Dokumen tersebut membahas tentang penyakit diare pada anak, penyebabnya, dan upaya pencegahan. Faktor yang berkontribusi pada terjadinya diare antara lain tingkat pendidikan ibu dan perilaku hidup bersih. Promosi kesehatan yang dilakukan mendorong pentingnya mencuci tangan untuk mencegah penularan penyakit.
Ringkasan kegiatan posyandu lansia di Desa Kedaren adalah sebagai berikut:
1. Dilakukan pendataan lansia peserta posyandu meliputi nama, umur, berat badan, tekanan darah, gula darah, dan skor depresi menggunakan GDS.
2. Dilaksanakan penyuluhan kesehatan dan senam lansia.
3. Diberikan layanan kesehatan gratis seperti pengukuran gula darah.
Promosi kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit bertujuan untuk memberdayakan masyarakat agar mampu menjaga kesehatan secara mandiri dan mencegah penyakit, dengan melakukan berbagai kegiatan seperti penyuluhan, penyediaan informasi, dan advokasi bersama tokoh masyarakat. Kegiatan promosi kesehatan di Rumah Sakit juga bertujuan untuk melindungi pasien, meningkatkan pengetahuan keluarga pasien, dan men
Renpra asuhan keperawatan komunitas di RW 05 Kelurahan Kemiri Muka, Beji Depok ini membahas 6 diagnosa keperawatan utama yaitu hipertensi, TB paru, gizi kurang pada balita dan anak, rematik pada lansia, serta pembentukan karang wreda untuk lansia. Strategi yang digunakan meliputi pendidikan kesehatan, motivasi, demonstrasi, dan pembentukan kelompok untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit diare pada anak, penyebabnya, dan upaya pencegahan. Faktor yang berkontribusi pada terjadinya diare antara lain tingkat pendidikan ibu dan perilaku hidup bersih. Promosi kesehatan yang dilakukan mendorong pentingnya mencuci tangan untuk mencegah penularan penyakit.
Ringkasan kegiatan posyandu lansia di Desa Kedaren adalah sebagai berikut:
1. Dilakukan pendataan lansia peserta posyandu meliputi nama, umur, berat badan, tekanan darah, gula darah, dan skor depresi menggunakan GDS.
2. Dilaksanakan penyuluhan kesehatan dan senam lansia.
3. Diberikan layanan kesehatan gratis seperti pengukuran gula darah.
Promosi kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit bertujuan untuk memberdayakan masyarakat agar mampu menjaga kesehatan secara mandiri dan mencegah penyakit, dengan melakukan berbagai kegiatan seperti penyuluhan, penyediaan informasi, dan advokasi bersama tokoh masyarakat. Kegiatan promosi kesehatan di Rumah Sakit juga bertujuan untuk melindungi pasien, meningkatkan pengetahuan keluarga pasien, dan men
Renpra asuhan keperawatan komunitas di RW 05 Kelurahan Kemiri Muka, Beji Depok ini membahas 6 diagnosa keperawatan utama yaitu hipertensi, TB paru, gizi kurang pada balita dan anak, rematik pada lansia, serta pembentukan karang wreda untuk lansia. Strategi yang digunakan meliputi pendidikan kesehatan, motivasi, demonstrasi, dan pembentukan kelompok untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan
Promosi kesehatan di puskesmas dan rumah sakit bertujuan untuk meningkatkan perilaku hidup sehat masyarakat dengan memberdayakan mereka secara mandiri dan berkelompok. Kegiatannya meliputi penyuluhan, penyediaan informasi, dan advokasi kepada individu, keluarga, dan masyarakat di berbagai area puskesmas dan rumah sakit untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan.
1. Budaya Sunda seperti pantangan makan, adat istiadat, dan ritual memiliki pengaruh terhadap perilaku kesehatan ibu post partum di wilayah kerja Puskesmas Griya Antapani.
2. Penelitian menunjukkan 88% ibu post partum melakukan pantangan makan dan 96% melakukan upacara adat istiadat setelah melahirkan.
