SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
Hukumdan Kode EtikPers
PEMBAHASAN
A. HUKUM DAN KODE ETIK PERS
1. Hukum
Wienermendefinisikanhukumadalah: sebagai suatusistempengawasanperilaku(ethical
control) yangditerapkanterhadapsistemkomunikasi.Wujudhukumadalahnorma,dan normaitu
merupakanprodukdari suatupusat kekuasaanyangmemiliki kewenanganuntukmenciptakandan
menerapkanhukum.
Menurutparadigmahukum,hukummerupakanperintahsearahdari penguasa.
Hukum dianggap perintahyangharusdi taati oleh masyarakat.Masyarakat tidakdapat
menyimpangi apayangdiharuskanolehhukumkarenapenyimpanganakanmengakibatkansankai
hukumkepadamereka.Hakikatsanksi hukumadalahpaksaanuntukmembuatmasyarakatpatuh
terhadapperintahhukum.
Dalampandanganmasyarakat,hukumberhubungandengansanksi,dansanki berhubunganpula
denganhukum.Sanksi adalahreaksi,akibat,ataukonsekuensi pelanggarankaidahsosial.Menurut
Paul Bohanan,sanksi merupakanperangkatyangmengaturbagaimanalembaga-lembagahukum
mencampuri suatu masalah untukdapatmemeliharasuatusystemsosial,sehinggamemungkinkan
warga masyarakathidupdalamsistem itusecaratenangdan dalamcara-cara yangdapat
diperhitungkan.
Denganadanyasanksi,makatujuanhukumdiharafkandapattercapai.MenurutMarwan Mas,
keberadaanhukumdalammasyarakat,sebenarnyatidakhanyadapatdiartikansebagai saranauntuk
menertibkankehidupanmasyarakat,tetapi jugadijadikansaranayangmampuberubahpolafikirdan
polaperilakuwargamasyarakat.pudarnyakepercayaanmasyarakatterhadaphukumakibattujuan
hukumtidaktercapai,sangatbergantungpadapraktikhukum(HarisSumadira,2008:224-225).
Dalamsejarahperkembangan ilmuhukum, MarwanMas menyebutkan,dikenal tigajenisaliran
konvensional tentangtujuanhukum,yakni aliranetis,aliranutulitis,danalirannormative dogmatic.
Berikutpenjelasantentangketigaalirantersebut:
a) AliranEtis
AliranEtisadalahaliranyang menganggapbahwapadadasarnyatujuanhukumituadalah semata-
mata untukmencapai keadilan.Salahsatupenganutaliranetisini adalahAristotelesyang
menganggapkeadilanterbagidalamduajenis:
1. KeadilanDistributif,yaitukeadilanyangmemberikankepadasetiaporangjatah
menurut jasanya.Artinyakeadilaninitidakmenuntutsupayasetiaporangmendapat bagaianyang
sama banyaknya atau bukan persamaannya,melainkankesebandinganberdasarkanprestasi dan
jasa seseorang.
2. Keadilan komutatif,yaitukeadilanyangmemberikankepadasetiaporangsamabanyaknya,
tanpa mengingat jasa- jasaseseorangperseoranagn.Artinyahukummenuntutadanyasuatu
persamaandalammemperolehprestasiatassuatuhal tanpa memperhitungkanjasaperseorangan.
b) AliranUtilitas
Aliranutilitasadalahaliranyangmenganggapbahwapadadasarnyatujuanhukumadalahsemata-
mata untukmenciftakankemanfaatanataukebahagiaanwargamasyarakat.Aliranini antaralain
dianutolehJeremi Bentham,JamesMill,JhonStuartMill,danSeobekti.Jeremi Bentham
berpendapat,tujuanhukumadalahmenjaminadanyakebahagiaanyangsebanyak-banyaknya
kepadaorang sebanyak-banyaknyapula.
c) AliranNormatif-Dogmatik
Alirannormatif-dogmatkialahaliranyangmengannggapbahwapadaasasnyahukumadalahsemata-
mata untukmenciftakankepastianhukum.Salahsatupenganut aliranini adalahJhonAustindan
VanKan, yangbersumberdari pemikiranyangpositivisyang lebihmelihathukumsebagai sesuatu
yang otonomatauhukum dalambentukperaturantetulis.Artinya,karenahukumituotonom
sehinggatujuanhukumsemata-matauntukkepastianhukumdalammelegalkankepastianhakdan
kewajibanseseorang.MenurutvanKan,tujuanhukumadalah menjagakepentinganmanusiaagar
tidakdiganggu dan terjaminkepastiannya.(Haris,2008:227).
2. Kode etik
a. Kode EtikJurnalistik
Kode etikjurnalistikadalahhimpunanetikaprofesi kewartawanan,kode etikyangdimaksudantara
lainsebagai berikut:
1. Menginformasikanataumenyampaikanyangbenar,tidakberbohongdanmerekayasaatau
manipulasi fakta.DalamQ.S.Al-Hajj:30disebutkanyangartinya”…danjauhilahperkataan-perkataan
dusta.
2. Meneliti kebenaranberita/faktasebelumdi publikasikanaliasmelakukan chekandrecheck.
3. Hindari olok-olok,penghinaan,mengejek,ataucaci maki sehinggamenumbuhkanpermusuhan
dan kebencian.
4. Hindarkanprasangkaburuk(suuzhan).Dalamistilahhukum,pegangteguh“asaspradugatak
bersalah”(AsepSyamsul,2009 :124).
b. Kode EtikWartawan Indonesia(KEWI)
Kemerdekaanpersmerupakansaranaterpenuhinyahakasasi manusiauntukberkomunikasi dan
memperolehinformasi.Dalammewujudkankemerdekaanpers,wartawanIndonesiamenyadari
adanyatanggung jawabsocial sertakeberagamanmasyarakat.
Guna menjamintegaknyakebebasanperssertaterpenuhinyahak-hakmasyarakatdiperlukan suatu
landasanmoral/etikaprofesi yangbiasmenjadi pedomanoperasionaldalammenegakkanintegritas
dan propesionalitaswartawan,Atasdasaritu,wartawanIndonesiamenetapkanKodeetik sebagai
berikut:
1. Wartawan Indonesiamenghormati hakmasyarakatuntukmemperolehinformasiyangbenar
2. Wartawan Indonesia menempuhcarayangetisuntukmemperolehdanmenyiarkaninformasi
sertamemberikanidentitaskepadasumberinformasi.
3. Wartawan Indonesia menghormati asaspradugatakbersalahdengantidakmencampurkan
faktadan opini,berimbangdanselalumeneliti kebenaraninformasi
4. Wartawan Indonesiatidakmenyiarkan informasi yangbersifatdusta,fitnah,sadisdancabul.
Sertatidakmenyebutkanidentitaskorbankejahatansusila.
5. Wartawan Indonesiatidakmenyalahgunakanprofesidantidakmenerimasuap
6. Wartawan Indonesia memiliki haktolak,menghargai ketentuanembargo,informasi
latar belakang,danoff the recordssesuai kesepakatan.
7. Wartawan Indonesiasegeramencabutmeralatkekeliruandalampemberitaansertamelayani
hak jawab(Nurudin,2001 : 151).
Kesimpulan
hukumadalah: sebagai suatusistempengawasanperilaku(ethical control) yangditerapkan
terhadapsistemkomunikasi.Wujudhukumadalahnorma,dannormaitu merupakanprodukdari
suatupusat kekuasaanyangmemiliki kewenanganuntukmenciptakandanmenerapkanhukum.
Dalamsejarahperkembangan ilmuhukum, MarwanMas menyebutkan,dikenal tigajenisaliran
konvensional tentangtujuanhukum,yakni aliranetis,aliranutulitis,danalirannormative dogmatic.
Kode EtikJurnalistik
Kode etikjurnalistikadalahhimpunanetikaprofesi kewartawanan,kode etikyangdimaksudantara
lainsebagai berikut:Menginformasikanataumenyampaikanyangbenar,tidakberbohong dan
merekayasaataumanipulasi fakta.DalamQ.S.Al-Hajj:30disebutkanyangartinya”…danjauhilah
perkataan-perkataandusta.Meneliti kebenaranberita/faktasebelumdi publikasikanalias
melakukan chekandrecheck.Hindari olok-olok,penghinaan,mengejek, ataucaci maki sehingga
menumbuhkanpermusuhandankebencian.
Kode EtikWartawan Indonesia(KEWI),wartawanIndonesiamenetapkanKode etik sebagai berikut:
· WartawanIndonesiamenghormati hakmasyarakatuntukmemperolehinformasi yangbenar
· WartawanIndonesia menempuhcarayangetisuntukmemperolehdanmenyiarkaninformasi
sertamemberikanidentitaskepadasumberinformasi.
· WartawanIndonesia menghormatiasaspradugatak bersalahdengantidakmencampurkan
faktadan opini,berimbangdanselalumeneliti kebenaraninformasi
· WartawanIndonesiatidakmenyiarkan informasi yangbersifatdusta,fitnah,sadisdancabul.
Sertatidakmenyebutkanidentitaskorbankejahatansusila.
· WartawanIndonesiatidakmenyalahgunakanprofesi dantidakmenerimasuap
· WartawanIndonesia memiliki haktolak,menghargai ketentuanembargo,informasi
latar belakang,danoff the recordssesuai kesepakatan.
· WartawanIndonesiasegeramencabutmeralatkekeliruandalampemberitaansertamelayani
hak jawab.
Daftar Pustaka
SumadiraHaris,2008, JurnalistikIndonesia,Jakarta: PenerbitBumi Aksara.
Syamsul Asep,2009, JurnalistikPraktis, Bandung:PenerbitRemajaRosdakarya.
Nurudin,2007, HubunganMedia “KonsepDiri” Semarang:PenerbitRajawali Pers.
Penerapan Kode Etik Jurnalistik dalam Meningkatkan Kinerja Profesinya
by. Muliadi Nur
Pers adalah merupakan sebuah dan salah satu lembaga yang sangat urgen dalam ikut serta mencerdaskan
serta membangun kehidupan bangsa, yang hanya dapat terlaksana jika pers memahami tanggung jawab
profesinya serta norma hukum guna meningkatkan peranannya sebagai penyebar informasi yang obyektif,
menyalurkan aspirasi rakyat, memperluas komunikasi dan partisipasi masyarakat, terlebih lagi me lakukan
kontrol sosial terhadap fenomena yang timbul berupa gejala-gejala yang dikhawatirkan dapat memberi suatu
dampak yang negatif.
Profesi adalah suatu pekerjaan yang dimiliki seseorang dengan pendidikan dan mempunyai sifat mandiri,
seperti halnya dalam bidang/pekerjaan jurnalistik. Olehnya diperlukan adanya suatu kode etik bagi seorang
jurnalistik sebagai pedoman serta pegangan, karena etika merupakan sesuatu yang lahir dan keluar dari hati
nurani seseorang, yang sangat diharapkan dapat mendorong serta memberi pengaruh positif dalam
menjalankan tugas serta tanggung jawabnya sesuai profesi yang dijalankannya.
Berbicara masalah etika, khususnya dalam profesi jurnalistik (wartawan) sangatlah menghadapi tantangan
yang besar terlebih dalam era globalisasi. Dari satu sisi, kemajuan dan perubahan teknologi mendorong
perubahan nilai-nilai moral dan etika, dengan demikian makin kompleksnya masyarakat makin banyak dilema
moral yang harus dipertimbangkan, di sisi lain hal ini menjadikan semakin sulitnya untuk menimbang secara
jernih apa yang etis serta apa yang tidak etis. Hal ini paling tidak menjadikan etika sulit ditegakkan, meski
etika juga semakin penting untuk menjaga kepentingan profesi.
Keberadaan dan pelaksanaan kode etik jurnalistik sebagai norma atau disebut landasan moral profesi
