Teks tersebut merupakan bagian dari penelitian tentang penerapan etika bisnis di PT Pandawa Banguntama. Teks menjelaskan tujuan penelitian untuk menganalisis penerapan etika bisnis di perusahaan tersebut dan apakah sesuai dengan prinsip-prinsip etika bisnis. Juga dijelaskan metode penelitian yang digunakan yaitu studi pustaka dan observasi lapangan untuk mendukung hasil penelitian.
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
BE & GG, Eka Revi Ruswandi, Prof. Dr. Ir. H. Hapzi Ali Pre-MSc, MM. CMA, Penerapan Etika Bisnis, Universitas Mercu Buana, 2017
1. 2
PENERAPAN ETIKA BISNIS PADA PT PANDAWA BANGUNTAMA
Mei Larasetiati, Prof. Hapzi Ali
Program Studi Manajemen, Universitas Mercubuana
E-mail: Larasetiati@gmail.com
This study aims to analyze the application of business ethics in Indonesian
companies, especially in PT Pandawa Banguntama, whether it is in accordance
with the principles of business ethics or not. This study uses literature study
method and based on observations made to support the results of this study. The
findings of this study indicate that the concept of application of business ethics
applied by PT Pandawa Banguntama can be said or classified as quite well.
Keywords: principles of business ethics, ethical implications, business ethics
I. INTRODUTION
Perkembangan
peradaban dan terus
meningkatnya kebutuhan manusi
yang semakin beragam
menuntuy perusahaan terus
melakukan inovasi terhadap
produk atau jasa yang mereka
jual, market share, kemudahan
dalam teknologi dalam
bertransaksi atau pun mencari
informasi sebuah produk maupun
jasa membuat behavior
konsumen semakin dinamis,
perusahaan dituntut untuk
mempertahankan atau
meningkatkan tingkat market
share tentunya memiliki cara,
strategi yang berbeda tiap
perusahaan. Tidak jarang
terjadinya persaingan bisnis yang
tidak etis. Untuk menghindari
persaingan yang tidak etis
perlunya ditanamkan etika bisnis
pada perusahaan.
PT Pandawa
Banguntama Merupakan salah
satu perusahaan swasta yang
berlokasi di Indonesia, daerah
cianjur. Perusahaan ini
berkonsentrasi di bidang properti
sebagai pengembang
perumahan dan agen pemasaran
perumahan. PT Pandawa
Banguntama pengembang
perumahan yang berfokus pada
tipe rumah subsidi. Website
resmi Badan Pusat Statistika
menyebutkan jumlah penduduk
Indonesia pada tahun 2010
mencapai 237 641 326 jiwa
hampir 240 juta jiwa. Website
tersebut juga menyebutkan
jumlah penduduk pada provinsi
Jawa Barat mencapai 45 juta jiwa
pada 2010. Berdasarkan data
tersebut dapat disimpulkan
bahwa Indonesia merupakan
salah satu Negara dengan jumlah
penduduk yang cukup
tinggi.Tingginya jumlah penduduk
di Indonesia menimbulkan
kebutuhan rumah yang tinggi pula
untuk setiap penduduk tersebut.
Dalam Perusahaan
memiliki budaya yang
ditanamakan kepada setiap
warga perusahaan, budaya
perusahaan merupakan hal yang
sangat penting dalam mencapai
tujuan perusahaan. Karena
budaya organisasi merupakan
nilai-nilai yang menjadi pedoman
karyawan dalam bekerja. PT
Pandawa Banguntama.
Dengan jumlah
penduduk mencapai sekitar 240
juta jiwa, Indonesia merupakan
pasar yang menjanjikan bagi
perusahaan pengembang
perumahan.Pengembang
perumahan atau agan properti
salah satu industri yang cukup
potensial untuk dimasuki.
2. 3
Namun banyak
pengembang perumahan yang
melakukan kecurangan atau
melanggar etika, misalnya
membohongi konsumen yaitu
material perumahan yang di
brosur tidak sesuai dengan apa
yag ada dilapangan.
Adapun tujuan dari
penulisan ini penulisan untuk
memenuhi tugas softskill mata
kuliah Etika Bisnis dalam
membuat jurnal atau tulisan
tentang Etika Bisnis. Maksud
dari penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui etika
bisnis pada PT Pandawa
Banguntama.
2. Untuk mengetahui
apakah etika
berpengaruh untuk
meningkatkan
profitabilitas
perusahaan
II. LITERATURE REVIEW
Etika berasal dari kata Yunani
ethos yang menurut Keraf (1998)
adalah adat istiadat atau
kebiasaan. Perpanjangan dari adat
istiadat membangun suatu aturan
kuat di masyarakat, yaitu
bagaimana setiap tindak dan
tanduk mengikuti aturan-aturan,
dan aturan-aturan tersebut ternyata
telah membentuk moral
masyarakat dalam menghargai
adat istiadat yang berlaku.
