SlideShare a Scribd company logo
1 of 130
Download to read offline
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 
DITJEN BINA GIZI DAN KIA 
TAHUN 2013 
DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA 
KEMENTERIAN KESEHATAN RI 
2014
Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 
yang menyebutkan bahwa unit eselon I dan unit eselon II 
instansi pemerintah diwajibkan untuk menyusun Laporan 
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), maka 
Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA sebagai salah satu unit eselon I di 
lingkungan Kementerian Kesehatan telah menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja 
tahun 2013. 
Laporan Akuntabilitas Kinerja adalah laporan kinerja tahunan yang berisi 
pertanggung jawaban kinerja yang merupakan perwujudan dari salah satu indikator 
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance), 
dan berkaitan dengan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dalam 
memberikan pelayanan prima serta menyampaikan pertanggungjawaban kinerja 
kepada pemerintah dan masyarakat pada umumnya. 
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA ini 
secara garis besar berisikan informasi mengenai tugas dan fungsi organisasi, 
rencana kinerja dan capaian kinerja yang telah dilaksanakan dalam Tahun 
Anggaran 2013. Gambaran tentang capaian kinerja program dengan 
mempertimbangkan faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat 
capaian serta menentukan upaya tindaklanjut, dengan tetap mengacu kepada 
Rencana Strategi Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014. 
Secara formal Laporan Akuntabilitas Kinerja ini disusun dengan 
berpedoman pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan 
Reformasi Birokrasi Nomor 29 tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan 
Penetapan Kinerjda dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan 
mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatn Nomor 2416/MENKES/PER/XII/2011 
tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas 
Kinerja Kementerian Kesehatan. 
i 
KATA PENGANTAR 
Dalam menindaklanjuti Instruksi Presiden Nomor 7 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
Dalam penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja ini kami telah 
berupaya seoptimal mungkin, walaupun masih ditemukan banyak kendala dalam 
penyusunan dan penyempurnaan laporan ini. Oleh karena itu dengan tangan 
terbuka, masukan dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan untuk 
perbaikan serta penyempurnaan penyusunan laporan ditahun yang akan datang. 
Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua 
khususnya dalam mengevaluasi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi 
Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan 
R.I. 
ii 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA 
tahun 2013 disusun sebagai sebuah kewajiban organisasi untuk 
menyampaikan dan mempertanggungjawabkan kinerja yang telah 
dilaksanakan pada tahun 2013 sebagaimana telah ditetapkan melalui 
Instruksi Presiden No 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi 
Pemerintah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan 
Ferormasi Birokrasi No. 29 tahun 2010 tentang pedoman penyusunan 
Laporan Akuntabilitas Kinerja. 
Pelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Direktorat Jenderal 
Bina Gizi dan KIA tahun 2013 mengacu pada Rencana Strategis 
Kementerian Kesehatan tahun 2010 – 2014 yang ditetapkan dalam 
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.03.01/60/I/2010. Dalam upaya 
mewujudkan tercapaianya tujuan penurunan AKI, AKB dan Status Gizi 
Kurang, maka telah dijabarkan melalui berbagai kegiatan yang dilaksanakan 
oleh masing-masing unit eselon II di lingkup Direktorat Jenderal Bina Gizi 
dan KIA. Upaya tersebut dilaksanakan ditiap jenjang pemerintahan mulai 
dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah melalui dekonsentrasi, dan 
Pemerintah Kabupaten/Kota melalui Tugas Pembantuan, serta Unit 
Pelaksana Teknis (UPT). 
Dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal Bina Gizi dan 
KIA tahun 2013, diuraikan mengenai capaian kinerja tahun 2013 
sebagaimana telah diperjanjikan dalam dokumen penetapan kinerja yang 
terdiri dari target Indikator Kinerja Utama (IKU) dan Indikator Kinerja 
Kegiatan (IKK). Hal tersebut disajikan secara sistimatis dalam laporan ini. 
Sumber data laporan ini diperoleh dari unit eselon II dan UPT di lingkup 
Direktorat Bina Gizi dan KIA tahun 2013. 
iii 
IKHTISAR EKSEKUTIF 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
Gambaran keberhasilan dalam mecapai target disajikan dalam 
analisis capaian indikator kinerja utama dan indikator kinerja kegiatan serta 
analisis akuntabilitas keuangan dengan mengutarakan hal-hal yang telah 
dilaksanakan dan faktor-faktor pendukung keberhasilan maupun kegagalan. 
Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA memiliki 16 indikator kinerja 
yang terdiri dari 3 IKU dan 13 IKK. Capaian Indikator Kenerja Utama adalah; 
Persentase ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan sebesar 
90,88% (target 89%), Cakupan kunjungan neonatus pertama (KN1) sebesar 
92,33% (target 89%), Persentase Balita ditimbang berat badannya (D/S) 
sebesar 80,29% (target 80%). Sedangkan Realisasi capaian Indikator 
Kinerja Kegiatan adalah; Persentase balita gizi buruk yang mendapat 
perawatan sebesar 92,63% (target 100%), Persentase Ibu Hamil mendapat 
Pelayanan Antenatal Care (K4) sebesar 86,52% (target 93%), Persentase 
Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang memberikan Pelayanan KB sesuai 
standar sebesar 95,1% (target 90%), Cakupan pelayanan kesehatan bayi 
sebesar 87,77% (target 87%), Cakupan pelayanan kesehatan anak Balita 
sebesar 70,12% (target 83%), Cakupan SD/MI melaksanakan penjaringan 
siswa kelas I sebesar 73,91% (target 94%), Cakupan kabupaten/ kota yang 
menyelenggarakan pembinaan pelayanan kesehatan tradisional alternatif 
dan komplementer sebesar 44,6% (target 40%), Jumlah RS yang 
menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional yang aman dan 
bermanfaat sebagai pelayanan alternatif dan komplementer sebesar 73 RS 
(target 56 RS), Jumlah Puskesmas yang melaksanakan upaya kesehatan 
Kerja di Wilayah Industri sebesar 778 Pkm (target 576 Pkm), Jumlah 
Puskesmas yang melaksanakan upaya kesehatan Olahraga sebesar 671 
Pkm (target 240 Pkm), Persentase satuan kerja yang menyelenggarakan 
adminstrasi kepemerintahan sesuai ketentuan sebesar 96,96% (target 
95%), Persentase sarana dan prasarana kerja yang sesuai standar sebesar 
90,01% (target 90%), Jumlah puskesmas yang mendapatkan Bantuan 
iv 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
Operasional Kesehatan dan menyelenggarakan Lokakarya Mini sebesar 
9.419 (target 8.868). 
Secara umum pencapaian indikator Renstra Direktorat Jenderal Bina 
Gizi dan KIA dapat mencapai target, namun masih terdapat 25% indikator 
yang tidak dapat mencapai target yaitu penanganan balita gizi buruk, Ibu 
hamil mendapat pelayanan antenatal, pelayanan kesehatan balita dan 
penjaringan kesehatan bagi anak SD/MI. Beberapa indikator yang belum 
tercapai antara lain disebabkan oleh masalah ketersediaan dan komitmen 
tenaga, kurang optimalnya metode program di tingkat kab/kota, sarana dan 
prasarana, sistem informasi yang lemah, serta kurang berpihaknya 
kebijakan daerah dalam pembangunan bidang kesehatan. 
Secara garis besar, upaya perbaikan antara lain dengan 
meningkatkan bimbingan teknis, meningkatkan kapasitas tenaga, 
peningkatan dan perbaikan regulasi, koordinasi lintas program dan sektor, 
melakukan advokasi kepada pemerintah daerah agar meningkatkan tenaga 
teknis yang terlatih, perbaikan sistim informasi palaporan, maupun 
penyediaan biaya operasional yang diperlukan. Perbaikan ini difokuskan 
terutama kepada daerah capaian indikator rendah dengan potensi 
sumberdaya yang rendah, namun memiliki kontribusi terhadap tingginya 
cakupan program. 
Realisasi anggaran pelaksanaan program Bina Gizi dan KIA, yang 
meliputi anggaran dekonsentrasi, tugas pembantuan, kantor pusat dan 
kantor daerah sebesar 92,11%. Tingginya penyerapan anggaran 
dipengaruhi oleh tingkat serapan anggaran pada satker tugas pembantuan 
yang terkait dengan pelaksanaan BOK. Sementara realisasi satuan kerja 
pada kantor pusat sebesar 88,09%. Dari sisi manfaat terhadap program 
bahwa serapan anggaran kegiatan yang tinggi, ternyata tidak sejalan 
dengan peningkatan kinerja program. Sejak tahun 2011 serapan anggaran 
meningkat dari 80,72% menjadi 93,11% pada tahun 2013, sedangkan 
v 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
capaian kinerja program tahun 2011 sebanyak 87,5% indikator yang telah 
tercapai, menurun menjadi 75% pada tahun 2013. Hal ini diharapkan 
segera mendapat perhatian serius, agar upaya kinerja program mengalami 
perbaikan. 
Masalah dalam pelaksanaan kegiatan dan penyerapan anggaran 
pada umumnya adalah pelaksanaan kegiatan yang tidak sesuai dengan 
rencana penarikan dana (RPD) yang telah disusun, revisi kegiatan, dan 
persoalan administrasi lainnya. Revisi DIPA memerlukan waktu cukup lama 
sehingga beberapa kegiatan baru bisa dilaksanakan di akhir tahun bahkan 
tidak sempat terlaksana mempengaruhi realisasi kegiatan dan keuangan. 
Proses pengadaan barang dan jasa telah mengalami perbaikan, terutama 
sejak diaplikasin secara online. 
Untuk perbaikan ke depan, perlu koordinasi yang lebih baik antar unit 
eselon II dalam penyusunan jadwal kegiatan terutama yang melibatkan 
Direktur Jenderal serta eselon II sehingga rencana kegiatan yang telah 
dibuat bisa dilaksanakan. Jika dibutuhkan revisi DIPA, perlu dilakukan 
percepatan agar pelaksanaan kegiatan tidak terhambat. Demikian pula 
proses pengadaan barang dan jasa perlu dipersiapkan lebih awal agar tidak 
semua pengadaan selesai di akhir tahun. 
Unit Pelaksana Teknis (UPT) atau Kantor Daerah. Dari tiga UPT 
binaan Ditjen Bina Gizi dan KIA secara umum serapan anggaran dan 
pelaksanaan kegiatan program sebesar 92,21%% sedangkan fisik 
mencapai 99,79%. 
Hal-hal diatas merupakan gambaran capaian kinerja Program Bina 
Gizi dan KIA. Secara detail terkait capaian kinerja, telah ditulis lebih lengkap 
dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja ini. Harapannya bahwa, laporan ini 
dapat memberi gambaran capaian dan akuntabilitas kinerja program bina 
Gizi dan KIA. 
vi 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
vii 
DAFTAR ISI 
KATA PENGANTAR I 
IKHTISAR EKSEKUTIF iii 
DAFTAR ISI vii 
DAFTAR TABEL x 
DAFTAR GRAFIK xii 
DAFTAR GAMBAR xiv 
BAB I PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang ......................................................... 
B. Maksud dan Tujuan .................................................. 
C. Tugas Pokok dan Fungsi .......................................... 
D. Sistimatika ................................................................. 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 
1 
3 
3 
5 
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 
A. Perencanaan Kinerja.............................................. 
1. Visi ……………………………………………….. 
2. Misi ………………………………………………... 
3. Tujuan …………………………………………...... 
4. Nilai-nilai………………………………………….. 
5. Strategi Nasional Pembangunan Kesehatan 
Masyarakat...................................................… 
6. Sasaran Strategi Ditjen Bina Gizi dan KIA...… 
7. Indikator Kinerja………………………………… 
B. Perjanjian Kinerja..................................................... 
1. Indikator Kinerja Program Bina Gizi dan KIA.… 
2. Indikator Penunjang Kinerja Program (Kegiatan)... 
7 
8 
8 
9 
9 
9 
10 
11 
12 
13 
15
viii 
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 
A. Pengukuran Kinerja ............................................... 
a. Capaian Indikator Kinerja Utama Program 
BinaGizi dan KIA......................................…… 
b. Capaian Indikator Kinerja Kegiatan.................... 
c. Capaian Kinerja Keuangan.................................. 
B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja..................... 
1. Indikator Kinerja Utama ……………………… 
a) Persentase ibu hamil ditolong oleh nakes 
terlatih (cakupan Pn) ................................... 
b) Persentase Kunjungan Neonatal Pertama 
(KN1)... 
c) Persentase Balita ditimbang berat badannya 
(D/S) ........................................................... 
2. Indikator Kinerja Kegiatan................................... 
a) Persentase Balita Gizi Buruk yang mendapat 
Perawatan..................................................... 
b) Persentase Ibu Hamil Mendapat Pelayanan 
Antenatal (cakupan K4).................................. 
c) Persentase KB sesuai Standar di Fasilitas 
Pelayanan Kesehatan................................... 
d) Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi........... 
e) Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita... 
f) Cakupan SD/MI melaksanakan Penjaringan 
Siswa Kelas 1................................................. 
g) Cakupan Kabupaten/Kota Menyelenggarakan 
Pembinaan Yankestradkom........................... 
h) Jumlah RS Menyelenggarakan 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 
22 
22 
24 
25 
27 
27 
27 
36 
41 
48 
48 
53 
60 
64 
69 
74 
79 
86
ix 
Yankestradkom 
i) Jumlah Puskesmas Melaksanakan Upaya 
Kesehatan Kerja........................................... 
j) Jumlah Puskesmas Melaksanakan Upaya 
Kesehatan Olahraga...................................... 
k) Persentase satuan kerja yang 
menyelenggaran administrasi kepemerintahan 
sesuai ketentuan. 
l) Penyediaan Sarana dan Prasarana sesuai 
dengan standar............................................. 
m) Penyelenggaraan Bantuan Operasional 
Kesehatan..................................................... 
C. Akuntabilitas Keuangan........................................... 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 
90 
92 
94 
99 
104 
108 
BAB IV PENUTUP ............................................................ 113 
LAMPIRAN
x 
DAFTAR TABEL 
Tabel 2.1 : Indikator Kinerja Program Bina Gizi dan KIA Tahun 2012..... 14 
Tabel 2.2 : Indikator Sekretariat Ditjen Bina Gizi dan KIA………………… 15 
Tabel 2.3 : Indikator Bina Gizi Masyarakat................................................ 16 
Tabel 2.4 : Indikator Bina Kesehatan Ibu.................................................. 17 
Tabel 2.5 : Indikator Bina Kesehatan Anak............................................... 19 
Tabel 2.6 : Indikator Bina Pelayanan Kestradkom.................................... 20 
Tabel 2.7 : Indikator Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga........................ 21 
Tabel 3.1 : Capaian Indikator Kinerja Utama Program Bina Gizi dan 
Kesehatan Ibu dan Anak ....................................................... 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 
23 
Tabel 3.2 : Capaian Indikator Kinerja Setditjen Bina Gizi dan KIA ........... 24 
Tabel 3.3 : Capaian Kinerja Keuangan Kantor Pusat................................ 26 
Tabel 3.4 : Capaian Kinerja Keuangan Kantor Daerah (UPT)...………..... 27 
Tabel 3.5 : Capaian Indikator Pn antar tahun 2009-2013.………........... 28 
Tabel 3.6 : Capaian Indikator KN1 antar tahun 2009-2013....................... 36 
Tabel 3.7 : Capaian Indikator D/S antar tahun 2009-2013........................ 41 
Tabel 3.8 : Capaian Indikator K4 antar tahun 2009-2013.......................... 53 
Tabel 3.9 : Capaian Pelayanan Kesehatan Bayi antar tahun 2009-2013.. 65 
Tabel 3.10: Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita antar tahun 
2009-2013................................................................................ 
69 
Tabel 3.11: Cakupan SD/MI Melaksanakan Pemeriksaan Kesehatan 
antar tahun 2009-2013............................................................ 
74 
Tabel 3.12: Cakupan Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan 
Yankestradkom........................................................................ 
80 
Tabel 3.13: Jumlah Rumah Sakit Menyelenggarakan Yankestradkom..... 87 
Tabel 3.14: Realisasi Anggaran Program Bina Gizi dan KIA Tahun 2013 
Menurut Jenis Anggaran.......................................................... 
119 
Tabel 3.15: Realisasi Anggaran Program Bina Gizi dan KIA Tahun 2010 - 
2013..................................................................................... 
110
xi 
Tabel 3.16: Realisasi Anggaran Program Bina Gizi dan KIA Lokasi Kantor 
Pusat Menurut Satuan Kerja...................................... 
Tabel 3.17: Realisasi Anggaran Program Bina Gizi dan KIA Menurut 
Lokasi Satuan Kerja Kantor Daerah........................................ 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 
111 
112
xii 
DAFTAR GRAFIK 
Grafik 3.1 : Tren cakupan PN tahun 2010-2013 dibandingkan target 
Renstra Kemenkes 2010-2014 ………………………..... 
29 
Grafik 3.2 : Capaian Cakupan Pn tahun 2013......... …………………… 29 
Grafik 3.3 : Tren Capaian Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) Tahun 
2009-2013…....………………………..............…………….... 
37 
Grafik 3.4 : Cakupan KN1 menurut Provinsi Tahun 2013....................... 38 
Grafik 3.5 : Tren Cakupan D/S dibanding Target Renstra 2009-2014.… 42 
Grafik 3.6 : Capaian D/S menurut Provinsi Tahun 2013........................ 43 
Grafik 3.7 : Tren Jumlah Kasus Gizi Buruk yang Mendapat Perawatan 50 
Grafik 3.8 : Tren Cakupan K4 dibanding Target Renstra tahun 2010- 
2014....................................................................................... 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 
54 
Grafik 3.9 : Cakupan persentase cakupan K4 menurut Provinsi tahun 
2013....................................................................................... 
55 
Grafik 3.10 : Tren capaian jumlah fasilitas kesehatan yang mampu 
memberikan pelayanan KB sesuai standar tahun 2010 
sampai 2013.......................................................................... 
61 
Grafik 3.11 : Tren capaian faskes KB dari tahun 2010 hingga 2013 
dibandingkan target Renstra Kemenkes 2010-2014............ 
62 
Grafik 3.12 : Tren cakupan pelayanan kesehatan bayi tahun 2009-2013 
dibanding Target Renstra...................................................... 
66 
Grafik 3.13 : Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Menurut Provinsi 
Tahun 
2013............................................................................ 
66 
Grafik 3.14 : Tren Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita tahun 
2009-2013 dibanding Target Renstra................................... 
70 
Grafik 3.15 : Cakupan Yankes Balita 2013.................…………………….. 71 
Grafik 3.16: Tren Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak SD/MI 2010- 
2013 dibanding dengan Target Renstra............................... 
75
xiii 
Grafik 3.17: Capaian Pelayanan Kesehatan Anak SD/MI Per Provinsi... 76 
Grafik 3.18: Tren Cakupan Kabupaten/Kota Menyelenggarakan 
Yankestradkom Tahun 2010-2013 dibanding Renstra.......... 
80 
Grafik 3.19: Jumlah Puskesmas yang Melaksanakan Kesehatan Kerja... 91 
Grafik 3.20: Jumlah Puskesmas yang Menyelenggarakan Kesehatan 
Olahraga............................................................................... 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 
93 
Grafik 3.21: Trend Realisasi Indikator Penyelenggaraan Kepemerintahan 
Tahun 2010-2013...................................... 
96 
Grafik 3.22: Trend Realisasi Indikator Penyediaan Sarana & Prasarana 
Tahun 2010-2013.................................................................. 
100 
Grafik 3.23: Realisasi Keuangan dan Capaian Fisik Setditjen Bina Gizi & 
KIA Tahun 2013................................................................. 
103 
Grafik 3.24: Trend Puskesmas yang Merealisasikan BOK Tahun 2011- 
2014....................................................................................... 
105 
Grafik 3.25: Trend Realisasi Dana BOK Tahun 2011-2013..................... 106 
Grafik 3.26: Trend Serapan Anggaran disbanding Capaian Indikator....... 111
Gambar 3.1 : Salah satu Poskesdes di Kab Gorontalo.............. 30 
Gambar 3.2 : Pelaksanaan P4K di Provinsi NTT.................. 31 
Gambar 3.3 : Kemitraan Bidan dan Dukun............................ 32 
Gambar 3.4 : Salah satu Rumah Tunggu Kelahiran di Provinsi 
xiv 
DAFTAR GAMBAR 
Jambi 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 
32 
Gambar 3.5 : Konseling ASI pada saat Kunjungan Neonatal...... 38 
Gambar 3.6 : Fasilitasi Peningkatan Pelayanan BBLR dan Bayi 
di Puskesmas dan RS di Kab Lampung.......... 
39 
Gambar 3.7 : Peningkatan Kapasitas dokter Umum dalam 
Tatalaksana Bayi dan Balita Sakit di Jakarta...... 
39 
Gambar 3.8 : Pengembangan Materi KIE Perawatan Bayi Baru 
Lahir dan Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir di 
Puskesmas Wilayah Kabupaten Jayawijaya...... 
40 
Gambar 3.9 : Aktifitas Penimbangan di Posyandu 
KelurahanCipedak, Jakarta Selatan.................. 
44 
Gambar 3.10: Contoh Penanganan Kasus Gizi Buruk............. 50 
Gambar 3.11: Ruangan di dalam TFC (Terauphetic Feeding 
Centre)... 
51 
Gambar 3.12: Pelaksanaan Kelas Ibu hamil yang merupakan 
sarana peningkatan pengetahuan pada Ibu 
Hamil.... 
56 
Gambar 3.13: Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan 
reproduksi terpadu, termasuk pelayanan KB......... 
60 
Gambar 3.14: Pelayanan Pemantauan Tumbuh Kembang Anak 
Balita..................................................................... 
69
Puskesmas............................................................. 
81 
Pelayanan Akupunktur Medik........................ 
87 
xv 
Gambar 3.15: Orientasi Akupresur Tenaga Kesehatan 
Gambar 3.16: Peningkatan Kapasitas dokter RS dalam 
Gambar 3.17: Peningkatan Kapasitas dokter RS dalam 
Pelayanan Obat 
Herbal................................................................ 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 
88 
Gambar 3.18: Pertemuan Perencanaan............................... 95 
Gambar 3.19: Peningkatan SDM.......................................... 95 
Gambar 3.20: Sosialisasi Peraturan Per-UU............................. 95 
Gambar 3.21: Pelatihan Photograpi.......................................... 95 
Gambar 3.22: Komitmen ISO 9001:2008 Setditjen Bina Gizi 
KIA.......... 
97 
Gambar 3.23: Piagam Penghargaan ISO 9001:2008, Ditjen Bina 
Gizi 
&KIA....................................................................... 
97 
Gambar 3.24: Absensi Finger Print Setditjen Bina Gizi & 
KIA.......................................................................... 
101 
Gambar 3.25: Character Building Ditjen Bina Gizi & KIA.......... 104 
Gambar 3.26: Pelatihan Bisnis Proses,Ditjen Bina Gizi & KIA... 104 
Gambar 3.27: Trend Realisasi Dana BOK Tahun 2011-2013....... 106
Good governance merupakan salah satu prasyarat bagi pemerintah 
untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Salah satu 
upaya yang dilakukan adalah menciptakan pelaksanaan pemerintahan 
yang bersih, transparan, akuntabel dan bertanggung jawab. Wujud 
transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan pengelolaan sumber daya 
Instansi Pemerintah diwujudkan dalam laporan pertanggungjawaban 
dalam mencapai visi, misi dan tujuan organisasi yang dijalankan sesuai 
Rencana Strategis. 
Kementerian Kesehatan mengemban tugas untuk meningkatkan 
derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya, menurunkan Angka 
Kematian Ibu, Angka Kematian Bayi, prevalensi gizi kurang dan gizi 
buruk serta peningkatan akses pelayanan kesehatan terutama bagi 
masyarakat miskin serta masyarakat di daerah terpencil, perbatasan 
dan kepulauan. Tugas tersebut tertuang dalam Rencana Strategis 
(Renstra) Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014, yang ditetapkan 
melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.03.01/60/I/2010. 
Dalam upaya mendukung tercapainya tugas tersebut, pada tahun 
2013 Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak telah melaksanakan 
kebijakan dan menyusun berbagai rencana kegiatan sebagai 
penjabaran visi, misi dan rencana strategis. Komitmen tersebut 
dibuktikan melalui penyediaan anggaran yang memadai dan dapat 
dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, setiap unit teknis/unit utama 
dilingkup Kementerian Kesehatan wajib mempertangungjawabkan 
pelaksanaan kebijakan dan kewenangan pengelolaan sumber daya 
1 
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. LATAR BELAKANG 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
yang diberikan, dengan tetap berlandasan pada Rencana Strategis 
Kementerian Kesehatan. 
Kewajiban diatas sejalan dengan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 
1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan 
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (RB) 
Nomor 29 tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan 
Kinerja dan Laporan Akuntabilitas, maka setiap unit teknis/unit utama 
yang merupakan unsur penyelenggara pemerintahan negara, wajib 
memberikan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) 
yang merupakan dokumen berisi gambaran perwujudan Akuntabilitas 