3. Praktik budaya ini berisiko menurunkan kesehatan ibu post partum.
Pembinaan kesehatan usia lanjut di panti werdhaMahzar Wahyudi
lansia perlu di perhatian selayak manusia seutuh nya. usahakan kesehatan lansia harus tetap optimal, meningkatakan kualitas hidup lansia, dan mempertahankan produktivitasnya
Posyandu Lansia bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan dan kualitas hidup lansia melalui pemeriksaan berkala, penyuluhan gizi, dan pelayanan kesehatan. Kegiatannya meliputi pencatatan data lansia, skrining kesehatan, penilaian kemandirian, dan pemberian makanan tambahan serta obat-obatan. Harapannya adalah lansia dapat menikmati masa tuanya dengan sejahtera.
1) Penelitian ini mengkaji hubungan antara intensitas merokok dan keparahan karies gigi pada pria Indonesia berusia 45-54 tahun berdasarkan data Riskesdas 2007.
2) Ditemukan bahwa semakin berat intensitas merokok seseorang, maka risiko terkena karies gigi parah semakin besar.
3) Perokok berat memiliki risiko karies gigi parah 1,7 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak pernah merokok.
MTBS adalah upaya untuk menurunkan angka kematian balita dengan peningkatan kualitas tata laksana secara terpadu melalui Manajemen Terpadu Balita Sakit di sarana kesehatan. Strategi MTBS mencakup penatalaksanaan penyakit utama balita seperti ISPA, diare, campak, malaria dan malnutrisi secara bersamaan. Tujuannya adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian balita terkait penyebab utama penyakit.
Analisis Masalah dalam Kebidanan Komunitas pjj_kemenkes
Modul ini membahas analisis masalah kesehatan reproduksi di Indonesia. Beberapa masalah kesehatan reproduksi yang dihadapi antara lain tingginya angka kematian ibu dan bayi, serta berat bayi lahir rendah. Hal ini disebabkan faktor-faktor seperti status sosial ekonomi dan pendidikan masyarakat yang rendah, keterbatasan sarana kesehatan, serta kurangnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kesehatan. Modul ini menjelask
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)/ Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)pjj_kemenkes
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) adalah strategi untuk mengurangi kematian dan penyakit pada anak di bawah lima tahun dengan fokus pada penyebab utama seperti diare, pneumonia, campak, dan malnutrisi. Tujuannya meliputi anak usia 2 bulan sampai 5 tahun serta tenaga kesehatan puskesmas. Keuntungan program ini termasuk mengurangi kasus ISPA, diare,
Dokumen tersebut membahas tentang Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) sebagai pendekatan untuk meningkatkan derajat kesehatan anak. Dokumen menjelaskan bahwa setiap tahun lebih dari 10 juta anak meninggal di dunia karena penyakit seperti pneumonia, diare, malaria, campak dan malnutrisi, dan bahwa implementasi MTBS telah terbukti dapat menurunkan angka kematian balita, memperbaiki status gizi, dan men
Dokumen tersebut membahas tentang stunting di Indonesia dan peran kesehatan lingkungan dalam penurunannya. Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang. Dokumen ini menjelaskan faktor-faktor penyebab stunting seperti sanitasi dan kebersihan lingkungan serta strategi penanggulangannya melalui program STBM dan PKGBM.
Promosi kesehatan di puskesmas dan rumah sakit bertujuan untuk meningkatkan perilaku hidup sehat masyarakat dengan memberdayakan mereka secara mandiri dan berkelompok. Kegiatannya meliputi penyuluhan, penyediaan informasi, dan advokasi kepada individu, keluarga, dan masyarakat di berbagai area puskesmas dan rumah sakit untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan.
1. Budaya Sunda seperti pantangan makan, adat istiadat, dan ritual memiliki pengaruh terhadap perilaku kesehatan ibu post partum di wilayah kerja Puskesmas Griya Antapani.
2. Penelitian menunjukkan 88% ibu post partum melakukan pantangan makan dan 96% melakukan upacara adat istiadat setelah melahirkan.