Pengertian moral menurut
Velasquez (2005) bahwa moral
memang mampu mempengaruhi
seseorang dalam mengambil
keputusan. Sehingga etika dan
moralitas berbeda, etika perlu
dipahami sebagai sebuah cabang
filsafat yang berbicara mengenai
nilai dan norma moral yang
menentukan perilaku manusia
dalam hidupnya
Untuk menganalisis arti-arti etika,
dibedakan menjadi dua jenis etika
(Bertens, 2000):
1. Etika sebagai Praktis
a. Nilai-nilai dan norma-
norma moral sejauh
dipraktekkan atau
justru tidak
dipraktekkan
walaupun
seharusnya
dipraktekkan.
b. apa yang dilakukan
sejauh sesuai atau
tidak sesuai dengan
nilai dan norma
moral.
2. Etika sebagai Refleksi
a. Pemikiran moral
berpikir tentang apa
yang dilakukan dan
khususnya tentang
apa yang harus
dilakukan atau tidak
boleh dilakukan.
b. Berbicara tentang
etika sebagai praksis
atau mengambil
praksis etis sebagai
objeknya.
c. Menyoroti dan
menilai baik buruknya
perilaku orang.
d. Dapat dijalankan
pada taraf populer
maupun ilmiah.
Etika bisnis adalah prinsip-
prinsip moral yang memandu
cara berperilaku dalam bisnis.
Sama halnya dengan mampu
membedakan antara “benar” dan
“salah” dan kemudian sanggup
membuat pilihan yang “benar”, ini
adalah prinsip menentukan
tindakan atau perilaku seseorang
secara etis. Sebagai contoh,
perusahaan tidak boleh
mempekerjakan seorang anak
dibawah umur.
Perusahaan dituntut untuk
harus dan bisa berlaku adil bagi
seluruh karyawan, perusahaan
3. 4
memiliki tanggung jawab kepada
pemegang saham, karyawan dan
lingkungan. Karena etika bisnis
merupakan cara untuk
melakukan kegiatan bisnis, yang
mencakup seluruh aspek yang
berkaitan dengan individu,
perusahaan dan juga
masyarakat. Etika Bisnis dalam
suatu perusahaan dapat
membentuk nilai, norma dan
perilaku karyawan serta pimpinan
dalam membangun hubungan
yang adil dan sehat.
Perusahaan meyakini prinsip
bisnis yang baik adalah bisnis
yang beretika, yakni bisnis
dengan kinerja unggul dan
berkesinambungan yang
dijalankan dengan mentaati
kaidah-kaidah etika sejalan
dengan hukum dan peraturan
yang berlaku.
Terdapat banyak versi dari definisi
etika bisnis dari berbagai pihak,
dan berikut adalah beberapa
definisi etika bisnis:
Menurut Hill dan Jones
(2008), menyatakan bahwa
etika bisnis merupakan
suatu ajaran untuk
membedakan antara salah
dan benar guna memberikan
pembekalan kepada setiap
pemimpinperusahaan ketika
mempertimbangkan untuk
mengambil keputusan
strategis yang terkaitdengan
masalah moral yang
kompleks. Lebih jauh ia
mengatakan Sebagian
besar dari kita sudah
memiliki rasa yang baik dari
apa yang benar dan apa
yang salah, kita sudah tahu
bahwa salah satu untuk
mengambil tindakan yang
menempatkan resiko
kehidupan yang lain.”).
Menurut Velasques (2002),
etika bisnis merupakan studi
yang dikhususkan mengenai
moral yangbenar dan salah.
Studi ini berkonsentrasi
pada standar moral
sebagaimana diterapkan
dalam kebijakan, institusi
dan perilaku bisnis.
Menurut Steade et al (1984 :
701), dalam bukunya
”Business, Its Natural and
Environment An
Introduction” Etika bisnis
adalah standar etika yang
berkaitan dengan tujuan dan
cara membuat keputusan
bisnis.”.
Menurut Laura Nash (1990),
etika bisnis sebagai studi
mengenai bagaimana
norma moral personal
diaplikasikan dalam aktivitas
dan tujuan perusahaan
(dalam Sutrisna, 2010).
Menurut Griffin & Ebert
(2007) Etika bisnis adalah
istilah yang biasanya
berkaitan dengan perilaku
etis atau tidak etis yang
dilakukan oleh manajer atau
pemilik suatu organisasi.
