Dokumen tersebut membahas tentang individu, keluarga, dan masyarakat. Individu dijelaskan sebagai manusia perorangan yang memiliki karakteristik dan peran unik. Keluarga didefinisikan sebagai unit terkecil masyarakat yang terdiri atas anggota yang saling terkait melalui hubungan darah atau perkawinan. Masyarakat merupakan wadah berkumpulnya individu yang hidup secara sosial dan saling terkait.
Saya lulusan 2018 S1 Pendidikan Manajemen Perkantoran di Universitas Pendidikan Indonesia. Disini saya akan membagikan semua materi yang sudah saya dan teman kelas saya kerjakan selama masa kuliah. Semoga bermanfaat. :)
Saya lulusan 2018 S1 Pendidikan Manajemen Perkantoran di Universitas Pendidikan Indonesia. Disini saya akan membagikan semua materi yang sudah saya dan teman kelas saya kerjakan selama masa kuliah. Semoga bermanfaat. :)
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
1. Page 1 of 20
MAKALAH KELOMPOK
INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT
Mata Kuliah : IAD/ISD/IBD
Dosen : Ibu Romyun Alvy Khoiriyah, M. Si
Kelas : G4
Nama Mahasiswa :
1. Fatchul Maarif (J71215109)
2. Ifan Ristianto (J71215114)
3. Khoirul Mulyanto (J71215119)
4. Mochammad Taufik (J71215124)
5. Muhammad Dzul Hilmi Aziz (J71215129)
Fakultas Psikologi dan Kesehatan
Psikologi
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
2015
2. Page 2 of 20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk individu, keluarga dan masyarakat oleh karenanya
manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial yang selalu hidup berkelompok atau
berorganisasi dan membutuhkan orang lain. Masyarakat merupakan wadah
berkumpulnya individu-individu yang hidup secara sosial, masyarakat terdiri dari
‘Saya’, ‘Anda’ dan ‘Mereka’ yang memiliki kehendak dan keinginan hidup bersama.
Kita tahu dan menyadari bahwa manusia sebagai individu dan makhluk sosial serta
memahami tugas dan kewajibannya dalam stiap tatanan kehidupan berkelompok dan
dalam struktur dan sistem sosial yang ada.
Para sosiolog mengartikan masyarakat sebagai sebagai kelompok di dalamnya
terdapat orang-orang yang menjalankan kehidupan bersama sebagai satu kesatuan
yang diikat melalui kerjasama dan nilai-nilai tertentu yang permanen.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian individu, keluarga dan masyarakat.
2. Penjelasan proses pembentukan keluarga dan fungsinya.
3. Penjelasan kriteria atau unsur bermasyarakat.
4. Uraian relasi individu dengan lingkungan sosial.
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian individu, keluarga dan masyarakat.
2. Mengetahui proses pembentukan keluarga dan fungsinya.
3. Mengetahui kriteria atau unsur dalam bermasyarakat.
4. Pemahaman relasi individu dengan lingkungan sosial.
3. Page 3 of 20
BAB II
PEMBAHASAN
A. Individu
Kata “individu” berasal dari kata latin yakni individuum, yang memiliki arti “yang
tak terbagi” jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu
kesatuan yang paling kecil dan terbatas, individu bukan berarti manusia sebagai suatu
keseluruhan yang tak dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai
manusia perorangan sehingga sering disebut “orang seorang” atau “manusia
perorangan”, individu dalam hal ini adalah seorang manusia yang tidak hanya
memiliki peranan-peranan yang khas didalam lingkungan sosialnya melainkan juga
mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik tentang dirinya, akan tetapi
dalam banyak hal ada pula persamaan disamping hal-hal yang spesifik tentang dirinya
dengan orang lain.
Menurut Marthen Luter, Individu berasal dari kata individum (Latin), yaitu
satuan kecil yang tidak dapat dibagi lagi. Individu menurut konsep Sosiologis berarti
manusia yang hidup berdiri sendiri. Individu sebagai mahkluk ciptaan tuhan di dalam
dirinya selalu dilengkapi oleh kelengkapan hidup yang meliputi raga, rasa, rasio, dan
rukun.
1. Raga, merupakan bentuk jasad manusia yang khas yang dapat membedakan
antara individu yang satu dengan yang lain, sekalipun dengan hakikat yang
sama.
