Ekosistem terumbu karang dan padang lamun merupakan sumber daya alam penting di Indonesia yang memiliki peran ekologis dan ekonomi. Namun, ekosistem ini terancam kerusakan akibat aktivitas manusia seperti penangkapan ikan berlebih dan pengeboman serta faktor alam seperti pemanasan global. Upaya pelestarian sedang dilakukan melalui regulasi hukum dan rehabilitasi ekosistem.
Peluang dan tantangan pemberdayaan wilayah laut indonesiaYusuf Irkham
Dokumen tersebut membahas tentang wilayah laut Indonesia, potensi dan ancamannya, serta upaya pencegahan illegal fishing. Wilayah laut Indonesia meliputi landas kontinen, laut teritorial, dan zona ekonomi eksklusif. Potensi laut antara lain sumber daya hayati dan non hayati, sementara ancamannya adalah kerusakan ekosistem dan penurunan stok ikan. Pemerintah menerapkan pengawasan melalui teknologi dan patroli.
Indonesia memiliki potensi sumber daya kelautan yang besar namun belum dimanfaatkan secara optimal. Pemerintah perlu menetapkan kebijakan pengelolaan sumber daya kelautan dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya sektor maritim bagi pembangunan ekonomi nasional.
Membangun Indonesia Sebagai Negara Maritim - Rokhmin DahuriMudrikan Nacong
Dokumen tersebut membahas tentang upaya membangun Indonesia sebagai negara maritim yang maju, adil, dan berdaulat. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa potensi ekonomi kelautan Indonesia sangat besar namun belum dimanfaatkan secara optimal, dan menyebutkan beberapa sektor ekonomi kelautan utama seperti perikanan, pariwisata bahari, dan energi laut yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan masy
Dokumen tersebut membahas pentingnya inovasi maritim untuk memperkuat kedaulatan dan kemakmuran Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar. Beberapa inovasi yang disebutkan meliputi pengembangan budaya bahari, kolaborasi antarlembaga, dan produk-produk untuk mendukung nelayan dan pariwisata bahari.
Teks tersebut membahas potensi sumber daya laut Indonesia yang belum dimanfaatkan secara optimal, khususnya di bidang riset dan pengembangan teknologi maritim. Kurangnya perhatian pemerintah dan kerja sama internasional berakibat banyak data laut Indonesia yang didapatkan oleh negara lain. Teknologi energi laut seperti gelombang, pasang surut dan panas laut dapat menjadi solusi krisis energi, namun belum banyak diter
Ekosistem terumbu karang dan padang lamun merupakan sumber daya alam penting di Indonesia yang memiliki peran ekologis dan ekonomi. Namun, ekosistem ini terancam kerusakan akibat aktivitas manusia seperti penangkapan ikan berlebih dan pengeboman serta faktor alam seperti pemanasan global. Upaya pelestarian sedang dilakukan melalui regulasi hukum dan rehabilitasi ekosistem.
Peluang dan tantangan pemberdayaan wilayah laut indonesiaYusuf Irkham
Dokumen tersebut membahas tentang wilayah laut Indonesia, potensi dan ancamannya, serta upaya pencegahan illegal fishing. Wilayah laut Indonesia meliputi landas kontinen, laut teritorial, dan zona ekonomi eksklusif. Potensi laut antara lain sumber daya hayati dan non hayati, sementara ancamannya adalah kerusakan ekosistem dan penurunan stok ikan. Pemerintah menerapkan pengawasan melalui teknologi dan patroli.
Indonesia memiliki potensi sumber daya kelautan yang besar namun belum dimanfaatkan secara optimal. Pemerintah perlu menetapkan kebijakan pengelolaan sumber daya kelautan dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya sektor maritim bagi pembangunan ekonomi nasional.
Membangun Indonesia Sebagai Negara Maritim - Rokhmin DahuriMudrikan Nacong
Dokumen tersebut membahas tentang upaya membangun Indonesia sebagai negara maritim yang maju, adil, dan berdaulat. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa potensi ekonomi kelautan Indonesia sangat besar namun belum dimanfaatkan secara optimal, dan menyebutkan beberapa sektor ekonomi kelautan utama seperti perikanan, pariwisata bahari, dan energi laut yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan masy
Dokumen tersebut membahas pentingnya inovasi maritim untuk memperkuat kedaulatan dan kemakmuran Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar. Beberapa inovasi yang disebutkan meliputi pengembangan budaya bahari, kolaborasi antarlembaga, dan produk-produk untuk mendukung nelayan dan pariwisata bahari.
Teks tersebut membahas potensi sumber daya laut Indonesia yang belum dimanfaatkan secara optimal, khususnya di bidang riset dan pengembangan teknologi maritim. Kurangnya perhatian pemerintah dan kerja sama internasional berakibat banyak data laut Indonesia yang didapatkan oleh negara lain. Teknologi energi laut seperti gelombang, pasang surut dan panas laut dapat menjadi solusi krisis energi, namun belum banyak diter
Ppt wawasan kemaritiman kelompok 1B Kelas farmasi A 2015 UHOhapsah farmasi
Dokumen tersebut membahas tentang potensi sumber daya laut Indonesia, mencakup:
1) Sumber daya perikanan Indonesia kaya akan ikan tuna dan ikan pelagis;
2) Potensi rumput laut Indonesia untuk makanan dan obat-obatan;
3) Keindahan pantai Indonesia yang memikat wisatawan lokal dan mancanegara.
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...Abida Muttaqiena
Pemanfaatan SDKP berkelanjutan pada prinsipnya adalah perpaduan antara pengelolaan
sumberdaya dan pemanfaatan dengan tetap menjaga kelestarian sumberdaya dalam
jangka panjang untuk kepentingan generasi mendatang. Teknologi penangkapan ikan
bukan hanya ditujukan untuk meningkatkan hasil tangkapan, tetapi juga memperbaiki
proses penangkapan untuk meminimumkan dampak penangkapan ikan terhadap
lingkungan perairan dan biodiversitinya.
Pendayagunaan dan Optimalisasi Potensi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Dala...Himaka Unsyiah
Nama : Muhammad Adhe Putra
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 12 Januari 1994
Email : adheputra38@gmail.com
Asal Universitas : Institut Pertanian Bogor
Judul Esai : Pendayagunaan dan Optimalisasi Potensi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Dalam Menghadapi ASEAN Economic Community Untuk Pembangungan Ekonomi Nasional
Kebijakan kelautan nasional di IndonesiaSunoto Mes
Sebagai negara kepulauan Indonesia memerlukan kebijakan berbasis konsep negara kepulauan dengan prinsip-prinsip integrasi darat dan laut sebagai suatu kesatuan ekosistem, ekonomi, politik, sosial dan kebudayaan. Implementasinya dilakukan dengan 2 prinsip: Konsep negara kepulauan sebagai pola dasar pembangunan dan laut sebagai modal dasar. Pengelolaan laut dapat digunakan dengan konsep tata kelola laut yang baik (good ocean governance) dan implementasinya dengan menggunakan tata guna laut terpadu (integrated sea use management). Pengembangan investasinya dapat digunakan konsep Blue Economy dengan prinsip: keberlanjutan, efisiensi sumberdaya alam, tanpa meninggalkan apapun berupa limbah (zero waste), dan kepedulian sosial. Konsep ini sejalan dengan UU Kelautan yang telah ditetapkan tahun ini. This is a national ocean policy framework initiated and designed based on the principles of sustainability through implementing good ocean governance and integrated sea use management.