3. Praktik budaya ini berisiko menurunkan kesehatan ibu post partum.
Pembinaan kesehatan usia lanjut di panti werdhaMahzar Wahyudi
lansia perlu di perhatian selayak manusia seutuh nya. usahakan kesehatan lansia harus tetap optimal, meningkatakan kualitas hidup lansia, dan mempertahankan produktivitasnya
Posyandu Lansia bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan dan kualitas hidup lansia melalui pemeriksaan berkala, penyuluhan gizi, dan pelayanan kesehatan. Kegiatannya meliputi pencatatan data lansia, skrining kesehatan, penilaian kemandirian, dan pemberian makanan tambahan serta obat-obatan. Harapannya adalah lansia dapat menikmati masa tuanya dengan sejahtera.
1) Penelitian ini mengkaji hubungan antara intensitas merokok dan keparahan karies gigi pada pria Indonesia berusia 45-54 tahun berdasarkan data Riskesdas 2007.
2) Ditemukan bahwa semakin berat intensitas merokok seseorang, maka risiko terkena karies gigi parah semakin besar.
3) Perokok berat memiliki risiko karies gigi parah 1,7 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak pernah merokok.
MTBS adalah upaya untuk menurunkan angka kematian balita dengan peningkatan kualitas tata laksana secara terpadu melalui Manajemen Terpadu Balita Sakit di sarana kesehatan. Strategi MTBS mencakup penatalaksanaan penyakit utama balita seperti ISPA, diare, campak, malaria dan malnutrisi secara bersamaan. Tujuannya adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian balita terkait penyebab utama penyakit.
Analisis Masalah dalam Kebidanan Komunitas pjj_kemenkes
Modul ini membahas analisis masalah kesehatan reproduksi di Indonesia. Beberapa masalah kesehatan reproduksi yang dihadapi antara lain tingginya angka kematian ibu dan bayi, serta berat bayi lahir rendah. Hal ini disebabkan faktor-faktor seperti status sosial ekonomi dan pendidikan masyarakat yang rendah, keterbatasan sarana kesehatan, serta kurangnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kesehatan. Modul ini menjelask
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)/ Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)pjj_kemenkes
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) adalah strategi untuk mengurangi kematian dan penyakit pada anak di bawah lima tahun dengan fokus pada penyebab utama seperti diare, pneumonia, campak, dan malnutrisi. Tujuannya meliputi anak usia 2 bulan sampai 5 tahun serta tenaga kesehatan puskesmas. Keuntungan program ini termasuk mengurangi kasus ISPA, diare,
Dokumen tersebut membahas tentang Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) sebagai pendekatan untuk meningkatkan derajat kesehatan anak. Dokumen menjelaskan bahwa setiap tahun lebih dari 10 juta anak meninggal di dunia karena penyakit seperti pneumonia, diare, malaria, campak dan malnutrisi, dan bahwa implementasi MTBS telah terbukti dapat menurunkan angka kematian balita, memperbaiki status gizi, dan men
Dokumen tersebut membahas tentang stunting di Indonesia dan peran kesehatan lingkungan dalam penurunannya. Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang. Dokumen ini menjelaskan faktor-faktor penyebab stunting seperti sanitasi dan kebersihan lingkungan serta strategi penanggulangannya melalui program STBM dan PKGBM.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut meneliti hubungan antara kebiasaan mencuci tangan anak pra sekolah dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Pajang Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasi dengan sampel 81 ibu yang mempunyai anak berusia 3-5 tahun. Hasilnya menunjukkan ada hubungan antara kebiasaan mencuci tangan anak dengan ke
Diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Berdasarkan beberapa survei, angka kematian balita akibat diare mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Program pemberian obat cacing di Kecamatan Medan Helvetia bertujuan untuk mencegah dan mengurangi penyakit kecacingan pada anak. Target populasi program ini adalah anak sekolah dan pra sekolah. Program ini meliputi pemberian obat cacing, pengawasan perilaku hidup bersih dan sehat, serta integrasi dengan kegiatan UKS di sekolah. Hasilnya, program ini membantu menurunkan tingkat kecacingan di kalangan anak sekolah.