Kinerja Instansi Pemerintah yang disusun dan disampaikan secara 
sistematis dan melembaga. 
Pelaporan kinerja juga dimaksudkan sebagai media untuk 
mengkomunikasikan pencapaian kinerja Direktorat Jenderal Bina Gizi 
dan KIA dalam satu tahun anggaran kepada masyarakat dan pemangku 
kepentingan lainnya. Pengukuran pencapaian kinerja bertujuan untuk 
mendorong Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA dalam meningkatkan 
transparansi, akuntabilitas dan efektifitas dari kebijakan dan program 
serta dapat menjadi masukan dan umpan balik bagi pihak-pihak yang 
berkepentingan dalam rangka meningkatkan kinerja organisasi. Oleh 
karena itu, substansi penyusunan LAKIP didasarkan pada hasil-hasil 
capaian indikator kinerja dari masing-masing unit satuan kerja yang ada 
di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA. 
Dengan mempertimbangkan hal tersebut dan mengacu pada 
petunjuk teknis penyusunan laporan akuntabilitas kinerja yang 
ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan, maka Ditjen Bina Gizi dan 
Kesehatan Ibu dan Anak perlu menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja 
Instansi Pemerintah (LAKIP), sebagai bentuk pertanggungjawaban 
pelaksanaan kegiatan secara akuntabel dan transparan. 
2 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal 
Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak merupakan suatu 
kewajiban untuk mempertanggung jawabkan keberhasilan dan 
kegagalan misi organisasi tahun 2013 dalam mencapai target 
dan sasaran program seperti yang tertuang dalam Rencana 
Strategis, dan ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja 
Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak oleh 
pejabat yang bertanggungjawab. 
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 
1144/Menkes/PER/XI/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja 
Departemen Kesehatan, tugas pokok Direktorat Jenderal Bina Gizi dan 
Kesehatan Ibu dan Anak adalah merumuskan serta melaksanakan 
kebijakan dan standarisasi teknis di bidang Gizi dan Kesehatan Ibu dan 
Anak. 
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan 
Kesehatan Ibu dan Anak, mempunyai fungsi sebagai berikut: 
1. Perumusan kebijakan di bidang pembinaan gizi dan kesehatan ibu 
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan gizi dan kesehatan ibu 
3 
B. MAKSUD DAN TUJUAN 
C. TUGAS POKOK DAN FUNGSI 
dan anak; 
dan anak; 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
3. Penyusunan Standar, Norma, Pedoman dan Kriteria dan Prosedur 
4. Pemberian Bimbingan Teknis dan Evaluasi di bidang pembinaan 
5. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal bina gizi dan 
Fungsi tersebut dilaksanakan oleh organisasi yang susunannya adalah 
sebagai berikut : 
5. Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif, dan 
Di samping Direktorat teknis di pusat, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan 
Kesehatan Ibu dan Anak membina beberapa Unit Pelaksana Teknis di 
daerah, yang terdiri dari : 
4 
di bidang pembinaan gizi dan kesehatan ibu dan anak; 
gizi dan kesehatan ibu dan anak; 
kesehatan ibu dan anak. 
1. Sekretariat Direktorat Jenderal; 
2. Direktorat Bina Gizi; 
3. Direktorat Bina Kesehatan Ibu 
4. Direktorat Bina Kesehatan Anak; 
Komplementer; dan 
6. Direktorat Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga. 
1. Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat Bandung 
2. Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat Makassar 
3. Loka Kesehatan Tradisional Masyarakat Palembang 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
Sistematika penulisan Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Gizi dan 
Kesehatan Ibu dan Anak adalah sebagai berikut : 
Pendahuluan, menjelaskan uraian singkat mengenai tujuan program 
yang dilaksanakan oleh Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan 
Anak, tugas pokok dan fungsi, susunan organisasi serta sistematika 
penulisan laporan 
Rencana Stratejik, menjelaskan mengenai rencana stratejik dan 
rencana kinerja. Pada bab ini disampaikan gambaran singkat 
sasaran yang ingin dicapai Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan 
Anak tahun 2010. 
Akuntabilitas Kinerja, menguraikan tentang sumber pembiayaan, 
indicator kinerja evaluasi kinerja, termasuk menguraikan 
keberhasilan dan kegagalan, hambatan/kendala dan permasalahan 
yang dihadapi serta langkah-langkah antisipatif yang akan diambil. 
Penutup, mengemukakan simpulan dari tujuan secara umum 
tentang keberhasilan dan kegagalan, permasalahan dan kendala 
utama yang berkaitan dengan kinerja Ditjen Bina Gizi dan 
Kesehatan Ibu dan Anak serta strategi pemecahan masalah yang 
akan dilaksanakan di tahun mendatang. 
5 
D. SISTEMATIKA 
- Ringkasan Ekskutif 
- Kata Pengantar 
- Daftar Isi 
- BAB I 
- BAB II 
- BAB III 
- BAB IV 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
6 
- LAMPIRAN 
• Formulir RK : Pengukuran Kinerja 
• Formulir RKT : Rencana Kinerja Tahunan 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
Pembangunan kesehatan menjadi upaya prioritas dalam 
rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia, 
sebagaimana diamanahkan dalam UU 36 tahun 2009. Sejalan 
dengan itu, Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 
2010-2014 disusun dan ditetapkan dengan keputusan Nomor 
021/Kemenkes/SK/1/2011, serta tercantum dalam Rencana 
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan 
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP). 
Rencana Aksi kegiatan Direktorat Jenderal Bina Gizi dan 
Kesehatan Ibu dan Anak merupakan penjabaran dari Rencana 
Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010 – 2014. Disebutkan 
bahwa Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak 
merupakan program yang terkait dengan pencapaian target 
MDGs; terutama pada target pertama untuk menurunkan 
prevalensi gizi kurang sebesar 15,5% dan gizi buruk sebesar 
3,6% pada tahun 2015; target keempat mengurangi tingkat 
kematian Balita hingga menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup dan 
bayi 23 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015; target kelima 
mengurangi angka kematian ibu hingga mencapai 102 per 
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. 
Dalam mencapai target MDGs diatas, telah dilakukan berbagai 
upaya intervensi sebagaimana tertuang dalam Rencana Aksi 
Kegiatan Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. Upaya 
7 
BAB II 
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 
A. PERENCANAAN KINERJA 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
tersebut diharapkan dapat memiliki daya ungkit terhadap 
pencapaian target MDGs. Indikator dan target kinerja yang telah 
ditetapkan pada awal tahun akan menjadi ukuran keberhasilan 
pelaksanaan program, yang meliputi Indikator Kinerja Program 
(IKP) dan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) yang dilaksanakan di 
tingkat esselon 2. 
Agar tercapainya target indikator sebagaimana yang telah 
dijabarkan dalam Rencana Aksi Program Ditjen Bina Gizi dan KIA, 
dalam bab ini perlu ditegaskan kembali tentang visi, misi, tujuan 
nilai-nilai, kebijakan, program, sasaran strategis, dan indikator. 
Secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut: 
Visi Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan 
Anak mengacu pada visi Kementerian Kesehatan tahun 2010- 
2014 yaitu “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan” 
2. Misi 
Misi Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak 
mengacu kepada Misi Kementerian Kesehatan yaitu: 
a. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, melalui 
pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat 
madani. 
b. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin 
tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu 
dan berkeadilan. 
c. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya 
8 
1. Visi 
kesehatan. 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
3. Tujuan 
Tujuan Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak adalah 
terselenggaranya pembangunan kesehatan secara berhasil guna 
dan berdaya guna dalam rangka mencapai derajat kesehatan dan 
gizi masyarakat yang setinggi-tingginya. 
4. Nilai-Nilai 
Guna mewujudkan visi dan misi rencana strategis pembangunan 
kesehatan, Ditjen Bina Gizi dan KIA menganut dan menjunjung 
tinggi nilai-nilai yang telah dirumuskan dalam Renstra 
Kementerian Kesehatan antara lain: 
5. Strategi Nasional Pembangunan Kesehatan Masyarakat 
Dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan masyakat, 
strategi yang dilakukan adalah : 
a. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan 
masyarakat madani dalam pembangunan kesehatan 
melalui kerjasama nasional dan global. 
b. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, 
terjangkau, bermutu dan berkeadilan, serta berbasis bukti 
dengan pengutamaan pada upaya promotif preventif. 
9 
d. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik. 
a. Pro Rakyat 
b. Inklusif 
c. Responsif 
d. Efektif 
e. Bersih 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
c. Meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan, 
terutama untuk mewujudkan jaminan sosial kesehatan 
nasional. 
d. Meningkatkan pengembangan dan pemberdayaan SDM 
e. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan dan 
keterjangkauan obat dan alat kesehatan serta menjamin 
keamanan/khasiat, kemanfaatan dan mutu sediaan 
farmasi, alat kesehatan dan makanan. 
f. Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, 
transparan, berdaya guna dan berhasil guna untuk 
memantapkan desentralisasi kesehatan yang bertanggung 
jawab. 
Meningkatnya ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan 
kesehatan yang bermutu bagi seluruh masyarakat. 
pelayanan kesehatan tradisional, alternatif dan komplementer 
e. Meningkatnya pembinaan upaya kesehatan kerja dan olahraga 
10 
kesehatan yang merata dan bermutu. 
6. Sasaran Strategis Ditjen Bina Gizi dan KIA 
Sasaran Program: 
Dengan sasaran kegiatan: 
a. Meningkatnya kualitas penanganan gizi masyarakat 
b. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan ibu dan 
reproduksi 
c. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan anak 
d. Meningkatnya pembinaan, pengawasan dan pengembangan 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
g. Meningkatnya dukungan managemen dan pelaksanaan tugas 
1) Persentase ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga 
2) Cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1) sebesar 
3) Persentase Balita ditimbang berat badannya (jumlah 
1) Presentase balita ditimbang berat badannya 
2) Presentase balita gizi buruk yang mendapat perawatan 
3) Presentase ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga 
4) Presentase ibu hamil yang mendapatkan antenatal K4 
5) Presentase fasilitas kesehatan yang memberikan 
11 
f. Tersedianya Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) untuk 
puskesmas. 
teknis lainnya pada program Bina Gizi Kesehatan Ibu dan 
Anak. 
7. Indikator Kinerja 
Indikator Kinerja Ditjen Bina Gizi dan KIA terdiri dari indikator 
Kinerja Program dan Indikator Kinerja Kegiatan, antara lain: 
a. Indikator Kinerja Program (IKP): 
kesehatan terlatih (cakupan PN) sebesar 90%; 
90%; 
Balita ditimbang/Balita seluruhnya (D/S)) sebesar 85%. 
b. Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) 
kesehatan terlatih (cakupan PN) 
(kunjungan 4 kali) 
pelayanan KB sesuai standar 
6) Cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1) 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
7) Cakupan pelayanan kesehatan bayi 
8) Cakupan pelayanan kesehatan balita 
9) Cakupan SD/MI melaksanakana penjaringan siswa 
10) Cakupan kabupaten/ kota yang menyelengarakan 
program bina pelayanan kesehatan tradisional alternatif 
dan komplementer 
11) Jumlah Rumah Sakit yang menyelenggarakan 
pelayanan kesehatan tradisional kyang aman dan 
bermanfaat sebagai pelayanan kesehatan alternatif dan 
komplementer 
12) Jumlah puskesmas yang melaksanakan upaya 
13) Jumlah puskesmas yang melaksanakan upaya 
14) Presentasse satuan kerja yang menyelenggaraan 
15) Presentase sarana dan prasarana sesuai dengan 
standar.Jumlah puskesmas yang mendapat Bantuan 
Operasionak Kesehatan dan Menyelenggarakan 
Lokakarya Mini untuk mencapai pencapaian SPM. 
Perjanjian kinerja Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA telah 
ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja yang merupakan 
suatu dokumen pernyatan kinerja/ perjanjian kinerja antara atasan 
dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu dengan 
didukung sumber daya yang tersedia. 
12 
kelas 1 
kesehatan kerja di wilayah industri 
kesehatan olahraga. 
administrasi kepemerintahan sesuai ketentuan 
B. PERJANJIAN KINERJA 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
Indikator dan target kinerja yang telah ditetapkan, menjadi 
kesepakatan yang mengikat untuk dilaksanakan dan 
dipertanggungjawabkan sebagai upaya mewujudkan pelayanan 
kesehatan kepada masyarakat yang berkualitas. Perjanjian 
penetapan kinerja Program Bina Gizi dan KIA, merupakan 
dokumen penetapan kinerja tahun 2012 yang telah ditandatangani 
bersama oleh Direktur Jenderal dan Menteri Kesehatan RI pada 
bulan Maret 2013. Indikator tersebut antara lain: 
Indikator kinerja program Bina Gizi dan Kesehatan ibu dan 
anak terdiri dari tiga indikator yang dianggap dapat 
merefleksikan kinerja program. Indikator tersebut meliputi 
indikator kesehatan ibu (PN), dan indikator kesehatan anak 
(KN1), indikator bina gizi (D/S). 
Cakupan PN menggambarkan indikator pelayanan kesehatan 
terhadap pelayanan persalinan yang dilakukan oleh tenaga 
kesehatan. Indikator PN menjadi penting karena pada periode 
persalinan merupakan salah satu periode yang berkontribusi 
terhadap resiko kematian ibu di Indonesia dan merupakan 
bagian dari indikator kesepakatan global (MDGs), pertolongan 
persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan 
persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan 
dengan kompetensi kebidanan. Cakupan KN1 
menggambarkan pelayanan kesehatan pada neonatus (0-28 
hari). Indikator ini menjadi penting karena pada usia kelahiran 
0-28 hari merupakan masa yang memiliki resiko terjadinya 
gangguan kesehatan paling tinggi dibanding usia lainnya dan 
13 
1. Indikator Kinerja Program Bina Gizi dan KIA 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
berkaitan erat dengan upaya penurunan risiko kematian bayi 
pada 48 jam pertama. Cakupan D/S menggambarkan tingkat 
motivasi/partisipasi masyarakat dalam memantau 
pertumbuhan dan perkembangan, serta kesehatan balita di 
Posyandu. Indikator ini menjadi penting karena selain 
menunjukkan pelayanan gizi pada balita, juga memiliki korelasi 
yang kuat dengan peningkatan cakupan pemberian vitamin A, 
Imunisasi dan penemuan kasus kurang gizi di Posyandu. 
Secara teknis indikator tersebut memenuhi syarat untuk 
digunakan sebagai tolokukur keberhasilan, karena selain 
ketersediaan data, juga kesinambungan dan validitasnya dapat 
dijaga dengan baik melalui sistem pelaporan yang baik. Pada 
tahun 2012, indikator program Bina Gizi dan Kesehatan ibu 
dan anak telah ditetapkan beserta target-targetnya (tabel 1). 
Indikator Target 
14 
Tabel 2.1 Indikator Kinerja Program Bina Gizi dan KIA 
Tahun 2013 
No. Sasaran 
Strategis 
1 Meningkatkan 
status 
kesehatan dan 
Gizi 
Masyarakat 
% ibu bersalin yang ditolong oleh 
nakes terlatih (cakupan PN) 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 
89% 
% Cakupan kunjungan neonatal 
pertama (KN1) 
89% 
Persentase Balita ditimbang berat 
badannya (D/S) 
80%
Indikator kegiatan Sekretariat Direktrorat Jenderal Bina Gizi dan KIA 
meliputi; a) persentase satuan kerja yang menyelenggarakan 
administrasi kepemerintahan sesuai dengan ketentuan; indikator 
merupakan indikator komposit dari penyelenggaraan administrasi 
sesuai dengan ketentuan yang meliputi penilaian penyelenggaraan 
perencanaan, pengorganisasian, pengawasan, pengaturan 
sumberdaya dan pengelolaan keuangan; b) persentase sarana dan 
prasarana kerja yang sesuai standar; indikator ini merupakan 
indikator komposit dari penyelenggaraan sarana dan prasarana 
sesuai standar yaitu sesuai jumlah, jenis, ukuran dan syarat teknis 
lainnya; c) Jumlah puskesmas yang mendapatkan Bantuan 
Operasional Kesehatan dan menyelenggarakan Lokakarya Mini. 
Sasaran Strategis Indikator Target 
15 
2. Indikator Penunjang Kinerja Program (Kegiatan) 
a. Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA 
Tabel 2.2 Indikator Sekretariat Ditjen Bina Gizi dan KIA 
Meningkatnya dukungan manajemen 
dan pelaksanaan tugas teknis lainnya 
pada program bina gizi dan kesehatan 
ibu dan anak. status kesehatan dan 
Gizi Masyarakat 
Persentase satuan kerja yang 
menyelenggarakan adminstrasi 
kepemerintahan sesuai ketentuan 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 
95% 
Persentase sarana dan prasarana kerja 
yang sesuai standar 
90% 
Jumlah Puskesmas yang mendapatkan 
Bantuan Operasional Kesehatan dan 
menyelenggarakan Lokakarya Mini 
untuk menunjang pencapaian SPM 
Jumlah puskesmas yang mendapatkan 
Bantuan Operasional Kesehatan dan 
menyelenggarakan Lokakarya Mini 
untuk menunjang pencapaian SPM 
8.868 
Puskemas
Indikator kegiatan Direktorat Bina Gizi meliputi: a) Persentase balita 
ditimbang berat badannya (D/S). Cakupan D/S ini menggambarkan 
tingkat motivasi/partisipasi masyarakat dalam memantau 
pertumbuhan dan perkembangan, serta kesehatan balita di 
Posyandu. Indikator ini menjadi penting karena selain menunjukkan 
pelayanan gizi pada balita, juga memiliki korelasi yang kuat dengan 
peningkatan cakupan pemberian vitamin A, Imunisasi dan penemuan 
kasus kurang gizi di Posyandu.; b) Persentase balita gizi buruk yang 
mendapat perawatan. Indikator ini menggambarkan respon terhadap 
penanganan kasus gizi buruk dengan segera setelah kasus 
diketemukan. Artinya bahwa setiap balita gizi buruk yang 
diketemukan harus mendapat perawatan baik rawat jalan maupun 
rawat inap. 
Sasaran Strategis Indikator Target 
16 
b. Direktorat Bina Gizi 
Tabel 2.3 Indikator Bina Gizi Masyarakat 
Meningkatnya kualitas 
penanganan masalah gizi 
masyarakat 
Persentase (%) balita ditimbang 
berat badannya (Jumlah balita ditim 
bang/balita seluruhnya (D/S)) 
Persentase balita gizi buruk yang 
mendapat perawatan 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 
80% 
100% 
c. Direktorat Bina Kesehatan Ibu 
Indikator kegiatan bina pelayanan kesehatan ibu meliputi: a) 
Persentase Ibu Bersalin yang ditolong oleh Nakes Terlatih 
(Cakupan Pn). Cakupan PN menggambarkan indikator
pelayanan kesehatan terhadap pelayanan persalinan yang 
dilakukan oleh tenaga kesehatan. Indikator PN menjadi 
penting karena pada periode persalinan merupakan salah satu 
periode yang berkontribusi terhadap resiko kematian ibu di 
Indonesia dan merupakan bagian dari indikator kesepakatan 
global (MDGs); b) Persentase Ibu Hamil mendapat Pelayanan 
Antenatal Care (K4). Indikator ini memperlihatkan akses 
pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat 
kepatuhan klien dalam memeriksakan kehamilannya minimal 
empat kali ke tenaga kesehatan; dan c) Persentase Fasilitas 
Pelayanan Kesehatan yang memberikan Pelayanan KB sesuai 
standar. Indikator ini memperlihatkan tingkat kemampuan 
Pemerintah dalam menyediakan pelayanan KB berkualitas 
sesuai standar yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih. 
Sasaran Strategis Indikator Target 
17 
Tabel 2.4 Indikator Bina Kesehatan Ibu 
Meningkatnya kualitas 
pelayanan kesehatan ibu 
dan reproduksi 
• Persentase (%) Ibu Bersalin yang 
ditolong oleh Nakes Terlatih 
(Cakupan Pn) 
• Persentase (%) Ibu Hamil 
mendapat Pelayanan Antenatal 
Care (K4) 
• Persentase (%) Fasilitas Pelayanan 
Kesehatan yang memberikan 
Pelayanan KB sesuai standar 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 
89% 
93% 
90%
d. Direktorat Bina Kesehatan Anak 
Indikator Bina Kesehatan Anak meliputi: a) Cakupan kunjungan 
neonatal pertama (KN1). Indikator kunjungan neonatal Pertama 
(KN1) adalah indikator yang menggambarkan upaya kesehatan 
bayi baru lahir dan berkaitan erat dengan upaya penurunan risiko 
kematian bayi dimana 48 jam pertama merupakan risiko yang 
paling tinggi ; b) Cakupan pelayanan kesehatan bayi. Indikator ini 
merupakan penilaian terhadap upaya peningkatan akses bayi 
memperoleh pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini 
mungkin adanya kelainan atau penyakit, pemeliharaan 
kesehatan dan pencegahan penyakit serta peningkatan kualitas 
hidup bayi; c) Cakupan pelayanan kesehatan anak Balita. 
Indikator ini menggambarkan Pelayanan yang dilakukan oleh 
tenaga kesehatan dalam upaya meningkatkan kualitas hidup 
anak balita diantaranya adalah melakukan pemeriksaan 
pertumbuhan dan perkembangan dengan menggunakan 
instrument SDIDTK, pembinaan pada posyandu, pembinaan 
anak prasekolah (PAUD) dan konseling keluarga pada kelas ibu 
balita tentang Buku KIA, pemberian ASI sampai 2 tahun, 
makanan gizi seimbang, perawatan dan stimulasi tumbuh 
kembang pada anak; d) Cakupan SD/MI melaksanakan 
penjaringan siswa kelas I. Indikator ini menggambarkan bentuk 
pelayanan kesehatan. Indikator ini menggambarkan tentang 
pemantauan dan pelayanan kesehatan pada anak usia sekolah. 
Pemantauan dan pelayanan kesehatan merupakan kegiatan 
pemeriksaan kesehatan yang dilakukan terhadap siswa kelas 1 
Sekolah Dasar atau yang sederajat untuk memilah siswa yang 
18 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
mempunyai masalah kesehatan agar segera mendapatkan 
penanganan sedini mungkin. 
Sasaran Strategis Indikator Target 
19 
Tabel 2.5 Indikator Bina Kesehatan Anak 
Meningkatnya kualitas 
pelayanan kesehatan 
anak 
1) Cakupan kunjungan neonatal pertama 
(KN1) 
2) Cakupan pelayanan kesehatan bayi 
3) Cakupan pelayanan kesehatan anak 
Balita 
4) Cakupan SD/MI melaksanakan 
penjaringan siswa kelas I 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 
89% 
87% 
83% 
94% 
e. Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Tradisional 
Alternatif dan Komplementer. 
Indikator Bina Pelayanan kestradkom dan komplementer 
meliputi: a) Cakupan kabupaten/ kota yang menyelenggarakan 
pembinaan pelayanan kesehatan tradisional alternatif dan 
komplementer. Indikator ini merupakan refleksi dari 
penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional di tingkat 
Kabupaten/Kota melalui Dinas Kesehatan dan Puskesmas; b) 
Jumlah RS yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan 
tradisional yang aman dan bermanfaat sebagai pelayanan 
alternatif dan kompelementer. Indikator ini menggambarkan 
pelayanan kesehatan tradisional yang diselenggarakan di rumah 
sakit pemerintah dalam memberikan pelayanan pengobatan 
alternatif selain pengobatan konvensional.
Sasaran Strategis Indikator Target 
20 
Tabl 2.6 Indikator Bina Pelayanan Kestradkom 
Meningkatnya pembinaan, 
pengawasan dan 
pengembangan pelayanan 
kesehatan tradisional 
alternatif dan komplementer 
1) Cakupan kabupaten/ kota yang 
menyelenggarakan pembinaan 
pelayanan kesehatan tradisional 
alternatif dan komplementer. 
2) Jumlah RS yang menyelenggarakan 
pelayanan kesehatan tradisional yang 
aman dan bermanfaat sebagai 
pelayanan alternatif dan 
kompelementer 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 
40% 
56 RS 
f. Direktorat Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga 
Indikator pelayanan kesehatan kerja dan olahraga meliputi: a) 
Jumlah Puskesmas yang melaksanakan upaya kesehatan Kerja 
di Wilayah Industri. Indikator ini menggambarkan ukuran 
pelayanan kesehatan kerja yang dilaksanakan oleh Puskesmas 
di wilayah industri, untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi 
pekerja-pekerja industri ; b) Jumlah Puskesmas yang 
melaksanakan upaya kesehatan Olahraga. Indikator ini 
menggambarkan pelayanan kesehatan olahraga di 
Kabupaten/Kota dan Puskesmas.
Sasaran Strategis Indikator Target 
21 
Tabel 2.7 Indikator Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga 
Meningkatnya 
Pembinaan Upaya 
Kesehatan Kerja dan 
Olahraga 
Jumlah Puskesmas yang melaksanakan 
upaya kesehatan Kerja di Wilayah 
Industri 
Jumlah Puskesmas yang melaksanakan 
upaya kesehatan Olahraga 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 
576 Pkm 
240 Pkm
Dalam Permenpan 29 tahun 2010 disebutkan bahwa 
pengukuran kinerja adalah pengukuran pencapaian target kinerja 
yang ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja yang diperoleh 
dengan membandingkan antara target kinerja dan realisasi. 
Perbandingan antara target dengan realisasi disebut dengan 
pencapaian, yang menunjukkan ukuran tingkat kinerja indikator. Data 
realisasi diperoleh dari laporan direktorat teknis terkait berdasarkan 
data laporan bulanan rutin Dinas Kesehatan 
Propinsi/Kabupaten/Kota, sedangkan target kerja mengacu pada 
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014. 
Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan pada tahun 2013, 
capaian Indikator Kinerja Program (IKP) dan Indikator Kinerja 
Kegiatan (IKK) dapat dilihat pada uraian capaian kegiatan berikut. 
a. Capaian Indikator Kinerja Utama Program Bina Gizi dan KIA 
