1. Masyarakat Lamaholot meyakini keberadaan Tuhan yang disebut Lera Wulan Tana Ekan, yang merujuk kepada matahari dan bulan serta bumi.
2. Lera Wulan dan Tana Ekan tidak dapat dipisahkan dan merupakan simbol Tuhan yang transenden dan imanen.
3. Masyarakat Lamaholot menghormati alam sebagai penjelmaan Tuhan dan memandang Tuhan sebagai pencipta dan penyelenggara kehid
Masa berburu dan Meramu (mengumpulkan makanan) SejarahSafira Safitri
1.Perkembangan politik
Mereka hidup berkelompok dan sudah memiliki pemimpin
Pemimpin mereka sangat dihormati dan di taati.
Sudah ada pembagian tugas, bagi pria bertugas berburu. Bagi wanita bertugas mencari buah buahan dan mengurus anak
Pemimpin dipilih berdasar kesanggupan melindungi kelompok
2.Kehidupan Sosial
Telah mengenal kehidupan kelompok. Jumlah anggota dalam tiap kolompok sekitar 10-15 orang.
Hidup selalu berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lainnya.
Hubungan antara anggota kelompok sangat erat.
3.Perkembangan Ekonomi
Mencari makanan hanya untuk kelangsungan hidupnya.
Hasil burunya dibawa ke gua.
Belum mengenal distribusi hasil buruannya.
Setelah kawasan tidak lagi mampu memenuhi kebutuhannya mereka pindah.
Setelah di temukan alat batu dan tulang hidupnya lebih efektif dan efisien.
Mulai menggunakan mata panah, bilah, dan sudip dalam berburu sehingga tidak perlu banyak orang lagi.
Menggunakan anjing untuk membantu kegiatan berburu.
4.Kegiatan Ekonomi
Masyarakat prasejarah masa berburu dan mengumpulkan makanan masih sangat bergantung kepada alam lingkungan. Untuk memenuhi kebutuhan, mereka menggunakan apa saja yang tersedia di sekitar mereka, tanpa mengolah lebih lanjut.
Kebutuhan akan makanan dipenuhi dengan cara berburu dan mengumpulkan bahan yang bisa dimakan. Mereka berburu binatang dalam hutan, menangkap ikan, mencari kerang dan siput di laut atau sungai. Mereka mengumpulkan umbi-umbian, daun-daunan, dan biji-bijian di lingkungan sekitar.
5.Kebutuhan akan tempat tinggal dipenuhi dengan cara membuat tempat berlindung dan daun-daunan. Pada perkernbangan berikutnya, mereka menghuni gua-gua.
Mereka memilih tempat tinggal yang dekat dengan sumber air atau sungai yang terdapat sumber makanan. Tempat tersebut akan ditinggalkan dan pindah ke tempat baru, apabila tidak tersedia lagi sumber makanan.
6.SISTEM KEPERCAYAAN
Munculnya kepercayaan dilatarbelakangi oleh kesadaran adanya jiwa yang abstrak. Dalam pemikiran manusia, jiwa ditransformasikan sebagai makhluk halus atau roh halus, yang biasa dijadikan objek pemujaan.
7.Hasil Kebudayaan
memiliki kemampuan membuat peralatan dari batu, kayu, maupun tulang dalam upaya membantu mempermudah melakukan pekerjaannya.
Peralatan yang digunakan sangat sederhana.
Mereka telah mengenal api untuk memasak ataupun mengusir binatang buas.
dari sisi komunikasi, mulai menggunakan bahasa yang masih sangat sederhana
Masa berburu dan Meramu (mengumpulkan makanan) SejarahSafira Safitri
1.Perkembangan politik
Mereka hidup berkelompok dan sudah memiliki pemimpin
Pemimpin mereka sangat dihormati dan di taati.
Sudah ada pembagian tugas, bagi pria bertugas berburu. Bagi wanita bertugas mencari buah buahan dan mengurus anak
Pemimpin dipilih berdasar kesanggupan melindungi kelompok
2.Kehidupan Sosial
Telah mengenal kehidupan kelompok. Jumlah anggota dalam tiap kolompok sekitar 10-15 orang.
