Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...Sultan Herlino
Hasil Kajian penelitian oleh Laboratorium PHP Lambuya yang dipimpin oleh Kepala Laboratorium PHP Lambuya, Abd. Rahim, SP., MP.
Telah diseminarkan pada Gelar Teknologi/ Seminar Hasil Kajian
Choosing 24 fiber mpomtp cabling for 40100 g migrationTeresa Huang
Running 40G requires 8 fibers, with 4 fibers each transmitting at 10Gbit/s and 4 fibers each receiving at 10Gbit/s. Running 100G requires a total of 20 fibers, with 10 transmitting at 10Gbit/s and 10 receiving at 10Gbit/s. Both scenarios call for high-density MPO-style connectors, which can be either 12-fiber or 24-fiber. However, 24-fiber MPO/MTP cabling is often considered to be the better solution for 40/100G migration. Why? Reading this post and you will get the reasons.
Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...Sultan Herlino
Hasil Kajian penelitian oleh Laboratorium PHP Lambuya yang dipimpin oleh Kepala Laboratorium PHP Lambuya, Abd. Rahim, SP., MP.
Telah diseminarkan pada Gelar Teknologi/ Seminar Hasil Kajian
Choosing 24 fiber mpomtp cabling for 40100 g migrationTeresa Huang
Running 40G requires 8 fibers, with 4 fibers each transmitting at 10Gbit/s and 4 fibers each receiving at 10Gbit/s. Running 100G requires a total of 20 fibers, with 10 transmitting at 10Gbit/s and 10 receiving at 10Gbit/s. Both scenarios call for high-density MPO-style connectors, which can be either 12-fiber or 24-fiber. However, 24-fiber MPO/MTP cabling is often considered to be the better solution for 40/100G migration. Why? Reading this post and you will get the reasons.
Elite InfoWorld, a premier Web & Mobile development company in India provides businesses with a gamut of web services that also include ecommerce development, PHP web development, SEO (Search engine optimization), open source web development, mobile application development and much more. Our prime focus is to deliver complete web and mobile solutions that are modern, technologically advanced and visually compelling.
Metodologia executiva Poços Tubulares Profundos - Poços ArtesianosEdgar Pereira Filho
Breve artigo demonstrando a metodologia executiva e normativa dos poços tubulares profundos também conhecidos como poços artesianos. Metodologia Roto Pneumática.
Dianova Rumo à Sustentabilidade Jobshop Economia 2009Dianova
NGOs and Third sector is becoming more attractive for new business professionals that want to pursuit a meaningful and achieving carreer that also benefit society in general. This is a presentation of Dianova at Jobshop 2009 at Universidade Lusófona, 17-03-09 for Economy and Management students.
Tanaman katuk dapat diperbanyak dengan stek dari batang yang sudah berkayu. Kendala perbanyakan stek katuk, lamanya muncul akar dan tunas, oleh karena itu untuk memacu pertumbuhan akar dan tunas perlu diberi zat pengatur tumbuh
OPLAKAR (Optimalisasi Lahan Pekarangan) dengan Budidaya Tanaman PisangKKNBerbahSleman
[OPLAKAR (Optimalisasi Lahan Pekarangan ) dengan Budidaya Tanaman Pisang]
Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka memberikan pemahaman dan persamaan persepsi mengenai bagaimana mengelola lingkungan pekarangan menjadi sumber penghidupan baik dari segi kemandirian pangan dan peningkatan ekonomi. Budidaya yang dipertimbangkan adalah tanaman hortikultura jenis tanaman buah, yakni pisang (Musa paradisiaca). Tanaman pisang merupakan tanaman yang serbaguna , mulai dari akar (rhizome) sampai daun dapat dimanfaatkan oleh manusia.
