1. Imunisasi Pada Neonatus, BAYi, BALITA dan ANAK
PRASEKOLAH
Sulistyani Prabu Aji
PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN
Universitas Muhammadiyah Gombong
2. Sulistyani Prabu Aji
D3 Kebidanan Universitas Kusuma Husada Surakarta
D4 Kebidanan Universitas Ngudi Waluyo Ungaran
S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo
S2 Ilmu Kedokteran Keluarga
S2 Ilmu Kesehatan masyarakat Peminatan Promosi Kesehatan
S3 Pemberdayaan Masyarakat Peminatan Promosi Kesehatan
Riwayat Pekerjaan :
Stikes Mambaul Ulum Surakarta
Politeknik Insan Husada Surakarta
Dinas Kesehatan Kota Surakarta
Universitas Gadjah Mada
Universitas Muhammadiyah Gombong
3. Sulistyani Prabu Aji
Telepon : 081328300089
Ig : sulistyaniprabuaji
Organisasi :
Ikatan Bidan Indonesia (IBI)
IAKMI (Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia)
PPKMI (Perkumpulan Promotor dan Pendidik Kesehatan Masyarakat
Indonesia)
I4 (Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional)
AGDOSI (Asosiasi Guru dan Dosen Indonesia)
Persit (Persatuan Istri Tentara)
4. Penanggulangan masalah kesehatan yaitu dengan
melindungi anak dari risiko tertular suatu penyakit atau
infeksi, dan tidak mudah untuk sakit
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengubah konsep
imunisasi dasar lengkap menjadi imunisasi rutin lengkap.
Imunisasi rutin lengkap itu terdiri dari imunisasi dasar dan
lanjutan. Imunisasi dasar saja tidak cukup, diperlukan
imunisasi lanjutan untuk mempertahankan tingkat
kekebalan yang optimal (Kemenkes RI, 2018).
Pendahuluan
5. Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan
kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat
terpajan
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit
ringan.
Sistem imun tubuh memiliki kemampuan sel memori, dengan memberikan
antigen akan dapat merangsang tubuh untuk membentuk antibodi, yang
akan
disimpan oleh sistem imun tubuh sebagai suatu bentuk pengalaman dan
nantinya akan membuat sistem imun tubuh membentuk antibodi ketika
tubuh
terpapar antigen yang sama (Kemenkes RI, 2017).
mon
tue
wed
thu
fri
Imunisasi
7. Tujuan pemberian imunisasi adalah membentuk kekebalan tubuh agar tidak
mudah terinfeksi virus penyebab penyakit. Pemberian imunisasi pada bayi
menjadi hal yang penting, sebab tubuh bayi memiliki tingkat imunitas yang
rendah sehingga harus segera mendapatkan perlindungan dari infeksi penyakit
menular
Tujuan imunisasi dasar adalah mencegah terjadinya penyakit, kecacatan, atau
kematian. Dengan begitu, anak tidak rentan terkena berbagai penyakit selama
pertumbuhannya dan dapat melindungi anak dari berbagai penyakit berbahaya
yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian. Imunisasi juga menjadi
salah satu upaya untuk membentuk herd immunity (kekebalan kelompok). Herd
immunity penting untuk dicapai guna mencegah penyebaran penyakit
berbahaya pada orang yang tidak bisa mendapatkan imunisasi, misalnya
karena kondisi kesehatan tertentu. Jadi, semakin banyak orang yang
mendapatkan vaksin, maka semakin sedikit orang yang terinfeksi penyakit.
mon
tue
wed
thu
fri
Tujuan Imunisasi
8. Imunisasi dapat menyelamatkan hidup anak di kemudian hari.
Sangat aman dan efektif dalam mencegah penyakit tertentu.
Melindungi orang lain yang di sayangi.
Menghemat waktu dan uang. Sebab, waktu dan uang yang
dikeluarkan untuk mengobati akan lebih banyak dibandingkan
mencegahnya.
Melindungi kesehatan generasi berikutnya.
Imunisasi sangat diperlukan untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan
memberikan perlindungan terhadap penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi, seperti Campak, Rubela, Difteri, Tetanus dan
Kanker Leher Rahim.
mon
tue
wed
thu
fri
Manfaat Imunisasi
11. mon
tue
wed
thu
fri
Imunisasi Hepatitis B
Deskripsi Vaksin dengan virus recombinan yang telah diinaktivasikan dan
bersifat non-infecious, berasal dari HbsAg yang dihasilkan dalam sel
ragi (Hansenula polymorpha) menggunakan DNA
rekombinan.