2. Rasa, merupakan perasaan manusia yang dapat menangkap objek gerakan dari
benda-benda isi alam semesta atau perasaan yang menyangkut dengan
keindahan
3. Rasio atau akal pikiran, merupakan kelengkapan manusia untuk
mengembangkan diri, mengatasi segala sesuatu yang diperlukan dalam diri tiap
4. Page 4 of 20
manusia dan merupakan alat untuk mencerna apa yang diterima oleh panca
indera.
4. Rukun atau pergaulan hidup, merupakan bentuk sosialisasi dengan manusia dan
hidup berdampingan satu sama lain secara harmonis, damai dan saling
melengkapi. Rukun inilah yang dapat membantu manusia untuk membentuk
suatu kelompok sosial yang sering disebut masyarakat.
Menurut Viniagustia, individu merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk
menyataan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas.
Timbulnya perbedaan manusia perseorangan dengan lainnya bukan hanya
disebabkan oleh pembawaan saja akan tetapi juga melalui konteks dengan dunia yang
telah mempunyai sejarah dengan peradabannya, seperti bahasa, agama, budaya, adat
istiadat dan kebiasaan, norma, ilmu pengetahuan dan sebagainya. Semua aspek itu
akan dilaluinya oleh setiap individu untuk menuju kedewasaan atau kematangannya.
Dan hal ini akan diikuti oleh generasi-generasi berikutnya, oleh karena itu tidak heran
jika individu satu berbeda dengan individu yang lainnya, karena sejarah peradaban
yang paling menyolok terutama antar suku, antar bangsa. Dalam hubungin ini kita
sering mendengar konsep tentang kerukunan nasional atau integritas nasional atau
jiwa nasional yang sering diucapkan oleh pemerintah, maksudnya adalah untuk
melebur perbedaan-perbedaan yang tajam diantara suku-suku bangsa dalam menuju
kesatuan bangsa.
Betapa pun besarnya pengaruh lingkungan sosial terhadap individu, individu
tetap mempunyai watak dan sifat tertenty didalam hubungannya dengan manusia lain.
Watak seorang individu lebih menjerumus kearah tabiat-tabiat yang dapat disebut
benar atau salah, sesuai dengan tidak sesuai dengan norma-norma sosial yang diakui.
Jadi watak berkenaan dengan kecenderungan tingkah laku individu berdasarkan
standar-standar moral atau etika. Kekuatan-kekuatan yang ada pada diri individu
biasanya sering dipakai untuk bertindak, bahkan kadang-kadang berlebihan, kekuatan
dari ukuran rata-rata orang lain sering dipakai untuk menindak pihak lain.
5. Page 5 of 20
Manusia dikatakan menjadi individu apabila pola tingkah lakunya sudah
bersifat spesifik didalam dirinya dan bukan lagi menurut pola tingkah lakun pada
umumnya. Di dalam sebuah massa, manusia cenderung menyingkirkan
individualitasnya karena tingkah lakunya adalah hampir indentik dengan tingkah laku
masa yang bersangkutan. Dalam hubungan ini dapat dicirikan, apabila manusia dalam
tindak-tindakkannya menjerumus kepada kepentingan pribadi, maka disebut manusia
sebagai makhluk individu, sebaliknya, apabila tindak-tindakkannya merupakan
hubungan dengan manusia lainnya, maka manusia itu dikatakan makhluk sosial.
Pengalaman menunjukan atau bahkan dapat dijadikan suatu teori untuk melihat
tingkat individu dalam masyarakat, bahwa; “jika seorang pengabdiannya kepada
masyarakat kecil, sebaliknya, jika seorang pengabdiannya kepada diri sendiri kecil,
maka pengabdian kepada masyarakat besar”. Dengan demikian dapatlah diakatan
bahwa proses yang mementingankan ciri-ciri individualitas pada seseorang, sampai ia
menjadi dirinya sendiri, adalah disebut sebagai proses individualitas, atau kadang-
kadang juga disebut proses aktualisasi diri.
Selama perkembangan manusia menjadi individu, ia pun mengalami bahwa
dirinya dibebani berbagai peranan. Peranan-peranan ini terutama dari kondisi
kebersamaan hidup dengan sesama manusia yang disebut mahkluk sosial. Tidak
jarang dapat timbul konflik pada diri individu, karena tingkah laku yang spesifik
dalam dirinya bercorak atau bertentangan dengan peranan yang dituntut oleh
masyarakat. Kalau individu tidak ingin mengingkari dirinya sendiri dan bertingkah
laku menurut pola pribadinya, maka ia pun disebut ‘menyimpang dari norma kolektif’.
Sebaliknya, jika ia takluk dan menuruti kehendak kolektif dengan cara bertingkah laku
seperti apa yang diinginkan oleh lingkungan, maka disebut ia ‘kehilangan
individualitasnya’.
