1. STRES SEKUNDER AKIBAT PERUBAHAN KONDISI
LINGKUNGAN PERAIRAN
Kadir Sabilu
Dosen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo
Disampaikan pada:
National aquaculture innovation webinar:
“Potensi Perairan Sungai dan Danau untuk Akuakultur Masa Depan”
Universitas Batanghari, Jambi
18 Desember 2021
3. Pola produksi perikanan Dunia (FAO 2020)
Kontribusi perikanan budidaya tahun 2018 adalah 46 % dari total produksi ikan dunia
Tahun 2000 hanya sebesar 29,7 %, artinya ada peningkatan yang signifikan sebesar
6. TITIK KRITIS USAHA AKUAKULTUR
Mutu benih
Pola tanam
Harga pakan
Kualitas lingkungan perairan
Pencemaran lingkungan
Penyakit dan kematian masal (gagal panen)
Harga produk (pemasaran)
Penanganan pascapanen (pengangkutan ikan hidup)
7. Limbah Pertanian &
Aktifitas tambang
PEMANFAATAN LAIN SEKITAR PERAIRAN SUNGAI DAN DANAU
Dampak permukiman
& Lokasi wisata
Perikanan tangkap Transportasi air
Peningkatan konsentrasi logam berat, deterjen, pestisida, minyak, peningkatan kekeruhan &
kompetisi pemanfaatan ruang di lokasi budidaya ikan
8.
9.
10. Faktor lingkungan mempengaruhi akuakultur:
Suhu
Stres
Gangguan
homeostasi
Pertumbuhan
& Kesurvivalan
Amoniak
DO
Respon
Imun
CO2
Nitrit Polutan:
Logam berat
Pestisida
deterjen
H2S pH &
Alkalinitas
Resisten
Adaptasi
Respon
spesifik
Respon non-
spesifik
Mati
Status Kesehatan ikan
11. Sumber: Bruce A. Barton, John D. Morgan, and Mathilakath M. Vijayan
12. Stres adalah fenomena biologi yang non-spesifik dari suatu
perubahan lingkungan atau faktor-faktor lain yang
mempengaruhi daya adaptasi homeostasis, dimana konstalasi
proses perubahan secara stabil tersebut akan mempengaruhi
proses fisiologis yang pada akhirnya dapat menyebabkan
kerusakan fisik bahkan kematian (Pickering 1981).
Menurut Adams (1990) mengemukakan bahwa stres
didefinisikan sebagai pengaruh beberapa perubahan
lingkungan yang memperluas homeostasis atau proses
penstabilan diluar batas normalnya pada berbagai tingkat
organisasi biologi.
PERUBAHAN LINGKUNGAN SEBAGAI PEMICU STRES
Kerangka teori
13. Menurut Pickering (1981), penyebab stres atau stressor dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
a. Perubahan lingkungan (environmental change), yang terdiri
dari perubahan suhu, kepadatan, salinitas, perubahan tekanan air,
polusi, pH, penyakit, perubahan arus air, muatan-muatan
sedimen, konsentrasi DO dan ketersediaan makanan
b. Penanganan (handling), seperti pemeliharaan tank, transportasi
dan pemindahan ikan dengan serok atau ember.
STRESSOR
Kerangka teori
14. Respon imun sebagai pertahanan tubuh
Respon spesifik: sistem imun didapat atau adaptif,
muncul karena adanya antigen tertentu pada
tubuh yang pernah terpapar sebelumnya. Disebut
spesifik karena sebelumnya telah dikenali, terdiri:
sistem imun spesifik humoral (Limfosit B
membentuk molekul globulin (IgG, IgM, IgA,
IgD, dan IgE) yang mampu menyerang agen
penginfeksi dalam darah)
Sistem imun spesifik seluler.: limfosit T atau
sel T.
