SlideShare a Scribd company logo
BAB II
DASAR TEORI

2.1

Proporsional Integral Derivative (PID)
Didalam suatu sistem kontrol kita mengenal adanya beberapa macam aksi

kontrol, diantaranya yaitu aksi kontrol proporsional, aksi kontrol integral dan aksi
kontrol derivative. Masing-masing aksi kontrol ini mempunyai keunggulankeunggulan tertentu, dimana aksi kontrol proporsional mempunyai keunggulan
rise time yang cepat, aksi kontrol integral mempunyai keunggulan untuk
memperkecil error ,dan aksi kontrol derivative mempunyai keunggulan untuk
memperkecil error atau meredam overshot/undershot. Untuk itu agar kita dapat
menghasilkan output dengan risetime yang cepat dan error yang kecil kita dapat
menggabungkan ketiga aksi kontrol ini menjadi aksi kontrol PID.
Parameter pengontrol Proporsional Integral derivative (PID) selalu
didasari atas tinjauan terhadap karakteristik yang di atur (plant). Dengan demikian
bagaimanapun rumitnya suatu plant, prilaku plant tersebut harus di ketahui
terlabih dahulu sebelum pencarian parameter PID itu dilakukan.

2.1.1 Pengontrol proporsional
Pengontrol

proposional

memiliki

keluaran

yang

sebanding

atau

proposional dengan besarnya sinyal kesalahan (selisih antara besaran yang di
inginkan dengan harga aktualnya). Secara lebih sederhana dapat dikatakan bahwa
keluaran pengontrol proporsional merupakan perkalian antara konstanta

5
proposional dengan masukannya. Perubahan pada sinyal masukan akan segera
menyebabkan sistem secara langsung mengeluarkan output sinyal sebesar
konstanta pengalinya.
Gambar 2.1 menunjukkan blok diagram yang menggambarkan hubungan
antara besaran setting, besaran aktual dengan besaran keluaran pengontrol
proporsional. Sinyal keasalahan (error) merupakan selisih antara besaran setting
dengan besaran aktualnya. Selisih ini akan mempengaruhi pengontrol, untuk
mengeluarkan sinyal positif (mempercepat pencapaian harga setting) atau negatif
(memperlambat tercapainya harga yang diinginkan).

Gambar 2.1
Diagram blok kontroler proporsional

pengontrol proposional memiliki 2 parameter, pita proposional (propotional
band) dan konstanta proporsional. Daerah kerja kontroler efektif dicerminkan
oleh pita proporsional sedangkan konstanta proporsional menunjukan nilai faktor
penguatan sinyal tehadap sinyal kesalahan Kp
Hubungan antara pita proporsional (PB) dengan konstanta proporsional
(Kp) ditunjukkan secara persentasi oleh persamaan berikut:

(2.1)

6
Gambar 2.2 menunjukkan grafik hubungan antara PB, keluaran
pengontrol dan kesalahan yang merupakan masukan pengontrol. Ketika konstanta
proporsional bertambah semakin tinggi, pita proporsional menunjukkan
penurunan yang semakin kecil, sehingga lingkup kerja yang dikuatkan akan
semakin sempit.

Gambar 2.2
Proportional band dari pengontrol proporsional tergantung pada penguatan.

Ciri-ciri pengontrol proposional harus diperhatikan ketika pengontrol
tersebut diterapkan pada suatu sistem. Secara eksperimen, pengguna pengontrol
propoisional harus memperhatikan ketentuan-ketentuan berikut ini :

7
1. kalau nilai Kp kecil, pengontrol proposional hanya mampu melakukan koreksi
kesalahan yang kecil, sehingga akan menghasilkan respon sisitem yang
lambat.
2. kalau nilai Kp dinaikan, respon sistem menunjukan semakin cepat mencapai
set point dan keadaan stabil.
3. namun jika nilai Kp diperbesar sehingga mencapai harga yang berlebiahan,
akan mengakibatkan sistem bekerja tidak stabil, atau respon sistem akan
berosolasi

2.1.2 Pengontrol Integral
Pengontrol integral berfungsi menghasilkan respon sistem yang memiliki
kesalahan keadaan stabil nol. Jika sebuah plant tidak memiliki unsur integrator
(1/s), pengontrol proposional tidak akan mampu menjamin keluaran sistem
dengan kesalahan keadaan stabilnya nol. Dengan pengontrol integral, respon
sistem dapat diperbaiki, yaitu mempunyai kesalahan keadaan stabilnya nol.
Pengontrol integral memiliki karaktiristik seperti halnya sebuah integral.
Keluaran sangat dipengaruhi oleh perubahan yang sebanding dengan nilai sinyal
kesalahan. Keluaran pengontrol ini merupakan penjumlahan yang terus menerus
dari perubahan masukannya. Kalau sinyal kesalahan tidak mengalami perubahan,
keluaran akan menjaga keadaan seperti sebelum terjadinya perubahan masukan.
Sinyal keluaran pengontrol integral merupakan luas bidang yang dibentuk
oleh kurva kesalahan penggerak. Sinyal keluaran akan berharga sama dengan
harga sebelumnya ketika sinyal kesalahan berharga nol. Gambar 2.3

8
menunjukkan contoh sinyal kesalahan yang dimasukan ke dalam pengontrol
integral dan keluaran pengontrol integral terhadap perubahan sinyal kesalahan
tersebut.

Gambar 2.3
Kurva sinyal kesalahan e(t) terhadap t pada pembangkit kesalahan nol.

Gambar 2.4 menunjukkan blok diagram antara besaran kesalahan dengan
keluaran suatu pengontrol integral.

Gambar 2.4
Blok diagram hubungan antara besaran kesalahan dengan pengontrol integral

Pengaruh perubahan konstanta integral terhadap keluaran integral ditunjukkan
oleh Gambar 2.5. Ketika sinyal kesalahan berlipat ganda, maka nilai laju
perubahan keluaran pengontrol berubah menjadi dua kali dari semula. Jika nilai

9
konstanta integrator berubah menjadi lebih besar, sinyal kesalahan yang relatif
kecil dapat mengakibatkan laju keluaran menjadi besar .

Gambar 2.5
Perubahan keluaran sebagai akibat penguatan dan kesalahan

Ketika digunakan, pengontrol integral mempunyai beberapa karakteristik berikut
ini:
1.

keluaran pengontrol membutuhkan selang waktu

tertentu, sehingga

pengontrol integral cenderung memperlambat respon.
2.

ketika sinyal kesalahan berharga nol, keluaran pengontrol akan bertahan pada
nilai sebelumnya.

3.

jika sinyal kesalahan tidak berharga nol, keluaran akan menunjukkan
kenaikan atau penurunan yang dipengaruhi oleh besarnya sinyal kesalahan
dan nilai Ki.

4.

konstanta integral Ki yang berharga besar akan mempercepat hilangnya
offset. Tetapi semakin besar nilai konstanta Ki akan mengakibatkan
peningkatan osilasi dari sinyal keluaran pengontrol.

