UU Desa memberikan pengakuan terhadap hak asal usul desa dan hak tradisional masyarakat dalam mengatur diri sendiri, serta memperkuat kedudukan desa dalam sistem pemerintahan Indonesia dengan memberikan kewenangan yang lebih besar kepada desa dalam mengelola urusan lokal.
Karang Taruna berdasarkan Permendagri dan PermensosTV Desa
PENGUATAN LEMBAGA DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT MELALUI KARANG TARUNA SEBAGAI
LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA
Karang Taruna berdasarkan Permendagri dan Permensos
Disampaikan oleh Dedddy WInarwan dari Dirjen Bina Pemdes Kemendagri
Dalam Acara Malam Mingguan Desa Bareng Kemendagri - Sabtu 18 Juli 2020
-----
https://youtu.be/T5ZY-jsBD5Q
www.balidesaadat.com
Uu desa no 6 th 2014 final 021014 update
Oleh :
Dr. Ir. Wayan Koster, MM.
Anggota Tim Perumus /Pansus RUU Desa
Fraksi PDI Perjuangan DPR RI
Kalau Bali mau menjadi daerah yang maju dan modern dengan tetap mampu memelihara identitas daerah dan kearifan lokal, maka seharusnya kita memilih Desa Adat. Kalau mau mewujudkan Ajeg Bali, tidak ada pilihan lain, seharusnya yang dipilih Desa Adat tanpa harus berdebat panjang, bertele-tele yang tidak produktif.
Karang Taruna berdasarkan Permendagri dan PermensosTV Desa
PENGUATAN LEMBAGA DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT MELALUI KARANG TARUNA SEBAGAI
LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA
Karang Taruna berdasarkan Permendagri dan Permensos
Disampaikan oleh Dedddy WInarwan dari Dirjen Bina Pemdes Kemendagri
Dalam Acara Malam Mingguan Desa Bareng Kemendagri - Sabtu 18 Juli 2020
-----
https://youtu.be/T5ZY-jsBD5Q
www.balidesaadat.com
Uu desa no 6 th 2014 final 021014 update
Oleh :
Dr. Ir. Wayan Koster, MM.
Anggota Tim Perumus /Pansus RUU Desa
Fraksi PDI Perjuangan DPR RI
Kalau Bali mau menjadi daerah yang maju dan modern dengan tetap mampu memelihara identitas daerah dan kearifan lokal, maka seharusnya kita memilih Desa Adat. Kalau mau mewujudkan Ajeg Bali, tidak ada pilihan lain, seharusnya yang dipilih Desa Adat tanpa harus berdebat panjang, bertele-tele yang tidak produktif.
Disampaikan pada PKN Tingkat II Angkatan IV-2024 BPSDM Provinsi Jawa Tengah dengan Tema “Transformasi Tata Kelola Pelayanan Publik untuk Mewujudkan Perekonomian Tangguh, Berdayasaing, dan Berkelanjutan”
Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo, S.H., MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Muh Saleh
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 merupakan survei yang mengintegrasikan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGI). SKI 2023 dikerjakan untuk menilai capaian hasil pembangunan kesehatan yang dilakukan pada kurun waktu lima tahun terakhir di Indonesia, dan juga untuk mengukur tren status gizi balita setiap tahun (2019-2024). Data yang dihasilkan dapat merepresentasikan status kesehatan tingkat Nasional sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota.
Ketersediaan data dan informasi terkait capaian hasil pembangunan kesehatan penting bagi Kementerian Kesehatan, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai bahan penyusunan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang lebih terarah dan tepat sasaran berbasis bukti termasuk pengembangan Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2024-2029) oleh Kementerian PPN/Bappenas. Dalam upaya penyediaan data yang valid dan akurat tersebut, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam penyusunan metode dan kerangka sampel SKI 2023, serta bersama dengan Lintas Program di Kementerian Kesehatan, World Health Organization (WHO) dan World Bank dalam pengembangan instrumen, pedoman hingga pelaporan survei.