Dalam kenyataan hidup di tengah-tengah masyarakat, setiap warga masyarakat
yang wajar adalah penyesuaian tingkah lakunya menurut situasi aktual yang
dihayatinya, mengadaptasikan dengan situasi lingkungan dimana ia berada. Peranan
yang paling tepat ialah bilamana ia mampu bertindak multi peranan, peranan lisih
berganti, ia harus mampu memerankan sebagai individu dan juga sebagai anggota
6. Page 6 of 20
masyarakat. Keberhasilan seseorang dalam mempertemukan titik optimum yang
berbeda yakni peran individu dan peran sosial, maka ia dapat disebut sebagai
seseorang telah sampai pada tingkat “matang” atau “dewasa” dalam arti sosial.
Matang atau dewasa dalam arti sosial tidak diukur dari usia, tinggi besarnya fisik
tetapi dilihat dari “tingkat berfikirnya”, pengalaman menunjukan bahwa seseorang
yang tingkat usianya sudah tinggi tapi cara berfikirnya tidak lebih dari kekanak-
kanakan, sebaliknya seseorang yang berusia relatif muda tapi dalam cara berfikirnya
sudah matang.
Meski pengaruh lingkungan terhadap individu dan khsusunya terhadap
pembentukan individualitasnya adalah besar, namun sebaliknya individu ppun
berkemampuan untuk mempengaruhi masyarakat, pengaruh yang sangat kuat atau
menonjol dalam lingkungan masyarakat maka membuatnya ia menjadi seorang tokoh,
pahlawan, atau bahkan sampai menjadi seorang pengacau. Keinginan menjadi seorang
yang berpengaruh, dihormati oleh orang lain, seorang yang dituakan oleh rekan
lainnya, dan lain-lain akan melekat dalam diri individu masing-masing. Berhasil
tidaknya mencapai sasaran tersebut adalah soal kemampuan masing-masing individu.
Jadi kemampuan individu menduduki tempat yang paling dalam hubungannya dengan
manusia lain. Sebutan baik atau tidak baik pengaruh individu terhadap masyarakat
merupakan hal yang bersifat relatif. Relatifitas ini ditentukan oleh relasi individu
dengan masyarakat lingkungannya, oleh karena itu makna individu di dalam sebuah
sistem masyarakat Indonesia yang pancasilais, maka akan berbeda dengan sistem
liberal dan komunis. Begitu pula makna individu dalam suatu musyawarah adalah lain
dengan makna individu yang telah diberikan dalam pendidikan dan doktrin atau
ajaran-ajaran yang ditanamkannya. Demikianlah akhirnya, bahwa pemaknaan individu
dapat ditinjau dari berbagai aspek atau segi sesuai dengan kepentingan masing-
masing.
7. Page 7 of 20
B. Keluarga
Menurut Duvall dan Logan (1986), keluarga adalah sekumpulan orang dengan
ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional,
serta sosial dari tiap anggota keluarga.
Menurut Bailon dan Maglaya (1978), keluarga adalah dua atau lebih individu
yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan,
atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran
masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1988), Keluarga merupakan unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul
dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Keluarga adalah kelompok primer yang paling penting di dalam masyarakat.
Keluarga merupakan sebuah grup yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan
wanita, perhubungan itu sedikit banyak berlangsung lama untuk menciptakan dan
membesarkan anak-anak. Jadi keluarga dalam bentuk yang murni merupakan suatu
kesatuan sosial yang terdiri dari suami-istri dan anak-anak yang belum dewasa.¹
Para ahli antropologi melihat keluarga sebagai kesatuan sosial terkecil yang
dipunyai oleh manusia sebagai makhluk sosial. Pendapat ini didasarkan atas
kenyataan bahwa sebuah keluarga adalah suatu kesatuan kekerabatan yang juga
merupakan satuan tempat tinggal yang ditandai oleh adanya kerjasama ekonomi, dan
mempunyai fungsi untuk berkembang biak, mensosialisasikan atau mendidik anak,
menolong serta melindungi yang lemah khususnya merawat orang-orang tua mereka
yang telah jompo.
Dalam bentuk yang paling dasar, sebuah keluarga terdiri atas seorang laki-laki dan
seorang perempuan, dan ditambah dengan anak-anak mereka yang biasanya tinggal
dalam satu rumah yang sama. Satuan satu kelompok seperti itu dalam antropologi
dinamakan sebagai keluarga inti. Suatu keluarga ini pada hakekatnya terbentuk oleh
8. Page 8 of 20
adanya suatu hubungan perkawinan yang sah, tetapi tidak selamanya keluarga inti
terwujud hanya karena telah disahkan oleh suatu peraturan perkawinan.
