Dokumen tersebut membahas pengertian helmintologi, yang merupakan ilmu yang mempelajari parasit berupa cacing. Helmin dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu nemathelminthes yang berbentuk bulat dan memiliki rongga tubuh, serta platyhelminthes yang terdiri atas trematoda berbentuk daun dan cestoda berbentuk pita bersegmen.
Paragonimus westermani adalah cacing parasit yang menginfeksi manusia dan mamalia. Hospes perantaranya adalah keong dan ketam air tawar, sementara hospes definitivenya adalah manusia dan mamalia pemakan ketam. Paragonimiasis disebabkan oleh cacing ini dan menyebabkan gejala batuk kering, sesak nafas, dan hemoragi paru. Diagnosis didasarkan pada temuan telur parasit dalam sputum atau tinja pasien.
Dokumen tersebut membahas tentang Trematoda Paru bernama Paragonimus westermani. Cacing ini termasuk kelas Trematoda yang menginfeksi paru-paru manusia dan hewan, menyebabkan penyakit Paragonimiasis. Spesies P. westermani merupakan agen penyebab utama infeksi ini.
Dokumen ini membahas tentang filum Platyhelmintes khususnya kelas Cestoda. Cestoda adalah kelas cacing pita yang memiliki tubuh pipih panjang seperti pita dan terdiri atas kepala, leher, dan segmen-segmen. Contoh cacing pita yang parasit pada manusia adalah Taenia solium dan Taenia saginata. Siklus hidup cacing pita dimulai dari telur yang dikeluarkan bersama tinja inang, lalu menginfect inang baru dan
Dokumen tersebut membahas pengertian helmintologi, yang merupakan ilmu yang mempelajari parasit berupa cacing. Helmin dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu nemathelminthes yang berbentuk bulat dan memiliki rongga tubuh, serta platyhelminthes yang terdiri atas trematoda berbentuk daun dan cestoda berbentuk pita bersegmen.
Paragonimus westermani adalah cacing parasit yang menginfeksi manusia dan mamalia. Hospes perantaranya adalah keong dan ketam air tawar, sementara hospes definitivenya adalah manusia dan mamalia pemakan ketam. Paragonimiasis disebabkan oleh cacing ini dan menyebabkan gejala batuk kering, sesak nafas, dan hemoragi paru. Diagnosis didasarkan pada temuan telur parasit dalam sputum atau tinja pasien.
Dokumen tersebut membahas tentang Trematoda Paru bernama Paragonimus westermani. Cacing ini termasuk kelas Trematoda yang menginfeksi paru-paru manusia dan hewan, menyebabkan penyakit Paragonimiasis. Spesies P. westermani merupakan agen penyebab utama infeksi ini.
Dokumen ini membahas tentang filum Platyhelmintes khususnya kelas Cestoda. Cestoda adalah kelas cacing pita yang memiliki tubuh pipih panjang seperti pita dan terdiri atas kepala, leher, dan segmen-segmen. Contoh cacing pita yang parasit pada manusia adalah Taenia solium dan Taenia saginata. Siklus hidup cacing pita dimulai dari telur yang dikeluarkan bersama tinja inang, lalu menginfect inang baru dan
Dokumen tersebut membahas tentang Taenia solium, yaitu cacing pita yang parasit pada manusia. Cacing dewasa hidup di usus manusia sedangkan bentuk larvanya atau sistiserkus dapat ditemukan pada jaringan tubuh manusia maupun babi. Siklus hidupnya melibatkan manusia sebagai inang definitif dan babi sebagai inang perantara. Gejala infeksi oleh T. solium berkisar dari nyeri perut hingga komplik
Dokumen tersebut membahas tentang ciri-ciri dan contoh-contoh cacing dalam dua kelas, yaitu Nematoda dan Achantocepala. Cacing-cacing tersebut memiliki bentuk tubuh bulat, tidak beruas-ruas, dan memiliki saluran pencernaan sempurna dengan mulut dan anus. Contoh nematoda adalah Enterobius vermicularis, Ascaris lumbricoides, Ancylostoma duodenale, dan Wuchereria brancrofti, sedangkan contoh a
Trematoda adalah filum platyhelminthes yang memiliki alat pengisap untuk menempel pada inang. Cacing ini bersifat parasit dengan daur hidup kompleks melibatkan dua inang. Contohnya adalah cacing hati Fasciola Hepatica yang hidup di hati sapi dan domba. Cacing ini memiliki tubuh tanpa sisik dengan alat isap di sekitar mulut.