Menurut Irham Fahmi
(2013), etika bisnis adalah
aturan-aturan yang
menegaskan suatu bisnis
boleh bertindak dan tidak
boleh bertindak, dimana
aturan-aturan tersebut dapat
bersumber dari aturan
tertulis maupun aturan yang
tidak tertulis. Dan jika suatu
bisnis melanggar aturan-
aturan tersebut maka sangsi
akan diterima. Dimana
sangsi tersebut dapat
berbentuk langsung maupun
tidaklangsung.
Adapun pendapat Sinour (2009)
bahwa etika bisnis memberikan
4. 5
keuntungan dan membantu para
pebisnis. Keuntungan yang
dimaksud Sinour adalah sebagai
berikut:
Etika bisnis
menyadarkan para
pebisnis tentang adanya
dimensi etis yang
melekat dalam
perusahan yang
dibangun.
Etika bisnis
memampukan para
pebisnis untuk membuat
pertimbangan-
pertimbangan moral dan
pertimbangan-
pertimbangan ekonomis
secaramemadai.
Etika bisnis memberi
arah yang tepat bagi para
pebisnis ketika akan
menerapkan
pertimbangan-
pertimbangan moral-etis
dalam setiap kebijakan
dan keputusan bisnis
demi tercapainya tujuan
yang ditargetkan.
Berikut perkembangan etika bisnis
menurut Bertens (2000):
1. Situasi Dahulu
Pada awal sejarah
filsafat, Plato, Aristoteles,
dan filsuf-filsuf Yunani lain
menyelidiki bagaimana
sebaiknya mengatur
kehidupan manusia
bersama dalam negara dan
membahas bagaimana
kehidupan ekonomi dan
kegiatan niaga harus diatur.
2. Masa Peralihan: tahun
1960-an
Ditandai pemberontakan
terhadap kuasa dan otoritas
di Amerika Serikat (AS),
revolusi mahasiswa (di
ibukota Perancis),
penolakan terhadap
establishment
(kemapanan). Hal ini
memberi perhatian pada
dunia pendidikan
khususnya manajemen,
yaitu dengan
menambahkan mata kuliah
baru dalam kurikulum
dengan nama Business and
Society. Topik yang paling
sering dibahas adalah
corporate social
responsibility.
3. Etika Bisnis Lahir di AS:
tahun 1970-an
Sejumlah filsuf mulai
terlibat dalam memikirkan
masalah-masalah etis di
sekitar bisnis dan etika
bisnis dianggap sebagai
suatu tanggapan tepat atas
krisis moral yang sedang
meliputi dunia bisnis di AS.
4. Etika Bisnis Meluas ke
Eropa: tahun 1980-an
Di Eropa Barat, etika
bisnis sebagai ilmu baru
mulai berkembang kira-kira
10 tahun kemudian.
Terdapat forum pertemuan
antara akademisi dari
universitas serta sekolah
bisnis yang disebut
European Business Ethics
Network (EBEN).
5. Etika Bisnis menjadi
Fenomena Global: tahun
1990-an
Tidak terbatas lagi pada
dunia Barat. Etika bisnis
sudah dikembangkan di
seluruh dunia. Telah
didirikan International
Society for Business,
Economics, and Ethics
(ISBEE) pada 25-28 Juli
1996 di Tokyo.
5. 6
Dalam menjalani bisnis
atau perusahaan harus mematuhi
prinsip-prinsip etiki bisnis yang
seharusnya dipatuhi oleh seluruh
para pelaku bisnis untuk
mencapai tujuan dan menjadi
pedoman agar tidak terjadi atau
timbulnya ketimpangan dalam
etika moral dan tidak melanggat
norma-norma yang ada.
Muslich (1998: 31-33)
mengemukakan prinsip-prinsip
etika bisnis sebagai berikut:
1. Prinsip Otonomi
Prinsip otonomi
memandang bahwa
perusahaan secara
bebas memiliki
wewenang sesuai
dengan bidang yang
dilakukan dan
pelaksanaannya
dengan visi dan misi
yang dimilikinya.
Kebijakan yang
diambil perusahaan
harus diarahkan untuk
pengembangan visi
dan misi perusahaan
yang berorientasi pada
kemakmuran dan
kesejahteraan
karyawan dan
komunitasnya.
2. Prinsip Kejujuran
Kejujuran
merupakan nilai yang
paling mendasar
dalam mendukung
keberhasilan
perusahaan. Kejujuran
harus diarahkan pada
semua pihak, baik
internal maupun
eksternal perusahaan.
Jika prinsip kejujuran
ini dapat dipegang
teguh oleh
perusahaan, maka
akan dapat
meningkatkan
kepercayaan dari
lingkungan
perusahaan tersebut.
3. Prinsip Tidak Berniat
Jahat
Prinsip ini ada
hubungan erat dengan
prinsip kejujuran.