10
2.1.3 pengontrol Derivative
Keluaran pengontrol Derivative memiliki sifat seperti halnya suatu operasi
differensial. Perubahan yang mendadak pada masukan pengontrol, akan
mengakibatkan perubahan yang sangat besar dan cepat. Gambar 2.6
menunjukkan blok diagram yang menggambarkan hubungan antara sinyal
kesalahan dengan keluaran pengontrol.

Gambar 2.6
Blok diagram pengontrol Derivative

Gambar 2.7 menyatakan hubungan antara sinyal masukan dengan sinyal
keluaran pengontrol Derivative. Ketika masukannya tidak mengalami perubahan,
keluaran pengontrol juga tidak mengalami perubahan, sedangkan apabila sinyal
masukan berubah mendadak dan menaik (berbentuk fungsi step), keluaran
menghasilkan sinyal berbentuk impuls. Jika sinyal masukan berubah naik secara
perlahan (fungsi ramp), keluarannya justru merupakan fungsi step yang besar
magnitudnya sangat dipengaruhi oleh kecepatan naik dari fungsi ramp dan faktor
konstanta diferensialnya.

11
Gambar 2.7
Kurva waktu hubungan input-output pengontrol Derivative

Karakteristik pengontrol derivative adalah sebagai berikut:
1. pengontrol ini tidak dapat menghasilkan keluaran bila tidak ada perubahan
pada masukannya (berupa sinyal kesalahan).
2. jika sinyal kesalahan berubah terhadap waktu, maka keluaran yang dihasilkan
pengontrol tergantung pada nilai Td dan laju perubahan sinyal kesalahan.
(Powel, 1994, 184).
3. pengontrol derivative mempunyai suatu karakter untuk mendahului, sehingga
pengontrol ini dapat menghasilkan koreksi yang signifikan sebelum
pembangkit kesalahan menjadi sangat besar. Jadi pengontrol derivative dapat
mengantisipasi pembangkit kesalahan, memberikan aksi yang bersifat
korektif, dan cenderung meningkatkan stabilitas sistem .

Berdasarkan karakteristik pengontrol tersebut, pengontrol derivative
umumnya dipakai untuk mempercepat respon awal suatu sistem, tetapi tidak
memperkecil kesalahan pada keadaan stabilnya. Kerja pengontrol derivative
hanyalah efektif pada lingkup yang sempit, yaitu pada periode peralihan. Oleh

12
sebab itu pengontrol derivative tidak pernah digunakan tanpa ada pengontrol lain
sebuah sistem (Sutrisno, 1990, 102).

2.1.4 pengontrol PID
Setiap kekurangan dan kelebihan dari masing-masing pengontrol P, I dan
D dapat saling menutupi dengan menggabungkan ketiganya secara paralel
menjadi pengontrol proposional plus integral plus derivative (pengontrol PID).
Elemen-elemen pengontrol P, I dan D masing-masing secara keseluruhan
bertujuan untuk mempercepat reaksi sebuah sistem, menghilangkan offset dan
menghasilkan perubahan awal yang besar.

Gambar 2.8
Blok diagram kontroler PID analog

Keluaran pengontrol PID merupakan penjumlahan dari keluaran pengontrol
proporsional, keluaran pengontrol integral. Gambar 2.9 menunjukkan hubungan
tersebut.

13
Gambar 2.9
Hubungan dalam fungsi waktu antara sinyal keluaran dengan masukan untuk
pengontrol PID

Karakteristik pengontrol PID sangat dipengaruhi oleh kontribusi besar dari
ketiga parameter P, I dan D. Pengaturan konstanta Kp, Ti, dan Td akan
mengakibatkan penonjolan sifat dari masing-masing elemen. Satu atau dua dari
ketiga konstanta tersebut dapat diatur lebih menonjol dibanding yang lain.
Konstanta yang menonjol itulah akan memberikan kontribusi pengaruh pada
respon sistem secara keseluruhan .

2.2

Penalaan Paramater Pengontrol PID
Penalaan parameter pengontrol PID selalu didasari atas tinjauan terhadap

karakteristik yang diatur (plant). Dengan demikian betapapun rumitnya suatu
plant, perilaku plant tersebut harus diketahui terlebih dahulu sebelum penalaan
parameter PID itu dilakukan. Karena penyusunan model matematik plant tidak
mudah, maka dikembangkan suatu metode eksperimental. Metode ini didasarkan
pada reaksi plant yang dikenai suatu perubahan. Dengan menggunakan metode itu
model matematik perilaku plant tidak diperlukan lagi, karena dengan
menggunakan data yang berupa kurva keluaran, penalaan pengontrol PID telah

14
dapat dilakukan. Penalaan bertujuan untuk mendapatkan kinerja sistem sesuai
spesifikasi perancangan. Ogata menyatakan hal itu sebagai alat control (controller
tuning). Dua metode pendekatan eksperimen adalah Ziegler-Nichols dan metode
Quarter decay.
2.2.1

Metode Ziegler-Nichols
Ziegler-Nichols pertama kali memperkenalkan metodenya pada tahun

1942. Metode ini memiliki dua cara, metode osilasi dan kurva reaksi. Kedua
metode ditujukan untuk menghasilkan respon sistem dengan lonjakan maksimum
sebesar 25%. Gambar 2.10 memperlihatkan kurva dengan lonjakan 25%.

Gambar 2.10
Kurva respons tangga satuan yang memperlihatkan 25 % lonjakan maksimum
2.2.1.1 Metode Kurva Reaksi
Metode ini didasarkan terhadap reaksi sistem untaian terbuka. Plant
sebagai untaian terbuka dikenai sinyal fungsi tangga satuan (Gambar 2.11). Jika
plant minimal tidak mengandung unsur integrator ataupun pole-pole kompleks,

15
reaksi sistem akan berbentuk S. Gambar 2.12 menunjukkan kurva berbentuk S
tersebut. Kelemahan metode ini terletak pada ketidakmampuannya untuk plant
integrator

maupun

plant

yang

memiliki

pole

kompleks.

Gambar 2.11
Respon tangga satuan sistem

Gambar 2.12
Kurva Respons berbentuk S

Kurva berbentuk S mempunyai dua konstanta, waktu mati (dead time) L
dan waktu tunda T. Dari Gambar 2.12 terlihat bahwa kurva reaksi berubah naik,
setelah selang waktu L. Sedangkan waktu tunda menggambarkan perubahan kurva
setelah mencapai 66% dari keadaan stabilnya. Pada kurva dibuat suatu garis yang
bersinggungan dengan garis kurva. Garis singgung itu akan memotong dengan

16
sumbu absis dan garis maksimum. Perpotongan garis singgung dengan sumbu
absis merupakan ukuran waktu mati, dan perpotongan dengan garis maksimum
merupakan waktu tunda yang diukur dari titik waktu L.
Penalaan parameter PID didasarkan perolehan kedua konstanta itu. Zeigler
dan Nichols melakukan eksperimen dan menyarankan parameter pengaturan nilai
Kp, Ti, dan Td dengan didasarkan pada kedua parameter tersebut. Tabel 2.1
merupakan rumusan penalaan parameter PID berdasarkan cara kurva reaksi.