Indikator Kinerja Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan 
Anak adalah persentase ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga 
kesehatan (PN), persentase kunjungan neonatal pertama (KN1) dan 
Persentase Balita ditimbang berat badannya (D/S). 
22 
BAB III 
AKUNTABILITAS KINERJA 
A. PENGUKURAN KINERJA 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
Cakupan PN menggambarkan indikator pelayanan kesehatan 
terhadap pelayanan persalinan yang dilakukan oleh tenaga 
kesehatan, cakupan KN1 menggambarkan pelayanan kesehatan 
pada neonatus (0-28 hari), dan Cakupan D/S menggambarkan 
tingkat motivasi/partisipasi masyarakat dalam memantau 
pertumbuhan dan perkembangan (penimbangan berat badan) serta 
kesehatan balita di Posyandu. Hasil pelaksanaan kegiatan dapat 
dilihat pada tabel berikut: 
Indikator Target Realisasi Pencapaian 
Tabel diatas menjukkan bahwa ketiga indikator kinerja utama 
tersebut dapat tercapai sesuai target yang ditetapkan. Rata-rata 
pencapaian indikator kinerja diatas 100%, bahkan indikator KN1 
menunjukkan peningkatan capaian sebesar 6,13% dibanding target 
yang ditetapkan. 
23 
Tabel 3.1 Capaian Indikator Kinerja Program Bina Gizi 
dan Kesehatan Ibu dan Anak 
No. Sasaran 
Strategis 
1 Meningkatkan status 
kesehatan dan Gizi 
Masyarakat 
% ibu bersalin yang 
ditolong oleh nakes 
terlatih (cakupan PN) 
89% 90,88% 102,11% 
% Cakupan kunjungan 
neonatal pertama 
(KN1) 
89% 92,33% 103,74% 
Persentase Balita 
ditimbang berat 
badannya (D/S) 
80% 80,29% 100,01% 
Sumber: laporan Akuntabilitas Direktorat 2013 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
Indikator kegiatan merupakan indikator yang menjadi tolok 
ukur kinerja eselon II di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Gizi dan 
KIA, dalam melaksanakan bidangnya. Indikator Kinerja Kegiatan 
dalam laporan ini, merupakan indikator penunjang indikator program. 
Selama tahun 2013, capaian kinerja cukup bervariatif sebagai mana 
termuat dalam tabel berikut. 
No Sasaran Strategis Indikator Target Realisasi Pencapaian 
24 
b. Capaian Indikator Kinerja Kegiatan 
Tabel 3.2 Capaian Indikator Kinerja Setditjen Bina Gizi dan KIA 
1 Meningkatnya dukungan 
manajemen dan pelaksanaan 
tugas teknis lainnya pada program 
bina gizi dan kesehatan ibu dan 
anak. status kesehatan dan Gizi 
Masyarakat 
1) Persentase satuan kerja yang 
menyelenggarakan adminstrasi 
kepemerintahan sesuai 
ketentuan 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 
95% 96,97% 102,07% 
2) Persentase sarana dan 
prasarana kerja yang sesuai 
standar 
90% 90,01% 100,01% 
2 Jumlah Puskesmas yang 
mendapatkan Bantuan Operasional 
Kesehatan dan menyelenggarakan 
Lokakarya Mini untuk menunjang 
pencapaian SPM 
Jumlah puskesmas yang 
mendapatkan Bantuan 
Operasional Kesehatan dan 
menyelenggarakan Lokakarya 
Mini untuk menunjang 
pencapaian SPM 
8.868 
Puskemas 
9.419 
Puskesmas 
106,21% 
3 Meningkatnya kualitas penanganan 
masalah gizi masyarakat 
Persentase balita gizi buruk yang 
mendapat perawatan 
100% 
(44.000) 
92,63% 
(40,755) 
92,63% 
4 Meningkatnya kualitas pelayanan 
kesehatan ibu dan reproduksi 
1) Persentase (%) Ibu Hamil 
mendapat Pelayanan Antenatal 
Care (K4) 
2) Persentase (%) Fasilitas 
Pelayanan Kesehatan yang 
memberikan Pelayanan KB 
sesuai standar 
93% 
90% 
(58.500) 
86,52% 
95,1% 
93,03% 
105,67% 
5 Meningkatnya kualitas pelayanan 
kesehatan anak 
5) Cakupan pelayanan 
kesehatan bayi 
6) Cakupan pelayanan 
kesehatan anak Balita 
7) Cakupan SD/MI 
melaksanakan penjaringan 
siswa kelas I 
87% 
83% 
94% 
87,77% 
70,12% 
73,91% 
100,89% 
84,48% 
78,63% 
6 Meningkatnya pembinaan, 
pengawasan dan pengembangan 
pelayanan kesehatan tradisional 
alternatif dan komplementer 
3) Cakupan kabupaten/ kota 
yang menyelenggarakan 
pembinaan pelayanan 
kesehatan tradisional alternatif 
dan komplementer. 
40% 
44,6% 
111,5%
25 
4) Jumlah RS yang 
menyelenggarakan pelayanan 
kesehatan tradisional yang 
aman dan bermanfaat sebagai 
pelayanan alternatif dan 
kompelementer 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 
56 RS 
73RS 
130,36% 
7 Meningkatnya Pembinaan Upaya 
Kesehatan Kerja dan Olahraga 
1) Jumlah Puskesmas yang 
melaksanakan upaya 
kesehatan Kerja di Wilayah 
Industri 
2) Jumlah Puskesmas yang 
melaksanakan upaya 
kesehatan Olahraga 
576 
240 
778 
671 
135,07% 
279,58% 
Sumber: laporan Akuntabilitas Direktorat 2013 
Tabel diatas memperlihatkan bahwa dari 13 indikator 
kinerja kegiatan dalam Program Gizi dan Kesehatan Ibu dan 
Anak terdapat 4 (empat) indikator yang tidak dapat mencapai 
target yaitu persentase balita gizi buruk yang mendapat 
perawatan 92,63% (target 100%), persentase ibu hamil 
mendapat pelayanan antenatal care (K4) sebesar 86,52% 
(target 93%), cakupan pelayanan kesehatan anak balita 
sebesar 70,12% (target 83%), dan cakupan SD/MI 
melaksanakan penjaringan siswa kelas I sebesar 73,91% 
(target 94%). Sementara capaian kinerja 10 indikator lainnya 
bervariatif, dengan pencapaian berkisar antara 100,01% 
hingga 279%. 
c. Capaian Kinerja Keuangan 
Capaian kinerja keuangan ini menggambarkan tingkat 
penyerapan anggaran dalam pelaksanaan kegiatan. Kinerja ini 
meliputi capaian fisik dan keuangan. Berdasarkan laporan 
keuangan diketahui bahwa realisasi keuangan lingkup kantor 
Pusat Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA rata-rata sebesar 
88,09% dan realisasi fisik 93,19%. Tabel dibawah 
menunjukkan adanya perbedaan capaian antara realisasi fisik
dan keuangan yang cukup besar, terdapat selisih 9,14% antara 
realisasi fisik dan keuangan. Perbedaan realisasi ini 
disebabkan karena anggaran kegiatan TP-ASI yang 
dialokasikan melalui Satker Direktorat Kesehatan Kerja dan 
Olahraga untuk Provinsi Banten tidak dapat terlaksana, 
sehingga serapan anggaran hanya mencapai 55,63%. 
Sementara kinerja keuangan Unit Pelaksana Teknis di Daerah 
(UPT) rata-rata sangat baik dengan realisasi fisik sebesar 
99,79% dan realiasi keuangan sebesar 92,21%. 
26 
Tabel 3.3 Capaian Kinerja Keuangan Kantor Pusat 
No Unit Organisasi Capaian Fisik 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 
(%) 
Capaian 
Keuangan (%) 
1 Sekretariat Ditjen Bina GIKIA 67,27 71,46 
2 Direktorat Bina Gizi 97,53 97,66 
3 Direktorat Bina Kes Ibu 100 96,58 
4 Direktorat Bina Kes Anak 97,87 91,64 
5 Direktorat Bina Yankestradkom 99,99 92,37 
6 Direktorat Bina Kesjor 96,5 55,63 
rata-rata 93,19 88,09 
Sumber: Laporan Keuangan dan PP39
Tabel 3.4 Capaian Kinerja Keuangan Kantor Daerah (UPT) 
27 
No Unit Organisasi Capaian Fisik 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 
(%) 
Capaian 
Keuangan (%) 
1 Balai Kesehatan Olahraga 
Masyarakat 
100 83,19 
2 Balai Kesehatan Tradisional 
Mayarakat 
99,59 95,42 
3 Loka Kesehatan Tradisional 
Masyarakat 
99,79 95,14 
rata-rata 99,79 92,21 
Sumber: Laporan Keuangan dan PP39 
B. EVALUASI DAN ANALISIS CAPAIAN KINERJA 
1. Indikator Kinerja Utama 
a) Persentase Ibu Bersalin yang Ditolong oleh Tenaga 
Kesehatan Terlatih (cakupan Pn) 
Pertolongan persalinan merupakan proses pelayanan 
persalinan yang dimulai pada kala I sampai dengan kala IV 
persalinan. Indikator Pn diukur dari jumlah persalinan yang ditolong 
tenaga kesehatan dibandingkan dengan jumlah sasaran ibu bersalin 
dalam setahun dikali 100%. Indikator ini memperlihatkan tingkat 
kemampuan Pemerintah dalam menyediakan pelayanan persalinan 
berkualitas yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih. Hasil 
pelaksanaan kegiatan dalam 5 (lima) tahun terakhir dapat dilihat 
pada tabel berikut.
Indikator Capaian Keterangan 
84,4% 
84,8% 
86,38% 
88,64% 
90,88% 
Target 
28 
Tabel 3.5 Capaian Indikator Pn antar tahun 2009-2013 
2009 2010 2011 2012 2013 
Persentase persalinan 
yang ditolong tenaga 
kesehatan terlatih 
(Cakupan Pn) 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 
tercapai 
Sumber data: Laporan Kesehatan Ibu Tahun 2013 
Tabel diatas terlihat bahwa cakupan pelayanan pertolongan 
persalinan oleh tenaga kesehatan menunjukkan adanya peningkatan 
bila dibandingkan antar tahun. Namun demikian kecenderungan 
peningkatannya hanya berkisar antara 0,4% hingga 2,26%. 
Peningkatan terendah (0,4%) terjadi antara tahun 2009 dan 2010 
sedangkan tertinggi (2,26%) terjadi antara tahun 2011 dan 2012. 
Walau demikian cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga 
kesehatan setiap tahun telah memenuhi target Renstra Kementerian 
Kesehatan (2010-2014). 
Bila dibandingkan dengan target Renstra, maka capaian 
indikator Pn selalu konsisten memenuhi harapan. Terutama tahun 
2013, capaian cakupan Pn sebesar 90,88% telah melampaui target 
yang ditetapkan (89%), bahkan telah melampaui target tahun 2014 
sebesar 90%. Perbandingan capaian target Pn antar tahun dapat 
dilihat pada grafik berikut.
Secara nasional target indikator Pn tersebut telah tercapai, namun 
masih terdapat disparitas cakupan antar provinsi. Disparitas antar 
provinsi cukup besar, bekisar antara 33,3% (Prov. Papua) hingga 
99,9% (Prov. Jawa Tengah). Secara rincian cakupan Pn menurut 
provinsi dapat dilihat grafik berikut. 
Dari grafik diatas kita lihat bahwa, jika dibandingkan dengan 
target Nasional maka provinsi dengan capaian rendah adalah; 
Lampung, Jawa Barat, Aceh, Kalimantan Barat, Sumatera Barat, 
Kalimantan Selatan, Sumatera Utara, Kalimantan Timur, Maluku, 
29 
Grafik 3.1. Tren cakupan Pn tahun 2010-2013 dibandingkan target 
Renstra Kemenkes 2010-2014 
Grafik 3.2. Capaian cakupan Pn tahun 2013 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
NTT, Papua Barat dan Papua. Terutama di provinsi Papua, perlu 
ditelusuri lebih lanjut terkait rendahnya capaian Pn ini. 
Dalam upaya peningkatan cakupan Pn tersebut, pada tahun 
2013 Direktorat Bina Kesehatan Ibu telah melaksanakan berbagai 
kegiatan, yaitu: 
1) Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu (RAN PP AKI) 
Tahun 2013-2015, melalui penyusunan Rencana Aksi Nasional. 
2) Peningkatan cakupan Pn dan Kf melalui Kemitraan Bidan dan 
3) Penguatan Manajemen dan Jejaring Rujukan di tingkat 
kabupaten/kota pada Pelayanan Persalinan di Fasilitas 
Pelayanan Kesehatan, 
4) Peningkatan koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor 
kesehatan untuk peningkatan cakupan Pn dan Kf di Fasilitas 
Kesehatan, 
5) Peningkatan kerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat 
6) Fasilitasi, Advokasi, Supervisi dan bimbingan teknis bagi 
pengelola program kesehatan ibu di daerah dengan cakupan Pn 
dan Kf rendah. 
Penyebab langsung (Direct Obstetric Death) Kematian ibu 
antaralain adalah komplikasi obstetri 
pada masa hamil, bersalin dan nifas, 
atau kematian yang disebabkan oleh 
suatu tindakan, atau berbagai hal 
yang terjadi akibat tindakan yang 
dilakukan selama hamil, bersalin 
atau nifas terkait erat dengan faktor 
penolong persalinan dan 
tempat/fasilitas persalinan. 
30 
Dukun serta Rumah Tunggu Kelahiran, 
dan Organisasi Profesi, 
Gambar 3.1 Salah satu Poskesdes di 
Kab Gorontalo 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
Persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan 
terbukti berkontribusi terhadap turunnya risiko kematian ibu karena 
akan mendapatkan pelayanan dengan sarana yang memadai, oleh 
tenaga kesehatan yang terlatih, serta penanganan 
kegawatdaruratan yang komprehensif. Berdasarkan SDKI 2012, 
Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih sudah 
memperlihatkan tren peningkatan dari tahun sebelumnya, namun 
kualitas pelayanan dan kompetensi tenaga kesehatan belum 
sepenuhnya sesuai standar pelayanan. 
Oleh karena itu, kebijakan Kementerian Kesehatan adalah 
seluruh persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan dan 
diupayakan dilakukan di fasilitas kesehatan. Hal ini sejalan dengan 
kebijakan JKN dalam mempersiapkan penyelenggaraannya. Dalam 
mempersiapkan penyelenggaraan JKN yang terhitung tanggal 1 
Januari 2014, rencana DAK Bidang Kesehatan difokuskan untuk 
kesiapan fasilitas kesehatan 
dalam mempersiapkan 
pelayanan. Untuk 
mendukung 
penyelenggaraan pelayanan 
kesehatan ibu bersalin, pada 
tahun 2013 Kementerian 
Kesehatan memfasilitasi 
Gambar 3.2 Pelaksanaan P4K di Provinsi NTT 
penyediaan Bidan Kit 
sebesar 1.377 unit, tenaga 
penolong persalinan yang berkompeten sebanyak 104.178 bidan 
desa di Indonesia dan 56.561 diantaranya tinggal di desa. Bidan 
yang tinggal di desa memberi kontribusi positif dalam penurunan 
kematian ibu. 
Salah satu upaya penting dalam program kesehatan ibu di 
Indonesia adalah Program Perencanaan Persalinan dan 
31 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
Pencegahan Komplikasi (P4K) yang menitikberatkan fokus totalitas 
pemantauan yang menjadi salahsatu upaya deteksi dini, 
menghindari risiko kesehatan pada ibu hamil serta menyediakan 
akses dan pelayanan kegawatdaruratan kebidanan dan bayi baru 
lahir dasar di tingkat Puskesmas (PONED) dan pelayanan 
kegawatdaruratan obstetri dan neonatal komprehensif di Rumah 
Sakit (PONEK). Dalam implementasinya, P4K merupakan salah satu 
unsur dari Desa Siaga. Sampai dengan tahun 2013, tercatat 61.731 
desa (80%) telah melaksanakan P4K. 
Berdasarkan data SDKI 2012, persalinan di rumah dan 
lainnya sebesar 36%. Hal tersebut disebabkan masih adanya 
masyarakat yang masih percaya kepada dukun untuk menolong 
persalinannya. Selain itu, 
pada daerah dengan kondisi 
geografis sulit, akses ke 
fasilitas pelayanan kesehatan 
secara cepat juga menjadi 
sebuah kendala yang dialami 
masyarakat. Di daerah-daerah 
32 
Gambar 3.3 Kemitraan Bidan dan Dukun 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 
tersebut, kebijakan 
Kementerian 
Kesehatan adalah dengan melanjutkan pengembangan program 
Kemitraan Bidan dan 
Dukun serta Rumah 
Tunggu Kelahiran. Dukun 
tetap diupayakan bermitra 
dengan bidan dalam hal 
pengaturan hak dan 
kewajiban sehingga 
terdapat kejelasan peran 
Gambar 3.4 Salah satu Rumah Tunggu Kelahiran di 
Provinsi Jambi
dan tugas masing-masing pihak. Hingga tahun 2012 persentase 
kemitraan bidan dan dukun telah mencapai sebesar 73,2% lebih 
tinggi dibanding tahun 2011 sebesar 68,6%. 
Ketika ibu hamil yang di daerahnya tidak terdapat bidan atau 
memang memiliki kondisi penyulit, maka pada saat menjelang hari 
taksiran persalinan diupayakan sudah berada di dekat fasilitas 
kesehatan, yaitu dapat tinggal di Rumah Tunggu Kelahiran. Rumah 
Tunggu Kelahiran tersebut dapat berupa rumah tunggu khusus 
maupun di rumah sanak saudara yang dekat dengan fasilitas 
kesehatan. 
Fokus pengembangan Rumah Tunggu Kelahiran adalah 
pada daerah DTPK. Sampai tahun 2011, tercatat 6 unit (12%) 
Rumah Tunggu Kelahiran di wilayah Puskesmas DTPK dan 
meningkat pada tahun 2013 sebanyak 597 unit. 
Jaminan Persalinan. Kementerian Kesehatan sejak tahun 
2011 sampai dengan tahun 2013 telah mengupayakan program 
Jaminan Persalinan (Jampersal) yang merupakan jaminan paket 
pembiayaan sejak pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, 
hingga pelayanan nifas termasuk pelayanan bayi baru lahir dan KB 
pasca persalinan. Penyediaan Jampersal mempunyai peran yang 
cukup signifikan dalam meningkatkan cakupan Pn di seluruh wilayah 
Indonesia dalam upaya mengatasi hambatan akses pada faktor 
finansial. Pada tahun 2014, pengelolaan Jampersal dan Jamkesmas 
direncanakan akan bertransformasi ke dalam Sistem Jaminan 
Kesehatan Nasional (JKN). 
Keberhasilan pencapaian target indikator Pn merupakan hasil 
dari kerja keras dan pelaksanaan berbagai program yang dilakukan 
oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat termasuk 
sektor swasta. 
Sesuai dengan dokumen penetapan kinerja, bahwa anggaran 
yang disediakan untuk meningkatkan cakupan Pn ini sebesar Rp. 
33 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
11.539.380.000, dan terealisasi sebesar 91,64%. Ketersediaan 
anggaran ini diharapkan dapat meningkatkan cakupan sesuai target, 
namun dalam pelaksanaan terdapat kendala-kendala baik teknis 
maupun non teknis. 
a) Meningkatnya komitmen dan dukungan dari pemerintah 
daerah setempat dalam mendukung program peningkatan Pn 
dan Pn di fasilitas kesehatan. 
b) Adanya program Jamkesmas dan Jampersal, Kemitraan 
c) Meningkatnya peran serta dan kesadaran masyarakat untuk 
melakukan persalinan ditolong tenaga kesehatan di fasilitas 
kesehatan. 
d) Menguatnya motivasi dan komitmen tenaga kesehatan 
e) Meningkatnya dukungan dari tokoh masyarakat, tokoh 
a) Belum semua bidan desa tinggal di desa 
b) Belum semua dukun bermitra dengan bidan 
c) Walaupun persalinan ditolong tenaga kesehatan sudah tinggi, 
d) Belum semua Puskesmas dan Poskesdes memiliki sarana, 
prasarana, dan peralatan yang memadai untuk menolong 
persalinan 
e) Masih ada kepercayaan sebagian masyarakat yang lebih 
memilih persalinan ditolong non tenaga kesehatan dan 
dilakukan di rumah. 
f) Koordinasi dan integrasi lintas program masih kurang optimal 
34 
Faktor pendukung dan penghambat keberhasilan: 
1) Faktor pendukung keberhasilan: 
Bidan dan Dukun, serta Rumah Tunggu Kelahiran. 
setempat dalam menjalankan program. 
agama, organisasi kemasyarakatan lainnya. 
2) Faktor penghambat keberhasilan: 
namun masih ada persalinan yang dilakukan di rumah 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
g) Masih kurangnya pemahaman petugas kesehatan dalam 
menentukan sasaran ibu bersalin dan nifas serta dalam 
merencanakan kunjungannya 
h) Sistem pencatatan dan pelaporan belum sesuai yang 
diharapkan (ada yang tidak tercatat atau ada keterlambatan 
pengiriman laporan) 
i) Puskemas yang telah dilatih PONED belum sepenuhnya 
berfungsi secara optimal, disebabkan mobilitas SDM/provider 
tinggi, peralatan tidak memadai dan lokasi tidak strategis 
j) Belum semua kabupaten/kota mempunyai RS mampu 
k) RS mampu PONEK belum sepenuhnya berfungsi secara 
optimal disebabkan keterbatasan SDM dan sarana prasarana 
l) Masih kurangnya tenaga kesehatan (bidan) untuk 
melaksanakan kunjungan nifas ke rumah, apabila pasien 
tidak datang ke fasyankes. 
a) Advokasi ke pemerintah daerah terkait ketersediaan dan 
distribusi tenaga kesehatan yang merata serta penyediaan 
alokasi APBD yang memadai untuk kegiatan kesehatan ibu. 
b) Meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan dalam program 
• Peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui P4K 
• Memfokuskan pemanfaatan Bantuan Operasional 
Kesehatan untuk kegiatan-kegiatan prioritas, termasuk 
kesehatan ibu 
35 
PONEK 
m) Belum optimalnya pencatatan dan pelaporan data KIA. 
3) Alternatif pemecahan masalah: 
kesehatan ibu, baik di Puskesmas maupun di desa 
c) Melaksanakan bimbingan teknis untuk: 
dalam Desa Siaga 
• Memperbaiki sistem pencatatan dan pelaporan 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
• Meningkatkan koordinasi dan integrasi LP/LS untuk 
• Memperluas jejaring untuk mendukung pelaksanaan 
• Memperkuat manajemen dan jejaring pelayanan 
Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama atau yang disebut 
dengan KN1, merupakan indikator yang menggambarkan upaya 
kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko kematian pada 
periode neonatal yaitu 48 jam setelah lahir yang meliputi kunjungan 
menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Balita Muda 
(MTBM) termasuk konseling perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif, 
pemberian Vitamin K1 injeksi dan Hepatitis B injeksi. 
Indikator Capaian Keterangan 
80,6% 
84,01% 
90,51% 
92,31% 
92,33% 
Target 
36 
mendukung kegiatan KIA 
kegiatan KIA 
persalinan di fasilitas kesehatan 
b) Persentase Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) 
Tabel 3.6 Capaian Indikator KN1 antar tahun 2009-2013 
2009 2010 2011 2012 2013 
Persentase cakupan 
kunjungan neonatal 
pertama (KN1) 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 
tercapai 
Sumber data: Laporan Kesehatan Anak Tahun 2013 
Tabel diatas menggambarkan perkembangan cakupan KN1 
dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir. Trend cakupan 
menunjukkan kenaikan setiap tahun, dengan rentang kenaikan 
cakupan berkisar antara 1,8% hingga 6,5%. Kenaikan tertinggi 
terjadi antara tahun 2010-2011 (3,41%) dan terendah antara 
tahun 2011-2012 (1,8%). Walau secara keseluruhan masih 
memenuhi target, tetapi terjadi penurun rentang cakupan antara
tahun 2011-2012 dibanding tahun sebelumnya (2010-2011) dan 
semakin melambat pada tahun 2013, hendaknya menjadi perhatian 
serius untuk mencari faktor penyebabnya. 
Bila dibandingkan dengan target Renstra, dalam 5 (lima) 
tahun terakhir maka cakupan KN1 menunjukkan peningkatan yang 
positif. Pada tahun 2009 indikator KN1 tidak memenuhi target (-1,4% 
dibawah target), namun sejak tahun 2010 hingga tahun 2013, 
cakupan indikator KN1 mengalami perbaikan hingga mencapai 
4,51% (2011), 4,31% (2012) lebih tinggi dibanding target Renstra 
tahun yang sama namun pada tahun 2013 walau menuhi target 
renstra namun ada kecenderungan menurun sampai 3,33% diatas 
target. Bila kondisi ini dapat segera diperbaiki dan atau 
dipertahankan maka diperkirakan capaian kinerja Indikator KN1 
pada tahun 2014 akan tercapai dengan baik (on track). Lebih jelas 
dapat dilihat pada grafik berikut. 
Grafik 3.3 Tren Capaian Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) Tahun 2009 - 2013 
Secara nasional, capaian KN1 telah terpenuhi. Namun 
masih terdapat disparitas cakupan antar provinsi berkisar antara 
39,05%% hingga 99,69%. Secara nasional cakupan KN1 sebesar 
92,33%. Bila dibandingkan dengan terget nasional terdapat 12 
provinsi yang telah memenuhi target yaitu; DIY, DKI Jakarta, 
Kepulauan Bangka Belitung, Banten, Jawa Timur, Jawa Tengah, 
37 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, NTB, Gorontalo, Jawa Barat, 
dan Lampung. Sedangkan tiga Provinsi dengan capaian terendah 
adalah Papua, Papua Barat dan NTT. 
Faktor yang memberikan kontribusi terhadap pencapaian 
target KN1 antara lain masalah 
jumlah, distribusi dan kualitas SDM 
kesehatan yang belum merata, serta 
belum semua nakes memberi 
pelayanan Kunjungan Neonatal sesuai 
standar. Hal ini diperberat oleh 
masalah akses geografis dan juga 
ketersediaan logistik, masih banyak 
persalinan yang meski ditolong oleh 
nakes tetapi tetap dilakukan di rumah, 
masalah koordinasi dan integrasi lintas program yang belum 
optimal, masih lemahnya pemberdayaan keluarga/masyarakat 
38 
Grafik 3.4 Cakupan KN1 menurut Provinsi Tahun 2013 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 
Gambar 3.5 Konseling ASI pada saat 
Kunjungan Noenatal
terhadap penggunaan buku KIA. Sistem pencatatan dan pelaporan 
yang belum sesuai dengan yang diharapkan, misalnya penolong 
persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan tidak mencatat dengan 
benar pelayanan yang telah diberikan. 
Beberapa upaya terkait dengan pencapaian indikator ini, diantaranya 
adalah : 
1) Peningkatan Kapasitas Tenaga Kesehatan (dokter, bidan dan 
perawat) melalui pelatihan Manajemen Asfiksia, pelatihan 
Manajemen BBLR, Peningkatan Kemampuan Dokter Umum 
dalam Penanganan Neonatal, Bayi dan Balita ) 
Gambar 3.6 Fasilitasi Peningkatan 
Pelayanan BBLR dan Bayi di 
Puskesmas dan RS di Kab. Lampung 
Tengah 
Gambar 3.7 Peningkatan Kapasitas 
dokter Umum dalam Tatalaksana Bayi 
2) Kegiatan pendampingan oleh Kementerian Kesehatan dan 
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dalam peningkatan kualitas 
dan jangkauan pelayanan kesehatan anak di daerah perbatasan 
telah dilakukan pada pertengahan tahun 2013 dan akan 
dilanjutkan dalam 6 bulan kegiatan. Pada tahun 2013 kegiatan 
pendampingan Kementerian Kesehatan dan IDAI dipusatkan di 
RSUD Kabupaten Nunukan. Penyusunan SOP di tingkat RS. 
Nunukan di kabupaten dan penyediaan sarana dan alat 
kesehatan yang menyesuaikan dengan kebutuhan lokal 
dilakukan dengan tujuan meningkatkan kualitas pelayanan 
kesehatan anak di Kabupaten Nunukan. 
39 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 
dan Balita Sakit di Jakarta
3) Distribusi pedoman terkait pelayanan kesehatan neonatal 
esensial dan pengembangan materi KIE hingga ke tingkat 
puskesmas dan jajarannya. 
Gambar 3.8 Pengembangan Materi KIE Perawatan Bayi 
Baru Lahir dan Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir di 
Puskesmas Wilayah Kabupaten Jayawijaya 
4) Peningkatan koordinasi lintas program dan lintas sektor melalui 
5) Mendorong distribusi tenaga kesehatan (bidan, perawat) 
secara adil hingga ke pedesaan; distribusi dokter umum di 
seluruh puskesmas dan dokter spesialis ke seluruh kab/kota . 
Upaya yang harus dilakukan agar cakupan kunjungan 
neonatal pertama meningkat, terutama dalam hal kualitas pelayanan 
yaitu peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan terhadap 
40 
pertemuan Pokja MDG, Konsorsium Perguruan Tinggi 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
standar/pedoman melalui pendampingan, pemanfaatan Jampersal, 
penguatan pemanfaatan register kohort bayi untuk pemantauan 
sasaran neonatus, serta distribusi tenaga bidan yang berkompeten 
hingga ke tingkat desa. Khusus untuk Jampersal, mulai 1 Januari 
2014, Jampersal akan terintegrasi kedalam Jaminan Kesehatan 
Nasional (JKN). Hal ini berarti, coverage dari Jampersal hanya akan 
tertuju ibu yang berasal dari keluarga tidak mampu dan ibu yang 
