SlideShare a Scribd company logo
BAB I 
PENDAHULUAN 
1.1. Latar Belakang Masalah 
Masalah IUU Fishing ataupun yang lebih umumnya dikenal adalah Illegal Fishing 
sebenarnya sudah menjadi masalah klasik. Mengapa dikatakan klasik? karena telah 
ada dari zaman dulu masalah tersebut seakan tidak ada habisnya. Hingga sekarang 
pun IUU fishing masih sulit untuk di berantas. Berita penangkapan kapal asing oleh 
patroli kita, akhir-akhir ini sering terdengar. Akan tetapi tetap masih saja ada kapal-kapal 
asing yang masuk wilayah RI. Atau berita pengeboman ikan atau berita nelayan 
kita yang menggunakan API terlarang. 
Berarti apa yang telah dilakukan oleh aparat penegak hukum kita selama 
beberapa periode waktu ini belum bisa membuat jera bagi langganan pelaku IUU 
Fishing atau membuat takut mereka para calon pelaku IUU Fishing 
Kondisi perikanan dunia saat ini tidak dapat lagi dikatakan masih berlimpah. 
Tanpa adanya konsep pengelolaan yang berbasis lingkungan, dikhawatirkan sumber 
daya yang sangat potensial ini (sebagai sumber protein yang sehat dan murah) bisa 
terancam kelestariannya. Karena itu, sidang Organisasi Pangan Sedunia (FAO) 
memperkenalkan Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) sejak 1995. 
Konsep yang diterjemahkan sebagai Tata Laksana Perikanan yang Bertanggung 
Jawab (Code of Conduct for Responsible Fisheries) tersebut telah diadopsi oleh 
hampir seluruh anggota badan dunia sebagai patokan pelaksanaan pengelolaan 
perikanan. Sekalipun sifatnya sukarela, banyak negara telah sepakat bahwa CCRF 
merupakan dasar kebijakan pengelolaan perikanan dunia. Dalam pelaksanaannya, 
FAO telah mengeluarkan petunjuk aturan pelaksanaan dan metode untuk 
mengembangkan kegiatan perikanan yang mencakup perikanan tangkap dan 
budidaya. 
Kecenderungan ini tidak bisa dibiarkan karena pada akhirnya manusia hanya 
akan bisa menyantap sup ubur-ubur dan plankton. Sekarang tindakan nyata yang 
dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan illegal fishing pada ikan-ikan karang 
khususnya untuk memperbaiki daerah karang yang rusak adalah dengan melakukan 
transpalasi karang ataupun pembuatan terumbu karang buatan. Terumbu karang 
buatan adalah suatu struktur yang dibangun untuk menyediakan lingkungan, habitat, 
sumber makanan, tempat pemijahan dan asuhan, serta perlindungan pantai 
sebagaimana halnya terumbu karang alam. 
Karena pemerintah yang belum menunjukkan perhatian yang optimal dalam 
mengelola sistem alami dan kualitas lingkungan kawasan pesisir dan lautan 
1
khususnya terumbu karang dan lemahnya penegakan hukum (law enforcement). Tapi 
kita tidak bisa terus menunggu hal ini berubah kita semua harus turun tangan terutama 
yang peduli. Kita dapat turut mengawasi penegakan hukum, mengawasi jika terjadi 
pengerusakan terumbu karang, dan terus menyuarakan dan bertukar pikiran dengan 
nelayan akan betapa pentingnya terumbu karang terhadap hasil tangkapan ikan 
mereka nanti. Dengan Terlaksananya semua hal di atas pasti akan memberikan 
dampak nyata pada nelayan dan kelestarian terumbu karang walau mungkin tidak 
dalam waktu singkat untuk menyelesaikan masalah ini sepenuhnya. 
1.2. Rumusan Masalah 
Masalah illegal fishing adalah masalah kita bersama. Masalah tersebut tidak 
akan dapat teratasi ataupun terminimalisir jika kita tidak berbenah diri. Salah satu cara 
untuk mengatasinya yaitu mungkin dengan menambah armada kapal patroli kita, 
supaya kapal-kapal asing yang masuk ke wilayah perairan kita yang melakukan illegal 
fishing bisa ditangkap ataupun bisa dihancurkan kapal mereka. 
Mengapa harus demikian? Karena masalah illegal fishing menimbulkan kerugian 
yang amat sangat besar bagi Bangsa dan Negara Indonesia. Berapa Triliunkah uang 
kita dicuri oleh Negara lain? Berapa banyak sumberdaya alam kita dihancurkan dan 
dicuri oleh Negara lain? 
1.3. Maksud dan Tujuan 
Maksud penulisan Makalah ini adalah supaya masyarakat lebih mengetahui 
tentang masalah yang dihadapi Bangsa Indonesia dalam hal ini masalah Illegal 
Fishing. Dan agar kita dapat pula memaknai kekayaan alam yang telah Alloh ciptakan 
kepada kita, janganlah kita mensia-siakan ataupun merusak alam kita (dalam hal ini 
merusak laut) baik dengan menangkap ikan dengan bom ikan ataupun dengan cara 
lain yang dapat merusak lingkungan. Maksud kedua yaitu dapat memenuhi tugas 
perkuliahan mata kuliah pendidikan kewarganegaraan. 
Adapun tujuannya adalah supaya pembaca dapat mengerti apa yang dimaksud 
illegal fishing dan kenapa masalah tersebut seakan tidak ada habisnya. Pembaca pula 
akan mengetahui daerah-daerah yang sering menjadi sasaran empuk para kapal asing 
untuk mencuri ikan di wilayah perairan nusantara. 
2
BAB II 
KELAUTAN INDONESIA 
2.1 Potensi Kelautan 
Sebagai negara maritim, Indonesia menyimpan potensi kekayaan sumber daya 
kelautan yang belum dieksplorasi dan dieksploitasi secara optimal, bahkan sebagian 
belum diketahui potensi yang sebenarnya untuk itu perlu data yang lengkap, akurat 
sehingga laut sebagai sumber daya alternatif yang dapat diperhitungkan pada masa 
mendatang akan semakin berkembang. Dengan luas wilayah maritim Indonesia yang 
diperkirakan mencapai 5,8 juta km2 dan dengan kekayaan terkandung di dalamnya yang 
meliputi : 
1. Kehidupan sekitar 28.000 spesies flora, 350 spesies fauna dan 110.000 spesies 
mikroba, 
2. 600 spesies terumbu karang dan 40 genera, jauh lebih kaya dibandingkan Laut 
Merah yang hanya memiliki sekitar 40 spesies dari 7 genera, 
3. Sumberdaya yang dapat diperbaharui (renewable resources), termasuk ikan, udang, 
moluska, kerang mutiara, kepiting, rumput laut, mangrove/hutan bakau, hewan 
karang dan biota laut lainnya, 
4. Sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui (non renewable resources), seperti 
minyak bumi, gas alam, bauksit, timah, bijih besi, mangan, fosfor dan mineral 
lainnya, 
5. Energi kelautan seperti : Energi gelombang, pasang surut, angin, dan Ocean 
Thermal Energy Conversion, 
6. Jasa lingkungan (environmental services) termasuk tempat-tempat yang cocok 
untuk lokasi pariwisata dan rekreasi seperti pantai yang indah, perairan berterumbu 
karang yang kaya ragam biota karang, media transportasi dan komunikasi, pengatur 
iklim dan penampung limbah, 
7. Sudah terbangunnya titik-titik dasar di sepanjang pantai pada posisi terluar dari 
pulau-pulau terdepan sebagai titik-titik untuk menarik garis pangkal darimana 
pengukuran batas laut berpangkal. 
8. Sudah terwujudnya beberapa kesepakatan/pejanjian batas laut yaitu : dengan India, 
Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina, Australia dan PNG. 
3
2.2 Kendala Kelautan 
Disadari bahwa penanganan bidang kelautan di Indonesia hingga saat ini masih 
memprihatinkan, antara lain. 
1. Kehancuran sebagian terumbu karang yang memilili fungsi ekologi dan ekonomi yang 
hanya menyisakan sekitar 28%, rawa pantai dan hutan mangrove (bakau) yang 
merupakan habitat ikan dan penyekat abrasi laut, dari 4 (empat) jutaan hektar telah 
menyusut menjadi 2 (dua) jutaan hektar, 
2. Pencurian ikan oleh orang asing menunjukkan kerugian sekitar 1/2 (setengah) milyar 
dollar sampai 4 (empat) milyar dollar per tahun, 
3. Sumberdaya manusia (SDM) di bidang kelautan yang sangat minim baik di bidang 
perencanaan, pengelolaan, maupun hukum dan pengamanan kelautan, 
4. Sebagian besar (85%) kapal-kapal yang beroperasi di perairan Indonesia 
menggunakan modal asing dan selebihnya adalah modal nasional. Hal ini juga 
berdampak pada sekitar 50% pelayaran antar pulau dikuasai oleh pihak asing, 
5. Minimnya jumlah dan kualitas sarana dan prasarana (kapal, peralatan) menyebabkan 
seringkali aparat keamanan laut (Kamla) kita tidak berdaya menghadapi kapal-kapal 
pencuri ikan, sehingga hanya sebagian kecil yang dapat ditangkap, 
6. Pemanfaatan teknologi maju melalui pengamatan satelit dalam rangka pengawasan 
dan pengamanan laut (Waspam) masih sangat terbatas dan belum terintegrasi 
secara permanen, 
7. Eksplorasi, eksploitasi dan pembangunan di sepanjang pantai dan perairan telah 
menyebabkan pencemaran laut akibat pembuangan limbah dari proses kegiatan 
tersebut di atas, sehingga telah mendegradasi habitat pesisir dan laut, 
8. Maraknya kasus pembajakan laut khususnya di Selat Malaka dan alur lintas 
kepulauan Indonesia (ALKI) telah menimbulkan konflik yang mengundang intervensi 
negara maju (USA dan Jepang). 
2.3 Permasalahan Batas Laut 
Beberapa Jenis Batas Laut dan Pengaruhnya terhadap Pertahanan Keamanan 
Negara menurut ketentuan Hukum Laut Internasional (Hukla 1982), ada enam jenis 
batas laut, yaitu : 
1. Batas Perairan Pedalaman (BPP). Perairan pedalaman di dalam garis batas yang 
ditentukan oleh hukum yang berlaku di situ praktis sama dengan di wilayah darat, 
dimana NKRI mempunyai kedaulatan penuh, kapal-kapal asing tidak berhak lewat. 
Perairan pedalaman tersebut dibatasi oleh garis penutup (closing lines) sesuai 
4
ketentuan Hukla 1982. Namun sayang Indonesia hingga saat ini belum 
memanfaatkan haknya untuk menarik closing lines tersebut. 
2. Batas Perairan Nusantara/Kepulauan (BPN/BPK). Di perairan ini Indonesia 
mempunyai hak kedaulatan wilayah penuh tetapi kapal/pelayaran asing masih 
mempunyai “hak melintas” (innocent passage) melalui prinsip alur laut kepulauan. 
Perairan nusantara ini dikelilingi oleh garis-garis dasar yang lurus (base lines) yang 
menghubungkan titik-titik pangkal (base points) dan bagian terdepan pulau-pulau 
terdepan di seluruh Indonesia. Base lines yang menghubungkan base points dibuat 
berdasarkan UU Nomor 4 Tahun 1960 dan telah didepositkan di PBB. Undang-undang 
tersebut telah diperbaharui dengan UU Nomor 6 Tahun 1996 namun isinya 
justru mencabut base points dan base lines yang telah ada. 
3. Batas Laut Wilayah (BLW). Batas laut ini ditarik dari base lines sejauh 12 mil, tetapi 
BLW yang pasti/tegas juga belum ada, karena BLW tidak dapat ditentukan sepihak. 
Pada laut wilayah, Indonesia masih mempunyai hak mengelola dan yurisdiksi 
kedaulatan wilayah penuh. 
5
BAB III 
ILLEGAL FISHING 
3.1. Pengertian Perikanan Ilegal 
llegal fishing merupakan kegiatan penangkapan yang dilakukan oleh nelayan 