Selain sarana, diperlukan pendidikan kesehatan yang relevan dengan jenjang pendidikan di sekolah dasar, salah satunya terkait Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sekarang ini adalah bagaimana memfasilitasi kegiatan menstruasi. Seiring dengan meningkatnya status gizi, maka peserta didik perempuan di sekolah dasar sudah mengalami menstruasi. Kelompok ini perlu difasilitasi supaya dapat menjalankan periode menstruasinya secara nyaman di sekolah, termasuk dengan memberikan informasi yang tepat dan benar terkait tata laksana atau Manajemen Kebersihan Menstruasi (MHM).
Policy Brief Sanitasi Sekolah 2017 - UNICEF IndonesiaReza Hendrawan
Perbaikan kondisi Sanitasi Sekolah memerlukan penanganan yang lengkap dan terpadu, namun juga harus realistis dan terukur sehingga dapat dilaksanakan. Perbaikan Sanitasi Sekolah tidak dapat diselesaikan secara parsial. Selain sektor kesehatan dan pendidikan, Kementerian Dalam Negeri memiliki peran besar dalam mengkoordinir berbagai upaya penanganan sanitasi di sekolah.
Dokumen tersebut membahas peran desa dalam penanganan kesehatan masyarakat khususnya pencegahan stunting. Beberapa poin penting yang diangkat antara lain: (1) kondisi stunting di Indonesia masih tinggi dan merupakan masalah gizi kronis, (2) penyebab stunting multi faktor termasuk kurang gizi dan penyakit, (3) upaya yang dapat dilakukan desa meliputi pemberian makanan tambahan, sanitasi, posyandu
Dokumen tersebut membahas pengelolaan terintegrasi upaya penanggulangan gizi buruk pada balita, mencakup perencanaan, pengorganisasian, dan pelaksanaan penanggulangan secara terpadu antar sektor dan lingkup kerja. Dokumen ini juga menjelaskan empat komponen pengelolaan gizi buruk terintegrasi serta empat landasan pengelolaannya, yaitu akses layanan yang luas, deteksi dini kasus, tatalaksana yang tepat,
Dokumen tersebut membahas tentang obesitas di kalangan pelajar sekolah di Malaysia. Ia menjelaskan faktor-faktor penyebab obesitas seperti gaya hidup kurang aktif, pola makan tidak seimbang, dan lingkungan yang kurang mendukung gaya hidup sehat. Dokumen ini juga menyoroti masalah obesitas yang semakin meruncing di kalangan pelajar sekolah dan perlu diambil tindakan pencegahan."
Dokumen tersebut membahas tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) khususnya di rumah tangga. PHBS merupakan kumpulan perilaku yang diterapkan berdasarkan kesadaran untuk meningkatkan kesehatan diri sendiri dan orang lain. Dokumen tersebut menjelaskan berbagai aspek PHBS di rumah tangga seperti kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan hidup bersih dan sehat, serta peran kader dalam
Similar to IKM Promosi Kesehatan – Pencegahan Penyakit Diare dengan Mencuci Tangan (20)
3. “Menurut The United Nations
Children’s fund”
memperkirakan bahwa setiap
30 detik ada anak meninggal
akibat diare.
DIARE
LATAR
Urutan kelima dari 10 penyakit
utama,terutama pada pasien rawat
jalan di RS dan yang menjadi topik
yang paling sering diteliti secara
akademik di bidang Kesehatan
Masyarakat.
4. Pada Studi WHO Tahu 2007
kejadian diare Menurun 32%
45% dengan perilaku mencuci tangan memakai
sabun. 39% perilaku pengelolaan air minum yang aman di
rumah tangga. Sedangkan dengan mengintegrasikan ketiga
perilaku intervensi tersebut, kejadian diare menurun sebesar
94%.
Luza 2007 menyatakan bahwa
penyakit diare masih merupakan
salah satu penyakit berbasis
lingkungan, penyakit diare masih
merupakan masalah terbesar di
Indonesia karena masih buruknya
kondisi sanitasi dasar, lingkungan
fisik maupun rendahnya perilaku
masyarrakat untuk hidup bersih dan
sehat”.
ALASAN
7. Promosi Kesehatan kami lakukan 1 bulan yang lalu, yaitu
pada hari minggu 6 juni 2015 dan pada hari senin 7 Juni 2015.