bukan berasal dari keluarga tidak mampu tetapi menjadi peserta 
JKN, sementara Ibu yang bukan berasal dari keluarga tidak mampu 
dan bukan peserta JKN tidak akan cover. Hal ini kemungkinan akan 
berimbas pada capaian kunjungan neonatus (KN) dikemudian hari. 
Cakupan D/S menggambarkan tingkat 
motivasi/partisipasi masyarakat dalam memantau 
pertumbuhan dan perkembangan, serta kesehatan balita di 
Posyandu. Indikator ini menjadi penting karena selain 
menunjukkan pelayanan gizi pada balita, juga memiliki korelasi 
yang kuat dengan peningkatan cakupan pemberian vitamin A, 
Imunisasi dan penemuan kasus kurang gizi di Posyandu. Hasil 
pelaksanaan selama tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 
berikut. 
Tabel 3.7 Capaian Indikator D/S antar tahun 2009-2013 
Indikator Capaian Keterangan 
63,9% 
67,9% 
71,4% 
75,1% 
80,2% 
Target 
41 
c) Persentase Balita Ditimbang Berat Badannya (D/S) 
2009 2010 2011 2012 2013 
Persentase Balita 
ditimbang Berat Badanya 
(D/S) 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 
tercapai 
Sumber data: Laporan Gizi Tahun 2013
Tabel diatas menggambarkan perkembangan cakupan D/S 
dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir. Trend cakupan 
menunjukkan kenaikan setiap tahun, dengan rentang kenaikan 
cakupan berkisar antara 3,5% hingga 5,1%. Kenaikan tertinggi 
terjadi antara tahun 2012-2013 (5,1%) dan terendah terjadi 
antara tahun 2010-2011 (3,5%). Walau secara keseluruhan masih 
memenuhi target, tetapi terjadi penurun rentang cakupan antara 
tahun 2010-2012 dan selanjutnya melambat bila dibanding terget. 
Tabel dibawah Bila dibandingkan dengan target Renstra, 
dalam 5 (lima) tahun terakhir maka cakupan D/S dapat tercapai. 
Rentang capaian terhadap renstra berkisar antara 0,1% hingga 
3,5%. Pada tahun 2009 indikator D/S ini 3,5% lebih tinggi dari target 
(60%), namun sejak tahun 2010 cenderung melambat. Pada tahun 
2010 hingga tahun 2012 terlihat mulai melambat dengan selisih 
capaian 2,9% (2010) dan menurun hingga 0,1% di tahun 2011. Bila 
kondisi ini tidak disikapi secara serius dengan menunjukkan kinerja 
program yang lebih baik, maka dikawatirkan pada tahun 2014 tidak 
dapat mencapai target yang ditetapkan. 
42 
Grafik 3.5 Tren Cakupan D/S dibanding Target Renstra 2009-2014 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
Walaupun secara nasional cakupan D/S ini mencapai target, 
namun masih terdapat disparitas capaian antar provinsi. Rentang 
capaian antar provinsi berkisar antara 37,89% (Papua) hingga 
89,43% (Jawa Tengah). Terdapat 16 provinsi yang cakupannya 
masih di bawah target dan rata-rata nasional. Trend cakupan D/S 
tahun 2009-1013 dan cakupan D/S menurut provinsi dapat dilihat di 
bawah ini. 
Pemantauan pertumbuhan anak yang dilakukan melalui 
penimbangan berat badan secara teratur dan menggunakan Kartu 
Menuju Sehat (KMS) berfungsi sebagai instrumen penilaian 
pertumbuhan anak merupakan dasar strategi pemberdayaan 
masyarakat yang telah dikembangkan sejak awal 1980-an. Memiliki 
2 (dua) fungsi yaitu 1) sebagai strategi dasar pendidikan gizi dan 
kesehatan masyarakat, 2) sebagai sarana deteksi dini dan intervensi 
gangguan pertumbuhan serta entry point berbagai pelayanan 
kesehatan anak seperti imunisasi, pemberian kapsul vitamin A, 
pencegahan diare, dan sebagainya untuk peningkatan kesehatan 
anak. 
43 
Grafik 3.6 Capaian D/S menurut Provinsi Tahun 2013 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
Peran serta masyarakat dalam penimbangan balita (D/S) 
menjadi sangat penting dalam deteksi dini kasus gizi kurang dan gizi 
buruk. Dengan rajin menimbang balita, maka pertumbuhan balita 
dapat dipantau secara intensif. Sehingga bila berat badan anak tidak 
naik ataupun jika ditemukan penyakit akan dapat segera dilakukan 
upaya pemulihan dan pencegahan supaya tidak menjadi gizi kurang 
atau gizi buruk. Semakin cepat ditemukan, maka penanganan kasus 
gizi kurang atau gizi buruk akan semakin baik. Penanganan yang 
cepat dan tepat sesuai tata laksana kasus anak gizi buruk akan 
mengurangi risiko kematian, sehingga angka kematian akibat gizi 
buruk dapat ditekan. 
Faktor pendukung dan penghambat keberhasilan dapat dijelaskan 
sebagai berikut: 
a. Faktor Pendukung 
Tingkat capaian indikator kinerja persentase balita ditimbang 
berat badannya (D/S) dapat sedikit diatas target yang 
ditetapkan, yaitu 80,15% dipengaruhi antara lain oleh faktor-faktor 
44 
Gambar 3.9 
Aktifitas Penimbangan di Posyandu Kelurahan Cipedak, 
Jakarta Selatan 
pendukung berikut: 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
1) Adanya perhatian dan dukungan dari pemerintah daerah 
2) Adanya kemauan masyarakat untuk meningkatkan 
3) Tingginya motivasi dari tenaga kesehatan setempat dalam 
4) Adanya dukungan dari tokoh masyarakat, tokoh agama dan 
5) Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di Posyandu dengan 
dilandasi Permendagri nomor 19 Tahun 2011 tentang 
Pedoman Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di 
Posyandu. 
6) Adanya Surat Edaran Menteri Kesehatan nomor 
GK/Menkes/333/IX/2012 tanggal 21 September 2012 
perihal Penyelenggaraan Bulan Penimbangan di seluruh 
Indonesia pada setiap Bulan November setiap tahun 
sebagai upaya berdaya ungkit meningkatkan partisipasi 
masyarakat dalam penimbangan. 
7) Tersedianya dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) 
yang menjadi daya ungkit peningkatan kinerja puskesmas 
termasuk dalam pembinaan posyandu yang berdampak 
pada peningkatan D/S. 
Belum tercapainya target D/S di beberapa provinsi dari 
target nasional dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain: 
1) Permasalahan geografis seperti di Kabupaten Indramayu, 
terdapat jarak rumah penduduk ke Posyandu sekitar 2 km 
yang harus ditempuh dengan berjalan kaki. Untuk wilayah 
45 
setempat. 
kesehatan balita di lingkungannya. 
menjalankan program. 
organisasi kemasyarakatan lainnya. 
b. Permasalahan Terkait Pencapaian Indikator 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
Papua di kabupaten Wamena penduduk harus berjalan kaki 
2-3 jam untuk mencapai Posyandu. 
2) Kurangnya dukungan dari para pemangku kepentingan, 
dimana Posyandu hanya didukung oleh tenaga kesehatan 
dari Puskesmas setempat. 
3) Kualitas dan kuantitas dari kader masih kurang. 
4) Terbatasnya dana operasional, sarana dan prasarana di 
5) Kurangnya kemampuan tenaga dalam pemantauan 
6) Tingkat pemahaman keluarga dan masyarakat akan 
Untuk mengatasi permasalahan di atas maka perlunya 
dirumuskan alternative pemecahan masalah, diantaranya 
adalah: 
1) Mensosialisasikan dan memantau pelaksanaan Surat 
Edaran Menteri Kesehatan Nomor GK/Menkes/333/IX/2012 
tanggal 21 September 2012 perihal Penyelenggaraan Bulan 
Penimbangan di seluruh Indonesia pada setiap Bulan 
November setiap tahun sebagai upaya berdaya ungkit 
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penimbangan. 
2) Advokasi dan readvokasi kepada pemangku kepentingan 
3) Pelatihan fasilitator dan pemantauan pertumbuhan kepada 
seluruh tenaga kesehatan di Indonesia. Hingga akhir 
Desember 2013 telah dilatih sebanyak 1.749 pengguna 
akhir (end user) dan 193 fasilitator. 
46 
Posyandu. 
pertumbuhan dan konseling. 
manfaat Posyandu masih rendah. 
c. Alternatif Pemecahan Masalah 
terkait 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
4) Melakukan bimbingan teknis kepada tenaga kesehatan baik 
5) Pelatihan ulang kader posyandu (refreshing kader). 
6) Peningkatan pemberdayaan masyarakat terutama di 
7) Penyediaan dana melalui Bantuan Operasional Kesehatan 
(BOK) dengan perencanaan yang sesuai dengan besaran 
masalah di Puskesmas. 
8) Di samping upaya tersebut di atas, telah diinventarisasi 
berbagai upaya terobosan atau kegiatan dalam rangka 
peningkatan D/S antara lain : 
a) Arisan posyandu yaitu kegiatan yang dilaksanakan 
pada hari buka posyandu dengan melibatkan keluarga 
yang memiliki balita sehingga membuat para peserta 
arisan merasakan keterikatan untuk datang ke 
posyandu. 
b) Demo memasak atau demo kecantikan yaitu kegiatan 
yang dilakukan pada hari buka posyandu dengan 
memanfaatkan keterampilan yang dimiliki masyarakat 
atau dapat juga bekerjasama dengan pihak lain di 
wilayah posyandu sehingga pada saat demo, ibu dan 
atau keluarga balita mau datang ke posyandu. 
c) Warung posyandu yaitu kegiatan seperti “bazar” yang 
dilakukan pada hari buka posyandu, dimana peserta 
bazar adalah ibu-ibu balita atau kader yang menjual 
aneka kebutuhan termasuk kerajinan tangan dan 
masakan bergizi yang diolah sendiri. 
d) Odong-odong, kuda-kudaan, jungkat-jungkit, ayunan 
yaitu bentuk permainan yang dimiliki dan dikelola oleh 
posyandu atau jenis permainan lain yang biasa 
terdapat di daerah setempat. Permainan tersebut 
47 
di puskesmas maupun di posyandu. 
posyandu. 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
digunakan untuk menarik balita datang ke posyandu, 
sambil menunggu giliran ditimbang. Permainan tersebut 
dioperasikan oleh ibu balita, kader, dan sukarelawan 
lainnya. 
e) Pertunjukan boneka atau pertunjukan lain yang sudah 
dikenal di masyarakat setempat. Bentuk boneka 
merupakan kreativitas masyarakat setempat. Pesan-pesan 
yang disampaikan meliputi kesehatan balita, ibu 
f) Memberikan penghargaan atau hadiah sederhana 
kepada ibu/keluarga balita yang rutin menimbang 
balitanya yang dibuktikan dengan buku KIA atau KMS. 
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi 
ibu/keluarga agar membawa balitanya ditimbang 
secara rutin di posyandu. 
g) Mengintegrasikan kegiatan posyandu dengan kegiatan 
Gizi buruk adalah gangguan kekurangan gizi tingkat 
berat yang ditandai dengan adanya tanda-tanda klinis gizi 
buruk dan atau berat badan sangat rendah tidak sesuai 
dengan tingginya. Kasus gizi buruk seringkali disertai dengan 
penyakit lain seperti hydrocephalus, cerebral palsy, kelainan 
jantung, tuberculosis (TB) dan HIV/AIDS sehingga bila tidak 
dirawat sesuai standar akan memiliki risiko kematian sangat 
tinggi. 
48 
hamil, ibu menyusui, dan lain-lain 
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). 
2. Indikator Kinerja Kegiatan 
a) Persentase Balita Gizi Buruk yang mendapat 
Perawatan 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
M.KHAIRUL 
( 2 TAHUN 7 BULAN ) 
dilaksanakan melalui 
prosedur rawat inap dan 
rawat jalan. Bagi anak-anak 
gizi buruk yang disertai 
komplikasi penyakit dapat 
dirawat di puskesmas, 
rumah Sakit, dan Therapeutic Feeding Centre (TFC), 
sedangkan bagi anak gizi buruk tanpa komplikasi dapat 
dirawat jalan. Perawatan anak di rumah dilakukan melalui 
pembinaan petugas kesehatan dan kader. 
Tingkat capaian indikator kinerja persentase balita gizi 
buruk yang mendapat perawatan dimana semua balita gizi 
buruk dengan indikasi medis maupun tanpa indikasi medis 
yang terdeteksi telah dirawat, baik itu rawat inap di TFC, 
puskesmas perawatan dan di rumah sakit maupun rawat jalan 
di puskesmas non perawatan dan rumah sakit setiap tahunnya 
selalu mencapai target 100%. Hanya saja untuk tahun 2013, 
penemuan kasus gizi buruk secara absolut masih dibawah 
target (44.000 kasus) yaitu sebesar 40.549 (92,2%) kasus 
yang ditemukan. Trend kasus gizi buruk yang ditemukan dan 
dirawat dibanding target Renstra dapat dilihat dalam gambar di 
bawah ini: 
49 
Perawatan gizi buruk 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 
Saat Masuk 
BB = 6.7 kg ; PB = 78 cm 
Saat Akan Pulang 
BB = 10 kg ; PB = 78 cm 
Lama Perawatan Selama 28 hari
50 
Grafik 3.7 Tren Jumlah Kasus Gizi Buruk yg Mendapat Perawatan 
Gambar 3.10 
Contoh Penanganan Kasus Gizi Buruk 
Kasus Gizi Buruk 
( 4 TAHUN 9 BULAN ) 
Saat Datang 
BB = 11 kg ; TB = 98,3 cm 
TB PARU Saat Akan Pulang 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 
BB = 12.7 kg ; TB = 98,3 cm 
Lama Perawatan Selama 16 hari
Pada implementasinya masih ditemukan beberapa 
kendala dalam pencapaian indikator ini antara lain: 
1) Pengetahuan, keterampilan dan kesanggupan beberapa 
2) Mobilisasi tenaga kesehatan yang sangat cepat. 
3) Data yang ada baru sebatas jumlah balita yg ditangani 
namun belum dilakukan pemantauan pasca perawatan. 
4) Pelaksanaan surveilans dan pelacakan kasus gizi buruk 
b. Alternatif Pemecahan Masalah 
1) Melaksanakan pelatihan Tata Laksana Anak Gizi Buruk 
bagi petugas kesehatan dari Puskesmas dan Rumah 
Sakit. Sejak tahun 2004 sampai dengan Desember 2013 
telah dilatih sebanyak 6.775 petugas kesehatan (dokter, 
perawat/ bidan, dan ahli gizi) dengan jumlah fasilitator 
sebanyak 128 orang. Sementara itu puskesmas dengan 
51 
Gambar 3.11 
Ruangan di dalam TFC (Terauphetic Feeding Centre) 
Ruang Perawatan 
a. Permasalahan Terkait Pencapaian Indikator 
tenaga masih kurang dalam tata laksana gizi buruk. 
yang belum optimal. 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
tempat perawatan (DTP) yang sudah dilatih sebanyak 
1.576 (59%) dari total 3.152 puskesmas DTP yang ada, 
514 (12%) puskesmas non perawatan dari total 6.358 
puskesmas, dan sebanyak 397 RSUD (67%) telah dilatih 
tatalaksana gizi buruk dari total 685 RSUD yang ada di 
Indonesia. 
2) Mendirikan Therapeutic Feeding Centre (TFC) dan 
Community Feeding Centre (CFC) atau Pos Pemulihan 
Gizi Berbasis Masyarakat (PGBM) dengan dukungan 
pemerintah daerah setempat. Sampai dengan Desember 
2013 telah didirikan 184 TFC di 28 provinsi dan 136 CFC 
di 10 kabupaten/kota di 4 (empat) provinsi, yaitu Jawa 
Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat dan Sulawesi 
Tenggara. 
3) Telah ditetapkan spesifikasi teknis mineral mix untuk 
4) Menyediakan materi-materi penunjang berupa buku-buku 
5) Melakukan pelacakan balita gizi buruk 
6) Memperbaiki sistem rujukan dan pascarujukan sehingga 
mengurangi risiko jatuh kembali balita ke dalam status 
gizi buruk 
7) Bekerjasama dalam melakukan rujukan dan perawatan 
8) Melaksanakan penanganan gizi buruk dimulai dari 
9) Meningkatkan surveilans gizi dengan memanfaatkan 
52 
perawatan gizi buruk. 
pedoman, brosur-brosur maupun leaflet-leaflet 
gizi buruk dengan lintas sektor 
tingkat masyarakat (posyandu) 
SMS gateway 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
b) Persentase Ibu Hamil Mendapat Pelayanan Antenatal 
Indikator K4 ini memperlihatkan akses pelayanan 
kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan klien 
dalam memeriksakan kehamilannya minimal empat kali ke 
tenaga kesehatan. 
Tabel 3.8 Capaian Indikator K4 antar tahun 2009-2013 
Indikator Capaian Keterangan 
53 
(Cakupan K4) 
2009 2010 2011 2012 2013 
Persentase Ibu hamil 
mendapatkan antenatal 
(K4) 
85,5% 
85,6% 
88,17% 
90,18% 
86,52% 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 
Target tidak 
tercapai 
Sumber data: Laporan Kesehatan Ibu Tahun 2013 
Tabel diatas menggambarkan perkembangan cakupan 
K4 dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir. Trend cakupan 
menunjukkan kenaikan setiap tahun, dengan rentang kenaikan 
cakupan berkisar antara 0,1% hingga 2,67%. Kenaikan 
tertinggi terjadi antara tahun 2010-2011 (2,67%) dan terjadi 
penurunan pada tahun 2012-2013 (-3,66%). Pada tahun 
2013, indikator K4 tidak dapat memenuhi target, ini merupakan 
tahun pertama dalam kurun waktu 5 (lima) tahun bahwa K4 
tidak dapat mencapai target. 
Grafik dibawah Bila dibandingkan dengan target 
Renstra, dalam 4 (empat) tahun terakhir maka cakupan K4 
cenderung memperlihatkan penurunan. Rentang capaian 
terhadap renstra berkisar antara 0,18% hingga 1,6% pada 
tahun 2010 hingga 2012. Pada tahun 2013 indikator K4 ini - 
6,48% lebih rendah dari target (93%), kecenderungan 
menurun terlihat sejak tahun 2011 dan pada tahun 2013 tidak 
tercapai. Bila kondisi ini tidak disikapi secara serius dengan
menunjukkan kinerja program yang lebih baik, maka indikator 
ini tidak akan mengalami perbaikan dan dikawatirkan pada 
tahun 2014 tidak dapat mencapai target yang ditetapkan. 
Grafik 3.8 Tren Cakupan K4 dibanding Target Renstra tahun 2010- 
Secara nasional pada tahun 2013 target K4 belum 
terpenuhi, hal ini disebabkan salah satunya adalah tingginya 
disparistas cakupan antar provinsi cukup tinggi. Cakupan K4 
terendah di Provinsi Papua (22,3%) dan tertinggi di Jawa 
Tengah (99,8%). Terdapat 23 provinsi yang pencapaiannya di 
bawah target nasional, yaitu Malut, Bengkulu, NTB, Jambi, 
Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, Jawa Timur, Sumatera 
Selatan, Jawa Barat, Sulawesi Tengah, Kalimantan Barat, DIY, 
Lampung, Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Kalimantan 
Timur, Maluku, Kalimantan Selatan, Papua Barat, NTT dan 
Papua. 
54 
2014 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
Dalam upaya peningkatan cakupan K4 tersebut, pada 
tahun 2013 Direktorat Bina Kesehatan Ibu telah melaksanakan 
berbagai kegiatan, yaitu: 
1) Penguatan Pelayanan ANC Terpadu pada Provinsi 
2) Evaluasi pelaksanaan PPIA di provinsi dengan kasus HIV 
3) Pengembangan Kelas Ibu Hamil yang difokuskan bagi 
4) Peningkatan koordinasi lintas program dan lintas sektor 
dalam peningkatan pelayanan antenatal terpadu dan 
penyelenggaraan Kelas Ibu 
5) Peningkatan kerjasama dengan organisasi profesi dan 
6) Fasilitasi, advokasi, supervisi dan bimbingan teknis ke 
daerah tentang peningkatan cakupan dan kualitas 
55 
Grafik 3.9 Capaian persentase cakupan K4 menurut Provinsi tahun 
2013 
dengan Kematian Ibu Tinggi 
tinggi 
provinsi dengan cakupan K4 rendah 
lembaga swadaya masyarakat 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 
pelayanan 
antenatal 
Kegiatan tersebut 
bertujuan untuk mendekatkan 
akses pelayanan kesehatan
yang berkualitas kepada masyarakat hingga ke pelosok desa, 
termasuk untuk meningkatkan cakupan K4. Dari segi sarana 
dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga Juli 2013, tercatat 
9.422 Puskesmas di seluruh Indonesia. Dengan demikian, saat 
ini setiap Puskesmas rata-rata melayani sekitar 26.000 
penduduk. Hal tersebut masih berada dalam rasio ideal 
Puskesmas, yaitu 1 : 30.000 penduduk. Demikian pula dengan 
UKBM seperti Poskesdes dan Posyandu. Hingga Desember 
2011 tercatat terdapat 53.152 Poskesdes dan 268.439 
Posyandu di seluruh Tanah Air. 
Pada aspek ketenagaan, dari data tahun 2011, tercatat 
jumlah dokter umum sebanyak 32.492 orang dan jumlah bidan 
sebanyak 124.164 orang. Dengan demikian, saat ini 1 orang 
dokter melayani sekitar 7.500 penduduk, masih di bawah rasio 
ideal 1:2.500. Sedangkan untuk tenaga bidan, saat ini 1 orang 
bidan melayani sekitar 2.000 penduduk. Walaupun dari segi 
jumlah terlihat sudah 
cukup ideal, namun 
ketenagaan bidan masih 
mengalami permasalahan 
dari sisi distribusi. 
Kebijakan Kementerian 
Kesehatan adalah 
menempatkan satu 
orang bidan di setiap 
desa. Sampai tahun 
2011, hanya 7 dari 10 bidan di desa yang betul-betul tinggal di 
desa tempat tugasnya. Sedangkan sisanya saat ini belum 
dapat sepenuhnya tinggal di desa tempat tugasnya karena 
adanya kendala teknis di lapangan, seperti kendala geografis, 
Gambar 3.12 Pelaksanaan Kelas Ibu hamil yang 
merupakan sarana peningkatan pengetahuan 
56 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 
pada Ibu Hamil
alasan keamanan, atau belum adanya tempat tinggal di desa 
tersebut bagi bidan yang bersangkutan. 
Upaya meningkatkan cakupan K4 juga makin diperkuat 
dengan telah dikembangkannya Kelas Ibu Hamil. Sampai saat 
ini telah terdapat 5.115 Puskesmas yang memfasilitasi dan 
melaksanakan Kelas Ibu Hamil di wilayah kerjanya. Kelas Ibu 
Hamil akan meningkatkan demand creation di kalangan ibu 
hamil dan keluarganya, dengan meningkatkan pengetahuan, 
sikap, dan perilaku ibu hamil dan keluarganya dalam 
memperoleh pelayanan kesehatan ibu secara paripurna. 
Adanya Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) sejak 
tahun 2010 dan diluncurkannya Jaminan Persalinan 
(Jampersal) sejak tahun 2011 juga semakin bersinergi dalam 
berkontribusi meningkatkan cakupan K4. BOK dapat 
dimanfaatkan untuk kegiatan luar gedung, seperti pendataan, 
pelayanan di Posyandu, kunjungan rumah, sweeping kasus 
drop out, serta kemitraan bidan dan dukun. Sementara itu 
Jampersal mendukung paket pelayanan antenatal, termasuk 
yang dilakukan pada saat kunjungan rumah atau sweeping. 
Semakin kuatnya kerja sama dan sinergi berbagai 
program yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, 
dan masyarakat termasuk sektor swasta mendorong 
tercapainya target cakupan K4. 
1) Faktor yang mendukung keberhasilan: 
a) Adanya orientasi antenatal terpadu bagi petugas 
kesehatan yang terorientasi untuk pelayanan 
antenatal terpadu di Puskesmas 
b) Adanya peningkatan kapasitas pengelolaan kelas ibu 
57 
hamil 
c) Adanya pedoman pelayanan antenatal terpadu 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
d) Adanya pedoman, modul pelatihan dan paket Kelas 
ibu hamil yang memungkinkan terselenggaranya kelas 
ibu hamil di desa-desa dalam upaya meningkatkan 
pengetahuan ibu, suami, keluarga, dan masyarakat 
tentang kehamilan, persalinan dan nifas sehingga 
menyadari pentingnya mendapatkan pelayanan 
antenatal 
a) Kurangnya pengetahuan ibu, suami, keluarga dan 
b) Adanya mitos yang melarang untuk memeriksakan 
kehamilan secara dini, sehingga ibu memeriksakan 
kehamilannya ke tenaga kesehatan hanya bila sudah 
pasti dirinya hamil 
c) Jarak dan geografis tempat kediaman ibu hamil yang 
d) Kebiasaan ibu hamil yang kembali ke kampung asal 
(tempat orangtua/keluarga) pada trimester akhir 
kehamilan untuk melahirkan 
e) Angka abortus yang cukup tinggi dibeberapa daerah 
f) Belum semua petugas melakukan pelayanan 
g) Pelayanan antenatal yang diberikan hanya sebatas 
pelayanan kehamilan, belum seluruhnya terintegrasi 
dengan memperhatikan penyakit lain yang dapat 
mempengaruhi kehamilan 
h) Kurangnya peran masyarakat dalam P4K dengan 
58 
e) Adanya surveilans melalui PWS KIA 
2) Faktor yang menghambat keberhasilan: 
masyarakat tentang kehamilan, persalinan dan nifas 
sulit 
antenatal berkualitas sesuai standar. 
stiker 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
i) Masih adanya dukun dan juga bidan yang belum mau 
melakukan kemitraan, demikian juga masih kurangnya 
dukungan dari kepala desa untuk hal ini 
j) Tidak semua desa mempunyai bidan sehingga 
pelaksanaan kelas ibu hamil yang diharapkan dapat 
dilaksanakan di tiap desa mengalami kendala 
k) Adanya perbedaan persepsi definisi operasional 
indikator K1 yang dilaporkan ke pusat baik dari 
pelaksana maupun dari pengelola program KIA, 
dimana masih ada beberapa daerah yang melaporkan 
K1 hanya pada ibu hamil saat kunjungan pertama di 
trimester pertama saja padahal yang diharapkan 
adalah ibu hamil kunjungan pertama tanpa melihat 
umur kehamilannya karena untuk melihat jangkuan 
pelayanan kesehatan ke masyarakat. 
a) Penguatan Pelayanan ANC Terpadu pada Provinsi 
b) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, antara lain 
dengan mengintensifkan kegiatan P4K dengan stiker 
dan Buku KIA dengan melibatkan kader, perangkat 
desa, dan masyarakat 
c) Meningkatkan cakupan Antenatal dengan 
meningkatkan pengetahuan dan perubahan perilaku 
Ibu dan keluarga melalui Pelaksanaan Kelas Ibu 
Hamil 
d) Peningkatan Kinerja Provider/Petugas Kesehatan 
antara lain dengan Peningkatan akses ke pelayanan 
dengan Kunjungan Rumah 
59 
l) Belum optimalnya pendataan ibu hamil. 
3) Alternatif pemecahan masalah: 
dengan Kematian Ibu Tinggi 
e) Peningkatan Kerjasama LP/LS terkait 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
f) Pemenuhan kebutuhan bidan di desa 
g) Peningkatan kualitas pelayanan terhadap ibu hamil 
h) Peningkatan kualitas pelayanan antenatal melalui 
c) Persentase KB sesuai Standar di Fasilitas Pelayanan 
Indikator ini memperlihatkan tingkat kemampuan 
Pemerintah dalam menyediakan pelayanan KB berkualitas 
sesuai standar yang dilakukan oleh tenaga kesehatan 
kompeten. 
60 
melalui Pelayanan Antenatal Terpadu 
pelaksanaan konsep Pelayanan Antenatal Terpadu 
i) Pelaksanaan PWS KIA sebagai alat surveilans KIA 
Kesehatan 
Gambar 3.13 Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan 
reproduksi terpadu, termasuk pelayanan KB 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 
Pada 
tahun 2013, 
pencapaian 
indikator 
kinerja 
“Persentase 
Fasilitas 
Kesehatan 
yang Mampu 
Memberikan 
Pelayanan KB Sesuai Standar” dapat terealisasi dengan baik 
yaitu dari 76,36% (49.633 fasilitas) pada tahun 2012 menjadi 
95,1% (60.392 fasilitas). 
Berdasarkan rekapitulasi laporan Dinas Kesehatan 
Provinsi, pencapaian indikator Faskes KB tahun 2013 telah 
meningkat bila dibandingkan tahun 2010 yang mencapai
12.000 buah dan tahun 2011 yang mencapai 26.554 buah. Hal 
ini akan semakin memudahkan akses masyarakat terhadap 
pelayanan KB berkualitas. 
Pada tahun 2013, pencapaian Fasilitas Kesehatan yang 
Mampu Memberikan Pelayanan KB Sesuai Standar (Faskes 
KB) telah mencapai 49.633 buah (76,36%). Dengan demikian, 
apabila mengacu pada Rencana Strategis Kementerian 
Kesehatan Tahun 2010-2014, diharapkan target Faskes KB 
pada tahun 2014 sebesar 63.500 buah (100%) akan dapat 
tercapai. 
61 
Grafik 3.10 Tren capaian jumlah fasilitas kesehatan yang mampu 
memberikan pelayanan KB sesuai standar tahun 2010 sampai 2013 
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download
Gizi pkm download