Nematoda adalah cacing gelang yang hidup di darat, air tawar, air laut, dan daerah kutub hingga tropis. Mereka memiliki sistem pencernaan yang lengkap dan sistem saraf yang lebih baik dari platyhelminthes. Beberapa contoh nematoda adalah ascariasis, cacing tambang, cacing krem, dan cacing filaria.
Lalat tse tse merupakan vektor penular penyakit tidur Afrika. Lalat betina menyebarkan parasit Trypanosoma melalui gigitan, menularkan penyakit berbahaya ini pada manusia dan hewan. Siklus hidupnya meliputi telur, larva, pupa, dan dewasa. Lalat tse tse betina menularkan parasit Trypanosoma melalui gigitan, menyebabkan penyakit tidur Afrika pada manusia.
1. Helmintologi adalah ilmu yang mempelajari cacing parasit.
2. Helmint dibagi menjadi 3 filum yaitu Nemathelminthes, Platyhelminthes, dan Annelida.
3. Masing-masing filum memiliki ciri khas tubuh dan cara reproduksi. Nemathelminthes bersifat silindris, Platyhelminthes bersifat pipih, dan Annelida bersifat bersegmen.
Alat kelamin jantan dan betina pada cacing dan bagaimana profesi pada sel apiZakir Ahmed
Dokumen tersebut membahas tentang alat kelamin jantan dan betina pada cacing serta bentuk peralihan cacing pita. Secara singkat, cacing pita memiliki organ reproduksi jantan dan betina pada setiap segmen tubuhnya. Bentuk peralihan cacing pita meliputi sistiserkus, sistiserkoid, strobiloserkus, multisep, ekinokokus, dan tetratridium.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai tiga filum utama dalam platyhelminthes yaitu turbellaria, trematoda, dan cestoda. Mencakup ciri-ciri umum dan contohnya, serta siklus hidup beberapa jenis parasit tertentu seperti taenia dan fasciola hepatica.
Cacing pita memiliki tubuh pipih dan tersegmentasi, hidup sebagai parasit di saluran pencernaan hewan vertebrata. Cacing pita bereproduksi secara seksual di setiap segmen tubuhnya dan menyebarkan telur melalui feses inangnya. Siklus hidup cacing pita melibatkan telur, larva, dan bentuk dewasa.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai empat jenis nematoda parasit manusia yaitu Loa loa, Trichuris trichiura, Necator americanus, dan Ascaris lumbricoides. Ketiga nematoda tersebut memiliki siklus hidup yang melibatkan manusia sebagai inang definitif dan tanah atau vektor sebagai inang perantara, serta dapat menyebabkan penyakit seperti loaiasis, trikhuriasis, necatoriasis, dan askariasis.
Platyhelminthes adalah kelas cacing pipih yang memiliki ciri-ciri tubuh pipih tanpa tulang dan kaki. Terdiri dari 3 kelompok utama yaitu Turbellaria, Trematoda, dan Cestoda. Turbellaria seperti Planaria bergerak menggunakan bulu getar, Trematoda seperti Fasciola adalah parasit hati, sedangkan Cestoda seperti pita berkembang biak dengan cara memisahkan proglotid yang berisi telur. Siklus hidupny
Dokumen tersebut membahas tentang Taenia solium, yaitu cacing pita yang parasit pada manusia. Cacing dewasa hidup di usus manusia sedangkan bentuk larvanya atau sistiserkus dapat ditemukan pada jaringan tubuh manusia maupun babi. Siklus hidupnya melibatkan manusia sebagai inang definitif dan babi sebagai inang perantara. Gejala infeksi oleh T. solium berkisar dari nyeri perut hingga komplik
Dokumen tersebut membahas tentang ciri-ciri dan contoh-contoh cacing dalam dua kelas, yaitu Nematoda dan Achantocepala. Cacing-cacing tersebut memiliki bentuk tubuh bulat, tidak beruas-ruas, dan memiliki saluran pencernaan sempurna dengan mulut dan anus. Contoh nematoda adalah Enterobius vermicularis, Ascaris lumbricoides, Ancylostoma duodenale, dan Wuchereria brancrofti, sedangkan contoh a
Trematoda adalah filum platyhelminthes yang memiliki alat pengisap untuk menempel pada inang. Cacing ini bersifat parasit dengan daur hidup kompleks melibatkan dua inang. Contohnya adalah cacing hati Fasciola Hepatica yang hidup di hati sapi dan domba. Cacing ini memiliki tubuh tanpa sisik dengan alat isap di sekitar mulut.
