Karang keras (Ordo Scleractinia) termasuk hewan yang tercatat dalam CITES (Convention of International Trade in Endangered Species) sebagai hewan yang diperdagangkan untuk memenuhi kebutuhan aquarium rumah tangga di negara-negara maju. Sulawesi Selatan merupakan salah satu sumber karang hias bagi eksportir Jakarta dan Bali. Ada 11 middleman (supplier) yang tergabung dalam anggota Asosiasi Koral dan Ikan Hias Sulawesi (AKIS) yang memiliki penampungan karang hias dan bermukim di Makassar. Perairan pulau Spermonde Makassar dan Pangkep sebagai konsentrasi penangkapan karang hias di Sulsel. Masalah yang dihadapi dalam perdagangan karang hias adalah penentuan kuota untuk ekspor belum memiliki standar yang lestari bagi kelangsungan populasi, khususnya di kawasan perairan pulau Spermonde Pangkep. Tujuan penelitian adalah mengestimasi dan menganalisis kelimpahan jenis karang hidup dan kondisi tutupan karang sebagai salah satu komponen terpenting dalam penentuan kuota perdagangan untuk dijadikan model penentuan kuota ekspor karang hias dari alam. Metode penelitian observasi dan wawancara terhadap responden dan pengambilan data di instansi atau perusahaan terkait. Hasil penelitian menunjukkan keberadaan jenis dan jumlah yang telah terdaftar dalam kuota koral Sulsel lima tahun terakhir masih layak dimanfaatkan dengan pemanfaatan 2,5% dari jumlah stok karang di alam. Pemanfaatan karang hias di kawasan konsentrasi penangkapan karang hias tutupan karang umumnya masih baik dan jenis-jenis karang hias yang dimanfaatkan umumnya masih diperoleh di ketiga zona reef (flat, cress, dan slope).
STRUKTUR UKURAN, PERTUMBUHAN DAN RASIO SEKSUAL IKAN HIAS NAPOLEON (Pomacanthu...Dr. Mauli Kasmi
Ikan Napoleon (Pomachantus xanthometopon) merupakan spesies termahal dari kelompok ikan Napoleon dan mempunyai nilai tawar yang lebih tinggi dibanding jenis ikan hias lainnya, sehingga menjadi ikan target oleh nelayan ikan hias. Produksi ikan ini masih tergantung dari penangkapan di alam karena budidaya belum berhasil dikembangkan, sehingga ada kemungkinan spesies ini mengalami overfishing. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui potensi rekruitmen, struktur ukuran, pertumbuhan dan rasio seksual ikan Napoleon di perairan Sulawesi Selatan. Metode penelitian didasarkan pada sampling paralel di perairan Kepulauan Pangkep dan Selayar. Selanjutnya, fekunditas dihitung dengan menggunakan metode volimetrik. Umur mutlak dan pertumbuhan ikan Napoleon ditentukan dengan analisis plot Gulland dan Holt. Hasil kajian menunjukkan bahwa modus panjang total ikan Napoleon di Kabupaten Pangkep (9,5-11,5 cm) relatif lebih besar dibandingkan ikan Napoleon di Kabupaten Selayar (4,5-5,5 cm). Hubungan panjang berat bersifat allometrik, kecepatan pertumbuhan sebesar 0,4934 cm/ tahun dengan panjang maksimun 41,7 cm pada umur 13 tahun. Ikan Napoleon yang tertangkap merupakan ikan muda (53%) yang belum berkembang gonadnya. Rasio seksual adalah 26 % betina, 14% jantan dan 7% hermafrodit.
Karang keras (Ordo Scleractinia) termasuk hewan yang tercatat dalam CITES (Convention of International Trade in Endangered Species) sebagai hewan yang diperdagangkan untuk memenuhi kebutuhan aquarium rumah tangga di negara-negara maju. Sulawesi Selatan merupakan salah satu sumber karang hias bagi eksportir Jakarta dan Bali. Ada 11 middleman (supplier) yang tergabung dalam anggota Asosiasi Koral dan Ikan Hias Sulawesi (AKIS) yang memiliki penampungan karang hias dan bermukim di Makassar. Perairan pulau Spermonde Makassar dan Pangkep sebagai konsentrasi penangkapan karang hias di Sulsel. Masalah yang dihadapi dalam perdagangan karang hias adalah penentuan kuota untuk ekspor belum memiliki standar yang lestari bagi kelangsungan populasi, khususnya di kawasan perairan pulau Spermonde Pangkep. Tujuan penelitian adalah mengestimasi dan menganalisis kelimpahan jenis karang hidup dan kondisi tutupan karang sebagai salah satu komponen terpenting dalam penentuan kuota perdagangan untuk dijadikan model penentuan kuota ekspor karang hias dari alam. Metode penelitian observasi dan wawancara terhadap responden dan pengambilan data di instansi atau perusahaan terkait. Hasil penelitian menunjukkan keberadaan jenis dan jumlah yang telah terdaftar dalam kuota koral Sulsel lima tahun terakhir masih layak dimanfaatkan dengan pemanfaatan 2,5% dari jumlah stok karang di alam. Pemanfaatan karang hias di kawasan konsentrasi penangkapan karang hias tutupan karang umumnya masih baik dan jenis-jenis karang hias yang dimanfaatkan umumnya masih diperoleh di ketiga zona reef (flat, cress, dan slope).
STRUKTUR UKURAN, PERTUMBUHAN DAN RASIO SEKSUAL IKAN HIAS NAPOLEON (Pomacanthu...Dr. Mauli Kasmi
Ikan Napoleon (Pomachantus xanthometopon) merupakan spesies termahal dari kelompok ikan Napoleon dan mempunyai nilai tawar yang lebih tinggi dibanding jenis ikan hias lainnya, sehingga menjadi ikan target oleh nelayan ikan hias. Produksi ikan ini masih tergantung dari penangkapan di alam karena budidaya belum berhasil dikembangkan, sehingga ada kemungkinan spesies ini mengalami overfishing. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui potensi rekruitmen, struktur ukuran, pertumbuhan dan rasio seksual ikan Napoleon di perairan Sulawesi Selatan. Metode penelitian didasarkan pada sampling paralel di perairan Kepulauan Pangkep dan Selayar. Selanjutnya, fekunditas dihitung dengan menggunakan metode volimetrik. Umur mutlak dan pertumbuhan ikan Napoleon ditentukan dengan analisis plot Gulland dan Holt. Hasil kajian menunjukkan bahwa modus panjang total ikan Napoleon di Kabupaten Pangkep (9,5-11,5 cm) relatif lebih besar dibandingkan ikan Napoleon di Kabupaten Selayar (4,5-5,5 cm). Hubungan panjang berat bersifat allometrik, kecepatan pertumbuhan sebesar 0,4934 cm/ tahun dengan panjang maksimun 41,7 cm pada umur 13 tahun. Ikan Napoleon yang tertangkap merupakan ikan muda (53%) yang belum berkembang gonadnya. Rasio seksual adalah 26 % betina, 14% jantan dan 7% hermafrodit.