#KKN PPM UGM 2021 Periode II
#Unit 2021-YO045
Pupuk Agar Sawit Cepat Berbuah l Pupuk Sawit Alami l Pupuk Sawit Agar Buah Besarasepansori
Obat Sawit Daun Kuning,
Obat Sawit Mati Pucuk,
Sawit Menguning ,
Kebaikan Vitamin E Sawit,
Sawit Daun Kuning,
Sawit Berbuah Hijau,
Sawit Buah Hijau,
Sawit Berbuah Banyak,
Sawit Buah Besar,
Pupuk Sawit Baru Tanam,
Pupuk Sawit Lahan Gambut,
Pupuk Sawit Umur 2 Tahun,
Pupuk Sawit Paling Bagus,
Pupuk Sawit Daun Kuning,
Pupuk Sawit Ditanah Gambut,
Pupuk Sawit Alami,
Pupuk Sawit Agar Buah Besar,
Pupuk Sawit Agar Buah Besar Dan Berat,
Pupuk Sawit Awal Tanam,
Pupuk Sawit Agar Berbuah Lebat,
Pupuk Sawit Agar Buah Lebat,
Pupuk Akar Sawit,
Pupuk Sawit Baru Ditanam,
Pupuk Sawit Belum Menghasilkan,
Pupuk Agar Sawit Cepat Berbuah,
Pupuk Sawit Yang Cocok Di Lahan Gambut,
Pupuk Sawit Dari Nasa,
Pupuk Sawit Daun Kering,
Pupuk Sawit Di Tanah Pasir,
Pupuk Sawit Tanah Gambut,
Pupuk Sawit Musim Hujan,
Pupuk Sawit Per Hektar,
Info Pupuk Sawit,
Pupuk Sawit Jantan,
Pupuk Untuk Sawit Jantan,
Pupuk Sawit Unggul Jaya,
Pupuk Sawit Khusus Lahan Gambut,
Pupuk Sawit Komplit,
Pupuk Kelapa Sawit Khusus Buah,
Pupuk Kelapa Sawit Di Tanah Gambut,
Pupuk Kelapa Sawit Yang Bagus,
Pupuk Sawit Lahan Pasir,
Jenis Pupuk Sawit Lahan Gambut,
Pupuk Sawit Pada Lahan Gambut,
Pupuk Sawit Masa Pertumbuhan,
Pupuk Sawit Musim Kemarau,
1. JOB IMPROVEMENT
DIVISI PROTEKSI TANAMAN
ISOLASI CEPAT KAPANG Metarhizium sp. DARI TANAH PERKEBUNAN
KELAPA SAWIT PT ASTRA AGRO LESTARI, Tbk. DAN UJI VIRULENSINYA
TERHADAP HAMA KUMBANG DI BERBAGAI MEDIA SARANG LARVA
(QUICK ISOLATION OF Metarhizium sp. FROM OIL PALM SITE SOILS OF
PT ASTRA AGRO LESTARI, Tbk. AND ITS VIRULENCE TEST FOR
BIOLOGICAL CONTROL OF BEETLES ON LARVAS TRAPPING)
DADANG HIDAYATUL MUSTHOFA, S.Si
PT LESTARI TANI TELADAN
Sulawesi Tengah 2014
2. 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini pengendalian hama penyakit tanaman dengan menggunakan agensia hayati
terbukti efektif dibanding dengan material pestisida kimiawi yang menimbulkan masalah. Hal ini
karena pengendalian secara biologis tidak menimbulkan residu jangka panjang dan spesifik
menyerang serangga inang. Oleh karena itu pengembangan mikroorganisme patogen termasuk
kapang untuk membasmi serangga hama terus ditingkatkan. Pemahaman mengenai fisiologi
jamur, ekologi serangga, cara pengendalian, dan metode produksi biopestisida sangat penting
sehingga efikasi di lapangan mendapatkan hasil maksimal.
Metharizium sp. adalah agensia hayati penyebab penyakit green muscardin dan
merupakan jamur utama dalam pengendalian serangga perusak tanaman. Jamur ini
diklasifikasikan dalam kelompok Deuteromycete, genus Hyphomicetes, bersifat fakultatif
parasit, dan mempunyai aktivitas entamopatogen. Ada banyak kemiripan kapang entamopatogen
di alam dengan relung ekologi berbeda. Menurut Onofre et al. (2001) terdapat 700 spesies dalam
90 genus jamur yang mempunyai aktivitas entamopatogen. Beberapa obligat parasit dan yang
lain fakultatif. Jamur yang bersifat obligat hidup dalam serangga spesifik dan hanya mungkin
menginfeksi inang di alam. Sedangkan jamur fakultatif mudah dipelajari secara in vitro dan tidak
mempunyai siklus saprofit di alam (Ghanbari et al., 2009).
Metarhizium sp. adalah kapang yang menarik karena dapat menyerang host secara
langsung dan memproduksi metabolit aktif baik dalam skala laboratorium maupun lapangan.
Metabolit tersebut adalah persenyawaan destruksin yang telah teridentifikasi dan dipurifikasi di
sebagian besar genus Metarhizium. Kelompok Metarhizium yang lain juga mempunyai
kemiripan hasil metabolit. Di pasaran, biopestisida dengan bahan aktif Metarhizium sp.
mempunyai jenis produk berbeda-beda sesuai dengan varietasnya.