Nematoda adalah cacing gelang yang hidup di darat, air tawar, air laut, dan daerah kutub hingga tropis. Mereka memiliki sistem pencernaan yang lengkap dan sistem saraf yang lebih baik dari platyhelminthes. Beberapa contoh nematoda adalah ascariasis, cacing tambang, cacing krem, dan cacing filaria.
Lalat tse tse merupakan vektor penular penyakit tidur Afrika. Lalat betina menyebarkan parasit Trypanosoma melalui gigitan, menularkan penyakit berbahaya ini pada manusia dan hewan. Siklus hidupnya meliputi telur, larva, pupa, dan dewasa. Lalat tse tse betina menularkan parasit Trypanosoma melalui gigitan, menyebabkan penyakit tidur Afrika pada manusia.
1. Helmintologi adalah ilmu yang mempelajari cacing parasit.
2. Helmint dibagi menjadi 3 filum yaitu Nemathelminthes, Platyhelminthes, dan Annelida.
3. Masing-masing filum memiliki ciri khas tubuh dan cara reproduksi. Nemathelminthes bersifat silindris, Platyhelminthes bersifat pipih, dan Annelida bersifat bersegmen.
Alat kelamin jantan dan betina pada cacing dan bagaimana profesi pada sel apiZakir Ahmed
Dokumen tersebut membahas tentang alat kelamin jantan dan betina pada cacing serta bentuk peralihan cacing pita. Secara singkat, cacing pita memiliki organ reproduksi jantan dan betina pada setiap segmen tubuhnya. Bentuk peralihan cacing pita meliputi sistiserkus, sistiserkoid, strobiloserkus, multisep, ekinokokus, dan tetratridium.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai tiga filum utama dalam platyhelminthes yaitu turbellaria, trematoda, dan cestoda. Mencakup ciri-ciri umum dan contohnya, serta siklus hidup beberapa jenis parasit tertentu seperti taenia dan fasciola hepatica.
Cacing pita memiliki tubuh pipih dan tersegmentasi, hidup sebagai parasit di saluran pencernaan hewan vertebrata. Cacing pita bereproduksi secara seksual di setiap segmen tubuhnya dan menyebarkan telur melalui feses inangnya. Siklus hidup cacing pita melibatkan telur, larva, dan bentuk dewasa.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai empat jenis nematoda parasit manusia yaitu Loa loa, Trichuris trichiura, Necator americanus, dan Ascaris lumbricoides. Ketiga nematoda tersebut memiliki siklus hidup yang melibatkan manusia sebagai inang definitif dan tanah atau vektor sebagai inang perantara, serta dapat menyebabkan penyakit seperti loaiasis, trikhuriasis, necatoriasis, dan askariasis.
Platyhelminthes adalah kelas cacing pipih yang memiliki ciri-ciri tubuh pipih tanpa tulang dan kaki. Terdiri dari 3 kelompok utama yaitu Turbellaria, Trematoda, dan Cestoda. Turbellaria seperti Planaria bergerak menggunakan bulu getar, Trematoda seperti Fasciola adalah parasit hati, sedangkan Cestoda seperti pita berkembang biak dengan cara memisahkan proglotid yang berisi telur. Siklus hidupny
Makalah ini membahas tentang Echinococcus granulosus dan siklus hidupnya. E. granulosus adalah cacing pita patogen yang menyebabkan penyakit hidatidosis. Cacing dewasa hidup di usus anjing dan telurnya bisa menginfeksi manusia. Di dalam tubuh manusia, telur akan berkembang menjadi kista yang dapat tumbuh besar di organ dalam seperti hati dan paru-paru. Untuk mencegah penularan, perlu menjaga kebersi
Dokumen tersebut membahas tentang Platyhelminthes (Cacing Pipih) yang merupakan filum hewan triploblastik yang paling sederhana. Platyhelminthes dibagi menjadi 3 kelas, yaitu Turbellaria, Trematoda, dan Cestoda. Platyhelminthes umumnya bersifat parasit pada manusia dan hewan.