tidak bertanggung jawab dan bertentangan oleh kode etik penangkapan bertanggung 
jawab Illegal fishing termasuk kegiatan mall praktek dalam pemanfaatan sumberdaya 
perikanan yang merupakan kegiatan pelanggaran hukum. Kegiatan illegal fishing 
umumnya bersifat merugikan bagi sumberdaya perairan yang ada. Kegiatan ini 
semata-mata hanya akan memberikan dampak yang kurang baik baik ekosistem 
perairan akan tetapi memberikan keuntungan yang besar bagi nelayan. Dalam 
kegiatan panangkapan yang dilakukan nelayan dengan cara dan alat tangkap yang 
bersifat merusak yang dilakukan oleh nelayan khususnya nelayan traditional. Untuk 
menangkap sebanyak-banyaknya ikan-ikan karang yang banyak digolongkan kedalam 
kegiatan illegal fishing karena kegiatan penangkapan yang dilakukan semata-mata 
memberikan keuntungan hanya untuk nelayan tersebut dampak berdampak kerusakan 
untuk ekosistem karang. Kegiatan yang umumnya dilakukan nelayan dalam 
melakukan penangkapan dan termasuk kedalam kegiatan illegal fishing adalah 
penggunaan alat tangkap yang dapat merusak ekosistem seperti kegiatan 
penangkapan dengan pemboman, penangkapan dengan menggunakan racun serta 
penggunaan alat tangkap trawl pada daerah yang karang. 
Pengertian illegal fishing adalah kegiatan perikanan yang tidak sah, kegiatan 
perikanan yang tidak diatur oleh peraturan yang berlaku, aktifitasnya tidak dilaporkan 
kepada suatu institusi atau lembaga perikanan yang tersedia/berwenang. Dapat terjadi 
di semua kegiatan perikanan tangkap tanpa tergantung pada lokasi, target species, 
alat tangkap yang digunakan dan exploitasi serta dapat muncul di semua tipe 
perikanan baik skala kecil dan industri, perikanan di zona jurisdiksi nasional maupun 
internasional. 
Ilegal fishing yaitu kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan oleh orang 
atau kapal asing pada suatu perairan yang menjadi jurisdiksi suatu negara tanpa izin 
dari negara tersebut atau bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang 
berlaku. yang bertentangan dengan peraturan nasinal yang berlaku atau kewajiban 
internasional.Yang dilakukan oleh kapal mengibarkan bendera suatu negara yang 
menjadi anggota organisasi pengelolaan perikanan regional tetapi beroperasi tidak 
6
sesuai dengan ketentuan pelestarian dan pengelolaan yang diterapkan oleh organisasi 
tersebut atau ketentuan hukum internasional yang berlaku. 
Perikanan ilegal saat ini telah menjadi perhatian dunia, termasuk FAO (Food 
and Agriculture Organization). Lembaga ini menggunakan beberapa terminologi 
seperti perikanan illegal (ilegal), unreported (tidak dilaporkan) dan unregulated (tidak 
diatur) atau biasa disingkat dengan IUU fishing. Penjelasan mengenai ketiga 
terminologi ini adalah sebagai berikut: 
1. Illegal fishing, adalah kegiatan penangkapan ikan secara ilegal di perairan 
wilayah atau Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) suatu Negara. Artinya kegiatan 
penangkapan yang tidak memiliki izin melakukan penangkapan ikan dari 
Negara bersangkutan. Praktek terbesar dalam IUU fishing, pada dasarnya 
adalah poaching atau pirate fishing. Yaitu penangkapan ikan oleh negara lain 
tanpa izin dari negara yang bersangkutan, atau dengan kata lain pencurian 
ikan oleh pihak asing. Keterlibatan pihak asing dalam pencurian ikan dapat 
digolongkan menjadi dua, yaitu: 
a. Pencurian semi-legal, yaitu pencurian ikan yang dilakukan oleh kapal asing 
dengan memanfaatkan surat izin penangkapan legal yang dimiliki oleh 
pengusaha lokal, dengan menggunakan kapal berbendera lokal atau 
bendera negara lain. Praktek ini tetap dikategorikan sebagai illegal fishing 
karena selain menangkap ikan di wilayah perairan yang bukan haknya, 
pelaku illegal fishing ini tidak jarang juga langsung mengirim hasil 
tangkapan tanpa melalui proses pendaratan ikan di wilayah yang sah. 
b. Pencurian murni ilegal, yaitu proses penangkapan ikan di mana kapal asing 
menggunakan benderanya sendiri untuk menangkap ikan di wilayah negara 
lain. 
2. Unregulated fishing, adalah kegiatan penangkapan di perairan wilayah atau 
ZEE suatu Negara yang tidak mematuhi aturan yang berlaku dinegara tersebut. 
Tercakup dalam hal ini antara lain: 
a. Penggunaan alat tangkap yang merusak seperti trawl, bom, dan bius. 
b. Pelanggaran wilayah tangkap. 
3. Unreported fishing, adalah kegiatan penangkapan ikan di perairan wilayah atau 
ZEE suatu negara, yang tidak dilaporkan baik operasionalnya maupun data 
kapal dan hasil tangkapannya. Perikanan yang tidak dilaporkan mencakup: 
a. Kesalahan dalam pelaporannya (misreported). 
b. Pelaporan yang tidak semestinya (under reported). 
7
3.2. Situasi Perikanan Nasional 
Publikasi FAO tahun 2007 menggambarkan bahwa kondisi sumberdaya ikan di 
sekitar perairan Indonesia, terutama di sekitar perairan Samudera Hindia dan 
Samudera Pasifik sudah menujukan kondisi full exploited. Bahkan di perairan 
Samudera Hindia kondisinya cenderung mengarah kepada overexploited. Artinya 
bahwa di kedua perairan tersebut, sudah tidak memungkinkan lagi untuk dilakukan 
ekspansi penangkapan ikan secara besar-besaran saat ini. 
1. Produksi Perikanan Nasional 
Pertumbuhan produksi rata-rata perikanan tangkap dalam periode tahun 1994-2004 
mencapai 3,84 persen per tahun. Sedangkan produksi perikanan tangkap pada tahun 2004 
mencapai 4.311.564 ton. Apabila pemerintah menargetkan pertumbuhan produksi 
perikanan tangkap tetap sebesar 3,84 persen per tahun, maka produksi perikanan tangkap 
nasional tahun 2009 akan mengalami full exploitation diseluruh perairan Indonesia. 
2. Konsumsi Ikan Nasional 
Tingkat konsumsi ikan masyarakat Indonesia setiap tahunnya terlihat 
mengalami peningkatan. Secara nasional tingkat konsumsi ikan nasional pada 
tahun 2002 baru mencapai sekitar 21 kg/kapita/tahun. Namun demikian tingkat 
konsumsi ikan nasional tersebut terlihat masih di atas rata-rata tingkat konsumsi 
ikan dunia yang baru mencapai sekitar 16 kg/kapita/tahun. Sementara itu jika 
dilihat dari perkembangan tingkat konsumsi ikan nasional berdasarkan jenis ikan 
yang dikonsumsi masyarakat, terlihat bahwa sekitar 65,98 persen dari total 
konsumsi ikan nasional tahun 2002 didominasi oleh 18 jenis ikan. Yaitu ekor 
kuning, tuna, tenggiri, selar, kembung, teri, banding, gabus, kakap, mujair, mas, 
lele, baronang, udang segar, cumi-cumi segar, kepiting, kalong dan udang olahan. 
3.3. Praktek Perikanan Ilegal 
Sampai saat ini, belum ada perhitungan pasti jumlah ikan yang terangkut dari 
perairan Indonesia secara illegal setiap tahunnya. FAO (2001) memperkirakan 
kerugian Indonesia dari perikanan ilegal tersebut mencapai sekitar US$ 4 milyar. 
Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Freddy Numbery, mengakui bahwa akibat aktivitas 
perikanan ilegal, negara dirugikan Rp 30 triliyun setiap tahunnya. Perkembangan 
harga ikan rata-rata setiap tahunnya berkisar antara US$ 1.000 sampai US$ 2.000 per 
ton ikan. Dengan asumsi harga ikan rata-rata sebesar US$1.000 per ton, diperkirakan 
8
jumlah ikan yang dicuri mencapai sekitar 4 juta ton per tahun. Sementara itu apabila 
harga ikan rata-rata diasumsikan sekitar US$2.000 per ton maka jumlah ikan yang 
dicuri tersebut mencapai kisaran 2 juta ton per tahun. 
Kegiatan Illegal Fishing yang paling sering terjadi di wilayah pengelolaan 
perikanan Indonesia adalah pencurian ikan oleh kapal-kapal ikan asing (KIA) yang 
berasal dari beberapa negara tetangga (neighboring countries). Walaupun sulit untuk 
memetakan dan mengestimasi tingkat illegal fishing yang terjadi di WPP-RI, namun 
dari hasil pengawasan yang dilakukan selama ini, (2005-2010) dapat disimpulkan 
bahwa illegal fishing oleh KIA sebagian besar terjadi di ZEE (Exlusive Economic Zone) 
dan juga cukup banyak terjadi di perairan kepulauan (archipelagic state). Pada 
umumnya, Jenis alat tangkap yang digunakan oleh KIA atau kapal eks Asing illegal di 
perairan Indonesia adalah alat-alat tangkap produktif seperti purse seine dan 
trawl.Kegiatan illegal fishing juga dilakukan oleh kapal ikan Indonesia (KII). 
Beberapa modus/jenis kegiatan illegal yang sering dilakukan KII, antara lain: 
penangkapan ikan tanpa izin (Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) dan Surat Izin 
Penangkapan Ikan (SIPI) maupun Surat Izin Kapal Pengangkutan Ikan (SIKPI)), 
memiliki izin tapi melanggar ketentuan sebagaimana ditetapkan (pelanggaran daerah 
penangkapan ikan, pelanggaran alat tangkap, pelanggaran ketaatan berpangkalan), 
pemalsuan/manipulasi dokumen (dokumen pengadaan, registrasi, dan perizinan 
kapal), transshipment di laut, tidak mengaktifkan transmitter (khusus bagi kapal-kapal 
yang diwajibkan memasang transmitter), dan penangkapan ikan yang merusak 
(destructive fishing) dengan menggunakan bahan kimia, bahan biologis, bahan 
peledak, alat dan/atau cara, dan/atau bangunan yang membahayakan melestarikan 
sumberdaya ikan. 
9
3.4. Modus Operandi 
Perikanan ilegal dilakukan dengan modus operandi tertentu. Biasanya terkait 
dengan upaya untuk mengelabui petugas, waktu operasi dan lokasi penangkapan 
ilegal, serta keterlibatan dengan oknum aparat. Tentunya, modus ini akan terus 
berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan respon negara terhadap 
kegiatan perikanan ilegal. 
1. Modus Untuk Mengelabui 
Kapal ilegal, terutama kapal asing, menggunakan berbagai modus untuk 
mengelabui aparat keamanan atau aparat pemerintah Indonesia. Modus yang sering 
dilakukan adalah penggandaan izin, penggunaan bendera Indonesia, 
mempekerjakan nelayan Indonesia, atau penggunaan nama kapal berbahasa 
Indonesia. 
2. Waktu Tertentu 
Kegiatan penangkapan oleh kapal ilegal dilakukan pada waktu tertentu, 
terutama pada saat musim barat. Kapal ilegal biasanya menggunakan kapal 
berbobot 30 GT yang mampu memecah gelombang setinggi 2 meter. Sedangkan 
kapal patroli biasa akan mengalami kesulitan mengejar kapal pencuri ikan di saat 
musim barat. 
3 Penyebaran Lokasi 
Seperti telah disebutkan di atas, kapal asing yang illegal selalu beroperasi di 
wilayah perbatasan dan perairan internasional, sehingga menyulitkan bagi aparat 
untuk menangkap kapal tersebut. Namun ketika tertangkap oleh aparat, kapal ilegal 