wartawan dikaitkan dengan nilai-nilai Pancasila, oleh karena kode etik jurnalistik merupakan kaidah penentu
bagi para jurnalis dalam melaksanakan tugasnya, sekaligus memberi arah tentang apa yang seharusnya
dilakukan serta yang seharusnya ditinggalkan. Namun walau demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam
praktek sehari-hari masih terdapat (tidak semuanya) berbagai penyimpangan-penyimpangan terhadap kode
etik jurnalistik maupun terhadap ketentuan-ketentuan lain (norma-norma hukum) yang berlaku bagi profesi
ini.
Hal ini barangkali dapat dimaklumi, sebab mereka yang berkecimpung di dalam dunia jurnalistik adalah
manusia, sama halnya dengan profesi lainnya. Demikian pula bahwa terkadang suatu keadaan dan kondisi
tertentu ikut mempengaruhi banyak hal di dalam bidang ini, sehingga mungkin saja memunculkan suatu
pemikiran, bahwa diperlukan adanya perubahan-perubahan di dalam kode etik itu sendiri atau kesadaran
manusianya yang perlu ditingkatkan.
Pengertian Kode Etik Profesi
Keiser dalam (Suhrawardi Lubis, 1994: 6-7), etika profesi adalah sikap hidup berupa keadilan untuk
memberikan pelayanan profesional terhadap masyarakat dengan ketertiban penuh dan keahlian sebagai
pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat.
Sedang Magnis Suseno (1991: 70) membedakan profesi sebagai profesi pada umumnya dan profesi luhur.
Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang
mengandalkan suatu keahlian khusus. Pengertian profesi tersebut adalah pengertian profesi pada umumnya,
sebab disamping itu terdapat pula yang disebut sebagai profesi luhur, yaitu profesi yang pada hakikatnya
merupakan suatu pelayanan pada manusia atau masyarakat.
Tujuan Etika Profesi
Suhrawadi Lubis (1994: 13) menyatakan bahwa yang menjadi tujuan pokok dari rumusan etika dalam kode
etik profesi antara lain :
a. Standar-standar etika, yang menjelaskan dan menetapkan tanggung jawab kepada lembaga dan
masyarakat umum.
b. Membantu para profesional dalam menentukan apa yang harus mereka perbuat dalam mengahadapi dilema
pekerjaan mereka.
c. Standar etika bertujuan untuk menjaga reputasi atau nama para profesional.
d. Untuk menjaga kelakuan dan integritas para tenaga profesi.
e. Standar etika juga merupakan pencerminan dan pengharapan dari komunitasnya, yang menjamin
pelaksanaan kode etik tersebut dalam pelayanannya.
Fungsi Etika Profesi
Fungsi etika profesi antara lain:
a. Sebagai sarana kontrol sosial;
b. Mencegah pengawasan atau campur tangan pihak luar;
c. Untuk membangun patokan kehendak yang lebih tinggi.
Pengertian Jurnalistik
Pada prinsipnya jurnalistik merupakan cara kerja media massa dalam mengelola dan menyajikan informasi
kepada khalayak, yang tujuannya adalah untuk menciptakan komunikasi yang efektif, dalam arti
menyebarluaskan informasi yang diperlukan. Jurnalistik sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu diurna dan
dalam bahasa Inggris journal yang berarti catatan harian.
Adinegoro mengatakan bahwa jurnalistik adalah kepandaian, kecerdasan, keterampilan dalam menyampaikan,
mengelola dan menyebarluaskan berita, karangan, artikel, kepada khalayak seluas-luasnya dan secepat-
cepatnya. Sedang dalam kamus Jurnalistik (1988: 9) dijelaskan bahwa jurnalistik adalah suatu kegiatan untuk
menyiapkan, mengedit dan menulis untuk surat kabar atau majalah atau yang berkala lainnya.
Sehubungan dengan pengertian kode etik di atas, menurut maka UU. No. 40 Tahun 1999 Bab 1 Pasal 1 Poin
14, bahwa “Kode Etik Jurnalistik adalah himpunan etika profesi kewartawanan”, sedang wartawan dalam point
4 dinyatakan sebagai “orang yang secara teratur melakukan kegiatan jurnalistik”.
Pembahasan
Suatu kegiatan jurnalistik dapat dikatakan berkualitas apabila memiliki suatu karakter, kemampuan teknis,
bobot dan kualitas ide yang dibawakan serta dari segi manajemen yang profesional.
Sesuatu hal yang sangat penting di dalam dunia jurnalistik adalah menyangkut masalah pemberitaan. Olehnya
suatu media atau penerbitan dapat dikatakan baik jika berita atau informasi serta hal-hal yang disajikannya
juga baik. Guna menunjang hal tersebut, terdapat beberapa faktor yang selayaknya diperhatikan dengan baik,
antara lain fakta, opini serta desas-desus.
Fakta adalah sesuatu yang benar-benar terjadi. Jika seseorang membuat suatu pernyataan, maka yang
menjadi faktanya adalah orang yang menyampaikan pernyataan tersebut, sampai kemudian pernyataan
tersebut dapat dibuktikan dengan jelas, sehingga apabila diangkat sebagai suatu berita, kebenaran serta
sumbernya terjamin dan dapat dipercaya.
Adapun opini adalah suatu analisa atau pendapat dan terkadang pula berupa ulasan-ulasan seorang wartawan
yang kerap muncul di setiap media dalam bentuk suatu tajuk rencana, kolom/rubrik ataupun sorotan dan lain-
lain, yang disertai dengan nama penulisnya. Para pembaca umumnya membutuhkan adanya suatu
pendapat/opini yang disajikan secara jelas guna membantu mereka dalam menilai suatu berita serta
membentuk opini tersendiri.
Sedang desas-desus adalah pernyataan yang dibuat oleh sumber berita atau wartawan, tetapi tanpa didasari
oleh otoritas yang cukup memadai, dan sering terjadi muncul pemberitaan yang tidak disebutkan sumbernya
secara jelas.
Kode Etik Jurnalistik
Kode etik merupakan prinsip yang keluar dari hati nurani setiap profesi, sehingga pada tiap tindakannya,
seorang yang merasa berprofesi tentulah membutuhkan patokan moral dalam profesinya. Karenanya suatu
kebebasan termasuk kebebasan pers sendiri tentunya mempunyai batasan, dimana batasan yang paling utama
dan tak pernah salah adalah apa yang keluar dari hati nuraninya. Dalam hal ini, kebebasan pers bukan bukan
saja dibatasi oleh Kode Etik Jurnalistiknya akan tetapi tetap ada batasan lain, misalnya ketentuan menurut
undang-undang.
Pada prinsipnya menurut Undang-undang No. 40 Tahun 1999 menganggap bahwa kegiatan
jurnalistik/kewartawanan merupakan kegiatan/usaha yang sah yang berhubungan dengan pengumpulan,
pengadaan dan penyiaran dalam bentuk fakta, pendapat atau ulasan, gambar-gambar dan sebagainya, untuk
perusahaan pers, radio, televisi dan film.
Guna mewujudkan hal tersebut dan kaitannya dengan kinerja dari pers, keberadaan insan-insan pers yang
profesional tentu sangat dibutuhkan, sebab walau bagaimanapun semua tidak terlepas dari insan-insan pers
itu sendiri. Olehnya, seorang wartawan yang baik dan profesional sedapat mungkin memiliki syarat-syarat,
yaitu : bersemangat dan agresif, prakarsa, berkepribadian, mempunyai rasa ingin tahu, jujur, bertanggung
jawab, akurat dan tepat, pendidikan yang baik, hidung berita dan mempunyai kemampuan menulis da n
berbicara yang baik.
Pada bab pembukaan kode etik jurnalistik dinyatakan bahwasanya kebebasan pers adalah perwujudan
kemerdekaan menyatakan pendapat sebagaimana tercantum dalam Pasal 28 UUD 1945, yang sekaligus pula
merupakan salah satu ciri negara hukum, termasuk Indonesia. Namun kemerdekaan/kebebasan tersebut
adalah kebebasan yang bertanggung jawab, yang semestinya sejalan dengan kesejahteraan sosial yang dijiwai
oleh landasan moral. Karena itu PWI menetapkan Kode Etik Jurnalistik yang salah satu landasannya adalah
untuk melestarikan kemerdekaan/kebebasan pers yang bertanggung jawab, disamping merupakan landasan
etika para jurnalis. Di antara muatan Kode Etik Jurnalistik adalah:
KEPRIBADIAN WARTAWAN INDONESIA
Wartawan Indonesia adalah warga negara yang memiliki kepribadian, yaitu : bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berjiwa Pancasila, taat pada UUD 1945, bersifat kesatria, menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia
dan berjuang untuk emansipasi bangsa dalam segala lapangan, sehingga dengan demikian turut bekerja ke
arah keselamatan masyarakat Indonesia sebagai anggota masyarakat bangsa-bangsa.
PERTANGGUNGJAWABAN
Bahwa seorang wartawan Indonesia dengan penuh rasa tanggung jawab dan bijaksana mempertimbangkan
perlu/patut atau tidaknya suatu berita, tulisan, gambar, karikatur dan sebagainya disiarkan.
Kaitannya dengan hal di atas, dalam kenyataan yang ada masih terdapat banyak media cetak yang memuat
berita atau gambar yang secara jelas bertentangan dengan kehidupan sosial yang religius. Namun walau
demikian tampaknya gejala ini oleh sebagian kalangan dianggap sebagai suatu kewajaran dalam rangka
mengikuti perkembangan zaman, sehingga batasan-batasan etika dan norma yang harusnya dikedepankan,
menjadi kabur bahkan tidak lagi menjadi suatu pelanggaran kode etik, maupun norma/aturan hukum yang
ada.
Sebagaimana dalam Pasal 5 ayat (1) UU. No. 40/1999 disebutkan bahwa “Pers nasional berkewajiban
memberikan peristiwa dan opini dengan menghormati norma-norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat
serta asas praduga tak bersalah”. Serta ditambahkan lagi dalam Pasal 13 yang memuat larangan tentang
iklan, yaitu iklan yang memuat unsur : Mengganggu kerukunan hidup antar umat beragama, minuman keras,
narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya dan penggunaan wujud rokok atau penggunaan rokok.
Pertanggungjawaban dalam hal ini dapat pula terkait dengan keberpihakan seorang wartawan terhadap
seseorang atau suatu golongan tertentu. Namun lagi-lagi dalam kenyataannya menunjukkan bahwa