Tabel 2.1
Penalaan paramater PID dengan metode kurva reaksi

Tipe Pengontrol
P
PI
PID

Kp
T/L
0,9 T/L
1,2 T/L

Ti
~
L/0.3
2L

Td
0
0
0,5L

2.2.1.2 Metode Osilasi
Metode ini didasarkan pada reaksi sistem untaian tertutup. Plant disusun
serial dengan pengontrol PID. Pertama parameter parameter integrator diatur tak
berhingga dan parameter derivative diatur nol (Ti = ~ ;Td = 0). Parameter
proporsional kemudian dinaikkan bertahap. Mulai dari nol sampai mencapai
harga yang mengakibatkan reaksi sistem berosilasi. Reaksi sistem harus berosilasi
dengan magnitud tetap (Sustain oscillation).Gambar 2.13 menunjukkan
rangkaian untaian tertutup pada cara osilasi.

17
Gambar 2.13
Sistem untaian tertutup dengan alat pengontrlol proporsional

Nilai penguatan proposional pada saat sistem mencapai kondisi berosilasi
dengan magnitud tetap (sustain oscillation) disebut ultimate gain Ku. Periode dari
sustain oscillation disebut ultimate period Tu (Perdikaris, 1991, 433). Gambar
2.14 menggambarkan kurva reaksi untaian tertutup ketika berosilasi.

Gambar 2.14
Kurva respon sustain oscillation

Penalaan parameter PID didasarkan terhadap kedua konstanta hasil
eksperimen, Ku dan Pu. Ziegler dan Nichols menyarankan pengaturan nilai
parameter Kp, Ti, dan Td berdasarkan rumus yang diperlihatkan pada Tabel 2.2

18
Tabel 2.2
Penalaan paramater PID dengan metode osilasi

Tipe Pengontrol
P
PI
PID

Kp
0.5 Ku
0.45 Ku
0.6 Ku

Ti

Td

1/2 Pu
0.5 Pu

0.125 Pu

2.2.2 Metode Quarter - decay
Karena tidak semua proses dapat mentolerir keadaan osilasi dengan
amplituda tetap, Cohen-coon berupaya memperbaiki metode osilasi dengan
menggunakan metode quarter amplitude decay. Tanggapan untaian tertutup
sistem, pada metode ini, dibuat sehingga respon berbentuk quarter amplitude
decay (Guterus, 1994, 9-13). Quarter amplitude decay didefinisikan sebagai
respon transien yang amplitudanya dalam periode pertama memiliki perbandingan
sebesar seperempat (1/4) .

Gambar 2.15
Kurva respon quarter amplitude decay

19
pengontrol proportional Kp diatur hingga diperoleh tanggapan quarter amplitude
decay, periode pada saat pengaturan ini disebut Tp dan parameter Ti dan Td
dihitung dari hubungan (Perdikaris, 434, 1990). Sedangkan penalaan parameter
pengontrol PID adalah sama dengan yang digunakan pada metode Ziegler-Nichols
(lihat Tabel 2.1 untuk metode kurva reaksi dan Tabel 2.2 untuk metode osilasi).

2.3

Tuning PID contoller
Tuning dilakukan untuk mendapatkan nilai-nilai parameter PID atau

pemberian parameter P, I, dan D dengan hasil terbaik sehingga dapat
mengoptimasikan kerja suatu sistem dengan error yang terjadi dapat diperkecil
dan didapatkan respon sistem yang di inginkan

(2.2)

u adalah output pengontrol, Kp tetap adalah proportional gain (keuntungan
sebanding), Ti adalah integral time (waktu integral),Td adalah derivative time
(waktu derivative), dan e adalah error antara referensi serta output proses. Untuk
perioda sampling kecil.

(2.3)

indeks mengacu pada saat tertentu tanda waktu. dengan cara mengatur atau
menyesuaikan parameter Kp , Ti, dan Td.

20
Beberapa aspek pengaturan mungkin saja digambarkan oleh pertimbangan
statis. untuk kendali yang secara murni sebanding ( Td=0 dan 1/Ti=0), hukum
kendali(2) mengurangi kepada :

(2.4)

Mempertimbangkan

pengulangan

peedback,

dimana

pengontrol

proposional meningkatkan Kp dan proses ini mempunyai keuntungan K didalam
kondisi steady state. output proses x adalah yang berhubungan dengan referensi
Ref, beban l, dan noise pengukuran n oleh persamaan.

(2.5)

Tabel 2.3 merupakan aturan dalam matode Ziegler Nichols untuk
menentukan parameter – parameter PID.

Tabel 2.3
The Ziegler Nichols rules (prequency response method)

Tipe Pengontrol
P
PI
PID

Kp
0.5 Ku
0.45 Ku
0.6 Ku

Ti

Td

Tu/1.2
Tu/2

Tu/8

Tuning di lakukan untuk mendapatkan nilai-nilai parameter PID dengan
hasil terbaik sehingga dapat mengoptimasikan kerja suatu sistem dengan error
yang terjadi dapat di minimalisasi.

21
2.4

Plant
Sistem ini mensimulasikan suatu sistem tangki yang berfungsi menampung

dan mengalirkan fluida. Dibagian atas tangki proses 1 terdapat pipa yang secara
kontinyu mengalirkan fluida kedalam tangki proses 1, sedangkan keluaran fluida
dari tanki proses 1 akan menjadi masukan fluida bagi tangki proses 2. Control
Valve 1 berfungsi untuk mengontrol keluaran dari tangki proses 1. Jika Control
Valve 1 ditutup rapat, maka fluida akan tertahan di tangki proses 1 dan permukaan
fluida di tangki proses 1 akan meninggi. Dan sebaliknya jika Control Valve 1
dibuka lebar, maka fluida akan mengalir keluar sehingga permukaan fluida di
tangki proses 1 akan menurun. Dengan prinsip yang sama, Control Valve 2
mengontrol keluaran dari tangki proses 2.
Dalam simulasi ini digunakan beberapa asumsi berikut :
•

kedua tangki berbentuk silinder dengan diameter 40 cm dan tinggi 100 cm

•

pipa keluaran berbentuk lingkaran dengan diameter 4 cm

•

percepatan gravitasi 9.8 m/s2

•

debit aliran masuk pada tangki proses 1 adalah 0.03 m3/s

•

control Valve dapat diatur bukaannya antara 0 – 100%

Perhitungan yang dipakai adalah :
•

Besar debit output pada tangki proses 1 berubah menurut persamaan :

Qout1 (t ) = LuasPipa1 × 2 gh1 (t − 1)

(2.6)

22
•

Level air pada tangki proses 1 berubah menurut persamaan :

h1 (t ) = h1 (t − 1) +

•

Qin − Qout1
LuasAlasTangki

Besar debit output pada tangki proses 2 berubah menurut persamaan :

Qout2 (t ) = LuasPipa2 × 2 gh2 (t − 1)

•

(2.7)

(2.8)

Level air pada tangki proses 2 berubah menurut persamaan

h2 (t ) = h2 (t − 1) +

Qout1 − Qout2
LuasAlasTangki

(2.9)