tersebut berdalih bahwa tidak sengaja melanggar batas teritori Indonesia untuk 
mengejar ikan karena tidak memiliki radar dan hanya menggunakan kompas. Hal ini 
biasanya menjadi dalih kapal negara-negara tetangga Indonesia, seperti Thailand 
yang tertangkap oleh patrol. 
4 Kerjasama dengan Aparat 
Kejahatan dalam pencurian ikan sudah merupakan sindikat yang sangat kuat. 
Keterlibatan sejumlah oknum aparat sangatlah kuat karena jutaan ton ikan setiap 
tahunnya dicuri dari perairan Indonesia, yang dilakukan oleh sekitar 3.000-5.000 
kapal nelayan asing dengan memakai bendera Indonesia. 
3.5. Dampak Perikanan Ilegal 
10
Maraknya perikanan ilegal di perairan Indonesia berdampak terhadap stok ikan 
nasional dan global. Hal ini juga menyebabkan keterpurukan ekonomi nasional dan 
meningkatnya permasalahan sosial di masyarakat perikanan Indonesia. 
Sedikitnya terdapat sepuluh masalah pokok dari aktivitas perikanan ilegal yang 
telah memberi dampak serius bagi Indonesia. Pertama, perikanan ilegal di perairan 
Indonesia akan mengancam kelestarian stok ikan nasional bahkan dunia. Praktek 
perikanan yang tidak dilaporkan atau laporannya salah (misreported), atau laporannya 
di bawah standar (under reported), dan praktek perikanan yang tidak diatur 
(unregulated) akan menimbulkan masalah akurasi data tentang stok ikan yang 
tersedia. Jika data stok ikan tidak akurat, hampir dipastikan pengelolaan perikanan 
tidak akan tepat dan akan mengancam kelestarian stok ikan nasional dan global. Hal 
ini dapat dikategorikan melakukan praktek IUU fishing. Dengan kata lain, jika 
pemerintah Indonesia tidak serius untuk mengantisipasi dan mereduksi kegiatan IUU 
diperairan Indonesia, maka dengan sendirinya Indonesia “terkesan” memfasilitasi 
kegiatan IUU, dan terbuka kemungkinan untuk mendapat sanksi internasional. 
Kegiatan Illegal Fishing di WPP-RI telah mengakibatkan kerugian yang besar 
bagi Indonesia. Overfising, overcapacity, ancaman terhadap kelestarian sumberdaya 
ikan, iklim usaha perikanan yang tidak kondusif, melemahnya daya saing perusahaan 
dan termarjinalkannya nelayan merupakan dampak nyata dari kegiatan IUU fishing. 
Kerugian lain yang tidak dapat di nilai secara materil namun sangat terkait dengan 
harga diri bangsa, adalah rusaknya citra Indonesia pada kancah International karena 
dianggap tidak mampu untuk mengelola perikanannya dengan baik. 
Untuk dapat mengetahui, kerugian materil yang diakibatkan oleh Illegal fishing 
perlu ditetapkan angka asumsi dasar antara lain: diperkirakan jumlah kapal asing dan 
eks asing yang melakukan IUU fishing sekitar 1000 kapal, ikan yang dicuri dari 
kegiatan IUU fishing dan dibuang (discarded) sebesar 25% dari stok (estimasi FAO, 
2001). Dengan asumsi tersebut, jika MSY(maximum sustainable yield = tangkapan 
lestari maksimum) ikan = 6,4 juta ton/th, maka yang hilang dicuri dan dibuang sekitar 
1,6 juta ton/th. Jika harga jual ikan di luar negeri rata-rata 2 USD/Kg, maka kerugian 
per tahun bisa mencapai Rp 30 trilyun. 
11
3.6 Pencegahan 
Berdasarkan permasalah yang ada maka dalam perumusan kebijakan 
mengenai Ilegal Fishing hendaklah memasukkan empat langkah yang bisa digunakan 
untuk menanggulangi pencurian ikan oleh kapal asing (illegal fishing) yaitu dengan 
mengatur masalah perizinan, pengawasan, penegakan hukum di laut dan peningkatan 
ekonomi nelayan. Selain itu juga konsep kebijakan yang baru harus melihat secara 
komprehensif dari berbagai aspek antara lain masalah kedaulatan, keamanan, 
ekonomi dan citra sebagai bangsa yang besar. 
Ada beberapa solusi yang dapat diajukan sebagai alternatif dalam pemuatan 
perumusan kebijakan model Normatif yaitu perlunya penguatan sistem penegak 
hukum dengan membentuk semacam Badan Keamanan Laut yang merupakan 
gabungan dari berbagai instansi digabung menjadi satu, dibawah satu organisasi dan 
satu komando pengendalian. Badan ini menangani keamanan laut non militer, 
sedangkan fungsi pertahanan di laut tetap menjadi tugas pokok TNI AL. Perlu juga 
mengadakan pemutihan kapal-kapal ilegal untuk diberikan ijin, terutama pada kapal-kapal 
yang jelas identitasnya. Dengan pemberian ijin secara sah, maka semua 
kegiatannya akan termonitor dan terkendalikan serta dapat diketahui stok ikan 
sebenarnya. 
Pemerintah juga memperbaiki manajemen perikanan dengan menerapkan 
pengaturan musim penangkapan untuk jenis-jenis tertentu dan menetapkan daerah-daerah 
“sanctuary” untuk menjamin kelestarian. Dan yang tidak kalah pentingnya 
adalah perbaikan regulasi dan kebijakan yang semula pendekatannya “input 
restriction” atau pembatasan input menjadi “output restriction” atau pendekatan output, 
terutama untuk jenis Tuna dan Udang. Dengan pendekatan tersebut mekanisme 
perijinan lebih sederhana dan mudah pengawasannya. 
3.7 Langkah – langkah dalam mengatasi Illegal Fishing 
Langkah-langkah untuk mengatasi illegal fishing di antaranya : 
a. Perbaikan regulasi atau pengaturan terhadap kapal-kapal asing. Diupayakan ada 
penegakan hukum yang lebih baik sehingga dapat menimbulkan efek jera 
terhadap kapal illegal fishing. 
b. Patroli oleh penegak hukum di Indonesia dengan serius dan secara terus 
menerus. Apabila hal ini dilakukan maka kesejateraan nelayan kecil akan 
meningkat. Menurut pengalaman, kata sekjen DKP : dengan adanya operasi di 
12
laut Natuna , pendapatan nelayan kita mejadi dua sampai tiga kali lipat 
dibandingkan sebelum adanya operasi. Ikan –ikan besar yang ditangkap nelayan 
asing sebelum adanya operasi, sekarang bisa ditangkap oleh nelayan kita. 
c. Harus ada penguatan terhadap armada penangkapan ikan nasional. Terutama di 
bidang pengadaan kapal yang lebih besar dan teknologi yang lebih maju. 
Lemahnya nelayan di bidang permodalan menyebabkan nelayan tidak bisa 
berkembang. Diharapkan ada bank yang mau membantu nelayan dalam bidang 
permodalan. Tentunya dalam hal ini pemerintah bisa membantu dengan 
mengeluarkan peraturan kepada bank untuk mau terjun ke sector nelayan. 
d. Mencukupi kebutuhan dasar nelayan di antaranya BBM. Sarana dan prasarana : 
adanya tempat pendaratan ikan, tempat pelelangan ikan, cold storage. Apabila 
kebutuhan nelayan dapat dipenuhi dengan mudah secara otomatis kesejahteraan 
nelayan akan meningkat, sehingga bisa mengadakan ekspansi usahanya. 
e. Diadakan upaya penyadaran terhadap nelayan kita agar tidak menggunakan alat-alat 
tangkap ikan yang bisa merusak ekologi dan bisa merusak siklus kehidupan 
ikan, sehingga sumber penghidupan nelayan bisa tetap terjaga. 
13
BAB IV 
KESIMPULAN DAN SARAN 
4.1 Kesimpulan 
Permasalahan terkait dengan IUU baik itu illegal fishing, ataupun yang 
sejenisnya merupakan masalah kita bersama. Masalah tersebut bisa saja teratasi 
manakala kita bangsa Indonesia khususnya pemerintah melakukan perbaikan 
diberbagai bidang kelautan. Misalnya dalam keamanan kelautan, pengadaan kapal-kapal 
patroli yang modern ataupun tindakan hukum yang tegas dan jelas. Supaya 
kapal-kapal asing yang melakukan illegal fishing tersebut jera. Akan tetapi hal-hal 
tersebut tidak akan bisa tercapai jika tidak ada kerjasama antara kita selaku 
masyarakat khususnya masyarakat pesisir pantai (nelayan). 
4.2 Saran 
Melihat dari letak geografis Negara Indonesia yang di hubungkan oleh laut 
demi laut. Maka keamanan dalam memantau daerah perbatasan baik itu ZEE maupun 
BPN merupakan faktor terpenting dalam menangkal aksi illegal fishing yang banyak 
dilakukan oleh nelayan asing. Selain itu pengadaan armada patroli baik berupa kapal 
patroli atupun satelit pengintai laut juga tidak kalah penting dan seharusnya Indonesia 
sudah mempunyai keamanan ataupun pertahanan laut yang mumpuni, jika melihat 
letak Negara yang sangat strategis. 
Kerjasama antara pemerintah dengan para nelayan mutlak diperlukan guna 
semakin meningkatkan mutu, sarana dan prasarana dalam pemanfaatan hasil 
perikanan tangkap secara maksimal.Adanya sumber data lengkap dari hasil-hasil 
perikanan tangkap yang dikelola oleh pemerintah yang nantinya digunakan untuk 
menunjang pengelolaan dan pemanfaatan hasil perikanan tangkap.Pengelolaan hasil 
perikanan tangkap juga tidak kalah penting, hal tersebut juga harus mendapat 
dukungan dari pemerintah guna pengembangan jaringan pemasaran hasil produksi 
para nelayan local untuk menembus pasar nasional maupun internasional. 
14
DAFTAR PUSTAKA 
Ali yahya, muhamad. 2001. Perikanan Tangkap Indonesia. [cited 2009 Mei 27]. Available 
at : http://tumoutou.net/3 sem1 012/ali yahya.htm 
Barani, Husni Mangga. 2004. Pemikiran Percepatan Pembangunan Perikanan Tagkap 
Melalui Gerakan Nasional. [cited 2009 Mei 27]. Available at : 
http://tumoutou.net/702 07134/husni mb.pdf 
Baharudin. 2012 Solusi alat tangkap. http://desasejahtera.org/artikel/131- 
legalisasi-trawl-di-perbatasan-kalimantan-timur-bagian-utara-merugikan-nelayan- 
dan-lingkungan.html 
BBPN, 2008. Database Pembangunan Kelauatan dan Perikanan. [cited 2009 Mei 27]. 
Available at : http://ditkp.com/? prov=0& sub=1 
Bhairawa Putra, Prakoso. 2009. Teknologi Informasi untuk kelautan Indonesia. [cited 2009 
Mei 27]. Available at: http://blog.sivitas.lipi.go.id/blog 
Dahuri, Rokhmin. 2005. Potensi Ekonomi Kelautan. [cited 2009 Mei 27]. Available at 
:http://www.freelists.org/post/ppi/ppiindia-Masalah-Klasik-Perikanan 
Dahuri, Rokhmin. 2009. Kelautan, Potensi memakmurkan Rakyat. [cited 2009 Mei 27]. 
Available at : http://www.unisosdem.org/article detail.php?aid=5195&coid=2&caid=19&gid=2 
Dendasurono, 2002, Pendidikan Lingkungan Kelautan. Rineka Cipta, Jakarta. 
Mukhtar. 2012. Pengertian Ilegan fishing. 
http://mukhtarapi.blogspot.com/2011/05/illegal-fishing-di-indonesia.html 
Fauzi, Akhmad, 2005, Kebijakan Perikanan dan Kelautan. Gramedia, Jakarta. 
Subri, Mulyadi, 2004, Ekonomi Kelautan. Rajagrafindo Persada, Yogyakarta. 
Adhitya, Achmad. 2009. Indonesia bangkit Lewat Laut. [cited 2009 Mei 27]. Available at : 
http://elroem.com/2009/04/05/indonesia-bangkit-lewat-laut.html 
Zaim, 2009. Kemiskinan Nelayan : Permasalahan dan Upaya Penanggulangan. [cited 2009 
Mei 27]. Available at : http://zaim1979.blogspot.com/2007/10/kemiskinan-nelayan- permasalahan- 
dan.htm l 
15