Penerapan prinsip
kejujuran yang ketat akan
mampu meredam niat
jahat perusahaan itu.
4. Prinsip Keadilan
Perusahaan harus
bersikap adil kepada
pihak-pihak yang terkait
dengan sistem bisnis.
Contohnya, upah yang
adil kepada karywan
sesuai kontribusinya,
pelayanan yang sama
kepada konsumen, dan
lain-lain.
5. Prinsip Hormat Pada Diri
Sendiri
Perlunya menjaga
citra baik perusahaan
tersebut melalui prinsip
kejujuran, tidak berniat
jahat dan prinsip
keadilan.
Dan Menurut Keraf (1998),
prinsip-prinsip etika yang berlaku
dalam bisnis adalah (dalam Sutrisna,
2010): prinsip otonomi, prinsip
kejujuran, prinsip keadilan, prinsip
saling menguntungkan, dan prinsip
integritas moral. Peranan etika
dalam kegiatan bisnis antara lain,
sebagai berikut:
Etika harus menjadi
pedoman dalam kegiatan
masyarakat, dan
seharusnya juga menjadi
pedoman bagi pebisnis.
Mana tindakan yang tepat,
benar dan boleh dilakukan
dalam bisnis yang
diharapkan
6. 7
menguntungkan semua
pihak yang terlibat
(Satyanugraha, 2003).
Etika berperan sebagai
penghubung pelaku
bisnis. Pelayanan purna
jual tentu merupakan
refleksi nilai atau etika
bisnis yang diterapkan
perusahaan untuk
menjaga loyalitas
konsumennya (Tjiptono,
2005).
Etika juga berperan
sebagai syarat utama
untuk kelanggengan atau
konsistensi perusahaan.
Loyalitas konsumen akan
dapat membantu
perusahaan agar tetap
bisa bertahan (Tjiptono,
2005).
Untuk membangun kultur
bisnis yang sehat,
idealnya dimulai dari
perumusan etika yang
akan digunakan sebagai
norma perilaku sebelum
aturan (hukum) perilaku
dibuat dan laksanakan,
atau aturan (norma) etika
tersebut diwujudkan
dalam bentuk aturan
hukum (Arman, 2011).
Sebagai kontrol terhadap
individu. Pelaku dalam
bisnis yaitu melalui
penerapan kebiasaan
atau budaya moral atas
pemahaman AGORA Vol.
2, No. 2, (2014) dan
penghayatan nilai-nilai
dalam prinsip moral
sebagai inti kekuatan
suatu perusahaan dengan
mengutamakan kejujuran,
bertanggung jawab,
disiplin, berperilaku tanpa
diskriminasi (Arman,
2011).
Etika bisnis hanya bisa
berperan dalam suatu
komunitas moral, tidak
merupakan komitmen
individual saja, tetapi
tercantum dalam suatu
kerangka sosial (Arman,
2011).
Etika bisnis juga diterapkan
pada perusahaan Indonesia namun
dalam pelaksanaan bisnis di
Indonesia selalu menghadapi
kendala-kendala yang membuat
para pembisnis dilemma Antara
mengutamakan keuntungan atau
etika dan masyarakat. Menurut
Merriam Webster Dictionary,
dilemmas are situations or problems
where a person has to make a
difficult choice atau dilema adalah
situasi atau masalah di mana
seseorang harus membuat pilihan
sulit. Dilema etika adalah ketika
seorang harus memilih antara
“benar” secara moral dengan
tindakan yang tidak layak.
Keraf(1998:81-83) menyebut
beberapa kendala yaitu:
1. Standard moral pelaku bisnis
pada umumnya masih
lemah.
Banyak di antara pelaku
bisnis yang lebih suka
menempuh jalan pintas,
bahkan menghalalkan segala
cara untuk memperoleh
keuntungan dengan
mengabaikan etika bisnis,
seperti memalsukan
campuran, timbangan,
ukuran, menjual barang yang
kadaluwarsa, dan
memanipulasi laporan
keuangan.
7. 8
2. Banyak perusahaan yang
mengalami konflik
kepentingan.
Pribadi yang dianutnya
atau antara peraturan yang
berlaku dengan tujuan yang
hendak dicapainya, atau
konflik antara nilai pribadi
yang dianutnya dengan
praktik bisnis yang dilakukan
oleh sebagian besar
perusahaan lainnya, atau
antara kepentingan
perusahaan dengan
kepentingan masyarakat.
Orang-orang yang kurang
teguh standar moralnya bisa
jadi akan gagal karena
mereka mengejar tujuan
dengan mengabaikan
peraturan.
3. Situasi politik dan ekonomi
yang belum stabil.