Hidup selalu berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lainnya.
Hubungan antara anggota kelompok sangat erat.
3.Perkembangan Ekonomi
Mencari makanan hanya untuk kelangsungan hidupnya.
Hasil burunya dibawa ke gua.
Belum mengenal distribusi hasil buruannya.
Setelah kawasan tidak lagi mampu memenuhi kebutuhannya mereka pindah.
Setelah di temukan alat batu dan tulang hidupnya lebih efektif dan efisien.
Mulai menggunakan mata panah, bilah, dan sudip dalam berburu sehingga tidak perlu banyak orang lagi.
Menggunakan anjing untuk membantu kegiatan berburu.
4.Kegiatan Ekonomi
Masyarakat prasejarah masa berburu dan mengumpulkan makanan masih sangat bergantung kepada alam lingkungan. Untuk memenuhi kebutuhan, mereka menggunakan apa saja yang tersedia di sekitar mereka, tanpa mengolah lebih lanjut.
Kebutuhan akan makanan dipenuhi dengan cara berburu dan mengumpulkan bahan yang bisa dimakan. Mereka berburu binatang dalam hutan, menangkap ikan, mencari kerang dan siput di laut atau sungai. Mereka mengumpulkan umbi-umbian, daun-daunan, dan biji-bijian di lingkungan sekitar.
5.Kebutuhan akan tempat tinggal dipenuhi dengan cara membuat tempat berlindung dan daun-daunan. Pada perkernbangan berikutnya, mereka menghuni gua-gua.
Mereka memilih tempat tinggal yang dekat dengan sumber air atau sungai yang terdapat sumber makanan. Tempat tersebut akan ditinggalkan dan pindah ke tempat baru, apabila tidak tersedia lagi sumber makanan.
6.SISTEM KEPERCAYAAN
Munculnya kepercayaan dilatarbelakangi oleh kesadaran adanya jiwa yang abstrak. Dalam pemikiran manusia, jiwa ditransformasikan sebagai makhluk halus atau roh halus, yang biasa dijadikan objek pemujaan.
7.Hasil Kebudayaan
memiliki kemampuan membuat peralatan dari batu, kayu, maupun tulang dalam upaya membantu mempermudah melakukan pekerjaannya.
Peralatan yang digunakan sangat sederhana.
Mereka telah mengenal api untuk memasak ataupun mengusir binatang buas.
dari sisi komunikasi, mulai menggunakan bahasa yang masih sangat sederhana
Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam
Materi Hakikat Manusia Menurut Islam
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Jakarta
Perkembangan masyarakat dan kerajaan pada masa hindu budhaahmad arif
Sesuai dengan namanya, power point ini berisi tentang perkembangan masyarakat Indonesia pada masa hindu-budha baik saat agama hindu / budha datang ke Indonesia.
PPT ini juga menjelaskan tentang kerajaan Hindu Budha di Indonesia.
jika ada yang salah di PPT ini silahkan tulis di komentar/comment
Sejarah Indonesia | Pedagang, Penguasa, Pujangga pada Masa Klasik (Hindu-Buddha) kelas X.
Pembahasan mengenai Kerajaan Kutai dan Tarumanegara.
| X MIA 6 | Foursma |
Pancasila sebagai sumber hukum dasar negara indonesiaNena Puji
Pancasila sebagai sumber hukum dasar negara Indonesia maksudnya adalah pancasila dijadikan sumber dalam pembuatan peraturan perundang-undangan di bawahnya
Kerajaan Kediri merupakan salah satu Kerajaan Hindu dan kerajaan besar di jawa timur yang berdiri pada abad ke-12. Kerajaan ini merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Kuno. Pusat Kerajaannya terletak di tepi Sungai Brantas yang pada masa itu telah menjadi jalur pelayaran yg ramai.