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...robert peranginangin
Informasi mengenai persebaran dan struktur komunitas sumber daya ikan demersal penting sebagai bahan masukan untuk pengelolaan perikanan demersal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat keanekaragaman dan persebaran sumber daya ikan demersal berdasarkan perbedaan kedalaman perairan, serta keterkaitannya dengan lingkungan. Penelitian dilaksanakan di Laut Cina Selatan pada bulan Mei sampai Juni 2015 dengan mengoperasikan alat tangkap pukat ikan di stasiun yang telah ditetapkan. Metode analisis keanekaragaman hayati ikan demersal menggunakan beberapa indeks ekologi yaitu indeks kekayaan jenis Margalef, indeks keanekaragaman Shannon-Wiener, indeks keseragaman Pielou, dan indeks dominansi Simpson. Nilai indeks ekologi tersebut kemudian dikaitkan dengan kondisi lingkungan, menggunakan analisis komponen utama. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kestabilan komunitas sumber daya ikan demersal semakin baik seiring dengan meningkatnya kedalaman. Kedalaman, suhu, dan salinitas merupakan parameter yang paling memengaruhi tingkat kekayaan jenis serta persebaran sumber daya ikan demersal, sedangkan persebaran kelimpahan ikan sangat terkait dengan oksigen terlarut dan kecerahan perairan. Implikasinya, kondisi lingkungan perairan sangat memengaruhi persebaran dan kelimpahan ikan demersal.
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty ex Silva (Rhodophyta, Soliericeae) Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan Di Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan,
Sulawesi Tenggara (Monitoring Tahun ke II)
STATUS PEMANFAATAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN IKAN HIAS ANGEL NAPOLEON Pomacanthus xanthometopon
DI SULAWESI SELATAN
Hasil penelitian ini menunujukkan bahwa kondisi tutupan karang di tiga lokasi menunjukkan kategori sedang sampai baik. Penelitian ini menunjukkan kelimpahan ikan injel napoleon tidak berkorelasi positif dengan tutupan karang hidup dengan tutupan karang hidup tetapi keberadaannya dipengaruhi oleh bentuk pertumbuhan karang yaitu di antara celah karang bercabang, submasive dan masive. Struktur ukuran ikan injel napoleon yang tertangkap masih muda, gonadnya belum berkembang. Hubungan panjang berat bersifat allometrik, kecepatan pertumbuhan lambat dengan panjang maksimum 41,7 cm pada umur 13 tahun. Status pemanfaatan ikan injel napoleon diduga telah melampaui hasil tangkapan lestari (MSY). Kurva penawaran injel napoleon melengkung membalik (backward bending supply curve) menunjukkan bahwa supplai semakin menurun walaupun harga ikan meningkat karena diduga stok semakin berkurang.
Paper Vertion: Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Serta Strategi Pengelolaannya...Mujiyanto -
Penelitian dilakukan di perairan Pulau Rakit dan Pulau Ganteng di perairan Teluk Saleh Nusa Tenggara Barat pada tahun 2005 dengan waktu pelaksanaan pada bulan Mei dan Oktber 2005. Berdasarkan informasi dari nelayan, terumbu karang di perairan Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat (NTB) sudah mengalami banyak kerusakan, terutama pada perairan yang dangkal yaitu pada kedalaman kurang dari 15 meter. Pengamatan dan perhitungan persentase penutupan karang dilakukan dengan menggunakan metode Line Intercef Transect (LIT). Kerusakan terumbu karang tersebut akibat dari kegiatan penangkapan ikan dengan cara-cara penangkapan yang tidak ramah lingkungan. Kondisi terumbu karang hidup pada kategori sedang, penutupan karang dalam kategori karang rusak. Adapun Strategi pengelolaan terumbu karang berdasarkan permasalah yang ditemukan di lokasi, secara garis besarnya adalah dengan memberdayakan masyarakat pesisir yang secara langsung bergantung pada pengelolaan terumbu karang, mengurangi laju degradasi kondisi terumbu karang yang ada pada saat ini serta mengelola terumbu karang berdasarkan karakteristik ekosistem, potensi, pemanfaatan dan status hukumnya.
Kepadatan dan stratifikasi komposisi sumber daya ikan demersal di Laut Cina S...robert peranginangin
Informasi distribusi kepadatan stok dan komposisi ikan demersal sangat penting untuk diketahui sebagai bahan masukan guna keberhasilan pengelolaan perikanan. Untuk itu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui komposisi, kepadatan stok dan sebaran sumber daya ikan demersal di Laut Cina Selatan. Penelitian dilaksanakan pada Mei sampai Juni 2015 dengan menggunakan scientific echosounder BIOSONICS DT-X dan frekuensi 120 KHz. Untuk verifikasi data akustik terutama komposisi jenis dilakukan pengoperasian trawl. Hasil penelitian menunjukkan komposisi jenis ikan demersal di Laut Cina Selatan meliputi 147 spesies dari 55 famili. Stratifikasi komposisi dikedalaman 20-30 m, 30-40 m, 40-50 m, 50-60 m, dan 60-70 m masing masing didominasi oleh ikan dari famili Leiognathidae, Lutjanidae, Nemipteridae, Tetraodontidae, dan Serranidae. Estimasi kepadatan stok sumber daya ikan demersal di Laut Cina Selatan berkisar antara 0,16 – 2,85 ton/km2 dengan rata-rata kepadatan 1,05 ton/km2.
Ikan karang mempunyai nilai dan arti yang sangat penting dari segi sosial ekonomi dan budaya, karena hampir sepertiga penduduk Indonesia yang tinggal di daerah pesisir menggantungkan hidupnya dari perikanan laut dangkal.