UU No. 31 tahun 2004 dan UU No. 45 tahun 2009 mengatur tentang perikanan di Indonesia. UU No. 31 tahun 2004 merupakan undang-undang pertama yang mengatur perikanan, menggantikan UU sebelumnya. UU No. 45 tahun 2009 memperbarui beberapa ketentuan dalam UU No. 31 tahun 2004, antara lain mengubah definisi nelayan kecil dan memperbarui ketentuan izin usaha perikanan. Kedua UU ini bertujuan mengelola sum
Pengelompokan Pulau-Pulau Kecil Berdasarkan Letak Geografis dan Status Perunt...Didi Sadili
pengelompokkan pulau-pulau kecil berdasarkan letak geografis dan status peruntukannya menjadi hal yang penting, agar pengelolaannya seperti perencanaanya, pemanfaatannya, dan pengawasannya menjadi lebih baik dan terarah
Undang-undang ini mengatur tentang pengelolaan sumber daya perikanan di Indonesia. Undang-undang ini menetapkan wilayah pengelolaan perikanan Indonesia, prinsip-prinsip pengelolaan perikanan, dan kewajiban untuk mematuhi ketentuan-ketentuan yang ditetapkan pemerintah terkait pengelolaan sumber daya perikanan seperti jenis dan ukuran alat tangkap ikan, daerah penangkapan ikan, dan jenis ikan yang dilindungi.
Makalah ini membahas tentang aspek sosial dan budaya maritim di Indonesia. Ia menjelaskan tentang peradaban maritim Indonesia pada masa lalu seperti zaman Sriwijaya dan Majapahit, sumber daya manusia maritim Indonesia, dan masyarakat pesisir maritim Indonesia beserta karakteristiknya.
Dokumen tersebut membahas tentang upaya Indonesia menjadi negara maritim yang kuat dengan memanfaatkan potensi kelautannya yang besar. Potensi tersebut meliputi sumber daya perikanan, mineral bawah laut, pariwisata bahari dan lainnya. Diperlukan kebijakan dan penguatan lembaga-lembaga kelautan untuk mengelola sumber daya kelautan secara efektif dan mendukung pembangunan Indonesia sebagai negara maritim.
Urgensi Meningkatkan Kepedulian Pada Masyarakat dan Lingkungan Pesisir - Nats...Mudrikan Nacong
1. Masyarakat dan lingkungan pesisir memiliki ketergantungan kuat terhadap sumber daya pesisir namun rentan terhadap bencana alam dan kerusakan lingkungan.
2. Diperlukan upaya pemberdayaan masyarakat pesisir dan penataan lingkungan untuk meningkatkan kesejahteraan dan melestarikan sumber daya pesisir.
3. Upaya yang telah dilakukan belum memadai karena berbagai kendala seperti keterlibatan
Dokumen tersebut membahas potensi sumber daya wilayah pesisir dan laut Indonesia sebagai peluang bisnis, termasuk sumber daya hayati (perikanan), sumber daya tidak dapat pulih (minyak dan gas), jasa lingkungan (energi, pariwisata, transportasi), dan jenis usaha bisnis perikanan seperti tangkap, budidaya, dan pengolahan. Dokumen ini juga menyebutkan promosi potensi pengembangan bisnis di sektor kelautan.
Dokumen tersebut membahas sejarah peradaban maritim Indonesia sejak zaman prasejarah, yang ditandai dengan ditemukannya lukisan perahu di gua-gua di berbagai pulau Indonesia. Dokumen juga menyebutkan bahwa bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa pelaut yang maju sejak awal Masehi, dengan menggunakan kapal berlayar mereka menjelajahi dunia. Bukti arkeologis seperti sisa-sisa perahu kayu yang ditemukan menunjuk
Teks tersebut membahas potensi sumberdaya ikan tuna dan cakalang di perairan Indonesia. Sumberdaya ikan tersebut melimpah namun belum dikelola secara optimal. Diperlukan pengelolaan sumberdaya yang mempertimbangkan aspek teknologi, sumber daya manusia, dan ekonomi untuk memaksimalkan potensi ikan tuna dan cakalang.
Dokumen tersebut membahas pengelolaan sumber daya alam pesisir di Kepulauan Batu, Sumatera Utara. Kepulauan ini memiliki potensi perikanan, kehutanan, dan pariwisata yang besar namun rentan terhadap dampak perubahan iklim. Penelitian ini mengkaji model pengelolaan sumber daya alam di sana serta dampak perubahan iklim yang mempengaruhi masyarakat lokal. Hasilnya menunjukkan keragaman sumber daya
Ppt wawasan kemaritiman kelompok 1B Kelas farmasi A 2015 UHOhapsah farmasi
Dokumen tersebut membahas tentang potensi sumber daya laut Indonesia, mencakup:
1) Sumber daya perikanan Indonesia kaya akan ikan tuna dan ikan pelagis;
2) Potensi rumput laut Indonesia untuk makanan dan obat-obatan;
3) Keindahan pantai Indonesia yang memikat wisatawan lokal dan mancanegara.
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...Abida Muttaqiena
Pemanfaatan SDKP berkelanjutan pada prinsipnya adalah perpaduan antara pengelolaan
sumberdaya dan pemanfaatan dengan tetap menjaga kelestarian sumberdaya dalam
jangka panjang untuk kepentingan generasi mendatang. Teknologi penangkapan ikan
bukan hanya ditujukan untuk meningkatkan hasil tangkapan, tetapi juga memperbaiki
proses penangkapan untuk meminimumkan dampak penangkapan ikan terhadap
lingkungan perairan dan biodiversitinya.
Pendayagunaan dan Optimalisasi Potensi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Dala...Himaka Unsyiah
Nama : Muhammad Adhe Putra
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 12 Januari 1994
Email : adheputra38@gmail.com
Asal Universitas : Institut Pertanian Bogor
Judul Esai : Pendayagunaan dan Optimalisasi Potensi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Dalam Menghadapi ASEAN Economic Community Untuk Pembangungan Ekonomi Nasional
Kebijakan kelautan nasional di IndonesiaSunoto Mes
Sebagai negara kepulauan Indonesia memerlukan kebijakan berbasis konsep negara kepulauan dengan prinsip-prinsip integrasi darat dan laut sebagai suatu kesatuan ekosistem, ekonomi, politik, sosial dan kebudayaan. Implementasinya dilakukan dengan 2 prinsip: Konsep negara kepulauan sebagai pola dasar pembangunan dan laut sebagai modal dasar. Pengelolaan laut dapat digunakan dengan konsep tata kelola laut yang baik (good ocean governance) dan implementasinya dengan menggunakan tata guna laut terpadu (integrated sea use management). Pengembangan investasinya dapat digunakan konsep Blue Economy dengan prinsip: keberlanjutan, efisiensi sumberdaya alam, tanpa meninggalkan apapun berupa limbah (zero waste), dan kepedulian sosial. Konsep ini sejalan dengan UU Kelautan yang telah ditetapkan tahun ini. This is a national ocean policy framework initiated and designed based on the principles of sustainability through implementing good ocean governance and integrated sea use management.
UU No. 31 tahun 2004 dan UU No. 45 tahun 2009 mengatur tentang perikanan di Indonesia. UU No. 31 tahun 2004 merupakan undang-undang pertama yang mengatur perikanan, menggantikan UU sebelumnya. UU No. 45 tahun 2009 memperbarui beberapa ketentuan dalam UU No. 31 tahun 2004, antara lain mengubah definisi nelayan kecil dan memperbarui ketentuan izin usaha perikanan. Kedua UU ini bertujuan mengelola sum
Pengelompokan Pulau-Pulau Kecil Berdasarkan Letak Geografis dan Status Perunt...Didi Sadili
pengelompokkan pulau-pulau kecil berdasarkan letak geografis dan status peruntukannya menjadi hal yang penting, agar pengelolaannya seperti perencanaanya, pemanfaatannya, dan pengawasannya menjadi lebih baik dan terarah
Undang-undang ini mengatur tentang pengelolaan sumber daya perikanan di Indonesia. Undang-undang ini menetapkan wilayah pengelolaan perikanan Indonesia, prinsip-prinsip pengelolaan perikanan, dan kewajiban untuk mematuhi ketentuan-ketentuan yang ditetapkan pemerintah terkait pengelolaan sumber daya perikanan seperti jenis dan ukuran alat tangkap ikan, daerah penangkapan ikan, dan jenis ikan yang dilindungi.