TUGAS AKHIR YESUS DALAM BUDAYA MASYARAKAT KEPULAUAN TANIMBAR PROVINSI MALUKU ...Andre Ohoirat
Artikel ini dibuat untuk memenuhi Tugas akhir Yesus dalam Budayaku untuk perkuliahan Kristologi Dasar ampuan Dr. Bernardus Agus Rukiyanto, Sj, Program Studi Pendidikan Agama Katolik,Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Catatan Penulis : Biijaklah jika ingin mengutipnya, saya tahu jika kalian merupakan mahasiswa juga sekaligus sebagai pewarta yang Cerdas dan Humanis. Harapan saya,kalian dapat menghargai hasil karya dan jerih payah orang lain.
Tuhan Memberkati.
Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam
Materi Hakikat Manusia Menurut Islam
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Jakarta
Perkembangan masyarakat dan kerajaan pada masa hindu budhaahmad arif
Sesuai dengan namanya, power point ini berisi tentang perkembangan masyarakat Indonesia pada masa hindu-budha baik saat agama hindu / budha datang ke Indonesia.
PPT ini juga menjelaskan tentang kerajaan Hindu Budha di Indonesia.
jika ada yang salah di PPT ini silahkan tulis di komentar/comment
Sejarah Indonesia | Pedagang, Penguasa, Pujangga pada Masa Klasik (Hindu-Buddha) kelas X.
Pembahasan mengenai Kerajaan Kutai dan Tarumanegara.
| X MIA 6 | Foursma |
Pancasila sebagai sumber hukum dasar negara indonesiaNena Puji
Pancasila sebagai sumber hukum dasar negara Indonesia maksudnya adalah pancasila dijadikan sumber dalam pembuatan peraturan perundang-undangan di bawahnya
Kerajaan Kediri merupakan salah satu Kerajaan Hindu dan kerajaan besar di jawa timur yang berdiri pada abad ke-12. Kerajaan ini merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Kuno. Pusat Kerajaannya terletak di tepi Sungai Brantas yang pada masa itu telah menjadi jalur pelayaran yg ramai.
TUGAS AKHIR YESUS DALAM BUDAYA MASYARAKAT KEPULAUAN TANIMBAR PROVINSI MALUKU ...Andre Ohoirat
Artikel ini dibuat untuk memenuhi Tugas akhir Yesus dalam Budayaku untuk perkuliahan Kristologi Dasar ampuan Dr. Bernardus Agus Rukiyanto, Sj, Program Studi Pendidikan Agama Katolik,Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Catatan Penulis : Biijaklah jika ingin mengutipnya, saya tahu jika kalian merupakan mahasiswa juga sekaligus sebagai pewarta yang Cerdas dan Humanis. Harapan saya,kalian dapat menghargai hasil karya dan jerih payah orang lain.
Tuhan Memberkati.
ILMU CORO Manusia memiliki naluri atau menjadi krodratnya yaitu adanya rasa kasih sayang. mengenai rasa kasih yang merupakan di berikan oleh ALLAH SWT terutama manusia, serta ALLAH SWT pada hakekatnya juga maha kasih sayang terhadap semua makhluk ciptaanya terlebih kepada manusia, bahkan kasih sayang yang ada pada ALLAH SWT tanpa pamrih, tanpa mengharap imbalan dalam arti kasih sayang yang benar tulus dan melebihi dari segalanya ke pada semua makhluk yang telah di ciptakanya terutama terhadap makhluk yang bernama manusia. Mengenai kasih sayang ALLAH SWT terhadap makhluknya hal ini terbukti banyak hampir semua pada makhluk hidup walaupun dia tidak meminta rezeki namun tetap bisa makan untuk bertahan hidup dan itu juga berlaku pada manusia banyak manusia yang lupa serta tidak bersyukur akan tetapi malah banyak rezeki hidup enak dan berfoya foya. Dari adanya itu semua dan itu merupakan contoh atau sebagian kecil dan masih banyak lagi bahkan sangatlah berlimpah yang menunjukan sebagai bukti kasih sayang ALLAH SWT yang tulus dan tanpa pamrih. Sehingga bagi kita sebagai manusia yang paling sempurna paling mulia melebihi makhluk hidup lainya, sangat di anjurkan serta di wajibkan untuk dapat memiliki rasa kasih sayang yang tulus tanpa pamrih dari hati terhadap sesama bahkan semua makhluk hidup yang terdapat di alam semesta ini, dengan harapan menggapai kasih sayang ALLAH SWT.