keberpihakan tersebut tampaknya telah menjadi trend dan seolah tidak dipermasalahkan lagi.
CARA PEMBERITAAN DAN MENYATAKAN PENDAPAT
Seorang wartawan hendaknya menempuh jalan dan cara yang jujur untuk memperoleh bahan-bahan berita
dan tulisan, dengan meneliti kebenaran dan akurasinya sebelum menyiarkannya serta harus memperhatikan
kredibiltas sumbernya. Di dalam menyusun suatu berita hendaknya dibedakan antara kejadian (fakta) dan
pendapat (opini) sehingga tidak mencampurbaurkan antara keduanya, termasuk kedalamnya adalah
obyektifitas dan sportifitas berdasarkan kebebasan yang bertanggung jawab, serta menghindari cara-cara
pemberitaan yang dapat menyinggung pribadi seseorang, sensasional, immoral dan melanggar kesusilaan.
Penyiaran suatu berita yang berisi tuduhan yang tidak berdasar, desas-desus, hasutan yang dapat
membahayakan keselamatan bangsa dan negara, fitnahan, pemutarbalikan suatu kejadian adalah merupakan
pelanggaran berat terhadap profesi jurnalistik.
Menanggapi besarnya kesalahan yang dapat ditimbulkan dari proses/cara pemberitaan se rta menyatakan
pendapat di atas, maka dalam kode etik jurnalistik diatur juga mengenai hak jawab dan hak koreksi, dalam
artian bahwa pemberitaan/penulisan yang tidak benar harus ditulis dan diralat kembali atas keinsafan
wartawan yang bersangkutan, dan pihak yang merasa dirugikan wajib diberi kesempatan untuk menjawab dan
memperbaiki pemberitaan dimaksud.
SUMBER BERITA
Seorang wartawan diharuskan menyebut dengan jujur sumber pemberitaan dalam pengutipannya, sebab
perbuatan mengutip berita gambar atau tulisan tanpa menyebutkan sumbenya merupakan suatu pelanggaran
kode etik. Sedang dalam hal berita tanpa penyebutan sumbernya maka pertanggung jawaban terletak pada
wartawan dan atau penerbit yang bersangkutan.
KEKUATAN KODE ETIK
Kode etik dibuat atas prinsip bahwa pertanggung jawaban tentang penataannya berada terutama pada hati
nurani setiap wartawan Indonesia. Dan bahwa tidak ada satupun pasal dalam kode etik (jurnalistik) yang
memberi wewenang kepada golongan manapun di luar PWI untuk mengambil tindakan terhadap seorang
wartawan Indonesia atau terhadap penerbitan pers. Karenanya saksi atas pelanggaran kode etik adalah hak
yang merupakan hak organisatoris dari PWI melalui organ-organnya.
Menyimak dari kandungan kode etik jurnalistik di atas tampak bahwa nilai-nilai moral, etika maupun
kesusilaan mendapat tempat yang sangat urgen, namun walau demikian tak dapat dipungkiri bahwa
kenyataan yang bebicara di lapangan masih belum sesuai dengan yang diharapkan.
Namun terlepas dari apakah kenyataan-kenyataan yang ada tersebut melanggar kode etik yang ada atau
norma/aturan hukum atau bahkan melanggar kedua-duanya, semua ini tetap terpulang pada pribadi insan
pers bersangkutan, dan juga kepada masyarakat, sebab masyarakat sendirilah yang dapat menilai
penerbitan/media yang hanya mencari popularitas dan penerbitan/media yang memang ditujukan untuk
melayani masyarakat, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dengan tetap menjunjung tinggi kode
etiknya.
Penutup
Penerapan kode etik jurnalistik yang merupakan gambaran serta arah, apa dan bagaimana seharusnya profesi
ini dalam bentuk idealnya oleh sebagian pers atau media massa belum direalisasikan sebagaimana yang
diharapkan, yang menimbulkan kesan bahwa dunia jurnalistik (juga profesi lain) terkadang memandang kode
etik sebagai pajangan-pajangan yang kaku. Namun terlepas dari ketimpangan dari apa yang seharusnya bagi
dunia jurnalistik tersebut, tampaknya hal ini berpulang pada persepsi dan obyektifitas masyarakat/publik untuk
menilai kualitas, bobot, popularitas maupun keberpihakan dari suatu media massa.
Kebebasan pers yang banyak didengungkan, sebenarnya tidak hanya dibatasi oleh kode etik jurnalistik, tetapi
terdapat aturan lain yang dapat dipergunakan untuk mewujudkan apa yang seharusnya. Untuk itulah masih
diperlukan langkah-langkah konkrit dalam rangka mewujudkan peran dan fungsi pers, paling tidak menutup
kemungkinan untuk dikurangi dari penyimpangan tersebut.
Secara yuridis,dewanperspertamakali dibentukpadatahun1968. Melalui UU No.11 Tahun 1966
UU Pokok persini ditandatangani olehPresidenSoeharto.Kalaitu,dewanpersberfungsi sebagai
pendampingpemerintahgunamembinapertumbuhandanperkembanganpersnasional,khususnya
kantorkementrianpenerangan.Mentri peneranganmerangkapsebagaiketuadewanpers.Dewan
perssecara ex-officiodijabatolehmentri penernangan.Hal ini terusberlanjutselamamasaorde
baru.
Pada tahun1982, UU tentangPokokPerssebelumnyadigantidenganUUNo.21 Tahun1982.
PerubahanUU ini tidakmengubahfungsi dankedudukandewanpers.Perubahanyangterjadi hanya
pada penyebutanketerwakilanberbagai unsurdalamkeanggotaandewanpers,yaituterdiri dari
wakil organisasi pers,wakilpemerintah,danwakil masyarakat.Ini terjadi karenapadaUU
sebelumnya,keanggotaandewanpers hanyaterdiri dari wakil-wakil organisasi persdanahli-ahli
dibidangpers.
Ditahun1999 terjadperubahansecarafundamental dalamUUPokokPers.Melalui UU No.40 Tahun
1999, DewanPersberubahmenjadi independen.UU yangditandatangani olehBJHabibie pada23
Setember1999, fungsi dewanperstidaklagi menjadi penasehatpemerintah,melainkansebagai
pelindungkemerdekaanpers.Sepertiyangdisebutkanpadapasal 15 (1) : “dalam upaya
mengembangkankemerdekaanpesdanmeningkatkankehidupanpersnasional, dibentukDewan
Persyang independen”.
Sejaksaat itu,keanggotaandewanpersbebasdari campurtanganpemerintah.Sehingga
keanggotaandewanpersterdiri dari:
Wartawan yangdipiliholehorganisasi wartawan
Pimpinanperusahaanpersyangdipiliholehorganisasi perusahaanpers
Tokohmasyarakat : ahli di bidangpersdan atau komunikasi dabidanglainnyayangdipiliholeh
oraganisasi wartawandanorganisasi perusahaanpers.
Berikutini keanggotaandewanperssetelahberlakunyaUU No.40 Tahun 1999 :
I. Periode 2000-2003
Ketua: AtmakusumahAstraatmadja(Pakar)
Anggota:
a. Organisasi Wartawan:
- GoenawanMuhammad
- R.H. Siregar
- AtangRuswita
b. PerusahaanPers
- JakobOetama
- Surya Paloh
- Zainal AbidinSuryokusumo
- H. AzkarimZaini
c. Pakar
- AtmakusumahAstraatmadja
- BenjaminMangkoedilaga
II. Periode 2003-2006
Ketua: Ichlasul Amal (Pakar)
Wakil ketua: R.H. Siregar(Wartawan)
Anggota:
a. Organisasi Wartawan:
Santoso
Uni Zulfiani Lubis
SutomoParashto
b. PerusahaanPers
AmirEffendi Siregar
SabamLeo Batubara
c. Pakar
Sulastomo
Hinca I.P.Panjaitan
III. Periode 2007-2010
Ketua: Ichlasul Amal (Pakar)
Wakil Ketua: SabamBatubara (PerusahaanPers)
Anggota:
a. Organisasi Wartawan:
BambangHarimurti
Bekti Nugroho
WinaArmada Sukardi
b. PerusahaanPers
AbdullahAmaludin
SatriaNaradha
c. Pakar :
Garin Nugroho
WikramaIryansAbidin
IV. Periode 2010-2013
Ketua: Bagir Manan
Wakil ketua: BambangHarymurti
a. Organisasi Wartawan:
Bekti Nugroho
Margiono
b. PerusahaanPers:
AnakBagus Gde Satria Naradha
MuhammadRidlo‘Eisy
Zulfiani Lubis
c. Pakar
AgusSudibyo
WinaArmada Sukardi
Visi danMisi DewanPers:
Visi :Melindungi danmeningkatkankemrrdekaanpersnasional berdasarkanprinsip-prinsip
demokrasi,supermasi hukumdanHakAsasi Manusia
Misi dewanpers
Melakukanpenguatanlembagadewanpers
Meningkatkankualitassumberdayapers,anataralaindenganmendirikanschool of journalism
Memberdayakanorganisasi pers
MeningkatkanefektivitaspenggunaanUUPersNo.20/199 dalammelindungi emerdekaanpers
Melakukanpengkajian(mereview)UU PersNo.40/1999
Memberdayakanjaringanombudsmandanlembagamediasi sengketapembeitaanpers
Menumbuhkanmasyarakatpersyangtaat kode etik
Memperjuangkankemerdekaanpersdalamconstitutionalrights
Meningkatkankesadaranpahammanusia(medialiteracy)masyarakat
Mewujudkanjurnalisme keberagaman(multicultural journalism)
- See more at: http://anisyahalfaqir.blogspot.co.id/2014/03/hukum-etika-pers-sejarah-dewan-
pers.html#sthash.iP4qeR9l.dpuf
(Pasal 5 ayat [2] UU Pers) hak jawab
(Pasal 5 ayat [3] UU Pers) hak koreksi
(pasal 15) ayat[2] c dan d uu persdan pasal 18 ayat [2 dan 3] uu pers
3. DELIK PERS BESERTA CONTOH
Delik pengertian umumnya adalah perbuatan pidana atau perbuatan melanggar
undang-undang/peraturan dan pelakunya di ancaman hukuman baik hukuman denda
maupunkurungan.Sesuatutindakanbarudisebutsebagaidelikapabilaadaundang-undang
atau peraturanyang dilanggar.Jadi intinyaadalahsegalaperbuatanyangdilarangoleh UU
dan pelakuknyadiancamhukuman.
A. Muis mengatakan bahwa Dari perspektif komunikasi delik pers berarti proses
penyampaianpesanantarmanusiamelalui pers yang dilarangolehundang-undangdan
komunikatornyadiancampidana.(A.Muis,1999,56)
Delik penyiaran sebenarnya juga masuk dalam kategori ini, karena media penyiaran
merupakan bagian dari pers. Sedangkan dari perspektif hukum, menurut Van Hattum
mengharuskanmemenuhi tigakreteria:
a. Ia harus dilakukandenganbarangcetakan
b. Perbuatanyangdipidanakanharusterdiri ataspernyataanpikiranatauperasaan
c. Dari perumusandelikharusternyata,bahwapublikasimerupakansuatusyaratuntuk
dapat menimbulkansuatukejahatan,apakahkejahatantersebutdilakukandengan
suatutulisan
Maksudnya ialah delik yang penyelesaianya memerlukan publikasi dengan pers
danmerupakanpernyataanpikiranatauperasaanyangdiancampidana.Dengankata lain,
pernyataan pikiran atau perasaan yang dapat dijatuhi pidana yang penyelesainnya
membutuhkanpublikasidenganpers.Artinyakejahatansudahterjadi padasaatsurat kabar
yang memuatnyaselesai dicetak(terbit).