Suatu keluarga inti dapat juga terwujud karena seorang laki-laki dan seseorang
perempuan mengadakan hubungan kelamin secara permanen tanpa melalui
pengesahan perkawinan dan tinggal bersama dalam satu rumah dengan anak-anaknya,
mereka sehingga merupakan suatu kesatuan sosial. Di beberapa tempat di Indonesia
hubungan perkawinan seperti itu dinamakan kawin baku piara, kawin kerbau (kumpul
kebo), dalam beberapa waktu yang lalu sekitar tahun 1985-1986, kawin seperti ini
sangat gencar diberitakan dalam beberapa surat kabar, baik pusat maupun daerah, dan
masalah ini telah juga terungkap oleh hasil penelitian mahasiswa yang dilakukan di
Yogyakarta. Tentu permasalahan ini diduga bukan hanya terjadi di Yogya saja tetapi
ditempat lainnya di Indonesia.
Walaupun secara garis besar keluarga inti ini terdiri dari suami istri dan anak-anak
mereka didalam satu rumah, tetapi dalam hal-hal tertentu pengertian ini tidak dapat
dipakai. Dalam kenyataannya, ada sejumlah masyarakat yang keluarga intinya tidak
lengkap, yaitu karena tidak ada suami atau istri yang hidup bersama dalam satu
rumah. Dalam keluarga yang tidak lengkap ini, suamilah yang biasanya tidak hidup
bersama dalam rumah tersebut bukannya si istri. Dalam beberapa hal, biasanya
disebabkan oleh alasan faktor ekonomi. Misalnya di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa
Barat, sebagian besar suami telah meninggalkan anak istri mereka di desa untuk
jangka waktu yang cukup lama dengan motif berdagang, misalnya berdagang parabot
rumah tangga. Istilah yang populer di Jawa Barat adalah “ Tukang Kredit”, yaitu
berdagang dengan cara pembayarannya dilakukan secara berangsur, misalnya harian,
mingguan atau bulanan. Orang-orang Tasikmalaya ini hampir ada di setiap kota-kota
di Indonesia, dari Sabang sampai Marauoke, yakni menjadi tukang kredit. Contoh lain
adalah sebagaimana yang diperlihatkan oleh Boedhisantoso dari hasil penelitiannya
mengenai keluarga yang hidup di desa Cibuaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Dari hasil penelitiannya diperoleh suatu kesimpulan bahwa sebagian besar suami telah
meninggalkan anak-istri mereka di desa untuk jangka waktu yang cukup lama ialah
untuk bekerja di kota Jakarta dan di tempat-tempat lain yang menghasilkan
9. Page 9 of 20
pendapatan yang lebih besar daripada kalau mereka tetap tinggla di desanya.
Sedangkan menurut Suparlan (1982) bahkan ada juga suami-suami yang
meninggalkan anak istri mereka pergi ke Negara lain untuk bekerja, misalnya orang-
orang Turki dalam jumlah besar bekerja sebagai buruh kasar di Eropa Barat,
khususnya di Jerman Barat dan Negeri Belanda.
Dalam berbagai masyarakat terdapat keluarga-keluarga yang tidak hanya terdiri
dari seorang suami, seorang istri dan anak-anak mereka; tetapi dari atas seorang suami
dan dua orang istri atau lebih. Keluarga-keluarga semacam ini terwujud, karena dalam
masyarakat diizinkan berlakunya perkawinan poligami. Poligami adalah suatu
perkawinan yang pasangan-pasangannya terdiri atas satu orang suami dan dua orang
istri atau lebih, atau dinamakan pula poligini. Sedangkan perkawinan yang berpasang-
pasangan terdiri atas seorang istri dengan dua orang suami atau lebih dinamakan
poliandri. Model perkawinan poligami umumnya berlaku juga bagi masyarakat
Indonesia, lebih-lebih sebelum dikeluarkannya Undang-Undang perkawinan No. 1
tahun 1974. Sedangkan perkawinan poliandri sejauh yang diketahui terdapat antara
lain pada orang Nayar yang hidup di negara bagian Kerala, India.
Suatu keluarga inti dapat juga menjadi suatu keluarga luas dengan adanya
tambahan dari sejumlah orang lain, baik yang sekerabat maupun yang tidak sekerabat,
yang secara bersama-sama hidup dalam satu rumah tangga dengan keluarga inti.