sel T mempunyai 2 fungsi penting yaitu
sebagai regulator (mengenali) dan efektor
(membunuh sel-sel yang terinfeksi )
Respon non-spesifik (sistem imun alamiah/bawaan), sebagai
pertahanan awal tubuh terhadap masuknya pathogen atau stess
lingkungan, terdiri atas:
Sistem pertahanan fisik: kulit, selaput lender, adanya asam
laktat dan asam lemak menghambat masuknya pathogen
dalam tubuh ikan
Sistem pertahanan biokimia, sekresi mukosa, sekresi enzim
antioksidan (catalase, hidroperoxidase, superoksida
dismutase, glutationin reduktase, respiratory burst dan phenol
oksidase
Sistem pertahanan humoral: produksi limfosit (sel T dan sel B)
berreaksi dengan anti gen mengeliminasi pathogen,
meningkatkan fagositas dan menghancurkan sel membran
pathogen, produksi glikoprotein yang mengaktifasi sel NK.
Sistem pertahanan seluler: fagosit, makrofag, sel NK (natural
killer), reaksi inflamasi ke lokasi infeksi (peningkatan aliran
darah, peningkatan permeabilitas kapiler, dan migrasi leukosit
keluar vaskuler)
Kerangka teori
15. Antibodi mempunyai fungsi utama sebagai sistem
pertahanan tubuh terhadap adanya infeksi yang
berasal dari luar sel (Ekstraseluler) misal virus
dan bakteri serta berperanan dalam menetralkan
toksinnya.
Cara kerja antibodi:
langsung menyerang
penyebab penyakit
tersebut
mengaktifkan sistem
komplemen serta
merusak sumber bibit
penyakit tersebut
Kerangka teori
16. TANGGAPAN TUBUH IKAN (RESPON FISIOLOGIS) TERHADAP
STRES LINGKUNGAN
Respon primer :
Stimulus stres merangsang CNS (Central Neuro
System), CRF (Corticotropin Releasing Factor) dari
hipothalamus merangsang pituitary untuk
melepaskan ACTH (Adrenocorticotropin
Hormone). ACTH di sirkulasi menuju sel interrenal
pada ginjal bagian anterior, untuk mensekresikan
kortisol. Jaringan kromafin pada ginjal bagian
anterior dirangsang juga oleh sistem syaraf
simpatik untuk melepaskan hormon katekolamin
Kerangka teori
17. RESPON FISIOLOGIS IKAN
TERHADAP STRES LINGKUNGAN
Respon sekunder
berubahnya komposisi kimia darah dan jaringan,
serta dimulainya perubahan pada Komposisi
hematologis seperti aliran darah di insang, dan
naiknya konsentrasi gula darah (hiperglisemia),
Heatshock protein (HSP) berkaitan metabolisme,
gangguan respirasi, status asam-basa,
keseimbangan hidromineral, fungsi kekebalan dan
respon seluler
Kerangka teori
18. RESPON FISIOLOGIS IKAN
TERHADAP STRES LINGKUNGAN
Respon tersier
mengacu pada aspek kinerja organisme keseluruhan
seperti perubahan dalam pertumbuhan, kondisi
ketahanan secara keseluruhan terhadap penyakit,
lingkup metabolisme untuk aktivitas, perilaku, dan
kelangsungan hidup
Kerangka teori
19. Parameter fisiologis dari respon primer dan sekunder pada ikan secara umum
sebelum dan setelah terjadi stres
20. Hasil pengukuran kadar kortisol plasma pada beberapa spesies ikan
sebelum dan setelah stres
22. Mengevaluasi karakter nutrisi limbah sedimen tambak udang vanname
yang dibudidayakan secara intensif, berdasarkan masa
pemeliharaan udang pada tambak bersalinitas rendah (3-8 ppt)
Lokasi penelitian:
Budidaya intensif
udang vaname Desa
Langensari,
Kecamatan Blanakan,
Kabupaten Subang,
Jawa Barat, Indonesia
Metode Penelitian : RAK, 4 kategori berdasarkan masa pemeliharaan
udang di tambak yaitu masa pemeliharaan 32 hari, 46 hari, 92 hari
dan masa pemeliharaan 108 hari.
Waktu: tahun 2019
1.