Indikasi Imunisasi terhadap infeksi yang disebabkan semua subtipe virus
Hepatitis B untuk neonatus, bayi dan balita.
Kontra-Indikasi Penderita infeksi berat yang disertai kejang, hipersensitivitas
terhadap komponen vaksin.
Cara pemberian
● Dosis 0,5 ml atau 1 (buah) HB PID, secara intramuskuler,
sebaiknya pada anterolateral paha. Pemberian pertama
dilakukan dalam 12 jam setelah bayi lahir, dengan didahului
suntikan vitamin K1 minimal 30 menit sebelumnya.
● Apabila status HbsAg-B ibu positif dalam waktu 12 jam setelah lahir
berikan Imunoglobulin Hepatitis B 0,5 ml bersamaan dengan
vaksin Hepatitis B dosis pertama dan paha yang berbeda.
● Pemberian sebanyak 3 dosis.
● Dosis pertama usia 0–7 hari, dosis berikutnya interval minimum
4 minggu (1 bulan).
12. mon
tue
wed
thu
fri
Imunisasi Hepatitis B
Efek samping
Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan
pembengkakan disekitar tempat penyuntikan.
Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya
hilang setelah 2 hari.
Penanganan efek
samping
● Berikan minum lebih banyak (ASI).
● Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.
Bila perlu berikan paracetamol dengan dosis
15 mg/kgBB setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali
dalam 24 jam).
● Jika bekas suntikan terasa nyeri dapat
dikompres air dingin.
● Masih diperbolehkan untuk dimandikan atau
hanya diseka dengan waslap yang direndam air
hangat.
13. Deskripsi : Vaksin dengan strain hidup Mycobacterium bovis yang
dilemahkan untuk menimbulkan kepekaan terhadap M. Tuberculosis.
Indikasi :Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosis pada
neonatus, bayi dan balita
Kontra Indikasi :Penderita yang mengalami infeksi tuberkolusis,
mengalami infeksi HIV
Cara Pemberian :
1. Dosis pemberian: 0,05 ml, sebanyak 1 kali.
2.Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas
(insertio musculus deltoideus), dengan menggunakan ADS 0,05 ml.
3. Dapat diberikan sejak lahir, dianjurkan diberikan sebelum usia 3 bulan, optimal
usia 2 bulan, apabila BCG diberikan setelah bayi berusia >3 bulan maka perlu
dilakukan uji tuberkulun, imunisasi BCG diberikan apabila hasil uji negatif
mon
tue
wed
thu
fri
Imunisasi BCG
14. Efek Samping : 2–6 minggu setelah imunisasi BCG daerah bekas suntikan
timbul bisul kecil (papula) yang semakin membesar dan dapat terjadi
ulserasi dalam waktu 2–4 bulan, kemudian menyembuh perlahan dengan
menimbulkan jaringan parut dengan diameter 2–10 mm
Penanganan Efek Samping:
●Tidak perlu penanganan khusus, akan sembuh atau menghilang dengan
sendirinya
●Apabila ulkus mengeluarkan cairan perlu dikompres dengan cairan antiseptik.
●Apabila cairan bertambah banyak atau koreng semakin membesar anjurkan
orangtua membawa bayi ke ke tenaga kesehatan.
mon
tue
wed
thu
fri
Imunisasi BCG
15. mon
tue
wed
thu
fri
Imunisasi Polio
OPV (Oral PolioVaccine) IPV (Inctive Polio Vaccine)
Deskripsi
Vaksin Polio Trivalent yang terdiri dari
suspensi virus Poliomyelitis tipe 1, 2, dan
3 (strain Sabin) yang sudah dilemahkan,
dalam bentuk sediaan cair yang diberikan
secaraoral.
Vaksin Polio Trivalent yang terdiri dari
suspensi virus Poliomyelitis tipe 1, 2, dan
3 (strain Sabin) yang sudah dilemahkan,
dalam bentuk sediaan cair yang diberikan
secarainjeksi.
Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
poliomielitis pada neonatus, bayi dan
balita.
Untuk pencegahan poliomyelitis pada
neonatus, bayi dan anak
immunocompromised, kontak di
lingkungan keluarga dan pada individu di
mana vaksin polio oral menjadi kontra
indikasi.
Kontra-Indikasi
Neonatus, bayi dan balita dengan ● Sedang menderita demam, penyakit
akut atau penyakit kronis progresif.
● Hipersensitif pada saat pemberian
vaksin inisebelumnya.
● Penyakit demam akibat infeksi akut
(pemberian imunisasi IPV menunggu
sampai sembuh).
● Adanya alergi terhadap
Streptomycin.
muntah dan diare, dan gangguan
imunodefisiensi, atau tinggal
dengan dalam satu rumah dengan
pasien gangguan imunodefisiensi.