Orang-orang sekerabat itu bisa berasal dari pihak suami atau dari pihak istri.
Sedangkan orang lain biasanya adalah pembantu rumah tangga atau buruh-buruh atau
pembantu-pembantu. Dengan adanya perkawinan poligami, keluarga inti telah
menjadi suatu keluarga yang luas. Begitu pula apabila adanya solidaritas tinggi
terhadap kerabat, maka keluarga inti telah menjadi keluarga yang luas. Kerabat ialah
orang yang dianggap atau digolongkan sebagai mempunyai hubungan keturunan atau
darah dengan keluarga inti.
10. Page 10 of 20
Proses Pembentukan Keluarga
Proses terbentuknya keluarga harus melewati tahap-tahap yang harus dilalui
oleh orang yang akan membentuk lembaga keluarga. Tentunya tahap-tahap itu harus
sesuai dengan karakteristik hukum dan adat yang berlaku dalam masyarakat yang
bersangkutan. Secara umum, tahap-tahap dalam membentuk lembaga keluarga adalah
sebagai berikut :
1. Tahap Pre-Nuptual
Tahap ini merupakan tahap persiapan sebelum dilangsungkannya perkawinan
sesuai dengan adat, kebiasaan, tata nilai, dan aturan dalam masyarakat yang
bersangkutan. Bentuknya misalnya dapat berupa pelamaran, pertunangan, penentuan
hari perkawinan, dan lain-lain. Orang yang akan melangsungkan perkawinan harus
memenuhi segala persyaratan baik materiil maupun non-materiil. Materiil misalnya
berkaitan dengan mas kawin, dan sebagainya, sedangkan non-materiil biasanya
berkaitan dengan kesiapan psikis individu yang akan melangsungkan pernikahan.
2. Tahap Nuptual Stage
Tahap ini merupakan tahap inti dilangsungkannya perkawinan yang berupa
kesepakatan hidup bersama untuk membina sebuah keluarga sesuai dengan apa yang
dicita-citakan.
3. Tahap Child Rearing Stage
Tahap ini merupakan proses pemeliharaan anak-anak sebagai tanggung jawab
dari sebuah keluarga untuk membesarkan dan mendewasakan anak-anak, sehingga
tercapai tujuan keluarga yang bahagia sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
4. Tahap Muturity Stage
Tahap ini merupakan tahap lanjut dimana anak-anak mereka dari buah
perkawinannya sudah melangkah dewasa dan siap untuk melangsungkan perkawinan
membentuk keluarga baru.
11. Page 11 of 20
Fungsi Keluarga
a. Fungsi Secara Biologis
- Untuk meneruskan keturunan,
- Memelihara dan Membesarkan anak,
- Merawat dan membesarkan anak dan anggota keluarga.
b. Fungsi Secara Psikologis
- Memberikan rasa aman dan nyaman kepada anggota keluarga,
- Memberikan perhatian untuk anggota keluarga,
- Membina kepribadian,
- Memberikan indentitas keluarga.
c. Fungsi Sosialisasi
- Mengajarkan sosialisasi kepada anak,
- Membentuk norma-norma yang baik kepada anak,
- Meneruskan nilai-nilai budaya.
d. Fungsi Secara Ekonomi
- Mencari sumber-sumber penghasilan untuk keluarga
- Pengaturan penggunaan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga,
- Menabung untuk memenuhi kebutuhan anak di masa depan, sebagai
jaminan hari tua.
e. Fungsi Secara Pendidikan
- Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan
membentuk anak sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya,
- Mempersiapkan anak untuk kehidupan yang akan datang dan
mempersiapkan anak untuk memenuhi perannya sebagai orang dewasa,
- Mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya.
12. Page 12 of 20
C. Masyarakat
Dalam bahasa inggris masyarakat adalah society yang berasal dari kata socius
artinya kawan; sedangkan kata masyarakat berasal dari kata bahasa arab yaitu syirk,
yang artinya bergaul, adanya saling bergaul ini tentu ada bentuk-bentuk aturan hidup,
yang bukan disebabkan oleh manusia seseorang melainkan disebabkan oleh unsur-
unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial merupakan kesatuan.
Dalam arti sempit masyarakat dimaksud sekelompok manusia yang dibatasi oleh
aspek-aspek tertentu umpamanya: territorial, bangsa, golongan dan sebagainya. Maka
ada masyarakat Jawa, masyarakat Sunda, masyarakat Minang dan lain-lain.