Mengenai kasih sayang di amanahkan atau di amanatkan dan menjadi naluri tertanam di dalam hati pada manusia sehingga dari itu semua adanya kasih sayang dalam implementasi mengarah cenderung wajib hukumnya bahkan untuk kasih sayang bersifat tulus, murni, ikhlas tanpa imbalan dan itu tertuju tidak sesama manusia melainkan ke semua makhluk hidup di alam semesta ini. Namun kalau melihat keadaan, kondisi yang terjadi pada saat sekarang ini untuk kasih sayang yang seperti di atas yang kami uraikan diatas kalau boleh kami mengatakan sangat miris dan memperihatinkan banyak orang atau manusia yang rasa kasih sayangnya sangat jauh atau sangat jarang yang memiliki kasih sayang benar benar yang murni, tanpa mengharap imbalan dan yang terjadi kasih sayangnya karena memiliki kepentingan karena terdapat maksud di balik kasih mereka. Adapun untuk saat ini hampir sebagian besar untuk kasih sayan yang di miliki pada manusia di penuhi modus di balik itu, ada kepentingan di dalamnya tidak hanya sesama manusia, juga terhadap mankhluk hidup lainya bahkan terhadap ALLAH SWT banyak pamrih yang mengharap imbalan darinya. adanya kasih sayang tulus pada manusia yang sekarang ini sudah mulai menghilang dan untuk mengingatkan kita sebagai manusia agar dapat memperoleh kasih sayang yang tulus tanpa sarat, untuk dapat dikembangkan sesuai dengan pengembangan karen amstrong dalam bukunya di bagi menjadi 12 langkah kasih sayang manusia menurut karen amstrong.
Untuk lebih jelasnya di https://ilmucoro.blogspot.com/2021/06/theori-langkah-kebertuhanan-manusia.html
Pengertian statistika, pengertian dan kegunaan statistik, pengertian populasi dan sampel, macam-macam data, jenis-jenis tabel. macam-macam diagram (batang, lingkaran, garis, gambar), histogram, polygon frekuensi dan kurva ogive. mean data tunggal dan data kelompok, median data tunggal dan data kelompok, modus data tunggal dan data kelompok, kuartil, desil, persentil. jangkauan, simpangan rata-rata, simpangan baku, jangkauan semi antarkuartil, nilai standar (Z-score), koefisien variasi.
Buku Matematika SMP Kelas VIII - Endah Budi RahajuWatowuan Tyno
Kebutuhan masyarakat akan buku referensi yang memenuhi Standar. Isi yang telah ditetapkan pemerintah. Disamping itu, buku ini juga bermaksud untuk memenuhi tuntutan pemerintah dalam rangka penyedian buku bermutu sesuai standar yang telah ditetapkan oleh BSNP.