23. PROFIL KUALITAS AIR BUDIDAYA UDANG VANAME DI
TAMBAK SALINITAS RENDAH
Variabel kualitas air
Umur pemeliharaan (hari)
32 46 92 108
Salinitas (g l-1) 3-5 3-5 6-8 6-8
Temperatur, pagi hari(0C) 27,1±0,05 27,2±0,05 27,2±0,05 27,2±0,04
Temperatur, siang hari (0C) 29,9±0,09 29,9±0,08 30,1±0,10 30,2±0,12
pH 8,08-8,15 7,79-7,86 7,86–8,07 7,33-7,56
*Jumlah bakteri
(log cfu g-1) (n=3) 7,25±0,05a 7,40±0,08a 6,35±0,15b 7,44±0,33a
24. KARAKTERISTIK KUALITAS AIR
a a
b
a
0
40
80
120
160
200
32 46 92 108
TOM
(mg/L)
(n=6)
(a)
c
bc
a
ab
0.00
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
32 46 92 108
NH
3
-N
(mg/L)
(n=6)
a a a
b
0.00
0.02
0.04
0.06
0.08
0.10
32 46 92 108
NO
2
-N
(mg/L)
(n=6)
(d)
b
a a
c
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
32 46 92 108
NO
3
-N
(mg/L)
(n=6)
(c)
a
c
a
b
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
32 46 92 108
PO
4
-P
(mg/L)
(n=6)
(e)
25. a a
b
c
.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
32nd 46th 92nd 108th
DO
permukaan
(mg
L
-1
)
(n=12)
Masa pemeliharaan (pagi)
a
b
c d
.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
32nd 46th 92nd 108th
DO
bawah
(mg
L
-1
)
(n=12)
Masa pemeliharaan (siang)
(c)
a b
c c
.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
32nd 46th 92nd 108th
DO
permukaan
(mg
L
-1
)
(n=12)
Masa pemeliharaan (siang)
a a
b
c
.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
32nd 46th 92nd 108th
DO
bawah
(mg
L
-1
)
(n=12)
Masa pemeliharaan (pagi)
(a)
Oksigen terlarut (DO) di pagi hari (08.30–09.30) dan pada sore hari (15.30-16.30)
Kepadatan udang dan masa
pemeliharaan menyebabkan
konsentrasi oksigen terlarut di dasar
tambak lebih rendah,
26. Profil produksi tambak intensif udang vaname lokasi penelitian
Umur
udang
Jumlah
Tebar
(udang)
Rata-rata
bobot tubuh
udang (g)
(n=5)*
Pakan
(t/Ha) Estimasi SR
(%)
Estimasi
Biomassa
(mt/Ha)
FCR
32-P1 235,750 3,32±0,13a 2,756 73,01 2,289 1,20
32-P2 235,750 3,34±0,21a 3,445 85,27 2,690 1,28
46-P1 235,750 5,54±0,43b 5,519 72,63 3,850 1,43
46-P2 235,750 5,26±0,30b 5,915 72,58 3,589 1,65
92-P1 166,500 18,68±0,33c 16,285 71,22 12,566 1,30
92-P2 166,500 18,80 ± 0,37c 16,506 71,99 12,782 1,29
108-P1 235,750 20,12±0,65cd 20,148 69,57 13,965 1,44
108-P2 235,750 20,38±3,16d 22,748 66,67 14,706 1,55
Periode pemeliharaan
hari ke-92 hingga ke-
108, pertambahan bobot
badan udang relatif lebih
kecil, berdampak pada
nilai FCR yang lebih
tinggi.