Makalah ini membahas tentang aspek sosial dan budaya maritim di Indonesia. Ia menjelaskan tentang peradaban maritim Indonesia pada masa lalu seperti zaman Sriwijaya dan Majapahit, sumber daya manusia maritim Indonesia, dan masyarakat pesisir maritim Indonesia beserta karakteristiknya.
Dokumen tersebut membahas tentang upaya Indonesia menjadi negara maritim yang kuat dengan memanfaatkan potensi kelautannya yang besar. Potensi tersebut meliputi sumber daya perikanan, mineral bawah laut, pariwisata bahari dan lainnya. Diperlukan kebijakan dan penguatan lembaga-lembaga kelautan untuk mengelola sumber daya kelautan secara efektif dan mendukung pembangunan Indonesia sebagai negara maritim.
Urgensi Meningkatkan Kepedulian Pada Masyarakat dan Lingkungan Pesisir - Nats...Mudrikan Nacong
1. Masyarakat dan lingkungan pesisir memiliki ketergantungan kuat terhadap sumber daya pesisir namun rentan terhadap bencana alam dan kerusakan lingkungan.
2. Diperlukan upaya pemberdayaan masyarakat pesisir dan penataan lingkungan untuk meningkatkan kesejahteraan dan melestarikan sumber daya pesisir.
3. Upaya yang telah dilakukan belum memadai karena berbagai kendala seperti keterlibatan
Dokumen tersebut membahas potensi sumber daya wilayah pesisir dan laut Indonesia sebagai peluang bisnis, termasuk sumber daya hayati (perikanan), sumber daya tidak dapat pulih (minyak dan gas), jasa lingkungan (energi, pariwisata, transportasi), dan jenis usaha bisnis perikanan seperti tangkap, budidaya, dan pengolahan. Dokumen ini juga menyebutkan promosi potensi pengembangan bisnis di sektor kelautan.
Dokumen tersebut membahas sejarah peradaban maritim Indonesia sejak zaman prasejarah, yang ditandai dengan ditemukannya lukisan perahu di gua-gua di berbagai pulau Indonesia. Dokumen juga menyebutkan bahwa bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa pelaut yang maju sejak awal Masehi, dengan menggunakan kapal berlayar mereka menjelajahi dunia. Bukti arkeologis seperti sisa-sisa perahu kayu yang ditemukan menunjuk
Teks tersebut membahas potensi sumberdaya ikan tuna dan cakalang di perairan Indonesia. Sumberdaya ikan tersebut melimpah namun belum dikelola secara optimal. Diperlukan pengelolaan sumberdaya yang mempertimbangkan aspek teknologi, sumber daya manusia, dan ekonomi untuk memaksimalkan potensi ikan tuna dan cakalang.
Dokumen tersebut membahas pengelolaan sumber daya alam pesisir di Kepulauan Batu, Sumatera Utara. Kepulauan ini memiliki potensi perikanan, kehutanan, dan pariwisata yang besar namun rentan terhadap dampak perubahan iklim. Penelitian ini mengkaji model pengelolaan sumber daya alam di sana serta dampak perubahan iklim yang mempengaruhi masyarakat lokal. Hasilnya menunjukkan keragaman sumber daya
Dokumen tersebut merupakan pedoman teknis pelaksanaan program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP) Perikanan Budidaya tahun 2013 yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perikanan Budidaya. Pedoman ini mengatur tata cara pelaksanaan kegiatan PUMP mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penyaluran bantuan langsung masyarakat, pemantauan hingga pelaporan dengan tujuan untuk meningkatkan produksi perikanan budidaya dan mengent
Mangrove adalah ekosistem hutan yang tumbuh di daerah pesisir dan terpapar air laut. Dokumen ini menjelaskan bahwa mangrove memiliki berbagai fungsi ekologis, kimiawi, dan biologis seperti melindungi pantai dari erosi, menyerap karbon, dan berperan sebagai habitat alami bagi berbagai biota. Namun saat ini kondisi mangrove di Indonesia sangat memprihatinkan karena kerusakan akibat faktor alam dan manusia seperti
Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu melibatkan berbagai bidang ilmu dan lembaga untuk mengelola sumber daya pesisir secara berkelanjutan dengan mengutamakan partisipasi masyarakat dan koordinasi antar sektor pemerintah serta dunia usaha dan lingkungan.
Dokumen ini berisi rubrik penilaian untuk makalah yang terdiri dari empat bagian utama yaitu identitas makalah, bagian teks utama makalah, sistematika makalah, dan lain-lain. Rubrik ini digunakan untuk menilai berbagai aspek makalah mulai dari judul, isi, sumber yang digunakan, sistematika penulisan, bahasa yang digunakan, hingga ketepatan waktu pengumpulan makalah.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian karya tulis ilmiah dan makalah. Karya tulis ilmiah adalah tulisan yang membahas suatu masalah berdasarkan penelitian ilmiah, sedangkan makalah merupakan rumusan pemikiran hasil telaah referensi. Dokumen ini juga menjelaskan struktur penulisan makalah mulai dari bab pendahuluan, pembahasan, hingga penutup beserta contoh-contohnya.
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. okasyawalarkan
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Terumbu buatan dan keramba jaring apung berfungsi sebagai tempat berlindung dan pusat pengumpulan ikan. Jenis dan jumlah ikan yang terkait bergantung pada faktor lingkungan dan perilaku ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari struktur asosiasi dan faktor yang mempengaruhi ikan di sekitar terumbu buatan dan keramba jaring apung.
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. okasyawalarkan
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang asosiasi ikan target di sekitar terumbu buatan dan keramba jaring apung di Selat Lembeh Kota Bitung. Terumbu buatan dan keramba jaring apung berfungsi sebagai tempat berlindung dan pencari makan bagi berbagai jenis ikan. Faktor lingkungan seperti jenis ikan dan perilaku ikan mempengaruhi jumlah dan jenis ikan yang diamati di se
1. Dokumen membahas teknologi yang dibutuhkan nelayan untuk meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan penangkapan ikan serta mendukung kesejahteraan mereka.
2. Beberapa teknologi yang direkomendasikan adalah alat tangkap yang selektif, sistem informasi lokasi ikan, dan teknologi penanganan pascapanen untuk mempertahankan mutu ikan.
3. Peraturan pemerintah melarang alat tangkap tertent
Dokumen tersebut membahas tentang pengelolaan sumber daya perikanan di Indonesia yang belum adil dan berkelanjutan, sehingga berdampak negatif terhadap nelayan kampung. Kapal besar menggunakan teknologi merusak yang mengurangi akses nelayan ke sumberdaya laut, sementara limbah industri merusak ekosistem laut dan menurunkan produktivitas perikanan. Diperlukan kebijakan baru yang memperhatikan keadilan dan hak-
Dokumen tersebut membahas potensi sumber daya wilayah pesisir dan laut Indonesia sebagai peluang bisnis, termasuk sumber daya perikanan tangkap dan budidaya, pariwisata bahari, energi laut, dan jenis-jenis usaha bisnis perikanan yang berpotensi.
