Perencanaan tata ruang adalah ekspresi geografis yang merupakan cermin lingkup kebijakan yang dibuat dalam masyarakat terkait dengan perekonomian, sosial, dan kebudayaan mereka.
Perencanaan tata ruang adalah ekspresi geografis yang merupakan cermin lingkup kebijakan yang dibuat dalam masyarakat terkait dengan perekonomian, sosial, dan kebudayaan mereka.
Kegiatan pemantauan ini bertujuan untuk menilai kondisi kualitas perairan, penyakit dan kelayakan usaha budidaya di wilayah Pulau Nguan, Kelurahan Galang Baru, Kotamadya Batam. Pengamatan dilakukan pada tanggal 25 Maret 2015 di dua lokasi budidaya yang fokus pada pengembangan usaha budidaya ikan laut. Pengambilan sampel air dilakukan dengan metoda gabungan tempat (integrated) berdasarkan SNI No.6989.57:2008 untuk parameter pH, salinitas, suhu, kedalaman, ammonia (NH3), nitrit (NO2), posfat (PO4) dan kekeruhan. Metoda pemantauan juga dilakukan dengan metoda wawancara untuk mendapatkan informasi terkini tentang pengelolaan budidaya ikan. Hasil pemantauan menunjukkan bahwa pH berada pada kisaran 8,01 – 8,03, salinitas 33 ‰, Nitrit < <0.1 /><0,009 /><0,033 mg/L dan suhu berada pada kisaran 30,1 – 30,2 ⁰C. Sementara kedalaman dan kekeruhan menjadi faktor pembatas dalam mendukung optimalisasi produksi. Hasil uji mikrobiologi menunjukkan bahwa ikan budidaya bebas dari infeksi parasit dan virus, namun positif terinfeksi oleh bakteri Vibrio spp. Adanya upaya untuk penerapan biosekuriti dan teknologi budidaya di kedua lokasi pemantauan menjadikan Pulau Nguan sangat berpotensi sebagai sentra produksi budidaya ikan laut di Kota Batam
Kata kunci: Pulau Nguan, Kualitas Air, Mikrobiologi, Cara Budidaya Ikan yang Baik
Analisis bio ekonomi dan strategi pengelolaan sumberdaya ikan pelagis di pera...Mujiyanto -
Hasil analisis produksi biologis sumberdaya ikan pelagis di perairan laut jawa periode tahun 1976-1983 didapatkan nilai MSY sebesar 101.194 ton/tahun. Hasil analisis bio-ekonomi dalam pemanfaatan suberdaya ikan pelagis di perairan Laut Jawa didapatkan nilai MEY sebesar 91.924 kg/tahun, dengan jumlah hasil tangkapan per satuan upaya menggunakan alat tangkap purse seine sebesar 24,23 ton/kapal/tahun. Batas Maximum Economic Yield sebesar 91.923 ton/tahun dengan jumlah unit alat tangkap efisien guna mendapatkan keuntungan yang sesuai sebesar 2.915 unit. Alat tangkap purse siene merupakan alat tangkap pilihan untuk menangkapan sumberdaya ikan pelagis di perairan Laut Jawa.
Tindakan dalam pertimbangan dalam pemilihan suatu teknologi yang tepat untuk diterapkan di dalam pengembangan perikanan sangat diperlukan. Pertimbangan-pertimbangan yang akan digunakan dalam pemilihan teknologi dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok yaitu teknologi penangkapan ikan ramah lingkungan (TPIRL), teknologi penangkapan ikan secara teknis, ekonomis, mutu dan pemasaran menguntungkan serta kegiatan penangkapan ikan yang berkelanjutan.