Disampaikan dalam Drum-up Laboratorium Inovasi Kabupaten Sorong, 27 Mei 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, S.H., MA.
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Kementerian Kesehatan menggulirkan transformasi sistem kesehatan.
Terdapat 6 pilar transformasi sistem kesehatan sebagai penopang kesehatan
Indonesia yaitu: 1) Transformasi pelayanan kesehatan primer; 2) Transformasi
pelayanan kesehatan rujukan; 3) Transformasi sistem ketahanan kesehatan;
4) Transformasi sistem pembiayaan kesehatan; 5) Transformasi SDM
kesehatan; dan 6) Transformasi teknologi kesehatan.
Transformasi pelayanan kesehatan primer dilaksanakan melalui edukasi
penduduk, pencegahan primer, pencegahan sekunder dan peningkatan
kapasitas serta kapabilitas pelayanan kesehatan primer. Pilar prioritas
pertama ini bertujuan menata kembali pelayanan kesehatan primer yang ada,
sehingga mampu melayani seluruh penduduk Indonesia dengan pelayanan
kesehatan yang lengkap dan berkualitas.
Penataan struktur layanan kesehatan primer tersebut membutuhkan
pendekatan baru yang berorientasi pada kebutuhan layanan di setiap
siklus kehidupan yang diberikan secara komprehensif dan terintegrasi
antar tingkatan fasilitas pelayanan kesehatan. Pendekatan baru ini disebut
sebagai Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer, melibatkan Puskesmas, unit
pelayanan kesehatan di desa/kelurahan yang disebut juga sebagai Puskesmas
Pembantu dan Posyandu. Selanjutnya juga akan melibatkan seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan primer.
2. HAKIKAT UNDANG-UNDANG DESAHAKIKAT UNDANG-UNDANG DESA
• UU Desa merupakan hasil dari gerakan sosial /perjuangan desa untuk
merebut hak-hak konstitusional (bukan Top Down/UU pemberian dari atas)
• Desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional dalam mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan mewujudkan cita-
cita kemerdekaan berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
• UU Desa menegaskan komitmen politik dan konstitusional bahwa negara
melindungi dan memberdayakan desa agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan
demokratis
• UU Desa tidak hanya sekedar memberikan uang (redistribusi uang) kepada
desa tetapi desa mendapatkan mandat/amanah yang lebih besar untuk
mengelola kewenangannya guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat desa
3. UU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESAUU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA
PP NO.43 TAHUN 2014 yang telah diubah PP 47 2015
tentang PEDOMAN PELAKSANAAN UU NO.6 TAHUN
2014 TENTANG DESA
PP NO.43 TAHUN 2014 yang telah diubah PP 47 2015
tentang PEDOMAN PELAKSANAAN UU NO.6 TAHUN
2014 TENTANG DESA
PP NO.60 TAHUN 2014 yang telah diubah PP No. 22
Tahun 2015 tentang DANA DESA YANG BERSUMBER
DARI APBN
PP NO.60 TAHUN 2014 yang telah diubah PP No. 22
Tahun 2015 tentang DANA DESA YANG BERSUMBER
DARI APBN
Permendagri No.111/ 2014
Ttg
Pedoman Penyusunan Perdes
Permendagri No.111/ 2014
Ttg
Pedoman Penyusunan Perdes
Permendagri No.112/ 2014
Ttg
Tata Cara PILKADES
Permendagri No.112/ 2014
Ttg
Tata Cara PILKADES
Permendes 1/ 2015
Ttg
Kewenangan Desa
Permendes 1/ 2015
Ttg
Kewenangan Desa
Permendes No.2/2015
Ttg
Pedoman Musyawarah Desa
Permendes No.2/2015
Ttg
Pedoman Musyawarah Desa
Permendagri No.114/ 2014
Ttg
Pedoman Pembangunan Desa
Permendagri No.114/ 2014
Ttg