Dalam arti luas yang dimaksud masyarakat ialah keseluruhan hubungan-hubungan
dalam hidup bersama dengan tidak dibatasi lingkungan, bangsa dan lain-lain. Atau:
Keseluruhan dari semua hubungan dalam hidup bermasyarakat.
Adapun pengertian masyarakat menurut beberapa ahli sosiologi dunia, sebagai
berikut :
a. Menurut Selo Sumarjan (1974), masyarakat adalah orang-orang yang
hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan
b. Menurut Koentjaraningrat (1994), masyarakat adalah kesatuan hidup
manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang
bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama.
c. Menurut Ralph Linton (1968), masyarakat adalah setiap kelompok
manusia yang hidup dan bekerja sama dalam waktu yang relatif lama dan
mampu membuat keteraturan dalam kehidupan bersama dan mereka
menganggap sebagai satu kesatuan sosial.
d. Menurut Karl Marx, masyarakat adalah suatu struktur yang menderita
suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya
pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi
e. Menurut Emile Durkheim, masyarakat merupakan suatu kenyataan
objektif pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.
13. Page 13 of 20
f. Menurut Paul B. Horton dan C. Hunt, masyarakat merupakan kumpulan
manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang
cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan
sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok /
kumpulan manusia tersebut.
Manusia mulai dari lahir sampai mati sebagai anggota masyarakat mereka bergaul
dan saling berinteraksi, karena mempunyai nilai-nilai, norma-norma, cara-cara dan
prosedur yang merupakan kebutuhan bersama. Dengan demikian, bahwa kehidupan
bermasyarakat berarti adanya interaksi sosial dengan orang-orang sekitar dan
demikian pula mengalami pengaruh dan mempengaruhi orang lain. Interaksi sosial
sangat utama dalam masyarakat. Dengan demikian dapatlah dikemukakan masyarakat
merupakan kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-
istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
Selanjutnya, dengan terciptanya sistem adat-istiadat atau sistem bergaul, kemudia
diciptakan pula kaidah-kaidah atau norma-norma pergaulan yang akhirnya
menciptakan suatu kebudayaan. Koentjaraningrat 1974) menyatakan bahwa
masyarakat adalah hidup dari makhluk-makhluk manusia yang terikat oleh suatu
sistem adat-istiadat tertentu.
Ralph Linton menyatakan bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang telah
hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan
menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas yang dirumuskan
dengan jelas. Sedangkan menurut Selo Sumardjan yang hidup bersama yang
menghasilkan kebudayaan.
Usaha untuk mengembangkan konsep masyarakat ternyata tidak menghasilkan
sesuatu rumusan yang seragam. Satu aspek yang tampak disepakati bersama adalah
masyarakat yang menyangkut setiap kelompok manusia yang hidup bersama. Maka
dalam usaha menyamakan pandangan tentang masyarakat ini yang paling penting
adalah memberikan butir-butir dan unsur-unsur yang ada dalam masyarakat itu
sendiri. Hidup bersama dikatakan sebagai masyarakat apabila mempunyai unsur-unsur
sebagai berikut:
14. Page 14 of 20
a. Manusia yang hidup bersama
b. Bercampur atau bersama-sama untuk waktu yang cukup lama,
c. Menyadari bahwa mereka merupakan satu kesatuan,
d. Mematuhi terhadap norma-norma atau peraturan-peraturan yang menjadi
kesepakatan bersama,
e. Menyadari bahwa mereka bersama-sama diikat oleh perasaan di antara para
anggota yang satu dengan yang lainnya, dan
f. Menghasilkan suatu kebudayaan tertentu.
Demikianlah akhirnya bahwa masyarakat mengandung pengertian yang sangat luas
dan dapat meliputi seluruh umat manusia. Masyarakat terdiri atas berbagai kelompok
besar maupun kecil tergantung dari berapa jumlah anggotanya. Dua orang atau lebih
dapat merupakan kelompok. Dalam pengelompokan sering dibedakan kelompok
primer dan kelompok sekunder. Di lihat dari fungsinya ada kelompok ‘orang
dalam’(in-group) dan ‘orang luar’(out-group). Semua jenis kelompok diatas hidup dan
berkembang di tengah-tengah masyarakat.
