Dokumen tersebut membahas tentang etika pemasaran. Ada beberapa poin penting yang diangkat, yaitu:
1. Tujuan perusahaan adalah memperoleh keuntungan namun harus memperhatikan etika.
2. Perusahaan menggunakan 4P pemasaran dan etika (produk, harga, promosi, distribusi).
3. Beberapa perusahaan di Indonesia sudah menerapkan etika pemasaran, namun ada juga yang belum.
3. 4. Etika Place/distribution .
Ad.1. Etika Producs
Etika dalam products disini maksudnya adalah dalam membuat products harus memperhatikan etika
dan moral yang antara lain :
a. Produk yang dibuat harus dibutuhkan masyarakat contoh apartment di Pantai
b. Produk dibuat mempuntai potensi ekonomi atau memberikan benefit kepada masyarakat (
contoh Apartment di Pantai Ancol akan memberikan benefit bagi penghuni, memberkan
lapangan kerja bagi pembantu, Sopir, Warung tegal , taksi on line , pajak, laundry, salon, taksi
on line, ojek , tukang sayur , resto café dll).
c. Produk yang dibuat mempunyai nilai tambah yg tinggi seperti pemilik apartment akan
menikmati keuntungan karena harga tiap tahun naik, masyarakat sekelilingnya apartment
akan memperoleh manfaat ekonomi dengan membuka usaha formal maupun informal)
d. Produk yang dapat memuaskan masyarakat. Masyarakat memperoleh kepuasan atas
keberadaan apartment ancol , terjaga kebersihan, ada tempat peribadatan , ada tempat
hiburan tetapi tidak ada tempat mesum.
Ad.2. Etika Price/Harga
Etika Price adalah pemberian harga suatu produk yang memperhatikan etika dan moral masyarakat .
Etika dalam hal ini menyangkut :
a. Harga diukur dengan kemampuan masyarakat ( produk diberi harga yang terjangkau oleh
masyarakat tanpa harus memaksakan konsumen untuk membayar secara berlebihan
melampaui daya belinya).
b. Harga terdapat margin keuntungan yang wajar. ( Walau berbisnis tujuan mencari laba namun
dalam memperoleh laba harus memperhatikan etika umpama adalah tidak etis mengambil
untung 100% menurut ajaran dagang secara islam).
c. Harga didalamnya terdapat Cost of Production yang wajar. Harga terdiri dari Componen Harga
pokok barang plus margin keuntungan. Di dalam komponen harga pokok tidak etis jika
terdapat biaya sogok, markup, kolusi dll). Sebaliknya tidak etis pula di dalam komponen harga
pokok terdapat unsur dumping ( Jual rugi biar pesaing mati).
Ad.3. Etika Promotion
Agar barang sampai ke tangan konsumen maka barang /produk harus dipromosikan agar konsumen
mengenalnya. Dalam berpromosi harus memperhartikan etika dan moral di dalam masyarakat.
Promosi yang beretika adalah promosi yang memenuhi sebagai berikut :
a. Promosi harus jadi sarana menyampaikan informasi yang benar ( tidak membohongi
customer, hoax dll)
b. Promosi sebagai alat untuk membangun citra yang positif ( bermanfaat bagi konsumen)
c. Promosi tidak membohongi dan memperdaya konsumen (umpama iklan penuh kebohongan
publik).
d. Promosi berpedoman pada kejujuran ( tidak membohongi consumen dengan kata dan
jargon).
e. Promosi tidak mengecewakan konsumen.
5. a. Ada sebagian yang telah memperhatikan masalah Etika bisnis tetapi
b. ada pula yang belum menerapkan etika bisnis/etika marketing ,
untuk memeroleh loyalitas pelanggan dan memperoleh client baru, dengan harapan memperoleh
keuntungan yang langgeng/sustainable.
PRAKTEK ETIKA MARKETING DI INDONESIA
Dalam berbisnis Management perusahaan di Indonesia memperhatikan Visi dan Misi serta Strategi
perusahaan. Strategi perusahaan pada umumnya adalah meningkatkan penjualan dengan
mempertahankan nasbah existing dan menambah client baru dengan tujuan mempertahankan
market share dan meningkatkan market share.