Mortalitas dapat didefinisikan sebagai jumlah individu yang hilang selama satu interval waktu (Ricker 1975). Dalam Perikanan umunya dibedakan atas dua kelompok yaitu mortalitas alami (M) dan mortalitas penangkapan (F)
Kegiatan pemantauan kawasan budidaya dan penyakit ikan merupakan salah satu perangkat yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi data hasil produksi dan informasi yang relevan tentang keragaan/dinamika penyakit tertentu pada suatu ”lokasi” sebagai akibat dari fluktuasi beberapa parameter kualitas lingkungan budidaya. Dari hasil pemantauan yang dilakukan di Selat Nenek, Kelurahan Temoyong diketahui bahwa kondisi kualitas air cukup optimal untuk produksi ikan laut, Sementara hasil analisa penyakit menunjukkan bahwa terdapat infeksi parasit Diplectanum spp dan infeksi bakteri Vibrio sp sebagai dampak sistem budidaya yang dilakukan. Hasil wawancara juga menunjukkan bahwa masyarakat sangat antusias untuk melakukan pengembangan produksi budidaya dengan disertai dukungan oleh pemerintah daerah
Kegiatan pemantauan ini bertujuan untuk menilai kondisi kualitas perairan, penyakit dan kelayakan usaha budidaya di wilayah Pulau Nguan, Kelurahan Galang Baru, Kotamadya Batam. Pengamatan dilakukan pada tanggal 25 Maret 2015 di dua lokasi budidaya yang fokus pada pengembangan usaha budidaya ikan laut. Pengambilan sampel air dilakukan dengan metoda gabungan tempat (integrated) berdasarkan SNI No.6989.57:2008 untuk parameter pH, salinitas, suhu, kedalaman, ammonia (NH3), nitrit (NO2), posfat (PO4) dan kekeruhan. Metoda pemantauan juga dilakukan dengan metoda wawancara untuk mendapatkan informasi terkini tentang pengelolaan budidaya ikan. Hasil pemantauan menunjukkan bahwa pH berada pada kisaran 8,01 – 8,03, salinitas 33 ‰, Nitrit < <0.1 /><0,009 /><0,033 mg/L dan suhu berada pada kisaran 30,1 – 30,2 ⁰C. Sementara kedalaman dan kekeruhan menjadi faktor pembatas dalam mendukung optimalisasi produksi. Hasil uji mikrobiologi menunjukkan bahwa ikan budidaya bebas dari infeksi parasit dan virus, namun positif terinfeksi oleh bakteri Vibrio spp. Adanya upaya untuk penerapan biosekuriti dan teknologi budidaya di kedua lokasi pemantauan menjadikan Pulau Nguan sangat berpotensi sebagai sentra produksi budidaya ikan laut di Kota Batam
Kata kunci: Pulau Nguan, Kualitas Air, Mikrobiologi, Cara Budidaya Ikan yang Baik
Analisis bio ekonomi dan strategi pengelolaan sumberdaya ikan pelagis di pera...Mujiyanto -
Hasil analisis produksi biologis sumberdaya ikan pelagis di perairan laut jawa periode tahun 1976-1983 didapatkan nilai MSY sebesar 101.194 ton/tahun. Hasil analisis bio-ekonomi dalam pemanfaatan suberdaya ikan pelagis di perairan Laut Jawa didapatkan nilai MEY sebesar 91.924 kg/tahun, dengan jumlah hasil tangkapan per satuan upaya menggunakan alat tangkap purse seine sebesar 24,23 ton/kapal/tahun. Batas Maximum Economic Yield sebesar 91.923 ton/tahun dengan jumlah unit alat tangkap efisien guna mendapatkan keuntungan yang sesuai sebesar 2.915 unit. Alat tangkap purse siene merupakan alat tangkap pilihan untuk menangkapan sumberdaya ikan pelagis di perairan Laut Jawa.
Tindakan dalam pertimbangan dalam pemilihan suatu teknologi yang tepat untuk diterapkan di dalam pengembangan perikanan sangat diperlukan. Pertimbangan-pertimbangan yang akan digunakan dalam pemilihan teknologi dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok yaitu teknologi penangkapan ikan ramah lingkungan (TPIRL), teknologi penangkapan ikan secara teknis, ekonomis, mutu dan pemasaran menguntungkan serta kegiatan penangkapan ikan yang berkelanjutan.
Mortalitas dapat didefinisikan sebagai jumlah individu yang hilang selama satu interval waktu (Ricker 1975). Dalam Perikanan umunya dibedakan atas dua kelompok yaitu mortalitas alami (M) dan mortalitas penangkapan (F)
Kegiatan pemantauan kawasan budidaya dan penyakit ikan merupakan salah satu perangkat yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi data hasil produksi dan informasi yang relevan tentang keragaan/dinamika penyakit tertentu pada suatu ”lokasi” sebagai akibat dari fluktuasi beberapa parameter kualitas lingkungan budidaya. Dari hasil pemantauan yang dilakukan di Selat Nenek, Kelurahan Temoyong diketahui bahwa kondisi kualitas air cukup optimal untuk produksi ikan laut, Sementara hasil analisa penyakit menunjukkan bahwa terdapat infeksi parasit Diplectanum spp dan infeksi bakteri Vibrio sp sebagai dampak sistem budidaya yang dilakukan. Hasil wawancara juga menunjukkan bahwa masyarakat sangat antusias untuk melakukan pengembangan produksi budidaya dengan disertai dukungan oleh pemerintah daerah
Konflik menurut Robbins, adalah suatu proses yang dimulai apabila satu pihak merasakan bahwa pihak lain telah mempengaruhi secara negatif atau akan segera mempengaruhi secara negatif pihak lain
Analisis kritis jurnal ini membahas peran filsafat pendidikan dalam pembentukan moralitas siswa, mengkaji hubungan antara bahasa dan filsafat dalam konteks filsafat bahasa, serta menyoroti pentingnya pendidikan karakter yang melibatkan peran aktif orang tua dan guru. Artikel ini juga menekankan kompleksitas bahasa sebagai sistem simbol yang memengaruhi persepsi kita tentang realitas, serta pentingnya analisis kritis terhadap bahasa dalam memahami konsep-konsep filosofis.