More Related Content

What's hot

DOKUMEN SPM BLUD PUSKESMAS
DOKUMEN SPM BLUD PUSKESMASDOKUMEN SPM BLUD PUSKESMAS
DOKUMEN SPM BLUD PUSKESMASZakiah dr
 
Perencanaan Menu Ibu Hamil KEK (Kurang Energi Kronis)
Perencanaan Menu Ibu Hamil KEK (Kurang Energi Kronis)Perencanaan Menu Ibu Hamil KEK (Kurang Energi Kronis)
Perencanaan Menu Ibu Hamil KEK (Kurang Energi Kronis)Fakhriyah Elita
 
Langkah langkah pemetaan pkmd
Langkah langkah pemetaan pkmdLangkah langkah pemetaan pkmd
Langkah langkah pemetaan pkmdNova Ci Necis
 
Bentuk program menjaga mutu perspektif
Bentuk program menjaga mutu perspektifBentuk program menjaga mutu perspektif
Bentuk program menjaga mutu perspektifBayu Fijrie
 
KIE Melalui Media Massa
KIE Melalui Media MassaKIE Melalui Media Massa
KIE Melalui Media MassaMahyudd1n
 
Pedoman Tata Kelola Mutu.pptx
Pedoman Tata Kelola Mutu.pptxPedoman Tata Kelola Mutu.pptx
Pedoman Tata Kelola Mutu.pptxErniChan1
 
Kerangka acuan kegiatan tablet fe pada rematri
Kerangka acuan kegiatan tablet fe pada rematriKerangka acuan kegiatan tablet fe pada rematri
Kerangka acuan kegiatan tablet fe pada rematriyusup firmawan
 
Manajemen di bidang puskesmas
Manajemen di bidang puskesmasManajemen di bidang puskesmas
Manajemen di bidang puskesmasHastrilia Buntang
 
Draft Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020 - 2024
Draft Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020 - 2024Draft Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020 - 2024
Draft Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020 - 2024Muh Saleh
 
Analisi situasi kesaehatan masyarakat
Analisi situasi kesaehatan masyarakatAnalisi situasi kesaehatan masyarakat
Analisi situasi kesaehatan masyarakatCasmadi Casmadi
 
PMK_No__2_Th_2020_ttg_Standar_Antropometri_Anak.pdf
PMK_No__2_Th_2020_ttg_Standar_Antropometri_Anak.pdfPMK_No__2_Th_2020_ttg_Standar_Antropometri_Anak.pdf
PMK_No__2_Th_2020_ttg_Standar_Antropometri_Anak.pdfDidikPrasetiyo7
 
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024Muh Saleh
 
Modul Pelatihan Kader Posyandu
Modul Pelatihan Kader PosyanduModul Pelatihan Kader Posyandu
Modul Pelatihan Kader PosyanduMuh Saleh
 
Perilaku Hidup Bersih & Sehat
Perilaku Hidup Bersih & SehatPerilaku Hidup Bersih & Sehat
Perilaku Hidup Bersih & Sehatkristiawati
 
PPT RUK - LPA PKP.pptx
PPT RUK - LPA PKP.pptxPPT RUK - LPA PKP.pptx
PPT RUK - LPA PKP.pptxPatenPisan1
 

What's hot (20)

Manajemen Puskesmas
Manajemen PuskesmasManajemen Puskesmas
Manajemen Puskesmas
 
DOKUMEN SPM BLUD PUSKESMAS
DOKUMEN SPM BLUD PUSKESMASDOKUMEN SPM BLUD PUSKESMAS
DOKUMEN SPM BLUD PUSKESMAS
 
Perencanaan Menu Ibu Hamil KEK (Kurang Energi Kronis)
Perencanaan Menu Ibu Hamil KEK (Kurang Energi Kronis)Perencanaan Menu Ibu Hamil KEK (Kurang Energi Kronis)
Perencanaan Menu Ibu Hamil KEK (Kurang Energi Kronis)
 
Langkah langkah pemetaan pkmd
Langkah langkah pemetaan pkmdLangkah langkah pemetaan pkmd
Langkah langkah pemetaan pkmd
 
asi-eksklusif
asi-eksklusifasi-eksklusif
asi-eksklusif
 
Bentuk program menjaga mutu perspektif
Bentuk program menjaga mutu perspektifBentuk program menjaga mutu perspektif
Bentuk program menjaga mutu perspektif
 
KIE Melalui Media Massa
KIE Melalui Media MassaKIE Melalui Media Massa
KIE Melalui Media Massa
 
Pedoman Tata Kelola Mutu.pptx
Pedoman Tata Kelola Mutu.pptxPedoman Tata Kelola Mutu.pptx
Pedoman Tata Kelola Mutu.pptx
 
Kerangka acuan kegiatan tablet fe pada rematri
Kerangka acuan kegiatan tablet fe pada rematriKerangka acuan kegiatan tablet fe pada rematri
Kerangka acuan kegiatan tablet fe pada rematri
 
Manajemen di bidang puskesmas
Manajemen di bidang puskesmasManajemen di bidang puskesmas
Manajemen di bidang puskesmas
 
Draft Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020 - 2024
Draft Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020 - 2024Draft Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020 - 2024
Draft Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020 - 2024
 
Buku pmt
Buku pmtBuku pmt
Buku pmt
 
Kep.kritis sepsis
Kep.kritis sepsisKep.kritis sepsis
Kep.kritis sepsis
 
Mekanisme Pencatatan & pelaporan KB
Mekanisme Pencatatan & pelaporan KBMekanisme Pencatatan & pelaporan KB
Mekanisme Pencatatan & pelaporan KB
 
Analisi situasi kesaehatan masyarakat
Analisi situasi kesaehatan masyarakatAnalisi situasi kesaehatan masyarakat
Analisi situasi kesaehatan masyarakat
 
PMK_No__2_Th_2020_ttg_Standar_Antropometri_Anak.pdf
PMK_No__2_Th_2020_ttg_Standar_Antropometri_Anak.pdfPMK_No__2_Th_2020_ttg_Standar_Antropometri_Anak.pdf
PMK_No__2_Th_2020_ttg_Standar_Antropometri_Anak.pdf
 
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024
 
Modul Pelatihan Kader Posyandu
Modul Pelatihan Kader PosyanduModul Pelatihan Kader Posyandu
Modul Pelatihan Kader Posyandu
 
Perilaku Hidup Bersih & Sehat
Perilaku Hidup Bersih & SehatPerilaku Hidup Bersih & Sehat
Perilaku Hidup Bersih & Sehat
 
PPT RUK - LPA PKP.pptx
PPT RUK - LPA PKP.pptxPPT RUK - LPA PKP.pptx
PPT RUK - LPA PKP.pptx
 

Similar to Gizi pkm download

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat T...
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat T...Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat T...
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat T...Muh Saleh
 
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas kesehatan Provinsi Su...
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas kesehatan Provinsi Su...Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas kesehatan Provinsi Su...
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas kesehatan Provinsi Su...Muh Saleh
 
1-029017-2tahunan-336.pdf
1-029017-2tahunan-336.pdf1-029017-2tahunan-336.pdf
1-029017-2tahunan-336.pdftentangdwi
 
Lakip dinhut blora th 2014
Lakip dinhut blora th 2014Lakip dinhut blora th 2014
Lakip dinhut blora th 2014Jhon Blora
 
Lakip bappeda 2014
Lakip bappeda 2014Lakip bappeda 2014
Lakip bappeda 2014fionarazqa
 
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2013
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2013LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2013
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2013Muh Saleh
 
Laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (lakip) kota sibolga tahun ...
Laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (lakip) kota sibolga tahun ...Laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (lakip) kota sibolga tahun ...
Laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (lakip) kota sibolga tahun ...redaksi-humaspemkosbg2014
 
Lakip simkar 2014
Lakip simkar 2014Lakip simkar 2014
Lakip simkar 2014Ditjen P2P
 
PENGARUH PEMERIKSAAN BPK RI ATAS KESESUAIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERA...
PENGARUH PEMERIKSAAN BPK RI ATAS KESESUAIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERA...PENGARUH PEMERIKSAAN BPK RI ATAS KESESUAIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERA...
PENGARUH PEMERIKSAAN BPK RI ATAS KESESUAIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERA...MutiaRevelianti
 
PENGARUH PEMERIKSAAN BPK RI ATAS KESESUAIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERA...
PENGARUH PEMERIKSAAN BPK RI ATAS KESESUAIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERA...PENGARUH PEMERIKSAAN BPK RI ATAS KESESUAIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERA...
PENGARUH PEMERIKSAAN BPK RI ATAS KESESUAIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERA...MutiaRevelianti
 
9321022019103958-menpan-rb-muhammad-yusuf-ateh.pptx
9321022019103958-menpan-rb-muhammad-yusuf-ateh.pptx9321022019103958-menpan-rb-muhammad-yusuf-ateh.pptx
9321022019103958-menpan-rb-muhammad-yusuf-ateh.pptxandikhaidir6
 
Lap QW 2021-digabungkan.pdf
Lap QW 2021-digabungkan.pdfLap QW 2021-digabungkan.pdf
Lap QW 2021-digabungkan.pdfAdiWidodo12
 
LAKIP 2015 RSJ TAMPAN PROVINSI RIAU
LAKIP 2015 RSJ TAMPAN PROVINSI RIAULAKIP 2015 RSJ TAMPAN PROVINSI RIAU
LAKIP 2015 RSJ TAMPAN PROVINSI RIAUNo Offense
 
Lkj kota kediri 2015
Lkj kota kediri 2015Lkj kota kediri 2015
Lkj kota kediri 2015fionarazqa
 

Similar to Gizi pkm download (20)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat T...
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat T...Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat T...
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat T...
 
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas kesehatan Provinsi Su...
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas kesehatan Provinsi Su...Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas kesehatan Provinsi Su...
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas kesehatan Provinsi Su...
 
1-029017-2tahunan-336.pdf
1-029017-2tahunan-336.pdf1-029017-2tahunan-336.pdf
1-029017-2tahunan-336.pdf
 
Lakip dinhut blora th 2014
Lakip dinhut blora th 2014Lakip dinhut blora th 2014
Lakip dinhut blora th 2014
 
Lakip 2012 rscm
Lakip 2012  rscmLakip 2012  rscm
Lakip 2012 rscm
 
Lakip 2012 rscm
Lakip 2012  rscmLakip 2012  rscm
Lakip 2012 rscm
 
Lakip bappeda 2014
Lakip bappeda 2014Lakip bappeda 2014
Lakip bappeda 2014
 
Tugas asp 4 c akt (1)
Tugas asp 4 c akt (1)Tugas asp 4 c akt (1)
Tugas asp 4 c akt (1)
 
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2013
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2013LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2013
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2013
 
Laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (lakip) kota sibolga tahun ...
Laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (lakip) kota sibolga tahun ...Laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (lakip) kota sibolga tahun ...
Laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (lakip) kota sibolga tahun ...
 
Lakip simkar 2014
Lakip simkar 2014Lakip simkar 2014
Lakip simkar 2014
 
PENGARUH PEMERIKSAAN BPK RI ATAS KESESUAIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERA...
PENGARUH PEMERIKSAAN BPK RI ATAS KESESUAIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERA...PENGARUH PEMERIKSAAN BPK RI ATAS KESESUAIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERA...
PENGARUH PEMERIKSAAN BPK RI ATAS KESESUAIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERA...
 
PENGARUH PEMERIKSAAN BPK RI ATAS KESESUAIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERA...
PENGARUH PEMERIKSAAN BPK RI ATAS KESESUAIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERA...PENGARUH PEMERIKSAAN BPK RI ATAS KESESUAIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERA...
PENGARUH PEMERIKSAAN BPK RI ATAS KESESUAIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERA...
 
2 proposal lapor kinerja perumahan bsps 2019
2 proposal lapor kinerja perumahan bsps  20192 proposal lapor kinerja perumahan bsps  2019
2 proposal lapor kinerja perumahan bsps 2019
 
Lakin bptp sumsel 2019
Lakin bptp sumsel 2019Lakin bptp sumsel 2019
Lakin bptp sumsel 2019
 
9321022019103958-menpan-rb-muhammad-yusuf-ateh.pptx
9321022019103958-menpan-rb-muhammad-yusuf-ateh.pptx9321022019103958-menpan-rb-muhammad-yusuf-ateh.pptx
9321022019103958-menpan-rb-muhammad-yusuf-ateh.pptx
 
Lap QW 2021-digabungkan.pdf
Lap QW 2021-digabungkan.pdfLap QW 2021-digabungkan.pdf
Lap QW 2021-digabungkan.pdf
 
LAKIP 2015 RSJ TAMPAN PROVINSI RIAU
LAKIP 2015 RSJ TAMPAN PROVINSI RIAULAKIP 2015 RSJ TAMPAN PROVINSI RIAU
LAKIP 2015 RSJ TAMPAN PROVINSI RIAU
 
Lakin bptp sumsel 2018
Lakin bptp sumsel 2018Lakin bptp sumsel 2018
Lakin bptp sumsel 2018
 
Lkj kota kediri 2015
Lkj kota kediri 2015Lkj kota kediri 2015
Lkj kota kediri 2015
 