Pemilihan biopestisida yang tepat adalah faktor yang paling penting dalam proses efikasi
di lapangan. Biopestisida yang baik mengandung bahan aktif yang mempunyai daya virulensi
yang tinggi, tetapi repelensi nya rendah. Sehingga perlu dilakukan seleksi terhadap Metarhizium
yang digunakan dengan melakukan isolasi dari alam. Tingginya daya virulensi penting untuk
mengendalikan hama dengan biaya rendah dengan tingkat efikasi tertinggi. Rendahnya daya
repelensi dapat meningkatkan infeksi lanjutan hingga ke koloninya.
Memahami background di atas, muncul gagasan untuk melakukan seleksi Metarhizium
dari tanah perkebunan kelapa sawit di PT Astra Agro Lestari area Sulawesi untuk pengendalian
3. 3
kumbang. Isolat yang terseleksi diformulasikan dan diuji virulensinya pada berbagai sarang larva
sesuai habitat alaminya. Untuk pengembangannya, biopestisida yang dihasikan tidak hanya dapat
digunakan untuk pengendalian kumbang tetapi juga hama rayap. Menurut Rath (2000)
Metarhizium sp. tersebar luas di tanah dan mempunyai range host yang luas, termasuk rayap
(Isoptera: Rhinotermitidae).
1.2 Perumusan masalah
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana mengisolasi dan menguji virulensi
kapang Metarhizium sp. indigenous AAL C1 untuk pengendalian kumbang.
1.3 Batasan Masalah
Penelitian ini membatasi masalah yang akan dibahas:
1. Sumber isolat adalah tanah di perkebunan kelapa sawit PT Astra Agro Lestari, Tbk area
C1
2. Bahan yang digunakan sebagai sarang larva adalah TKKS dan serbuk batang kelapa sawit.
3. Suhu yang digunakan dalam produksi biopestisida adalah 30o
C pada pH 6 sedangkan
faktor abiotik diabaikan.
4. Kandungan bahan sarang yang akan digunakan tidak dianalisa terlebih dahulu dan
dianggap tidak terkontaminasi logam berat atau senyawa lain.
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan menguji virulensi kapang Metarhizium sp.
indigenous AAL C1 untuk pengendalian kumbang.
1.5 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah informasi mengenai mengisolasi
dan menguji virulensi kapang Metarhizium sp. indigenous AAL C1 untuk pengendalian
kumbang. Sehingga dapat diaplikasikan dalam pengendalian hama kumbang di PT Astra Agro
Lestari, Tbk. dengan biaya yang lebih murah serta menjamin ketersediaan biopestisida.
4. 4
BAB II
METODOLOGI
2.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Januari - Mei 2014 di area PT Astra Agro Lestari, Tbk
area Celebes 1 dan laboratorium bioteknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
2.2 Alat, Bahan, dan Cara Kerja
2.2.1. Sampling tanah
Pengambilan sampel tanah dilakukan di area perkebunan kelapa sawit PT Astra Agro
Lestari, Tbk area Celebes 1 sebanyak 8 titik sampel. Tiap titik sampel ditandai koordinatnya dan
diambil 1 kg tanah dari kedalaman 0-20 cm dari area yang berbeda. Sampel dimasukkan dalam
kantong plastik dan disimpan pada suhu 4o
C sampai proses kultur.
2.2.2 Isolasi Metarhizium sp.
Sebanyak 10 gram sampel tanah dilarutkan dalam 5L akuades yang selanjutnya
dinamakan suspensi tanah. Satu mL suspensi tanah dipindahkan ke dalam petri disk steril yang
berisi medium kultur dengan komposisi: 0,5 g KH2PO4, 0.5 g K2HPO4, 0.5 g peptone, 0.5 g
MgSO4, 10 g dextrose, 0.5 g yeast extract, 0.05 g rosebengal, 0.03 g streptomycin sulphate.
Larutan rose-bengal dan streptomycin ditambahkan dalam medium setelah sterilisasi dan
sebelum dipindahkan ke petri disk. Isolat diisolasi dengan metode single spore.
2.2.3 Karakterisasi Metarhizium sp.
Identifikasi isolat kapang dilakukan dengan pengamatan karakteristik makroskopis dan
mikroskopis berdasarkan buku pengenalan kapang tropis umum (Gandjar, 1999), illustrated
Genera of imperfect fungi (Barneet, 1969), dan fungi and key to species (Watanabe, 2002).
Untuk penyimpanan isolat, dilakukan inokulasi ke dalam media PDA dan disimpan dalam suhu
4°C.