27. b
c
a a
0
5
10
15
20
32 46 92 108
C-organik
(%)
Masa pemeliharaan (hari)
a
b
a a
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
32 46 92 108
Nitrogen
(%)
Masa pemeliharaan (hari)
ab
a
b
c
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
32 46 92 108
Fosfor
(%)
Masa pemeliharaan (hari)
C-organik dan N tertinggi terdapat pada tambak udang 46 hari yaitu
17,60 dan 1,94%, salinitas 3-5 g/L
P tertinggi terdapat pada masa pemeliharaan 108 dan 92 hari yaitu
0,43±0,04% dan 0,36±0,01%, salinitas 6-8 g/L
Nutrisi limbah sedimen
Umur
(hari)
Vsed, (t/ha)
Nutrien sedimen (t /ha) C/N
Ratio
TOC TN TP
Min, Max, Med, Min, Max, Med, Min, Max, Med, Min, Max, Med, Mid,
32 2,63 3,52 3,08 0,321 0,430 0,376 0,039 0,052 0,045 0,008 0,010 0,009 8,34
46 10,97 14,63 12,80 1,931 2,575 2,253 0,213 0,284 0,248 0,030 0,040 0,035 9,08
92 125,56 153,46 139,51 8,086 9,882 8,984 1,677 2,049 1,863 0,448 0,548 0,498 4,82
108 157,58 189,29 173,43 10,035 12,054 11,044 2,376 2,854 2,615 0,673 0,808 0,740 4,22
Udang dengan umur pemeliharaan lebih lama menghasilkan total sedimen, TOC, TN, dan TP lebih tinggi
28. REKOMENDASI
Kegiatan akuakultur intensif tidak hanya menghasilkan biomassa ikan
tetapi juga menghasilkan limbah nutrient (nitrogen dan fosfor) bagi
perairan umum disekitarnya sehingga penanganan limbah akuakultur
menjadi penting.
29. Dampak Limbah nutrient akuakultur pada perairan umum
Nutrient
Load Up
Plants
Flourish
Alga Blooms
Oxygen Depleted
Dekomposition
Depleted oxygen
Death of The
Ecosystem
Limbah nitrogen dan fosfor sebagai pemicu eutrofikasi di lokasi budidaya ikan
30. Perkembangan manajemen limbah budidaya udang:
Tantangan kedepan
Kapasitas IPAL terbatas → Implementasi
teknologi pemanfaatan limbah
Sebelum tahun 1990-an
- Air laut langsung
masuk ke tambak
- Limbah tambak
udang dialirkan
langsung ke perairan
umum
Sejak pertengahan dekade 1990-an
- Pengolahan air
sebelum masuk
ke tambak
- Limbah budidaya
udang dialirkan
langsung ke
perairan umum
Tahun 2016-saat ini
- Pengolahan air
sebelum masuk ke
tambak
- Pengelolaan limbah
(Implementasi
IPAL)
Sumber: GAA 2017
Perubahan kualitas sumber air pada tambak udang menuntut penyesuaian
teknologi hulu dan hilir untuk produksi budidaya udang vaname
Dampak Limbah nutrient akuakultur pada kegiatan akuakultur
31. Mengevaluasi pemanfaatan limbah sedimen tambak udang sebagai
sumber nutrisi terhadap performa produksi dan respons fisiologis
tubuh teripang pasir
Rancangan Acak Lengkap (RAL):
10STU:90SP: 10% sedimen tambak udang dan 90%
Pasir laut
20STU:80SP: 20% sedimen tambak udang dan 80%
Pasir laut
30STU:70SP: 30% sedimen tambak udang dan 70%
Pasir laut
40STU:60SP: 40% sedimen tambak udang dan 60%
Pasir laut
50STU:50SP: 50% sedimen tambak udang dan 50%
Pasir laut
Menggunakan 15 buah akuarium berukuran masing-masing
100 cm x 50 cm x 50 cm, diletakkan dalam Green House.
Laboratorium Ilmu Kelautan IPB Ancol
Pasir laut, diameter
fraksi ≤2mm
Penelitian I
+
STU umur udang
92 hari
Penelitian II
2.