Pedoman Pembangunan Desa Permendes No.3/ 2015
Ttg
Pedoman Pendampingan Desa
Permendes No.3/ 2015
Ttg
Pedoman Pendampingan Desa
Permendes No.4/2015
Ttg
Pedoman BUM Desa
Permendes No.4/2015
Ttg
Pedoman BUM Desa
Permendagri No.113/ 2014 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa
Permendagri No.113/ 2014 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa
Permendes No.5/2015 tentang
Prioritas Penggunaan Dana Desa yang bersumber dari APBN dan Nomor 21
Tahun 2015 tentang Prioritas DD 2016
Permendes No.5/2015 tentang
Prioritas Penggunaan Dana Desa yang bersumber dari APBN dan Nomor 21
Tahun 2015 tentang Prioritas DD 2016
Peraturan Menteri Keuangan No.241/PMK.07/2014 tentang
Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Transfer ke Daerah dan Dana Desa
Peraturan Menteri Keuangan No.241/PMK.07/2014 tentang
Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Transfer ke Daerah dan Dana Desa
Peraturan Menteri Keuangan No.250/PMK.07/2014 tentang
Pengalokasian Transfer ke Daerah dan Dana Desa
Peraturan Menteri Keuangan No.250/PMK.07/2014 tentang
Pengalokasian Transfer ke Daerah dan Dana Desa
Peraturan Menteri Keuangan No. 93/PMK.07/2015 tentang
Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan dan Evaluasi
Dana Desa
Peraturan Menteri Keuangan No. 93/PMK.07/2015 tentang
Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan dan Evaluasi
Dana Desa
Permendagri No.114/ 2014
Ttg
Pedoman Pembangunan Desa
Permendagri No.114/ 2014
Ttg
Pedoman Pembangunan Desa
Permendagri No.82/ 2015
Ttg
Pengangkatan & Pemberhentian
Kades
Permendagri No.82/ 2015
Ttg
Pengangkatan & Pemberhentian
Kades
Permendagri No.83/ 2015
Ttg
Pengangkatan dan Pemberhentian
Perangkat Desa
Permendagri No.83/ 2015
Ttg
Pengangkatan dan Pemberhentian
Perangkat Desa
Permendagri No.84/ 2015
Ttg
SOTK Desa
Permendagri No.84/ 2015
Ttg
SOTK Desa
4. ARGUMENTASI DAN URGENSI UU TENTANG DESA
FILOSOFIS:
• Desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat dan berperan mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
SOSIOLOGIS:
• Pelaksanaan pengaturan Desa yang selama ini berlaku sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan
zaman, terutama antara lain menyangkut kedudukan masyarakat hukum adat, demokratisasi,
keberagaman, partisipasi masyarakat, serta kemajuan dan pemerataan pembangunan sehingga
menimbulkan kesenjangan antarwilayah, kemiskinan, dan masalah sosial budaya yang dapat mengganggu
keutuhan NKRI.
YURIDIS:
• Rumusan Pasal 18B: 2: Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat
beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang dan Pasal 18 ayat (7) diatur
secara sederhana atau sumir dalam UU No. 32 Tahun 2004, sehingga perlu diatur lebih rinci dan
komprehensif dalam satu Undang-Undang tersendiri.
5. DASAR HUKUM/KETENTUAN MENGINGAT
Pasal 5, Pasal 18, Pasal 18B ayat (2), Pasal 20, dan Pasal 22D ayat (2) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
•Pasal 5: UU ini merupakan usul Pemerintah, khususnya Pasal 5 ayat (1)
•Pasal 18: Fungsi Pemerintahan Desa
•Pasal 18B ayat (2): Landasan Konstitusional Pengakuan Kesatuan Masyarakat
Hukum Adat sebagai Desa
•Pasal 20: Dibahas dan mendapatkan persetujuan bersama DPR dan Presiden,
Pengesahan oleh Presiden, dan diundangkan paling lama 30 hari setelah
persetujuan bersama
•Pasal 22D ayat (2): UU ini telah mengikutsertakan DPD dalam pembahasannya
6. SISTEMATIKA UU
• Bab I : Ketentuan Umum.