2.2.4 Pembuatan Kurva Pertumbuhan Metarhizium sp.
Lima puluh ml media cair PDB disterilisasi pada suhu 121 ºC selama 30 menit.
Dinginkan sampai hangat kuku. Dua ose Metarhizium sp. murni dari agar miring ditambahkan ke
dalam media dan ditutup rapat. Diinkubasi dengan 130 rpm pada suhu 25-30 ºC, selama 5 hari.
5. 5
Lima belas % inokulum ditambahkan kedalam PDB dan ditutup rapat. Diinkubasi dengan 150
rpm pada suhu 25-30 ºC selama 5 hari. Dianalisa berat keringnya tiap 12 jam.
2.2.5 Perbanyakan Metarhizium sp. pada Media Jagung
Jagung dimasak kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik ± 200 gram/kantong,
selanjutnya disterilkan dalam autoclave selama ± 60 menit. Media jagung tersebut
diinokulasikan dengan spora kapang Metarhizium sp. Kemudian kantong plastik distaples rapat
dengan menyisakan ¼ ruang udara dalam kantong plastik, selanjutnya diinkubasikan. Kapang
siap aplikasi dicirikan media jagung dipenuhi spora berwarna hijau. (Turpeinen et al., 2007).
2.2.6 Uji Virulensi Metarhizium sp. pada Berbagai Media Sarang Larva
Menyiapkan larva Orichtes rhinoceros sehat instar III sebanyak 240 ekor. Ukuran plot
sarang/trapping menggunakan ember plastik berdiameter 32 cm, setiap sarang diisi 10 ekor larva
O. rhinoceros diinokulasi/disebari 25 gr kapang. Setelah seminggu sarang dibongkar/diaduk-
aduk untuk mencari larva O. rhinoceros kemudian dikumpulkan dan diamati. Setelah diamati
larva dikembalikan lagi pada sarang semula pada setiap perlakuan.
2.3 Rancangan Penelitian dan Analisis Data
Metode yang digunakan adalah RAL pola faktorial 4 x 2 dengan setiap perlakuan terdiri
dari 3 ulangan. Pengamatan dilakukan setiap minggu selama 1 bulan. Faktor yang dikaji adalah:
Faktor pertama, isolat Metarhizium sp. yang diisolasi, terdiri atas empat level/jenis:
1. Metarhizium sp. indigenous PSKY diberi kode I1
2. Metarhizium sp. indigenous MMG diberi kode I2
3. Metarhizium sp. indigenous LTW diberi kode I3
4. Metarhizium sp. indigenous LTW diberi kode I4
Faktor kedua, jenis media sarang, terdiri atas dua level/jenis:
1. Media sarang TKKS dengan kode S1.
2. Media sarang serbuk kelapa sawit dengan kode S2
6. 6
Tabel 1. Rancangan percobaan.
Isolat (I) Jenis sarang buatan (S)
S1 S2
I1 I1S1 I1S2
I2 I2S1 I2S2
I3 I3S1 I3S2
I4 I4S1 I4S2
Gambar 1. Tata Letak Penelitian: Perlakuan Faktorial 4 x 2 = 8 perlakuan x 3 Ulangan = 24 plot
2.4 Analisis Data
Data penelitian dianalisa dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Penghitungan
jumlah paraspora dilakukan untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan Bt dalam
waktu inkubasi tertentu. Jika ada perbedaan yang nyata antara perlakuan, maka dilanjutkan
dengan uji Duncan.
7. 7
BAB III
RANCANGAN BIAYA
Rancangan dana yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah seperti tergambar dalam
tabel di bawah ini :
Tabel 2. Rancangan biaya.
No Keterangan Satuan Frek Harga @ (Rp.) Total (Rp.)