23

More Related Content

What's hot

Sistem kendali terbuka
Sistem kendali terbukaSistem kendali terbuka
Sistem kendali terbuka
Zian Tyas
 
Pi dxmm
Pi dxmmPi dxmm
Pi dxmm
Andre Rian
 
Simulink PID
Simulink PIDSimulink PID
Simulink PID
denaadi
 
Pid (proportional, integral, derivative)
Pid (proportional, integral, derivative)Pid (proportional, integral, derivative)
Pid (proportional, integral, derivative)
MOCHAMAD RIZKY BINTANG ARDYANSYAH
 
Sistem kontrol proses
Sistem kontrol proses Sistem kontrol proses
Sistem kontrol proses
Rahmah Fadhilah
 
Fungsi alih sistem kontrol
Fungsi alih sistem kontrolFungsi alih sistem kontrol
Fungsi alih sistem kontrol
arie eric
 
Sistem kendali otomatis
Sistem kendali otomatis Sistem kendali otomatis
Sistem kendali otomatis Puti Andini
 
Pengontrolan PID pada Mesin Listrik
Pengontrolan PID pada Mesin ListrikPengontrolan PID pada Mesin Listrik
Pengontrolan PID pada Mesin Listrik
rezaza9535
 
Sistem kendali
Sistem kendaliSistem kendali
Sistem kendali
Rudy Dicinta
 
Kontroler PID
Kontroler PIDKontroler PID
Kontroler PID
arie eric
 
Dasar sistem kontrol
Dasar sistem kontrolDasar sistem kontrol
Dasar sistem kontrol
Aira Selamanya
 
Kontroler pid
Kontroler pidKontroler pid
Kontroler pid
arie eric
 
Sistem pengendalian
Sistem pengendalianSistem pengendalian
Sistem pengendalian
Aika Hartini
 
205
205205
160124864 bab-i-konsep-dasar-pengendalian-proses
160124864 bab-i-konsep-dasar-pengendalian-proses160124864 bab-i-konsep-dasar-pengendalian-proses
160124864 bab-i-konsep-dasar-pengendalian-proses
Dicky Syahputra
 

What's hot (17)

Sistem kendali terbuka
Sistem kendali terbukaSistem kendali terbuka
Sistem kendali terbuka
 
Pi dxmm
Pi dxmmPi dxmm
Pi dxmm
 
SISTEM KONTROL
SISTEM KONTROLSISTEM KONTROL
SISTEM KONTROL
 
Simulink PID
Simulink PIDSimulink PID
Simulink PID
 
Pid (proportional, integral, derivative)
Pid (proportional, integral, derivative)Pid (proportional, integral, derivative)
Pid (proportional, integral, derivative)
 
Sistem kontrol proses
Sistem kontrol proses Sistem kontrol proses
Sistem kontrol proses
 
Fungsi alih sistem kontrol
Fungsi alih sistem kontrolFungsi alih sistem kontrol
Fungsi alih sistem kontrol
 
Sistem kendali otomatis
Sistem kendali otomatis Sistem kendali otomatis
Sistem kendali otomatis
 
Pengontrolan PID pada Mesin Listrik
Pengontrolan PID pada Mesin ListrikPengontrolan PID pada Mesin Listrik
Pengontrolan PID pada Mesin Listrik
 
Sistem kendali
Sistem kendaliSistem kendali
Sistem kendali
 
Kontroler PID
Kontroler PIDKontroler PID
Kontroler PID
 
Dasar sistem kontrol
Dasar sistem kontrolDasar sistem kontrol
Dasar sistem kontrol
 
Kontroler pid
Kontroler pidKontroler pid
Kontroler pid
 
Sistem pengendalian
Sistem pengendalianSistem pengendalian
Sistem pengendalian
 
Definisi definisi sistem kendali
Definisi   definisi sistem kendaliDefinisi   definisi sistem kendali
Definisi definisi sistem kendali
 
205
205205
205
 
160124864 bab-i-konsep-dasar-pengendalian-proses
160124864 bab-i-konsep-dasar-pengendalian-proses160124864 bab-i-konsep-dasar-pengendalian-proses
160124864 bab-i-konsep-dasar-pengendalian-proses
 

Viewers also liked

Aplikasi integral dalam bidang ekonomi
Aplikasi integral dalam bidang ekonomiAplikasi integral dalam bidang ekonomi
Aplikasi integral dalam bidang ekonomi
Nunu Nugraha
 
Soal integral dan pembahasan
Soal integral dan pembahasanSoal integral dan pembahasan
Soal integral dan pembahasan
Firda Fitri Annisa
 
Contoh contoh soal dan pembahasan integral
Contoh contoh soal dan pembahasan integralContoh contoh soal dan pembahasan integral
Contoh contoh soal dan pembahasan integral
oilandgas24
 
Materi legalitas perusahaan
Materi legalitas perusahaanMateri legalitas perusahaan
Materi legalitas perusahaan
Rosita Dewi
 
Integral bab-14-kuliah-matematika-ekonomi.news
Integral bab-14-kuliah-matematika-ekonomi.news Integral bab-14-kuliah-matematika-ekonomi.news
Integral bab-14-kuliah-matematika-ekonomi.news
Haidar Bashofi
 

Viewers also liked (6)

INTEGRAL/4/EKOMA/1
INTEGRAL/4/EKOMA/1INTEGRAL/4/EKOMA/1
INTEGRAL/4/EKOMA/1
 
Aplikasi integral dalam bidang ekonomi
Aplikasi integral dalam bidang ekonomiAplikasi integral dalam bidang ekonomi
Aplikasi integral dalam bidang ekonomi
 
Soal integral dan pembahasan
Soal integral dan pembahasanSoal integral dan pembahasan
Soal integral dan pembahasan
 
Contoh contoh soal dan pembahasan integral
Contoh contoh soal dan pembahasan integralContoh contoh soal dan pembahasan integral
Contoh contoh soal dan pembahasan integral
 
Materi legalitas perusahaan
Materi legalitas perusahaanMateri legalitas perusahaan
Materi legalitas perusahaan
 
Integral bab-14-kuliah-matematika-ekonomi.news
Integral bab-14-kuliah-matematika-ekonomi.news Integral bab-14-kuliah-matematika-ekonomi.news
Integral bab-14-kuliah-matematika-ekonomi.news
 

Similar to Jbptunikompp gdl-anggajuand-18247-4-babii

Tugas Resume Sistem kendali Dio maulana juner.pdf
Tugas Resume Sistem kendali Dio maulana juner.pdfTugas Resume Sistem kendali Dio maulana juner.pdf
Tugas Resume Sistem kendali Dio maulana juner.pdf
diom8686
 
Kontrol Kecepatan Motor DC Dengan PID
Kontrol Kecepatan Motor DC Dengan PID Kontrol Kecepatan Motor DC Dengan PID
Kontrol Kecepatan Motor DC Dengan PID
Chardian Arguta
 
Kendali level air
Kendali level airKendali level air
Kendali level air
kemas muhammad rizal
 