Undang-undang ini mengubah beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, termasuk mengubah definisi nelayan kecil dan pembudidaya ikan kecil, mengatur kewajiban mematuhi ketentuan pengelolaan perikanan, dan melarang penggunaan alat penangkapan ikan yang merusak sumber daya perikanan.
Gabon baru-baru ini menciptakan kawasan konservasi perairan pertama di Afrika Tengah yang melindungi 18.000 mil persegi perairan dari penangkapan ikan komersial untuk melindungi spesies laut terancam. Pengumuman ini didukung oleh penelitian National Geographic Pristine Seas untuk mengeksplorasi dan melindungi ekosistem laut terpencil.
Sumber daya alam akuatik Indonesia sangat beragam dan melimpah, termasuk perikanan, hutan mangrove, dan terumbu karang. Perikanan Indonesia memiliki potensi lestari sebesar 6,4 juta ton per tahun, hutan mangrove memberikan manfaat ekologis dan ekonomis, sedangkan terumbu karang Indonesia merupakan yang terluas di dunia dan memberikan manfaat ekonomi, ekologis, dan sosial ekonomi.
Disampaikan pada PKN Tingkat II Angkatan XVI, LAN RI
Jakarta, 6 Juni 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, SH. MA.
Deputi Bidang Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
CERITA REMEH TEMEH DESA ANKOR JAWA TENGAH.pdfZainul Ulum
Sekelumit cerita tentang ekspresi kegelisahan kaum muda desa atas kondisi negara, yang memilih menyalakan lilin-lilin kecil sebisanya daripada mengutuk kegelapan yang memiskinkannya selama beberapa generasi
Keberadaan Nganjuk sebagai kabupaten yang memiliki resiko bencana berskala sedang menjadi fokus pembahasan dalam FGD Lingkungan yang di gelar di Dinas Lingkungan Hidup Kab. Nganjuk.
Dalam kegiatan FGD yang di hadiri seluruh Komunitas, Pemangku Kebijakan (Dinas Kehutanan Jawa Timur, FPRB Nganjuk, BPBD Nganjuk) tersebut menyoroti pentingnya kolaborasi antar pihak untuk melakukan aksi mitigasi pengurangan resiko bencana.
Dalam Paparan ini, Pelestari Kawasan Wilis memaparkan konsep mitigasi yang bertumpu pada perlindungan sumber mata Air. Hal ini selaras dengan aksi & kegiatan yang telah dilakukan sejak 2020, dimana Perkawis mengambil peran konservasi di sekitar lereng Wilis
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Masalah IUU Fishing ataupun yang lebih umumnya dikenal adalah Illegal Fishing
sebenarnya sudah menjadi masalah klasik. Mengapa dikatakan klasik? karena telah
ada dari zaman dulu masalah tersebut seakan tidak ada habisnya. Hingga sekarang
pun IUU fishing masih sulit untuk di berantas. Berita penangkapan kapal asing oleh
patroli kita, akhir-akhir ini sering terdengar. Akan tetapi tetap masih saja ada kapal-kapal
asing yang masuk wilayah RI. Atau berita pengeboman ikan atau berita nelayan
kita yang menggunakan API terlarang.
Berarti apa yang telah dilakukan oleh aparat penegak hukum kita selama
beberapa periode waktu ini belum bisa membuat jera bagi langganan pelaku IUU
Fishing atau membuat takut mereka para calon pelaku IUU Fishing
Kondisi perikanan dunia saat ini tidak dapat lagi dikatakan masih berlimpah.
Tanpa adanya konsep pengelolaan yang berbasis lingkungan, dikhawatirkan sumber
daya yang sangat potensial ini (sebagai sumber protein yang sehat dan murah) bisa
terancam kelestariannya. Karena itu, sidang Organisasi Pangan Sedunia (FAO)
memperkenalkan Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) sejak 1995.
Konsep yang diterjemahkan sebagai Tata Laksana Perikanan yang Bertanggung
Jawab (Code of Conduct for Responsible Fisheries) tersebut telah diadopsi oleh
hampir seluruh anggota badan dunia sebagai patokan pelaksanaan pengelolaan
perikanan. Sekalipun sifatnya sukarela, banyak negara telah sepakat bahwa CCRF
merupakan dasar kebijakan pengelolaan perikanan dunia. Dalam pelaksanaannya,
FAO telah mengeluarkan petunjuk aturan pelaksanaan dan metode untuk
mengembangkan kegiatan perikanan yang mencakup perikanan tangkap dan
budidaya.
Kecenderungan ini tidak bisa dibiarkan karena pada akhirnya manusia hanya
akan bisa menyantap sup ubur-ubur dan plankton. Sekarang tindakan nyata yang
dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan illegal fishing pada ikan-ikan karang
khususnya untuk memperbaiki daerah karang yang rusak adalah dengan melakukan
transpalasi karang ataupun pembuatan terumbu karang buatan. Terumbu karang
buatan adalah suatu struktur yang dibangun untuk menyediakan lingkungan, habitat,
sumber makanan, tempat pemijahan dan asuhan, serta perlindungan pantai
sebagaimana halnya terumbu karang alam.
Karena pemerintah yang belum menunjukkan perhatian yang optimal dalam
mengelola sistem alami dan kualitas lingkungan kawasan pesisir dan lautan
1
2. khususnya terumbu karang dan lemahnya penegakan hukum (law enforcement). Tapi
kita tidak bisa terus menunggu hal ini berubah kita semua harus turun tangan terutama
yang peduli. Kita dapat turut mengawasi penegakan hukum, mengawasi jika terjadi
pengerusakan terumbu karang, dan terus menyuarakan dan bertukar pikiran dengan
nelayan akan betapa pentingnya terumbu karang terhadap hasil tangkapan ikan
mereka nanti. Dengan Terlaksananya semua hal di atas pasti akan memberikan
dampak nyata pada nelayan dan kelestarian terumbu karang walau mungkin tidak
dalam waktu singkat untuk menyelesaikan masalah ini sepenuhnya.
1.2. Rumusan Masalah
Masalah illegal fishing adalah masalah kita bersama. Masalah tersebut tidak
akan dapat teratasi ataupun terminimalisir jika kita tidak berbenah diri. Salah satu cara
untuk mengatasinya yaitu mungkin dengan menambah armada kapal patroli kita,
supaya kapal-kapal asing yang masuk ke wilayah perairan kita yang melakukan illegal
fishing bisa ditangkap ataupun bisa dihancurkan kapal mereka.
Mengapa harus demikian? Karena masalah illegal fishing menimbulkan kerugian
yang amat sangat besar bagi Bangsa dan Negara Indonesia. Berapa Triliunkah uang
kita dicuri oleh Negara lain? Berapa banyak sumberdaya alam kita dihancurkan dan
dicuri oleh Negara lain?
1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud penulisan Makalah ini adalah supaya masyarakat lebih mengetahui
tentang masalah yang dihadapi Bangsa Indonesia dalam hal ini masalah Illegal
Fishing. Dan agar kita dapat pula memaknai kekayaan alam yang telah Alloh ciptakan
kepada kita, janganlah kita mensia-siakan ataupun merusak alam kita (dalam hal ini
merusak laut) baik dengan menangkap ikan dengan bom ikan ataupun dengan cara
lain yang dapat merusak lingkungan. Maksud kedua yaitu dapat memenuhi tugas
perkuliahan mata kuliah pendidikan kewarganegaraan.
