
Kp
0.5 Ku
0.45 Ku
0.6 Ku
Ti
Td
Tu/1.2
Tu/2
Tu/8
Tuning di lakukan untuk mendapatkan nilai-nilai parameter PID dengan
hasil terbaik sehingga dapat mengoptimasikan kerja suatu sistem dengan error
yang terjadi dapat di minimalisasi.
21
18. 2.4
Plant
Sistem ini mensimulasikan suatu sistem tangki yang berfungsi menampung
dan mengalirkan fluida. Dibagian atas tangki proses 1 terdapat pipa yang secara
kontinyu mengalirkan fluida kedalam tangki proses 1, sedangkan keluaran fluida
dari tanki proses 1 akan menjadi masukan fluida bagi tangki proses 2. Control
Valve 1 berfungsi untuk mengontrol keluaran dari tangki proses 1. Jika Control
Valve 1 ditutup rapat, maka fluida akan tertahan di tangki proses 1 dan permukaan
fluida di tangki proses 1 akan meninggi. Dan sebaliknya jika Control Valve 1
dibuka lebar, maka fluida akan mengalir keluar sehingga permukaan fluida di
tangki proses 1 akan menurun. Dengan prinsip yang sama, Control Valve 2
mengontrol keluaran dari tangki proses 2.
Dalam simulasi ini digunakan beberapa asumsi berikut :
•
kedua tangki berbentuk silinder dengan diameter 40 cm dan tinggi 100 cm
•
pipa keluaran berbentuk lingkaran dengan diameter 4 cm
•
percepatan gravitasi 9.8 m/s2
•
debit aliran masuk pada tangki proses 1 adalah 0.03 m3/s
•
control Valve dapat diatur bukaannya antara 0 – 100%
Perhitungan yang dipakai adalah :
•
Besar debit output pada tangki proses 1 berubah menurut persamaan :
Qout1 (t ) = LuasPipa1 × 2 gh1 (t − 1)
(2.6)
22
19. •
Level air pada tangki proses 1 berubah menurut persamaan :
h1 (t ) = h1 (t − 1) +
•
Qin − Qout1
LuasAlasTangki
Besar debit output pada tangki proses 2 berubah menurut persamaan :
Qout2 (t ) = LuasPipa2 × 2 gh2 (t − 1)
•
(2.7)
(2.8)
Level air pada tangki proses 2 berubah menurut persamaan
h2 (t ) = h2 (t − 1) +
Qout1 − Qout2
LuasAlasTangki
(2.9)
23