Hal ini diperkeruh oleh
banyaknya sandiwara politik
yang dimainkan oleh para elit
politik, yang di satu sisi
membingungkan masyarakat
luas dan di sisi lainnya
memberi kesempatan bagi
pihak yang mencari
dukungan elit politik guna
keberhasilan usaha
bisnisnya. Situasi ekonomi
yang buruk tidak jarang
menimbulkan spekulasi
untuk memanfaatkan
peluang guna memperoleh
keuntungan tanpa
menghiraukan akibatnya.
4. Lemahnya penegakan
hukum.
Banyak orang yang sudah
divonis bersalah di
pengadilan bisa bebas
berkeliaran dan tetap
memangku jabatannya di
pemerintahan. Kondisi ini
mempersulit upaya untuk
memotivasi pelaku bisnis
menegakkan norma-norma
etika.
5. Belum ada organisasi
profesi bisnis dan
manajemen untuk
menegakkan kode etik
bisnis dan manajemen.
Organisasi seperti
KADIN beserta asosiasi
perusahaan di bawahnya
belum secara khusus
menangani penyusunan
dan penegakkan kode
etik bisnis dan
manajemen. Di Amerika
Serikat terdapat sebuah
badan independen yang
berfungsi sebagai badan
register akreditasi
perusahaan, yaitu
American Society for
Quality Control (ASQC)
Perusahaan dibangun
tentu dengan tujuan dan keiginan
utama dari pemilik perusahaan itu
adalah mendapatkan keutungan
yang besar dari apa yang telah
dilakukan dan dikorbankan oleh
pemilik maupun perusahan,
karena tidak ada perusahaan
yang ingin gulung tikar dengan
kata lain ialah merugi hingga
harus menutup perusahaannya.
Seringkali untuk mencapai target
atau tujuan, perusahaan
melakukan segala cara yang
melanggar etika bisnis maupun
perundang-ungangan. Masalah
etika dalam bisnis dapat
diklasifikasikan ke dalam lima
kategori yaitu: Suap (Bribery),
Paksaan (Coercion), Penipuan
(Deception), Pencurian (Theft),
Diskriminasi tidak jelas (Unfair
discrimination) yang
masingmasing dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Suap (Bribery)
Adalah tindakan
berupa menawarkan,
memberi, menerima, atau
meminta sesuatu yang
berharga dengan tujuan
8. 9
mempengaruhi tindakan
seorang pejabat dalam
melaksanakan kewajiban
publik. Suap dimaksudkan
untuk memanipulasi
seseorang dengan
membeli pengaruh.
‘Pembelian’ itu dapat
dilakukan baik dengan
membayarkan sejumlah
uang atau barang,
maupun ‘pembayaran
kembali’ setelah transaksi
terlaksana. Suap
kadangkala tidak mudah
dikenali. Pemberian cash
atau penggunaan callgirls
dapat dengan mudah
dimasukkan sebagai cara
suap, tetapi pemberian
hadiah (gift) tidak selalu
dapat disebut sebagai
suap, tergantung dari
maksud dan respons yang
diharapkan oleh pemberi
hadiah.
2. Pencurian (Theft)
Adalah merupakan
tindakan mengambil sesuatu
yang bukan hak kita atau
mengambil proprty milik
orang lain tanpa persetujuan
pemiliknya. Properti tersebut
dapat berupa property fisik
atau konseptual.
3. Diskriminasi tidak jelas
(Unfair discrimination)
Adalah perlakuan tidak
adil atau penolakan terhadap
orang-orang tertentu yang
disebabkan oleh ras, jenis
kelamin, kewarganegaraan,
atau agama. Suatu
kegagalan untuk
memperlakukan semua
orang dengan setara tanpa
adanya perbedaan yang
beralasan antara mereka
yang ‘disukai’ dan tidak.
4. Paksaan (Coercion)
Adalah tekanan,
batasan, dorongan dengan
paksa atau dengan
menggunakan jabatan atau
ancaman. Coercion dapat
berupa ancaman untuk
mempersulit kenaikan
jabatan, pemecatan, atau
penolakan industri terhadap
seorang individu.
5. Penipuan (Deception)
Adalah tindakan
memperdaya,
menyesatkan dengan
segaja dengan
mengucapkan atau
melakukan kebohongan.
Dari berbagai pandangan
tentang etika bisnis, beberapa
indikator yang dapat dipakai untuk
menyatakan apakah seseorang
dan suatu perusahaan telah
melaksanakan etika bisnis dalam
kegiatan usahanya antara lain
adalah: Indikator ekonomi; indikator
peraturan khusus yang berlaku;
indikator hukum; indikator ajaran
agama; indikator budaya dan
indikator etik dari masing-masing
pelaku bisnis.