Simulasi Anti Integral Windup dengan Clamp Integrator
Simulasi Anti Integral Windup dengan Clamp IntegratorSimulasi Anti Integral Windup dengan Clamp Integrator
Simulasi Anti Integral Windup dengan Clamp Integrator
Materi Kuliah Online
 
kontrol_PID.pptx
kontrol_PID.pptxkontrol_PID.pptx
kontrol_PID.pptx
AnisiaHati
 
Skd 141311039 -laporan akhir sistem kendali digital pada plant flow
Skd 141311039 -laporan akhir sistem kendali digital pada plant flowSkd 141311039 -laporan akhir sistem kendali digital pada plant flow
Skd 141311039 -laporan akhir sistem kendali digital pada plant flow
niel95
 
Pengertian kontrol
Pengertian kontrolPengertian kontrol
Pengertian kontrol
arie eric
 
2. plc fix
2. plc fix2. plc fix
2. plc fix
Adi Hartanto
 
adoc.pub_41-sistem-pengendali-elektronik.pdf
adoc.pub_41-sistem-pengendali-elektronik.pdfadoc.pub_41-sistem-pengendali-elektronik.pdf
adoc.pub_41-sistem-pengendali-elektronik.pdf
RatihGinarti2
 
Dasar_Sistem_Kontrol_dan_pptx.pptxDasar_Sistem_Kontrol_dan_pptx.pptx
Dasar_Sistem_Kontrol_dan_pptx.pptxDasar_Sistem_Kontrol_dan_pptx.pptxDasar_Sistem_Kontrol_dan_pptx.pptxDasar_Sistem_Kontrol_dan_pptx.pptx
Dasar_Sistem_Kontrol_dan_pptx.pptxDasar_Sistem_Kontrol_dan_pptx.pptx
remanumyeye
 
kontrol_PID.pptx
kontrol_PID.pptxkontrol_PID.pptx
kontrol_PID.pptx
SandyDwiKurniawan2
 
Roche alimin p227-232
Roche alimin p227-232Roche alimin p227-232
Roche alimin p227-232
Darman Syah
 
Pertemuan 1 Sistem Pengendali Elektronik
Pertemuan 1   Sistem Pengendali ElektronikPertemuan 1   Sistem Pengendali Elektronik
Pertemuan 1 Sistem Pengendali Elektronik
Ahmad Nawawi, S.Kom
 
respon transien pengendalian level di absorber menggunakan kontroler P, on of...
respon transien pengendalian level di absorber menggunakan kontroler P, on of...respon transien pengendalian level di absorber menggunakan kontroler P, on of...
respon transien pengendalian level di absorber menggunakan kontroler P, on of...
ardhilachadarisman
 
Motor Speed Control System
Motor Speed Control SystemMotor Speed Control System
Motor Speed Control System
Lusiana Diyan
 
Feedback and Feedforward Control (1).pptx
Feedback and Feedforward Control (1).pptxFeedback and Feedforward Control (1).pptx
Feedback and Feedforward Control (1).pptx
majestievangelistado
 
Alat penyortir botol minum berbasis plc
Alat penyortir botol minum berbasis plcAlat penyortir botol minum berbasis plc
Alat penyortir botol minum berbasis plc
Deva Saputra
 
Disturbance Observer
Disturbance ObserverDisturbance Observer
Disturbance Observer
Lusiana Diyan
 
Skd 141311049 muflih adinata n_stand alone controller
Skd 141311049 muflih adinata n_stand alone controllerSkd 141311049 muflih adinata n_stand alone controller
Skd 141311049 muflih adinata n_stand alone controller
Muflih Negara
 

Similar to Jbptunikompp gdl-anggajuand-18247-4-babii (20)

Tugas Resume Sistem kendali Dio maulana juner.pdf
Tugas Resume Sistem kendali Dio maulana juner.pdfTugas Resume Sistem kendali Dio maulana juner.pdf
Tugas Resume Sistem kendali Dio maulana juner.pdf
 
Kontrol Kecepatan Motor DC Dengan PID
Kontrol Kecepatan Motor DC Dengan PID Kontrol Kecepatan Motor DC Dengan PID
Kontrol Kecepatan Motor DC Dengan PID
 
Kendali level air
Kendali level airKendali level air
Kendali level air
 
Simulasi Anti Integral Windup dengan Clamp Integrator
Simulasi Anti Integral Windup dengan Clamp IntegratorSimulasi Anti Integral Windup dengan Clamp Integrator
Simulasi Anti Integral Windup dengan Clamp Integrator
 
kontrol_PID.pptx
kontrol_PID.pptxkontrol_PID.pptx
kontrol_PID.pptx
 
Skd 141311039 -laporan akhir sistem kendali digital pada plant flow
Skd 141311039 -laporan akhir sistem kendali digital pada plant flowSkd 141311039 -laporan akhir sistem kendali digital pada plant flow
Skd 141311039 -laporan akhir sistem kendali digital pada plant flow
 
Pengertian kontrol
Pengertian kontrolPengertian kontrol
Pengertian kontrol
 
2. plc fix
2. plc fix2. plc fix
2. plc fix
 
adoc.pub_41-sistem-pengendali-elektronik.pdf
adoc.pub_41-sistem-pengendali-elektronik.pdfadoc.pub_41-sistem-pengendali-elektronik.pdf
adoc.pub_41-sistem-pengendali-elektronik.pdf
 
Dasar_Sistem_Kontrol_dan_pptx.pptxDasar_Sistem_Kontrol_dan_pptx.pptx
Dasar_Sistem_Kontrol_dan_pptx.pptxDasar_Sistem_Kontrol_dan_pptx.pptxDasar_Sistem_Kontrol_dan_pptx.pptxDasar_Sistem_Kontrol_dan_pptx.pptx
Dasar_Sistem_Kontrol_dan_pptx.pptxDasar_Sistem_Kontrol_dan_pptx.pptx
 
kontrol_PID.pptx
kontrol_PID.pptxkontrol_PID.pptx
kontrol_PID.pptx
 
Roche alimin p227-232
Roche alimin p227-232Roche alimin p227-232
Roche alimin p227-232
 
Pertemuan 1 Sistem Pengendali Elektronik
Pertemuan 1   Sistem Pengendali ElektronikPertemuan 1   Sistem Pengendali Elektronik
Pertemuan 1 Sistem Pengendali Elektronik
 
Mengenal PLC
Mengenal PLCMengenal PLC
Mengenal PLC
 
respon transien pengendalian level di absorber menggunakan kontroler P, on of...
respon transien pengendalian level di absorber menggunakan kontroler P, on of...respon transien pengendalian level di absorber menggunakan kontroler P, on of...
respon transien pengendalian level di absorber menggunakan kontroler P, on of...
 