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
7. Pendekatan CPUE
Menentukan tingkat produktivitas tangkapan F(x)
Jika : f(xi) < CPUE = produktivitas rendah (R)
f(xi) = CPUE = produktivitas sedang (S)
f(xi) > CPUE = produktifitas tinggi (T)
Jika : f(xi) < CPUE’ = produktivitas rendah (R)
f(xi) = CPUE’ = produktivitas sedang (S)
f(xi) > CPUE’ = produktifitas tinggi (T)
Spesies A (kg/kpl) Spesies B (kg/kpl) Penilaian DPI
R R Kurangpotensial
R S Kurangpotensial
T R Sedang
….. …. …..
T T Potensial
Spesies A :
(CPUE)
Spesies B :
(CPUE’)
8. Pendekatan UMR
Tangkapan tdd beberapa spesies :
1. Volume produksi
dikonversi ke nilai produksi
2. Sistem bagi hasil ?
3. Berapa produktivitas masing-
masing ABK
4. Bandingkan dengan UMR
Penilaian jumlah hasil tangkapan bdk UMR (Rp)
Pendapatan ABK (Rp/bln) Penilaian DPI
ABK ≤ UMR Kurang potensial
....... .......
ABK > UMR Potensial
9. Layak/tidak layak tangkap secara biologis
untuk ikan tongkol (gonade maturity)
Dominansi ukuran
panjang (cm)
Penilaian DPI
x < 30 cm Tidak Layak Tangkap
(illegal size)
Kurang potensial
x >= 30 cm Layak tangkap
(legal size)
Potensial
Sumber: Simbolon, 2008
Ukuran(sizeindividuikan)
10. Nilai ekonomis (komersial) untuk ikan
madidihang dan cakalang
K l a s i f i k a s i Madidihang
(kg/individu)
Cakalang
kg/individu)
DPI
1. Grade A (nilai
komersial tinggi)
> 10,0 > 2,6 Potensial
2. Grade B (nilai
komersial sedang)
2,6 – 10,0 1,5 – 2,6 Sedang
3. Grade C (nilai
komersial rendah)
< 2,6
& rusak fisik
< 1,5 & rusak
fisik
Kurang
potensial
Sumber: Simbolon, 2003
11. Perkiraan produktivitas tangkapan, sesuai dgn perubahan
parameter lingkungan (suhu, arus, kesuburan perairan)
Perhitungan produktivitas ikan f(xi) sbb:
f(xi) = {ai(p) + bi(q) + ci(r)}
12. Kriteria Mann & Lazier (1991) :
1. Perubahan suhu di perairan
(thermal front), melalui pola
spasial kontur SPL pada daerah
yang berdekatan
2. Gradien suhu horizontal antara
dua massa air 1 – 2oC
13. Massa air hangat mengalir dari utara
P. Buton
Keterangan :
= garis batas pulau
= garis isotherm
A = P. Wangi-wangi
123°00’ 123°15’ 123°30’ 123°45’ 124°00
5°00’
5°15’
5°30’
32,0
32,0
31,5
31,0
30,5
30,5
P. Buton
A
Gradiensuhuantara
duamassaair:1,5oC
Tjg. Kasolanatumbi
Wangi-wangi
14.
15. Citra SPL Agustus 2003
(Agst-Okt)
Keterangan :
= garis batas pulau
= garis isotherm
A = P. Siompu
122°30
122°15 122°45 123°00
5°45’
6°00’
28,5
28,5
29,0
29,0
29,5
A
P. Buton
16. Pengklasifikasian kesuburan perairan bdk konsentrasi klorofil-a
Klorofil-a (mg m3) Penilaian
< 0,1 Sedikit (kurang subur)
0,1 – 0,2 Sedang
> 0,2 Banyak (subur)
Sumber: Gower (1972) dalam Widodo (1999)