16. mon
tue
wed
thu
fri
Imunisasi Polio
Cara pemberian ● Secara oral (melalui mulut), 1 dosis (dua
tetes) sebanyak 4 kali (dosis) pemberian,
dengan interval setiap dosis minimal 4
minggu.
● Apabila bayi lahir di RB/RB Polio-0
bisa diberikan ketika bayi dipulangkan
● Disuntikkan secara intra muskular atau
subkutan dalam, dengan dosis pemberian
0,5 ml.
● Dari usia 2 bulan, 3 suntikan berturut-
turut 0,5 ml harus diberikan pada interval
satu ataudua bulan.
● IPV dapat diberikan setelah usia bayi 6, 10,
dan 14, sesuai dengan rekomendasi dari
WHO.
Efek samping Sangat jarang terjadi reaksi sesudah
imunisasi polio oral. Setelah mendapat vaksin
polio oral bayi boleh makan minum seperti
biasa. Apabila muntah dalam 30 menit segera
diberi dosis
ulang.
Reaksi lokal pada tempatpenyuntikan: nyeri,
kemerahan,indurasi, dan bengkak bisa terjadi
dalam waktu 48 jam setelahpenyuntikan
dan bisa bertahanselama satu atau dua hari.
Penanganan efeksamping Tidak perlu penanganan khusus. ● Pada reaksi lokal tidak perlu
penanganan khusus, akan sembuh atau
menghilangdengan sendirinya.
● Berikan minum lebih banyak (ASI).
● Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.
Bila perlu berikan paracetamol dengan
dosis 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam
(maksimal 6 kali dalam 24 jam).
● Jika bekas suntikan terasa nyeri dapat
dikompres air dingin.
● Masih diperbolehkan untuk dimandikan
atau hanya diseka dengan waslap yang
direndamair hangat.
17. mon
tue
wed
thu
fri
Imunisasi DPT-HB-HiB (Difteri
Pertusis Tetanus, Hepatitis B, Haemophilus
Influenzae Tipe B)
Deskripsi Vaksin DTP-HB-Hib digunakan untuk pencegahan terhadap
difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan), hepatitis B, dan infeksi
Haemophilus influenzae tipe B secara simultan.
Indikasi Imunisasi aktif dengan difteri, tetanus, pertusis dan Hib pada bayi
usia 2 bulan.
Kontra-Indikasi
Kejang atau gejala kelainan otak pada bayi baru lahir atau
kelainan saraf serius, hipersensitif terhadap komponen vaksin,
hipersensitif terhadap imunisasi D, P, T, Hib sebelumnya.
Cara pemberian
● Vaksin harus disuntikkan secara intramuskular pada
anterolateral paha atas.
● Satu dosis anak adalah 0,5 ml.
● Diberikan 3 dosis pada usia 6 bulan pertama yang dimulai
pada waktu bayi berusia 2 bulan, dilanjutkan pada bayi
berusia 3 dan4 bulan
● booster diberikan pada tahun kedua
18. mon
tue
wed
thu
fri
Imunisasi PCV (Pneumococcal Conjugate Vaccine)
Deskripsi Vaksin berisi protein konjugasi yang bertujuan mencegah
penyakit akibat infeksi bakteri Streptococcus Pneumoniae
ataulebih sering disebut kuman pneumokokus.
Indikasi
Neonatus, bayi dan balita yang memiliki risiko tinggi terserang
kuman pneumokokus, kelompok anak dengan penyakit
jantungbawaan, HIV, thalassemia, dan anak dengan keganasan
yang sedang mendapatkan kemoterapi serta kondisi medis lain
yang menyebabkan kekebalan tubuh berkurang.
19. mon
tue
wed
thu
fri
Imunisasi PCV (Pneumococcal Conjugate Vaccine)
Kontra-Indikasi Tidak ada kontraindikasi absolut, pemberian vaksin pada bayiyang
sedang demam dapat memengaruhi rasa nyaman bayi.
Cara pemberian
● Vaksin diberikan pada bayi mulai usia 2 bulan dengan interval 4-8
minggu dan diberikan selama 3 kali.
● Diberikan dalam 3 kali dosis dasar dan 1 kali dosis booster.
● Apabila pada usia 7-12 bulan vaksin belum diberikan, maka
berikan PVC sebanyak dua kali dengan interval 1 bulan dan
booster setelah usia 12 bulan dengan interval 2 bulan dari dosis
pertama.
● Apabila pada usia 1-2 tahun vaksin belum diberikan, maka
maka berikan PVC sebanyak dua kali dengan interval 2 bulan.