Gizi pkm download

  • 1. LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA KEMENTERIAN KESEHATAN RI 2014
  • 2. Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang menyebutkan bahwa unit eselon I dan unit eselon II instansi pemerintah diwajibkan untuk menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), maka Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA sebagai salah satu unit eselon I di lingkungan Kementerian Kesehatan telah menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja tahun 2013. Laporan Akuntabilitas Kinerja adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggung jawaban kinerja yang merupakan perwujudan dari salah satu indikator dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance), dan berkaitan dengan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dalam memberikan pelayanan prima serta menyampaikan pertanggungjawaban kinerja kepada pemerintah dan masyarakat pada umumnya. Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA ini secara garis besar berisikan informasi mengenai tugas dan fungsi organisasi, rencana kinerja dan capaian kinerja yang telah dilaksanakan dalam Tahun Anggaran 2013. Gambaran tentang capaian kinerja program dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat capaian serta menentukan upaya tindaklanjut, dengan tetap mengacu kepada Rencana Strategi Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014. Secara formal Laporan Akuntabilitas Kinerja ini disusun dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerjda dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatn Nomor 2416/MENKES/PER/XII/2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kesehatan. i KATA PENGANTAR Dalam menindaklanjuti Instruksi Presiden Nomor 7 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
  • 3. Dalam penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja ini kami telah berupaya seoptimal mungkin, walaupun masih ditemukan banyak kendala dalam penyusunan dan penyempurnaan laporan ini. Oleh karena itu dengan tangan terbuka, masukan dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan untuk perbaikan serta penyempurnaan penyusunan laporan ditahun yang akan datang. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya dalam mengevaluasi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan R.I. ii LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
  • 4. Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA tahun 2013 disusun sebagai sebuah kewajiban organisasi untuk menyampaikan dan mempertanggungjawabkan kinerja yang telah dilaksanakan pada tahun 2013 sebagaimana telah ditetapkan melalui Instruksi Presiden No 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Ferormasi Birokrasi No. 29 tahun 2010 tentang pedoman penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja. Pelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA tahun 2013 mengacu pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010 – 2014 yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.03.01/60/I/2010. Dalam upaya mewujudkan tercapaianya tujuan penurunan AKI, AKB dan Status Gizi Kurang, maka telah dijabarkan melalui berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh masing-masing unit eselon II di lingkup Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA. Upaya tersebut dilaksanakan ditiap jenjang pemerintahan mulai dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah melalui dekonsentrasi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota melalui Tugas Pembantuan, serta Unit Pelaksana Teknis (UPT). Dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA tahun 2013, diuraikan mengenai capaian kinerja tahun 2013 sebagaimana telah diperjanjikan dalam dokumen penetapan kinerja yang terdiri dari target Indikator Kinerja Utama (IKU) dan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK). Hal tersebut disajikan secara sistimatis dalam laporan ini. Sumber data laporan ini diperoleh dari unit eselon II dan UPT di lingkup Direktorat Bina Gizi dan KIA tahun 2013. iii IKHTISAR EKSEKUTIF LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
  • 5. Gambaran keberhasilan dalam mecapai target disajikan dalam analisis capaian indikator kinerja utama dan indikator kinerja kegiatan serta analisis akuntabilitas keuangan dengan mengutarakan hal-hal yang telah dilaksanakan dan faktor-faktor pendukung keberhasilan maupun kegagalan. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA memiliki 16 indikator kinerja yang terdiri dari 3 IKU dan 13 IKK. Capaian Indikator Kenerja Utama adalah; Persentase ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan sebesar 90,88% (target 89%), Cakupan kunjungan neonatus pertama (KN1) sebesar 92,33% (target 89%), Persentase Balita ditimbang berat badannya (D/S) sebesar 80,29% (target 80%). Sedangkan Realisasi capaian Indikator Kinerja Kegiatan adalah; Persentase balita gizi buruk yang mendapat perawatan sebesar 92,63% (target 100%), Persentase Ibu Hamil mendapat Pelayanan Antenatal Care (K4) sebesar 86,52% (target 93%), Persentase Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang memberikan Pelayanan KB sesuai standar sebesar 95,1% (target 90%), Cakupan pelayanan kesehatan bayi sebesar 87,77% (target 87%), Cakupan pelayanan kesehatan anak Balita sebesar 70,12% (target 83%), Cakupan SD/MI melaksanakan penjaringan siswa kelas I sebesar 73,91% (target 94%), Cakupan kabupaten/ kota yang menyelenggarakan pembinaan pelayanan kesehatan tradisional alternatif dan komplementer sebesar 44,6% (target 40%), Jumlah RS yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional yang aman dan bermanfaat sebagai pelayanan alternatif dan komplementer sebesar 73 RS (target 56 RS), Jumlah Puskesmas yang melaksanakan upaya kesehatan Kerja di Wilayah Industri sebesar 778 Pkm (target 576 Pkm), Jumlah Puskesmas yang melaksanakan upaya kesehatan Olahraga sebesar 671 Pkm (target 240 Pkm), Persentase satuan kerja yang menyelenggarakan adminstrasi kepemerintahan sesuai ketentuan sebesar 96,96% (target 95%), Persentase sarana dan prasarana kerja yang sesuai standar sebesar 90,01% (target 90%), Jumlah puskesmas yang mendapatkan Bantuan iv LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
  • 6. Operasional Kesehatan dan menyelenggarakan Lokakarya Mini sebesar 9.419 (target 8.868). Secara umum pencapaian indikator Renstra Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA dapat mencapai target, namun masih terdapat 25% indikator yang tidak dapat mencapai target yaitu penanganan balita gizi buruk, Ibu hamil mendapat pelayanan antenatal, pelayanan kesehatan balita dan penjaringan kesehatan bagi anak SD/MI. Beberapa indikator yang belum tercapai antara lain disebabkan oleh masalah ketersediaan dan komitmen tenaga, kurang optimalnya metode program di tingkat kab/kota, sarana dan prasarana, sistem informasi yang lemah, serta kurang berpihaknya kebijakan daerah dalam pembangunan bidang kesehatan. Secara garis besar, upaya perbaikan antara lain dengan meningkatkan bimbingan teknis, meningkatkan kapasitas tenaga, peningkatan dan perbaikan regulasi, koordinasi lintas program dan sektor, melakukan advokasi kepada pemerintah daerah agar meningkatkan tenaga teknis yang terlatih, perbaikan sistim informasi palaporan, maupun penyediaan biaya operasional yang diperlukan. Perbaikan ini difokuskan terutama kepada daerah capaian indikator rendah dengan potensi sumberdaya yang rendah, namun memiliki kontribusi terhadap tingginya cakupan program. Realisasi anggaran pelaksanaan program Bina Gizi dan KIA, yang meliputi anggaran dekonsentrasi, tugas pembantuan, kantor pusat dan kantor daerah sebesar 92,11%. Tingginya penyerapan anggaran dipengaruhi oleh tingkat serapan anggaran pada satker tugas pembantuan yang terkait dengan pelaksanaan BOK. Sementara realisasi satuan kerja pada kantor pusat sebesar 88,09%. Dari sisi manfaat terhadap program bahwa serapan anggaran kegiatan yang tinggi, ternyata tidak sejalan dengan peningkatan kinerja program. Sejak tahun 2011 serapan anggaran meningkat dari 80,72% menjadi 93,11% pada tahun 2013, sedangkan v LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
  • 7. capaian kinerja program tahun 2011 sebanyak 87,5% indikator yang telah tercapai, menurun menjadi 75% pada tahun 2013. Hal ini diharapkan segera mendapat perhatian serius, agar upaya kinerja program mengalami perbaikan. Masalah dalam pelaksanaan kegiatan dan penyerapan anggaran pada umumnya adalah pelaksanaan kegiatan yang tidak sesuai dengan rencana penarikan dana (RPD) yang telah disusun, revisi kegiatan, dan persoalan administrasi lainnya. Revisi DIPA memerlukan waktu cukup lama sehingga beberapa kegiatan baru bisa dilaksanakan di akhir tahun bahkan tidak sempat terlaksana mempengaruhi realisasi kegiatan dan keuangan. Proses pengadaan barang dan jasa telah mengalami perbaikan, terutama sejak diaplikasin secara online. Untuk perbaikan ke depan, perlu koordinasi yang lebih baik antar unit eselon II dalam penyusunan jadwal kegiatan terutama yang melibatkan Direktur Jenderal serta eselon II sehingga rencana kegiatan yang telah dibuat bisa dilaksanakan. Jika dibutuhkan revisi DIPA, perlu dilakukan percepatan agar pelaksanaan kegiatan tidak terhambat. Demikian pula proses pengadaan barang dan jasa perlu dipersiapkan lebih awal agar tidak semua pengadaan selesai di akhir tahun. Unit Pelaksana Teknis (UPT) atau Kantor Daerah. Dari tiga UPT binaan Ditjen Bina Gizi dan KIA secara umum serapan anggaran dan pelaksanaan kegiatan program sebesar 92,21%% sedangkan fisik mencapai 99,79%. Hal-hal diatas merupakan gambaran capaian kinerja Program Bina Gizi dan KIA. Secara detail terkait capaian kinerja, telah ditulis lebih lengkap dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja ini. Harapannya bahwa, laporan ini dapat memberi gambaran capaian dan akuntabilitas kinerja program bina Gizi dan KIA. vi LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
  • 8. vii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR I IKHTISAR EKSEKUTIF iii DAFTAR ISI vii DAFTAR TABEL x DAFTAR GRAFIK xii DAFTAR GAMBAR xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ......................................................... B. Maksud dan Tujuan .................................................. C. Tugas Pokok dan Fungsi .......................................... D. Sistimatika ................................................................. LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 1 3 3 5 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. Perencanaan Kinerja.............................................. 1. Visi ……………………………………………….. 2. Misi ………………………………………………... 3. Tujuan …………………………………………...... 4. Nilai-nilai………………………………………….. 5. Strategi Nasional Pembangunan Kesehatan Masyarakat...................................................… 6. Sasaran Strategi Ditjen Bina Gizi dan KIA...… 7. Indikator Kinerja………………………………… B. Perjanjian Kinerja..................................................... 1. Indikator Kinerja Program Bina Gizi dan KIA.… 2. Indikator Penunjang Kinerja Program (Kegiatan)... 7 8 8 9 9 9 10 11 12 13 15
  • 9. viii BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Pengukuran Kinerja ............................................... a. Capaian Indikator Kinerja Utama Program BinaGizi dan KIA......................................…… b. Capaian Indikator Kinerja Kegiatan.................... c. Capaian Kinerja Keuangan.................................. B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja..................... 1. Indikator Kinerja Utama ……………………… a) Persentase ibu hamil ditolong oleh nakes terlatih (cakupan Pn) ................................... b) Persentase Kunjungan Neonatal Pertama (KN1)... c) Persentase Balita ditimbang berat badannya (D/S) ........................................................... 2. Indikator Kinerja Kegiatan................................... a) Persentase Balita Gizi Buruk yang mendapat Perawatan..................................................... b) Persentase Ibu Hamil Mendapat Pelayanan Antenatal (cakupan K4).................................. c) Persentase KB sesuai Standar di Fasilitas Pelayanan Kesehatan................................... d) Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi........... e) Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita... f) Cakupan SD/MI melaksanakan Penjaringan Siswa Kelas 1................................................. g) Cakupan Kabupaten/Kota Menyelenggarakan Pembinaan Yankestradkom........................... h) Jumlah RS Menyelenggarakan LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 22 22 24 25 27 27 27 36 41 48 48 53 60 64 69 74 79 86
  • 10. ix Yankestradkom i) Jumlah Puskesmas Melaksanakan Upaya Kesehatan Kerja........................................... j) Jumlah Puskesmas Melaksanakan Upaya Kesehatan Olahraga...................................... k) Persentase satuan kerja yang menyelenggaran administrasi kepemerintahan sesuai ketentuan. l) Penyediaan Sarana dan Prasarana sesuai dengan standar............................................. m) Penyelenggaraan Bantuan Operasional Kesehatan..................................................... C. Akuntabilitas Keuangan........................................... LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 90 92 94 99 104 108 BAB IV PENUTUP ............................................................ 113 LAMPIRAN
  • 11. x DAFTAR TABEL Tabel 2.1 : Indikator Kinerja Program Bina Gizi dan KIA Tahun 2012..... 14 Tabel 2.2 : Indikator Sekretariat Ditjen Bina Gizi dan KIA………………… 15 Tabel 2.3 : Indikator Bina Gizi Masyarakat................................................ 16 Tabel 2.4 : Indikator Bina Kesehatan Ibu.................................................. 17 Tabel 2.5 : Indikator Bina Kesehatan Anak............................................... 19 Tabel 2.6 : Indikator Bina Pelayanan Kestradkom.................................... 20 Tabel 2.7 : Indikator Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga........................ 21 Tabel 3.1 : Capaian Indikator Kinerja Utama Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak ....................................................... LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 23 Tabel 3.2 : Capaian Indikator Kinerja Setditjen Bina Gizi dan KIA ........... 24 Tabel 3.3 : Capaian Kinerja Keuangan Kantor Pusat................................ 26 Tabel 3.4 : Capaian Kinerja Keuangan Kantor Daerah (UPT)...………..... 27 Tabel 3.5 : Capaian Indikator Pn antar tahun 2009-2013.………........... 28 Tabel 3.6 : Capaian Indikator KN1 antar tahun 2009-2013....................... 36 Tabel 3.7 : Capaian Indikator D/S antar tahun 2009-2013........................ 41 Tabel 3.8 : Capaian Indikator K4 antar tahun 2009-2013.......................... 53 Tabel 3.9 : Capaian Pelayanan Kesehatan Bayi antar tahun 2009-2013.. 65 Tabel 3.10: Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita antar tahun 2009-2013................................................................................ 69 Tabel 3.11: Cakupan SD/MI Melaksanakan Pemeriksaan Kesehatan antar tahun 2009-2013............................................................ 74 Tabel 3.12: Cakupan Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan Yankestradkom........................................................................ 80 Tabel 3.13: Jumlah Rumah Sakit Menyelenggarakan Yankestradkom..... 87 Tabel 3.14: Realisasi Anggaran Program Bina Gizi dan KIA Tahun 2013 Menurut Jenis Anggaran.......................................................... 119 Tabel 3.15: Realisasi Anggaran Program Bina Gizi dan KIA Tahun 2010 - 2013..................................................................................... 110
  • 12. xi Tabel 3.16: Realisasi Anggaran Program Bina Gizi dan KIA Lokasi Kantor Pusat Menurut Satuan Kerja...................................... Tabel 3.17: Realisasi Anggaran Program Bina Gizi dan KIA Menurut Lokasi Satuan Kerja Kantor Daerah........................................ LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 111 112
  • 13. xii DAFTAR GRAFIK Grafik 3.1 : Tren cakupan PN tahun 2010-2013 dibandingkan target Renstra Kemenkes 2010-2014 ………………………..... 29 Grafik 3.2 : Capaian Cakupan Pn tahun 2013......... …………………… 29 Grafik 3.3 : Tren Capaian Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) Tahun 2009-2013…....………………………..............…………….... 37 Grafik 3.4 : Cakupan KN1 menurut Provinsi Tahun 2013....................... 38 Grafik 3.5 : Tren Cakupan D/S dibanding Target Renstra 2009-2014.… 42 Grafik 3.6 : Capaian D/S menurut Provinsi Tahun 2013........................ 43 Grafik 3.7 : Tren Jumlah Kasus Gizi Buruk yang Mendapat Perawatan 50 Grafik 3.8 : Tren Cakupan K4 dibanding Target Renstra tahun 2010- 2014....................................................................................... LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 54 Grafik 3.9 : Cakupan persentase cakupan K4 menurut Provinsi tahun 2013....................................................................................... 55 Grafik 3.10 : Tren capaian jumlah fasilitas kesehatan yang mampu memberikan pelayanan KB sesuai standar tahun 2010 sampai 2013.......................................................................... 61 Grafik 3.11 : Tren capaian faskes KB dari tahun 2010 hingga 2013 dibandingkan target Renstra Kemenkes 2010-2014............ 62 Grafik 3.12 : Tren cakupan pelayanan kesehatan bayi tahun 2009-2013 dibanding Target Renstra...................................................... 66 Grafik 3.13 : Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Menurut Provinsi Tahun 2013............................................................................ 66 Grafik 3.14 : Tren Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita tahun 2009-2013 dibanding Target Renstra................................... 70 Grafik 3.15 : Cakupan Yankes Balita 2013.................…………………….. 71 Grafik 3.16: Tren Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak SD/MI 2010- 2013 dibanding dengan Target Renstra............................... 75
  • 14. xiii Grafik 3.17: Capaian Pelayanan Kesehatan Anak SD/MI Per Provinsi... 76 Grafik 3.18: Tren Cakupan Kabupaten/Kota Menyelenggarakan Yankestradkom Tahun 2010-2013 dibanding Renstra.......... 80 Grafik 3.19: Jumlah Puskesmas yang Melaksanakan Kesehatan Kerja... 91 Grafik 3.20: Jumlah Puskesmas yang Menyelenggarakan Kesehatan Olahraga............................................................................... LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 93 Grafik 3.21: Trend Realisasi Indikator Penyelenggaraan Kepemerintahan Tahun 2010-2013...................................... 96 Grafik 3.22: Trend Realisasi Indikator Penyediaan Sarana & Prasarana Tahun 2010-2013.................................................................. 100 Grafik 3.23: Realisasi Keuangan dan Capaian Fisik Setditjen Bina Gizi & KIA Tahun 2013................................................................. 103 Grafik 3.24: Trend Puskesmas yang Merealisasikan BOK Tahun 2011- 2014....................................................................................... 105 Grafik 3.25: Trend Realisasi Dana BOK Tahun 2011-2013..................... 106 Grafik 3.26: Trend Serapan Anggaran disbanding Capaian Indikator....... 111
  • 15. Gambar 3.1 : Salah satu Poskesdes di Kab Gorontalo.............. 30 Gambar 3.2 : Pelaksanaan P4K di Provinsi NTT.................. 31 Gambar 3.3 : Kemitraan Bidan dan Dukun............................ 32 Gambar 3.4 : Salah satu Rumah Tunggu Kelahiran di Provinsi xiv DAFTAR GAMBAR Jambi LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 32 Gambar 3.5 : Konseling ASI pada saat Kunjungan Neonatal...... 38 Gambar 3.6 : Fasilitasi Peningkatan Pelayanan BBLR dan Bayi di Puskesmas dan RS di Kab Lampung.......... 39 Gambar 3.7 : Peningkatan Kapasitas dokter Umum dalam Tatalaksana Bayi dan Balita Sakit di Jakarta...... 39 Gambar 3.8 : Pengembangan Materi KIE Perawatan Bayi Baru Lahir dan Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir di Puskesmas Wilayah Kabupaten Jayawijaya...... 40 Gambar 3.9 : Aktifitas Penimbangan di Posyandu KelurahanCipedak, Jakarta Selatan.................. 44 Gambar 3.10: Contoh Penanganan Kasus Gizi Buruk............. 50 Gambar 3.11: Ruangan di dalam TFC (Terauphetic Feeding Centre)... 51 Gambar 3.12: Pelaksanaan Kelas Ibu hamil yang merupakan sarana peningkatan pengetahuan pada Ibu Hamil.... 56 Gambar 3.13: Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan reproduksi terpadu, termasuk pelayanan KB......... 60 Gambar 3.14: Pelayanan Pemantauan Tumbuh Kembang Anak Balita..................................................................... 69
  • 16. Puskesmas............................................................. 81 Pelayanan Akupunktur Medik........................ 87 xv Gambar 3.15: Orientasi Akupresur Tenaga Kesehatan Gambar 3.16: Peningkatan Kapasitas dokter RS dalam Gambar 3.17: Peningkatan Kapasitas dokter RS dalam Pelayanan Obat Herbal................................................................ LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 88 Gambar 3.18: Pertemuan Perencanaan............................... 95 Gambar 3.19: Peningkatan SDM.......................................... 95 Gambar 3.20: Sosialisasi Peraturan Per-UU............................. 95 Gambar 3.21: Pelatihan Photograpi.......................................... 95 Gambar 3.22: Komitmen ISO 9001:2008 Setditjen Bina Gizi KIA.......... 97 Gambar 3.23: Piagam Penghargaan ISO 9001:2008, Ditjen Bina Gizi &KIA....................................................................... 97 Gambar 3.24: Absensi Finger Print Setditjen Bina Gizi & KIA.......................................................................... 101 Gambar 3.25: Character Building Ditjen Bina Gizi & KIA.......... 104 Gambar 3.26: Pelatihan Bisnis Proses,Ditjen Bina Gizi & KIA... 104 Gambar 3.27: Trend Realisasi Dana BOK Tahun 2011-2013....... 106
  • 17. Good governance merupakan salah satu prasyarat bagi pemerintah untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan adalah menciptakan pelaksanaan pemerintahan yang bersih, transparan, akuntabel dan bertanggung jawab. Wujud transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan pengelolaan sumber daya Instansi Pemerintah diwujudkan dalam laporan pertanggungjawaban dalam mencapai visi, misi dan tujuan organisasi yang dijalankan sesuai Rencana Strategis. Kementerian Kesehatan mengemban tugas untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya, menurunkan Angka Kematian Ibu, Angka Kematian Bayi, prevalensi gizi kurang dan gizi buruk serta peningkatan akses pelayanan kesehatan terutama bagi masyarakat miskin serta masyarakat di daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan. Tugas tersebut tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014, yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.03.01/60/I/2010. Dalam upaya mendukung tercapainya tugas tersebut, pada tahun 2013 Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak telah melaksanakan kebijakan dan menyusun berbagai rencana kegiatan sebagai penjabaran visi, misi dan rencana strategis. Komitmen tersebut dibuktikan melalui penyediaan anggaran yang memadai dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, setiap unit teknis/unit utama dilingkup Kementerian Kesehatan wajib mempertangungjawabkan pelaksanaan kebijakan dan kewenangan pengelolaan sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
  • 18. yang diberikan, dengan tetap berlandasan pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan. Kewajiban diatas sejalan dengan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (RB) Nomor 29 tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Laporan Akuntabilitas, maka setiap unit teknis/unit utama yang merupakan unsur penyelenggara pemerintahan negara, wajib memberikan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) yang merupakan dokumen berisi gambaran perwujudan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang disusun dan disampaikan secara sistematis dan melembaga. Pelaporan kinerja juga dimaksudkan sebagai media untuk mengkomunikasikan pencapaian kinerja Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA dalam satu tahun anggaran kepada masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya. Pengukuran pencapaian kinerja bertujuan untuk mendorong Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA dalam meningkatkan transparansi, akuntabilitas dan efektifitas dari kebijakan dan program serta dapat menjadi masukan dan umpan balik bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka meningkatkan kinerja organisasi. Oleh karena itu, substansi penyusunan LAKIP didasarkan pada hasil-hasil capaian indikator kinerja dari masing-masing unit satuan kerja yang ada di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA. Dengan mempertimbangkan hal tersebut dan mengacu pada petunjuk teknis penyusunan laporan akuntabilitas kinerja yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan, maka Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak perlu menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan secara akuntabel dan transparan. 2 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
  • 19. Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak merupakan suatu kewajiban untuk mempertanggung jawabkan keberhasilan dan kegagalan misi organisasi tahun 2013 dalam mencapai target dan sasaran program seperti yang tertuang dalam Rencana Strategis, dan ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak oleh pejabat yang bertanggungjawab. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/PER/XI/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan, tugas pokok Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak adalah merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, mempunyai fungsi sebagai berikut: 1. Perumusan kebijakan di bidang pembinaan gizi dan kesehatan ibu 2. Pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan gizi dan kesehatan ibu 3 B. MAKSUD DAN TUJUAN C. TUGAS POKOK DAN FUNGSI dan anak; dan anak; LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
  • 20. 3. Penyusunan Standar, Norma, Pedoman dan Kriteria dan Prosedur 4. Pemberian Bimbingan Teknis dan Evaluasi di bidang pembinaan 5. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal bina gizi dan Fungsi tersebut dilaksanakan oleh organisasi yang susunannya adalah sebagai berikut : 5. Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif, dan Di samping Direktorat teknis di pusat, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak membina beberapa Unit Pelaksana Teknis di daerah, yang terdiri dari : 4 di bidang pembinaan gizi dan kesehatan ibu dan anak; gizi dan kesehatan ibu dan anak; kesehatan ibu dan anak. 1. Sekretariat Direktorat Jenderal; 2. Direktorat Bina Gizi; 3. Direktorat Bina Kesehatan Ibu 4. Direktorat Bina Kesehatan Anak; Komplementer; dan 6. Direktorat Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga. 1. Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat Bandung 2. Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat Makassar 3. Loka Kesehatan Tradisional Masyarakat Palembang LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
  • 21. Sistematika penulisan Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak adalah sebagai berikut : Pendahuluan, menjelaskan uraian singkat mengenai tujuan program yang dilaksanakan oleh Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, tugas pokok dan fungsi, susunan organisasi serta sistematika penulisan laporan Rencana Stratejik, menjelaskan mengenai rencana stratejik dan rencana kinerja. Pada bab ini disampaikan gambaran singkat sasaran yang ingin dicapai Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak tahun 2010. Akuntabilitas Kinerja, menguraikan tentang sumber pembiayaan, indicator kinerja evaluasi kinerja, termasuk menguraikan keberhasilan dan kegagalan, hambatan/kendala dan permasalahan yang dihadapi serta langkah-langkah antisipatif yang akan diambil. Penutup, mengemukakan simpulan dari tujuan secara umum tentang keberhasilan dan kegagalan, permasalahan dan kendala utama yang berkaitan dengan kinerja Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak serta strategi pemecahan masalah yang akan dilaksanakan di tahun mendatang. 5 D. SISTEMATIKA - Ringkasan Ekskutif - Kata Pengantar - Daftar Isi - BAB I - BAB II - BAB III - BAB IV LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
  • 22. 6 - LAMPIRAN • Formulir RK : Pengukuran Kinerja • Formulir RKT : Rencana Kinerja Tahunan LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
  • 23. Pembangunan kesehatan menjadi upaya prioritas dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia, sebagaimana diamanahkan dalam UU 36 tahun 2009. Sejalan dengan itu, Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014 disusun dan ditetapkan dengan keputusan Nomor 021/Kemenkes/SK/1/2011, serta tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP). Rencana Aksi kegiatan Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak merupakan penjabaran dari Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010 – 2014. Disebutkan bahwa Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak merupakan program yang terkait dengan pencapaian target MDGs; terutama pada target pertama untuk menurunkan prevalensi gizi kurang sebesar 15,5% dan gizi buruk sebesar 3,6% pada tahun 2015; target keempat mengurangi tingkat kematian Balita hingga menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup dan bayi 23 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015; target kelima mengurangi angka kematian ibu hingga mencapai 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Dalam mencapai target MDGs diatas, telah dilakukan berbagai upaya intervensi sebagaimana tertuang dalam Rencana Aksi Kegiatan Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. Upaya 7 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. PERENCANAAN KINERJA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
  • 24. tersebut diharapkan dapat memiliki daya ungkit terhadap pencapaian target MDGs. Indikator dan target kinerja yang telah ditetapkan pada awal tahun akan menjadi ukuran keberhasilan pelaksanaan program, yang meliputi Indikator Kinerja Program (IKP) dan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) yang dilaksanakan di tingkat esselon 2. Agar tercapainya target indikator sebagaimana yang telah dijabarkan dalam Rencana Aksi Program Ditjen Bina Gizi dan KIA, dalam bab ini perlu ditegaskan kembali tentang visi, misi, tujuan nilai-nilai, kebijakan, program, sasaran strategis, dan indikator. Secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut: Visi Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak mengacu pada visi Kementerian Kesehatan tahun 2010- 2014 yaitu “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan” 2. Misi Misi Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak mengacu kepada Misi Kementerian Kesehatan yaitu: a. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani. b. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan. c. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya 8 1. Visi kesehatan. LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
  • 25. 3. Tujuan Tujuan Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna dalam rangka mencapai derajat kesehatan dan gizi masyarakat yang setinggi-tingginya. 4. Nilai-Nilai Guna mewujudkan visi dan misi rencana strategis pembangunan kesehatan, Ditjen Bina Gizi dan KIA menganut dan menjunjung tinggi nilai-nilai yang telah dirumuskan dalam Renstra Kementerian Kesehatan antara lain: 5. Strategi Nasional Pembangunan Kesehatan Masyarakat Dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan masyakat, strategi yang dilakukan adalah : a. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat madani dalam pembangunan kesehatan melalui kerjasama nasional dan global. b. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan berkeadilan, serta berbasis bukti dengan pengutamaan pada upaya promotif preventif. 9 d. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik. a. Pro Rakyat b. Inklusif c. Responsif d. Efektif e. Bersih LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