Kajian komunitas larva ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan pulau para...Mujiyanto -
Kawasan Pulau Parang adalah gugusan pulau di Kepulauan Karimunjawa yang memiliki ekosistem laut yang dinilai masih baik, salah satunya adalah ekosistem lamun yang memiliki fungsi sebagai daerah memijah, daerah asuhan dan daerah mencari makan bagi ikan-ikan di laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji komposisi, struktur komunitas juga keterkaitan antara faktor lingkungan dengan keberadaan larva ikan di ekosistem lamun di Kawasan Pulau Parang. Penelitian dilakukan di 5 lokasi di Kawasan Pulau Parang, yakni Legon Boyo, Watu Merah, Pulau Kumbang, Pulau Nyamuk dan Pulau Kembar. Sampling dilakukan pada bulan Juni 2012, September 2012 dan Desember 2012 sebagai perwakilan 3 musim laut, yaitu musim timur, musim peralihan dan musim barat. Sampling larva ikan menggunakan alat modifikasi dari bongonet dengan ukuran mata jaring 500 µm yang ditarik sejauh 50 m sejajar pantai. Larva ikan yang tertangkap selama penelitian sebanyak 375 individu, yang terdiri dari 14 famili dengan dominasi famili Gerreidae (68%), Gobiidae (10,13%), Labridae (8,27%), Blennidae (5,6%) dan Atherinidae (3,47%). Hasil analisa indeks biologi secara temporal, keanekaragaman (H’) larva ikan tertinggi ada di musim peralihan (1,742), nilai keseragaman (E) rendah (0,312) dan nilai dominansi 0,498. Secara spasial, keanekaragaman (H’) tertinggi terdapat di Legonboyo (1,294), Pulau Nyamuk (1,231) dan Pulau Kembar (0,947). Selama kegiatan penelitian berlangsung kualitas perairan suhu 28,5 o C - 31,14 o C; salinitas 29,5 o / oo - 34 o / ; pH 7,5 – 8; DO 3,37 ppt – 12,92 ppt; amonium 0,016 – 0,959 mg/L; Nitrat 0.003 – 0,877 mg/L; Nitrit 0,003 – 0,036 mg/L; Orthofosfat 0,000 – 0,089 mg/L; dan BOT air 0,088 – 244,932. Hasil analisa PCA (Principal Component Analysis) terhadap stasiun menunjukkan bahwa ditiap musimnya, ke 5 stasiun dikelompokkan menjadi 4 kelompok dengan ciri parameternya masing-masing. Parameter perairan nitrit hampir diseluruh lokasi penelitian dimusim barat menunjukkan korelasi negatif terhadap kelimpahan larva ikan.
Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...Mujiyanto -
Kawasan barat kepulauan karimunjawa memiliki ekosistem terumbu karang dalam kondisi baik. Hal ini menjadikan kawasan tersebut memiliki potensi besar dalam bidang sumberdaya perikanan. Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem yang berfungsi sebagai tempat mencari makan, tempat pembiakan dan pembesaran bagi berbagai macam organisme perairan terutama ikan. Ikan-ikan akan merasa nyaman berada di ekosistem terumbu karang disebabkan tersedianya makanan dalam jumlah yang banyak dan adanya perlindungan dari pemangsa sehingga ikan dapat berkembang biak dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komposisi dan kelimpahan telur serta larva ikan di perairan terumbu karang kawasan barat Kepulauan Karimunjawa Kabupaten Jepara. Pengumpulan data dilakukan pada Bulan Juni, September dan Desember 2012 dengan menyisir kolom perairan terumbu karang menggunakan larvanet mesh size 500µ yang ditarik kapal dengan kecepatan 2 knot selama 10 menit sejajar garis pantai. Hasil tangkapan selama penelitian didominasi oleh telur ikan 26856 butir (96,43%) sementara larva ikan yang tertangkap sebanyak 981 individu (3,57%) yang terdiri dari larva ikan non-ekonomis sebanyak 636 individu dari 18 famili (2,34%) dan larva ikan ekonomis sebanyak 287 individu (1,02%). Bulan September merupakan bulan puncak pemijahan dengan angka kelimpahan telur ikan berkisar 830 – 13326 ind/1000m3 dan kelimpahan larva ikan berkisar antara 14 – 366 ind/1000 m3
Monitoring Sebaran dan Tutupan Komponen Dasar Terumbu Karang Serta Identifikasi Batas Wilayah pada DPL (Daerah Perlindungan Laut) Desa Patikarya di Wilayah Kerja COREMAP II
Kabupaten Selayar
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliericeae) Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan Metode Longline di Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara (Monitoring Tahun ke-II)
Aspek biologi ikan juwi (selar boops) di area mangrove kepulauan karimunjawaMujiyanto -
Mangrove merupakan salah satu ekosistem yang memiliki fungsi ekologis penting dan kompleks serta menyediakan habitat bagi beragam biota aquatik, khususnya ikan. Penelitian dilakukan bulan Juni - Desember 2012 untuk menentukan bioekologi ikan Juwi (Selar boops). Pengambilan sampel dilakukan di bagian barat Kepulauan Karimunjawa yang memiliki ekosistem mangrove, dengan menggunakan gill net. Nilai hubungan panjang dan berat ikan Juwi (2.903) jantan dan (2.556) ikan betina, sesuai dengan hasil uji-t bahwa t-tabel > t-hitung, ikan Juwi bersifat isometrik dan faktor kondisi rata-rata jantan dan betina Juwi adalah 1.089 dan 0.507, berkategori seimbang. TKG ikan Juwi diperoleh I, II-IV, 17 ekor ikan betina ber-TKG IV dan 25 ekor untuk ikan jantan. Fekunditas ikan berkisar antara 327 - 623 butir pada TKG IV, dengan diameter telur menunjukkan pemijahan yang terjadi hanya satu kali dalam 1 (satu) musim. Hasil pengamatan terhadap nisbah kelamin ikan jantan dan betina adalah berbanding 1:1, menunjukkan kondisi seimbang. Ikan Juwi (S. boops) termasuk kategori ikan omnivora. faktor fisika kimia perairan masih dalam kondisi normal keberlangsungan hidup ikan Juwi.