Platyhelminthes dan Nematoda adalah dua filum yang membahas tentang cacing pipih dan cacing silinder. Platyhelminthes memiliki 4 kelas dan hidup di sungai, danau, laut atau sebagai parasit. Nematoda memiliki ukuran 1 mm hingga lebih dari 1 m, memiliki sistem pencernaan lengkap, dan bereproduksi secara seksual.
Dokumen tersebut membahas tentang berbagai jenis arthropoda seperti lalat, tuma, kecoa yang dapat menyebarkan penyakit. Arthropoda tersebut dapat menjadi vektor penyakit seperti disentri, tifus, kolera karena membawa bibit penyakit dari sampah, kotoran, dan makanan terkontaminasi. Upaya pencegahan meliputi pembersihan lingkungan dan penanggulangan sarang-sarangnya.
Dokumen tersebut membahas tentang filum Aschelminthes yang merupakan kelompok cacing benang/gelang tanpa segmen. Aschelminthes dapat hidup bebas atau bersifat parasit. Terdapat dua kelas utama yaitu Nematoda dan Nematomorpha. Beberapa contoh siklus hidup cacing seperti Ascaris lumbricoides, Enterobius vermicularis, dan Wuchereria bancrofti dijelaskan. Aschelminthes dapat menyebabkan berbagai penyak
Dokumen tersebut membahas tentang beberapa topik parasitologi veteriner, termasuk endoparasit seperti Balantidium coli, Entamoeba histolytica, Babesia sp, serta hubungan ekologi antara parasit dan inangnya seperti mutualisme, komensalisme, dan parasitisme.
Modul ini membahas parasitologi khususnya tentang helmintiasis. Terdapat penjelasan tentang pengertian helmintologi, klasifikasi cacing, gangguan yang ditimbulkan nematoda (cacing bulat) seperti Ascaris lumbricoides, Ancylostoma braziliense, dan Trichuris trichiura, serta gangguan yang ditimbulkan trematoda dan cestoda (cacing pipih). Modul ini bertujuan memberikan pemahaman tentang klasifikasi, siklus hidup, infeksi dan pence
Modul ini membahas parasitologi khususnya tentang helmintiasis. Terdapat penjelasan tentang pengertian helmintologi, klasifikasi cacing ke dalam nematoda dan platyhelminthes, gangguan yang ditimbulkan oleh nematoda seperti Ascaris lumbricoides, Ancylostoma sp., dan Trichuris trichiura, serta gambaran umum tentang siklus hidup, gejala, diagnosis, dan pencegahannya.
Laporan praktikum ini membahas pengamatan morfologi dan telur 6 spesies cacing parasit yaitu Ascaridia galli, Ascaris lumbricoides, Enterobius vermicularis, Taenia saginata, Raillietina tetragona, dan Fasciola hepatica. Hasilnya menunjukkan perbedaan warna, ukuran, bentuk bibir, ekor, tubuh, dan kelamin antara nematoda, cestoda, dan trematoda.
Dokumen tersebut membahas tentang tiga filum utama cacing, yaitu Platyhelmintes, Nemathelmintes, dan Annelida. Filum Platyhelmintes mencakup cacing pipih seperti Planaria dan cacing isap hati, sedangkan Nemathelmintes berisi cacing gilig seperti Ascaris yang menginfeksi usus manusia.
Tubuh manusia dan makhluk hidup lain terdiri dari sel sebagai unit terkecil. Sel tidak dapat dilihat langsung oleh mata namun dapat diamati menggunakan mikroskop karena ukurannya sangat kecil, yaitu antara 5-15 mikron. Sel bergabung membentuk jaringan, organ, dan sistem organ untuk menjalankan fungsi hidup.
4. •
Cestoda (Cacing Pita) terlihat secara morfologi: Tubuhnya terdiri dari rangkaian segmensegmen yang masing-masing disebut Proglottid. Kepala disebut Skoleks dan memiliki
alat isap (Sucker) yang memiliki kait (Rostelum) terbuat dari kitin.
•
Pembentukan segmen (segmentasi) pada cacing pita disebut Strobilasi.