  • 26. c. Meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan, terutama untuk mewujudkan jaminan sosial kesehatan nasional. d. Meningkatkan pengembangan dan pemberdayaan SDM e. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan serta menjamin keamanan/khasiat, kemanfaatan dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan. f. Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan, berdaya guna dan berhasil guna untuk memantapkan desentralisasi kesehatan yang bertanggung jawab. Meningkatnya ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi seluruh masyarakat. pelayanan kesehatan tradisional, alternatif dan komplementer e. Meningkatnya pembinaan upaya kesehatan kerja dan olahraga 10 kesehatan yang merata dan bermutu. 6. Sasaran Strategis Ditjen Bina Gizi dan KIA Sasaran Program: Dengan sasaran kegiatan: a. Meningkatnya kualitas penanganan gizi masyarakat b. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan ibu dan reproduksi c. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan anak d. Meningkatnya pembinaan, pengawasan dan pengembangan LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
  • 27. g. Meningkatnya dukungan managemen dan pelaksanaan tugas 1) Persentase ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga 2) Cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1) sebesar 3) Persentase Balita ditimbang berat badannya (jumlah 1) Presentase balita ditimbang berat badannya 2) Presentase balita gizi buruk yang mendapat perawatan 3) Presentase ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga 4) Presentase ibu hamil yang mendapatkan antenatal K4 5) Presentase fasilitas kesehatan yang memberikan 11 f. Tersedianya Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) untuk puskesmas. teknis lainnya pada program Bina Gizi Kesehatan Ibu dan Anak. 7. Indikator Kinerja Indikator Kinerja Ditjen Bina Gizi dan KIA terdiri dari indikator Kinerja Program dan Indikator Kinerja Kegiatan, antara lain: a. Indikator Kinerja Program (IKP): kesehatan terlatih (cakupan PN) sebesar 90%; 90%; Balita ditimbang/Balita seluruhnya (D/S)) sebesar 85%. b. Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) kesehatan terlatih (cakupan PN) (kunjungan 4 kali) pelayanan KB sesuai standar 6) Cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1) LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
  • 28. 7) Cakupan pelayanan kesehatan bayi 8) Cakupan pelayanan kesehatan balita 9) Cakupan SD/MI melaksanakana penjaringan siswa 10) Cakupan kabupaten/ kota yang menyelengarakan program bina pelayanan kesehatan tradisional alternatif dan komplementer 11) Jumlah Rumah Sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional kyang aman dan bermanfaat sebagai pelayanan kesehatan alternatif dan komplementer 12) Jumlah puskesmas yang melaksanakan upaya 13) Jumlah puskesmas yang melaksanakan upaya 14) Presentasse satuan kerja yang menyelenggaraan 15) Presentase sarana dan prasarana sesuai dengan standar.Jumlah puskesmas yang mendapat Bantuan Operasionak Kesehatan dan Menyelenggarakan Lokakarya Mini untuk mencapai pencapaian SPM. Perjanjian kinerja Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA telah ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja yang merupakan suatu dokumen pernyatan kinerja/ perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu dengan didukung sumber daya yang tersedia. 12 kelas 1 kesehatan kerja di wilayah industri kesehatan olahraga. administrasi kepemerintahan sesuai ketentuan B. PERJANJIAN KINERJA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
  • 29. Indikator dan target kinerja yang telah ditetapkan, menjadi kesepakatan yang mengikat untuk dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan sebagai upaya mewujudkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang berkualitas. Perjanjian penetapan kinerja Program Bina Gizi dan KIA, merupakan dokumen penetapan kinerja tahun 2012 yang telah ditandatangani bersama oleh Direktur Jenderal dan Menteri Kesehatan RI pada bulan Maret 2013. Indikator tersebut antara lain: Indikator kinerja program Bina Gizi dan Kesehatan ibu dan anak terdiri dari tiga indikator yang dianggap dapat merefleksikan kinerja program. Indikator tersebut meliputi indikator kesehatan ibu (PN), dan indikator kesehatan anak (KN1), indikator bina gizi (D/S). Cakupan PN menggambarkan indikator pelayanan kesehatan terhadap pelayanan persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan. Indikator PN menjadi penting karena pada periode persalinan merupakan salah satu periode yang berkontribusi terhadap resiko kematian ibu di Indonesia dan merupakan bagian dari indikator kesepakatan global (MDGs), pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan. Cakupan KN1 menggambarkan pelayanan kesehatan pada neonatus (0-28 hari). Indikator ini menjadi penting karena pada usia kelahiran 0-28 hari merupakan masa yang memiliki resiko terjadinya gangguan kesehatan paling tinggi dibanding usia lainnya dan 13 1. Indikator Kinerja Program Bina Gizi dan KIA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
  • 30. berkaitan erat dengan upaya penurunan risiko kematian bayi pada 48 jam pertama. Cakupan D/S menggambarkan tingkat motivasi/partisipasi masyarakat dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan, serta kesehatan balita di Posyandu. Indikator ini menjadi penting karena selain menunjukkan pelayanan gizi pada balita, juga memiliki korelasi yang kuat dengan peningkatan cakupan pemberian vitamin A, Imunisasi dan penemuan kasus kurang gizi di Posyandu. Secara teknis indikator tersebut memenuhi syarat untuk digunakan sebagai tolokukur keberhasilan, karena selain ketersediaan data, juga kesinambungan dan validitasnya dapat dijaga dengan baik melalui sistem pelaporan yang baik. Pada tahun 2012, indikator program Bina Gizi dan Kesehatan ibu dan anak telah ditetapkan beserta target-targetnya (tabel 1). Indikator Target 14 Tabel 2.1 Indikator Kinerja Program Bina Gizi dan KIA Tahun 2013 No. Sasaran Strategis 1 Meningkatkan status kesehatan dan Gizi Masyarakat % ibu bersalin yang ditolong oleh nakes terlatih (cakupan PN) LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 89% % Cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1) 89% Persentase Balita ditimbang berat badannya (D/S) 80%
  • 31. Indikator kegiatan Sekretariat Direktrorat Jenderal Bina Gizi dan KIA meliputi; a) persentase satuan kerja yang menyelenggarakan administrasi kepemerintahan sesuai dengan ketentuan; indikator merupakan indikator komposit dari penyelenggaraan administrasi sesuai dengan ketentuan yang meliputi penilaian penyelenggaraan perencanaan, pengorganisasian, pengawasan, pengaturan sumberdaya dan pengelolaan keuangan; b) persentase sarana dan prasarana kerja yang sesuai standar; indikator ini merupakan indikator komposit dari penyelenggaraan sarana dan prasarana sesuai standar yaitu sesuai jumlah, jenis, ukuran dan syarat teknis lainnya; c) Jumlah puskesmas yang mendapatkan Bantuan Operasional Kesehatan dan menyelenggarakan Lokakarya Mini. Sasaran Strategis Indikator Target 15 2. Indikator Penunjang Kinerja Program (Kegiatan) a. Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA Tabel 2.2 Indikator Sekretariat Ditjen Bina Gizi dan KIA Meningkatnya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada program bina gizi dan kesehatan ibu dan anak. status kesehatan dan Gizi Masyarakat Persentase satuan kerja yang menyelenggarakan adminstrasi kepemerintahan sesuai ketentuan LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 95% Persentase sarana dan prasarana kerja yang sesuai standar 90% Jumlah Puskesmas yang mendapatkan Bantuan Operasional Kesehatan dan menyelenggarakan Lokakarya Mini untuk menunjang pencapaian SPM Jumlah puskesmas yang mendapatkan Bantuan Operasional Kesehatan dan menyelenggarakan Lokakarya Mini untuk menunjang pencapaian SPM 8.868 Puskemas
  • 32. Indikator kegiatan Direktorat Bina Gizi meliputi: a) Persentase balita ditimbang berat badannya (D/S). Cakupan D/S ini menggambarkan tingkat motivasi/partisipasi masyarakat dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan, serta kesehatan balita di Posyandu. Indikator ini menjadi penting karena selain menunjukkan pelayanan gizi pada balita, juga memiliki korelasi yang kuat dengan peningkatan cakupan pemberian vitamin A, Imunisasi dan penemuan kasus kurang gizi di Posyandu.; b) Persentase balita gizi buruk yang mendapat perawatan. Indikator ini menggambarkan respon terhadap penanganan kasus gizi buruk dengan segera setelah kasus diketemukan. Artinya bahwa setiap balita gizi buruk yang diketemukan harus mendapat perawatan baik rawat jalan maupun rawat inap. Sasaran Strategis Indikator Target 16 b. Direktorat Bina Gizi Tabel 2.3 Indikator Bina Gizi Masyarakat Meningkatnya kualitas penanganan masalah gizi masyarakat Persentase (%) balita ditimbang berat badannya (Jumlah balita ditim bang/balita seluruhnya (D/S)) Persentase balita gizi buruk yang mendapat perawatan LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 80% 100% c. Direktorat Bina Kesehatan Ibu Indikator kegiatan bina pelayanan kesehatan ibu meliputi: a) Persentase Ibu Bersalin yang ditolong oleh Nakes Terlatih (Cakupan Pn). Cakupan PN menggambarkan indikator
  • 33. pelayanan kesehatan terhadap pelayanan persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan. Indikator PN menjadi penting karena pada periode persalinan merupakan salah satu periode yang berkontribusi terhadap resiko kematian ibu di Indonesia dan merupakan bagian dari indikator kesepakatan global (MDGs); b) Persentase Ibu Hamil mendapat Pelayanan Antenatal Care (K4). Indikator ini memperlihatkan akses pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan klien dalam memeriksakan kehamilannya minimal empat kali ke tenaga kesehatan; dan c) Persentase Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang memberikan Pelayanan KB sesuai standar. Indikator ini memperlihatkan tingkat kemampuan Pemerintah dalam menyediakan pelayanan KB berkualitas sesuai standar yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih. Sasaran Strategis Indikator Target 17 Tabel 2.4 Indikator Bina Kesehatan Ibu Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan ibu dan reproduksi • Persentase (%) Ibu Bersalin yang ditolong oleh Nakes Terlatih (Cakupan Pn) • Persentase (%) Ibu Hamil mendapat Pelayanan Antenatal Care (K4) • Persentase (%) Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang memberikan Pelayanan KB sesuai standar LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 89% 93% 90%
  • 34. d. Direktorat Bina Kesehatan Anak Indikator Bina Kesehatan Anak meliputi: a) Cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1). Indikator kunjungan neonatal Pertama (KN1) adalah indikator yang menggambarkan upaya kesehatan bayi baru lahir dan berkaitan erat dengan upaya penurunan risiko kematian bayi dimana 48 jam pertama merupakan risiko yang paling tinggi ; b) Cakupan pelayanan kesehatan bayi. Indikator ini merupakan penilaian terhadap upaya peningkatan akses bayi memperoleh pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin adanya kelainan atau penyakit, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit serta peningkatan kualitas hidup bayi; c) Cakupan pelayanan kesehatan anak Balita. Indikator ini menggambarkan Pelayanan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam upaya meningkatkan kualitas hidup anak balita diantaranya adalah melakukan pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan dengan menggunakan instrument SDIDTK, pembinaan pada posyandu, pembinaan anak prasekolah (PAUD) dan konseling keluarga pada kelas ibu balita tentang Buku KIA, pemberian ASI sampai 2 tahun, makanan gizi seimbang, perawatan dan stimulasi tumbuh kembang pada anak; d) Cakupan SD/MI melaksanakan penjaringan siswa kelas I. Indikator ini menggambarkan bentuk pelayanan kesehatan. Indikator ini menggambarkan tentang pemantauan dan pelayanan kesehatan pada anak usia sekolah. Pemantauan dan pelayanan kesehatan merupakan kegiatan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan terhadap siswa kelas 1 Sekolah Dasar atau yang sederajat untuk memilah siswa yang 18 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
  • 35. mempunyai masalah kesehatan agar segera mendapatkan penanganan sedini mungkin. Sasaran Strategis Indikator Target 19 Tabel 2.5 Indikator Bina Kesehatan Anak Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan anak 1) Cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1) 2) Cakupan pelayanan kesehatan bayi 3) Cakupan pelayanan kesehatan anak Balita 4) Cakupan SD/MI melaksanakan penjaringan siswa kelas I LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 89% 87% 83% 94% e. Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Tradisional Alternatif dan Komplementer. Indikator Bina Pelayanan kestradkom dan komplementer meliputi: a) Cakupan kabupaten/ kota yang menyelenggarakan pembinaan pelayanan kesehatan tradisional alternatif dan komplementer. Indikator ini merupakan refleksi dari penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional di tingkat Kabupaten/Kota melalui Dinas Kesehatan dan Puskesmas; b) Jumlah RS yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional yang aman dan bermanfaat sebagai pelayanan alternatif dan kompelementer. Indikator ini menggambarkan pelayanan kesehatan tradisional yang diselenggarakan di rumah sakit pemerintah dalam memberikan pelayanan pengobatan alternatif selain pengobatan konvensional.
  • 36. Sasaran Strategis Indikator Target 20 Tabl 2.6 Indikator Bina Pelayanan Kestradkom Meningkatnya pembinaan, pengawasan dan pengembangan pelayanan kesehatan tradisional alternatif dan komplementer 1) Cakupan kabupaten/ kota yang menyelenggarakan pembinaan pelayanan kesehatan tradisional alternatif dan komplementer. 2) Jumlah RS yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional yang aman dan bermanfaat sebagai pelayanan alternatif dan kompelementer LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 40% 56 RS f. Direktorat Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga Indikator pelayanan kesehatan kerja dan olahraga meliputi: a) Jumlah Puskesmas yang melaksanakan upaya kesehatan Kerja di Wilayah Industri. Indikator ini menggambarkan ukuran pelayanan kesehatan kerja yang dilaksanakan oleh Puskesmas di wilayah industri, untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi pekerja-pekerja industri ; b) Jumlah Puskesmas yang melaksanakan upaya kesehatan Olahraga. Indikator ini menggambarkan pelayanan kesehatan olahraga di Kabupaten/Kota dan Puskesmas.
  • 37. Sasaran Strategis Indikator Target 21 Tabel 2.7 Indikator Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga Meningkatnya Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga Jumlah Puskesmas yang melaksanakan upaya kesehatan Kerja di Wilayah Industri Jumlah Puskesmas yang melaksanakan upaya kesehatan Olahraga LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 576 Pkm 240 Pkm
  • 38. Dalam Permenpan 29 tahun 2010 disebutkan bahwa pengukuran kinerja adalah pengukuran pencapaian target kinerja yang ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja yang diperoleh dengan membandingkan antara target kinerja dan realisasi. Perbandingan antara target dengan realisasi disebut dengan pencapaian, yang menunjukkan ukuran tingkat kinerja indikator. Data realisasi diperoleh dari laporan direktorat teknis terkait berdasarkan data laporan bulanan rutin Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota, sedangkan target kerja mengacu pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014. Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan pada tahun 2013, capaian Indikator Kinerja Program (IKP) dan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) dapat dilihat pada uraian capaian kegiatan berikut. a. Capaian Indikator Kinerja Utama Program Bina Gizi dan KIA Indikator Kinerja Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak adalah persentase ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan (PN), persentase kunjungan neonatal pertama (KN1) dan Persentase Balita ditimbang berat badannya (D/S). 22 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. PENGUKURAN KINERJA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
  • 39. Cakupan PN menggambarkan indikator pelayanan kesehatan terhadap pelayanan persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan, cakupan KN1 menggambarkan pelayanan kesehatan pada neonatus (0-28 hari), dan Cakupan D/S menggambarkan tingkat motivasi/partisipasi masyarakat dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan (penimbangan berat badan) serta kesehatan balita di Posyandu. Hasil pelaksanaan kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut: Indikator Target Realisasi Pencapaian Tabel diatas menjukkan bahwa ketiga indikator kinerja utama tersebut dapat tercapai sesuai target yang ditetapkan. Rata-rata pencapaian indikator kinerja diatas 100%, bahkan indikator KN1 menunjukkan peningkatan capaian sebesar 6,13% dibanding target yang ditetapkan. 23 Tabel 3.1 Capaian Indikator Kinerja Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak No. Sasaran Strategis 1 Meningkatkan status kesehatan dan Gizi Masyarakat % ibu bersalin yang ditolong oleh nakes terlatih (cakupan PN) 89% 90,88% 102,11% % Cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1) 89% 92,33% 103,74% Persentase Balita ditimbang berat badannya (D/S) 80% 80,29% 100,01% Sumber: laporan Akuntabilitas Direktorat 2013 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
  • 40. Indikator kegiatan merupakan indikator yang menjadi tolok ukur kinerja eselon II di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA, dalam melaksanakan bidangnya. Indikator Kinerja Kegiatan dalam laporan ini, merupakan indikator penunjang indikator program. Selama tahun 2013, capaian kinerja cukup bervariatif sebagai mana termuat dalam tabel berikut. No Sasaran Strategis Indikator Target Realisasi Pencapaian 24 b. Capaian Indikator Kinerja Kegiatan Tabel 3.2 Capaian Indikator Kinerja Setditjen Bina Gizi dan KIA 1 Meningkatnya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada program bina gizi dan kesehatan ibu dan anak. status kesehatan dan Gizi Masyarakat 1) Persentase satuan kerja yang menyelenggarakan adminstrasi kepemerintahan sesuai ketentuan LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 95% 96,97% 102,07% 2) Persentase sarana dan prasarana kerja yang sesuai standar 90% 90,01% 100,01% 2 Jumlah Puskesmas yang mendapatkan Bantuan Operasional Kesehatan dan menyelenggarakan Lokakarya Mini untuk menunjang pencapaian SPM Jumlah puskesmas yang mendapatkan Bantuan Operasional Kesehatan dan menyelenggarakan Lokakarya Mini untuk menunjang pencapaian SPM 8.868 Puskemas 9.419 Puskesmas 106,21% 3 Meningkatnya kualitas penanganan masalah gizi masyarakat Persentase balita gizi buruk yang mendapat perawatan 100% (44.000) 92,63% (40,755) 92,63% 4 Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan ibu dan reproduksi 1) Persentase (%) Ibu Hamil mendapat Pelayanan Antenatal Care (K4) 2) Persentase (%) Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang memberikan Pelayanan KB sesuai standar 93% 90% (58.500) 86,52% 95,1% 93,03% 105,67% 5 Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan anak 5) Cakupan pelayanan kesehatan bayi 6) Cakupan pelayanan kesehatan anak Balita 7) Cakupan SD/MI melaksanakan penjaringan siswa kelas I 87% 83% 94% 87,77% 70,12% 73,91% 100,89% 84,48% 78,63% 6 Meningkatnya pembinaan, pengawasan dan pengembangan pelayanan kesehatan tradisional alternatif dan komplementer 3) Cakupan kabupaten/ kota yang menyelenggarakan pembinaan pelayanan kesehatan tradisional alternatif dan komplementer. 40% 44,6% 111,5%
  • 41. 25 4) Jumlah RS yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional yang aman dan bermanfaat sebagai pelayanan alternatif dan kompelementer LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 56 RS 73RS 130,36% 7 Meningkatnya Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga 1) Jumlah Puskesmas yang melaksanakan upaya kesehatan Kerja di Wilayah Industri 2) Jumlah Puskesmas yang melaksanakan upaya kesehatan Olahraga 576 240 778 671 135,07% 279,58% Sumber: laporan Akuntabilitas Direktorat 2013 Tabel diatas memperlihatkan bahwa dari 13 indikator kinerja kegiatan dalam Program Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak terdapat 4 (empat) indikator yang tidak dapat mencapai target yaitu persentase balita gizi buruk yang mendapat perawatan 92,63% (target 100%), persentase ibu hamil mendapat pelayanan antenatal care (K4) sebesar 86,52% (target 93%), cakupan pelayanan kesehatan anak balita sebesar 70,12% (target 83%), dan cakupan SD/MI melaksanakan penjaringan siswa kelas I sebesar 73,91% (target 94%). Sementara capaian kinerja 10 indikator lainnya bervariatif, dengan pencapaian berkisar antara 100,01% hingga 279%. c. Capaian Kinerja Keuangan Capaian kinerja keuangan ini menggambarkan tingkat penyerapan anggaran dalam pelaksanaan kegiatan. Kinerja ini meliputi capaian fisik dan keuangan. Berdasarkan laporan keuangan diketahui bahwa realisasi keuangan lingkup kantor Pusat Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA rata-rata sebesar 88,09% dan realisasi fisik 93,19%. Tabel dibawah menunjukkan adanya perbedaan capaian antara realisasi fisik
  • 42. dan keuangan yang cukup besar, terdapat selisih 9,14% antara realisasi fisik dan keuangan. Perbedaan realisasi ini disebabkan karena anggaran kegiatan TP-ASI yang dialokasikan melalui Satker Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga untuk Provinsi Banten tidak dapat terlaksana, sehingga serapan anggaran hanya mencapai 55,63%. Sementara kinerja keuangan Unit Pelaksana Teknis di Daerah (UPT) rata-rata sangat baik dengan realisasi fisik sebesar 99,79% dan realiasi keuangan sebesar 92,21%. 26 Tabel 3.3 Capaian Kinerja Keuangan Kantor Pusat No Unit Organisasi Capaian Fisik LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 (%) Capaian Keuangan (%) 1 Sekretariat Ditjen Bina GIKIA 67,27 71,46 2 Direktorat Bina Gizi 97,53 97,66 3 Direktorat Bina Kes Ibu 100 96,58 4 Direktorat Bina Kes Anak 97,87 91,64 5 Direktorat Bina Yankestradkom 99,99 92,37 6 Direktorat Bina Kesjor 96,5 55,63 rata-rata 93,19 88,09 Sumber: Laporan Keuangan dan PP39
  • 43. Tabel 3.4 Capaian Kinerja Keuangan Kantor Daerah (UPT) 27 No Unit Organisasi Capaian Fisik LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 (%) Capaian Keuangan (%) 1 Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat 100 83,19 2 Balai Kesehatan Tradisional Mayarakat 99,59 95,42 3 Loka Kesehatan Tradisional Masyarakat 99,79 95,14 rata-rata 99,79 92,21 Sumber: Laporan Keuangan dan PP39 B. EVALUASI DAN ANALISIS CAPAIAN KINERJA 1. Indikator Kinerja Utama a) Persentase Ibu Bersalin yang Ditolong oleh Tenaga Kesehatan Terlatih (cakupan Pn) Pertolongan persalinan merupakan proses pelayanan persalinan yang dimulai pada kala I sampai dengan kala IV persalinan. Indikator Pn diukur dari jumlah persalinan yang ditolong tenaga kesehatan dibandingkan dengan jumlah sasaran ibu bersalin dalam setahun dikali 100%. Indikator ini memperlihatkan tingkat kemampuan Pemerintah dalam menyediakan pelayanan persalinan berkualitas yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih. Hasil pelaksanaan kegiatan dalam 5 (lima) tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut.
  • 44. Indikator Capaian Keterangan 84,4% 84,8% 86,38% 88,64% 90,88% Target 28 Tabel 3.5 Capaian Indikator Pn antar tahun 2009-2013 2009 2010 2011 2012 2013 Persentase persalinan yang ditolong tenaga kesehatan terlatih (Cakupan Pn) LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 tercapai Sumber data: Laporan Kesehatan Ibu Tahun 2013 Tabel diatas terlihat bahwa cakupan pelayanan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan menunjukkan adanya peningkatan bila dibandingkan antar tahun. Namun demikian kecenderungan peningkatannya hanya berkisar antara 0,4% hingga 2,26%. Peningkatan terendah (0,4%) terjadi antara tahun 2009 dan 2010 sedangkan tertinggi (2,26%) terjadi antara tahun 2011 dan 2012. Walau demikian cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan setiap tahun telah memenuhi target Renstra Kementerian Kesehatan (2010-2014). Bila dibandingkan dengan target Renstra, maka capaian indikator Pn selalu konsisten memenuhi harapan. Terutama tahun 2013, capaian cakupan Pn sebesar 90,88% telah melampaui target yang ditetapkan (89%), bahkan telah melampaui target tahun 2014 sebesar 90%. Perbandingan capaian target Pn antar tahun dapat dilihat pada grafik berikut.
  • 45. Secara nasional target indikator Pn tersebut telah tercapai, namun masih terdapat disparitas cakupan antar provinsi. Disparitas antar provinsi cukup besar, bekisar antara 33,3% (Prov. Papua) hingga 99,9% (Prov. Jawa Tengah). Secara rincian cakupan Pn menurut provinsi dapat dilihat grafik berikut. Dari grafik diatas kita lihat bahwa, jika dibandingkan dengan target Nasional maka provinsi dengan capaian rendah adalah; Lampung, Jawa Barat, Aceh, Kalimantan Barat, Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, Sumatera Utara, Kalimantan Timur, Maluku, 29 Grafik 3.1. Tren cakupan Pn tahun 2010-2013 dibandingkan target Renstra Kemenkes 2010-2014 Grafik 3.2. Capaian cakupan Pn tahun 2013 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
  • 46. NTT, Papua Barat dan Papua. Terutama di provinsi Papua, perlu ditelusuri lebih lanjut terkait rendahnya capaian Pn ini. Dalam upaya peningkatan cakupan Pn tersebut, pada tahun 2013 Direktorat Bina Kesehatan Ibu telah melaksanakan berbagai kegiatan, yaitu: 1) Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu (RAN PP AKI) Tahun 2013-2015, melalui penyusunan Rencana Aksi Nasional. 2) Peningkatan cakupan Pn dan Kf melalui Kemitraan Bidan dan 3) Penguatan Manajemen dan Jejaring Rujukan di tingkat kabupaten/kota pada Pelayanan Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, 4) Peningkatan koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor kesehatan untuk peningkatan cakupan Pn dan Kf di Fasilitas Kesehatan, 5) Peningkatan kerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat 6) Fasilitasi, Advokasi, Supervisi dan bimbingan teknis bagi pengelola program kesehatan ibu di daerah dengan cakupan Pn dan Kf rendah. Penyebab langsung (Direct Obstetric Death) Kematian ibu antaralain adalah komplikasi obstetri pada masa hamil, bersalin dan nifas, atau kematian yang disebabkan oleh suatu tindakan, atau berbagai hal yang terjadi akibat tindakan yang dilakukan selama hamil, bersalin atau nifas terkait erat dengan faktor penolong persalinan dan tempat/fasilitas persalinan. 30 Dukun serta Rumah Tunggu Kelahiran, dan Organisasi Profesi, Gambar 3.1 Salah satu Poskesdes di Kab Gorontalo LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
  • 47. Persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan terbukti berkontribusi terhadap turunnya risiko kematian ibu karena akan mendapatkan pelayanan dengan sarana yang memadai, oleh tenaga kesehatan yang terlatih, serta penanganan kegawatdaruratan yang komprehensif. Berdasarkan SDKI 2012, Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih sudah memperlihatkan tren peningkatan dari tahun sebelumnya, namun kualitas pelayanan dan kompetensi tenaga kesehatan belum sepenuhnya sesuai standar pelayanan. Oleh karena itu, kebijakan Kementerian Kesehatan adalah seluruh persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan dan diupayakan dilakukan di fasilitas kesehatan. Hal ini sejalan dengan kebijakan JKN dalam mempersiapkan penyelenggaraannya. Dalam mempersiapkan penyelenggaraan JKN yang terhitung tanggal 1 Januari 2014, rencana DAK Bidang Kesehatan difokuskan untuk kesiapan fasilitas kesehatan dalam mempersiapkan pelayanan. Untuk mendukung penyelenggaraan pelayanan kesehatan ibu bersalin, pada tahun 2013 Kementerian Kesehatan memfasilitasi Gambar 3.2 Pelaksanaan P4K di Provinsi NTT penyediaan Bidan Kit sebesar 1.377 unit, tenaga penolong persalinan yang berkompeten sebanyak 104.178 bidan desa di Indonesia dan 56.561 diantaranya tinggal di desa. Bidan yang tinggal di desa memberi kontribusi positif dalam penurunan kematian ibu. Salah satu upaya penting dalam program kesehatan ibu di Indonesia adalah Program Perencanaan Persalinan dan 31 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
  • 48. Pencegahan Komplikasi (P4K) yang menitikberatkan fokus totalitas pemantauan yang menjadi salahsatu upaya deteksi dini, menghindari risiko kesehatan pada ibu hamil serta menyediakan akses dan pelayanan kegawatdaruratan kebidanan dan bayi baru lahir dasar di tingkat Puskesmas (PONED) dan pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal komprehensif di Rumah Sakit (PONEK). Dalam implementasinya, P4K merupakan salah satu unsur dari Desa Siaga. Sampai dengan tahun 2013, tercatat 61.731 desa (80%) telah melaksanakan P4K. Berdasarkan data SDKI 2012, persalinan di rumah dan lainnya sebesar 36%. Hal tersebut disebabkan masih adanya masyarakat yang masih percaya kepada dukun untuk menolong persalinannya. Selain itu, pada daerah dengan kondisi geografis sulit, akses ke fasilitas pelayanan kesehatan secara cepat juga menjadi sebuah kendala yang dialami masyarakat. Di daerah-daerah 32 Gambar 3.3 Kemitraan Bidan dan Dukun LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 tersebut, kebijakan Kementerian Kesehatan adalah dengan melanjutkan pengembangan program Kemitraan Bidan dan Dukun serta Rumah Tunggu Kelahiran. Dukun tetap diupayakan bermitra dengan bidan dalam hal pengaturan hak dan kewajiban sehingga terdapat kejelasan peran Gambar 3.4 Salah satu Rumah Tunggu Kelahiran di Provinsi Jambi
  • 49. dan tugas masing-masing pihak. Hingga tahun 2012 persentase kemitraan bidan dan dukun telah mencapai sebesar 73,2% lebih tinggi dibanding tahun 2011 sebesar 68,6%. Ketika ibu hamil yang di daerahnya tidak terdapat bidan atau memang memiliki kondisi penyulit, maka pada saat menjelang hari taksiran persalinan diupayakan sudah berada di dekat fasilitas kesehatan, yaitu dapat tinggal di Rumah Tunggu Kelahiran. Rumah Tunggu Kelahiran tersebut dapat berupa rumah tunggu khusus maupun di rumah sanak saudara yang dekat dengan fasilitas kesehatan. Fokus pengembangan Rumah Tunggu Kelahiran adalah pada daerah DTPK. Sampai tahun 2011, tercatat 6 unit (12%) Rumah Tunggu Kelahiran di wilayah Puskesmas DTPK dan meningkat pada tahun 2013 sebanyak 597 unit. Jaminan Persalinan. Kementerian Kesehatan sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 telah mengupayakan program Jaminan Persalinan (Jampersal) yang merupakan jaminan paket pembiayaan sejak pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, hingga pelayanan nifas termasuk pelayanan bayi baru lahir dan KB pasca persalinan. Penyediaan Jampersal mempunyai peran yang cukup signifikan dalam meningkatkan cakupan Pn di seluruh wilayah Indonesia dalam upaya mengatasi hambatan akses pada faktor finansial. Pada tahun 2014, pengelolaan Jampersal dan Jamkesmas direncanakan akan bertransformasi ke dalam Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Keberhasilan pencapaian target indikator Pn merupakan hasil dari kerja keras dan pelaksanaan berbagai program yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat termasuk sektor swasta. Sesuai dengan dokumen penetapan kinerja, bahwa anggaran yang disediakan untuk meningkatkan cakupan Pn ini sebesar Rp. 33 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
  • 50. 11.539.380.000, dan terealisasi sebesar 91,64%. Ketersediaan anggaran ini diharapkan dapat meningkatkan cakupan sesuai target, namun dalam pelaksanaan terdapat kendala-kendala baik teknis maupun non teknis. a) Meningkatnya komitmen dan dukungan dari pemerintah daerah setempat dalam mendukung program peningkatan Pn dan Pn di fasilitas kesehatan. b) Adanya program Jamkesmas dan Jampersal, Kemitraan c) Meningkatnya peran serta dan kesadaran masyarakat untuk melakukan persalinan ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan. d) Menguatnya motivasi dan komitmen tenaga kesehatan e) Meningkatnya dukungan dari tokoh masyarakat, tokoh a) Belum semua bidan desa tinggal di desa b) Belum semua dukun bermitra dengan bidan c) Walaupun persalinan ditolong tenaga kesehatan sudah tinggi, d) Belum semua Puskesmas dan Poskesdes memiliki sarana, prasarana, dan peralatan yang memadai untuk menolong persalinan e) Masih ada kepercayaan sebagian masyarakat yang lebih memilih persalinan ditolong non tenaga kesehatan dan dilakukan di rumah. f) Koordinasi dan integrasi lintas program masih kurang optimal 34 Faktor pendukung dan penghambat keberhasilan: 1) Faktor pendukung keberhasilan: Bidan dan Dukun, serta Rumah Tunggu Kelahiran. setempat dalam menjalankan program. agama, organisasi kemasyarakatan lainnya. 2) Faktor penghambat keberhasilan: namun masih ada persalinan yang dilakukan di rumah LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