Struktur komunitas sumber daya ikan demersal berdasarkan kedalaman perairan d...robert peranginangin
Informasi mengenai persebaran dan struktur komunitas sumber daya ikan demersal penting sebagai bahan masukan untuk pengelolaan perikanan demersal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat keanekaragaman dan persebaran sumber daya ikan demersal berdasarkan perbedaan kedalaman perairan, serta keterkaitannya dengan lingkungan. Penelitian dilaksanakan di Laut Cina Selatan pada bulan Mei sampai Juni 2015 dengan mengoperasikan alat tangkap pukat ikan di stasiun yang telah ditetapkan. Metode analisis keanekaragaman hayati ikan demersal menggunakan beberapa indeks ekologi yaitu indeks kekayaan jenis Margalef, indeks keanekaragaman Shannon-Wiener, indeks keseragaman Pielou, dan indeks dominansi Simpson. Nilai indeks ekologi tersebut kemudian dikaitkan dengan kondisi lingkungan, menggunakan analisis komponen utama. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kestabilan komunitas sumber daya ikan demersal semakin baik seiring dengan meningkatnya kedalaman. Kedalaman, suhu, dan salinitas merupakan parameter yang paling memengaruhi tingkat kekayaan jenis serta persebaran sumber daya ikan demersal, sedangkan persebaran kelimpahan ikan sangat terkait dengan oksigen terlarut dan kecerahan perairan. Implikasinya, kondisi lingkungan perairan sangat memengaruhi persebaran dan kelimpahan ikan demersal.
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty ex Silva (Rhodophyta, Soliericeae) Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan Di Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan,
Sulawesi Tenggara (Monitoring Tahun ke II)
STATUS PEMANFAATAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN IKAN HIAS ANGEL NAPOLEON Pomacanthus xanthometopon
DI SULAWESI SELATAN
Hasil penelitian ini menunujukkan bahwa kondisi tutupan karang di tiga lokasi menunjukkan kategori sedang sampai baik. Penelitian ini menunjukkan kelimpahan ikan injel napoleon tidak berkorelasi positif dengan tutupan karang hidup dengan tutupan karang hidup tetapi keberadaannya dipengaruhi oleh bentuk pertumbuhan karang yaitu di antara celah karang bercabang, submasive dan masive. Struktur ukuran ikan injel napoleon yang tertangkap masih muda, gonadnya belum berkembang. Hubungan panjang berat bersifat allometrik, kecepatan pertumbuhan lambat dengan panjang maksimum 41,7 cm pada umur 13 tahun. Status pemanfaatan ikan injel napoleon diduga telah melampaui hasil tangkapan lestari (MSY). Kurva penawaran injel napoleon melengkung membalik (backward bending supply curve) menunjukkan bahwa supplai semakin menurun walaupun harga ikan meningkat karena diduga stok semakin berkurang.
Paper Vertion: Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Serta Strategi Pengelolaannya...Mujiyanto -
Penelitian dilakukan di perairan Pulau Rakit dan Pulau Ganteng di perairan Teluk Saleh Nusa Tenggara Barat pada tahun 2005 dengan waktu pelaksanaan pada bulan Mei dan Oktber 2005. Berdasarkan informasi dari nelayan, terumbu karang di perairan Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat (NTB) sudah mengalami banyak kerusakan, terutama pada perairan yang dangkal yaitu pada kedalaman kurang dari 15 meter. Pengamatan dan perhitungan persentase penutupan karang dilakukan dengan menggunakan metode Line Intercef Transect (LIT). Kerusakan terumbu karang tersebut akibat dari kegiatan penangkapan ikan dengan cara-cara penangkapan yang tidak ramah lingkungan. Kondisi terumbu karang hidup pada kategori sedang, penutupan karang dalam kategori karang rusak. Adapun Strategi pengelolaan terumbu karang berdasarkan permasalah yang ditemukan di lokasi, secara garis besarnya adalah dengan memberdayakan masyarakat pesisir yang secara langsung bergantung pada pengelolaan terumbu karang, mengurangi laju degradasi kondisi terumbu karang yang ada pada saat ini serta mengelola terumbu karang berdasarkan karakteristik ekosistem, potensi, pemanfaatan dan status hukumnya.
Kepadatan dan stratifikasi komposisi sumber daya ikan demersal di Laut Cina S...robert peranginangin
Informasi distribusi kepadatan stok dan komposisi ikan demersal sangat penting untuk diketahui sebagai bahan masukan guna keberhasilan pengelolaan perikanan. Untuk itu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui komposisi, kepadatan stok dan sebaran sumber daya ikan demersal di Laut Cina Selatan. Penelitian dilaksanakan pada Mei sampai Juni 2015 dengan menggunakan scientific echosounder BIOSONICS DT-X dan frekuensi 120 KHz. Untuk verifikasi data akustik terutama komposisi jenis dilakukan pengoperasian trawl. Hasil penelitian menunjukkan komposisi jenis ikan demersal di Laut Cina Selatan meliputi 147 spesies dari 55 famili. Stratifikasi komposisi dikedalaman 20-30 m, 30-40 m, 40-50 m, 50-60 m, dan 60-70 m masing masing didominasi oleh ikan dari famili Leiognathidae, Lutjanidae, Nemipteridae, Tetraodontidae, dan Serranidae. Estimasi kepadatan stok sumber daya ikan demersal di Laut Cina Selatan berkisar antara 0,16 – 2,85 ton/km2 dengan rata-rata kepadatan 1,05 ton/km2.
Ikan karang mempunyai nilai dan arti yang sangat penting dari segi sosial ekonomi dan budaya, karena hampir sepertiga penduduk Indonesia yang tinggal di daerah pesisir menggantungkan hidupnya dari perikanan laut dangkal.
