3. Khusyunya Salafus Shalih
• Abu Bakar
• Imam Ahmad meriwatkan dari Mujahid bahwa Abdullah bin
Zubair ketika shalat, seolah-olah ia sebatang kayu karena
kyusyu’nya. Abu Bakar juga demikian.
• Umar bin Khathab
• Juga diriwayatkan ketika Umar melewati satu ayat (dalam
shalat). Ia seolah tercekik oleh ayat itu dan diam di rumah
hingga beberapa hari. Orang-orang menjenguknya karenanya
mengiranya sedang sakit.
• Utsman bin Affan
• Muhammad bin Sirin meriwayatkan, istri Utsman berkata
bahwa ketika Utsman terbunuh, malam itu ia menghidupkan
seluruh malamnya dengan Al-Qur’an.
• Ali bin Abi Thalib
• Dan adalah Ali bin Abi Thalib, ketika waktu shalat tiba ia begitu
terguncang dan wajahnya pucat. Ada yang bertanya, “Ada apa
dengan dirimu wahai Amirul Mukminin?” ia menjawab, “Karena
waktu amanah telah datang. Amanah yang disampaikan
kepada langit, bumi, dan gunung, lalu mereka sanggup
memikulnya dan aku sanggup.”
• Zainal Abidin bin Ali bin Husain
• Diriwayatkan pula ketika Zainal Abidin bin Ali bin Husain
berwudhu, wajahnya berubah dan menjadi pucat. Dan ketika
shalat, ia menjadi ketakutan. Ketika ditanya tentang hal itu ia
menjawab, “Tahukan anda di hadapan siapa anda berdiri?”
4. Atsar tentang ancaman bagi mereka yang
mengabaikan khusyu’
• Umar bin Khatthab
• Umar bin Khatthab ra pernah melihat seseorang yang
mengangguk-anggukkan kepalanya dalam shalat lalu ia
berkata, “Hai pemilik leher. Angkatlah lehermu! Khusyu; itu
tidak berada di leher namun berada di hati.”
• Ibnu Abbas
• “Kamu tidak mendapatkan apa-apa dari shalatmu selain apa
yang kamu mengerti darinya.”
• “Dua rakaat sederhana yang penuh penghayatan lebih baik
daripada qiyamul-lail namun hatinya lalai.”
• Salman
• “Shalat adalah takaran. Barangsiapa memenuhi takaran itu
akan dipenuhi (pahalanya) dan barangsiapa curang ia akan
kehilangan (pahalanya). Kalian telah tahu apa yang Allah
katakan tentang orang-orang yang curang terhadap takaran.”
• Hudzaifah
• “Hati-hatilah kalian terhadap kekhusyu’an munafik.” Ada yang
bertanya, “Apa yang dimaksud dengan kekhusyu’an munafik
itu?” Ia menjawab, “Yaitu orang yang kamu lihat jasadnya
khusyu’ namun hatinya tidak khusyu’.”
• Said bin Musayyib
• Ia melihat seseorang yang main-main dalam shalatnya lalu
berkata, “Kalau hati orang ini khusyu’ tentu raganya juga
khusyu’.”
5. PENGERTIAN
Secara Bahasa:
Pakar bahasa Ibnu
Faris rahimahullah mengatakan
خشع
:
على يدل ،ٌدواح ٌلأص والعين والشين الخاء
نُمطاَّتال
“Khusyu’: Menunjukkan pada makna tunduk,
merendahkan diri (lahir batin)”
Secara Istilah:
Syaikh As-Sa’di rahimahullah menafsirkan ayat di atas
(Al-Mu`minuun: 1-2):
وتطمئن
،نفسه
وتسكن
،حركاته
ويقل
،التفاته
متأدبا
بين
ي
دي
،ربه
مستحضرا
جميع
ما
يقوله
ويفعله
في
،صالته
من
أول
صالته
إلى
،آخرها
فتنتفي
بذلك
الوساوس
واألفكار
،الردية
وه
ذا
روح
،الصالة
والمقصود
،منها
وهو
الذي
يكتب
،للعبد
فالصالة
التي
ال
خشوع
فيها
وال
حضور
،قلب
وإن
كانت
مجزئة
مثابا
،عليها
فإن
الثواب
على
حسب
ما
يعقل
القلب
منها
.
“Khusyuk dalam shalat adalah hadirnya hati
(seorang hamba) di hadapan Allah Ta’ala,
menghayati kedekatan dengan-Nya, hingga tentram
hatinya karenanya, tenang jiwa dan gerakannya,
tidak banyak mengingat sesuatu di luar urusan
shalat, beradab di hadapan Rabb-nya, menghayati
seluruh apa yang ia ucapkan dan lakukan dalam
shalatnya, dari awal hingga selesai shalatnya,
sehingga hilang was-was (bisikan syaitan) dan
berbagai pikiran yang jelek. Inilah ruh dan maksud
shalat. Shalat yang seperti inilah yang ditulis
pahalanya bagi seorang hamba. Jadi shalat yang
tidak ada kekhusyukan dan tidak ada pula kehadiran
hati -walaupun shalat seperti itu sah dan diberi
pahala (pelakunya)- namun sesungguhnya pahala
shalat itu sesuai dengan kehadiran hati di dalam
mengerjakannya” (Tafsir As-Sa’di, hal. 637).