More Related Content

What's hot

Ppt wawasan kemaritiman kelompok 1B Kelas farmasi A 2015 UHO
Ppt wawasan kemaritiman kelompok 1B Kelas farmasi A 2015 UHOPpt wawasan kemaritiman kelompok 1B Kelas farmasi A 2015 UHO
Ppt wawasan kemaritiman kelompok 1B Kelas farmasi A 2015 UHO
hapsah farmasi
 
Ppt . potensi kemaritiman indonesia
Ppt . potensi kemaritiman indonesiaPpt . potensi kemaritiman indonesia
Ppt . potensi kemaritiman indonesia
masmukriyadi
 
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...
Abida Muttaqiena
 
Pendayagunaan dan Optimalisasi Potensi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Dala...
Pendayagunaan dan Optimalisasi Potensi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Dala...Pendayagunaan dan Optimalisasi Potensi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Dala...
Pendayagunaan dan Optimalisasi Potensi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Dala...
Himaka Unsyiah
 
Bantaeng Paradigma Maritim - Singgih Tri Sulistiyono
Bantaeng Paradigma Maritim - Singgih Tri SulistiyonoBantaeng Paradigma Maritim - Singgih Tri Sulistiyono
Bantaeng Paradigma Maritim - Singgih Tri Sulistiyono
Mudrikan Nacong
 
Kebijakan kelautan nasional di Indonesia
Kebijakan kelautan nasional di IndonesiaKebijakan kelautan nasional di Indonesia
Kebijakan kelautan nasional di Indonesia
Sunoto Mes
 
Uu 45 tahun 2009 tentang perikanan
Uu 45 tahun 2009 tentang perikananUu 45 tahun 2009 tentang perikanan
Uu 45 tahun 2009 tentang perikanan
bachrisb
 
potensi produksi sumberdaya ikan di perairan laut indonesia dan permasalahannya
potensi produksi sumberdaya ikan di perairan laut indonesia dan permasalahannyapotensi produksi sumberdaya ikan di perairan laut indonesia dan permasalahannya
potensi produksi sumberdaya ikan di perairan laut indonesia dan permasalahannya
PT. SASA
 
Pengelompokan Pulau-Pulau Kecil Berdasarkan Letak Geografis dan Status Perunt...
Pengelompokan Pulau-Pulau Kecil Berdasarkan Letak Geografis dan Status Perunt...Pengelompokan Pulau-Pulau Kecil Berdasarkan Letak Geografis dan Status Perunt...
Pengelompokan Pulau-Pulau Kecil Berdasarkan Letak Geografis dan Status Perunt...
Didi Sadili
 
Uu no 31 2004_perikanan
Uu no 31 2004_perikananUu no 31 2004_perikanan
Uu no 31 2004_perikanan
Yosie Andre Victora
 
Aspek sosial dan budaya maritim
Aspek sosial dan budaya maritimAspek sosial dan budaya maritim
Aspek sosial dan budaya maritim
Aditya Alexander
 
Negara maritim dan kelembagaan kelautan
Negara maritim dan kelembagaan kelautanNegara maritim dan kelembagaan kelautan
Negara maritim dan kelembagaan kelautan
Sunoto Mes
 
Wawasan sosial budaya maritim
Wawasan sosial budaya maritim Wawasan sosial budaya maritim
Wawasan sosial budaya maritim
Amrah Amrah
 
Urgensi Meningkatkan Kepedulian Pada Masyarakat dan Lingkungan Pesisir - Nats...
Urgensi Meningkatkan Kepedulian Pada Masyarakat dan Lingkungan Pesisir - Nats...Urgensi Meningkatkan Kepedulian Pada Masyarakat dan Lingkungan Pesisir - Nats...
Urgensi Meningkatkan Kepedulian Pada Masyarakat dan Lingkungan Pesisir - Nats...
Mudrikan Nacong
 
Peluang bisnis sumberdaya pesisir
Peluang bisnis sumberdaya pesisirPeluang bisnis sumberdaya pesisir
Peluang bisnis sumberdaya pesisir
ridwantobukublogspot
 
Kebijakan Maritim Indonesia Setelah UNCLOS 1982
Kebijakan Maritim Indonesia Setelah UNCLOS 1982Kebijakan Maritim Indonesia Setelah UNCLOS 1982
Kebijakan Maritim Indonesia Setelah UNCLOS 1982
Lutfi Nast
 
Sosial Budaya (Peradaban Maritim)
Sosial Budaya (Peradaban Maritim)Sosial Budaya (Peradaban Maritim)
Sosial Budaya (Peradaban Maritim)
Irwan Dujour
 
Agrikan volume 9 edisi 1 1 13-ahmad talib_
Agrikan volume 9 edisi 1 1 13-ahmad talib_Agrikan volume 9 edisi 1 1 13-ahmad talib_
Agrikan volume 9 edisi 1 1 13-ahmad talib_
Umar Tangke
 
Presentasi
PresentasiPresentasi
Presentasi
Qaadir An-Naafi
 
peran perikanan dalam kehidupan manusia
peran perikanan dalam kehidupan manusiaperan perikanan dalam kehidupan manusia
peran perikanan dalam kehidupan manusia
PT. SASA
 

What's hot (20)

Ppt wawasan kemaritiman kelompok 1B Kelas farmasi A 2015 UHO
Ppt wawasan kemaritiman kelompok 1B Kelas farmasi A 2015 UHOPpt wawasan kemaritiman kelompok 1B Kelas farmasi A 2015 UHO
Ppt wawasan kemaritiman kelompok 1B Kelas farmasi A 2015 UHO
 
Ppt . potensi kemaritiman indonesia
Ppt . potensi kemaritiman indonesiaPpt . potensi kemaritiman indonesia
Ppt . potensi kemaritiman indonesia
 
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...
 
Pendayagunaan dan Optimalisasi Potensi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Dala...
Pendayagunaan dan Optimalisasi Potensi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Dala...Pendayagunaan dan Optimalisasi Potensi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Dala...
Pendayagunaan dan Optimalisasi Potensi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Dala...
 
Bantaeng Paradigma Maritim - Singgih Tri Sulistiyono
Bantaeng Paradigma Maritim - Singgih Tri SulistiyonoBantaeng Paradigma Maritim - Singgih Tri Sulistiyono
Bantaeng Paradigma Maritim - Singgih Tri Sulistiyono
 
Kebijakan kelautan nasional di Indonesia
Kebijakan kelautan nasional di IndonesiaKebijakan kelautan nasional di Indonesia
Kebijakan kelautan nasional di Indonesia
 
Uu 45 tahun 2009 tentang perikanan
Uu 45 tahun 2009 tentang perikananUu 45 tahun 2009 tentang perikanan
Uu 45 tahun 2009 tentang perikanan
 
potensi produksi sumberdaya ikan di perairan laut indonesia dan permasalahannya
potensi produksi sumberdaya ikan di perairan laut indonesia dan permasalahannyapotensi produksi sumberdaya ikan di perairan laut indonesia dan permasalahannya
potensi produksi sumberdaya ikan di perairan laut indonesia dan permasalahannya
 
Pengelompokan Pulau-Pulau Kecil Berdasarkan Letak Geografis dan Status Perunt...
Pengelompokan Pulau-Pulau Kecil Berdasarkan Letak Geografis dan Status Perunt...Pengelompokan Pulau-Pulau Kecil Berdasarkan Letak Geografis dan Status Perunt...
Pengelompokan Pulau-Pulau Kecil Berdasarkan Letak Geografis dan Status Perunt...
 
Uu no 31 2004_perikanan
Uu no 31 2004_perikananUu no 31 2004_perikanan
Uu no 31 2004_perikanan
 
Aspek sosial dan budaya maritim
Aspek sosial dan budaya maritimAspek sosial dan budaya maritim
Aspek sosial dan budaya maritim
 
Negara maritim dan kelembagaan kelautan
Negara maritim dan kelembagaan kelautanNegara maritim dan kelembagaan kelautan
Negara maritim dan kelembagaan kelautan
 
Wawasan sosial budaya maritim
Wawasan sosial budaya maritim Wawasan sosial budaya maritim
Wawasan sosial budaya maritim
 
Urgensi Meningkatkan Kepedulian Pada Masyarakat dan Lingkungan Pesisir - Nats...
Urgensi Meningkatkan Kepedulian Pada Masyarakat dan Lingkungan Pesisir - Nats...Urgensi Meningkatkan Kepedulian Pada Masyarakat dan Lingkungan Pesisir - Nats...
Urgensi Meningkatkan Kepedulian Pada Masyarakat dan Lingkungan Pesisir - Nats...
 
Peluang bisnis sumberdaya pesisir
Peluang bisnis sumberdaya pesisirPeluang bisnis sumberdaya pesisir
Peluang bisnis sumberdaya pesisir
 
Kebijakan Maritim Indonesia Setelah UNCLOS 1982
Kebijakan Maritim Indonesia Setelah UNCLOS 1982Kebijakan Maritim Indonesia Setelah UNCLOS 1982
Kebijakan Maritim Indonesia Setelah UNCLOS 1982
 
Sosial Budaya (Peradaban Maritim)
Sosial Budaya (Peradaban Maritim)Sosial Budaya (Peradaban Maritim)
Sosial Budaya (Peradaban Maritim)
 
Agrikan volume 9 edisi 1 1 13-ahmad talib_
Agrikan volume 9 edisi 1 1 13-ahmad talib_Agrikan volume 9 edisi 1 1 13-ahmad talib_
Agrikan volume 9 edisi 1 1 13-ahmad talib_
 
Presentasi
PresentasiPresentasi
Presentasi
 
peran perikanan dalam kehidupan manusia
peran perikanan dalam kehidupan manusiaperan perikanan dalam kehidupan manusia
peran perikanan dalam kehidupan manusia
 

Viewers also liked

Makalah Full Paper
Makalah Full PaperMakalah Full Paper
Makalah Full Paper
Windra Hardi
 
30323286 makalah-monitoring-pulau-melur
30323286 makalah-monitoring-pulau-melur30323286 makalah-monitoring-pulau-melur
30323286 makalah-monitoring-pulau-melurlozer
 
Isi pedoman teknis pump 2013 (13 juni) terbaru
Isi pedoman teknis pump 2013 (13 juni) terbaruIsi pedoman teknis pump 2013 (13 juni) terbaru
Isi pedoman teknis pump 2013 (13 juni) terbaru
Syati Saptaria
 
Tugas paper mangrove
Tugas paper mangroveTugas paper mangrove
Tugas paper mangrove
Wiina Parmana
 
Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu I
Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu IPengelolaan wilayah pesisir secara terpadu I
Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu I
Canny Nainggolan
 
Rubrik penilaian makalah
Rubrik penilaian makalahRubrik penilaian makalah
Rubrik penilaian makalah
Markus Iyus Supiandi
 
Tata cara pembuatan karya tulis
Tata cara pembuatan karya tulisTata cara pembuatan karya tulis
Tata cara pembuatan karya tulis
Umar Syukri
 

Viewers also liked (9)