Motor Speed Control System
Motor Speed Control SystemMotor Speed Control System
Motor Speed Control System
 
Feedback and Feedforward Control (1).pptx
Feedback and Feedforward Control (1).pptxFeedback and Feedforward Control (1).pptx
Feedback and Feedforward Control (1).pptx
 
Alat penyortir botol minum berbasis plc
Alat penyortir botol minum berbasis plcAlat penyortir botol minum berbasis plc
Alat penyortir botol minum berbasis plc
 
Disturbance Observer
Disturbance ObserverDisturbance Observer
Disturbance Observer
 
Skd 141311049 muflih adinata n_stand alone controller
Skd 141311049 muflih adinata n_stand alone controllerSkd 141311049 muflih adinata n_stand alone controller
Skd 141311049 muflih adinata n_stand alone controller
 

Jbptunikompp gdl-anggajuand-18247-4-babii

  • 1. BAB II DASAR TEORI 2.1 Proporsional Integral Derivative (PID) Didalam suatu sistem kontrol kita mengenal adanya beberapa macam aksi kontrol, diantaranya yaitu aksi kontrol proporsional, aksi kontrol integral dan aksi kontrol derivative. Masing-masing aksi kontrol ini mempunyai keunggulankeunggulan tertentu, dimana aksi kontrol proporsional mempunyai keunggulan rise time yang cepat, aksi kontrol integral mempunyai keunggulan untuk memperkecil error ,dan aksi kontrol derivative mempunyai keunggulan untuk memperkecil error atau meredam overshot/undershot. Untuk itu agar kita dapat menghasilkan output dengan risetime yang cepat dan error yang kecil kita dapat menggabungkan ketiga aksi kontrol ini menjadi aksi kontrol PID. Parameter pengontrol Proporsional Integral derivative (PID) selalu didasari atas tinjauan terhadap karakteristik yang di atur (plant). Dengan demikian bagaimanapun rumitnya suatu plant, prilaku plant tersebut harus di ketahui terlabih dahulu sebelum pencarian parameter PID itu dilakukan. 2.1.1 Pengontrol proporsional Pengontrol proposional memiliki keluaran yang sebanding atau proposional dengan besarnya sinyal kesalahan (selisih antara besaran yang di inginkan dengan harga aktualnya). Secara lebih sederhana dapat dikatakan bahwa keluaran pengontrol proporsional merupakan perkalian antara konstanta 5
  • 2. proposional dengan masukannya. Perubahan pada sinyal masukan akan segera menyebabkan sistem secara langsung mengeluarkan output sinyal sebesar konstanta pengalinya. Gambar 2.1 menunjukkan blok diagram yang menggambarkan hubungan antara besaran setting, besaran aktual dengan besaran keluaran pengontrol proporsional. Sinyal keasalahan (error) merupakan selisih antara besaran setting dengan besaran aktualnya. Selisih ini akan mempengaruhi pengontrol, untuk mengeluarkan sinyal positif (mempercepat pencapaian harga setting) atau negatif (memperlambat tercapainya harga yang diinginkan). Gambar 2.1 Diagram blok kontroler proporsional pengontrol proposional memiliki 2 parameter, pita proposional (propotional band) dan konstanta proporsional. Daerah kerja kontroler efektif dicerminkan oleh pita proporsional sedangkan konstanta proporsional menunjukan nilai faktor penguatan sinyal tehadap sinyal kesalahan Kp Hubungan antara pita proporsional (PB) dengan konstanta proporsional (Kp) ditunjukkan secara persentasi oleh persamaan berikut: (2.1) 6
  • 3. Gambar 2.2 menunjukkan grafik hubungan antara PB, keluaran pengontrol dan kesalahan yang merupakan masukan pengontrol. Ketika konstanta proporsional bertambah semakin tinggi, pita proporsional menunjukkan penurunan yang semakin kecil, sehingga lingkup kerja yang dikuatkan akan semakin sempit. Gambar 2.2 Proportional band dari pengontrol proporsional tergantung pada penguatan. Ciri-ciri pengontrol proposional harus diperhatikan ketika pengontrol tersebut diterapkan pada suatu sistem. Secara eksperimen, pengguna pengontrol propoisional harus memperhatikan ketentuan-ketentuan berikut ini : 7
  • 4. 1. kalau nilai Kp kecil, pengontrol proposional hanya mampu melakukan koreksi kesalahan yang kecil, sehingga akan menghasilkan respon sisitem yang lambat. 2. kalau nilai Kp dinaikan, respon sistem menunjukan semakin cepat mencapai set point dan keadaan stabil. 3. namun jika nilai Kp diperbesar sehingga mencapai harga yang berlebiahan, akan mengakibatkan sistem bekerja tidak stabil, atau respon sistem akan berosolasi 2.1.2 Pengontrol Integral Pengontrol integral berfungsi menghasilkan respon sistem yang memiliki kesalahan keadaan stabil nol. Jika sebuah plant tidak memiliki unsur integrator (1/s), pengontrol proposional tidak akan mampu menjamin keluaran sistem dengan kesalahan keadaan stabilnya nol. Dengan pengontrol integral, respon sistem dapat diperbaiki, yaitu mempunyai kesalahan keadaan stabilnya nol. Pengontrol integral memiliki karaktiristik seperti halnya sebuah integral. Keluaran sangat dipengaruhi oleh perubahan yang sebanding dengan nilai sinyal kesalahan. Keluaran pengontrol ini merupakan penjumlahan yang terus menerus dari perubahan masukannya. Kalau sinyal kesalahan tidak mengalami perubahan, keluaran akan menjaga keadaan seperti sebelum terjadinya perubahan masukan. Sinyal keluaran pengontrol integral merupakan luas bidang yang dibentuk oleh kurva kesalahan penggerak. Sinyal keluaran akan berharga sama dengan harga sebelumnya ketika sinyal kesalahan berharga nol. Gambar 2.3 8
  • 5. menunjukkan contoh sinyal kesalahan yang dimasukan ke dalam pengontrol integral dan keluaran pengontrol integral terhadap perubahan sinyal kesalahan tersebut. Gambar 2.3 Kurva sinyal kesalahan e(t) terhadap t pada pembangkit kesalahan nol. Gambar 2.4 menunjukkan blok diagram antara besaran kesalahan dengan keluaran suatu pengontrol integral. Gambar 2.4 Blok diagram hubungan antara besaran kesalahan dengan pengontrol integral Pengaruh perubahan konstanta integral terhadap keluaran integral ditunjukkan oleh Gambar 2.5. Ketika sinyal kesalahan berlipat ganda, maka nilai laju perubahan keluaran pengontrol berubah menjadi dua kali dari semula. Jika nilai 9