Adapun tujuannya adalah supaya pembaca dapat mengerti apa yang dimaksud
illegal fishing dan kenapa masalah tersebut seakan tidak ada habisnya. Pembaca pula
akan mengetahui daerah-daerah yang sering menjadi sasaran empuk para kapal asing
untuk mencuri ikan di wilayah perairan nusantara.
2
3. BAB II
KELAUTAN INDONESIA
2.1 Potensi Kelautan
Sebagai negara maritim, Indonesia menyimpan potensi kekayaan sumber daya
kelautan yang belum dieksplorasi dan dieksploitasi secara optimal, bahkan sebagian
belum diketahui potensi yang sebenarnya untuk itu perlu data yang lengkap, akurat
sehingga laut sebagai sumber daya alternatif yang dapat diperhitungkan pada masa
mendatang akan semakin berkembang. Dengan luas wilayah maritim Indonesia yang
diperkirakan mencapai 5,8 juta km2 dan dengan kekayaan terkandung di dalamnya yang
meliputi :
1. Kehidupan sekitar 28.000 spesies flora, 350 spesies fauna dan 110.000 spesies
mikroba,
2. 600 spesies terumbu karang dan 40 genera, jauh lebih kaya dibandingkan Laut
Merah yang hanya memiliki sekitar 40 spesies dari 7 genera,
3. Sumberdaya yang dapat diperbaharui (renewable resources), termasuk ikan, udang,
moluska, kerang mutiara, kepiting, rumput laut, mangrove/hutan bakau, hewan
karang dan biota laut lainnya,
4. Sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui (non renewable resources), seperti
minyak bumi, gas alam, bauksit, timah, bijih besi, mangan, fosfor dan mineral
lainnya,
5. Energi kelautan seperti : Energi gelombang, pasang surut, angin, dan Ocean
Thermal Energy Conversion,
6. Jasa lingkungan (environmental services) termasuk tempat-tempat yang cocok
untuk lokasi pariwisata dan rekreasi seperti pantai yang indah, perairan berterumbu
karang yang kaya ragam biota karang, media transportasi dan komunikasi, pengatur
iklim dan penampung limbah,
7. Sudah terbangunnya titik-titik dasar di sepanjang pantai pada posisi terluar dari
pulau-pulau terdepan sebagai titik-titik untuk menarik garis pangkal darimana
pengukuran batas laut berpangkal.
8. Sudah terwujudnya beberapa kesepakatan/pejanjian batas laut yaitu : dengan India,
Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina, Australia dan PNG.
3
4. 2.2 Kendala Kelautan
Disadari bahwa penanganan bidang kelautan di Indonesia hingga saat ini masih
memprihatinkan, antara lain.
1. Kehancuran sebagian terumbu karang yang memilili fungsi ekologi dan ekonomi yang
hanya menyisakan sekitar 28%, rawa pantai dan hutan mangrove (bakau) yang
merupakan habitat ikan dan penyekat abrasi laut, dari 4 (empat) jutaan hektar telah
menyusut menjadi 2 (dua) jutaan hektar,
2. Pencurian ikan oleh orang asing menunjukkan kerugian sekitar 1/2 (setengah) milyar
dollar sampai 4 (empat) milyar dollar per tahun,
3. Sumberdaya manusia (SDM) di bidang kelautan yang sangat minim baik di bidang
perencanaan, pengelolaan, maupun hukum dan pengamanan kelautan,
4. Sebagian besar (85%) kapal-kapal yang beroperasi di perairan Indonesia
menggunakan modal asing dan selebihnya adalah modal nasional. Hal ini juga
berdampak pada sekitar 50% pelayaran antar pulau dikuasai oleh pihak asing,
5. Minimnya jumlah dan kualitas sarana dan prasarana (kapal, peralatan) menyebabkan
seringkali aparat keamanan laut (Kamla) kita tidak berdaya menghadapi kapal-kapal
pencuri ikan, sehingga hanya sebagian kecil yang dapat ditangkap,
6. Pemanfaatan teknologi maju melalui pengamatan satelit dalam rangka pengawasan
dan pengamanan laut (Waspam) masih sangat terbatas dan belum terintegrasi
secara permanen,
7. Eksplorasi, eksploitasi dan pembangunan di sepanjang pantai dan perairan telah
menyebabkan pencemaran laut akibat pembuangan limbah dari proses kegiatan
tersebut di atas, sehingga telah mendegradasi habitat pesisir dan laut,
8. Maraknya kasus pembajakan laut khususnya di Selat Malaka dan alur lintas
kepulauan Indonesia (ALKI) telah menimbulkan konflik yang mengundang intervensi
negara maju (USA dan Jepang).
2.3 Permasalahan Batas Laut
Beberapa Jenis Batas Laut dan Pengaruhnya terhadap Pertahanan Keamanan
Negara menurut ketentuan Hukum Laut Internasional (Hukla 1982), ada enam jenis
batas laut, yaitu :
1. Batas Perairan Pedalaman (BPP). Perairan pedalaman di dalam garis batas yang
ditentukan oleh hukum yang berlaku di situ praktis sama dengan di wilayah darat,
dimana NKRI mempunyai kedaulatan penuh, kapal-kapal asing tidak berhak lewat.
Perairan pedalaman tersebut dibatasi oleh garis penutup (closing lines) sesuai
4
5. ketentuan Hukla 1982. Namun sayang Indonesia hingga saat ini belum
memanfaatkan haknya untuk menarik closing lines tersebut.
2. Batas Perairan Nusantara/Kepulauan (BPN/BPK). Di perairan ini Indonesia
mempunyai hak kedaulatan wilayah penuh tetapi kapal/pelayaran asing masih
mempunyai “hak melintas” (innocent passage) melalui prinsip alur laut kepulauan.
Perairan nusantara ini dikelilingi oleh garis-garis dasar yang lurus (base lines) yang
menghubungkan titik-titik pangkal (base points) dan bagian terdepan pulau-pulau
terdepan di seluruh Indonesia. Base lines yang menghubungkan base points dibuat
berdasarkan UU Nomor 4 Tahun 1960 dan telah didepositkan di PBB. Undang-undang
tersebut telah diperbaharui dengan UU Nomor 6 Tahun 1996 namun isinya
justru mencabut base points dan base lines yang telah ada.
3. Batas Laut Wilayah (BLW). Batas laut ini ditarik dari base lines sejauh 12 mil, tetapi
BLW yang pasti/tegas juga belum ada, karena BLW tidak dapat ditentukan sepihak.
Pada laut wilayah, Indonesia masih mempunyai hak mengelola dan yurisdiksi
kedaulatan wilayah penuh.
5
6. BAB III
ILLEGAL FISHING
3.1. Pengertian Perikanan Ilegal
llegal fishing merupakan kegiatan penangkapan yang dilakukan oleh nelayan
tidak bertanggung jawab dan bertentangan oleh kode etik penangkapan bertanggung
jawab Illegal fishing termasuk kegiatan mall praktek dalam pemanfaatan sumberdaya
perikanan yang merupakan kegiatan pelanggaran hukum. Kegiatan illegal fishing
umumnya bersifat merugikan bagi sumberdaya perairan yang ada. Kegiatan ini
semata-mata hanya akan memberikan dampak yang kurang baik baik ekosistem
perairan akan tetapi memberikan keuntungan yang besar bagi nelayan. Dalam
kegiatan panangkapan yang dilakukan nelayan dengan cara dan alat tangkap yang
bersifat merusak yang dilakukan oleh nelayan khususnya nelayan traditional. Untuk
menangkap sebanyak-banyaknya ikan-ikan karang yang banyak digolongkan kedalam
kegiatan illegal fishing karena kegiatan penangkapan yang dilakukan semata-mata
memberikan keuntungan hanya untuk nelayan tersebut dampak berdampak kerusakan
untuk ekosistem karang. Kegiatan yang umumnya dilakukan nelayan dalam
melakukan penangkapan dan termasuk kedalam kegiatan illegal fishing adalah
penggunaan alat tangkap yang dapat merusak ekosistem seperti kegiatan
penangkapan dengan pemboman, penangkapan dengan menggunakan racun serta
penggunaan alat tangkap trawl pada daerah yang karang.