1. Indikator Etika bisnis menurut
ekonomi adalah apabila
perusahaan atau pebisnis
telah melakukan
pengelolaan sumber daya
bisnis dan sumber daya alam
secara efisien tanpa
merugikan masyarakat lain.
2. Indikator etika bisnis menurut
peraturan khusus yang
berlaku.
Berdasarkan indikator
ini seseorang pelaku bisnis
dikatakan beretika
dalam bisnisnya apabila
masing-masing pelaku bisnis
mematuhi aturan-
aturan khusus yang telah
disepakati sebelumnya
9. 10
3. Indikator etika bisnis
menurut hukum.
Berdasarkan indikator
hokum seseorang atau
suatu perusahaan
dikatakan telah
melaksanakan
etika bisnis apabila seseor
ang
pelaku bisnis atau suatu
perusahaan
telah mematuhi segala nor
ma hukum yang berlaku
dalam menjalankan kegiatan
bisnisnya
4. Indikator etika berdasarkan
ajaran agama. Pelaku bis
nis dianggap beretika bila
mana dalam pelaksanaan
bisnisnya senantiasa meruj
uk kepada nilai- nilai ajaran
agama yang dianutnya.
5. Indikator etika berdasarkan
nilai budaya. Setiap
pelaku bisnis baik secara
individu maupun
kelembagaan telah
menyelenggarakan
bisnisnya dengan
mengakomodasi nilai-nilai
budaya dan adat istiadat
yang ada disekitar operasi
suatu perusahaan, daerah
dan suatu bangsa.
6. Indikator etika bisnis
menurut masing-masing
individu adalah apabila
masing-masing pelaku
bisnis bertindak jujur dan
tidak
mengorbankan integritas
pribadinya.
Perubahan yang cepat pada era
globalisasi saat ini, menimbulkan
masalah-masalah yang berkaitan
dengan etika dalam berbisnis dan
mengundang pro dan kontra dengan
berbagai alasan. Dengan demikian,
dapat diketahui bahwa manfaat etika
bisnis menurut Sutrisna (2010)
adalah sebagai berikut:
Sebagai moralitas, etika
bisnis membimbing
tingkah laku manusia agar
dapat mengelola
kehidupan dan bisnis
menjadi lebih baik.
Dapat mendorong dan
mengajak orang untuk
bersikap kritis dan rasional
dalam mengambil
keputusan berdasarkan
pendapatnya sendiri, yang
dapat
dipertanggungjawabkann
ya.
Dapat mengarahkan
masyarakat untuk
berkembang menjadi
masyarakat yang tertib,
teratur, damai, dan
sejahtera dengan menaati
norma-norma yang
berlaku demi mencapai
ketertiban dan
kesejahteraan sosial.
Sebagai ilmu
pengetahuan, etika bisnis
memberikan pemenuhan
terhadap keingintahuan
dan menuntut manusia
untuk dapat berperilaku
moral secara kritis dan
rasional.
Adapun pendapat Sinour (2009)
bahwa etika bisnis memberikan
keuntungan dan membantu para
pebisnis. Keuntungan yang
dimaksud Sinour adalah sebagai
berikut:
Etika bisnis menyadarkan
para pebisnis tentang
adanya dimensi etis yang
melekat dalam perusahan
yang dibangun.
10. 11
Etika bisnis memampukan
para pebisnis untuk
membuat pertimbangan-
pertimbangan moral dan
pertimbanganpertimbangan
ekonomis secara memadai.
Etika bisnis memberi arah
yang tepat bagi para
pebisnis ketika akan
menerapkan pertimbangan-
pertimbangan moral-etis
dalam setiap kebijakan dan
keputusan bisnis demi
tercapainya tujuan yang
ditargetkan.
III. METHODS
Untuk memperoleh data
yang digunakan dalam tugas
ini, penulis menggunakan
Metode pengumpulan data
berupa studi literature, yaitu
Untuk mendalami metode dan
konsep, maka penulis
melakukan studi literatur
dengan cara membaca buku-
bukureferensi, jurnal, tulisan
ilmiah dan media lain yang
berkaitan dengan etika bisnis
dan mendukung serta
mempertegas teori-teori yang
diperlukan untuk
menyelesaikan penelitian ini.
dan juga melakukan pencarian
dan pengumpulan data melalui
internet dan melakukan
observasi berdasarkan
pengalaman penulis bekerja di
PT Pandawa Banguntama.
IV. RESULT & DISCUSSION
Perubahan yang cepat era
gobalisasi dan perdagangan dunia
menuntut segera dibenahinya etika
bisnis agar tatanan ekonomi dunia
semakin membaik, karena
menimbulkan masalah yang
berkaitan dengan etika bisnis.