7. Mari Simak Hadis Berikut
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﺍﻟﺸ َﺮَﺑْﺩَﺃ ِﻥَﺍﺫَﻷِﺎﺑ َﻯِﺩُﻮﻧ َﺍﺫِﺇ
ُﻪَﻟ ُﻥَﺎﻄْﻴَّ
َﺍﺫَﻷﺍ َﻊَﻤْﺴَﻳ َﻻ َﻰّﺘَﺣ ٌﻁَﺍﺮُﺿ
َﻰِﻀُﻗ َﺍﺫِﺈَﻓ َﻥ
ِﺑ َﺏِّﻮُﺛ َﺍﺫِﺈَﻓ َﻞَﺒْﻗَﺃ ُﻥَﺍﺫَﻷﺍ
َﺍﺫِﺈَﻓ َﺮَﺑْﺩَﺃ َﺎﻬ
ْﻄﺨَﻳ َﻞَﺒْﻗَﺃ ُﺐِﻳﻮْﺜَّﺘﺍﻟ َﻰِﻀُﻗ
ِﺀْﺮَﻤْﻟﺍ َﻦْﻴَﺑ ُﺮُ
“Apabila azan dikumandangkan, maka setan
berpaling sambil kentut hingga dia tidak
mendengar azan tersebut. Apabila azan selesai
dikumandangkan, maka ia pun kembali. Apabila
dikumandangkan iqamah, setan pun berpaling
lagi. Apabila iqamah selesai dikumandangkan,
setan pun kembali, ia akan melintas di antara
seseorang dan nafsunya”
(HR. Bukhari no. 608 dan Muslim no. 389).
8. Mari Simak Hadis Berikut
Ibnu Rajab menjelaskan,
ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﻓﻲ
:
ﺍﻷﺫﺍﻥ ﻓﻀﻞ ﻋﻠﻰ ﺩﻟﻴﻞ
،
ﻳﻄﺮﺩ ﻭﺃﻧﻪ
ﺿﺮﺍﻁ ﻭﻟﻪ ﻋﻨﺪﻩ ﻳﺪﺑﺮ ﺣﺘﻰ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ
،
ﻳﺴﻤﻊ ﻻ ﺑﺤﻴﺚ
ﺍﻟﺘﺄﺫﻳﻦ
.
ﺳﻮﺍﺀ ﻫﺬﺍ ﻓﻲ ﻭﺍﻹﻗﺎﻣﺔ ﻭﺍﻷﺫﺍﻥ
.
“Hadits ini menjelaskan dalil
keutamaan azan dan setan lari
dari adzan sampai-sampai setan
mengeluarkan kentut agar tidak
mendengar adzan. Sama saja
halnya ketika adzan dan iqamah
(setan juga lari)”
(Fahul Bari libni Rajab 5/215)
9. 2 KARAKTER SHOLAT KHUSYU’
• Kehadiran hati saat shalat secara totalitas
menghadap Allah Ta’ala
• Menghadirkan hati penuh cinta, takut dan
harap kepada Allah Ta’ala
• Merasakan kedekatan dengan-Nya dan
tentram hatinya serta konsentrasi penuh
menghayati seluruh apa yang ia ucapkan
dan lakukan dalam shalatnya
Khusyu’
Hati
• Ketenangan gerakan dalam shalat
• Beradab dan tidak tergesa-gesa dalam
mengucapkan dzikir dan do’a.
• Ketundukan pandangan ke arah tempat
sujud
• Tidak menoleh ke atas atau ke samping
• Semua anggota tubuh sesuai posisinya
masing-masing pada setiap gerakan shalat
dengan tepat dan tidak disibukkan dengan
gerakan sia-sia
Khusyu’
Badan
10. Mari Simak Ayat Berikut
وُنِمْؤُمْال َحَلْفَأ ْدَق
َن
ِت َ
َلَص يِف ْمُه َينِذَّال
َونَُُِِشَ ْمِِه
“Sesungguhnya
beruntunglah orang-orang
yang beriman, yaitu orang-
orang yang khusyuk dalam
shalatnya”
(Al-Mu`minuun: 1-2).
12. Mari Simak Ayat Berikut
ٌة َ
الَص ُهُرُضْحَت ٍمِلْسُم ٍئ ِ
رْام ِنِم اَم
ُو ُنِسْحُيَف ٌةَبوُتْكَم
اَهَءوُض
ِإ اَهَعوُكُر َو اَهَعوُشُخ َو
َْتناَك َّ
ال
ِم اَهَلْبَق اَمِل ًةَارَّفَك
َل اَم ِبوُنُّذال َن
ْم
َكِلَذ َو ًةَيرِبَك ِتْؤُي
ُهَّلُك َرْهَّدال
“Tidaklah seorang muslim
mendapati shalat wajib,
kemudian dia menyempurnakan
wudhu`, khusyu’ dan ruku’nya,
kecuali akan menjadi
penghapus bagi dosa-dosanya
yang telah lalu, selama tidak
melakukan dosa besar; dan ini
untuk sepanjang masa.