Pengertian illegal fishing adalah kegiatan perikanan yang tidak sah, kegiatan
perikanan yang tidak diatur oleh peraturan yang berlaku, aktifitasnya tidak dilaporkan
kepada suatu institusi atau lembaga perikanan yang tersedia/berwenang. Dapat terjadi
di semua kegiatan perikanan tangkap tanpa tergantung pada lokasi, target species,
alat tangkap yang digunakan dan exploitasi serta dapat muncul di semua tipe
perikanan baik skala kecil dan industri, perikanan di zona jurisdiksi nasional maupun
internasional.
Ilegal fishing yaitu kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan oleh orang
atau kapal asing pada suatu perairan yang menjadi jurisdiksi suatu negara tanpa izin
dari negara tersebut atau bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. yang bertentangan dengan peraturan nasinal yang berlaku atau kewajiban
internasional.Yang dilakukan oleh kapal mengibarkan bendera suatu negara yang
menjadi anggota organisasi pengelolaan perikanan regional tetapi beroperasi tidak
6
7. sesuai dengan ketentuan pelestarian dan pengelolaan yang diterapkan oleh organisasi
tersebut atau ketentuan hukum internasional yang berlaku.
Perikanan ilegal saat ini telah menjadi perhatian dunia, termasuk FAO (Food
and Agriculture Organization). Lembaga ini menggunakan beberapa terminologi
seperti perikanan illegal (ilegal), unreported (tidak dilaporkan) dan unregulated (tidak
diatur) atau biasa disingkat dengan IUU fishing. Penjelasan mengenai ketiga
terminologi ini adalah sebagai berikut:
1. Illegal fishing, adalah kegiatan penangkapan ikan secara ilegal di perairan
wilayah atau Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) suatu Negara. Artinya kegiatan
penangkapan yang tidak memiliki izin melakukan penangkapan ikan dari
Negara bersangkutan. Praktek terbesar dalam IUU fishing, pada dasarnya
adalah poaching atau pirate fishing. Yaitu penangkapan ikan oleh negara lain
tanpa izin dari negara yang bersangkutan, atau dengan kata lain pencurian
ikan oleh pihak asing. Keterlibatan pihak asing dalam pencurian ikan dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu:
a. Pencurian semi-legal, yaitu pencurian ikan yang dilakukan oleh kapal asing
dengan memanfaatkan surat izin penangkapan legal yang dimiliki oleh
pengusaha lokal, dengan menggunakan kapal berbendera lokal atau
bendera negara lain. Praktek ini tetap dikategorikan sebagai illegal fishing
karena selain menangkap ikan di wilayah perairan yang bukan haknya,
pelaku illegal fishing ini tidak jarang juga langsung mengirim hasil
tangkapan tanpa melalui proses pendaratan ikan di wilayah yang sah.
b. Pencurian murni ilegal, yaitu proses penangkapan ikan di mana kapal asing
menggunakan benderanya sendiri untuk menangkap ikan di wilayah negara
lain.
2. Unregulated fishing, adalah kegiatan penangkapan di perairan wilayah atau
ZEE suatu Negara yang tidak mematuhi aturan yang berlaku dinegara tersebut.
Tercakup dalam hal ini antara lain:
a. Penggunaan alat tangkap yang merusak seperti trawl, bom, dan bius.
b. Pelanggaran wilayah tangkap.
3. Unreported fishing, adalah kegiatan penangkapan ikan di perairan wilayah atau
ZEE suatu negara, yang tidak dilaporkan baik operasionalnya maupun data
kapal dan hasil tangkapannya. Perikanan yang tidak dilaporkan mencakup:
a. Kesalahan dalam pelaporannya (misreported).
b. Pelaporan yang tidak semestinya (under reported).
7
8. 3.2. Situasi Perikanan Nasional
Publikasi FAO tahun 2007 menggambarkan bahwa kondisi sumberdaya ikan di
sekitar perairan Indonesia, terutama di sekitar perairan Samudera Hindia dan
Samudera Pasifik sudah menujukan kondisi full exploited. Bahkan di perairan
Samudera Hindia kondisinya cenderung mengarah kepada overexploited. Artinya
bahwa di kedua perairan tersebut, sudah tidak memungkinkan lagi untuk dilakukan
ekspansi penangkapan ikan secara besar-besaran saat ini.
1. Produksi Perikanan Nasional
Pertumbuhan produksi rata-rata perikanan tangkap dalam periode tahun 1994-2004
mencapai 3,84 persen per tahun. Sedangkan produksi perikanan tangkap pada tahun 2004
mencapai 4.311.564 ton. Apabila pemerintah menargetkan pertumbuhan produksi
perikanan tangkap tetap sebesar 3,84 persen per tahun, maka produksi perikanan tangkap
nasional tahun 2009 akan mengalami full exploitation diseluruh perairan Indonesia.
2. Konsumsi Ikan Nasional
Tingkat konsumsi ikan masyarakat Indonesia setiap tahunnya terlihat
mengalami peningkatan. Secara nasional tingkat konsumsi ikan nasional pada
tahun 2002 baru mencapai sekitar 21 kg/kapita/tahun. Namun demikian tingkat
konsumsi ikan nasional tersebut terlihat masih di atas rata-rata tingkat konsumsi
ikan dunia yang baru mencapai sekitar 16 kg/kapita/tahun. Sementara itu jika
dilihat dari perkembangan tingkat konsumsi ikan nasional berdasarkan jenis ikan
yang dikonsumsi masyarakat, terlihat bahwa sekitar 65,98 persen dari total
konsumsi ikan nasional tahun 2002 didominasi oleh 18 jenis ikan. Yaitu ekor
kuning, tuna, tenggiri, selar, kembung, teri, banding, gabus, kakap, mujair, mas,
lele, baronang, udang segar, cumi-cumi segar, kepiting, kalong dan udang olahan.
3.3. Praktek Perikanan Ilegal
Sampai saat ini, belum ada perhitungan pasti jumlah ikan yang terangkut dari
perairan Indonesia secara illegal setiap tahunnya. FAO (2001) memperkirakan
kerugian Indonesia dari perikanan ilegal tersebut mencapai sekitar US$ 4 milyar.
Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Freddy Numbery, mengakui bahwa akibat aktivitas
perikanan ilegal, negara dirugikan Rp 30 triliyun setiap tahunnya. Perkembangan
harga ikan rata-rata setiap tahunnya berkisar antara US$ 1.000 sampai US$ 2.000 per
ton ikan. Dengan asumsi harga ikan rata-rata sebesar US$1.000 per ton, diperkirakan
8
9. jumlah ikan yang dicuri mencapai sekitar 4 juta ton per tahun. Sementara itu apabila
harga ikan rata-rata diasumsikan sekitar US$2.000 per ton maka jumlah ikan yang
dicuri tersebut mencapai kisaran 2 juta ton per tahun.