● Apabila pada usia 2-5 tahun vaksin belum diberikan, maka
maka berikan PVC10 sebanyak dua kali dengan interval 2
bulan, PVC13 diberikan sekali.
Efek samping
Reaksi lokal sementara, seperti bengkak, nyeri, dan kemerahan pada
lokasi suntikan, demam, hilang nafsu makan, irritabilitas (rewel).
Pada kasus berat dapat muncul reaksi alergi yang parah seperti kulit
ruam, sakit tenggorokan, detak jantung meningkat,
dan sulit bernafas (jarang terjadi).
20. mon
tue
wed
thu
fri
Imunisasi PCV (Pneumococcal Conjugate Vaccine)
Penanganan efek
samping
● Pada reaksi lokal tidak perlu penanganan khusus,
akan sembuhatau menghilang dengan sendirinya.
● Berikan minum lebih banyak (ASI).
● Jika demam, kenakan pakaian yang tipis. Bila perlu
berikan paracetamol dengan dosis 15 mg/kgBB
setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam).
● Jika bekas suntikan terasa nyeri dapat dikompres air
dingin.
● Masih diperbolehkan untuk dimandikan atau hanya
diseka dengan waslap yang direndam air hangat.
● Jika reaksi memberat dan menetap bawa bayi ke
dokter.
21. mon
tue
wed
thu
fri
Imunisasi Rotavirus
Deskripsi
Vaksin yang berisi rotavirus hidup yang sudah
dilemahkan, bermanfaat untuk mencegah penyakit yang
berkaitan dengan infeksi rotavirus, seperti diare
Indikasi
Pencegahan gastro-enteritis yang disebabkan Rotavirus
Serotipe
G1 dan non-G1 (seperti G2, G3, G4, G9).
Kontra-Indikasi
Riwayat hipersensitivitas, riwayat intususepsi, riwayat
severe combined immunodeficiency, dan riwayat
malformasi kongenital pada saluran cerna yang belum
ditata laksana.
22. mon
tue
wed
thu
fri
Imunisasi Rotavirus
Cara Pemberian
● Pemberian vaksin rotavirus dilakukan secara oral
sebanyak 2ml.
● Vaksin rotavirus monovalen diberikan sebanyak dua
kali. Dosis pertama saat anak berusia 6–14 minggu dan
dosis kedua diberikan setidaknya 4 minggu
berikutnya. Meski demikian, dosis kedua juga bisa
diberikan saat anak berusia 16 minggu atau paling
lambat ketika usianya 24 minggu.
● Vaksin rotavirus pentavalen diberikan sebanyak tiga
kali. Dosis pertama diberikan pada saat usia anak 2
bulan atau sekitar 6–10 minggu, sedangkan dosis
kedua dan ketiga diberikan dengan jarak 4–10
minggu setelah vaksin sebelumnya. Batas akhir
pemberian dosis ketiga untuk vaksin rotavirus
pentavalent adalah ketika usia anak mencapai 32
minggu
23. mon
tue
wed
thu
fri
Imunisasi Rotavirus
Efek Samping
Irritabilitas (rewel), kehilangan nafsu makan, diare, muntah,
kembung, nyeri perut, regurgitasi makanan (naiknya makanan
dari kerongkongan atau lambung tanpa disertai rasa mual),
demam, rewel, menangis, gangguan tidur, kelelahan, konstipasi.
Pada kasus berat dapat muncul reaksi alergi berat, seperti sulit
bernapas, mengi, wajah terlihat pucat, detak jantung cepat, dan
bahkan tinja berdarah (jarang terjadi).
Penanganan Efek Samping
● Berikan minum lebih banyak (ASI).
● Jika demam, kenakan pakaian yang tipis. Bila perlu berikan
paracetamol dengan dosis 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam
(maksimal 6 kali dalam 24 jam).
● Masih diperbolehkan untuk dimandikan atau hanya diseka
dengan waslap yang direndam air hangat.
● Jika reaksi memberat dan menetap bawa bayi ke dokter.
25. Imunisasi program antara satu negara dan negara lainnya berbeda-beda sesuai
dengan prioritas dan kondisi kesehatan dari negara tersebut. Salah satu
jenis imunisasi program yang dijalankan di Indonesia adalah imunisasi rutin
yang merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara terus-menerus
sesuai jadwal. Imunisasi rutin ini terdiri dari imunisasi dasar dan imunisasi
lanjutan. Progam imunisasi dasar dianjurkan diberikan pada neonatus dan
bayi denganrentang usia 0-11 bulan.
mon
tue
wed
thu
fri
JADWAL IMUNISASI