15. Page 15 of 20
D. Relasi Individu Dengan Lingkungan Sosial
1. Relasi Individu Dengan Keluarga
Sejak kehadirannya di muka bumi, manusia sebagai makhluk individu memiliki
relasi-relasi mutlak dengan kesatuan sosial yang bernama keluarga. Ia dilahirkan
dari keluarga, tumbuh dan berkembang, untuk kemudian membentuk sendiri
keluarga batinnya. Bagi anak-anak yang masih kecil, situasi sekelilingnya adalah
keluarga sendiri. Gambaran diri oleh keluarha kepada mereka. Persepsi mereka
mengenai dirinya, dunia dan masyarakat sekelilingnya secara langsung
dipengaruhi oleh tindakan dan keyakinan keluarga-keluarga mereka. Nilai-nilai
yang dimiliki oleh individu dan berbagai peranan yang diharapkan dilakukan oleh
individu, semuanya berawal dari dalam lingkungan keluarga sendiri. Dalam
lingkungan keluarga, individu melakukan hubungan keluarga dengan ayah, ibu dan
kakak beradik. Dengan orang tua dan dengan saudara-saudara sekandung terjalin
situasi biologik, kemudian disusun oleh relasi psikologik dan sosial pada
umumnya. Posisi dan peranan individu di dalam keluarga pada dasarnnya sebagai
konsekuensi dari relasi biologik, psikologik, dan sosial. Relasi-relasi diatas
dinyatakan melalui bahasa, adat istiadat yang berlaku. Relasi-relasi berikutnya
yaitu interaksi sosial antara individu dengan keluarganya merupakan bidang
perhatian psikologi sosial.
2. Relasi Individu Dengan Lembaga
Kelembagaan sosial merupakan keutuhan tatanan perilaku manusia dalam
hidup bersama di dalam masyarakat. Tumbuhnya individu dalam lembaga-
lembaga sosial berlangsung melalui proses sosialisasi, sebab proses tersebut
mengandung arti bahwa lembaga-lembaga masyarakat yang berada di dalam
lingkungan individu makin disadari olehnya sebagai realitas-realitas objektif.
Sebuah lembaga adalah sebuah organisasi yang eksistensinya memiliki dasar
legimitasi, apabila lembaga tersebut merupakan realiatas subjektif untuk sebagian
masyarakat. Lembaga tersebut menjadi legalitas, jikalau eksistensinya
diobjektivasi melalui jalur hukum.
16. Page 16 of 20
Posisi dan peranan individu di dalam setiap kelembagaan sosial pada umumnya
sudah dibakukan, yaitu berdasarkan moral, adat atau hukum yang berlaku. Relasi-
relasi individu dengan kelembagaan ditentukan menurut pola yang pasti. Artinya
individualitasnya ditampung di dalam struktur yang ada pada lembaga tersebut.
Tingkah laku individu tetap spesifik dan berbeda dari tingkah laku individu
lainnya. Hal ini disebabkan oleh karena posisi dan peranan individu dalam struktur
lingkungan kelembagaan sosial yang sudah jelas. Individu di dalam struktur
kelembagaan sosial dapat memiliki posisi sebagai ketua atau sebagai anggota.
Individu bisa jadi sebagai sesepuh, pemimpin atau tokoh pada umumnya.
Kompleksitas interaksi sosial yang muncul sebagai akibat jalinan relasi-relasi
individu dengan unsur-unsur lainnya dalam keseluruhan struktur itu, juga menjadi
perhatian psikologi sosial.
3. Relasi Individu Dengan Komunitas
Cohen menyatakan bahwa komunitas dapat didefinisikan sebagai kelompok
khusus dari orang-orang yang tinggal dalam wilayah tertentu, memiliki
kebudayaan dan gaya hidup yang sama, sadar sebagai satu-kesatuan, dan dapat
bertindak secara kolektif dalam usaha mereka mencapai sesuatu tujuan. Contoh-
contoh komunitas misalnya: kota, desa, rukun rumah tangga dan wilayah-wilayah
metropolitan.
Poplin menyatakan bahwa komunitas diartikan sebagai satuan kebersamaan
hidup sejumlah orang banyak, yang memiliki ciri-ciri:
a. Teritorialitas yang terbatas,
b. Keorganisasian tata kehidupan bersama, dan
c. Berlakunya nilai-nilai dan orientasi nilai yang kolektif.
Ketentuan batas-batas wilayah dapat bersifat objektif maupun juga subjektif,
sehingga batas-batas administratif dan batas-batas kultural jarang bertumpang
tindih di dalam kehidupan sebuah komunitas. Komunitas disamping contoh-contoh
diatas, juga termasuk individu-individu, keluarga-keluarga. Lembaga-lembaga
sosial, yang saling berhubungan secara interdependensi.