PENERAPAN STRATEGY MARKETING MIX YANG BERETIKA :
A. Products strategy yang beretika
Products yang di Launching perusahaan umumnya adalah produk barang dan jasa.
Kita ambil sample perusahaan makanan seperti Product Fried Chicken. Dalam rangka
memenuhi etika yang berlaku di perusahaan dan konsumen maka perusahaan ayam goreng
melakukan hal hal sbb :
a. Produk ayam goreng adalah produk yang dibutuhkan oleh masyarakat terutama kaum
muda dan anak anak.
b. Produk ayam goreng peminatnya terdiri dari kaum berpenghasilan rendah, menegah
dan berpenghasilan tinggi.
c. Produk ayam goreng di citrakan bermacam macam oleh produsennya dan juga
konsumennya.
d. Produk ayam goreng memang dibutuhkan oleh masyarakat hampir semua segment.
Dalam pengamatan kami di dalam strategy product ayam goreng , terlihat bahwa dari etika marketing
para pengusaha ayam goreng berusaha untuk saling menjatuhkan dengan mencitrakan satu merk
dengan citra yg kurang baik/tidak etis umpama menyebut merk ayam goreng tertentu dimiliki oleh
pengusaha aliran Yahudi sehingga cara memotong ayam tidak memenuhi syariat agama tertentu.
Menurut hemat kami hal ini tidak etis karena produk ayam goreng dimaksud telah mendapat sertifikat
halal dari Lembaga yg berwenang.
B. PRICE STRATEGY YG BERETIKA
Dalam memberi harga produk, perusahaan ayam goreng memerhatikan etika memberi
harga yang antara lain diaplikasikan sbb :
a. Harga ayam goreng telah memperhatikan kemampuan membeli dan kemauan
membeli dari berbagai calon pembeli sebagai konsumen. Kemampuan dan kemauan
ini diperoleh dengan mengamati strata ekonomi konsumen. Faktanya di Indonesia
masyarakt terbagi menjadi konsumen kelas bawah, menengah dan kelas atas.
Pengusaha ayam goreng berprinsip Price creates its own demand ( harga
menciptakan pembeli tersendiri).
7. d. Dalam berpromosi perusahaan ayam goreng berusaha untuk jujur dan tidak
memperdaya client.
e. Perusahaan ayam goreng berpromosi dengan tidak mengecewakan konsumen
Dalam pengamatan kami Perusahaan ayam goreng Internasional telah menerapkan
promosi yang beretika sementara pengusaha ayam goreng local atau tanpa merek ,
tidak melakukan promosi secara aktif kecuali promosi dari mulut ke mulut yang
cenderung memojokkan isu agama seperti pemotongan ayam yang kurang sesuai
dengan etika/norma agama tertentu. Plus membesarkan isu adanya zat yang
mengandung unsur babi . Jadi belum beretika.
D. PLACE STRATEGY YG BERETIKA
Dalam mendeliver produk ke konsumen, perusahaan ayam goreng menjual langsung ke
konsumen tanpa melalui reseller atau agent. Dalam mendeliver produk ayam goreng
seharusnya memperhatikan etika bisnis dan diaplikasikan sbb:
a. Produc yang dijual jual dijamin jamin aman dan memenuhi ketentuan dan
perlindungan konsumen ( dari segi kesehatan dan kebersihan )
b. Konsumen diberi pelayan yang tepat dan cepat serta di barengi pelayanan purna
jual.
Menurut hemat kami Strategy Place / distribution perusahaan ayam goreng khusus
untuk yg ber merek Internasional telah beretika karena kesehatan dan kebersihnnya
terlihat jelas seperti tempatnya yang nyaman, proses penggorengannya tranparance,
pegawainya terlihat rapi dan bersih ).
Untuk ayam goreng merek local dan yag tidak bermerek menurut hemat kami belum
memenuhi standard etika dan moral karena dijual di pinggir jalan yg kebersihan dan
kesehatannya dipertanyakan.