  • 6. konstanta integrator berubah menjadi lebih besar, sinyal kesalahan yang relatif kecil dapat mengakibatkan laju keluaran menjadi besar . Gambar 2.5 Perubahan keluaran sebagai akibat penguatan dan kesalahan Ketika digunakan, pengontrol integral mempunyai beberapa karakteristik berikut ini: 1. keluaran pengontrol membutuhkan selang waktu tertentu, sehingga pengontrol integral cenderung memperlambat respon. 2. ketika sinyal kesalahan berharga nol, keluaran pengontrol akan bertahan pada nilai sebelumnya. 3. jika sinyal kesalahan tidak berharga nol, keluaran akan menunjukkan kenaikan atau penurunan yang dipengaruhi oleh besarnya sinyal kesalahan dan nilai Ki. 4. konstanta integral Ki yang berharga besar akan mempercepat hilangnya offset. Tetapi semakin besar nilai konstanta Ki akan mengakibatkan peningkatan osilasi dari sinyal keluaran pengontrol. 10
  • 7. 2.1.3 pengontrol Derivative Keluaran pengontrol Derivative memiliki sifat seperti halnya suatu operasi differensial. Perubahan yang mendadak pada masukan pengontrol, akan mengakibatkan perubahan yang sangat besar dan cepat. Gambar 2.6 menunjukkan blok diagram yang menggambarkan hubungan antara sinyal kesalahan dengan keluaran pengontrol. Gambar 2.6 Blok diagram pengontrol Derivative Gambar 2.7 menyatakan hubungan antara sinyal masukan dengan sinyal keluaran pengontrol Derivative. Ketika masukannya tidak mengalami perubahan, keluaran pengontrol juga tidak mengalami perubahan, sedangkan apabila sinyal masukan berubah mendadak dan menaik (berbentuk fungsi step), keluaran menghasilkan sinyal berbentuk impuls. Jika sinyal masukan berubah naik secara perlahan (fungsi ramp), keluarannya justru merupakan fungsi step yang besar magnitudnya sangat dipengaruhi oleh kecepatan naik dari fungsi ramp dan faktor konstanta diferensialnya. 11
  • 8. Gambar 2.7 Kurva waktu hubungan input-output pengontrol Derivative Karakteristik pengontrol derivative adalah sebagai berikut: 1. pengontrol ini tidak dapat menghasilkan keluaran bila tidak ada perubahan pada masukannya (berupa sinyal kesalahan). 2. jika sinyal kesalahan berubah terhadap waktu, maka keluaran yang dihasilkan pengontrol tergantung pada nilai Td dan laju perubahan sinyal kesalahan. (Powel, 1994, 184). 3. pengontrol derivative mempunyai suatu karakter untuk mendahului, sehingga pengontrol ini dapat menghasilkan koreksi yang signifikan sebelum pembangkit kesalahan menjadi sangat besar. Jadi pengontrol derivative dapat mengantisipasi pembangkit kesalahan, memberikan aksi yang bersifat korektif, dan cenderung meningkatkan stabilitas sistem . Berdasarkan karakteristik pengontrol tersebut, pengontrol derivative umumnya dipakai untuk mempercepat respon awal suatu sistem, tetapi tidak memperkecil kesalahan pada keadaan stabilnya. Kerja pengontrol derivative hanyalah efektif pada lingkup yang sempit, yaitu pada periode peralihan. Oleh 12
  • 9. sebab itu pengontrol derivative tidak pernah digunakan tanpa ada pengontrol lain sebuah sistem (Sutrisno, 1990, 102). 2.1.4 pengontrol PID Setiap kekurangan dan kelebihan dari masing-masing pengontrol P, I dan D dapat saling menutupi dengan menggabungkan ketiganya secara paralel menjadi pengontrol proposional plus integral plus derivative (pengontrol PID). Elemen-elemen pengontrol P, I dan D masing-masing secara keseluruhan bertujuan untuk mempercepat reaksi sebuah sistem, menghilangkan offset dan menghasilkan perubahan awal yang besar. Gambar 2.8 Blok diagram kontroler PID analog Keluaran pengontrol PID merupakan penjumlahan dari keluaran pengontrol proporsional, keluaran pengontrol integral. Gambar 2.9 menunjukkan hubungan tersebut. 13
  • 10. Gambar 2.9 Hubungan dalam fungsi waktu antara sinyal keluaran dengan masukan untuk pengontrol PID Karakteristik pengontrol PID sangat dipengaruhi oleh kontribusi besar dari ketiga parameter P, I dan D. Pengaturan konstanta Kp, Ti, dan Td akan mengakibatkan penonjolan sifat dari masing-masing elemen. Satu atau dua dari ketiga konstanta tersebut dapat diatur lebih menonjol dibanding yang lain. Konstanta yang menonjol itulah akan memberikan kontribusi pengaruh pada respon sistem secara keseluruhan . 2.2 Penalaan Paramater Pengontrol PID Penalaan parameter pengontrol PID selalu didasari atas tinjauan terhadap karakteristik yang diatur (plant). Dengan demikian betapapun rumitnya suatu plant, perilaku plant tersebut harus diketahui terlebih dahulu sebelum penalaan parameter PID itu dilakukan. Karena penyusunan model matematik plant tidak mudah, maka dikembangkan suatu metode eksperimental. Metode ini didasarkan pada reaksi plant yang dikenai suatu perubahan. Dengan menggunakan metode itu model matematik perilaku plant tidak diperlukan lagi, karena dengan menggunakan data yang berupa kurva keluaran, penalaan pengontrol PID telah 14
  • 11. dapat dilakukan. Penalaan bertujuan untuk mendapatkan kinerja sistem sesuai spesifikasi perancangan. Ogata menyatakan hal itu sebagai alat control (controller tuning). Dua metode pendekatan eksperimen adalah Ziegler-Nichols dan metode Quarter decay. 2.2.1 Metode Ziegler-Nichols Ziegler-Nichols pertama kali memperkenalkan metodenya pada tahun 1942. Metode ini memiliki dua cara, metode osilasi dan kurva reaksi. Kedua metode ditujukan untuk menghasilkan respon sistem dengan lonjakan maksimum sebesar 25%. Gambar 2.10 memperlihatkan kurva dengan lonjakan 25%. Gambar 2.10 Kurva respons tangga satuan yang memperlihatkan 25 % lonjakan maksimum 2.2.1.1 Metode Kurva Reaksi Metode ini didasarkan terhadap reaksi sistem untaian terbuka. Plant sebagai untaian terbuka dikenai sinyal fungsi tangga satuan (Gambar 2.11). Jika plant minimal tidak mengandung unsur integrator ataupun pole-pole kompleks, 15
  • 12. reaksi sistem akan berbentuk S. Gambar 2.12 menunjukkan kurva berbentuk S tersebut. Kelemahan metode ini terletak pada ketidakmampuannya untuk plant integrator maupun plant yang memiliki pole kompleks. Gambar 2.11 Respon tangga satuan sistem Gambar 2.12 Kurva Respons berbentuk S Kurva berbentuk S mempunyai dua konstanta, waktu mati (dead time) L dan waktu tunda T. Dari Gambar 2.12 terlihat bahwa kurva reaksi berubah naik, setelah selang waktu L. Sedangkan waktu tunda menggambarkan perubahan kurva setelah mencapai 66% dari keadaan stabilnya. Pada kurva dibuat suatu garis yang bersinggungan dengan garis kurva. Garis singgung itu akan memotong dengan 16