More Related Content

What's hot

PKN SMA - Bab Kode etik jurnalistik
PKN SMA - Bab Kode etik jurnalistikPKN SMA - Bab Kode etik jurnalistik
PKN SMA - Bab Kode etik jurnalistiknurul limsun
 
Jurnalisme investigasi dan kode etik jurnalistik
Jurnalisme investigasi dan kode etik jurnalistikJurnalisme investigasi dan kode etik jurnalistik
Jurnalisme investigasi dan kode etik jurnalistikFirdaus Azwar Ersyad
 
Tantangan untuk profesionalisme dan idealisme jurnalis
Tantangan untuk profesionalisme dan idealisme jurnalisTantangan untuk profesionalisme dan idealisme jurnalis
Tantangan untuk profesionalisme dan idealisme jurnalisWahyu Dhyatmika
 
Kode Etik Jurnalistik
Kode Etik JurnalistikKode Etik Jurnalistik
Kode Etik Jurnalistikboysinu
 
Keberpihakan media pada kepentingan publik
Keberpihakan media pada kepentingan publikKeberpihakan media pada kepentingan publik
Keberpihakan media pada kepentingan publikWahyu Dhyatmika
 
Kode Etik Jurnalistik (2008)
Kode Etik Jurnalistik (2008)Kode Etik Jurnalistik (2008)
Kode Etik Jurnalistik (2008)Eka Kristina Dewi
 
Peranan pers dalam masyarakat demokrasi
Peranan pers dalam masyarakat demokrasiPeranan pers dalam masyarakat demokrasi
Peranan pers dalam masyarakat demokrasiDita Fadhila
 
Peranan pers dalam masyarakat demokratis
Peranan pers dalam masyarakat demokratisPeranan pers dalam masyarakat demokratis
Peranan pers dalam masyarakat demokratisginanurulazhar
 
Peran dan fungsi polri dalam pemilu 2014
Peran dan fungsi polri dalam pemilu 2014Peran dan fungsi polri dalam pemilu 2014
Peran dan fungsi polri dalam pemilu 2014Tri Cahyono
 
Insani vol 3_no_1_jun_2016_marleen_m_ukim-f8cc3-2142_531
Insani vol 3_no_1_jun_2016_marleen_m_ukim-f8cc3-2142_531Insani vol 3_no_1_jun_2016_marleen_m_ukim-f8cc3-2142_531
Insani vol 3_no_1_jun_2016_marleen_m_ukim-f8cc3-2142_531STISIPWIDURI
 
Hak politik sebagai warga negara
Hak politik sebagai warga negaraHak politik sebagai warga negara
Hak politik sebagai warga negaraMischaelle
 
Peranan Pers dalam Masyarakat
Peranan Pers dalam MasyarakatPeranan Pers dalam Masyarakat
Peranan Pers dalam MasyarakatRahmayani Astuti
 
Media: Pengaruh dan Penanganan Isu
Media: Pengaruh dan Penanganan IsuMedia: Pengaruh dan Penanganan Isu
Media: Pengaruh dan Penanganan IsuDamar Juniarto
 

What's hot (20)

PKN SMA - Bab Kode etik jurnalistik
PKN SMA - Bab Kode etik jurnalistikPKN SMA - Bab Kode etik jurnalistik
PKN SMA - Bab Kode etik jurnalistik
 
Jurnalisme investigasi dan kode etik jurnalistik
Jurnalisme investigasi dan kode etik jurnalistikJurnalisme investigasi dan kode etik jurnalistik
Jurnalisme investigasi dan kode etik jurnalistik
 
Kode Etik Wartawan Indonesia
Kode Etik Wartawan IndonesiaKode Etik Wartawan Indonesia
Kode Etik Wartawan Indonesia
 
KEMERDEKAAN PERS
KEMERDEKAAN PERSKEMERDEKAAN PERS
KEMERDEKAAN PERS
 
Tantangan untuk profesionalisme dan idealisme jurnalis
Tantangan untuk profesionalisme dan idealisme jurnalisTantangan untuk profesionalisme dan idealisme jurnalis
Tantangan untuk profesionalisme dan idealisme jurnalis
 
Isi
IsiIsi
Isi
 
Kode Etik Jurnalistik
Kode Etik JurnalistikKode Etik Jurnalistik
Kode Etik Jurnalistik
 
Makalah peran polisi sebagai penegak hukum
Makalah peran polisi sebagai penegak hukumMakalah peran polisi sebagai penegak hukum
Makalah peran polisi sebagai penegak hukum
 
Keberpihakan media pada kepentingan publik
Keberpihakan media pada kepentingan publikKeberpihakan media pada kepentingan publik
Keberpihakan media pada kepentingan publik
 
Kode Etik Jurnalistik (2008)
Kode Etik Jurnalistik (2008)Kode Etik Jurnalistik (2008)
Kode Etik Jurnalistik (2008)
 
Makalah pelanggaran ham
Makalah pelanggaran hamMakalah pelanggaran ham
Makalah pelanggaran ham
 
Peranan pers dalam masyarakat demokrasi
Peranan pers dalam masyarakat demokrasiPeranan pers dalam masyarakat demokrasi
Peranan pers dalam masyarakat demokrasi
 
Peranan pers dalam masyarakat demokratis
Peranan pers dalam masyarakat demokratisPeranan pers dalam masyarakat demokratis
Peranan pers dalam masyarakat demokratis
 
Peran dan fungsi polri dalam pemilu 2014
Peran dan fungsi polri dalam pemilu 2014Peran dan fungsi polri dalam pemilu 2014
Peran dan fungsi polri dalam pemilu 2014
 
Insani vol 3_no_1_jun_2016_marleen_m_ukim-f8cc3-2142_531
Insani vol 3_no_1_jun_2016_marleen_m_ukim-f8cc3-2142_531Insani vol 3_no_1_jun_2016_marleen_m_ukim-f8cc3-2142_531
Insani vol 3_no_1_jun_2016_marleen_m_ukim-f8cc3-2142_531
 
Peranan pers dalam peningkatan pembelajaran
Peranan pers dalam peningkatan pembelajaranPeranan pers dalam peningkatan pembelajaran
Peranan pers dalam peningkatan pembelajaran
 
Hak politik sebagai warga negara
Hak politik sebagai warga negaraHak politik sebagai warga negara
Hak politik sebagai warga negara
 
Peranan Pers dalam Masyarakat
Peranan Pers dalam MasyarakatPeranan Pers dalam Masyarakat
Peranan Pers dalam Masyarakat
 
Etika jurnalisme
Etika jurnalismeEtika jurnalisme
Etika jurnalisme
 
Media: Pengaruh dan Penanganan Isu
Media: Pengaruh dan Penanganan IsuMedia: Pengaruh dan Penanganan Isu
Media: Pengaruh dan Penanganan Isu
 

Similar to Hukum dan kode etik pers

98936229 makalah-isbd
98936229 makalah-isbd98936229 makalah-isbd
98936229 makalah-isbdReff Raf
 
SIM, Suryo Aji Saputro, Prof. Dr. Hapzi Ali, M.M, Implikasi Etis TI, Universi...
SIM, Suryo Aji Saputro, Prof. Dr. Hapzi Ali, M.M, Implikasi Etis TI, Universi...SIM, Suryo Aji Saputro, Prof. Dr. Hapzi Ali, M.M, Implikasi Etis TI, Universi...
SIM, Suryo Aji Saputro, Prof. Dr. Hapzi Ali, M.M, Implikasi Etis TI, Universi...Suryo Aji Saputro
 
1, be & gg, charviano hardika, hapzi ali, concepts and theories of busine...
1, be & gg, charviano hardika, hapzi ali, concepts and theories of busine...1, be & gg, charviano hardika, hapzi ali, concepts and theories of busine...
1, be & gg, charviano hardika, hapzi ali, concepts and theories of busine...Charviano Hardika
 
BAB 2 Norma dan Keadilan di Masyarakat
BAB 2 Norma dan Keadilan di MasyarakatBAB 2 Norma dan Keadilan di Masyarakat
BAB 2 Norma dan Keadilan di MasyarakatRisdiana Hidayat
 