Kegiatan Illegal Fishing yang paling sering terjadi di wilayah pengelolaan
perikanan Indonesia adalah pencurian ikan oleh kapal-kapal ikan asing (KIA) yang
berasal dari beberapa negara tetangga (neighboring countries). Walaupun sulit untuk
memetakan dan mengestimasi tingkat illegal fishing yang terjadi di WPP-RI, namun
dari hasil pengawasan yang dilakukan selama ini, (2005-2010) dapat disimpulkan
bahwa illegal fishing oleh KIA sebagian besar terjadi di ZEE (Exlusive Economic Zone)
dan juga cukup banyak terjadi di perairan kepulauan (archipelagic state). Pada
umumnya, Jenis alat tangkap yang digunakan oleh KIA atau kapal eks Asing illegal di
perairan Indonesia adalah alat-alat tangkap produktif seperti purse seine dan
trawl.Kegiatan illegal fishing juga dilakukan oleh kapal ikan Indonesia (KII).
Beberapa modus/jenis kegiatan illegal yang sering dilakukan KII, antara lain:
penangkapan ikan tanpa izin (Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) dan Surat Izin
Penangkapan Ikan (SIPI) maupun Surat Izin Kapal Pengangkutan Ikan (SIKPI)),
memiliki izin tapi melanggar ketentuan sebagaimana ditetapkan (pelanggaran daerah
penangkapan ikan, pelanggaran alat tangkap, pelanggaran ketaatan berpangkalan),
pemalsuan/manipulasi dokumen (dokumen pengadaan, registrasi, dan perizinan
kapal), transshipment di laut, tidak mengaktifkan transmitter (khusus bagi kapal-kapal
yang diwajibkan memasang transmitter), dan penangkapan ikan yang merusak
(destructive fishing) dengan menggunakan bahan kimia, bahan biologis, bahan
peledak, alat dan/atau cara, dan/atau bangunan yang membahayakan melestarikan
sumberdaya ikan.
9
10. 3.4. Modus Operandi
Perikanan ilegal dilakukan dengan modus operandi tertentu. Biasanya terkait
dengan upaya untuk mengelabui petugas, waktu operasi dan lokasi penangkapan
ilegal, serta keterlibatan dengan oknum aparat. Tentunya, modus ini akan terus
berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan respon negara terhadap
kegiatan perikanan ilegal.
1. Modus Untuk Mengelabui
Kapal ilegal, terutama kapal asing, menggunakan berbagai modus untuk
mengelabui aparat keamanan atau aparat pemerintah Indonesia. Modus yang sering
dilakukan adalah penggandaan izin, penggunaan bendera Indonesia,
mempekerjakan nelayan Indonesia, atau penggunaan nama kapal berbahasa
Indonesia.
2. Waktu Tertentu
Kegiatan penangkapan oleh kapal ilegal dilakukan pada waktu tertentu,
terutama pada saat musim barat. Kapal ilegal biasanya menggunakan kapal
berbobot 30 GT yang mampu memecah gelombang setinggi 2 meter. Sedangkan
kapal patroli biasa akan mengalami kesulitan mengejar kapal pencuri ikan di saat
musim barat.
3 Penyebaran Lokasi
Seperti telah disebutkan di atas, kapal asing yang illegal selalu beroperasi di
wilayah perbatasan dan perairan internasional, sehingga menyulitkan bagi aparat
untuk menangkap kapal tersebut. Namun ketika tertangkap oleh aparat, kapal ilegal
tersebut berdalih bahwa tidak sengaja melanggar batas teritori Indonesia untuk
mengejar ikan karena tidak memiliki radar dan hanya menggunakan kompas. Hal ini
biasanya menjadi dalih kapal negara-negara tetangga Indonesia, seperti Thailand
yang tertangkap oleh patrol.
4 Kerjasama dengan Aparat
Kejahatan dalam pencurian ikan sudah merupakan sindikat yang sangat kuat.
Keterlibatan sejumlah oknum aparat sangatlah kuat karena jutaan ton ikan setiap
tahunnya dicuri dari perairan Indonesia, yang dilakukan oleh sekitar 3.000-5.000
kapal nelayan asing dengan memakai bendera Indonesia.
3.5. Dampak Perikanan Ilegal
10
11. Maraknya perikanan ilegal di perairan Indonesia berdampak terhadap stok ikan
nasional dan global. Hal ini juga menyebabkan keterpurukan ekonomi nasional dan
meningkatnya permasalahan sosial di masyarakat perikanan Indonesia.
Sedikitnya terdapat sepuluh masalah pokok dari aktivitas perikanan ilegal yang
telah memberi dampak serius bagi Indonesia. Pertama, perikanan ilegal di perairan
Indonesia akan mengancam kelestarian stok ikan nasional bahkan dunia. Praktek
perikanan yang tidak dilaporkan atau laporannya salah (misreported), atau laporannya
di bawah standar (under reported), dan praktek perikanan yang tidak diatur
(unregulated) akan menimbulkan masalah akurasi data tentang stok ikan yang
tersedia. Jika data stok ikan tidak akurat, hampir dipastikan pengelolaan perikanan
tidak akan tepat dan akan mengancam kelestarian stok ikan nasional dan global. Hal
ini dapat dikategorikan melakukan praktek IUU fishing. Dengan kata lain, jika
pemerintah Indonesia tidak serius untuk mengantisipasi dan mereduksi kegiatan IUU
diperairan Indonesia, maka dengan sendirinya Indonesia “terkesan” memfasilitasi
kegiatan IUU, dan terbuka kemungkinan untuk mendapat sanksi internasional.
Kegiatan Illegal Fishing di WPP-RI telah mengakibatkan kerugian yang besar
bagi Indonesia. Overfising, overcapacity, ancaman terhadap kelestarian sumberdaya
ikan, iklim usaha perikanan yang tidak kondusif, melemahnya daya saing perusahaan
dan termarjinalkannya nelayan merupakan dampak nyata dari kegiatan IUU fishing.
Kerugian lain yang tidak dapat di nilai secara materil namun sangat terkait dengan
harga diri bangsa, adalah rusaknya citra Indonesia pada kancah International karena
dianggap tidak mampu untuk mengelola perikanannya dengan baik.
Untuk dapat mengetahui, kerugian materil yang diakibatkan oleh Illegal fishing
perlu ditetapkan angka asumsi dasar antara lain: diperkirakan jumlah kapal asing dan
eks asing yang melakukan IUU fishing sekitar 1000 kapal, ikan yang dicuri dari
kegiatan IUU fishing dan dibuang (discarded) sebesar 25% dari stok (estimasi FAO,
2001). Dengan asumsi tersebut, jika MSY(maximum sustainable yield = tangkapan
lestari maksimum) ikan = 6,4 juta ton/th, maka yang hilang dicuri dan dibuang sekitar
1,6 juta ton/th. Jika harga jual ikan di luar negeri rata-rata 2 USD/Kg, maka kerugian
per tahun bisa mencapai Rp 30 trilyun.
11
12. 3.6 Pencegahan
Berdasarkan permasalah yang ada maka dalam perumusan kebijakan
mengenai Ilegal Fishing hendaklah memasukkan empat langkah yang bisa digunakan
untuk menanggulangi pencurian ikan oleh kapal asing (illegal fishing) yaitu dengan
mengatur masalah perizinan, pengawasan, penegakan hukum di laut dan peningkatan
ekonomi nelayan. Selain itu juga konsep kebijakan yang baru harus melihat secara
komprehensif dari berbagai aspek antara lain masalah kedaulatan, keamanan,
ekonomi dan citra sebagai bangsa yang besar.