Makalah Full Paper
Makalah Full PaperMakalah Full Paper
Makalah Full Paper
 
30323286 makalah-monitoring-pulau-melur
30323286 makalah-monitoring-pulau-melur30323286 makalah-monitoring-pulau-melur
30323286 makalah-monitoring-pulau-melur
 
Isi pedoman teknis pump 2013 (13 juni) terbaru
Isi pedoman teknis pump 2013 (13 juni) terbaruIsi pedoman teknis pump 2013 (13 juni) terbaru
Isi pedoman teknis pump 2013 (13 juni) terbaru
 
Tugas paper mangrove
Tugas paper mangroveTugas paper mangrove
Tugas paper mangrove
 
Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu I
Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu IPengelolaan wilayah pesisir secara terpadu I
Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu I
 
Pengelolaan Pesisir
Pengelolaan  PesisirPengelolaan  Pesisir
Pengelolaan Pesisir
 
Isi makalah
Isi makalahIsi makalah
Isi makalah
 
Rubrik penilaian makalah
Rubrik penilaian makalahRubrik penilaian makalah
Rubrik penilaian makalah
 
Tata cara pembuatan karya tulis
Tata cara pembuatan karya tulisTata cara pembuatan karya tulis
Tata cara pembuatan karya tulis
 

Similar to Isi makalah hpp

Maghfur R ( B Sore ).pptx
Maghfur R ( B Sore ).pptxMaghfur R ( B Sore ).pptx
Maghfur R ( B Sore ).pptx
maghfur rozudin
 
Makalah Terumbu Karang
Makalah Terumbu KarangMakalah Terumbu Karang
Makalah Terumbu Karang
Ady Purnomo
 
PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN co-management (1&2).pdf
PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN co-management (1&2).pdfPENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN co-management (1&2).pdf
PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN co-management (1&2).pdf
MuhammadSumsanto1
 
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
asyawalarkan
 
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
asyawalarkan
 
BLUE ECONOMY: SUSTAINABLE MARINE AND FISHERIES DEVELOPMENT
BLUE ECONOMY: SUSTAINABLE MARINE AND FISHERIES DEVELOPMENTBLUE ECONOMY: SUSTAINABLE MARINE AND FISHERIES DEVELOPMENT
BLUE ECONOMY: SUSTAINABLE MARINE AND FISHERIES DEVELOPMENTSunoto Mes
 
Pesisir 9 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 9 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIRPesisir 9 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 9 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
suningterusberkarya
 
Ilegal fishing edit
Ilegal fishing editIlegal fishing edit
Ilegal fishing edit
Hari Dwiparama
 
Explore
ExploreExplore
Peluang bisnis sumberdaya pesisir
Peluang bisnis sumberdaya pesisirPeluang bisnis sumberdaya pesisir
Peluang bisnis sumberdaya pesisir
ridwantobukublogspot
 
WAWASAN KEMARITIMAN
WAWASAN KEMARITIMANWAWASAN KEMARITIMAN
WAWASAN KEMARITIMAN
harjunode
 
Uu 2009 45
Uu 2009 45Uu 2009 45
Uu 2009 45
Didik Marsiswanto
 
Uu 2009 45
Uu 2009 45Uu 2009 45
Uu 2009 45
Didik Marsiswanto
 
Uu no. 45 tahun 2009 ttg perikanan
Uu no. 45 tahun 2009 ttg perikananUu no. 45 tahun 2009 ttg perikanan
Uu no. 45 tahun 2009 ttg perikananSei Enim
 
Uu perikanan no. 45 tahun 2009
Uu perikanan no. 45 tahun 2009Uu perikanan no. 45 tahun 2009
Uu perikanan no. 45 tahun 2009
Mes Ry
 
Presentasi Terumbu Karang
Presentasi Terumbu KarangPresentasi Terumbu Karang
Presentasi Terumbu Karang
Alfian Muhammad
 
Tentang sumber daya laut
Tentang sumber daya lautTentang sumber daya laut
Tentang sumber daya laut
mineshaft12
 
Coastal zone management ruang pesisir
Coastal zone management ruang pesisirCoastal zone management ruang pesisir
Coastal zone management ruang pesisirrIyan lare Sae
 
Sumber daya alam(laut)
Sumber daya alam(laut) Sumber daya alam(laut)
Sumber daya alam(laut)
akb78
 
Analisis kebijakan tentang Alat Penangkap Ikan
Analisis kebijakan tentang Alat Penangkap IkanAnalisis kebijakan tentang Alat Penangkap Ikan
Analisis kebijakan tentang Alat Penangkap Ikan
nautika
 

Similar to Isi makalah hpp (20)

Maghfur R ( B Sore ).pptx
Maghfur R ( B Sore ).pptxMaghfur R ( B Sore ).pptx
Maghfur R ( B Sore ).pptx
 
Makalah Terumbu Karang
Makalah Terumbu KarangMakalah Terumbu Karang
Makalah Terumbu Karang
 
PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN co-management (1&2).pdf
PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN co-management (1&2).pdfPENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN co-management (1&2).pdf
PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN co-management (1&2).pdf
 
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
 
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
 
BLUE ECONOMY: SUSTAINABLE MARINE AND FISHERIES DEVELOPMENT
BLUE ECONOMY: SUSTAINABLE MARINE AND FISHERIES DEVELOPMENTBLUE ECONOMY: SUSTAINABLE MARINE AND FISHERIES DEVELOPMENT
BLUE ECONOMY: SUSTAINABLE MARINE AND FISHERIES DEVELOPMENT
 
Pesisir 9 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 9 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIRPesisir 9 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 9 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
 
Ilegal fishing edit
Ilegal fishing editIlegal fishing edit
Ilegal fishing edit
 
Explore
ExploreExplore
Explore
 
Peluang bisnis sumberdaya pesisir
Peluang bisnis sumberdaya pesisirPeluang bisnis sumberdaya pesisir
Peluang bisnis sumberdaya pesisir
 
WAWASAN KEMARITIMAN
WAWASAN KEMARITIMANWAWASAN KEMARITIMAN
WAWASAN KEMARITIMAN
 
Uu 2009 45
Uu 2009 45Uu 2009 45
Uu 2009 45
 
Uu 2009 45
Uu 2009 45Uu 2009 45
Uu 2009 45
 
Uu no. 45 tahun 2009 ttg perikanan
Uu no. 45 tahun 2009 ttg perikananUu no. 45 tahun 2009 ttg perikanan
Uu no. 45 tahun 2009 ttg perikanan
 
Uu perikanan no. 45 tahun 2009
Uu perikanan no. 45 tahun 2009Uu perikanan no. 45 tahun 2009
Uu perikanan no. 45 tahun 2009
 
Presentasi Terumbu Karang
Presentasi Terumbu KarangPresentasi Terumbu Karang
Presentasi Terumbu Karang
 
Tentang sumber daya laut
Tentang sumber daya lautTentang sumber daya laut
Tentang sumber daya laut
 
Coastal zone management ruang pesisir
Coastal zone management ruang pesisirCoastal zone management ruang pesisir
Coastal zone management ruang pesisir
 
Sumber daya alam(laut)
Sumber daya alam(laut) Sumber daya alam(laut)
Sumber daya alam(laut)
 
Analisis kebijakan tentang Alat Penangkap Ikan
Analisis kebijakan tentang Alat Penangkap IkanAnalisis kebijakan tentang Alat Penangkap Ikan
Analisis kebijakan tentang Alat Penangkap Ikan
 

Recently uploaded

Pembangunan IKN sbg Strategi Penggerak Pemerataan
Pembangunan IKN sbg Strategi Penggerak PemerataanPembangunan IKN sbg Strategi Penggerak Pemerataan
Pembangunan IKN sbg Strategi Penggerak Pemerataan
Tri Widodo W. UTOMO
 
Pendanaan Kegiatan Pemilihan dari Dana Hibah (1).pptx
Pendanaan Kegiatan Pemilihan dari Dana Hibah (1).pptxPendanaan Kegiatan Pemilihan dari Dana Hibah (1).pptx
Pendanaan Kegiatan Pemilihan dari Dana Hibah (1).pptx
AmandaJesica
 
Rapat koordinasi penguatan kolaborasi_7 Juni 2024sent.pptx
Rapat koordinasi penguatan kolaborasi_7 Juni 2024sent.pptxRapat koordinasi penguatan kolaborasi_7 Juni 2024sent.pptx
Rapat koordinasi penguatan kolaborasi_7 Juni 2024sent.pptx
ApriyandiIyan1
 
CERITA REMEH TEMEH DESA ANKOR JAWA TENGAH.pdf
CERITA REMEH TEMEH DESA ANKOR JAWA TENGAH.pdfCERITA REMEH TEMEH DESA ANKOR JAWA TENGAH.pdf
CERITA REMEH TEMEH DESA ANKOR JAWA TENGAH.pdf
Zainul Ulum
 
Materi Edukasi Penyelamatan Mata Air.pdf
Materi Edukasi Penyelamatan Mata Air.pdfMateri Edukasi Penyelamatan Mata Air.pdf
Materi Edukasi Penyelamatan Mata Air.pdf
pelestarikawasanwili
 
MATERI FASILITASI PEMBINAAN DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PADA PEMILIHAN UMUM.pptx
MATERI FASILITASI PEMBINAAN DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PADA PEMILIHAN UMUM.pptxMATERI FASILITASI PEMBINAAN DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PADA PEMILIHAN UMUM.pptx
MATERI FASILITASI PEMBINAAN DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PADA PEMILIHAN UMUM.pptx
DidiKomarudin1
 
Bahan Paparan SPI Gratifikasi Riau Tahun 2024
Bahan Paparan SPI Gratifikasi Riau Tahun 2024Bahan Paparan SPI Gratifikasi Riau Tahun 2024
Bahan Paparan SPI Gratifikasi Riau Tahun 2024
heri purwanto
 
Regulasi Wakaf di Indonesia Tahun 021.pdf
Regulasi Wakaf di Indonesia Tahun 021.pdfRegulasi Wakaf di Indonesia Tahun 021.pdf
Regulasi Wakaf di Indonesia Tahun 021.pdf
MuhaiminMuha
 
Mitigasi Penyelamatan Mata Air Nganjuk.pdf
Mitigasi Penyelamatan Mata Air Nganjuk.pdfMitigasi Penyelamatan Mata Air Nganjuk.pdf
Mitigasi Penyelamatan Mata Air Nganjuk.pdf
pelestarikawasanwili
 

Recently uploaded (9)

Pembangunan IKN sbg Strategi Penggerak Pemerataan
Pembangunan IKN sbg Strategi Penggerak PemerataanPembangunan IKN sbg Strategi Penggerak Pemerataan
Pembangunan IKN sbg Strategi Penggerak Pemerataan
 
Pendanaan Kegiatan Pemilihan dari Dana Hibah (1).pptx
Pendanaan Kegiatan Pemilihan dari Dana Hibah (1).pptxPendanaan Kegiatan Pemilihan dari Dana Hibah (1).pptx
Pendanaan Kegiatan Pemilihan dari Dana Hibah (1).pptx
 
Rapat koordinasi penguatan kolaborasi_7 Juni 2024sent.pptx
Rapat koordinasi penguatan kolaborasi_7 Juni 2024sent.pptxRapat koordinasi penguatan kolaborasi_7 Juni 2024sent.pptx
Rapat koordinasi penguatan kolaborasi_7 Juni 2024sent.pptx
 
CERITA REMEH TEMEH DESA ANKOR JAWA TENGAH.pdf
CERITA REMEH TEMEH DESA ANKOR JAWA TENGAH.pdfCERITA REMEH TEMEH DESA ANKOR JAWA TENGAH.pdf
CERITA REMEH TEMEH DESA ANKOR JAWA TENGAH.pdf
 
Materi Edukasi Penyelamatan Mata Air.pdf
Materi Edukasi Penyelamatan Mata Air.pdfMateri Edukasi Penyelamatan Mata Air.pdf
Materi Edukasi Penyelamatan Mata Air.pdf
 