2, BE & GG, Charviano Hardika, Hapzi Ali, Ethics and Business, Concepts and T...
2, BE & GG, Charviano Hardika, Hapzi Ali, Ethics and Business, Concepts and T...2, BE & GG, Charviano Hardika, Hapzi Ali, Ethics and Business, Concepts and T...
2, BE & GG, Charviano Hardika, Hapzi Ali, Ethics and Business, Concepts and T...Charviano Hardika
 
Problematika,Nilai,Moral,dan Hukum Dalam Masyarakat dan Negara
Problematika,Nilai,Moral,dan Hukum Dalam Masyarakat dan NegaraProblematika,Nilai,Moral,dan Hukum Dalam Masyarakat dan Negara
Problematika,Nilai,Moral,dan Hukum Dalam Masyarakat dan Negaranita junita
 
Perkembangan Pelaksanaan Sanksi Adat Dalam Masyarakat Kota Bengkulu
Perkembangan Pelaksanaan Sanksi Adat Dalam Masyarakat Kota BengkuluPerkembangan Pelaksanaan Sanksi Adat Dalam Masyarakat Kota Bengkulu
Perkembangan Pelaksanaan Sanksi Adat Dalam Masyarakat Kota BengkuluFitriani Az-zahra
 
Etika org-pmrnth
Etika org-pmrnthEtika org-pmrnth
Etika org-pmrnthRatna Maula
 
Etika etiket dan_moral_hukum_dalam_prakt
Etika etiket dan_moral_hukum_dalam_praktEtika etiket dan_moral_hukum_dalam_prakt
Etika etiket dan_moral_hukum_dalam_praktMimi Mimi
 
Etik dan Hukum Perawat
Etik dan Hukum PerawatEtik dan Hukum Perawat
Etik dan Hukum PerawatLintang Diah Y
 
BE & GG, M, Yusuf Ar Rasyid, Hapzi Ali, ethics and conflict interests, univer...
BE & GG, M, Yusuf Ar Rasyid, Hapzi Ali, ethics and conflict interests, univer...BE & GG, M, Yusuf Ar Rasyid, Hapzi Ali, ethics and conflict interests, univer...
BE & GG, M, Yusuf Ar Rasyid, Hapzi Ali, ethics and conflict interests, univer...yusuf Arrasyid
 
2, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Concepts and ...
2, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Concepts and ...2, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Concepts and ...
2, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Concepts and ...NovitaHerlissha
 
Tugas sistem informasi manajemen implikasi etis dari pemanfaatan teknologi in...
Tugas sistem informasi manajemen implikasi etis dari pemanfaatan teknologi in...Tugas sistem informasi manajemen implikasi etis dari pemanfaatan teknologi in...
Tugas sistem informasi manajemen implikasi etis dari pemanfaatan teknologi in...FRENGKYSSIHOMBING
 
Analisis tindakan penegak hukum yang melanggar etika dipandang dari teori dan...
Analisis tindakan penegak hukum yang melanggar etika dipandang dari teori dan...Analisis tindakan penegak hukum yang melanggar etika dipandang dari teori dan...
Analisis tindakan penegak hukum yang melanggar etika dipandang dari teori dan...Baim TwotauzZen'nTen
 
Analisis tindakan penegak hukum yang melanggar etika dipandang dari teori dan...
Analisis tindakan penegak hukum yang melanggar etika dipandang dari teori dan...Analisis tindakan penegak hukum yang melanggar etika dipandang dari teori dan...
Analisis tindakan penegak hukum yang melanggar etika dipandang dari teori dan...Baim TwotauzZen'nTen
 
Ethical implication of it
Ethical implication of itEthical implication of it
Ethical implication of itpujisetiani12
 

Similar to Hukum dan kode etik pers (20)

98936229 makalah-isbd
98936229 makalah-isbd98936229 makalah-isbd
98936229 makalah-isbd
 
SIM, Suryo Aji Saputro, Prof. Dr. Hapzi Ali, M.M, Implikasi Etis TI, Universi...
SIM, Suryo Aji Saputro, Prof. Dr. Hapzi Ali, M.M, Implikasi Etis TI, Universi...SIM, Suryo Aji Saputro, Prof. Dr. Hapzi Ali, M.M, Implikasi Etis TI, Universi...
SIM, Suryo Aji Saputro, Prof. Dr. Hapzi Ali, M.M, Implikasi Etis TI, Universi...
 
1, be & gg, charviano hardika, hapzi ali, concepts and theories of busine...
1, be & gg, charviano hardika, hapzi ali, concepts and theories of busine...1, be & gg, charviano hardika, hapzi ali, concepts and theories of busine...
1, be & gg, charviano hardika, hapzi ali, concepts and theories of busine...
 
7 2.pdf
7 2.pdf7 2.pdf
7 2.pdf
 
BAB 2 Norma dan Keadilan di Masyarakat
BAB 2 Norma dan Keadilan di MasyarakatBAB 2 Norma dan Keadilan di Masyarakat
BAB 2 Norma dan Keadilan di Masyarakat
 
2, BE & GG, Charviano Hardika, Hapzi Ali, Ethics and Business, Concepts and T...
2, BE & GG, Charviano Hardika, Hapzi Ali, Ethics and Business, Concepts and T...2, BE & GG, Charviano Hardika, Hapzi Ali, Ethics and Business, Concepts and T...
2, BE & GG, Charviano Hardika, Hapzi Ali, Ethics and Business, Concepts and T...
 
Problematika,Nilai,Moral,dan Hukum Dalam Masyarakat dan Negara
Problematika,Nilai,Moral,dan Hukum Dalam Masyarakat dan NegaraProblematika,Nilai,Moral,dan Hukum Dalam Masyarakat dan Negara
Problematika,Nilai,Moral,dan Hukum Dalam Masyarakat dan Negara
 
Perkembangan Pelaksanaan Sanksi Adat Dalam Masyarakat Kota Bengkulu
Perkembangan Pelaksanaan Sanksi Adat Dalam Masyarakat Kota BengkuluPerkembangan Pelaksanaan Sanksi Adat Dalam Masyarakat Kota Bengkulu
Perkembangan Pelaksanaan Sanksi Adat Dalam Masyarakat Kota Bengkulu
 
Etika org-pmrnth
Etika org-pmrnthEtika org-pmrnth
Etika org-pmrnth
 
Etika etiket dan_moral_hukum_dalam_prakt
Etika etiket dan_moral_hukum_dalam_praktEtika etiket dan_moral_hukum_dalam_prakt
Etika etiket dan_moral_hukum_dalam_prakt
 
Etik dan Hukum Perawat
Etik dan Hukum PerawatEtik dan Hukum Perawat
Etik dan Hukum Perawat
 
BE & GG, M, Yusuf Ar Rasyid, Hapzi Ali, ethics and conflict interests, univer...
BE & GG, M, Yusuf Ar Rasyid, Hapzi Ali, ethics and conflict interests, univer...BE & GG, M, Yusuf Ar Rasyid, Hapzi Ali, ethics and conflict interests, univer...
BE & GG, M, Yusuf Ar Rasyid, Hapzi Ali, ethics and conflict interests, univer...
 
Antropologi hukum umk cabang raha
Antropologi hukum umk cabang rahaAntropologi hukum umk cabang raha
Antropologi hukum umk cabang raha
 
penyebab manusia menaati hukum
penyebab manusia menaati hukumpenyebab manusia menaati hukum
penyebab manusia menaati hukum
 
2, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Concepts and ...
2, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Concepts and ...2, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Concepts and ...
2, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Concepts and ...
 
Etika Pemerintahan
Etika PemerintahanEtika Pemerintahan
Etika Pemerintahan
 
Tugas sistem informasi manajemen implikasi etis dari pemanfaatan teknologi in...
Tugas sistem informasi manajemen implikasi etis dari pemanfaatan teknologi in...Tugas sistem informasi manajemen implikasi etis dari pemanfaatan teknologi in...
Tugas sistem informasi manajemen implikasi etis dari pemanfaatan teknologi in...
 
Analisis tindakan penegak hukum yang melanggar etika dipandang dari teori dan...
Analisis tindakan penegak hukum yang melanggar etika dipandang dari teori dan...Analisis tindakan penegak hukum yang melanggar etika dipandang dari teori dan...
Analisis tindakan penegak hukum yang melanggar etika dipandang dari teori dan...
 
Analisis tindakan penegak hukum yang melanggar etika dipandang dari teori dan...
Analisis tindakan penegak hukum yang melanggar etika dipandang dari teori dan...Analisis tindakan penegak hukum yang melanggar etika dipandang dari teori dan...
Analisis tindakan penegak hukum yang melanggar etika dipandang dari teori dan...
 
Ethical implication of it
Ethical implication of itEthical implication of it
Ethical implication of it
 

Recently uploaded

Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 

Recently uploaded (20)

Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 

Hukum dan kode etik pers

  • 1. Hukumdan Kode EtikPers PEMBAHASAN A. HUKUM DAN KODE ETIK PERS 1. Hukum Wienermendefinisikanhukumadalah: sebagai suatusistempengawasanperilaku(ethical control) yangditerapkanterhadapsistemkomunikasi.Wujudhukumadalahnorma,dan normaitu merupakanprodukdari suatupusat kekuasaanyangmemiliki kewenanganuntukmenciptakandan menerapkanhukum. Menurutparadigmahukum,hukummerupakanperintahsearahdari penguasa. Hukum dianggap perintahyangharusdi taati oleh masyarakat.Masyarakat tidakdapat menyimpangi apayangdiharuskanolehhukumkarenapenyimpanganakanmengakibatkansankai hukumkepadamereka.Hakikatsanksi hukumadalahpaksaanuntukmembuatmasyarakatpatuh terhadapperintahhukum. Dalampandanganmasyarakat,hukumberhubungandengansanksi,dansanki berhubunganpula denganhukum.Sanksi adalahreaksi,akibat,ataukonsekuensi pelanggarankaidahsosial.Menurut Paul Bohanan,sanksi merupakanperangkatyangmengaturbagaimanalembaga-lembagahukum mencampuri suatu masalah untukdapatmemeliharasuatusystemsosial,sehinggamemungkinkan warga masyarakathidupdalamsistem itusecaratenangdan dalamcara-cara yangdapat diperhitungkan. Denganadanyasanksi,makatujuanhukumdiharafkandapattercapai.MenurutMarwan Mas, keberadaanhukumdalammasyarakat,sebenarnyatidakhanyadapatdiartikansebagai saranauntuk menertibkankehidupanmasyarakat,tetapi jugadijadikansaranayangmampuberubahpolafikirdan polaperilakuwargamasyarakat.pudarnyakepercayaanmasyarakatterhadaphukumakibattujuan hukumtidaktercapai,sangatbergantungpadapraktikhukum(HarisSumadira,2008:224-225). Dalamsejarahperkembangan ilmuhukum, MarwanMas menyebutkan,dikenal tigajenisaliran konvensional tentangtujuanhukum,yakni aliranetis,aliranutulitis,danalirannormative dogmatic. Berikutpenjelasantentangketigaalirantersebut: a) AliranEtis AliranEtisadalahaliranyang menganggapbahwapadadasarnyatujuanhukumituadalah semata- mata untukmencapai keadilan.Salahsatupenganutaliranetisini adalahAristotelesyang menganggapkeadilanterbagidalamduajenis: 1. KeadilanDistributif,yaitukeadilanyangmemberikankepadasetiaporangjatah menurut jasanya.Artinyakeadilaninitidakmenuntutsupayasetiaporangmendapat bagaianyang sama banyaknya atau bukan persamaannya,melainkankesebandinganberdasarkanprestasi dan jasa seseorang. 2. Keadilan komutatif,yaitukeadilanyangmemberikankepadasetiaporangsamabanyaknya, tanpa mengingat jasa- jasaseseorangperseoranagn.Artinyahukummenuntutadanyasuatu persamaandalammemperolehprestasiatassuatuhal tanpa memperhitungkanjasaperseorangan. b) AliranUtilitas
  • 2. Aliranutilitasadalahaliranyangmenganggapbahwapadadasarnyatujuanhukumadalahsemata- mata untukmenciftakankemanfaatanataukebahagiaanwargamasyarakat.Aliranini antaralain dianutolehJeremi Bentham,JamesMill,JhonStuartMill,danSeobekti.Jeremi Bentham berpendapat,tujuanhukumadalahmenjaminadanyakebahagiaanyangsebanyak-banyaknya kepadaorang sebanyak-banyaknyapula. c) AliranNormatif-Dogmatik Alirannormatif-dogmatkialahaliranyangmengannggapbahwapadaasasnyahukumadalahsemata- mata untukmenciftakankepastianhukum.Salahsatupenganut aliranini adalahJhonAustindan VanKan, yangbersumberdari pemikiranyangpositivisyang lebihmelihathukumsebagai sesuatu yang otonomatauhukum dalambentukperaturantetulis.Artinya,karenahukumituotonom sehinggatujuanhukumsemata-matauntukkepastianhukumdalammelegalkankepastianhakdan kewajibanseseorang.MenurutvanKan,tujuanhukumadalah menjagakepentinganmanusiaagar tidakdiganggu dan terjaminkepastiannya.(Haris,2008:227). 2. Kode etik a. Kode EtikJurnalistik Kode etikjurnalistikadalahhimpunanetikaprofesi kewartawanan,kode etikyangdimaksudantara lainsebagai berikut: 1. Menginformasikanataumenyampaikanyangbenar,tidakberbohongdanmerekayasaatau manipulasi fakta.DalamQ.S.Al-Hajj:30disebutkanyangartinya”…danjauhilahperkataan-perkataan dusta. 2. Meneliti kebenaranberita/faktasebelumdi publikasikanaliasmelakukan chekandrecheck. 3. Hindari olok-olok,penghinaan,mengejek,ataucaci maki sehinggamenumbuhkanpermusuhan dan kebencian. 4. Hindarkanprasangkaburuk(suuzhan).Dalamistilahhukum,pegangteguh“asaspradugatak bersalah”(AsepSyamsul,2009 :124). b. Kode EtikWartawan Indonesia(KEWI) Kemerdekaanpersmerupakansaranaterpenuhinyahakasasi manusiauntukberkomunikasi dan memperolehinformasi.Dalammewujudkankemerdekaanpers,wartawanIndonesiamenyadari adanyatanggung jawabsocial sertakeberagamanmasyarakat. Guna menjamintegaknyakebebasanperssertaterpenuhinyahak-hakmasyarakatdiperlukan suatu landasanmoral/etikaprofesi yangbiasmenjadi pedomanoperasionaldalammenegakkanintegritas dan propesionalitaswartawan,Atasdasaritu,wartawanIndonesiamenetapkanKodeetik sebagai berikut: 1. Wartawan Indonesiamenghormati hakmasyarakatuntukmemperolehinformasiyangbenar 2. Wartawan Indonesia menempuhcarayangetisuntukmemperolehdanmenyiarkaninformasi sertamemberikanidentitaskepadasumberinformasi.
  • 3. 3. Wartawan Indonesia menghormati asaspradugatakbersalahdengantidakmencampurkan faktadan opini,berimbangdanselalumeneliti kebenaraninformasi 4. Wartawan Indonesiatidakmenyiarkan informasi yangbersifatdusta,fitnah,sadisdancabul. Sertatidakmenyebutkanidentitaskorbankejahatansusila. 5. Wartawan Indonesiatidakmenyalahgunakanprofesidantidakmenerimasuap 6. Wartawan Indonesia memiliki haktolak,menghargai ketentuanembargo,informasi latar belakang,danoff the recordssesuai kesepakatan. 7. Wartawan Indonesiasegeramencabutmeralatkekeliruandalampemberitaansertamelayani hak jawab(Nurudin,2001 : 151). Kesimpulan hukumadalah: sebagai suatusistempengawasanperilaku(ethical control) yangditerapkan terhadapsistemkomunikasi.Wujudhukumadalahnorma,dannormaitu merupakanprodukdari suatupusat kekuasaanyangmemiliki kewenanganuntukmenciptakandanmenerapkanhukum. Dalamsejarahperkembangan ilmuhukum, MarwanMas menyebutkan,dikenal tigajenisaliran konvensional tentangtujuanhukum,yakni aliranetis,aliranutulitis,danalirannormative dogmatic. Kode EtikJurnalistik Kode etikjurnalistikadalahhimpunanetikaprofesi kewartawanan,kode etikyangdimaksudantara lainsebagai berikut:Menginformasikanataumenyampaikanyangbenar,tidakberbohong dan merekayasaataumanipulasi fakta.DalamQ.S.Al-Hajj:30disebutkanyangartinya”…danjauhilah perkataan-perkataandusta.Meneliti kebenaranberita/faktasebelumdi publikasikanalias melakukan chekandrecheck.Hindari olok-olok,penghinaan,mengejek, ataucaci maki sehingga menumbuhkanpermusuhandankebencian. Kode EtikWartawan Indonesia(KEWI),wartawanIndonesiamenetapkanKode etik sebagai berikut: · WartawanIndonesiamenghormati hakmasyarakatuntukmemperolehinformasi yangbenar · WartawanIndonesia menempuhcarayangetisuntukmemperolehdanmenyiarkaninformasi sertamemberikanidentitaskepadasumberinformasi. · WartawanIndonesia menghormatiasaspradugatak bersalahdengantidakmencampurkan faktadan opini,berimbangdanselalumeneliti kebenaraninformasi · WartawanIndonesiatidakmenyiarkan informasi yangbersifatdusta,fitnah,sadisdancabul. Sertatidakmenyebutkanidentitaskorbankejahatansusila. · WartawanIndonesiatidakmenyalahgunakanprofesi dantidakmenerimasuap · WartawanIndonesia memiliki haktolak,menghargai ketentuanembargo,informasi latar belakang,danoff the recordssesuai kesepakatan. · WartawanIndonesiasegeramencabutmeralatkekeliruandalampemberitaansertamelayani hak jawab.
  • 4. Daftar Pustaka SumadiraHaris,2008, JurnalistikIndonesia,Jakarta: PenerbitBumi Aksara. Syamsul Asep,2009, JurnalistikPraktis, Bandung:PenerbitRemajaRosdakarya. Nurudin,2007, HubunganMedia “KonsepDiri” Semarang:PenerbitRajawali Pers. Penerapan Kode Etik Jurnalistik dalam Meningkatkan Kinerja Profesinya by. Muliadi Nur Pers adalah merupakan sebuah dan salah satu lembaga yang sangat urgen dalam ikut serta mencerdaskan serta membangun kehidupan bangsa, yang hanya dapat terlaksana jika pers memahami tanggung jawab profesinya serta norma hukum guna meningkatkan peranannya sebagai penyebar informasi yang obyektif, menyalurkan aspirasi rakyat, memperluas komunikasi dan partisipasi masyarakat, terlebih lagi me lakukan kontrol sosial terhadap fenomena yang timbul berupa gejala-gejala yang dikhawatirkan dapat memberi suatu dampak yang negatif. Profesi adalah suatu pekerjaan yang dimiliki seseorang dengan pendidikan dan mempunyai sifat mandiri, seperti halnya dalam bidang/pekerjaan jurnalistik. Olehnya diperlukan adanya suatu kode etik bagi seorang jurnalistik sebagai pedoman serta pegangan, karena etika merupakan sesuatu yang lahir dan keluar dari hati nurani seseorang, yang sangat diharapkan dapat mendorong serta memberi pengaruh positif dalam menjalankan tugas serta tanggung jawabnya sesuai profesi yang dijalankannya. Berbicara masalah etika, khususnya dalam profesi jurnalistik (wartawan) sangatlah menghadapi tantangan yang besar terlebih dalam era globalisasi. Dari satu sisi, kemajuan dan perubahan teknologi mendorong perubahan nilai-nilai moral dan etika, dengan demikian makin kompleksnya masyarakat makin banyak dilema moral yang harus dipertimbangkan, di sisi lain hal ini menjadikan semakin sulitnya untuk menimbang secara jernih apa yang etis serta apa yang tidak etis. Hal ini paling tidak menjadikan etika sulit ditegakkan, meski etika juga semakin penting untuk menjaga kepentingan profesi. Keberadaan dan pelaksanaan kode etik jurnalistik sebagai norma atau disebut landasan moral profesi wartawan dikaitkan dengan nilai-nilai Pancasila, oleh karena kode etik jurnalistik merupakan kaidah penentu bagi para jurnalis dalam melaksanakan tugasnya, sekaligus memberi arah tentang apa yang seharusnya dilakukan serta yang seharusnya ditinggalkan. Namun walau demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam praktek sehari-hari masih terdapat (tidak semuanya) berbagai penyimpangan-penyimpangan terhadap kode etik jurnalistik maupun terhadap ketentuan-ketentuan lain (norma-norma hukum) yang berlaku bagi profesi ini. Hal ini barangkali dapat dimaklumi, sebab mereka yang berkecimpung di dalam dunia jurnalistik adalah manusia, sama halnya dengan profesi lainnya. Demikian pula bahwa terkadang suatu keadaan dan kondisi tertentu ikut mempengaruhi banyak hal di dalam bidang ini, sehingga mungkin saja memunculkan suatu pemikiran, bahwa diperlukan adanya perubahan-perubahan di dalam kode etik itu sendiri atau kesadaran manusianya yang perlu ditingkatkan. Pengertian Kode Etik Profesi Keiser dalam (Suhrawardi Lubis, 1994: 6-7), etika profesi adalah sikap hidup berupa keadilan untuk memberikan pelayanan profesional terhadap masyarakat dengan ketertiban penuh dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat. Sedang Magnis Suseno (1991: 70) membedakan profesi sebagai profesi pada umumnya dan profesi luhur. Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian khusus. Pengertian profesi tersebut adalah pengertian profesi pada umumnya, sebab disamping itu terdapat pula yang disebut sebagai profesi luhur, yaitu profesi yang pada hakikatnya merupakan suatu pelayanan pada manusia atau masyarakat. Tujuan Etika Profesi Suhrawadi Lubis (1994: 13) menyatakan bahwa yang menjadi tujuan pokok dari rumusan etika dalam kode etik profesi antara lain : a. Standar-standar etika, yang menjelaskan dan menetapkan tanggung jawab kepada lembaga dan masyarakat umum. b. Membantu para profesional dalam menentukan apa yang harus mereka perbuat dalam mengahadapi dilema pekerjaan mereka.
  • 5. c. Standar etika bertujuan untuk menjaga reputasi atau nama para profesional. d. Untuk menjaga kelakuan dan integritas para tenaga profesi. e. Standar etika juga merupakan pencerminan dan pengharapan dari komunitasnya, yang menjamin pelaksanaan kode etik tersebut dalam pelayanannya. Fungsi Etika Profesi Fungsi etika profesi antara lain: a. Sebagai sarana kontrol sosial; b. Mencegah pengawasan atau campur tangan pihak luar; c. Untuk membangun patokan kehendak yang lebih tinggi. Pengertian Jurnalistik Pada prinsipnya jurnalistik merupakan cara kerja media massa dalam mengelola dan menyajikan informasi kepada khalayak, yang tujuannya adalah untuk menciptakan komunikasi yang efektif, dalam arti menyebarluaskan informasi yang diperlukan. Jurnalistik sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu diurna dan dalam bahasa Inggris journal yang berarti catatan harian. Adinegoro mengatakan bahwa jurnalistik adalah kepandaian, kecerdasan, keterampilan dalam menyampaikan, mengelola dan menyebarluaskan berita, karangan, artikel, kepada khalayak seluas-luasnya dan secepat- cepatnya. Sedang dalam kamus Jurnalistik (1988: 9) dijelaskan bahwa jurnalistik adalah suatu kegiatan untuk menyiapkan, mengedit dan menulis untuk surat kabar atau majalah atau yang berkala lainnya. Sehubungan dengan pengertian kode etik di atas, menurut maka UU. No. 40 Tahun 1999 Bab 1 Pasal 1 Poin 14, bahwa “Kode Etik Jurnalistik adalah himpunan etika profesi kewartawanan”, sedang wartawan dalam point 4 dinyatakan sebagai “orang yang secara teratur melakukan kegiatan jurnalistik”. Pembahasan Suatu kegiatan jurnalistik dapat dikatakan berkualitas apabila memiliki suatu karakter, kemampuan teknis, bobot dan kualitas ide yang dibawakan serta dari segi manajemen yang profesional. Sesuatu hal yang sangat penting di dalam dunia jurnalistik adalah menyangkut masalah pemberitaan. Olehnya suatu media atau penerbitan dapat dikatakan baik jika berita atau informasi serta hal-hal yang disajikannya juga baik. Guna menunjang hal tersebut, terdapat beberapa faktor yang selayaknya diperhatikan dengan baik, antara lain fakta, opini serta desas-desus. Fakta adalah sesuatu yang benar-benar terjadi. Jika seseorang membuat suatu pernyataan, maka yang menjadi faktanya adalah orang yang menyampaikan pernyataan tersebut, sampai kemudian pernyataan tersebut dapat dibuktikan dengan jelas, sehingga apabila diangkat sebagai suatu berita, kebenaran serta sumbernya terjamin dan dapat dipercaya. Adapun opini adalah suatu analisa atau pendapat dan terkadang pula berupa ulasan-ulasan seorang wartawan yang kerap muncul di setiap media dalam bentuk suatu tajuk rencana, kolom/rubrik ataupun sorotan dan lain- lain, yang disertai dengan nama penulisnya. Para pembaca umumnya membutuhkan adanya suatu pendapat/opini yang disajikan secara jelas guna membantu mereka dalam menilai suatu berita serta membentuk opini tersendiri. Sedang desas-desus adalah pernyataan yang dibuat oleh sumber berita atau wartawan, tetapi tanpa didasari oleh otoritas yang cukup memadai, dan sering terjadi muncul pemberitaan yang tidak disebutkan sumbernya secara jelas. Kode Etik Jurnalistik Kode etik merupakan prinsip yang keluar dari hati nurani setiap profesi, sehingga pada tiap tindakannya, seorang yang merasa berprofesi tentulah membutuhkan patokan moral dalam profesinya. Karenanya suatu kebebasan termasuk kebebasan pers sendiri tentunya mempunyai batasan, dimana batasan yang paling utama dan tak pernah salah adalah apa yang keluar dari hati nuraninya. Dalam hal ini, kebebasan pers bukan bukan saja dibatasi oleh Kode Etik Jurnalistiknya akan tetapi tetap ada batasan lain, misalnya ketentuan menurut undang-undang. Pada prinsipnya menurut Undang-undang No. 40 Tahun 1999 menganggap bahwa kegiatan jurnalistik/kewartawanan merupakan kegiatan/usaha yang sah yang berhubungan dengan pengumpulan, pengadaan dan penyiaran dalam bentuk fakta, pendapat atau ulasan, gambar-gambar dan sebagainya, untuk perusahaan pers, radio, televisi dan film. Guna mewujudkan hal tersebut dan kaitannya dengan kinerja dari pers, keberadaan insan-insan pers yang profesional tentu sangat dibutuhkan, sebab walau bagaimanapun semua tidak terlepas dari insan-insan pers
  • 6. itu sendiri. Olehnya, seorang wartawan yang baik dan profesional sedapat mungkin memiliki syarat-syarat, yaitu : bersemangat dan agresif, prakarsa, berkepribadian, mempunyai rasa ingin tahu, jujur, bertanggung jawab, akurat dan tepat, pendidikan yang baik, hidung berita dan mempunyai kemampuan menulis da n berbicara yang baik. Pada bab pembukaan kode etik jurnalistik dinyatakan bahwasanya kebebasan pers adalah perwujudan kemerdekaan menyatakan pendapat sebagaimana tercantum dalam Pasal 28 UUD 1945, yang sekaligus pula merupakan salah satu ciri negara hukum, termasuk Indonesia. Namun kemerdekaan/kebebasan tersebut adalah kebebasan yang bertanggung jawab, yang semestinya sejalan dengan kesejahteraan sosial yang dijiwai oleh landasan moral. Karena itu PWI menetapkan Kode Etik Jurnalistik yang salah satu landasannya adalah untuk melestarikan kemerdekaan/kebebasan pers yang bertanggung jawab, disamping merupakan landasan etika para jurnalis. Di antara muatan Kode Etik Jurnalistik adalah: KEPRIBADIAN WARTAWAN INDONESIA Wartawan Indonesia adalah warga negara yang memiliki kepribadian, yaitu : bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berjiwa Pancasila, taat pada UUD 1945, bersifat kesatria, menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia dan berjuang untuk emansipasi bangsa dalam segala lapangan, sehingga dengan demikian turut bekerja ke arah keselamatan masyarakat Indonesia sebagai anggota masyarakat bangsa-bangsa. PERTANGGUNGJAWABAN Bahwa seorang wartawan Indonesia dengan penuh rasa tanggung jawab dan bijaksana mempertimbangkan perlu/patut atau tidaknya suatu berita, tulisan, gambar, karikatur dan sebagainya disiarkan. Kaitannya dengan hal di atas, dalam kenyataan yang ada masih terdapat banyak media cetak yang memuat berita atau gambar yang secara jelas bertentangan dengan kehidupan sosial yang religius. Namun walau demikian tampaknya gejala ini oleh sebagian kalangan dianggap sebagai suatu kewajaran dalam rangka mengikuti perkembangan zaman, sehingga batasan-batasan etika dan norma yang harusnya dikedepankan, menjadi kabur bahkan tidak lagi menjadi suatu pelanggaran kode etik, maupun norma/aturan hukum yang ada. Sebagaimana dalam Pasal 5 ayat (1) UU. No. 40/1999 disebutkan bahwa “Pers nasional berkewajiban memberikan peristiwa dan opini dengan menghormati norma-norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta asas praduga tak bersalah”. Serta ditambahkan lagi dalam Pasal 13 yang memuat larangan tentang iklan, yaitu iklan yang memuat unsur : Mengganggu kerukunan hidup antar umat beragama, minuman keras, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya dan penggunaan wujud rokok atau penggunaan rokok. Pertanggungjawaban dalam hal ini dapat pula terkait dengan keberpihakan seorang wartawan terhadap seseorang atau suatu golongan tertentu. Namun lagi-lagi dalam kenyataannya menunjukkan bahwa keberpihakan tersebut tampaknya telah menjadi trend dan