Buku ini berisi tujuh bab yaitu: bab 1 tentang Faktorisasi bentuk aljabar, bab 2 tentang Relasi dan fungsi, bab 3 tentang Persamaan Garis Lurus, bab 4 tentang Sistem Persamaan Linier Dua Variabel, bab 5 tentang Teorema Pythagoras, bab 6 tentang Lingkaran dan bab 7 tentang Bangun Datar Sisi Datar. Disamping mempertimbangkan Standar Isi, urutan bab memperhatikan hierarki materi. Tiap bab dibagi menjadi beberapa subbab. Banyak subbab sesuai dengan keluasan dan kedalaman materi yang dituntut oleh Sandar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Untuk mempelajari buku ini, ikutilah mulai uraian bagian awal hingga bagian akhir secara berurutan. Tidak disarankan siswa langsung mempelajari rangkuman pada bagian akhir bab tanpa mempelajari bagian awal. Hal itu dikarenakan banyak bagian yang harus diikuti, dilakukan siswa untuk membangun suatu konsep. Lakukanlah kegiatan baik itu berupa kerja kelompok maupun Kegiatan Lab Mini untuk dapat memperdalam pengetahuanmu tentang suatu konsep. Lab Mini disusun untuk memberikan
pengalaman pada siswa untuk dapat menduga, menganalisis data, menyimpulkan dan mengkonstruksi suatu ide. Setelah mempelajari tiap subbab, ujilah pemahamanmu dengan mengerjakan soal latihan. Setelah mempelajari suatu bab cobalah uji pemahamanmu dengan mengerjakan soal evaluasi bab. Kerjakan soal evaluasi secara mandiri terlebih dahulu (jangan melihat kunci
awaban terlebih dahulu). Setelah kamu mengerjakan, cocokkan hasil pekerjaanmu dengan kunci atau petunjuk pengerjaan yang terdapat di bagian akhir buku ini.
Lakukanlan refleksi dari kegiatan belajarmu, baik yang terkait dengan diri kamu sendiri maupun yang terkait dengan pembelajaran yang dilakukan Bapak/Ibu gurumu.
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA BI...Watowuan Tyno
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA BIDANG STUDI MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMPN 1 ADONARA BARAT KABUPATEN FLORES TIMUR
Kampung Keluarga Berkualitas merupakan salah satu wadah yang sangat strategis untuk mengimplementasikan kegiatan-kegiatan prioritas Program Bangga Kencana secara utuh di lini
lapangan dalam rangka menyelaraskan pelaksanaan program-program yang dilaksanakan Desa
1. EKSISTENSI ALLAH MENURUT MASYARAKAT LAMAHOLOT
(* Lera Wulan- Tana Ekan *)
Oleh : Yoseph Yapi Taum
I. PENDAHULUAN
Pengalaman beragama setiap daerah berbeda karena latar budaya yang
beraneka ragam itu mempunyai cara pengungkapan yang berbeda-beda tentang
wujud tertinggi atau yang Ilahi. Cara serta simbol yang dipakai memang berbeda-beda,
namun esensi dari pengungkapan itu ialah bahwa “yang Ilahi” itu adalah
kudus, suci dan sakral[1]. Ketiga kata inilah yang paling mendekati ciri khas
pengalaman beragama.
Sebutan atau nama yang dikatakan pada sesuatu itu sungguhlah bermakna.
Demikian pun masyarakat Flores Timur yang menyatu dalam satu rumpun budaya
Lamaholot[2] mengenali Allah sehingga sampai pada pemahaman mereka akan
adanya Allah dengan sebutan ”Lera Wulan Tana Ekan ”.
Ungkapan ini sungguh mendarah daging dalam diri setiap warga
Lamaholot, yang diakui sebagai ”Yang Kudus, Suci dan Sakral”. Dengan
ungkapan ini, pemahaman mereka tentang Allah itu penuh rahasia dan tidak
terbatas kesempurnaannya. Namun yang ”Ilahi” itu mereka alami di dalam dan
melalui pengalaman tentang dunia yang mereka kenal. Yang Ilahi dapat kita alami
melalui hal-hal alamiah atau duniawi namun sifatnya tidaklah duniawi. Ini
terbukti dari sifat hormat dan sembah sujud terhadapNya.
Berdasarkan kenyataan inilah kami mencoba menggambarkan dan
menganalisa secara kritis mengenai “EKSISTENSI ALLAH BAGI
MASYARAKAT LAMAHOLOT” dalam ungkapan “LERA WULAN TANA
EKAN”.
[1] Lambert Doni Watun. Majalah Flobamora (Pematangsiantar: ([tanpa
penerbit]), 1996), hlm.16.