32. 4,37a
4,90ab
5,43ab 3,20a
7,50ab
3,73ab
8,13ab
5,30b
9,67b
5,37b
6,93ab 4,93b
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
20 40
THC
(10
3
sel/mm3)
0,285a
0,25a
0,295ab
0,39b
0,296ab
0,24a
0,356c
0,297ab
0,316b
0,33ab
0,294ab
0,25a
0.15
0.20
0.25
0.30
0.35
0.40
0.45
0.50
20 40
Phenoloxidase
(O.D:
490)
0,31a
0,40a
0,39 b
0,54b
0,52c
0,34a
0,30a
0,38a
0,29a
0,42ab
0,37b
0,28a
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
20 40
Respiratory
Burst
(O.D.:
630)
Hari pemeliharaan
36.63 36.63
36.50
86.63
36.63
43.95
46.63
69.59
54.94
69.59
36.63 36.63
0
20
40
60
80
100
20 40
Glukosa
(mg/L)
Hari Pemeliharaan
10STU:90SP 20STU:80SP 30STU:70SP
40STU:60SP 50STU:50SP T
HASIL PENELITIAN
Jumlah sel hemosit yang signifikan
lebih rendah pada teripang
20STU:80SP hari ke-40 sebagai
respon kurangnya nutrisi dalam
tubuh
Nilai Respiratory burst tinggi
disebabkan meningkatnya
kebutuhan oksigen tubuh teripang
dimana oksigen digunakan bukan
hanya untuk respirasi sel tetapi juga
untuk produksi agen mikrobiosidal
(Pembentukan ROS, anion
superoxida (O2
-), Hidrogen
peroksida (H2O2)
Tingginya nilai aktivitas
phenoloxidase, respiratory burst
dan glukosa cairan koloemik pada
teripang 20STU:80SP hari ke-40
sebagai respon terhadap kenaikan
pH air
33. Kinerja produksi teripang pasir
Parameter
Persentase sedimen tambak udang dan pasir laut
10STU:90SP 20STU:80SP 30STU:70SP 40STU:60SP 50STU:50SP
Bobot tubuh awal (g) 2,60 ± 0,10 2,63 ± 0,06 2,60 ± 0,10 2,70 ± 0,10 2,73 ± 0,06
Bobot tubuh akhir (g) 8,71 ± 1,34a 8,24 ± 0,39a 11,32 ±1,67a 19,11 ± 2,02b 19,06 ± 1,53b
ΔW 6,11 ± 1,34a 5,61 ± 0,37a 8,72 ±1,34a 16,41 ± 1,97b 16,33 ± 1,54b
GR (g/hari) 0,15 ± 0,03a 0,14 ± 0,01a 0,22 ± 0,04a 0,41 ± 0,05b 0,41 ± 0,04b
SGR (%) 2,07 ± 0,35a 1,92 ± 0,10a 2,71 ± 0,46a 4,14 ± 0,30b 4,10 ± 0,29b
SR (%) 83,33±15,28a 26,67±5,77b 76,67 ±5,77a 70,00 ±10a 70,00 ±10a
Pemberian 40% sedimen tambak udang
(40STU:60SP) memberikan efek produksi yang lebih
tinggi dibandingkan dengan jumlah pemberian yang
lain
34. Penghitungan konsentrasi yang akan digunakan,
menggunakan rumus Wardoyo (1981), sbb:
Log (N/n) = k (log a – log n)
Ketentuan :
Keterangan :
N = nilai konsentrasi ambang atas (mg/L)
n = nilai konsentrasi ambang bawah (mg/L)
k = jumlah interval konsentrasi yang di uji (k=4)
a = konsentrasi terkecil dalam deret konsentrasi yang
ditentukan (mg/L)
Terdiri atas 4 Perlakuan Penelitian:
1. Kontrol (tanpa Nikel)
2. Konsentrasi Ni = 8,89 ppm
3. Konsentrasi Ni = 15,81 ppm
4. Konsentrasi Ni = 28,12 ppm
5. Konsentrasi Ni = 50,01 ppm
3. STUDI TOKSISITAS NIKEL (Ni) TERHADAP KONSUMSI OKSIGEN DAN
STRES SEKUNDER JUVENIL IKAN BANDENG Chanos chanos Forsk.