seolah tidak dipermasalahkan lagi. CARA PEMBERITAAN DAN MENYATAKAN PENDAPAT Seorang wartawan hendaknya menempuh jalan dan cara yang jujur untuk memperoleh bahan-bahan berita dan tulisan, dengan meneliti kebenaran dan akurasinya sebelum menyiarkannya serta harus memperhatikan kredibiltas sumbernya. Di dalam menyusun suatu berita hendaknya dibedakan antara kejadian (fakta) dan pendapat (opini) sehingga tidak mencampurbaurkan antara keduanya, termasuk kedalamnya adalah obyektifitas dan sportifitas berdasarkan kebebasan yang bertanggung jawab, serta menghindari cara-cara pemberitaan yang dapat menyinggung pribadi seseorang, sensasional, immoral dan melanggar kesusilaan. Penyiaran suatu berita yang berisi tuduhan yang tidak berdasar, desas-desus, hasutan yang dapat membahayakan keselamatan bangsa dan negara, fitnahan, pemutarbalikan suatu kejadian adalah merupakan pelanggaran berat terhadap profesi jurnalistik. Menanggapi besarnya kesalahan yang dapat ditimbulkan dari proses/cara pemberitaan se rta menyatakan pendapat di atas, maka dalam kode etik jurnalistik diatur juga mengenai hak jawab dan hak koreksi, dalam artian bahwa pemberitaan/penulisan yang tidak benar harus ditulis dan diralat kembali atas keinsafan wartawan yang bersangkutan, dan pihak yang merasa dirugikan wajib diberi kesempatan untuk menjawab dan memperbaiki pemberitaan dimaksud. SUMBER BERITA Seorang wartawan diharuskan menyebut dengan jujur sumber pemberitaan dalam pengutipannya, sebab perbuatan mengutip berita gambar atau tulisan tanpa menyebutkan sumbenya merupakan suatu pelanggaran kode etik. Sedang dalam hal berita tanpa penyebutan sumbernya maka pertanggung jawaban terletak pada wartawan dan atau penerbit yang bersangkutan. KEKUATAN KODE ETIK Kode etik dibuat atas prinsip bahwa pertanggung jawaban tentang penataannya berada terutama pada hati
  • 7. nurani setiap wartawan Indonesia. Dan bahwa tidak ada satupun pasal dalam kode etik (jurnalistik) yang memberi wewenang kepada golongan manapun di luar PWI untuk mengambil tindakan terhadap seorang wartawan Indonesia atau terhadap penerbitan pers. Karenanya saksi atas pelanggaran kode etik adalah hak yang merupakan hak organisatoris dari PWI melalui organ-organnya. Menyimak dari kandungan kode etik jurnalistik di atas tampak bahwa nilai-nilai moral, etika maupun kesusilaan mendapat tempat yang sangat urgen, namun walau demikian tak dapat dipungkiri bahwa kenyataan yang bebicara di lapangan masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Namun terlepas dari apakah kenyataan-kenyataan yang ada tersebut melanggar kode etik yang ada atau norma/aturan hukum atau bahkan melanggar kedua-duanya, semua ini tetap terpulang pada pribadi insan pers bersangkutan, dan juga kepada masyarakat, sebab masyarakat sendirilah yang dapat menilai penerbitan/media yang hanya mencari popularitas dan penerbitan/media yang memang ditujukan untuk melayani masyarakat, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dengan tetap menjunjung tinggi kode etiknya. Penutup Penerapan kode etik jurnalistik yang merupakan gambaran serta arah, apa dan bagaimana seharusnya profesi ini dalam bentuk idealnya oleh sebagian pers atau media massa belum direalisasikan sebagaimana yang diharapkan, yang menimbulkan kesan bahwa dunia jurnalistik (juga profesi lain) terkadang memandang kode etik sebagai pajangan-pajangan yang kaku. Namun terlepas dari ketimpangan dari apa yang seharusnya bagi dunia jurnalistik tersebut, tampaknya hal ini berpulang pada persepsi dan obyektifitas masyarakat/publik untuk menilai kualitas, bobot, popularitas maupun keberpihakan dari suatu media massa. Kebebasan pers yang banyak didengungkan, sebenarnya tidak hanya dibatasi oleh kode etik jurnalistik, tetapi terdapat aturan lain yang dapat dipergunakan untuk mewujudkan apa yang seharusnya. Untuk itulah masih diperlukan langkah-langkah konkrit dalam rangka mewujudkan peran dan fungsi pers, paling tidak menutup kemungkinan untuk dikurangi dari penyimpangan tersebut. Secara yuridis,dewanperspertamakali dibentukpadatahun1968. Melalui UU No.11 Tahun 1966 UU Pokok persini ditandatangani olehPresidenSoeharto.Kalaitu,dewanpersberfungsi sebagai pendampingpemerintahgunamembinapertumbuhandanperkembanganpersnasional,khususnya kantorkementrianpenerangan.Mentri peneranganmerangkapsebagaiketuadewanpers.Dewan perssecara ex-officiodijabatolehmentri penernangan.Hal ini terusberlanjutselamamasaorde baru. Pada tahun1982, UU tentangPokokPerssebelumnyadigantidenganUUNo.21 Tahun1982. PerubahanUU ini tidakmengubahfungsi dankedudukandewanpers.Perubahanyangterjadi hanya pada penyebutanketerwakilanberbagai unsurdalamkeanggotaandewanpers,yaituterdiri dari wakil organisasi pers,wakilpemerintah,danwakil masyarakat.Ini terjadi karenapadaUU sebelumnya,keanggotaandewanpers hanyaterdiri dari wakil-wakil organisasi persdanahli-ahli dibidangpers. Ditahun1999 terjadperubahansecarafundamental dalamUUPokokPers.Melalui UU No.40 Tahun 1999, DewanPersberubahmenjadi independen.UU yangditandatangani olehBJHabibie pada23 Setember1999, fungsi dewanperstidaklagi menjadi penasehatpemerintah,melainkansebagai pelindungkemerdekaanpers.Sepertiyangdisebutkanpadapasal 15 (1) : “dalam upaya mengembangkankemerdekaanpesdanmeningkatkankehidupanpersnasional, dibentukDewan Persyang independen”. Sejaksaat itu,keanggotaandewanpersbebasdari campurtanganpemerintah.Sehingga keanggotaandewanpersterdiri dari:
  • 8. Wartawan yangdipiliholehorganisasi wartawan Pimpinanperusahaanpersyangdipiliholehorganisasi perusahaanpers Tokohmasyarakat : ahli di bidangpersdan atau komunikasi dabidanglainnyayangdipiliholeh oraganisasi wartawandanorganisasi perusahaanpers. Berikutini keanggotaandewanperssetelahberlakunyaUU No.40 Tahun 1999 : I. Periode 2000-2003 Ketua: AtmakusumahAstraatmadja(Pakar) Anggota: a. Organisasi Wartawan: - GoenawanMuhammad - R.H. Siregar - AtangRuswita b. PerusahaanPers - JakobOetama - Surya Paloh - Zainal AbidinSuryokusumo - H. AzkarimZaini c. Pakar - AtmakusumahAstraatmadja - BenjaminMangkoedilaga II. Periode 2003-2006 Ketua: Ichlasul Amal (Pakar) Wakil ketua: R.H. Siregar(Wartawan) Anggota: a. Organisasi Wartawan: Santoso Uni Zulfiani Lubis
  • 9. SutomoParashto b. PerusahaanPers AmirEffendi Siregar SabamLeo Batubara c. Pakar Sulastomo Hinca I.P.Panjaitan III. Periode 2007-2010 Ketua: Ichlasul Amal (Pakar) Wakil Ketua: SabamBatubara (PerusahaanPers) Anggota: a. Organisasi Wartawan: BambangHarimurti Bekti Nugroho WinaArmada Sukardi b. PerusahaanPers AbdullahAmaludin SatriaNaradha c. Pakar : Garin Nugroho WikramaIryansAbidin IV. Periode 2010-2013 Ketua: Bagir Manan Wakil ketua: BambangHarymurti a. Organisasi Wartawan: Bekti Nugroho Margiono b. PerusahaanPers: AnakBagus Gde Satria Naradha MuhammadRidlo‘Eisy Zulfiani Lubis
  • 10. c. Pakar AgusSudibyo WinaArmada Sukardi Visi danMisi DewanPers: Visi :Melindungi danmeningkatkankemrrdekaanpersnasional berdasarkanprinsip-prinsip demokrasi,supermasi hukumdanHakAsasi Manusia Misi dewanpers Melakukanpenguatanlembagadewanpers Meningkatkankualitassumberdayapers,anataralaindenganmendirikanschool of journalism Memberdayakanorganisasi pers MeningkatkanefektivitaspenggunaanUUPersNo.20/199 dalammelindungi emerdekaanpers Melakukanpengkajian(mereview)UU PersNo.40/1999 Memberdayakanjaringanombudsmandanlembagamediasi sengketapembeitaanpers Menumbuhkanmasyarakatpersyangtaat kode etik Memperjuangkankemerdekaanpersdalamconstitutionalrights Meningkatkankesadaranpahammanusia(medialiteracy)masyarakat Mewujudkanjurnalisme keberagaman(multicultural journalism) - See more at: http://anisyahalfaqir.blogspot.co.id/2014/03/hukum-etika-pers-sejarah-dewan- pers.html#sthash.iP4qeR9l.dpuf (Pasal 5 ayat [2] UU Pers) hak jawab (Pasal 5 ayat [3] UU Pers) hak koreksi (pasal 15) ayat[2] c dan d uu persdan pasal 18 ayat [2 dan 3] uu pers 3. DELIK PERS BESERTA CONTOH Delik pengertian umumnya adalah perbuatan pidana atau perbuatan melanggar undang-undang/peraturan dan pelakunya di ancaman hukuman baik hukuman denda maupunkurungan.Sesuatutindakanbarudisebutsebagaidelikapabilaadaundang-undang atau peraturanyang dilanggar.Jadi intinyaadalahsegalaperbuatanyangdilarangoleh UU
  • 11. dan pelakuknyadiancamhukuman. A. Muis mengatakan bahwa Dari perspektif komunikasi delik pers berarti proses penyampaianpesanantarmanusiamelalui pers yang dilarangolehundang-undangdan komunikatornyadiancampidana.(A.Muis,1999,56) Delik penyiaran sebenarnya juga masuk dalam kategori ini, karena media penyiaran merupakan bagian dari pers. Sedangkan dari perspektif hukum, menurut Van Hattum mengharuskanmemenuhi tigakreteria: a. Ia harus dilakukandenganbarangcetakan b. Perbuatanyangdipidanakanharusterdiri ataspernyataanpikiranatauperasaan c. Dari perumusandelikharusternyata,bahwapublikasimerupakansuatusyaratuntuk dapat menimbulkansuatukejahatan,apakahkejahatantersebutdilakukandengan suatutulisan Maksudnya ialah delik yang penyelesaianya memerlukan publikasi dengan pers danmerupakanpernyataanpikiranatauperasaanyangdiancampidana.Dengankata lain, pernyataan pikiran atau perasaan yang dapat dijatuhi pidana yang penyelesainnya membutuhkanpublikasidenganpers.Artinyakejahatansudahterjadi padasaatsurat kabar yang memuatnyaselesai dicetak(terbit).