MATERI FASILITASI PEMBINAAN DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PADA PEMILIHAN UMUM.pptx
MATERI FASILITASI PEMBINAAN DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PADA PEMILIHAN UMUM.pptxMATERI FASILITASI PEMBINAAN DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PADA PEMILIHAN UMUM.pptx
MATERI FASILITASI PEMBINAAN DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PADA PEMILIHAN UMUM.pptx
 
Bahan Paparan SPI Gratifikasi Riau Tahun 2024
Bahan Paparan SPI Gratifikasi Riau Tahun 2024Bahan Paparan SPI Gratifikasi Riau Tahun 2024
Bahan Paparan SPI Gratifikasi Riau Tahun 2024
 
Regulasi Wakaf di Indonesia Tahun 021.pdf
Regulasi Wakaf di Indonesia Tahun 021.pdfRegulasi Wakaf di Indonesia Tahun 021.pdf
Regulasi Wakaf di Indonesia Tahun 021.pdf
 
Mitigasi Penyelamatan Mata Air Nganjuk.pdf
Mitigasi Penyelamatan Mata Air Nganjuk.pdfMitigasi Penyelamatan Mata Air Nganjuk.pdf
Mitigasi Penyelamatan Mata Air Nganjuk.pdf
 

Isi makalah hpp

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masalah IUU Fishing ataupun yang lebih umumnya dikenal adalah Illegal Fishing sebenarnya sudah menjadi masalah klasik. Mengapa dikatakan klasik? karena telah ada dari zaman dulu masalah tersebut seakan tidak ada habisnya. Hingga sekarang pun IUU fishing masih sulit untuk di berantas. Berita penangkapan kapal asing oleh patroli kita, akhir-akhir ini sering terdengar. Akan tetapi tetap masih saja ada kapal-kapal asing yang masuk wilayah RI. Atau berita pengeboman ikan atau berita nelayan kita yang menggunakan API terlarang. Berarti apa yang telah dilakukan oleh aparat penegak hukum kita selama beberapa periode waktu ini belum bisa membuat jera bagi langganan pelaku IUU Fishing atau membuat takut mereka para calon pelaku IUU Fishing Kondisi perikanan dunia saat ini tidak dapat lagi dikatakan masih berlimpah. Tanpa adanya konsep pengelolaan yang berbasis lingkungan, dikhawatirkan sumber daya yang sangat potensial ini (sebagai sumber protein yang sehat dan murah) bisa terancam kelestariannya. Karena itu, sidang Organisasi Pangan Sedunia (FAO) memperkenalkan Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) sejak 1995. Konsep yang diterjemahkan sebagai Tata Laksana Perikanan yang Bertanggung Jawab (Code of Conduct for Responsible Fisheries) tersebut telah diadopsi oleh hampir seluruh anggota badan dunia sebagai patokan pelaksanaan pengelolaan perikanan. Sekalipun sifatnya sukarela, banyak negara telah sepakat bahwa CCRF merupakan dasar kebijakan pengelolaan perikanan dunia. Dalam pelaksanaannya, FAO telah mengeluarkan petunjuk aturan pelaksanaan dan metode untuk mengembangkan kegiatan perikanan yang mencakup perikanan tangkap dan budidaya. Kecenderungan ini tidak bisa dibiarkan karena pada akhirnya manusia hanya akan bisa menyantap sup ubur-ubur dan plankton. Sekarang tindakan nyata yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan illegal fishing pada ikan-ikan karang khususnya untuk memperbaiki daerah karang yang rusak adalah dengan melakukan transpalasi karang ataupun pembuatan terumbu karang buatan. Terumbu karang buatan adalah suatu struktur yang dibangun untuk menyediakan lingkungan, habitat, sumber makanan, tempat pemijahan dan asuhan, serta perlindungan pantai sebagaimana halnya terumbu karang alam. Karena pemerintah yang belum menunjukkan perhatian yang optimal dalam mengelola sistem alami dan kualitas lingkungan kawasan pesisir dan lautan 1
  • 2. khususnya terumbu karang dan lemahnya penegakan hukum (law enforcement). Tapi kita tidak bisa terus menunggu hal ini berubah kita semua harus turun tangan terutama yang peduli. Kita dapat turut mengawasi penegakan hukum, mengawasi jika terjadi pengerusakan terumbu karang, dan terus menyuarakan dan bertukar pikiran dengan nelayan akan betapa pentingnya terumbu karang terhadap hasil tangkapan ikan mereka nanti. Dengan Terlaksananya semua hal di atas pasti akan memberikan dampak nyata pada nelayan dan kelestarian terumbu karang walau mungkin tidak dalam waktu singkat untuk menyelesaikan masalah ini sepenuhnya. 1.2. Rumusan Masalah Masalah illegal fishing adalah masalah kita bersama. Masalah tersebut tidak akan dapat teratasi ataupun terminimalisir jika kita tidak berbenah diri. Salah satu cara untuk mengatasinya yaitu mungkin dengan menambah armada kapal patroli kita, supaya kapal-kapal asing yang masuk ke wilayah perairan kita yang melakukan illegal fishing bisa ditangkap ataupun bisa dihancurkan kapal mereka. Mengapa harus demikian? Karena masalah illegal fishing menimbulkan kerugian yang amat sangat besar bagi Bangsa dan Negara Indonesia. Berapa Triliunkah uang kita dicuri oleh Negara lain? Berapa banyak sumberdaya alam kita dihancurkan dan dicuri oleh Negara lain? 1.3. Maksud dan Tujuan Maksud penulisan Makalah ini adalah supaya masyarakat lebih mengetahui tentang masalah yang dihadapi Bangsa Indonesia dalam hal ini masalah Illegal Fishing. Dan agar kita dapat pula memaknai kekayaan alam yang telah Alloh ciptakan kepada kita, janganlah kita mensia-siakan ataupun merusak alam kita (dalam hal ini merusak laut) baik dengan menangkap ikan dengan bom ikan ataupun dengan cara lain yang dapat merusak lingkungan. Maksud kedua yaitu dapat memenuhi tugas perkuliahan mata kuliah pendidikan kewarganegaraan. Adapun tujuannya adalah supaya pembaca dapat mengerti apa yang dimaksud illegal fishing dan kenapa masalah tersebut seakan tidak ada habisnya. Pembaca pula akan mengetahui daerah-daerah yang sering menjadi sasaran empuk para kapal asing untuk mencuri ikan di wilayah perairan nusantara. 2
  • 3. BAB II KELAUTAN INDONESIA 2.1 Potensi Kelautan Sebagai negara maritim, Indonesia menyimpan potensi kekayaan sumber daya kelautan yang belum dieksplorasi dan dieksploitasi secara optimal, bahkan sebagian belum diketahui potensi yang sebenarnya untuk itu perlu data yang lengkap, akurat sehingga laut sebagai sumber daya alternatif yang dapat diperhitungkan pada masa mendatang akan semakin berkembang. Dengan luas wilayah maritim Indonesia yang diperkirakan mencapai 5,8 juta km2 dan dengan kekayaan terkandung di dalamnya yang meliputi : 1. Kehidupan sekitar 28.000 spesies flora, 350 spesies fauna dan 110.000 spesies mikroba, 2. 600 spesies terumbu karang dan 40 genera, jauh lebih kaya dibandingkan Laut Merah yang hanya memiliki sekitar 40 spesies dari 7 genera, 3. Sumberdaya yang dapat diperbaharui (renewable resources), termasuk ikan, udang, moluska, kerang mutiara, kepiting, rumput laut, mangrove/hutan bakau, hewan karang dan biota laut lainnya, 4. Sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui (non renewable resources), seperti minyak bumi, gas alam, bauksit, timah, bijih besi, mangan, fosfor dan mineral lainnya, 5. Energi kelautan seperti : Energi gelombang, pasang surut, angin, dan Ocean Thermal Energy Conversion, 6. Jasa lingkungan (environmental services) termasuk tempat-tempat yang cocok untuk lokasi pariwisata dan rekreasi seperti pantai yang indah, perairan berterumbu karang yang kaya ragam biota karang, media transportasi dan komunikasi, pengatur iklim dan penampung limbah, 7. Sudah terbangunnya titik-titik dasar di sepanjang pantai pada posisi terluar dari pulau-pulau terdepan sebagai titik-titik untuk menarik garis pangkal darimana pengukuran batas laut berpangkal. 8. Sudah terwujudnya beberapa kesepakatan/pejanjian batas laut yaitu : dengan India, Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina, Australia dan PNG. 3
  • 4. 2.2 Kendala Kelautan Disadari bahwa penanganan bidang kelautan di Indonesia hingga saat ini masih memprihatinkan, antara lain. 1. Kehancuran sebagian terumbu karang yang memilili fungsi ekologi dan ekonomi yang hanya menyisakan sekitar 28%, rawa pantai dan hutan mangrove (bakau) yang merupakan habitat ikan dan penyekat abrasi laut, dari 4 (empat) jutaan hektar telah menyusut menjadi 2 (dua) jutaan hektar, 2. Pencurian ikan oleh orang asing menunjukkan kerugian sekitar 1/2 (setengah) milyar dollar sampai 4 (empat) milyar dollar per tahun, 3. Sumberdaya manusia (SDM) di bidang kelautan yang sangat minim baik di bidang perencanaan, pengelolaan, maupun hukum dan pengamanan kelautan, 4. Sebagian besar (85%) kapal-kapal yang beroperasi di perairan Indonesia menggunakan modal asing dan selebihnya adalah modal nasional. Hal ini juga berdampak pada sekitar 50% pelayaran antar pulau dikuasai oleh pihak asing, 5. Minimnya jumlah dan kualitas sarana dan prasarana (kapal, peralatan) menyebabkan seringkali aparat keamanan laut (Kamla) kita tidak berdaya menghadapi kapal-kapal pencuri ikan, sehingga hanya sebagian kecil yang dapat ditangkap, 6. Pemanfaatan teknologi maju melalui pengamatan satelit dalam rangka pengawasan dan pengamanan laut (Waspam) masih sangat terbatas dan belum terintegrasi secara permanen, 7. Eksplorasi, eksploitasi dan pembangunan di sepanjang pantai dan perairan telah menyebabkan pencemaran laut akibat pembuangan limbah dari proses kegiatan tersebut di atas, sehingga telah mendegradasi habitat pesisir dan laut, 8. Maraknya kasus pembajakan laut khususnya di Selat Malaka dan alur lintas kepulauan Indonesia (ALKI) telah menimbulkan konflik yang mengundang intervensi negara maju (USA dan Jepang). 2.3 Permasalahan Batas Laut Beberapa Jenis Batas Laut dan Pengaruhnya terhadap Pertahanan Keamanan Negara menurut ketentuan Hukum Laut Internasional (Hukla 1982), ada enam jenis batas laut, yaitu : 1. Batas Perairan Pedalaman (BPP). Perairan pedalaman di dalam garis batas yang ditentukan oleh hukum yang berlaku di situ praktis sama dengan di wilayah darat, dimana NKRI mempunyai kedaulatan penuh, kapal-kapal asing tidak berhak lewat. Perairan pedalaman tersebut dibatasi oleh garis penutup (closing lines) sesuai 4
  • 5. ketentuan Hukla 1982. Namun sayang Indonesia hingga saat ini belum memanfaatkan haknya untuk menarik closing lines tersebut. 2. Batas Perairan Nusantara/Kepulauan (BPN/BPK). Di perairan ini Indonesia mempunyai hak kedaulatan wilayah penuh tetapi kapal/pelayaran asing masih mempunyai “hak melintas” (innocent passage) melalui prinsip alur laut kepulauan. Perairan nusantara ini dikelilingi oleh garis-garis dasar yang lurus (base lines) yang menghubungkan titik-titik pangkal (base points) dan bagian terdepan pulau-pulau terdepan di seluruh Indonesia. Base lines yang menghubungkan base points dibuat berdasarkan UU Nomor 4 Tahun 1960 dan telah didepositkan di PBB. Undang-undang tersebut telah diperbaharui dengan UU Nomor 6 Tahun 1996 namun isinya justru mencabut base points dan base lines yang telah ada. 3. Batas Laut Wilayah (BLW). Batas laut ini ditarik dari base lines sejauh 12 mil, tetapi BLW yang pasti/tegas juga belum ada, karena BLW tidak dapat ditentukan sepihak. Pada laut wilayah, Indonesia masih mempunyai hak mengelola dan yurisdiksi kedaulatan wilayah penuh. 5