Tujuan:
Mengetahui efek toksisitas akut nikel pada ikan bandeng yang diekspresikan oleh
nilai LC50 nikel
Mengkaji pengaruh toksisitas logam berat nikel terhadap tingkat konsumsi oksigen,
kondisi hematologi dan stres sekunder pada ikan bandeng
35. 2. Kadar Hemaktokrit (%Ht)
1. Kadar Hemoglobin (% Hb)
3. Jumlah eritrosit
4. Jumlah leukosit
Parameter Hematologi :
5. Kadar Glukosa Darah
Pengukuran dilakukan sebanyak 4 kali, pada awal penelitian,
hari ke-10, 20 dan hari ke-30
36. Uji Sub-Kronis
Tingkat Konsumsi Oksigen
Perlakuan
TKO Hari Ke- (mg O2/gr tubuh ikan/jam)
0 10 20 30
0 ppm 0,98±0,07 0,88±0,09a 0,88±0,07a 0,96±0,03a
0,12 ppm 1,03±0,15 0,84±0,05a 0,80±0,02a 0,73±0,10a
0,59 ppm 0,93±0,15 0,65±0,05b 0,58±0,10b 0,42±0,09b
1,19 ppm 0,94±0,04 0,54±0,01b 0,51±0,13b 0,43±0,13b
3,56 ppm 0,92±0,15 0,59±0,04b 0,44±0,03b 0,37±0,01b
*) angka dengan kolom sama yang diikuti huruf sama menunjukan tidak beda nyata (P>0,05)
Konsumsi oksigen juvenil C. chanos Forsk selama 30 hari pemaparan nikel
semakin tinggi konsentrasi nikel dan semakin lama waktu
pemaparan menyebabkan konsumsi oksigen akan
semakin rendah
37. Hematokrit
a
a
a
a
a
b
ab
ab
a
b
b
bc
a
a
b
c
a
b
c
d
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
0 10 20 30
Hematokrit
(%)
Waktu Pemaparan (hari)
a a
a
a
a
a
c
b
a
a
bc
c
a
ab
b
c
a
b
c
d
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0 10 20 30
Haemoglobin
(%Hb)
Waktu Pemaparan (hari)
Haemoglobin
a
a
a
a
a
a
b
a
a
a
c b
a b
c
b
a b
c b
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
0 10 20 30
Eritrosit
(%
10
6
sel/mm3)
Waktu Pemaparan (hari)
a a
a a
a a b
b
a a
c
c
a
b
d c
a
c d
d
0
1
2
3
4
5
6
7
8
0 10 20 30
Leukosit
(x10
4
sel/mm
3
)
A (0 ppm) B (0,12 ppm) C (0,59 ppm)
D (1,19 ppm) E (3,56 ppm)
Eritrosit Leukosit
Terjadi penurunan jumlah
hematokrit, hemoglobin dan
jumlah eritrosit seiring dengan
meningkatnya konsentrasi nikel
sebagai sinyal gangguan
homeostasis, dan peningkatan
jumlah leukosit seiring dengan
meningkatnya konsentrasi logam
berat nikel menunjukkan ikan
bandeng meningkatkan sistem
pertahanan selulernya dengan
migrasi leukosit (respon imun
nospesifik)
HASIL PENELITIAN
38. Kadar Glukosa Darah
Pada konsentrasi nikel yang semakin tinggi (mulai 1,19 ppm) secara signifikan
menyebabkan kadar glukosa darah juvenil ikan bandeng menjadi naik sebagai indikator
paparan logam nikel dengan konsentrasi lebih tinggi menyebabkan dampaknya terhadap
gangguan homeostasinya meningkat.