Kajian komunitas larva ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan pulau para...Mujiyanto -
Kawasan Pulau Parang adalah gugusan pulau di Kepulauan Karimunjawa yang memiliki ekosistem laut yang dinilai masih baik, salah satunya adalah ekosistem lamun yang memiliki fungsi sebagai daerah memijah, daerah asuhan dan daerah mencari makan bagi ikan-ikan di laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji komposisi, struktur komunitas juga keterkaitan antara faktor lingkungan dengan keberadaan larva ikan di ekosistem lamun di Kawasan Pulau Parang. Penelitian dilakukan di 5 lokasi di Kawasan Pulau Parang, yakni Legon Boyo, Watu Merah, Pulau Kumbang, Pulau Nyamuk dan Pulau Kembar. Sampling dilakukan pada bulan Juni 2012, September 2012 dan Desember 2012 sebagai perwakilan 3 musim laut, yaitu musim timur, musim peralihan dan musim barat. Sampling larva ikan menggunakan alat modifikasi dari bongonet dengan ukuran mata jaring 500 µm yang ditarik sejauh 50 m sejajar pantai. Larva ikan yang tertangkap selama penelitian sebanyak 375 individu, yang terdiri dari 14 famili dengan dominasi famili Gerreidae (68%), Gobiidae (10,13%), Labridae (8,27%), Blennidae (5,6%) dan Atherinidae (3,47%). Hasil analisa indeks biologi secara temporal, keanekaragaman (H’) larva ikan tertinggi ada di musim peralihan (1,742), nilai keseragaman (E) rendah (0,312) dan nilai dominansi 0,498. Secara spasial, keanekaragaman (H’) tertinggi terdapat di Legonboyo (1,294), Pulau Nyamuk (1,231) dan Pulau Kembar (0,947). Selama kegiatan penelitian berlangsung kualitas perairan suhu 28,5 o C - 31,14 o C; salinitas 29,5 o / oo - 34 o / ; pH 7,5 – 8; DO 3,37 ppt – 12,92 ppt; amonium 0,016 – 0,959 mg/L; Nitrat 0.003 – 0,877 mg/L; Nitrit 0,003 – 0,036 mg/L; Orthofosfat 0,000 – 0,089 mg/L; dan BOT air 0,088 – 244,932. Hasil analisa PCA (Principal Component Analysis) terhadap stasiun menunjukkan bahwa ditiap musimnya, ke 5 stasiun dikelompokkan menjadi 4 kelompok dengan ciri parameternya masing-masing. Parameter perairan nitrit hampir diseluruh lokasi penelitian dimusim barat menunjukkan korelasi negatif terhadap kelimpahan larva ikan.
Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...Mujiyanto -
Kawasan barat kepulauan karimunjawa memiliki ekosistem terumbu karang dalam kondisi baik. Hal ini menjadikan kawasan tersebut memiliki potensi besar dalam bidang sumberdaya perikanan. Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem yang berfungsi sebagai tempat mencari makan, tempat pembiakan dan pembesaran bagi berbagai macam organisme perairan terutama ikan. Ikan-ikan akan merasa nyaman berada di ekosistem terumbu karang disebabkan tersedianya makanan dalam jumlah yang banyak dan adanya perlindungan dari pemangsa sehingga ikan dapat berkembang biak dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komposisi dan kelimpahan telur serta larva ikan di perairan terumbu karang kawasan barat Kepulauan Karimunjawa Kabupaten Jepara. Pengumpulan data dilakukan pada Bulan Juni, September dan Desember 2012 dengan menyisir kolom perairan terumbu karang menggunakan larvanet mesh size 500µ yang ditarik kapal dengan kecepatan 2 knot selama 10 menit sejajar garis pantai. Hasil tangkapan selama penelitian didominasi oleh telur ikan 26856 butir (96,43%) sementara larva ikan yang tertangkap sebanyak 981 individu (3,57%) yang terdiri dari larva ikan non-ekonomis sebanyak 636 individu dari 18 famili (2,34%) dan larva ikan ekonomis sebanyak 287 individu (1,02%). Bulan September merupakan bulan puncak pemijahan dengan angka kelimpahan telur ikan berkisar 830 – 13326 ind/1000m3 dan kelimpahan larva ikan berkisar antara 14 – 366 ind/1000 m3
Monitoring Sebaran dan Tutupan Komponen Dasar Terumbu Karang Serta Identifikasi Batas Wilayah pada DPL (Daerah Perlindungan Laut) Desa Patikarya di Wilayah Kerja COREMAP II
Kabupaten Selayar
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliericeae) Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan Metode Longline di Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara (Monitoring Tahun ke-II)
Aspek biologi ikan juwi (selar boops) di area mangrove kepulauan karimunjawaMujiyanto -
Mangrove merupakan salah satu ekosistem yang memiliki fungsi ekologis penting dan kompleks serta menyediakan habitat bagi beragam biota aquatik, khususnya ikan. Penelitian dilakukan bulan Juni - Desember 2012 untuk menentukan bioekologi ikan Juwi (Selar boops). Pengambilan sampel dilakukan di bagian barat Kepulauan Karimunjawa yang memiliki ekosistem mangrove, dengan menggunakan gill net. Nilai hubungan panjang dan berat ikan Juwi (2.903) jantan dan (2.556) ikan betina, sesuai dengan hasil uji-t bahwa t-tabel > t-hitung, ikan Juwi bersifat isometrik dan faktor kondisi rata-rata jantan dan betina Juwi adalah 1.089 dan 0.507, berkategori seimbang. TKG ikan Juwi diperoleh I, II-IV, 17 ekor ikan betina ber-TKG IV dan 25 ekor untuk ikan jantan. Fekunditas ikan berkisar antara 327 - 623 butir pada TKG IV, dengan diameter telur menunjukkan pemijahan yang terjadi hanya satu kali dalam 1 (satu) musim. Hasil pengamatan terhadap nisbah kelamin ikan jantan dan betina adalah berbanding 1:1, menunjukkan kondisi seimbang. Ikan Juwi (S. boops) termasuk kategori ikan omnivora. faktor fisika kimia perairan masih dalam kondisi normal keberlangsungan hidup ikan Juwi.
Similar to TUGAS REVIEW ESDAL 4 habibulah.docx (20)
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...d1051231072
Lahan gambut adalah salah satu ekosistem penting di dunia yang berfungsi sebagai penyimpan karbon yang sangat efisien. Di Asia Tenggara, lahan gambut memainkan peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekologi dan ekonomi. Namun, seiring dengan meningkatnya tekanan terhadap lahan untuk aktivitas pertanian, perkebunan, dan pembangunan infrastruktur, degradasi lahan gambut telah menjadi masalah lingkungan yang signifikan. Degradasi lahan gambut terjadi ketika lahan tersebut mengalami penurunan kualitas, baik secara fisik, kimia, maupun biologis, yang pada akhirnya mengakibatkan pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer.
Lahan gambut di Asia Tenggara, khususnya di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia, menyimpan cadangan karbon yang sangat besar. Diperkirakan bahwa lahan gambut di wilayah ini menyimpan sekitar 68,5 miliar ton karbon, yang jika terlepas, akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca global.
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...muhammadnoorhasby04
Gas rumah kaca memainkan peran penting dalam mempengaruhi iklim Bumi melalui mekanisme efek rumah kaca. Fenomena ini alami dan esensial untuk menjaga suhu Bumi tetap hangat dan layak huni. Namun, peningkatan konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan praktik pertanian intensif, telah memperkuat efek ini, menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim yang signifikan.Pemanasan global membawa dampak luas pada berbagai aspek lingkungan, termasuk suhu rata-rata global, pola cuaca, kenaikan permukaan laut, serta frekuensi dan intensitas fenomena cuaca ekstrem seperti badai dan kekeringan. Dampak ini juga meluas ke ekosistem alami, menyebabkan gangguan pada habitat, distribusi spesies, dan interaksi ekologi, yang berdampak pada keanekaragaman hayati.
Untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh peningkatan gas rumah kaca dan perubahan iklim, upaya mitigasi dan adaptasi menjadi sangat penting. Langkah-langkah mitigasi meliputi transisi ke sumber energi terbarukan, peningkatan efisiensi energi, dan pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Di sisi lain, langkah-langkah adaptasi mencakup pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap cuaca ekstrem, pengelolaan sumber daya air yang lebih baik, dan perlindungan terhadap wilayah pesisir.Selain itu, mengurangi konsumsi daging, memanfaatkan metode kompos, dan pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap perubahan iklim adalah beberapa tindakan konkret yang dapat diambil untuk mengurangi dampak gas rumah kaca.Dengan pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme dan dampak dari efek rumah kaca, serta melalui kolaborasi global yang kuat dan langkah-langkah konkret yang efektif, kita dapat melindungi planet kita dan memastikan kesejahteraan bagi generasi mendatang.
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdfBrigittaBelva
Berada dalam kerangka Mata Kuliah Riset Periklanan, tim peneliti menganalisis penggunaan pendekatan "fear appeal" atau memicu rasa takut dalam kampanye #TogetherPossible yang dilakukan oleh World Wide Fund (WWF) untuk mengedukasi masyarakat tentang isu lingkungan.
Analisis dilakukan dengan metode kualitatif, meliputi analisis konten media sosial WWF, observasi, dan analisis naratif. Tidak hanya itu, penelitian ini juga memberikan strategi nyata untuk meningkatkan keterlibatan dan dampak kampanye serupa di masa depan.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...d1051231039
Lahan gambut merupakan salah satu ekosistem yang unik dan penting secara global. Terbentuk dari endapan bahan organik yang terdekomposisi selama ribuan tahun, lahan gambut memiliki peran yang sangat signifikan dalam menjaga keanekaragaman hayati, menyimpan karbon, serta mengatur siklus air. Kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya habitat, degradasi lingkungan, dan penurunan kesuburan tanah. Kerusakan lahan gambut di Indonesia telah meningkat seiring waktu, dengan laju deforestasi dan degradasi lahan gambut yang signifikan. Menurut data, sekitar 70% dari lahan gambut di Indonesia telah rusak, dan angka tersebut terus meningkat. Kerusakan lahan gambut memiliki dampak yang luas dan serius, tidak hanya secara lokal tetapi juga global. Selain menyebabkan hilangnya habitat bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang khas bagi ekosistem gambut, kerusakan lahan gambut juga melepaskan jumlah karbon yang signifikan ke atmosfer, berkontribusi pada perubahan iklim global.Kerusakan lahan gambut memiliki dampak negatif yang luas pada masyarakat, lingkungan, dan ekonomi. Dalam jangka panjang, kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya sumber daya alam, penurunan kesuburan tanah, dan peningkatan risiko bencana alam.
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistemd1051231041
Pirit merupakan zat di dalam tanah yang terbawa karena adanya arus pasang surut. Zat ini dapat membahayakan ekosistem sekitar apabila mengalami reaksi oksidasi dan penyebab utama mengapa tanah menjadi masam, karena mengandung senyawa besi dan belerang. Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis pembentukan, dampak, peran, pengaruh, hingga upaya pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan guna mengatasi masalah ekosistem yang terjadi.
Hasil dari #INC4 #TraktatPlastik, #plastictreaty masih saja banyak reaksi ketidak puasan, tetapi seluruh negara anggota PBB bertekad melanjutkan putaran negosiasi
berikutnya: #INC5 di bulan November 2024 di Busan Korea Selatan
Cerita sukses desa-desa di Pasuruan kelola sampah dan hasilkan PAD ratusan juta adalah info inspiratif bagi khalayak yang berdiam di perdesaan
.
#PartisipasiASN dalam #bebersihsampah nyata biarpun tidak banyak informasinya
1. TUGAS REVIEW JURNAL EKONOMI SUMBER DAYA ALAM
DAN LINGKUNGAN
DOSEN MATA KULIAH : Dr. Ir. Tavi Supriana, MS
OLEH
HABIBULAH
197039022
AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
2. REVIEW JURNAL
Pendugaan Stok Cumi-cumi Loligo sp. di Perairan Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan, Sulawesi Selatan, Indonesia
Stock Assessment of Squid Loligo sp. in Pangkajene and Kepulauan
Regency, South Sulawesi, Indonesia
Judul Pendugaan Stok Cumi-cumi Loligo sp. di Perairan Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan, Sulawesi Selatan, Indonesia
Jurnal Pengelolaan Perairan
Volume 1 (1) :14-30 Maret 2018 e-ISSN: 2620-6552
Tahun 2018
Penulis Susiana dan Rochmandy
Reviewer Habibulah
Tanggal 30 Oktober 2020
Abstrak Penelitian bertujuan untuk menganalisis tingkat produksi lestari
(maximum sustainable yield) dan upaya penangkapan optimum
cumi-cumi Loligo sp. di perairan Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan, Sulawesi Selatan, Indonesia. Penelitian dilakukan
pada bulan April sampai Mei 2013 dengan mengumpulkan data
produksi dan upaya tangkapan terhadap cumi-cumi menurut jenis
tangkapan dan alat tangkap, periode tahun 2005-2010. Data
diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Sulawesi
Selatan, Indonesia. Data produksi dan upaya penangkapan
dilakukan standarisasi, kemudian dilanjutkan analisis estimasi
potensi lestari menggunakan Model Schaefer dan Fox. Analisis
data dilakukan secara deskriptif komparatif. Hasil penelitian
menunjukkan Cumi-cumi di perairan Pangkajene dan Kepulauan
berdasarkan pendekatan model Schaefer diperoleh nilai estimasi
hasil tangkapan lestari sebesar 155,2326 ton per tahun, estimasi
3. upaya penangkapan optimum (Fopt) sebesar 12.140,8780 trip per
tahun. Berdasarkan pendekatan model Fox menunjukkan nilai
estimasi hasil tangkapan lestari sebesar 131,6589 ton per tahun,
estimasi upaya penangkapan optimum (Fopt) sebesar 9.255,0821
trip per tahun. Berdasarkan hal tersebut, penangkapan Cumi-
cumi di perairan Pengkajene dan Kepualaun belum mengalami
over fishing.