  • 6. BAB III ILLEGAL FISHING 3.1. Pengertian Perikanan Ilegal llegal fishing merupakan kegiatan penangkapan yang dilakukan oleh nelayan tidak bertanggung jawab dan bertentangan oleh kode etik penangkapan bertanggung jawab Illegal fishing termasuk kegiatan mall praktek dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan yang merupakan kegiatan pelanggaran hukum. Kegiatan illegal fishing umumnya bersifat merugikan bagi sumberdaya perairan yang ada. Kegiatan ini semata-mata hanya akan memberikan dampak yang kurang baik baik ekosistem perairan akan tetapi memberikan keuntungan yang besar bagi nelayan. Dalam kegiatan panangkapan yang dilakukan nelayan dengan cara dan alat tangkap yang bersifat merusak yang dilakukan oleh nelayan khususnya nelayan traditional. Untuk menangkap sebanyak-banyaknya ikan-ikan karang yang banyak digolongkan kedalam kegiatan illegal fishing karena kegiatan penangkapan yang dilakukan semata-mata memberikan keuntungan hanya untuk nelayan tersebut dampak berdampak kerusakan untuk ekosistem karang. Kegiatan yang umumnya dilakukan nelayan dalam melakukan penangkapan dan termasuk kedalam kegiatan illegal fishing adalah penggunaan alat tangkap yang dapat merusak ekosistem seperti kegiatan penangkapan dengan pemboman, penangkapan dengan menggunakan racun serta penggunaan alat tangkap trawl pada daerah yang karang. Pengertian illegal fishing adalah kegiatan perikanan yang tidak sah, kegiatan perikanan yang tidak diatur oleh peraturan yang berlaku, aktifitasnya tidak dilaporkan kepada suatu institusi atau lembaga perikanan yang tersedia/berwenang. Dapat terjadi di semua kegiatan perikanan tangkap tanpa tergantung pada lokasi, target species, alat tangkap yang digunakan dan exploitasi serta dapat muncul di semua tipe perikanan baik skala kecil dan industri, perikanan di zona jurisdiksi nasional maupun internasional. Ilegal fishing yaitu kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan oleh orang atau kapal asing pada suatu perairan yang menjadi jurisdiksi suatu negara tanpa izin dari negara tersebut atau bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. yang bertentangan dengan peraturan nasinal yang berlaku atau kewajiban internasional.Yang dilakukan oleh kapal mengibarkan bendera suatu negara yang menjadi anggota organisasi pengelolaan perikanan regional tetapi beroperasi tidak 6
  • 7. sesuai dengan ketentuan pelestarian dan pengelolaan yang diterapkan oleh organisasi tersebut atau ketentuan hukum internasional yang berlaku. Perikanan ilegal saat ini telah menjadi perhatian dunia, termasuk FAO (Food and Agriculture Organization). Lembaga ini menggunakan beberapa terminologi seperti perikanan illegal (ilegal), unreported (tidak dilaporkan) dan unregulated (tidak diatur) atau biasa disingkat dengan IUU fishing. Penjelasan mengenai ketiga terminologi ini adalah sebagai berikut: 1. Illegal fishing, adalah kegiatan penangkapan ikan secara ilegal di perairan wilayah atau Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) suatu Negara. Artinya kegiatan penangkapan yang tidak memiliki izin melakukan penangkapan ikan dari Negara bersangkutan. Praktek terbesar dalam IUU fishing, pada dasarnya adalah poaching atau pirate fishing. Yaitu penangkapan ikan oleh negara lain tanpa izin dari negara yang bersangkutan, atau dengan kata lain pencurian ikan oleh pihak asing. Keterlibatan pihak asing dalam pencurian ikan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: a. Pencurian semi-legal, yaitu pencurian ikan yang dilakukan oleh kapal asing dengan memanfaatkan surat izin penangkapan legal yang dimiliki oleh pengusaha lokal, dengan menggunakan kapal berbendera lokal atau bendera negara lain. Praktek ini tetap dikategorikan sebagai illegal fishing karena selain menangkap ikan di wilayah perairan yang bukan haknya, pelaku illegal fishing ini tidak jarang juga langsung mengirim hasil tangkapan tanpa melalui proses pendaratan ikan di wilayah yang sah. b. Pencurian murni ilegal, yaitu proses penangkapan ikan di mana kapal asing menggunakan benderanya sendiri untuk menangkap ikan di wilayah negara lain. 2. Unregulated fishing, adalah kegiatan penangkapan di perairan wilayah atau ZEE suatu Negara yang tidak mematuhi aturan yang berlaku dinegara tersebut. Tercakup dalam hal ini antara lain: a. Penggunaan alat tangkap yang merusak seperti trawl, bom, dan bius. b. Pelanggaran wilayah tangkap. 3. Unreported fishing, adalah kegiatan penangkapan ikan di perairan wilayah atau ZEE suatu negara, yang tidak dilaporkan baik operasionalnya maupun data kapal dan hasil tangkapannya. Perikanan yang tidak dilaporkan mencakup: a. Kesalahan dalam pelaporannya (misreported). b. Pelaporan yang tidak semestinya (under reported). 7
  • 8. 3.2. Situasi Perikanan Nasional Publikasi FAO tahun 2007 menggambarkan bahwa kondisi sumberdaya ikan di sekitar perairan Indonesia, terutama di sekitar perairan Samudera Hindia dan Samudera Pasifik sudah menujukan kondisi full exploited. Bahkan di perairan Samudera Hindia kondisinya cenderung mengarah kepada overexploited. Artinya bahwa di kedua perairan tersebut, sudah tidak memungkinkan lagi untuk dilakukan ekspansi penangkapan ikan secara besar-besaran saat ini. 1. Produksi Perikanan Nasional Pertumbuhan produksi rata-rata perikanan tangkap dalam periode tahun 1994-2004 mencapai 3,84 persen per tahun. Sedangkan produksi perikanan tangkap pada tahun 2004 mencapai 4.311.564 ton. Apabila pemerintah menargetkan pertumbuhan produksi perikanan tangkap tetap sebesar 3,84 persen per tahun, maka produksi perikanan tangkap nasional tahun 2009 akan mengalami full exploitation diseluruh perairan Indonesia. 2. Konsumsi Ikan Nasional Tingkat konsumsi ikan masyarakat Indonesia setiap tahunnya terlihat mengalami peningkatan. Secara nasional tingkat konsumsi ikan nasional pada tahun 2002 baru mencapai sekitar 21 kg/kapita/tahun. Namun demikian tingkat konsumsi ikan nasional tersebut terlihat masih di atas rata-rata tingkat konsumsi ikan dunia yang baru mencapai sekitar 16 kg/kapita/tahun. Sementara itu jika dilihat dari perkembangan tingkat konsumsi ikan nasional berdasarkan jenis ikan yang dikonsumsi masyarakat, terlihat bahwa sekitar 65,98 persen dari total konsumsi ikan nasional tahun 2002 didominasi oleh 18 jenis ikan. Yaitu ekor kuning, tuna, tenggiri, selar, kembung, teri, banding, gabus, kakap, mujair, mas, lele, baronang, udang segar, cumi-cumi segar, kepiting, kalong dan udang olahan. 3.3. Praktek Perikanan Ilegal Sampai saat ini, belum ada perhitungan pasti jumlah ikan yang terangkut dari perairan Indonesia secara illegal setiap tahunnya. FAO (2001) memperkirakan kerugian Indonesia dari perikanan ilegal tersebut mencapai sekitar US$ 4 milyar. Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Freddy Numbery, mengakui bahwa akibat aktivitas perikanan ilegal, negara dirugikan Rp 30 triliyun setiap tahunnya. Perkembangan harga ikan rata-rata setiap tahunnya berkisar antara US$ 1.000 sampai US$ 2.000 per ton ikan. Dengan asumsi harga ikan rata-rata sebesar US$1.000 per ton, diperkirakan 8
  • 9. jumlah ikan yang dicuri mencapai sekitar 4 juta ton per tahun. Sementara itu apabila harga ikan rata-rata diasumsikan sekitar US$2.000 per ton maka jumlah ikan yang dicuri tersebut mencapai kisaran 2 juta ton per tahun. Kegiatan Illegal Fishing yang paling sering terjadi di wilayah pengelolaan perikanan Indonesia adalah pencurian ikan oleh kapal-kapal ikan asing (KIA) yang berasal dari beberapa negara tetangga (neighboring countries). Walaupun sulit untuk memetakan dan mengestimasi tingkat illegal fishing yang terjadi di WPP-RI, namun dari hasil pengawasan yang dilakukan selama ini, (2005-2010) dapat disimpulkan bahwa illegal fishing oleh KIA sebagian besar terjadi di ZEE (Exlusive Economic Zone) dan juga cukup banyak terjadi di perairan kepulauan (archipelagic state). Pada umumnya, Jenis alat tangkap yang digunakan oleh KIA atau kapal eks Asing illegal di perairan Indonesia adalah alat-alat tangkap produktif seperti purse seine dan trawl.Kegiatan illegal fishing juga dilakukan oleh kapal ikan Indonesia (KII). Beberapa modus/jenis kegiatan illegal yang sering dilakukan KII, antara lain: penangkapan ikan tanpa izin (Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) dan Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) maupun Surat Izin Kapal Pengangkutan Ikan (SIKPI)), memiliki izin tapi melanggar ketentuan sebagaimana ditetapkan (pelanggaran daerah penangkapan ikan, pelanggaran alat tangkap, pelanggaran ketaatan berpangkalan), pemalsuan/manipulasi dokumen (dokumen pengadaan, registrasi, dan perizinan kapal), transshipment di laut, tidak mengaktifkan transmitter (khusus bagi kapal-kapal yang diwajibkan memasang transmitter), dan penangkapan ikan yang merusak (destructive fishing) dengan menggunakan bahan kimia, bahan biologis, bahan peledak, alat dan/atau cara, dan/atau bangunan yang membahayakan melestarikan sumberdaya ikan. 9
  • 10. 3.4. Modus Operandi Perikanan ilegal dilakukan dengan modus operandi tertentu. Biasanya terkait dengan upaya untuk mengelabui petugas, waktu operasi dan lokasi penangkapan ilegal, serta keterlibatan dengan oknum aparat. Tentunya, modus ini akan terus berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan respon negara terhadap kegiatan perikanan ilegal. 1. Modus Untuk Mengelabui Kapal ilegal, terutama kapal asing, menggunakan berbagai modus untuk mengelabui aparat keamanan atau aparat pemerintah Indonesia. Modus yang sering dilakukan adalah penggandaan izin, penggunaan bendera Indonesia, mempekerjakan nelayan Indonesia, atau penggunaan nama kapal berbahasa Indonesia. 2. Waktu Tertentu Kegiatan penangkapan oleh kapal ilegal dilakukan pada waktu tertentu, terutama pada saat musim barat. Kapal ilegal biasanya menggunakan kapal berbobot 30 GT yang mampu memecah gelombang setinggi 2 meter. Sedangkan kapal patroli biasa akan mengalami kesulitan mengejar kapal pencuri ikan di saat musim barat. 3 Penyebaran Lokasi Seperti telah disebutkan di atas, kapal asing yang illegal selalu beroperasi di wilayah perbatasan dan perairan internasional, sehingga menyulitkan bagi aparat untuk menangkap kapal tersebut. Namun ketika tertangkap oleh aparat, kapal ilegal tersebut berdalih bahwa tidak sengaja melanggar batas teritori Indonesia untuk mengejar ikan karena tidak memiliki radar dan hanya menggunakan kompas. Hal ini biasanya menjadi dalih kapal negara-negara tetangga Indonesia, seperti Thailand yang tertangkap oleh patrol. 4 Kerjasama dengan Aparat Kejahatan dalam pencurian ikan sudah merupakan sindikat yang sangat kuat. Keterlibatan sejumlah oknum aparat sangatlah kuat karena jutaan ton ikan setiap tahunnya dicuri dari perairan Indonesia, yang dilakukan oleh sekitar 3.000-5.000 kapal nelayan asing dengan memakai bendera Indonesia. 3.5. Dampak Perikanan Ilegal 10