PROMOSI KESEHATAN
PENCEGAHAN
Taman fotgrafi
Taman SUPER HERRO
SDN AL-BIRUNI
8. Metode Promosi Kesehatan
Promosi Kesehatan pencegahan penyakit diare yang
kami buat dalam bentuk audio video dengan durasi 05.29
detik akan di tampilkan melalui media sosial ( youtube )
dengan jangka waktu yang tidak ada batasnya.
9. Metode Evaluasi
1. Menanyakan pendapat terlebih dahulu tujuannya untuk
mengetahui sejauh mana masyarakat mengetahui pentingnya
mencuci tangan (diskusi langsung)
Didapatkan hasil masyarakat belum sepenuhnya mengetahui
mengenai pentingnya mencuci tangan terhadap penyakit
diare.
10. Masyarakat dapat memahami mengenai
penyebab terjadinya penyakit diare, penanganan diare,
dan pencegahan penyakit diare dengan cara mencuci
tangan dengan benar.
HASIL PROMOSI KESEHATAN
Pentingnya kesadaran orang tua dalam masalah penyakit diare
ini akan mengurangi presentase peningkatan penyakit diare
terutama di wilayah Kota Bandung.
hasil wawancara dan diskusi, mereka beranggapan bahwa
diare merupakan penyakit yang tidak menular, tetapi dikatakan
menular karena pengaruh dari lingkungan yang tidak bersih.
Masyarakat melakukan tindakan untuk pencegahan diare
dengan menjaga kebersihan baik kebersihan makanan dan
mencuci tangan sebelum makan.
11.
12. • Batasan Promosi Kesehatan pencegahan penyakit
diare ini adalah banyak nya orangtua tetutama Ibu yang
masih belum sadar akan pentingnya kesehatan sehingga
masih banyak orangtua/Ibu yangtidak mengikuti kegiatan
Promosi Kesehatan ini.
• Selain itu masih banyak orangtua yang menyepelekan
pencegahan penyakit diare dengan mencuci tangan yang
benar. Kedua hal ini yang menjadi batasan kami untuk
melakukan Promosi Keahatan, akan tetapi Promkes yang
kami lakukan akan terus berlangsung hingga mencapai
hasil yang diinginkan.
14. Kesimpulan
• Program Promosi Kesehatan Pencrgahan Diare yang kami lakukan di
Taman Super Hero dan SDN AL-BIRUNI masih belum menghilangkan
beberapa anggapan yang kurang tepat terhadap diare dan terhadap
pencegahan dan penanganan diare. Masyarakat belum dapat melihat
hubungan antara kejadian diare dengan lingkungan dan cara mencuci
tangan. Perencanaan yang dibuat kurang terpadu sehingga terdapat
perencanan ganda. Pelaksanaan kegiatan dilakukan sesuai dengan
ketersediaan dana dan perencanaan yang belum maksimal .
• Kebiasaan yang dimiliki masyarakat untuk mendapatkan informasi
kesehatan dengan menggunakan komunikasi secara langsung dengan
Tenaga Kesehatan.
• Media yang biasa dipergunakan untuk memperoleh informasi kesehatan
adalah buku, internet, televisi ataupun pengumuman lainnya.
• Kebutuhan masyarakat nengenai informasi diare adalah mengenai
semua hal yang berkaitan dengan diare, tetapi lebih dititikberatkan pada
pencegahan diare. Cara penyampaian yang dipilih adalah berbicara
langsung dihadapan masyarakat serta mempraktikan cara mencuci tangan
dengan benar.
15. Saran
• Materi untuk Promosi Kesehatan sebaiknya difokuskan
untuk menghilangkan berbagai anggapan yang kurang tepat
mengenai penyakit diare. Materi Promosi pencegahan diare
sebaiknya mencakup pengaruh lingkungan dan cara
mencuci tangan dengan benar terhadap terjadinya diare
dengan proses perencanaan kegiatan yang dilakukan
secara terpadu. Media tambahan yang seharusnya
dipergunakan adalah keterangan tertulis baik berupa
booklet, leaflet maupun folder yang dapat dipeljari bersama-
sama dan dibaca ulang lagi apabila membutuhkan.