Ada beberapa solusi yang dapat diajukan sebagai alternatif dalam pemuatan
perumusan kebijakan model Normatif yaitu perlunya penguatan sistem penegak
hukum dengan membentuk semacam Badan Keamanan Laut yang merupakan
gabungan dari berbagai instansi digabung menjadi satu, dibawah satu organisasi dan
satu komando pengendalian. Badan ini menangani keamanan laut non militer,
sedangkan fungsi pertahanan di laut tetap menjadi tugas pokok TNI AL. Perlu juga
mengadakan pemutihan kapal-kapal ilegal untuk diberikan ijin, terutama pada kapal-kapal
yang jelas identitasnya. Dengan pemberian ijin secara sah, maka semua
kegiatannya akan termonitor dan terkendalikan serta dapat diketahui stok ikan
sebenarnya.
Pemerintah juga memperbaiki manajemen perikanan dengan menerapkan
pengaturan musim penangkapan untuk jenis-jenis tertentu dan menetapkan daerah-daerah
“sanctuary” untuk menjamin kelestarian. Dan yang tidak kalah pentingnya
adalah perbaikan regulasi dan kebijakan yang semula pendekatannya “input
restriction” atau pembatasan input menjadi “output restriction” atau pendekatan output,
terutama untuk jenis Tuna dan Udang. Dengan pendekatan tersebut mekanisme
perijinan lebih sederhana dan mudah pengawasannya.
3.7 Langkah – langkah dalam mengatasi Illegal Fishing
Langkah-langkah untuk mengatasi illegal fishing di antaranya :
a. Perbaikan regulasi atau pengaturan terhadap kapal-kapal asing. Diupayakan ada
penegakan hukum yang lebih baik sehingga dapat menimbulkan efek jera
terhadap kapal illegal fishing.
b. Patroli oleh penegak hukum di Indonesia dengan serius dan secara terus
menerus. Apabila hal ini dilakukan maka kesejateraan nelayan kecil akan
meningkat. Menurut pengalaman, kata sekjen DKP : dengan adanya operasi di
12
13. laut Natuna , pendapatan nelayan kita mejadi dua sampai tiga kali lipat
dibandingkan sebelum adanya operasi. Ikan –ikan besar yang ditangkap nelayan
asing sebelum adanya operasi, sekarang bisa ditangkap oleh nelayan kita.
c. Harus ada penguatan terhadap armada penangkapan ikan nasional. Terutama di
bidang pengadaan kapal yang lebih besar dan teknologi yang lebih maju.
Lemahnya nelayan di bidang permodalan menyebabkan nelayan tidak bisa
berkembang. Diharapkan ada bank yang mau membantu nelayan dalam bidang
permodalan. Tentunya dalam hal ini pemerintah bisa membantu dengan
mengeluarkan peraturan kepada bank untuk mau terjun ke sector nelayan.
d. Mencukupi kebutuhan dasar nelayan di antaranya BBM. Sarana dan prasarana :
adanya tempat pendaratan ikan, tempat pelelangan ikan, cold storage. Apabila
kebutuhan nelayan dapat dipenuhi dengan mudah secara otomatis kesejahteraan
nelayan akan meningkat, sehingga bisa mengadakan ekspansi usahanya.
e. Diadakan upaya penyadaran terhadap nelayan kita agar tidak menggunakan alat-alat
tangkap ikan yang bisa merusak ekologi dan bisa merusak siklus kehidupan
ikan, sehingga sumber penghidupan nelayan bisa tetap terjaga.
13
14. BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Permasalahan terkait dengan IUU baik itu illegal fishing, ataupun yang
sejenisnya merupakan masalah kita bersama. Masalah tersebut bisa saja teratasi
manakala kita bangsa Indonesia khususnya pemerintah melakukan perbaikan
diberbagai bidang kelautan. Misalnya dalam keamanan kelautan, pengadaan kapal-kapal
patroli yang modern ataupun tindakan hukum yang tegas dan jelas. Supaya
kapal-kapal asing yang melakukan illegal fishing tersebut jera. Akan tetapi hal-hal
tersebut tidak akan bisa tercapai jika tidak ada kerjasama antara kita selaku
masyarakat khususnya masyarakat pesisir pantai (nelayan).
4.2 Saran
Melihat dari letak geografis Negara Indonesia yang di hubungkan oleh laut
demi laut. Maka keamanan dalam memantau daerah perbatasan baik itu ZEE maupun
BPN merupakan faktor terpenting dalam menangkal aksi illegal fishing yang banyak
dilakukan oleh nelayan asing. Selain itu pengadaan armada patroli baik berupa kapal
patroli atupun satelit pengintai laut juga tidak kalah penting dan seharusnya Indonesia
sudah mempunyai keamanan ataupun pertahanan laut yang mumpuni, jika melihat
letak Negara yang sangat strategis.
Kerjasama antara pemerintah dengan para nelayan mutlak diperlukan guna
semakin meningkatkan mutu, sarana dan prasarana dalam pemanfaatan hasil
perikanan tangkap secara maksimal.Adanya sumber data lengkap dari hasil-hasil
perikanan tangkap yang dikelola oleh pemerintah yang nantinya digunakan untuk
menunjang pengelolaan dan pemanfaatan hasil perikanan tangkap.Pengelolaan hasil
perikanan tangkap juga tidak kalah penting, hal tersebut juga harus mendapat
dukungan dari pemerintah guna pengembangan jaringan pemasaran hasil produksi
para nelayan local untuk menembus pasar nasional maupun internasional.
14
15. DAFTAR PUSTAKA
Ali yahya, muhamad. 2001. Perikanan Tangkap Indonesia. [cited 2009 Mei 27]. Available
at : http://tumoutou.net/3 sem1 012/ali yahya.htm
Barani, Husni Mangga. 2004. Pemikiran Percepatan Pembangunan Perikanan Tagkap
Melalui Gerakan Nasional. [cited 2009 Mei 27]. Available at :
http://tumoutou.net/702 07134/husni mb.pdf
Baharudin. 2012 Solusi alat tangkap. http://desasejahtera.org/artikel/131-
legalisasi-trawl-di-perbatasan-kalimantan-timur-bagian-utara-merugikan-nelayan-
dan-lingkungan.html
BBPN, 2008. Database Pembangunan Kelauatan dan Perikanan. [cited 2009 Mei 27].
Available at : http://ditkp.com/? prov=0& sub=1
Bhairawa Putra, Prakoso. 2009. Teknologi Informasi untuk kelautan Indonesia. [cited 2009
Mei 27]. Available at: http://blog.sivitas.lipi.go.id/blog
Dahuri, Rokhmin. 2005. Potensi Ekonomi Kelautan. [cited 2009 Mei 27]. Available at
:http://www.freelists.org/post/ppi/ppiindia-Masalah-Klasik-Perikanan
Dahuri, Rokhmin. 2009. Kelautan, Potensi memakmurkan Rakyat. [cited 2009 Mei 27].
Available at : http://www.unisosdem.org/article detail.php?aid=5195&coid=2&caid=19&gid=2
Dendasurono, 2002, Pendidikan Lingkungan Kelautan. Rineka Cipta, Jakarta.
Mukhtar. 2012. Pengertian Ilegan fishing.
http://mukhtarapi.blogspot.com/2011/05/illegal-fishing-di-indonesia.html
Fauzi, Akhmad, 2005, Kebijakan Perikanan dan Kelautan. Gramedia, Jakarta.
Subri, Mulyadi, 2004, Ekonomi Kelautan. Rajagrafindo Persada, Yogyakarta.
Adhitya, Achmad. 2009. Indonesia bangkit Lewat Laut. [cited 2009 Mei 27]. Available at :
http://elroem.com/2009/04/05/indonesia-bangkit-lewat-laut.html
Zaim, 2009. Kemiskinan Nelayan : Permasalahan dan Upaya Penanggulangan. [cited 2009
Mei 27]. Available at : http://zaim1979.blogspot.com/2007/10/kemiskinan-nelayan- permasalahan-
dan.htm l
15