  • 11. Maraknya perikanan ilegal di perairan Indonesia berdampak terhadap stok ikan nasional dan global. Hal ini juga menyebabkan keterpurukan ekonomi nasional dan meningkatnya permasalahan sosial di masyarakat perikanan Indonesia. Sedikitnya terdapat sepuluh masalah pokok dari aktivitas perikanan ilegal yang telah memberi dampak serius bagi Indonesia. Pertama, perikanan ilegal di perairan Indonesia akan mengancam kelestarian stok ikan nasional bahkan dunia. Praktek perikanan yang tidak dilaporkan atau laporannya salah (misreported), atau laporannya di bawah standar (under reported), dan praktek perikanan yang tidak diatur (unregulated) akan menimbulkan masalah akurasi data tentang stok ikan yang tersedia. Jika data stok ikan tidak akurat, hampir dipastikan pengelolaan perikanan tidak akan tepat dan akan mengancam kelestarian stok ikan nasional dan global. Hal ini dapat dikategorikan melakukan praktek IUU fishing. Dengan kata lain, jika pemerintah Indonesia tidak serius untuk mengantisipasi dan mereduksi kegiatan IUU diperairan Indonesia, maka dengan sendirinya Indonesia “terkesan” memfasilitasi kegiatan IUU, dan terbuka kemungkinan untuk mendapat sanksi internasional. Kegiatan Illegal Fishing di WPP-RI telah mengakibatkan kerugian yang besar bagi Indonesia. Overfising, overcapacity, ancaman terhadap kelestarian sumberdaya ikan, iklim usaha perikanan yang tidak kondusif, melemahnya daya saing perusahaan dan termarjinalkannya nelayan merupakan dampak nyata dari kegiatan IUU fishing. Kerugian lain yang tidak dapat di nilai secara materil namun sangat terkait dengan harga diri bangsa, adalah rusaknya citra Indonesia pada kancah International karena dianggap tidak mampu untuk mengelola perikanannya dengan baik. Untuk dapat mengetahui, kerugian materil yang diakibatkan oleh Illegal fishing perlu ditetapkan angka asumsi dasar antara lain: diperkirakan jumlah kapal asing dan eks asing yang melakukan IUU fishing sekitar 1000 kapal, ikan yang dicuri dari kegiatan IUU fishing dan dibuang (discarded) sebesar 25% dari stok (estimasi FAO, 2001). Dengan asumsi tersebut, jika MSY(maximum sustainable yield = tangkapan lestari maksimum) ikan = 6,4 juta ton/th, maka yang hilang dicuri dan dibuang sekitar 1,6 juta ton/th. Jika harga jual ikan di luar negeri rata-rata 2 USD/Kg, maka kerugian per tahun bisa mencapai Rp 30 trilyun. 11
  • 12. 3.6 Pencegahan Berdasarkan permasalah yang ada maka dalam perumusan kebijakan mengenai Ilegal Fishing hendaklah memasukkan empat langkah yang bisa digunakan untuk menanggulangi pencurian ikan oleh kapal asing (illegal fishing) yaitu dengan mengatur masalah perizinan, pengawasan, penegakan hukum di laut dan peningkatan ekonomi nelayan. Selain itu juga konsep kebijakan yang baru harus melihat secara komprehensif dari berbagai aspek antara lain masalah kedaulatan, keamanan, ekonomi dan citra sebagai bangsa yang besar. Ada beberapa solusi yang dapat diajukan sebagai alternatif dalam pemuatan perumusan kebijakan model Normatif yaitu perlunya penguatan sistem penegak hukum dengan membentuk semacam Badan Keamanan Laut yang merupakan gabungan dari berbagai instansi digabung menjadi satu, dibawah satu organisasi dan satu komando pengendalian. Badan ini menangani keamanan laut non militer, sedangkan fungsi pertahanan di laut tetap menjadi tugas pokok TNI AL. Perlu juga mengadakan pemutihan kapal-kapal ilegal untuk diberikan ijin, terutama pada kapal-kapal yang jelas identitasnya. Dengan pemberian ijin secara sah, maka semua kegiatannya akan termonitor dan terkendalikan serta dapat diketahui stok ikan sebenarnya. Pemerintah juga memperbaiki manajemen perikanan dengan menerapkan pengaturan musim penangkapan untuk jenis-jenis tertentu dan menetapkan daerah-daerah “sanctuary” untuk menjamin kelestarian. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah perbaikan regulasi dan kebijakan yang semula pendekatannya “input restriction” atau pembatasan input menjadi “output restriction” atau pendekatan output, terutama untuk jenis Tuna dan Udang. Dengan pendekatan tersebut mekanisme perijinan lebih sederhana dan mudah pengawasannya. 3.7 Langkah – langkah dalam mengatasi Illegal Fishing Langkah-langkah untuk mengatasi illegal fishing di antaranya : a. Perbaikan regulasi atau pengaturan terhadap kapal-kapal asing. Diupayakan ada penegakan hukum yang lebih baik sehingga dapat menimbulkan efek jera terhadap kapal illegal fishing. b. Patroli oleh penegak hukum di Indonesia dengan serius dan secara terus menerus. Apabila hal ini dilakukan maka kesejateraan nelayan kecil akan meningkat. Menurut pengalaman, kata sekjen DKP : dengan adanya operasi di 12
  • 13. laut Natuna , pendapatan nelayan kita mejadi dua sampai tiga kali lipat dibandingkan sebelum adanya operasi. Ikan –ikan besar yang ditangkap nelayan asing sebelum adanya operasi, sekarang bisa ditangkap oleh nelayan kita. c. Harus ada penguatan terhadap armada penangkapan ikan nasional. Terutama di bidang pengadaan kapal yang lebih besar dan teknologi yang lebih maju. Lemahnya nelayan di bidang permodalan menyebabkan nelayan tidak bisa berkembang. Diharapkan ada bank yang mau membantu nelayan dalam bidang permodalan. Tentunya dalam hal ini pemerintah bisa membantu dengan mengeluarkan peraturan kepada bank untuk mau terjun ke sector nelayan. d. Mencukupi kebutuhan dasar nelayan di antaranya BBM. Sarana dan prasarana : adanya tempat pendaratan ikan, tempat pelelangan ikan, cold storage. Apabila kebutuhan nelayan dapat dipenuhi dengan mudah secara otomatis kesejahteraan nelayan akan meningkat, sehingga bisa mengadakan ekspansi usahanya. e. Diadakan upaya penyadaran terhadap nelayan kita agar tidak menggunakan alat-alat tangkap ikan yang bisa merusak ekologi dan bisa merusak siklus kehidupan ikan, sehingga sumber penghidupan nelayan bisa tetap terjaga. 13
  • 14. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Permasalahan terkait dengan IUU baik itu illegal fishing, ataupun yang sejenisnya merupakan masalah kita bersama. Masalah tersebut bisa saja teratasi manakala kita bangsa Indonesia khususnya pemerintah melakukan perbaikan diberbagai bidang kelautan. Misalnya dalam keamanan kelautan, pengadaan kapal-kapal patroli yang modern ataupun tindakan hukum yang tegas dan jelas. Supaya kapal-kapal asing yang melakukan illegal fishing tersebut jera. Akan tetapi hal-hal tersebut tidak akan bisa tercapai jika tidak ada kerjasama antara kita selaku masyarakat khususnya masyarakat pesisir pantai (nelayan). 4.2 Saran Melihat dari letak geografis Negara Indonesia yang di hubungkan oleh laut demi laut. Maka keamanan dalam memantau daerah perbatasan baik itu ZEE maupun BPN merupakan faktor terpenting dalam menangkal aksi illegal fishing yang banyak dilakukan oleh nelayan asing. Selain itu pengadaan armada patroli baik berupa kapal patroli atupun satelit pengintai laut juga tidak kalah penting dan seharusnya Indonesia sudah mempunyai keamanan ataupun pertahanan laut yang mumpuni, jika melihat letak Negara yang sangat strategis. Kerjasama antara pemerintah dengan para nelayan mutlak diperlukan guna semakin meningkatkan mutu, sarana dan prasarana dalam pemanfaatan hasil perikanan tangkap secara maksimal.Adanya sumber data lengkap dari hasil-hasil perikanan tangkap yang dikelola oleh pemerintah yang nantinya digunakan untuk menunjang pengelolaan dan pemanfaatan hasil perikanan tangkap.Pengelolaan hasil perikanan tangkap juga tidak kalah penting, hal tersebut juga harus mendapat dukungan dari pemerintah guna pengembangan jaringan pemasaran hasil produksi para nelayan local untuk menembus pasar nasional maupun internasional. 14
  • 15. DAFTAR PUSTAKA Ali yahya, muhamad. 2001. Perikanan Tangkap Indonesia. [cited 2009 Mei 27]. Available at : http://tumoutou.net/3 sem1 012/ali yahya.htm Barani, Husni Mangga. 2004. Pemikiran Percepatan Pembangunan Perikanan Tagkap Melalui Gerakan Nasional. [cited 2009 Mei 27]. Available at : http://tumoutou.net/702 07134/husni mb.pdf Baharudin. 2012 Solusi alat tangkap. http://desasejahtera.org/artikel/131- legalisasi-trawl-di-perbatasan-kalimantan-timur-bagian-utara-merugikan-nelayan- dan-lingkungan.html BBPN, 2008. Database Pembangunan Kelauatan dan Perikanan. [cited 2009 Mei 27]. Available at : http://ditkp.com/? prov=0& sub=1 Bhairawa Putra, Prakoso. 2009. Teknologi Informasi untuk kelautan Indonesia. [cited 2009 Mei 27]. Available at: http://blog.sivitas.lipi.go.id/blog Dahuri, Rokhmin. 2005. Potensi Ekonomi Kelautan. [cited 2009 Mei 27]. Available at :http://www.freelists.org/post/ppi/ppiindia-Masalah-Klasik-Perikanan Dahuri, Rokhmin. 2009. Kelautan, Potensi memakmurkan Rakyat. [cited 2009 Mei 27]. Available at : http://www.unisosdem.org/article detail.php?aid=5195&coid=2&caid=19&gid=2 Dendasurono, 2002, Pendidikan Lingkungan Kelautan. Rineka Cipta, Jakarta. Mukhtar. 2012. Pengertian Ilegan fishing. http://mukhtarapi.blogspot.com/2011/05/illegal-fishing-di-indonesia.html Fauzi, Akhmad, 2005, Kebijakan Perikanan dan Kelautan. Gramedia, Jakarta. Subri, Mulyadi, 2004, Ekonomi Kelautan. Rajagrafindo Persada, Yogyakarta. Adhitya, Achmad. 2009. Indonesia bangkit Lewat Laut. [cited 2009 Mei 27]. Available at : http://elroem.com/2009/04/05/indonesia-bangkit-lewat-laut.html Zaim, 2009. Kemiskinan Nelayan : Permasalahan dan Upaya Penanggulangan. [cited 2009 Mei 27]. Available at : http://zaim1979.blogspot.com/2007/10/kemiskinan-nelayan- permasalahan- dan.htm l 15