• Bab II: Kedudukan dan Jenis Desa.
• Bab III: Penataan Desa.
• Bab IV: Kewenangan Desa.
• Bab V: Penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
• Bab VI: Hak dan Kewajiban Desa dan
Masyarakat Desa.
• Bab VII: Peraturaan Desa.
• Bab VIII: Keuangan Desa dan Aset Desa.
• Bab IX : Pembangunan Desa dan
Pembangunan Kawasan Perdesaan.
• Bab X : Badan Usaha Milik Desa.
• Bab XI : Kerjasama Desa.
• Bab XII: Lembaga Kemasyarakatan Desa dan
Lembaga Adat Desa.
• Bab XIII: Ketentuan Khusus Desa Adat.
• Bab XIV: Pembinaan dan Pengawasan.
• Bab XV: Ketentuan Peralihan.
• Bab XVI : Ketentuan Penutup.
UU tentang Desa terdiri dari 16 BAB dan 122 Pasal
Telah disahkan menjadi
UU No. 6 tahun 2014
7. Perbedaan dan Perubahan
Komponen UU No. 32/2004 – PP No.
72/2005
UU tentang Desa
Dasar konstitusi UUD 1945 Pasal 18 ayat 7 UUD 1945 Pasal 18 B ayat 2 dan Pasal 18
ayat 7
Visi- Misi Tidak ada Negara melindungi dan memberdayakan
desa agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan
demokratis sehingga dapat menciptakan
landasan yang kuat dalam melaksanakan
pemerintahan dan pembangunan menuju
masyarakat yang adil, makmur, dan
sejahtera
Asas Desa menjadi bagian dari
desentralisasi
Asas utama: rekognisi dan subsidiaritas
Kedudukan Desa berada dalam
sistem pemerintahan
daerah kabupaten/kota
Desa berada dalam wilayah kabupaten/kota
8. Komponen UU No. 32/2004 – PP No.
72/2005
UU tentang Desa
Jenis Desa Hanya ada desa Desa dan desa adat
Penataan desa Pembentukan, penggabungan,
perubahan status diputuskan
oleh Kabupaten/Kota dengan
Perda
Penataan desa diputuskan dengan
Perda setelah memperoleh
persetujuan. Ini untuk mencegah
pemekaran.
Kewenangan Selain kewenangan asal usul,
menegaskan tentang sebagian
urusan kabupaten/kota yang
diserahkan kepada desa
Selain kewenangan asal-usul,
ditegaskan kewenangan lokal
berskala desa
Masa jabatan
kepala desa
6 tahun, 2 kali 6 tahun, 3 kali
Musyawarah
desa
Tidak ada Sebagai forum bersama (pemerintah
desa, BPD dan masyarakat) yang
diselenggarakan BPD untuk
menyapakati hal-hal strategis
9. Komponen UU No. 32/2004 – PP No.
72/2005
UU tentang Desa
Sekdes PNS Non PNS. Yang PNS tetap
menjalankan tugas sampai menunggu
keluarnya PP penempatan.
ADD Sekurang-kurangnya 10% dari
total dana perimbangan yang
diterima kabupaten/kota
setelah dikurangi belanja
pegawai
Paling sedikit 10% dari dana
perimbangan yang diterima
Kabupaten/Kota dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah
setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus
Anggaran dari
APBN
Dalam bentuk bantuan
langsung masyarakat yang
bertempat di desa
Besaran alokasi anggaran yang
peruntukkannya langsung ke Desa
ditentukan 10% (sepuluh perseratus)
dari dan di luar dana Transfer Daerah
(on top) secara bertahap.