  • 13. sumbu absis dan garis maksimum. Perpotongan garis singgung dengan sumbu absis merupakan ukuran waktu mati, dan perpotongan dengan garis maksimum merupakan waktu tunda yang diukur dari titik waktu L. Penalaan parameter PID didasarkan perolehan kedua konstanta itu. Zeigler dan Nichols melakukan eksperimen dan menyarankan parameter pengaturan nilai Kp, Ti, dan Td dengan didasarkan pada kedua parameter tersebut. Tabel 2.1 merupakan rumusan penalaan parameter PID berdasarkan cara kurva reaksi. Tabel 2.1 Penalaan paramater PID dengan metode kurva reaksi Tipe Pengontrol P PI PID Kp T/L 0,9 T/L 1,2 T/L Ti ~ L/0.3 2L Td 0 0 0,5L 2.2.1.2 Metode Osilasi Metode ini didasarkan pada reaksi sistem untaian tertutup. Plant disusun serial dengan pengontrol PID. Pertama parameter parameter integrator diatur tak berhingga dan parameter derivative diatur nol (Ti = ~ ;Td = 0). Parameter proporsional kemudian dinaikkan bertahap. Mulai dari nol sampai mencapai harga yang mengakibatkan reaksi sistem berosilasi. Reaksi sistem harus berosilasi dengan magnitud tetap (Sustain oscillation).Gambar 2.13 menunjukkan rangkaian untaian tertutup pada cara osilasi. 17
  • 14. Gambar 2.13 Sistem untaian tertutup dengan alat pengontrlol proporsional Nilai penguatan proposional pada saat sistem mencapai kondisi berosilasi dengan magnitud tetap (sustain oscillation) disebut ultimate gain Ku. Periode dari sustain oscillation disebut ultimate period Tu (Perdikaris, 1991, 433). Gambar 2.14 menggambarkan kurva reaksi untaian tertutup ketika berosilasi. Gambar 2.14 Kurva respon sustain oscillation Penalaan parameter PID didasarkan terhadap kedua konstanta hasil eksperimen, Ku dan Pu. Ziegler dan Nichols menyarankan pengaturan nilai parameter Kp, Ti, dan Td berdasarkan rumus yang diperlihatkan pada Tabel 2.2 18
  • 15. Tabel 2.2 Penalaan paramater PID dengan metode osilasi Tipe Pengontrol P PI PID Kp 0.5 Ku 0.45 Ku 0.6 Ku Ti Td 1/2 Pu 0.5 Pu 0.125 Pu 2.2.2 Metode Quarter - decay Karena tidak semua proses dapat mentolerir keadaan osilasi dengan amplituda tetap, Cohen-coon berupaya memperbaiki metode osilasi dengan menggunakan metode quarter amplitude decay. Tanggapan untaian tertutup sistem, pada metode ini, dibuat sehingga respon berbentuk quarter amplitude decay (Guterus, 1994, 9-13). Quarter amplitude decay didefinisikan sebagai respon transien yang amplitudanya dalam periode pertama memiliki perbandingan sebesar seperempat (1/4) . Gambar 2.15 Kurva respon quarter amplitude decay 19
  • 16. pengontrol proportional Kp diatur hingga diperoleh tanggapan quarter amplitude decay, periode pada saat pengaturan ini disebut Tp dan parameter Ti dan Td dihitung dari hubungan (Perdikaris, 434, 1990). Sedangkan penalaan parameter pengontrol PID adalah sama dengan yang digunakan pada metode Ziegler-Nichols (lihat Tabel 2.1 untuk metode kurva reaksi dan Tabel 2.2 untuk metode osilasi). 2.3 Tuning PID contoller Tuning dilakukan untuk mendapatkan nilai-nilai parameter PID atau pemberian parameter P, I, dan D dengan hasil terbaik sehingga dapat mengoptimasikan kerja suatu sistem dengan error yang terjadi dapat diperkecil dan didapatkan respon sistem yang di inginkan (2.2) u adalah output pengontrol, Kp tetap adalah proportional gain (keuntungan sebanding), Ti adalah integral time (waktu integral),Td adalah derivative time (waktu derivative), dan e adalah error antara referensi serta output proses. Untuk perioda sampling kecil. (2.3) indeks mengacu pada saat tertentu tanda waktu. dengan cara mengatur atau menyesuaikan parameter Kp , Ti, dan Td. 20
  • 17. Beberapa aspek pengaturan mungkin saja digambarkan oleh pertimbangan statis. untuk kendali yang secara murni sebanding ( Td=0 dan 1/Ti=0), hukum kendali(2) mengurangi kepada : (2.4) Mempertimbangkan pengulangan peedback, dimana pengontrol proposional meningkatkan Kp dan proses ini mempunyai keuntungan K didalam kondisi steady state. output proses x adalah yang berhubungan dengan referensi Ref, beban l, dan noise pengukuran n oleh persamaan. (2.5) Tabel 2.3 merupakan aturan dalam matode Ziegler Nichols untuk menentukan parameter – parameter PID. Tabel 2.3 The Ziegler Nichols rules (prequency response method) Tipe Pengontrol P PI PID Kp 0.5 Ku 0.45 Ku 0.6 Ku Ti Td Tu/1.2 Tu/2 Tu/8 Tuning di lakukan untuk mendapatkan nilai-nilai parameter PID dengan hasil terbaik sehingga dapat mengoptimasikan kerja suatu sistem dengan error yang terjadi dapat di minimalisasi. 21
  • 18. 2.4 Plant Sistem ini mensimulasikan suatu sistem tangki yang berfungsi menampung dan mengalirkan fluida. Dibagian atas tangki proses 1 terdapat pipa yang secara kontinyu mengalirkan fluida kedalam tangki proses 1, sedangkan keluaran fluida dari tanki proses 1 akan menjadi masukan fluida bagi tangki proses 2. Control Valve 1 berfungsi untuk mengontrol keluaran dari tangki proses 1. Jika Control Valve 1 ditutup rapat, maka fluida akan tertahan di tangki proses 1 dan permukaan fluida di tangki proses 1 akan meninggi. Dan sebaliknya jika Control Valve 1 dibuka lebar, maka fluida akan mengalir keluar sehingga permukaan fluida di tangki proses 1 akan menurun. Dengan prinsip yang sama, Control Valve 2 mengontrol keluaran dari tangki proses 2. Dalam simulasi ini digunakan beberapa asumsi berikut : • kedua tangki berbentuk silinder dengan diameter 40 cm dan tinggi 100 cm • pipa keluaran berbentuk lingkaran dengan diameter 4 cm • percepatan gravitasi 9.8 m/s2 • debit aliran masuk pada tangki proses 1 adalah 0.03 m3/s • control Valve dapat diatur bukaannya antara 0 – 100% Perhitungan yang dipakai adalah : • Besar debit output pada tangki proses 1 berubah menurut persamaan : Qout1 (t ) = LuasPipa1 × 2 gh1 (t − 1) (2.6) 22
  • 19. • Level air pada tangki proses 1 berubah menurut persamaan : h1 (t ) = h1 (t − 1) + • Qin − Qout1 LuasAlasTangki Besar debit output pada tangki proses 2 berubah menurut persamaan : Qout2 (t ) = LuasPipa2 × 2 gh2 (t − 1) • (2.7) (2.8) Level air pada tangki proses 2 berubah menurut persamaan h2 (t ) = h2 (t − 1) + Qout1 − Qout2 LuasAlasTangki (2.9) 23