41. stres
Konsumsi
oksigen ↑
Produksi
ROS↑
Stresor:
- Paparan polutan
- Senyawa kimia ekstrim
- Patogen
- Kadar oksigen (hipoxia)
Gangguan homeostatis , kerusakan
sel (DNA, lipid, protein)
Diproduksi oleh sel
sebagai respon terhadap
stresor, dikatalisis oleh
enzim oksidase (sitem
enzim cytochrom p450
Produksi enzim antioksidan ↑:
(catalase, hidroperoxidase, superoksida
dismutase, glutationin reduktase)
Melindungi dari
kerusakan oksidatif
Produksi ROS > kapasitas
antioksidan
Stres oksidatif sel atau
nekrosis
Seimbang:
Pertumbuhan,
signaling dan survival
Respiratory
burst
Phenoloxidase
Untuk Melanisasi
stresor dan
jaringan rusak
43. NH3 Urin (U) dan Feses (20%)
Pakan (1 kg)
-Protein 25% ~ 250 g
-N = 250/6,25= 40 g
-Eff pakan 60%
CO2 + ( R )
20/100*250 g= 50 g
N = 50/6,25 = 8 g
Bakteri
NO3 + P
Kecernaan80%
Retensi 36%
P = 600 g
(Protein/250)*100=36
Protein = 90 g
N = 90/6,25 = 14,4 g
Tercerna = 80/100*250g = 200 g
N = 200/6,25 = 32
N = 32 – 14,4 = 17,6 g
Organic
compound
Detritus
feeder
Rumput laut
45. Kesesuaian lingkungan akukultur : Kriteria
lingkungan yang diisyarakatkan/ dibutuhkan
oleh komoditas perikanan budidaya.
Variabel lingkungan
Variabel Fisika
Variabel kimia
Variabel Biologi
Indikator kesesuaian
Variabel fisika
Variabel kimia
Variabel Biologi
Baku mutu lingkungan untuk budidaya ikan
51. HUBUNGAN STRES DENGAN KADAR KORTISOL DAN
GLUKOSA
1) Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kadar kortisol dan glukosa
meningkat setelah diberi perlakuan. Woodward and Strange (1987)
mengamati kortisol ikan trout pelangi mengalami peningkatan 3 kali
lebih besar dari ikan hatchery saat terkena perlakuan wadah yang
bersih dan kejutan listrik. Di sisi lain seperti yang dinyatakan
sebelumnya, stres hormon seperti katekolamin, kortisol dan lain-lain
dapat dipengaruhi oleh faktor internal atau kondisi eksternal (Anoxia,
polusi, stres nutrisi, stres fisik).
2) Menurut Barton et al. (1987) status kelengkapan nutrisi dapat
mempengaruhi respon stres dan glukosa. Asupan diet dengan lipid
yang berbeda dan kadar protein mengakibatkan berbagai respon
glukosa (Cheng et al. 2006).
3) Krogdahl (1996) dan Falahatkar and Barton (2007) bahwa kortisol
dapat meningkatkan kadar glukosa pada hemolim, gangguan pada
sekresi kortisol dapat merubah respon nilai glukosa dan peningkatan
glukosa dapat dikaitkan dengan perbedaan mekanisme aksi dari
kortisol.
52. 2016
±667.244 ton
2019
±861.261 ton
↑29,08%
FCR 1,38
Pakan: ±1.188.540 ton
ADCP 80,81
±228.081 ton
Nutrien sedimen
tambak udang
Komponen lain:
1. Air masuk (9,8 % OM; 2,8 Solids)
2. Pupuk (1,2% OM; 0,2% Solids)
3. Kapur (1% solids)
(-)
Penurunan kualitas
air di tambak
Nutrifikasi perairan
umum
(+) Sumber nutrisi
potensial
Sumber Nutrisi
Teripang pasir ?
Sumber nutrisi ikan nila
(Kawahigashi 2014)
Sumber nutrisi
rumput laut
Oujifard et al. (2012)
(Smith dan Briggs 1998)
53. LINGKUNGAN FISIK LOKASI AKUAKULTUR
(TERKAIT DENGAN KETERSEDIAAN DAN KESESUAIANNYA)
Ketersediaan lahan
Topografi dan elevasi lahan
Sifat tanah: komposisi (kesuburan), tekstur
Hujan: frekuensi, jumlah dan distribusi
Air: kualitas, kuantitas, ketersediaan
Iklim: suhu, periode pencahayaan, penguapan, musim,
Pencemaran: kualitas, kuantitas
Aksesibilitas: kemudahan akan bahan (sarana produksi
dan pasar)