[2] Lamaholot berasal dari dua kata, yakni Lama dan Holot. Lama artinya
kasta dan Holot berkembang dari kata Zelot yang berarti kuningan emas. Jadi
Lamaholot berarti kasta emas. Kasta yang tinggi dan tidak bisa dipandang rendah.
2. Kami pun menyadari tulisan kami ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu dengan hati yang terbuka, kami menerima kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca yang budiman.
II. SEKILAS LETAK GEOGRAFIS KABUPATEN FLORES TIMUR
Kabupaten Flores Timur terbentuk bersamaan dengan terbentuknya
propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang adalah hasil pemekaran dari Sunda
Kecil, sekitar 50 tahun yang lalu. Seperti yang digambarkan oleh namanya,
kabupaten ini terletak di ujung timur Pulau Flores. Awalnya, kabupaten ini terdiri
dari daratan Pulau Flores bagian timur, Pulau Adonara, Pulau Solor, dan Pulau
Lembata. Beberapa tahun yang lalu, Lembata menjadi Kabupaten sendiri.
Walaupun demikian, kesatuan keempat daratan ini masih terasa sampai saat ini.
Ibu Kota kabupaten Flores Timur adalah Larantuka, sebuah kota
pelabuhan kecil sejak abad XV yang terletak pada 8,4 derajat lintang selatan dan
123 derajat bujur timur. Sisi selatan kota ini langsung turun ke laut, sedangkan
utara langsung mendaki Gunung Mandiri. Masyarakat yang mendiami kabupaten
ini adalah masyarakat Lamaholot hampir di semua desa dan kampung di
kabupaten ini. Sedangkan Larantuka, kota kabupaten, sebagian besar didiami oleh
masyarakat Melayu. Selain di kota Larantuka, masyarakat terakhir (Melayu) ini
berdiam pula di Desa Wureh dan Desa Konga.
III. LERA WULAN TANA EKAN
Sebelum mengenal agama-agama besar seperti; Agama Islam, Kristen,
Hindu dan Budha, orang Lamaholot sudah mengenal Tuhan. Agama suku dan
agama asli mengakui adanya Tuhan yang diyakini secara turun-temurun sejak
zaman purba dan masih diakui sampai sekarang. Orang Lamaholot meyakini
bahwa keberadaan manusia serta alam semesta merupakan hasil ciptaan dari suatu
kekuatan Mahabesar dan Mahadahsyat yang berada di luar dirinya.[3] Orang
lamaholot menyebut kekuatan itu dengan nama Lera Wulan Tana Ekan.
[3] Rofinus Nara Kean, dkk, Selayang Pandang Budaya Lamaholot (Larantuka:
Offcet CV. Jovi Stender, 2008), hlm. 9.
3. Kepercayaan masyarakat Lamaholot mengenai ungkapan Lera Wulan
Tana Ekan ini berkaitan erat dengan pengalaman hidup mereka yang selalu
berhubungan langsung dengan alam, maka untuk mengetahuinya secara lebih
mendalam, ungkapan tersebut dijelaskan dalam empat kelompok besar, yakni apa
itu Lera Wulan?Apa itu Tanah Ekan? Apa hubungan antara Lera Wulan dan Tana
Ekan? Serta apa sifat-sifat dari Lera Wulan Tana Ekan itu sendiri.