13. Mari Simak Ayat Berikut
ْنَع ْمُه َينِذَّال َينِلَصُمْلِل ٌلْي َوَف
َونُهشَس ْمِِهِت َ
َلَص
“Maka celakalah orang-
orang shalat, yaitu
orang-orang yang lalai
dari shalatnya”
(Al-Maun: 4-5)
14. RENUNGAN
Khusyu’ adalah puncak
mujahadah dalam beribadah,
hanya dimiliki oleh mukmin yang
selalu bersungguh-sungguh dalam
muraqabatullah. Khusyu’
bersumber dari dalam hati yang
memiliki iman kuat dan sehat.
Maka khusyu’ tidak dapat dibuat-
buat atau direkayasa oleh orang
yang imannya lemah. Pernah ada
seorang laki-laki berpura-pura
shalat dengan khusyu’ di hadapan
umar bin Khatthab ra. dan ia
menegurnya, “Hai pemilik leher.
Angkatlah lehermu! Khusyu; itu
tidak berada di leher namun
berada di hati.”
Editor's Notes
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’. (Yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.” (Al-Baqarah: 45-46).
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’. (Yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.” (Al-Baqarah: 45-46).
Allah berfirman,
فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ
“Maka celakalah orang-orang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya” (Al-Maun: 4-5)
Shalat yang tidak khusyu’ merupakan ciri shalatnya orang-orang munafik. Seperti yang Allah firmankan,
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا
“Sessungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, padahal Allah (balas) menipu mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri malas-malasan, mereka memamerkan ibadahnya kepada banyak orang dan tidak mengingat Allah kecuali sangat sedikit” (An-Nisa’:142).
Rasulullah saw. bersabda,
تِلْكَ صَلَاةُ الْمُنَافِقِ يَجْلِسُ يَرْقُبُ الشَّمْسَ حَتَّى إِذَا كَانَتْ بَيْنَ قَرْنَيْ الشَّيْطَانِ قَامَ فَنَقَرَهَا أَرْبَعًا لَا يَذْكُرُ اللَّهَ فِيهَا إِلَّا قَلِيلًا
“Itulah shalat orang munafiq, ia duduk-duduk menunggu matahari sampai ketika berada di antara dua tanduk syetan, ia berdiri kemudian mematok empat kali, ia tidak mengingat Allah kecuali sedikit.” (Diriwayatkan Al-Jama’ah kecuali Imam Bukhari)
Allah berfirman,
فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ
“Maka celakalah orang-orang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya” (Al-Maun: 4-5)
Shalat yang tidak khusyu’ merupakan ciri shalatnya orang-orang munafik. Seperti yang Allah firmankan,
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا
“Sessungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, padahal Allah (balas) menipu mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri malas-malasan, mereka memamerkan ibadahnya kepada banyak orang dan tidak mengingat Allah kecuali sangat sedikit” (An-Nisa’:142).
Rasulullah saw. bersabda,
تِلْكَ صَلَاةُ الْمُنَافِقِ يَجْلِسُ يَرْقُبُ الشَّمْسَ حَتَّى إِذَا كَانَتْ بَيْنَ قَرْنَيْ الشَّيْطَانِ قَامَ فَنَقَرَهَا أَرْبَعًا لَا يَذْكُرُ اللَّهَ فِيهَا إِلَّا قَلِيلًا
“Itulah shalat orang munafiq, ia duduk-duduk menunggu matahari sampai ketika berada di antara dua tanduk syetan, ia berdiri kemudian mematok empat kali, ia tidak mengingat Allah kecuali sedikit.” (Diriwayatkan Al-Jama’ah kecuali Imam Bukhari)
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’. (Yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.” (Al-Baqarah: 45-46).
Allah berfirman,
فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ
“Maka celakalah orang-orang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya” (Al-Maun: 4-5)
Shalat yang tidak khusyu’ merupakan ciri shalatnya orang-orang munafik. Seperti yang Allah firmankan,
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا
“Sessungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, padahal Allah (balas) menipu mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri malas-malasan, mereka memamerkan ibadahnya kepada banyak orang dan tidak mengingat Allah kecuali sangat sedikit” (An-Nisa’:142).
Rasulullah saw. bersabda,
تِلْكَ صَلَاةُ الْمُنَافِقِ يَجْلِسُ يَرْقُبُ الشَّمْسَ حَتَّى إِذَا كَانَتْ بَيْنَ قَرْنَيْ الشَّيْطَانِ قَامَ فَنَقَرَهَا أَرْبَعًا لَا يَذْكُرُ اللَّهَ فِيهَا إِلَّا قَلِيلًا
“Itulah shalat orang munafiq, ia duduk-duduk menunggu matahari sampai ketika berada di antara dua tanduk syetan, ia berdiri kemudian mematok empat kali, ia tidak mengingat Allah kecuali sedikit.” (Diriwayatkan Al-Jama’ah kecuali Imam Bukhari)
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’. (Yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.” (Al-Baqarah: 45-46).