Didalam bisnis tidak jarang berlaku
konsep tujuan menghalalkan segala
cara. Bahkan tindakan yang berbau
kriminal pun ditempuh demi
pencapaian suatu tujuan. Dalam
dunia property banyak dan sering
terjadi tindakan mark up, ingkar janji,
tidak mengindahkan kepentingan
masyarakat, tidak memperhatikan
sumber daya alam maupun tindakan
kolusi dan suap merupakan
segelintir contoh pengabdian para
pengusaha terhadap etika bisnis.
Adapun penelitian ingin meninjau
implementsi dari prinsip etika bisnis,
yaitu prinsip:
1. Prinsip Otonomi
Sikap dan kemampuan
manusia untuk mengambil
keputusan dan bertindak
berdasarkan kesadarannya
sendiri tentang apa yang
dianggap baik untuk dilakukan.
PT Panda Banguntama
mengerti dan menerapkan
prinsip otonomi dalam
perusahaannya. Karyawan dan
pelaku bisnis PT Pandawa
Banguntama mampu dan tidak
melakukan kecurangan serta
menekan pihak lain untuk
mendaatkan keutungan.
Semua tindakan dilakuak
berdasarkan kesadaran dan
sesuai etis yang ada.
2. Prinsip Kejujuran
.
Pihak management atau
leader perusahaan setuju bisnis
tidak bisa bertahan lama dan
berhasil kalau tidak didasarkan
pada prinsip kejujuran.
Kejujuran dalam berbisnis
adalah kunci keberhasilan
untuk bertahan dalam jangka
panjang, dalam suasana bisnis
penuh persaingan yang ketat
kerena konsumen semakin
cermat dalam memilih produk
11. 12
dan jasa, perkambangan
teknologi juga mempengaruhi,
jika anda melukan tindakan
membohongi konsumen,
konsumen anda akan menilai
anda secara public di social
media yang tidak dapata anda
cegah dampak negatifnya.
Ada tiga ruang lingkup
kegiatan bisnis yang
memerlukan kejujuran:
a. Kejujuran relevan
dalam
pemenuhan
syarat-syarat
perjanjian dan
kontrak. Dalam
observasi yang
dilakukan penulis
tidak melihat
adanya tanda-
tanda observasi
yang dilakukan
penulis dilihat
bahwa
perusahaan tidak
pernah berusaha
mencurangi
konsumen
dengan tidak
memberikan hak
atau kepemilikan
yang nantinya
menjadi mlik
konsumen dan
yang sudah
dibayarkan oleh
konsumen.
b.Kejujuran juga
relevan dalam penawaran
barang dan jasa dengan mutu
dan harga yang sebanding.
Perusahaan memberikan harga
yang sesuai dengan kualitas.
Misalnya perumahan subsidi
pada umunya 6 bulan sudah
terjadi kerusakan, di PT
Pandawa Banguntama jika
terjadi kerusakan selama 1
tahun dapat mengajukan
complain dengan form kompain
yang dikasih saat BAST (serah
terima kunci)
c. Kejujuran juga
relevan dalam hubungan kerja
intern dalam suatu perusahaan.
Perusahaan memberikan
informasi yang jelas kepada
orang dalam dan luar. Namun
terkadang orang dalam atau
karyawan melakukan yang
melakukan kecurangan.
Misalnya kecurangan diaman
DP konsumen dapat dibawa
kabur karena hanya
menggunakan kwitansi
sementara, dan dapat di
manipulasi oleh marketing,
dapat diatasi dengan
pemberian kwitansi yang dicap
perusahaan dan marketing
tidak boleh menerima DP dari
konsumen
3. Prinsip Keadilan.
Prinsip keadilan
menuntut agar setiap
orang diperlakukan
secara sama sesuai
dengan aturan yang adil
sesuai dengan kriteria
yang rasional, obyektif,
dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Keadilan menuntut agar
tidak boleh ada pihak
yang dirugikan secara
hak dan kepentingannya.
Contohnya, untuk
konsumen, biaya legalitas
akan dikembalikan jika
konsumen melakukan
pembatalan dan untuk
karyawan, penilaian tidak
berdasar subjektif tetapi
sesuai KPI yang telah
menjadi standart
perusahaan, jika tidak
sesuai dengan KPI akan
12. 13
mendapatkan SP dan jika
memilik KPI tinggi selama
dua bulan-berturut akan
mendaptkan bonus gaji.
Semua telah ditulis dalam
aturan, aturan dibuat
secara adil, perusahaan
selalu memberikan hak
dan kewajiban untuk
konsumen dan karyawan
4. Prinsip saling
Menguntungkan (Mutual
Benefit Principle).