17. Page 17 of 20
Makna kehidupan di dalam komunitas turut ditentukan oleh orientasi nilai yang
berlaku di dalam komunikasi itu. Aspek kebudayaannya misalnya, turut
menentukan pranata sosial, struktur kerabat keluarga dan perilaku individu
maupun kolektif. Posisi dan peranan dalam sebuah komunitas tidak seperti halnya
didalam keluarga, ia tidak lagi bersifat langsung, sebab dampak tingkah laku
tertampung oleh keluarga dan kelembagaan yang mencakup dirinya. Sebaliknya,
melalui keluarga dan lembaga-lembaga yang ada. Dengan demikian dapatlah
dikatakan bahwa keluarga dan lembaga-lembaga di dalam sebuah komunitas dapat
di pandang sebagai wahana sosialiasi atau penyebar ide-ide kebudayaan.
Komunikasi dengan karakteristik yang khas pada umumnya menjadi perhatian
ilmu antropologi. Jika komunitas tersebut di abstraksikan menjadi model
kehidupan bersama yang utuh, maka masuk pula menjadi pembahasan sosiologi.
4. Relasi Individu Dengan Kebangsaan
Ernest Renan (1823-1892) menyatakan bahwa nasion (kebangsaan) adalah
suatu jiwa, suatu solidaritas yang besar yang terbentuk oleh perasaan yang timbul
sebagai akibat pengorbanan-pengorbanan yang telah dibuat dan dalam masa depan
bersedia dibuat lagi. Persetujuan keinginan dinyatakan dengan jelas untuk
melanjutkan kehidupan bersama. Dengan demikian dapatlah dikatakan berbangsa
dalam wawasan hidupnya lebih ditekankan atas dasar nilai-nilai kolektif, tidak
dilandasi oleh kebudayaan dalam arti aspirasi bangsa seperti di cantumkan di
dalam Undang-Undang Dasarnya.
Relasi individu dengan kebangsaannya dinyatakan pula dengan posisi serta
peranan-peranan yang ada pada dirinya, tetapi yang kesemuanya itu tertampung
melalui unit-unit lingkungan sosial yang lebih makro. Hubungan langsung individu
dengan kebangsaannya diekspresikan melalui posisinya sebagai warga negara.
18. Page 18 of 20
Dari uraian mengenai relasi individu dengan lima macam lingkungan sosial mulai
dari keluarga sampai kebangsaan tersebut dapat ditarik kesimpulan sementara, bahwa
individu mempunyai makna langsung apabila konteks situasionalnya adalah keluarga
atau lembaga sosial, sedangkan individu dalam konteks lingkungan sosial yang lebih
besar, seperti dalam masyarakat atau berbangsa, maka posisi dan peranan individu
semakin abstrak.
19. Page 19 of 20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setiap individu, keluarga dan masyarakat memiliki hubungan yang saling berkaitan
satu dengan yang lainnya. Hubungan yang dilandasi oleh nilai, norma dan aturan-
aturan diantara komponen-komponen tersebut.
Individu tidak akan jelas identitasnya tanpa adanya suatu keluarga dan masyarakat
yang menjadi latar belakang keberadaanya. Begitupun sebaliknya, individu berusaha
mengambil jarak dan memproses dirinya untuk membentuk perilakunya yang selaras
dengan keadaan dan kebiasaan yang sesuai dengan perilaku yang telah ada pada
dirinya.
Dan barulah dikatakan sebagai individu jika individu bisa membaur dengan
lingkungan sosialnya yaitu masyarakat.
Untuk mengembangkan eksistensinya sebagai manusia, maka individu membutuhkan
keluarga dan masyarakat, yaitu media di mana individu dapat mengekspresikan aspek
sosialnya serta menumbuh kembangkan perilakunya.
B. Saran
Dalam bermasyarakat ciptakanlah sikap saling tolong – menolong dalam hal
kebajikan, agar terciptanya sikap kekeluargaan dan kasih sayang terhadap sesama
manusia.
20. Page 20 of 20
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku;
Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Ilmu Ilmiah Dasar(IAD),Ilmu
Sosial Dasar(ISD), Ilmu Budaya Dasar(IBD) (Surabaya: IAIN Sunan Ampel
Press, Cet. 1, 2011, Cet. 2, 2012). Hal. 81 ˢ/ͩ 92
Sumber Internet;
http://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga
http://suarapembaca.detik.com/read/2009/01/05/094753/1062996/471/menangkal-
krisis-dengan-kejujuran
http://organisasi.org/pengertian-masyarakat-unsur-dan-kriteria-masyarakat-dalam-
kehidupan-sosial-antar-manusia
http://www.rendzhimaru.net/ilmu-sosial-dasar-12