10. Tujuan Pengaturan Desa (Pasal 4)
a) memberikan pengakuan dan penghormatan atas Desa yang sudah ada dengan
keberagamannya sebelum dan sesudah terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b) memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas Desa dalam sistem ketatanegaraan
Republik Indonesia demi mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia;
c) melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat Desa;
d) mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat Desa untuk pengembangan
potensi dan Aset Desa guna kesejahteraan bersama;
e) membentuk Pemerintahan Desa yang profesional, efisien dan efektif, terbuka, serta
bertanggung jawab;
f) meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat Desa guna mempercepat perwujudan
kesejahteraan umum;
g) meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat Desa guna mewujudkan masyarakat Desa
yang mampu memelihara kesatuan sosial sebagai bagian dari ketahanan nasional;
h) memajukan perekonomian masyarakat Desa serta mengatasi kesenjangan pembangunan
nasional; dan
i) memperkuat masyarakat Desa sebagai subjek pembangunan.
11. Azas dan Defenisi Desa
Azas Pengaturan (Pasal 3)
a. rekognisi;
b. subsidiaritas;
c. keberagaman;
d. kebersamaan;
e. kegotongroyongan;
f. kekeluargaan;
g. musyawarah;
h. demokrasi;
i. kemandirian;
j. partisipasi;
k. kesetaraan;
l. pemberdayaan; dan
m. keberlanjutan.
Defenisi (Pasal 1 (1) & Jenis Desa
(Pasal 6)
• Desa adalah desa dan desa adat atau
yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak
asal usul, dan/atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
• Penyebutan desa dan desa adat dapat
disesuaikan dengan penyebutan yang
berlaku di daerah setempat
12. Kedudukan Desa
UU 32/2004
• Desa berada di dalam dan di
bawah Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota
• Penjelasan tambahan:
‘Otonomi desa’ adalah
bagian dari ‘otonomi
daerah’ yang diserahkan ke
desa.
UU Desa
• Pasal 5
Desa berkedudukan di wilayah
Kabupaten/Kota
• Penjelasan tambahan:
‘Otonomi desa’ tidak lagi
menjadi sisanya ‘otonomi
daerah’ (yang bersumber dari
hak berian), melainkan
menjadi wujud pengakuan
atas hak asal-usul yang dimiliki
desa (bersumber dari hak
bawaan)
13. Implikasi Pengakuan terhadapImplikasi Pengakuan terhadap ‘hak asal-usul’ (sebelum amandemen) atau ‘hak-hak‘hak asal-usul’ (sebelum amandemen) atau ‘hak-hak
tradisional’ (pasca-amandemen)tradisional’ (pasca-amandemen)
3 Elemen3 Elemen ‘hak asal-usul’‘hak asal-usul’ ‘hak‘hak
bawan’, bukan ‘hak berian’bawan’, bukan ‘hak berian’
Implikasi pengakuan atasImplikasi pengakuan atas ‘kesatuan‘kesatuan
masyarakat hukum adat’masyarakat hukum adat’
• Pengakuan terhadap eksistensi organisasi dr
‘susunan asli’ (desa atau disebut dgn nama lain)
• Pengakuan atas sistem nilai dan aturan-aturan
yang mengatur kehidupan bersama dalam
‘susunan asli’, termasuk aturan-aturan yang
mengatut ‘sumber-sumber kehidupan’nya;
• Pengakuan terhadap ‘hak penguasaan’ ‘hak
pertuanan’ atas apa yang disebut sebagai ulayat
(baca: wilayah kehidupan) susuna asli yang
bersangkutan.
– Pengakuan atas ulayat mensyaratkan
perubahan pada berbagai UU Sektoral
yang selama ini tdk mengakui hak-hak
masyarakat adat, sebagaimana yang telah
diamanatkan oleh TAP MPR IX/2001)
• Dikaitkan dengan Pasal 18 dan 18A, maka desa
atau disebut dgn nama lain juga diberi
kewenangan untuk menyelenggarakan
‘pemerintahan nasional’!