Prinsip ini menuntut
agar bisnis dijalankan
sedemikian rupa
sehingga
menguntungkan semua
pihak. Prinsip saling
menguntungkan secara
positif menuntut hal yang
sama, yaitu agar semua
pihak perusahaan
berusaha untuk saling
menguntungkan satu
sama lain (management,
karyawan, dan
konsumen). Perusahaan
juga sudah mengetahui
dan melakukan prinsip ini,
contoh penerapan yang
dilakukan peraturan yang
dibuat secara adilm jelas
dan transparan sesuai
etika serta perundang-
undangan.
5. Integritas Moral
Prinsip integritas
moral ini dihayati sebagai
tuntutan internal dalam
PT Pandawa
Banguntama,
Perusahaan ini percaya
bahwa dalam
menjalankan bisnis perlu
untuk tetap menjaga
nama baik perusahaan
dan karyawan dihimbau
untuk menjaga nama baik
ketika menggunakan
atribut atau inventaris
perusahaan.
V. CONCLUSION &
RECOMENDATION
1. CONCLUSION
Hasil dari mengamati dan
menganalisis untuk
konsep penerapan etika
bisnis yang di
implementasikan oleh PT
Pandawa Banguntama,
dapat disimpulkan bahwa
penerapan etika bisnis PT
Pandawa Banguntama
dikatakan cukup baik
dalam menerapkan.
2. RECOMENDATION
Berdasarkan hasil
penelitian dan analisa,
peneliti ingin memberikan
saran yang sekiranya
dapat bermanfaat bagi PT
Pandawa Banguntama
untuk memajukan
perusahaan, ada
beberapa saran yang
dapat diberikan peneliti
ialah:
Perusahaan
melakukan career
building atau training
untuk mengenal
penerapan etika dan
budaya perusahaan.
Agar memudahkan
penerapan dalam
kegiatan sehari-hari dan
melakukan pengawasan
Supaya suatu tindakan
punya nilai moral, maka
tindakan itu harus
dijalankan berdasarkan
aturan, prosedur, atau
kewajiban secara
konsisten
Perusahaan
sebaiknya dapat
13. 14
meningkatkan etika
bisnis merupakan unsur
penting supaya siklus
hidup suatu bisnis dapat
bertahan lama, atau
bahwa etika merupakan
prasyarat tumbuhnya
sikap-sikap moral,
khususnya sikap saling
percaya, jujur, adil, dan
tanggung jawab
References
Keraf, Sonny.1998. Etika Bisnis
Tunutan dan Relevansinya.
Yogyakarta : Kanisius
Muslich, 1998. Etika Bisnis:
Pendekatan Substantif dan
Fungsional. Yogyakarta: Penerbit
Ekonisia.
Fahmi, I. (2013). Definisi etika bisnis.
Etika bisnis: teori kasus, dan solusi.
Bandung: Alfabeta.
Piercy, N. F., & Lane, N.
(2007). Ethical and moral
dilemmas associated with
strategic relationships
between business-to-
business buyers and sellers.
Journal of Business Ethics,
72(1), 87-102. Retrieved
October 12, 2017, from
doi:http://dx.doi.org/10.1007/
s10551-006-9158-6.
Steade et al (1984: 701),
Etika Bisnis,”Business, Its
Natural and Environment An
Introduction”.
Hill, Charles W.L., dan Jones
Gareth R. 2008, Strategic
Management
Theory: An Integrated
Approach. Ninth Edition,
South-Western Cengage
Learning, USA
Velazquez, M. G. (2005).
Etika Bisnis, Konsep dan
Kasus– Edisi 5.
Diterjemahkan dari judul asli
Business Ethics, Concepts
and Cases (2002) oleh Ana
Purwaningsih, dkk.
Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Bertens. 2000. Etika. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Steade et al (1984: 701),
Etika Bisnis,”Business, Its
Natural and Environment An
Introduction”.
Fahmi, I. (2013). Definisi etika
bisnis. Etika bisnis: teori
kasus, dan solusi. Bandung:
Alfabeta.
Tjiptono, F. (2005).
Pemasaran Jasa. Malang:
Bayumedia Publising
Sutrisna, D. (2010). Etika
bisnis: konsep dasar
implementasi dan kasus. Bali:
Udayana University Press.
Satyanugraha, H. (2003).
Etika bisnis: tuntutan &
relevansinya. Jakarta:
Kanisius.
Moleong, L.J. (2013). Metode
penelitian kualitatif, edisi
revisi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
14. 15
Amran, S (2011). Etika dan
hukum bisnis. Retrieved
October 12, 2017, from
http://digemesta.com/indo/ei=
klrFU5_lPNWRuASr9oL4Bw&
usg
=AFQjCNEhFwiPuGovTSci0e
LaOCRGccwssQ&bvm=bv.70
8100 81,d.c2E/etika-dan-
hukum-dalam-bisnis.pdf