1. Bahan-bahan
KH2PO4 Gram 5 25.000 125.000
K2HPO4 Gram 5 25.000 125.000
Peptone Gram 5 35.000 175.000
MgSO4 Gram 100 15.000 1.500.000
Dextrose Gram 5 25.000 125.000
yeast extract Gram 5 50.000 250.000
rosebengal Gram 0,5 25.000 12.500
streptomycin sulphate Gram 0,3 25.000 7.500
NaOH Kg 1 7.500 7.500
Etanol 70% Pack 1 20.000 20.000
Air suling Liter 1 15.000 15.000
CaCO3 - - - -
HCl Liter 1 11.000 11.000
Pemantik api Buah 1 2.000 2.000
Selotip Buah 1 3.000 3.000
Kertas bungkus Pack 1 5.000 5.000
Kain kassa Pack 1 8.000 8.000
Kapas Pack 1 10.000 10.000
Label Pack 1 4.000 4.000
Tisu Buah 1 12.000 1.200
Aluminium foil Pack 1 50.000 50.000
Malam Pack 1 20.000 20.000
Subtotal 2.101.700
02. Alat-alat
8. 8
Termometer Buah 1 50.000 50.000
Panci Buah 1 Tersedia Tersedia
Oven Buah 1 Tersedia Tersedia
Pisau Buah 1 7.500 7.500
Mesin penggiling Buah 1 Tersedia Tersedia
Timbangan Buah 3 Tersedia Tersedia
Neraca analitik Buah 1 Tersedia Tersedia
Gelas ukur Buah 2 12.500 25.000
Erlenmeyer Buah 12 20.000 240.000
Spatula Buah 2 3.000 6.000
pH meter Buah 1 50.000 50.000
Aerator Buah 12 20.000 240.000
Bioreaktor/drum Buah 4 150.000 600.000
Mikroskop Buah - Tersedia Tersedia
Botol leher angsa Buah 1 20.000 20.000
Haemocytometer Buah 1 985.000 985.000
Subtotal 2.223.500
TOTAL PENGELUARAN 4.325.200
9. 9
DAFTAR PUSTAKA
Bernhard, K., P. Jarrett , M. Meadows, J. Butt, D. J. Ellis, G. M. Roberts, S.Pauli, P. Rodgers,
and H. D. Burges. 1997. Natural isolates of Bacillus thuringiensis: worldwide distribution,
characterization, and activity against insect pests. Journal of Invertebrate Pathology. 70, :
59-68.
Cetinkava,F.T. 2002. Isolation of Bacillus thuringiensis and Investigation of Its Crystal Protein
Genes. A Dissertation for the Degree of Master of Science. İzmir Institute of Technology
İzmir: Turkey.
Dhillon, G.S, Oberoi, H.S., and Kaur, S. 2011. Value-addition of agricultural wastes for
augmented cellulase and xylanase production through solid-state tray fermentation
employing mixed-culture of fungi. Industrial Crops and Products: 34: 1160– 1167.
Dulmage, H.T and Rhodes, R.A. 1971. Microbiologi Control of Pest and Plant Disesases. Acad
Press: New York.
Glazer, A. N., H. Nikaido. 1995. Microbial Biotechnology Fundamentals of Applied
Microbiology. W.H. Freeman and Company: New York.
Federici, B.A, Park, H.W. Sakano, Y. 2006. Insecticidal protein crystals of Bacillus
thuringiensis. In: Inclusions in Prokaryotes (Ed. JM Shively). Springer-Verlag: Berlin.
I-Son, N.G., Chen, W., Shuang, P., Jiun, L., Potingchen, Chii-Gongtong, Su-Mayyu, and Tuan-
Hua, D. H. 2010. High Level Production Of A Thermoacidophilic Β-Glucosidase From
Penicillium Citrinum YS40-5 By Solid –State Fermentation With Rice Bran. Bioresource
Technology.101:1310–1317.
Kang, S.W., Park, Y.S., Lee, J.S., Hong, S.I., Gadgil, N.J., Daginawala, T., and Chakakrabarti,
S.W. 2004. Production of cellulases and hemicellulases by Aspergillus niger KK2
from lignocellulosic biomass. Bioresour. Technol. 91: 153-156.
Kaur, S. 2002. Potential for developing novel Bacillus thuringiensis strains and transgenic crops
and their implications for Indian agriculture. Agr Biotech Net. 4: 1-10.
Schnepf, E., N. Crickmore, J. Van-Rie, D. Lereclus, J. Baum, J. Feitelson, D. R. Zeigler, and D.
H. Dean. 1998. Bacillus thuringiensis and its insecticidal proteins. Microbiology and
Moleculer Biology Reviews, 62: 774-806.
Stanbury, P., Whitaker, A., and Hall, S.J. 1995. Principles of fermentation of technology.
Elsevier. Burlington.
Turpeinen, B.T, Maijala, P., Hofrichter, M., and Hatkka, A. 2007. Degradation and enzymatic
activities of three Paecilomyces inflatus strains grown on diverse lignocellulosic
substrates. International Biodeterioration & Biodegradation. 59: 283–291.
Wicaksono, Y. 2002. Pemanfaatan Onggok Tapioka dan Urea sebagai Media Sumber Karbon
dan Nitrogen dalam Produksi Bioinsektisida oleh Bacillus thuringiensis
subsp.kurstaki.Skripsi. FATETA IPB: Bogor.