Pendahuluan Cumi-cumi (Loligo sp.) atau biasa dikenal sebagai squid
termasuk dalam kelompok hewan Cephalopoda (Boyle &
Rodhouse, 2005) filum Moluska (Roper et al., 1984). Cumi-cumi
merupakan hewan air penghuni semi pelagis atau demersal pada
daerah pantai dan paparan benua sampai kedalaman 400 m
(Boyle & Rodhouse, 2005). Pada umumnya cumi-cumi memiliki
rata-rata ukuran panjang mantel (ML) antara 20-25 mm,
walaupun ada yang berukuran lebih kecil dari itu (<10 mm) dan
tidak lebih dari satu meter (Hanlon & Messenger, 1988; Boyle &
Rodhouse, 2005). Namun demikian terdapat cumi-cumi raksasa
jenis Architeuthis princeps dengan panjang mantel hingga lebih
dari 15 m, dengan bobot mencapai 50-60 kg (Robson, 1933;
Stephen, 1961). Cumi-cumi raksasa (giant squid) (Roper & Boss,
1982) sering ditemukan di perairan Newfoundland dekat Grand
Banks (Robson, 1933; Aldrich, 1968, 1991; Brix, 1983).
Perairan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
(Pangkep), Propinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu
wilayah perairan yang berbatasan dengan Selat Makassar
memiliki potensi sumberdaya perikanan cukup tinggi (Susiana et
al., 2013, 2014, 2017; Rochmady & Susiana, 2014). Salah
satunya adalah potensi perikanan pelagis yakni cumi-cumi (Aras
& Hasmawati, 2016), sehingga wilayah perairan Pangkep
4. dikenal sebagai salah satu wilayah dengan penangkapan cumi-
cumi yang relatif tinggi (Omar, 2002; Aras & Hasmawati, 2016).
Pada musim tertentu, hasil tangkapan cumi-cumi mencapai 776,4
ton selama tahun 2005-2010 (Dinas Kelautan dan Perikanan,
2010).
Metode Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei
2013 dan bulan Juli sampai September 2017. Penelitian
pendugaan stok cumi-cumi difokuskan pada wilayah perairan
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), Sulawesi
Selatan, In donesia. Data diperoleh melalui Dinas Kelautan dan
Perikanan, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Sulawesi
Selatan, Indonesia berupa data produksi dan upaya penangkapan
cumi-cumi.
Analisis data dilakukan di Laboratorium Manajemen
Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,
Universitas Maritim Raja Ali Haji dan Laboratorium Perikanan,
Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Wuna Raha, Sulawesi Tenggara,
Indonesia.
Hasil dan pembahasan
penelitian
Penangkapan cumi-cumi di perairan Pangkajene dan
Kepulauan menggunakan jenis alat tangkap berupa dogol (beach
seine), pukat cincin (purse seine), jaring insang hanyut, jaring
insang tetap, jaring klitik (shrimp gill net), bagan perahu, bagan
tancap, pancing yang lain, sero, bubu, serok dan songko, pancing
cumi, alat penangkap teripang, jala tebar, garpu dan tombak, alat
penangkap kerang, dan perangkap lainnya (Dinas Kelautan dan
Perikanan, 2010). Hasil standarisasi alat tangkap pada Tabel 1-6
diketahui penangkapan cumi-cumi di perairan Pangkajene dan
Kepulauan menggunakan alat tangkap yang relatif beragam.
Namun jenis alat tangkap jaring insang tetap menjadi alat
5. tangkap dengan hasil penangkapan dominan dibanding jenis alat
tangkap lainnya.
Hasil tangkapan per unit upaya (CPUE) selama periode
tahun 2005-2010 mengalami fluktuasi (Tabel 7). Pada tahun
2009 dan 2010 mengalami penurunan yang cukup signifikan.
Data menunjukkan upaya penangkapan tahun 2007 sebesar
<8.000 trip jumlah hasil tangkapan hanya mencapai 74,3 ton.
Pada tahun 2008 upaya penangkapan mengalami peningkatan
dengan jumlah total upaya penangkapan sebesar 9.972 trip hasil
tangkapan yang diperoleh mencapai 104,4 ton. Peningkatan
jumlah upaya pada tahun berikutnya berdampak pada penurunan
hasil tangkapan dengan nilai CPUE dan Ln CPUE menjadi
semakin rendah (Tabel 7).
Upaya tangkap maksimum (Fopt) per tahun berdasarkan
model Schaefer sebesar 12.140,8780 trip. Hasil tangkapan
maksimum lestari (MSY) cumi-cumi sebesar 155,2326 ton.
Sementara itu, upaya tangkap maksimum (Fopt) per tahun model
Fox sebesar 9.255,0821 trip. Hasil tangkapan maksimum lestari
(MSY) sebesar 131,6589 ton. Tingkat pemanfaatan untuk tahun
2010 sebesar 96,6 ton dengan upaya penangkapan sebesar 14.588
trip.
Peningkatan jumlah satuan upaya penangkapan telah berdampak
pada terjadinya penurunan jumlah produksi cumi-cumi di
perairan Pangkajene dan Kepulauan selama periode tahun 2005-
2010. Penurunan produksi tangkapan cumi-cumi diduga kuat
lebih disebabkan oleh adanya peningkatan atau efisiensi jumlah
upaya penangkapan persatuan upaya. Jumlah satuan upaya
penangkapan selama kurun waktu tahun 2005– 2010 mengalami
penambahan tanpa mempertimbangkan daerah penangkapan
(Prasetyo et al., 2014), musim (Rosalina et al., 2011; Triharyuni
6. & Puspasari, 2016), dan penggunaan teknologi penangkapan
utamanya penggunaan cahaya lampu (Mulyawan et al., 2015).
Di Rembang, Jawa Tengah penangkapan cumi-cumi
tidak merata sepanjang tahun, namun pada bulan Juni dan
Nopember menjadi puncak penangkapan tertinggi selama
setahun (Triharyuni & Puspasari, 2016). Produksi cumi-cumi
bulan Juni mendekati 35.000 kg dari total produksi bulanan. Hal
yang sama terjadi di Sungailiat- Bangka dimana puncak musim
penangkapan cumi-cumi terjadi pada bulan April, Mei, Juni, dan
Oktober dengan nilai potensi lestari mencapai 207.635 kg per
tahun (Rosalina et al., 2011). Dengan demikian, peningkatan
produksi dan upaya penangkapan cumi- cumi di perairan
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan perlu mengoptimalkan
daerah penangkapan, musim, serta pemanfaatan teknologi
penangkapan (cahaya).