KESIMPULAN STRATEGY MARKETING APAKAH TELAH BERETIKA ATAU BELUM :
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa khusus mengenai perusahaan ayam
goreng strategi marketingnya belum sepenuhnya sesuai dengan yang diharapkan
oleh pemerintah. Karena :
1. Dari segi product para pengusaha ayam goreng ber merek local dan yang tanpa
merek sering menjatuhkan produk ayam goreng ber merek Internasional dengan
issue penyembelihan yang tidak sesuai etika/moral agama ertentu dan issue
bumbu yg non halal.
2. Dari segi Price strategy, perusahaan ayam goreng telah melaksanakan etika
pemasaran karena perbedaan harga dikaenakan perbedaan target pasar yang
disasar ( ada kelompok bawah, menegah dan kelompok atas).
3. Dari segi Promostion strategy perusahaan ayam goreng di Indonesia belum
menerapkan strategy pemasaran yang ber etika karena yag ber merek local dan
yang tanpa merek sering mencuatkan issue agama .
4. Dari segi Place/distribution menurut hemat kami perusahaan ayam goreng yang
ber merek Internasional telah beretika marketing sementara yg merek local dan
8. yg tidak bermerek belum karena masalah kesehatan dan kebersihan masih
kurang diperhatikan.
Untuk perusahaan diluar ayam goreng , dengan kriteria strategy marketing yang
beretika diatas kami menyimpulkan secara kasar bahwa etika marketing di Indonesia
belum sesuai dengan yang diharapkan pemerintah . Indikatornya adalah : Banyaknya
pejabat baik di pusat maupun di daerah yang tertangkap KPK dan diadili lalu dipenjara.
KRITIK KAMI :
1. Perusahaan ayam goreng local dan yang tidak ber merek harus diberikan bimbingan oleh
pemerintah agar mengikuti standard yang dijalankan perusahaan ayam goreng ber merek
Internasioonal . ( jualannya tidak terlalu dipinggir jalan yg terbuka sehingga kesehatan dan
keselamatan pembeli dan penjual perlu diperhatikan).
2. Pelaksanaan dari bimbingan harus dimonitor oleh pemerintah agar terus dijalankan oleh
perusahaan ayam goreng local , sehingga mereka memiliki budaya bersih dan sehat utk
melayani konsumen.
3. Pemerintah harus mengusahakan agar perusahaan ayam goreng ber merek Internasional
berkolaborasi dengan perusahaan ayam goreng merek local dan yang tidak ber merek ,
agar terjadi kerjasama yang saling menguntungkan dan tidak saling menjatuhkan satu
sama lain.
4. Edukasi pengusaha agar tidak menjula isu agama dalam berbisnis ayam goreng seperti
pemotongan ayam yg tidak mengucap bismillah atau menggunakan bumbu yg bahan
berbahan baku binatang yg diharamkan oleh agama tertentu.
DAFTR PUSTAKA :
1. Hapzi Aly, Prof. Dr, Ir, MM, CMA- Bahan kuliah Unv. Mercubuana
2. Philips Kotler – Kevin Lane Keller- Manajemen Pemasaran , 2007
3. Sopiah ,Dr, MM, Phd,= Etta Mamang Sangaji, Dr, M.Si= Perilaku Konsumen 2013
4. K. Bertens , Pengantar Etika Bisnis , Penerbit Kanisius 2014
9. Filename: REVISI Forum 5 BE dan GG.docx
Folder: /Users/ratihdewi/Library/Containers/com.microsoft.Word/Data/Documents
Template: /Users/ratihdewi/Library/Group Containers/UBF8T346G9.Office/User
Content.localized/Templates.localized/Normal.dotm
Title:
Subject:
Author: USER
Keywords:
Comments:
Creation Date: 10/7/18 8:59 PM
Change Number: 2
Last Saved On: 10/7/18 8:59 PM
Last Saved By: Microsoft Office User
Total Editing Time: 1 Minute
Last Printed On: 10/7/18 8:59 PM
As of Last Complete Printing
Number of Pages: 8
Number of Words: 2,464 (approx.)
Number of Characters: 14,050 (approx.)