•
Tubuhnya Cacing pita (Cestoda) memiliki tubuh bentuk pipih, panjang antara 2-3 m dan
terdiri dari bagian kepala (skoleks) dan tubuh (strobila).
•
Kepala (skoleks) dilengkapi dengan lebih dari dua alat pengisap. Sedangkan setiap
segmen yang menyusun strobila mengandung alat perkembangbiakan. Makin ke
posterior segmen makin melebar dan setiap segmen (proglotid) merupakan satu individu
dan bersifat hermafrodit.
•
Cacing ini biasanya hidup sebagai parasit dalam usus vertebrata dan tanpa alat
pencernaan.
5. Hospes dan Nama penyakit
Hospes defenitif: manusia
Hospes
perantara:
memamabiak
Bovidae,
dari
seperti
hewan
keluarga
sapi
dan
kerbau.
Nama
saginata
penyakit:
Taeniasis
Taenia Saginata
6. Distribusi Geografis
Cacing tersebut adalah kosmopolit, di
dapatkan
di
Eropa,
Tengah,
Afrika,
Asia,
Timur
Amerika
Utara, Amerika Latin, Rusia, dan juga
Indonesia, yaitu daerah Bali, Jakarta dan
lain-lain.
7. Morfologi
a. Cacing dewasa
Panjang badan dapat mencapai 4–12 meter.
Terbagi atas kepala (skolek), leher dan proglotid-proglotid.
Skolek berukuran 1–2 mm, memiliki 4 batil isap tanpa kait.
Jlh proglotid antara 1000–2000buah, trdiri atas proglotid immature, mature & gravid.
Proglotid mature terlihat struktur kelamin seperti folikel testis yang berjumlah 300 –
400 buah tersebar di bidang dorsal dan ovarium.
Ovarium terdiri dari 2 lobus letaknya di 1/3 bagian posterior proglotid.
Uterus di bagian anterior proglotid, pada proglotid gravid uterus akan membentuk
percabangan berjumlah 15–30 cabang.
8. b. Telur
Bentuk bulat.
Ukuran
30–40
x
20–30
mikron.
Telur dibungkus
embriofor.
Dinding tebal, bergaris radier.
Berisi
embrio heksakan atau
onkosfer.
Telur Taenia saginata
9.
10.
11. b. Pengobatan
1. Obat tradisional: biji labu merah,
biji pinang.
2. Obat lama : kuinakrin,
niklosamid
3. Obat baru : prazikuantel &
albendazol
12.
13. Hospes & Nama Penyakit
Hospes defenitif: Manusia
Hospes perantara: Manusia&
babi
Nama penyakit: Taeniasis
solium
(dewasa), Sistiserkosis (larva
)
Habitat:
Usus
halus
(dewasa),
jar
subkutis, mata, otak, hati, paru
,
otot jantung, rongga perut.
14. Distribusi Geografis
Penyebaran T. solium bersifat
kosmopolit, terutama di negara2 yg
mempunyai banyak peternakan babi &
di
tempat
daging
dikonsumsi
babi
seperti
banyak
di
eropa, USA, RRC, India, dan Amerika
latin. Penyakit ini tdk pernah ditemukan
di negara Islam. Kasus taeniasis juga
ditemukan pd beberapa wilayah di
Indonesia,
antara
lain
Jaya, Bali, dan Sumatera Utara.
Irian
15.
16. Keterangan:
Telur → termakan oleh hospes → embrio keluar dari telur → menembus
dinding usus → saluran getah bening/darah → tersangkut diotot hospes →
larva sistiserkus → daging hospes dimakan manusia (dinding kista dicerna) →
skoleks mengalami eviginasi → melekat pd dinding usus halus → dewasa (3
bulan) → melepas proglotid dengan telur.
Patologi dan Gejala Klinis
Cacing dewasa yg berjumlah seekor tidak menyebabkan
gejala klinis. Bila
ada, dapat berupa nyeri ulu hati, mencret, mual, obstipasi dan sakit kepala.
Gejala klinis yg sering diderita, disebabkan oleh larva (sistiserkosis), infeksi ringan
tidak menunjukkan gejala, kecuali yang dihinggapi merupakan alat tubuh yang penting.
Pada
manusia,
sistiserkus
sering
menghinggapi
otak, otot, otot jantung, hati, paru dan rongga perut.
subkuti,
mata,
jaringan