Kesimpulan Upaya penangkapan cumi-cumi di perairan Pangkajene
dan Kepulauan selama periode 2005-2010 belum mengalami
over fishing berdasarkan pendekatan model Schaefer, dengan
estimasi hasil tangkapan lestari (MSY) sebesar 155,2326 ton per
tahun dengan nilai estimasi Fopt 12.140,8780 trip per tahun.
Begitupula berdasarkan pendekatan model Fox menunjukkan
belum mengalami over fishing, nilai estimasi hasil tangkapan
lestari (MSY) sebesar 131,6589 ton per tahun dengan nilai
estimasi Fopt 9.255,0821 trip per tahun.
Kekuatan 1. Teori dan model analisis yang digunakan sangat tepat dengan
judul jurnal.
2. Hasil Penelitian yang didapat sangat jelas dan terperinci
dengan baik sehingga mudah untuk pahami.
7. 3. Penggunaan bahasa dilakukan oleh penulis sangat mudah
dimengerti.
kelemahan 1. Penulis kurang lengkap dalam menyimpulkan keseluruhan isi
dari jurnal.
2. Penggunaan pendukung teori masih menggunakan teori yang
lama, sebaiknya menggunakan teori yang terbaru.
3. Waktu penelitian yang sangat lama.
Daftar Pustaka Aldrich, F.A. 1968. The distribution of giant squids
(Cephalopoda, Archxteuthidae) in the North Atlantic and
particularly about the shores of Newfoundland. Sarsia.
34(1):393–398.
Aldrich, F.A. 1991. Some aspects of the systematics and biology
of squid of the genus Architeuthis based on a study of
specimens from Newfoundland waters. Bulletin of Marine
Science. 49(1–2):457–481.
Aras, M. & Hasmawati, 2016. Karakteristik substrat untuk
penempelan telur cumi-cumi di Pulau Pute Anging
Kabupaten Barru. Jurnal Galung Tropika. 5(1):1–7.
Arkhipkin, A.I., Gras, M. & Blake, A. 2015. Water density
pathways for shelf/slope migrations of squid Illex
argentinus in the Southwest Atlantic. Fisheries Research.
172:234–242.
Boyle, P. & Rodhouse, P. 2005. Cephalopods: Ecology and
Fisheries. cod.
Cephalopods: Ecology and Fisheries. Blackwell Science.,
London. 452 p.
Brix, O. 1983. Giant squids may die when exposed to warm water
currents. Nature.
303(5916):422–423.
de Araujo, C.C. & Gasalla, M.A. 2018. Distribution patterns of
8. loliginid squid paralarvae in relation to the oceanographic
features off the South Brazil Bight (22°-25°S). Fisheries
Oceanography. 27(1):63–75.
Dinas Kelautan dan Perikanan, 2010. Data Produksi Hasil
Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan. Pangkep.
Fitriani, F., Fendi, F. & Rochmady, R. 2017. Effect of inorganic
fertilizer (NPK+Silicate) with different dosage to
Skeletonema costatum density on hatchery of tiger shrimp.
Akuatikisle: Jurnal Akuakultur, Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil. 1(1):11–18.
Fox, W. 1974. An overview of production modelling. ICCAT.
1:142–156. Cambridge. Fox, W.W. 1970. An Exponential
Surplus-Yield Model for Optimizing Exploited Fish
Populations. Transactions of the American Fisheries Society.
99(1):80–88.
Goldman, L.J., Barnes, S.N. & Goldsmith, T.H. 1975.
Microspectrophotometry of rhodopsin and metarhodopsin
in the moth Galleria. The Journal of General Physiology.
66(3):383–404.
Gulland, J.A. 1983. Stock Assessment: Why? Vol.
759. FAO Fisheries. 18 p. Gulland, J.A. 1984. Advice
on target fishing rates. Fishbyte. 2(1):8–11.
Hanlon, R.T. & Messenger, J.B. 1988. Adaptive coloration in
young cuttlefish (Sepia officinalis L.): The morphology and
development of body patterns and their relation to
behaviour. Philosophical Transactions of the Royal Society
B: Biological Sciences. 320(1200):437–487.
Ilhamdi, H. & Yahya, M.F. 2017. Perikanan tradisional cumi-
cumi oleh nelayan Labuhan Deli (Belawan) di Perairan
Selat Malaka. Buletin Teknik Litkayasa Sumber Daya dan
Penangkapan. 15(1):1–4.
9. Jackson, G.D., Forsythe, J.W., Hixon, R.F. & Hanlon, R.T. 1997.
Age, growth, and maturation of Lolliguncula brevis
(Cephalopoda: Loliginidae) in the northwestern Gulf of
Mexico with a comparison of length-frequency versus
statolith age analysis. Canadian Journal of Fisheries and
Aquatic Sciences. 54(12):2907–2919.
Kekenusa, J.S. 2006. Pemodelan hasil tangkapan dan evaluasi
model produksi surplus ikan cakalang yang yertangkap di
perairan sekitar Bitung Provinsi Sulawesi Utara. Disertasi.
Universitas Airlangga., Surabaya. 96 p.
Kurniawan, Lestari, S. & Hanggita, S. 2012. Hidrolisis Protein
Tinta Cumi-cumi (Loligo sp) dengan Enzim Papain.
Fishtech. 1(1):41–54.
Mulyawan, Masjamir, & Andriani, Y. 2015. Pengaruh perbedaan
warna cahaya lampu terhadap hasil tangkapan cumi-cumi
(Loligo spp) pada Bagan Apung di Perairan Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Jurnal Perikanan
Kelautan. VI(21):116–124.
Omar, S.B.A. 2002. Biologi Reproduksi Cumi-Cumi
(Sepioteuthis lessoniana LESSON, 1830). Disertasi. Institut
Pertanian Bogor., Bogor. 237 p.
Pauly, D. 1979. Theory and management of tropical multispecies
stocks. ICLARM studies and reviews. 1(1):1–35.
Prasetyo, B.A., Hutabarat, S. & Hartoko, A. 2014. Sebaran
spasial cumi-cumi (Loligo spp.) dengan variabel suhu
permukaan laut dan klorofil-a data satelit modis aqua di
Selat Karimata Hingga Laut Jawa. Diponegoro Journal of
Maquares. 3(1):51–60.