  • 51. g) Masih kurangnya pemahaman petugas kesehatan dalam menentukan sasaran ibu bersalin dan nifas serta dalam merencanakan kunjungannya h) Sistem pencatatan dan pelaporan belum sesuai yang diharapkan (ada yang tidak tercatat atau ada keterlambatan pengiriman laporan) i) Puskemas yang telah dilatih PONED belum sepenuhnya berfungsi secara optimal, disebabkan mobilitas SDM/provider tinggi, peralatan tidak memadai dan lokasi tidak strategis j) Belum semua kabupaten/kota mempunyai RS mampu k) RS mampu PONEK belum sepenuhnya berfungsi secara optimal disebabkan keterbatasan SDM dan sarana prasarana l) Masih kurangnya tenaga kesehatan (bidan) untuk melaksanakan kunjungan nifas ke rumah, apabila pasien tidak datang ke fasyankes. a) Advokasi ke pemerintah daerah terkait ketersediaan dan distribusi tenaga kesehatan yang merata serta penyediaan alokasi APBD yang memadai untuk kegiatan kesehatan ibu. b) Meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan dalam program • Peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui P4K • Memfokuskan pemanfaatan Bantuan Operasional Kesehatan untuk kegiatan-kegiatan prioritas, termasuk kesehatan ibu 35 PONEK m) Belum optimalnya pencatatan dan pelaporan data KIA. 3) Alternatif pemecahan masalah: kesehatan ibu, baik di Puskesmas maupun di desa c) Melaksanakan bimbingan teknis untuk: dalam Desa Siaga • Memperbaiki sistem pencatatan dan pelaporan LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
  • 52. • Meningkatkan koordinasi dan integrasi LP/LS untuk • Memperluas jejaring untuk mendukung pelaksanaan • Memperkuat manajemen dan jejaring pelayanan Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama atau yang disebut dengan KN1, merupakan indikator yang menggambarkan upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko kematian pada periode neonatal yaitu 48 jam setelah lahir yang meliputi kunjungan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Balita Muda (MTBM) termasuk konseling perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif, pemberian Vitamin K1 injeksi dan Hepatitis B injeksi. Indikator Capaian Keterangan 80,6% 84,01% 90,51% 92,31% 92,33% Target 36 mendukung kegiatan KIA kegiatan KIA persalinan di fasilitas kesehatan b) Persentase Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) Tabel 3.6 Capaian Indikator KN1 antar tahun 2009-2013 2009 2010 2011 2012 2013 Persentase cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1) LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 tercapai Sumber data: Laporan Kesehatan Anak Tahun 2013 Tabel diatas menggambarkan perkembangan cakupan KN1 dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir. Trend cakupan menunjukkan kenaikan setiap tahun, dengan rentang kenaikan cakupan berkisar antara 1,8% hingga 6,5%. Kenaikan tertinggi terjadi antara tahun 2010-2011 (3,41%) dan terendah antara tahun 2011-2012 (1,8%). Walau secara keseluruhan masih memenuhi target, tetapi terjadi penurun rentang cakupan antara
  • 53. tahun 2011-2012 dibanding tahun sebelumnya (2010-2011) dan semakin melambat pada tahun 2013, hendaknya menjadi perhatian serius untuk mencari faktor penyebabnya. Bila dibandingkan dengan target Renstra, dalam 5 (lima) tahun terakhir maka cakupan KN1 menunjukkan peningkatan yang positif. Pada tahun 2009 indikator KN1 tidak memenuhi target (-1,4% dibawah target), namun sejak tahun 2010 hingga tahun 2013, cakupan indikator KN1 mengalami perbaikan hingga mencapai 4,51% (2011), 4,31% (2012) lebih tinggi dibanding target Renstra tahun yang sama namun pada tahun 2013 walau menuhi target renstra namun ada kecenderungan menurun sampai 3,33% diatas target. Bila kondisi ini dapat segera diperbaiki dan atau dipertahankan maka diperkirakan capaian kinerja Indikator KN1 pada tahun 2014 akan tercapai dengan baik (on track). Lebih jelas dapat dilihat pada grafik berikut. Grafik 3.3 Tren Capaian Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) Tahun 2009 - 2013 Secara nasional, capaian KN1 telah terpenuhi. Namun masih terdapat disparitas cakupan antar provinsi berkisar antara 39,05%% hingga 99,69%. Secara nasional cakupan KN1 sebesar 92,33%. Bila dibandingkan dengan terget nasional terdapat 12 provinsi yang telah memenuhi target yaitu; DIY, DKI Jakarta, Kepulauan Bangka Belitung, Banten, Jawa Timur, Jawa Tengah, 37 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
  • 54. Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, NTB, Gorontalo, Jawa Barat, dan Lampung. Sedangkan tiga Provinsi dengan capaian terendah adalah Papua, Papua Barat dan NTT. Faktor yang memberikan kontribusi terhadap pencapaian target KN1 antara lain masalah jumlah, distribusi dan kualitas SDM kesehatan yang belum merata, serta belum semua nakes memberi pelayanan Kunjungan Neonatal sesuai standar. Hal ini diperberat oleh masalah akses geografis dan juga ketersediaan logistik, masih banyak persalinan yang meski ditolong oleh nakes tetapi tetap dilakukan di rumah, masalah koordinasi dan integrasi lintas program yang belum optimal, masih lemahnya pemberdayaan keluarga/masyarakat 38 Grafik 3.4 Cakupan KN1 menurut Provinsi Tahun 2013 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 Gambar 3.5 Konseling ASI pada saat Kunjungan Noenatal
  • 55. terhadap penggunaan buku KIA. Sistem pencatatan dan pelaporan yang belum sesuai dengan yang diharapkan, misalnya penolong persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan tidak mencatat dengan benar pelayanan yang telah diberikan. Beberapa upaya terkait dengan pencapaian indikator ini, diantaranya adalah : 1) Peningkatan Kapasitas Tenaga Kesehatan (dokter, bidan dan perawat) melalui pelatihan Manajemen Asfiksia, pelatihan Manajemen BBLR, Peningkatan Kemampuan Dokter Umum dalam Penanganan Neonatal, Bayi dan Balita ) Gambar 3.6 Fasilitasi Peningkatan Pelayanan BBLR dan Bayi di Puskesmas dan RS di Kab. Lampung Tengah Gambar 3.7 Peningkatan Kapasitas dokter Umum dalam Tatalaksana Bayi 2) Kegiatan pendampingan oleh Kementerian Kesehatan dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dalam peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan kesehatan anak di daerah perbatasan telah dilakukan pada pertengahan tahun 2013 dan akan dilanjutkan dalam 6 bulan kegiatan. Pada tahun 2013 kegiatan pendampingan Kementerian Kesehatan dan IDAI dipusatkan di RSUD Kabupaten Nunukan. Penyusunan SOP di tingkat RS. Nunukan di kabupaten dan penyediaan sarana dan alat kesehatan yang menyesuaikan dengan kebutuhan lokal dilakukan dengan tujuan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan anak di Kabupaten Nunukan. 39 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 dan Balita Sakit di Jakarta
  • 56. 3) Distribusi pedoman terkait pelayanan kesehatan neonatal esensial dan pengembangan materi KIE hingga ke tingkat puskesmas dan jajarannya. Gambar 3.8 Pengembangan Materi KIE Perawatan Bayi Baru Lahir dan Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir di Puskesmas Wilayah Kabupaten Jayawijaya 4) Peningkatan koordinasi lintas program dan lintas sektor melalui 5) Mendorong distribusi tenaga kesehatan (bidan, perawat) secara adil hingga ke pedesaan; distribusi dokter umum di seluruh puskesmas dan dokter spesialis ke seluruh kab/kota . Upaya yang harus dilakukan agar cakupan kunjungan neonatal pertama meningkat, terutama dalam hal kualitas pelayanan yaitu peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan terhadap 40 pertemuan Pokja MDG, Konsorsium Perguruan Tinggi LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
  • 57. standar/pedoman melalui pendampingan, pemanfaatan Jampersal, penguatan pemanfaatan register kohort bayi untuk pemantauan sasaran neonatus, serta distribusi tenaga bidan yang berkompeten hingga ke tingkat desa. Khusus untuk Jampersal, mulai 1 Januari 2014, Jampersal akan terintegrasi kedalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Hal ini berarti, coverage dari Jampersal hanya akan tertuju ibu yang berasal dari keluarga tidak mampu dan ibu yang bukan berasal dari keluarga tidak mampu tetapi menjadi peserta JKN, sementara Ibu yang bukan berasal dari keluarga tidak mampu dan bukan peserta JKN tidak akan cover. Hal ini kemungkinan akan berimbas pada capaian kunjungan neonatus (KN) dikemudian hari. Cakupan D/S menggambarkan tingkat motivasi/partisipasi masyarakat dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan, serta kesehatan balita di Posyandu. Indikator ini menjadi penting karena selain menunjukkan pelayanan gizi pada balita, juga memiliki korelasi yang kuat dengan peningkatan cakupan pemberian vitamin A, Imunisasi dan penemuan kasus kurang gizi di Posyandu. Hasil pelaksanaan selama tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.7 Capaian Indikator D/S antar tahun 2009-2013 Indikator Capaian Keterangan 63,9% 67,9% 71,4% 75,1% 80,2% Target 41 c) Persentase Balita Ditimbang Berat Badannya (D/S) 2009 2010 2011 2012 2013 Persentase Balita ditimbang Berat Badanya (D/S) LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 tercapai Sumber data: Laporan Gizi Tahun 2013
  • 58. Tabel diatas menggambarkan perkembangan cakupan D/S dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir. Trend cakupan menunjukkan kenaikan setiap tahun, dengan rentang kenaikan cakupan berkisar antara 3,5% hingga 5,1%. Kenaikan tertinggi terjadi antara tahun 2012-2013 (5,1%) dan terendah terjadi antara tahun 2010-2011 (3,5%). Walau secara keseluruhan masih memenuhi target, tetapi terjadi penurun rentang cakupan antara tahun 2010-2012 dan selanjutnya melambat bila dibanding terget. Tabel dibawah Bila dibandingkan dengan target Renstra, dalam 5 (lima) tahun terakhir maka cakupan D/S dapat tercapai. Rentang capaian terhadap renstra berkisar antara 0,1% hingga 3,5%. Pada tahun 2009 indikator D/S ini 3,5% lebih tinggi dari target (60%), namun sejak tahun 2010 cenderung melambat. Pada tahun 2010 hingga tahun 2012 terlihat mulai melambat dengan selisih capaian 2,9% (2010) dan menurun hingga 0,1% di tahun 2011. Bila kondisi ini tidak disikapi secara serius dengan menunjukkan kinerja program yang lebih baik, maka dikawatirkan pada tahun 2014 tidak dapat mencapai target yang ditetapkan. 42 Grafik 3.5 Tren Cakupan D/S dibanding Target Renstra 2009-2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
  • 59. Walaupun secara nasional cakupan D/S ini mencapai target, namun masih terdapat disparitas capaian antar provinsi. Rentang capaian antar provinsi berkisar antara 37,89% (Papua) hingga 89,43% (Jawa Tengah). Terdapat 16 provinsi yang cakupannya masih di bawah target dan rata-rata nasional. Trend cakupan D/S tahun 2009-1013 dan cakupan D/S menurut provinsi dapat dilihat di bawah ini. Pemantauan pertumbuhan anak yang dilakukan melalui penimbangan berat badan secara teratur dan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) berfungsi sebagai instrumen penilaian pertumbuhan anak merupakan dasar strategi pemberdayaan masyarakat yang telah dikembangkan sejak awal 1980-an. Memiliki 2 (dua) fungsi yaitu 1) sebagai strategi dasar pendidikan gizi dan kesehatan masyarakat, 2) sebagai sarana deteksi dini dan intervensi gangguan pertumbuhan serta entry point berbagai pelayanan kesehatan anak seperti imunisasi, pemberian kapsul vitamin A, pencegahan diare, dan sebagainya untuk peningkatan kesehatan anak. 43 Grafik 3.6 Capaian D/S menurut Provinsi Tahun 2013 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
  • 60. Peran serta masyarakat dalam penimbangan balita (D/S) menjadi sangat penting dalam deteksi dini kasus gizi kurang dan gizi buruk. Dengan rajin menimbang balita, maka pertumbuhan balita dapat dipantau secara intensif. Sehingga bila berat badan anak tidak naik ataupun jika ditemukan penyakit akan dapat segera dilakukan upaya pemulihan dan pencegahan supaya tidak menjadi gizi kurang atau gizi buruk. Semakin cepat ditemukan, maka penanganan kasus gizi kurang atau gizi buruk akan semakin baik. Penanganan yang cepat dan tepat sesuai tata laksana kasus anak gizi buruk akan mengurangi risiko kematian, sehingga angka kematian akibat gizi buruk dapat ditekan. Faktor pendukung dan penghambat keberhasilan dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Faktor Pendukung Tingkat capaian indikator kinerja persentase balita ditimbang berat badannya (D/S) dapat sedikit diatas target yang ditetapkan, yaitu 80,15% dipengaruhi antara lain oleh faktor-faktor 44 Gambar 3.9 Aktifitas Penimbangan di Posyandu Kelurahan Cipedak, Jakarta Selatan pendukung berikut: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
  • 61. 1) Adanya perhatian dan dukungan dari pemerintah daerah 2) Adanya kemauan masyarakat untuk meningkatkan 3) Tingginya motivasi dari tenaga kesehatan setempat dalam 4) Adanya dukungan dari tokoh masyarakat, tokoh agama dan 5) Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di Posyandu dengan dilandasi Permendagri nomor 19 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di Posyandu. 6) Adanya Surat Edaran Menteri Kesehatan nomor GK/Menkes/333/IX/2012 tanggal 21 September 2012 perihal Penyelenggaraan Bulan Penimbangan di seluruh Indonesia pada setiap Bulan November setiap tahun sebagai upaya berdaya ungkit meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penimbangan. 7) Tersedianya dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yang menjadi daya ungkit peningkatan kinerja puskesmas termasuk dalam pembinaan posyandu yang berdampak pada peningkatan D/S. Belum tercapainya target D/S di beberapa provinsi dari target nasional dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain: 1) Permasalahan geografis seperti di Kabupaten Indramayu, terdapat jarak rumah penduduk ke Posyandu sekitar 2 km yang harus ditempuh dengan berjalan kaki. Untuk wilayah 45 setempat. kesehatan balita di lingkungannya. menjalankan program. organisasi kemasyarakatan lainnya. b. Permasalahan Terkait Pencapaian Indikator LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
  • 62. Papua di kabupaten Wamena penduduk harus berjalan kaki 2-3 jam untuk mencapai Posyandu. 2) Kurangnya dukungan dari para pemangku kepentingan, dimana Posyandu hanya didukung oleh tenaga kesehatan dari Puskesmas setempat. 3) Kualitas dan kuantitas dari kader masih kurang. 4) Terbatasnya dana operasional, sarana dan prasarana di 5) Kurangnya kemampuan tenaga dalam pemantauan 6) Tingkat pemahaman keluarga dan masyarakat akan Untuk mengatasi permasalahan di atas maka perlunya dirumuskan alternative pemecahan masalah, diantaranya adalah: 1) Mensosialisasikan dan memantau pelaksanaan Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor GK/Menkes/333/IX/2012 tanggal 21 September 2012 perihal Penyelenggaraan Bulan Penimbangan di seluruh Indonesia pada setiap Bulan November setiap tahun sebagai upaya berdaya ungkit meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penimbangan. 2) Advokasi dan readvokasi kepada pemangku kepentingan 3) Pelatihan fasilitator dan pemantauan pertumbuhan kepada seluruh tenaga kesehatan di Indonesia. Hingga akhir Desember 2013 telah dilatih sebanyak 1.749 pengguna akhir (end user) dan 193 fasilitator. 46 Posyandu. pertumbuhan dan konseling. manfaat Posyandu masih rendah. c. Alternatif Pemecahan Masalah terkait LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
  • 63. 4) Melakukan bimbingan teknis kepada tenaga kesehatan baik 5) Pelatihan ulang kader posyandu (refreshing kader). 6) Peningkatan pemberdayaan masyarakat terutama di 7) Penyediaan dana melalui Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dengan perencanaan yang sesuai dengan besaran masalah di Puskesmas. 8) Di samping upaya tersebut di atas, telah diinventarisasi berbagai upaya terobosan atau kegiatan dalam rangka peningkatan D/S antara lain : a) Arisan posyandu yaitu kegiatan yang dilaksanakan pada hari buka posyandu dengan melibatkan keluarga yang memiliki balita sehingga membuat para peserta arisan merasakan keterikatan untuk datang ke posyandu. b) Demo memasak atau demo kecantikan yaitu kegiatan yang dilakukan pada hari buka posyandu dengan memanfaatkan keterampilan yang dimiliki masyarakat atau dapat juga bekerjasama dengan pihak lain di wilayah posyandu sehingga pada saat demo, ibu dan atau keluarga balita mau datang ke posyandu. c) Warung posyandu yaitu kegiatan seperti “bazar” yang dilakukan pada hari buka posyandu, dimana peserta bazar adalah ibu-ibu balita atau kader yang menjual aneka kebutuhan termasuk kerajinan tangan dan masakan bergizi yang diolah sendiri. d) Odong-odong, kuda-kudaan, jungkat-jungkit, ayunan yaitu bentuk permainan yang dimiliki dan dikelola oleh posyandu atau jenis permainan lain yang biasa terdapat di daerah setempat. Permainan tersebut 47 di puskesmas maupun di posyandu. posyandu. LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
  • 64. digunakan untuk menarik balita datang ke posyandu, sambil menunggu giliran ditimbang. Permainan tersebut dioperasikan oleh ibu balita, kader, dan sukarelawan lainnya. e) Pertunjukan boneka atau pertunjukan lain yang sudah dikenal di masyarakat setempat. Bentuk boneka merupakan kreativitas masyarakat setempat. Pesan-pesan yang disampaikan meliputi kesehatan balita, ibu f) Memberikan penghargaan atau hadiah sederhana kepada ibu/keluarga balita yang rutin menimbang balitanya yang dibuktikan dengan buku KIA atau KMS. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi ibu/keluarga agar membawa balitanya ditimbang secara rutin di posyandu. g) Mengintegrasikan kegiatan posyandu dengan kegiatan Gizi buruk adalah gangguan kekurangan gizi tingkat berat yang ditandai dengan adanya tanda-tanda klinis gizi buruk dan atau berat badan sangat rendah tidak sesuai dengan tingginya. Kasus gizi buruk seringkali disertai dengan penyakit lain seperti hydrocephalus, cerebral palsy, kelainan jantung, tuberculosis (TB) dan HIV/AIDS sehingga bila tidak dirawat sesuai standar akan memiliki risiko kematian sangat tinggi. 48 hamil, ibu menyusui, dan lain-lain Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). 2. Indikator Kinerja Kegiatan a) Persentase Balita Gizi Buruk yang mendapat Perawatan LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
  • 65. M.KHAIRUL ( 2 TAHUN 7 BULAN ) dilaksanakan melalui prosedur rawat inap dan rawat jalan. Bagi anak-anak gizi buruk yang disertai komplikasi penyakit dapat dirawat di puskesmas, rumah Sakit, dan Therapeutic Feeding Centre (TFC), sedangkan bagi anak gizi buruk tanpa komplikasi dapat dirawat jalan. Perawatan anak di rumah dilakukan melalui pembinaan petugas kesehatan dan kader. Tingkat capaian indikator kinerja persentase balita gizi buruk yang mendapat perawatan dimana semua balita gizi buruk dengan indikasi medis maupun tanpa indikasi medis yang terdeteksi telah dirawat, baik itu rawat inap di TFC, puskesmas perawatan dan di rumah sakit maupun rawat jalan di puskesmas non perawatan dan rumah sakit setiap tahunnya selalu mencapai target 100%. Hanya saja untuk tahun 2013, penemuan kasus gizi buruk secara absolut masih dibawah target (44.000 kasus) yaitu sebesar 40.549 (92,2%) kasus yang ditemukan. Trend kasus gizi buruk yang ditemukan dan dirawat dibanding target Renstra dapat dilihat dalam gambar di bawah ini: 49 Perawatan gizi buruk LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 Saat Masuk BB = 6.7 kg ; PB = 78 cm Saat Akan Pulang BB = 10 kg ; PB = 78 cm Lama Perawatan Selama 28 hari
  • 66. 50 Grafik 3.7 Tren Jumlah Kasus Gizi Buruk yg Mendapat Perawatan Gambar 3.10 Contoh Penanganan Kasus Gizi Buruk Kasus Gizi Buruk ( 4 TAHUN 9 BULAN ) Saat Datang BB = 11 kg ; TB = 98,3 cm TB PARU Saat Akan Pulang LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 BB = 12.7 kg ; TB = 98,3 cm Lama Perawatan Selama 16 hari
  • 67. Pada implementasinya masih ditemukan beberapa kendala dalam pencapaian indikator ini antara lain: 1) Pengetahuan, keterampilan dan kesanggupan beberapa 2) Mobilisasi tenaga kesehatan yang sangat cepat. 3) Data yang ada baru sebatas jumlah balita yg ditangani namun belum dilakukan pemantauan pasca perawatan. 4) Pelaksanaan surveilans dan pelacakan kasus gizi buruk b. Alternatif Pemecahan Masalah 1) Melaksanakan pelatihan Tata Laksana Anak Gizi Buruk bagi petugas kesehatan dari Puskesmas dan Rumah Sakit. Sejak tahun 2004 sampai dengan Desember 2013 telah dilatih sebanyak 6.775 petugas kesehatan (dokter, perawat/ bidan, dan ahli gizi) dengan jumlah fasilitator sebanyak 128 orang. Sementara itu puskesmas dengan 51 Gambar 3.11 Ruangan di dalam TFC (Terauphetic Feeding Centre) Ruang Perawatan a. Permasalahan Terkait Pencapaian Indikator tenaga masih kurang dalam tata laksana gizi buruk. yang belum optimal. LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
  • 68. tempat perawatan (DTP) yang sudah dilatih sebanyak 1.576 (59%) dari total 3.152 puskesmas DTP yang ada, 514 (12%) puskesmas non perawatan dari total 6.358 puskesmas, dan sebanyak 397 RSUD (67%) telah dilatih tatalaksana gizi buruk dari total 685 RSUD yang ada di Indonesia. 2) Mendirikan Therapeutic Feeding Centre (TFC) dan Community Feeding Centre (CFC) atau Pos Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat (PGBM) dengan dukungan pemerintah daerah setempat. Sampai dengan Desember 2013 telah didirikan 184 TFC di 28 provinsi dan 136 CFC di 10 kabupaten/kota di 4 (empat) provinsi, yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat dan Sulawesi Tenggara. 3) Telah ditetapkan spesifikasi teknis mineral mix untuk 4) Menyediakan materi-materi penunjang berupa buku-buku 5) Melakukan pelacakan balita gizi buruk 6) Memperbaiki sistem rujukan dan pascarujukan sehingga mengurangi risiko jatuh kembali balita ke dalam status gizi buruk 7) Bekerjasama dalam melakukan rujukan dan perawatan 8) Melaksanakan penanganan gizi buruk dimulai dari 9) Meningkatkan surveilans gizi dengan memanfaatkan 52 perawatan gizi buruk. pedoman, brosur-brosur maupun leaflet-leaflet gizi buruk dengan lintas sektor tingkat masyarakat (posyandu) SMS gateway LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
  • 69. b) Persentase Ibu Hamil Mendapat Pelayanan Antenatal Indikator K4 ini memperlihatkan akses pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan klien dalam memeriksakan kehamilannya minimal empat kali ke tenaga kesehatan. Tabel 3.8 Capaian Indikator K4 antar tahun 2009-2013 Indikator Capaian Keterangan 53 (Cakupan K4) 2009 2010 2011 2012 2013 Persentase Ibu hamil mendapatkan antenatal (K4) 85,5% 85,6% 88,17% 90,18% 86,52% LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 Target tidak tercapai Sumber data: Laporan Kesehatan Ibu Tahun 2013 Tabel diatas menggambarkan perkembangan cakupan K4 dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir. Trend cakupan menunjukkan kenaikan setiap tahun, dengan rentang kenaikan cakupan berkisar antara 0,1% hingga 2,67%. Kenaikan tertinggi terjadi antara tahun 2010-2011 (2,67%) dan terjadi penurunan pada tahun 2012-2013 (-3,66%). Pada tahun 2013, indikator K4 tidak dapat memenuhi target, ini merupakan tahun pertama dalam kurun waktu 5 (lima) tahun bahwa K4 tidak dapat mencapai target. Grafik dibawah Bila dibandingkan dengan target Renstra, dalam 4 (empat) tahun terakhir maka cakupan K4 cenderung memperlihatkan penurunan. Rentang capaian terhadap renstra berkisar antara 0,18% hingga 1,6% pada tahun 2010 hingga 2012. Pada tahun 2013 indikator K4 ini - 6,48% lebih rendah dari target (93%), kecenderungan menurun terlihat sejak tahun 2011 dan pada tahun 2013 tidak tercapai. Bila kondisi ini tidak disikapi secara serius dengan
  • 70. menunjukkan kinerja program yang lebih baik, maka indikator ini tidak akan mengalami perbaikan dan dikawatirkan pada tahun 2014 tidak dapat mencapai target yang ditetapkan. Grafik 3.8 Tren Cakupan K4 dibanding Target Renstra tahun 2010- Secara nasional pada tahun 2013 target K4 belum terpenuhi, hal ini disebabkan salah satunya adalah tingginya disparistas cakupan antar provinsi cukup tinggi. Cakupan K4 terendah di Provinsi Papua (22,3%) dan tertinggi di Jawa Tengah (99,8%). Terdapat 23 provinsi yang pencapaiannya di bawah target nasional, yaitu Malut, Bengkulu, NTB, Jambi, Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Sulawesi Tengah, Kalimantan Barat, DIY, Lampung, Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Kalimantan Timur, Maluku, Kalimantan Selatan, Papua Barat, NTT dan Papua. 54 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
  • 71. Dalam upaya peningkatan cakupan K4 tersebut, pada tahun 2013 Direktorat Bina Kesehatan Ibu telah melaksanakan berbagai kegiatan, yaitu: 1) Penguatan Pelayanan ANC Terpadu pada Provinsi 2) Evaluasi pelaksanaan PPIA di provinsi dengan kasus HIV 3) Pengembangan Kelas Ibu Hamil yang difokuskan bagi 4) Peningkatan koordinasi lintas program dan lintas sektor dalam peningkatan pelayanan antenatal terpadu dan penyelenggaraan Kelas Ibu 5) Peningkatan kerjasama dengan organisasi profesi dan 6) Fasilitasi, advokasi, supervisi dan bimbingan teknis ke daerah tentang peningkatan cakupan dan kualitas 55 Grafik 3.9 Capaian persentase cakupan K4 menurut Provinsi tahun 2013 dengan Kematian Ibu Tinggi tinggi provinsi dengan cakupan K4 rendah lembaga swadaya masyarakat LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 pelayanan antenatal Kegiatan tersebut bertujuan untuk mendekatkan akses pelayanan kesehatan
  • 72. yang berkualitas kepada masyarakat hingga ke pelosok desa, termasuk untuk meningkatkan cakupan K4. Dari segi sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga Juli 2013, tercatat 9.422 Puskesmas di seluruh Indonesia. Dengan demikian, saat ini setiap Puskesmas rata-rata melayani sekitar 26.000 penduduk. Hal tersebut masih berada dalam rasio ideal Puskesmas, yaitu 1 : 30.000 penduduk. Demikian pula dengan UKBM seperti Poskesdes dan Posyandu. Hingga Desember 2011 tercatat terdapat 53.152 Poskesdes dan 268.439 Posyandu di seluruh Tanah Air. Pada aspek ketenagaan, dari data tahun 2011, tercatat jumlah dokter umum sebanyak 32.492 orang dan jumlah bidan sebanyak 124.164 orang. Dengan demikian, saat ini 1 orang dokter melayani sekitar 7.500 penduduk, masih di bawah rasio ideal 1:2.500. Sedangkan untuk tenaga bidan, saat ini 1 orang bidan melayani sekitar 2.000 penduduk. Walaupun dari segi jumlah terlihat sudah cukup ideal, namun ketenagaan bidan masih mengalami permasalahan dari sisi distribusi. Kebijakan Kementerian Kesehatan adalah menempatkan satu orang bidan di setiap desa. Sampai tahun 2011, hanya 7 dari 10 bidan di desa yang betul-betul tinggal di desa tempat tugasnya. Sedangkan sisanya saat ini belum dapat sepenuhnya tinggal di desa tempat tugasnya karena adanya kendala teknis di lapangan, seperti kendala geografis, Gambar 3.12 Pelaksanaan Kelas Ibu hamil yang merupakan sarana peningkatan pengetahuan 56 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 pada Ibu Hamil
  • 73. alasan keamanan, atau belum adanya tempat tinggal di desa tersebut bagi bidan yang bersangkutan. Upaya meningkatkan cakupan K4 juga makin diperkuat dengan telah dikembangkannya Kelas Ibu Hamil. Sampai saat ini telah terdapat 5.115 Puskesmas yang memfasilitasi dan melaksanakan Kelas Ibu Hamil di wilayah kerjanya. Kelas Ibu Hamil akan meningkatkan demand creation di kalangan ibu hamil dan keluarganya, dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu hamil dan keluarganya dalam memperoleh pelayanan kesehatan ibu secara paripurna. Adanya Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) sejak tahun 2010 dan diluncurkannya Jaminan Persalinan (Jampersal) sejak tahun 2011 juga semakin bersinergi dalam berkontribusi meningkatkan cakupan K4. BOK dapat dimanfaatkan untuk kegiatan luar gedung, seperti pendataan, pelayanan di Posyandu, kunjungan rumah, sweeping kasus drop out, serta kemitraan bidan dan dukun. Sementara itu Jampersal mendukung paket pelayanan antenatal, termasuk yang dilakukan pada saat kunjungan rumah atau sweeping. Semakin kuatnya kerja sama dan sinergi berbagai program yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat termasuk sektor swasta mendorong tercapainya target cakupan K4. 1) Faktor yang mendukung keberhasilan: a) Adanya orientasi antenatal terpadu bagi petugas kesehatan yang terorientasi untuk pelayanan antenatal terpadu di Puskesmas b) Adanya peningkatan kapasitas pengelolaan kelas ibu 57 hamil c) Adanya pedoman pelayanan antenatal terpadu LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
  • 74. d) Adanya pedoman, modul pelatihan dan paket Kelas ibu hamil yang memungkinkan terselenggaranya kelas ibu hamil di desa-desa dalam upaya meningkatkan pengetahuan ibu, suami, keluarga, dan masyarakat tentang kehamilan, persalinan dan nifas sehingga menyadari pentingnya mendapatkan pelayanan antenatal a) Kurangnya pengetahuan ibu, suami, keluarga dan b) Adanya mitos yang melarang untuk memeriksakan kehamilan secara dini, sehingga ibu memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan hanya bila sudah pasti dirinya hamil c) Jarak dan geografis tempat kediaman ibu hamil yang d) Kebiasaan ibu hamil yang kembali ke kampung asal (tempat orangtua/keluarga) pada trimester akhir kehamilan untuk melahirkan e) Angka abortus yang cukup tinggi dibeberapa daerah f) Belum semua petugas melakukan pelayanan g) Pelayanan antenatal yang diberikan hanya sebatas pelayanan kehamilan, belum seluruhnya terintegrasi dengan memperhatikan penyakit lain yang dapat mempengaruhi kehamilan h) Kurangnya peran masyarakat dalam P4K dengan 58 e) Adanya surveilans melalui PWS KIA 2) Faktor yang menghambat keberhasilan: masyarakat tentang kehamilan, persalinan dan nifas sulit antenatal berkualitas sesuai standar. stiker LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
  • 75. i) Masih adanya dukun dan juga bidan yang belum mau melakukan kemitraan, demikian juga masih kurangnya dukungan dari kepala desa untuk hal ini j) Tidak semua desa mempunyai bidan sehingga pelaksanaan kelas ibu hamil yang diharapkan dapat dilaksanakan di tiap desa mengalami kendala k) Adanya perbedaan persepsi definisi operasional indikator K1 yang dilaporkan ke pusat baik dari pelaksana maupun dari pengelola program KIA, dimana masih ada beberapa daerah yang melaporkan K1 hanya pada ibu hamil saat kunjungan pertama di trimester pertama saja padahal yang diharapkan adalah ibu hamil kunjungan pertama tanpa melihat umur kehamilannya karena untuk melihat jangkuan pelayanan kesehatan ke masyarakat. a) Penguatan Pelayanan ANC Terpadu pada Provinsi b) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, antara lain dengan mengintensifkan kegiatan P4K dengan stiker dan Buku KIA dengan melibatkan kader, perangkat desa, dan masyarakat c) Meningkatkan cakupan Antenatal dengan meningkatkan pengetahuan dan perubahan perilaku Ibu dan keluarga melalui Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil d) Peningkatan Kinerja Provider/Petugas Kesehatan antara lain dengan Peningkatan akses ke pelayanan dengan Kunjungan Rumah 59 l) Belum optimalnya pendataan ibu hamil. 3) Alternatif pemecahan masalah: dengan Kematian Ibu Tinggi e) Peningkatan Kerjasama LP/LS terkait LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013
  • 76. f) Pemenuhan kebutuhan bidan di desa g) Peningkatan kualitas pelayanan terhadap ibu hamil h) Peningkatan kualitas pelayanan antenatal melalui c) Persentase KB sesuai Standar di Fasilitas Pelayanan Indikator ini memperlihatkan tingkat kemampuan Pemerintah dalam menyediakan pelayanan KB berkualitas sesuai standar yang dilakukan oleh tenaga kesehatan kompeten. 60 melalui Pelayanan Antenatal Terpadu pelaksanaan konsep Pelayanan Antenatal Terpadu i) Pelaksanaan PWS KIA sebagai alat surveilans KIA Kesehatan Gambar 3.13 Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan reproduksi terpadu, termasuk pelayanan KB LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013 Pada tahun 2013, pencapaian indikator kinerja “Persentase Fasilitas Kesehatan yang Mampu Memberikan Pelayanan KB Sesuai Standar” dapat terealisasi dengan baik yaitu dari 76,36% (49.633 fasilitas) pada tahun 2012 menjadi 95,1% (60.392 fasilitas). Berdasarkan rekapitulasi laporan Dinas Kesehatan Provinsi, pencapaian indikator Faskes KB tahun 2013 telah meningkat bila dibandingkan tahun 2010 yang mencapai
  • 77. 12.000 buah dan tahun 2011 yang mencapai 26.554 buah. Hal ini akan semakin memudahkan akses masyarakat terhadap pelayanan KB berkualitas. Pada tahun 2013, pencapaian Fasilitas Kesehatan yang Mampu Memberikan Pelayanan KB Sesuai Standar (Faskes KB) telah mencapai 49.633 buah (76,36%). Dengan demikian, apabila mengacu pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014, diharapkan target Faskes KB pada tahun 2014 sebesar 63.500 buah (100%) akan dapat tercapai. 61 Grafik 3.10 Tren capaian jumlah fasilitas kesehatan yang mampu memberikan pelayanan KB sesuai standar tahun 2010 sampai 2013 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DITJEN BINA GIZI DAN KIA 2013