3.1 Lera Wulan
Secara harafiah Lera Wulan terdiri dari dua kata yakni; Lera yang berarti
Matahari, dan Wulan yang berarti Bulan. Penamaan ini mempunyai pemahaman
bahwa Sang Ilahi itu adalah “Yang Maha Tinggi”. Ia berada di atas segala
ciptaanNya, pemberi terang dan kehidupan yang tak terbatas. Hidup manusia ada
dalam lindungan dan penyelenggaraan-Nya. Dasarnya matahari dan bulan adalah
yang menyinari bumi dan memberi kehidupan pada manusia dan segala tumbuhan
yang menjadi sumber makanan manusia.[4]
Matahari dan Bulan juga menjadi patokan perhitungan waktu setiap hari,
karena masyarakat Lamaholot waktu itu belum mengenal alat pengukur waktu
seperti jam. Bagi mereka bulan merupakan sarana perhitungan musim yang tepat
untuk menghitung waktu bagi penanaman tumbuhan, perhitungan hari baik dan
tidak, perhitungan pasang-surut air laut untuk pergi mencari ikan serta
perhitungan untuk mengadakan ritus-ritus untuk menghormati Lera Wulan-Tana
Ekan atau “wujud tertinggi”. Tanpa matahari dan bulan kehidupan tidak akan
berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini tampak dalam ungkapan “ Lera Wulan
nein morit kame” (matahari dan bulan memberikan kehidupan kepada kami).[5]
Lera Wulan adalah benda langit (matahari dan bulan) yang berada jauh di
tempat tinggi, dan tidak dapat dijangkau oleh indera manusia. Sesungguhnya, hal
ini mengandung makna bahwa Tuhan itu berada di tempat yang tinggi, tidak dapat
dijangkau oleh akal manusia dan mesti diberi tempat tertinggi di atas segala
sesuatu yang lain. Dalam percakapan sehari-hari, bila orang menyebut Lera
[4] Lambert Doni Watun Majalah..., hlm.17.
[5] Lambert Doni Watun, Majalah..., hlm.17.
4. Wulan, orang selalu menunjukkan jarinya ke atas langit. Penunjukan jari ini
melambangkan bahwa Tuhan itu berada di atas atau berada di tempat yang tinggi.
Lera Wulan juga merupakan sumber terang dan ia adalah terang itu
sendiri. Ia menerangi bumi dan alam semesta. Tanpa terang yang dipancarkan
oleh matahari pada siang hari dan bulan pada malam hari, kehidupan di bumi tak
dapat berjalan dengan baik. Dalam konteks ini, dapatlah dikatakan bahwa Tuhan
itu adalah sumber kehidupan.[6] Dari langit, turunlah berkat bagi kehidupan di
dunia. Berkat itu hadir dalam bentuk hujan, angin, embun, pergantian musim, dan
lain sebagainya. Kedudukan Tuhan yang tinggi ini, mengandung makna bahwa
Tuhan adalah pemberi hidup sekaligus menjadi penyelenggara kehidupan di bumi.
Dialah penguasa langit dan bumi, penguasa alam semesta.
3.2 Tana Ekan
Secara harafiah Tana Ekan terdiri dari dua kata yakni Tana berarti “tanah”
dan Ekan berarti “lahan”. Jadi Tana Ekan berarti bumi atau jagat raya. Bumi
adalah tempat di mana manusia berpijak dan melangsungkan hidupnya. Tanah
adalah bagian kehidupan mereka yang tak dapat dipisahkan. Boleh dikatakan
tanpa bumi atau Tana Ekan manusia takkan pernah ada. Manusia hanya ada kalau
ada bumi, karena bumi adalah tempat di mana manusia berpijak.[7]
Menurut pemahaman masyarakat Lamaholot, Tana Ekan juga memberikan
perlindungan kepada mereka karena jika bumi itu marah maka semua yang ada
akan mati, misalnya; jika terjadi gempa atau bencana alam lainnya. Karena itu
mereka selalu mengadakan ritus-ritus untuk menjaga dan menghormati Tana
Ekan. Pemahaman akan perlindungan Tana Ekan ini terdapat dalam ungkapan
“Tana Ekan liko lapak kame” (Tana Ekan memberikan perlindungan kepada
kami).[8]
Tana Ekan adalah tempat hidup semua makhluk ciptaan manusia yang
berada dekat dan bersama manusia. Simbolisasi ini mengandung makna bahwa
selain berada di tempat yang tinggi dan jauh dari manusia, tapi Dia juga dekat.
[6] Rofinus Nara Kean, dkk, Selayang..., hlm. 10-11.
[7] Lambert Doni Watun, Majalah..., hlm.17.
[8] Lambert Doni Watun, Majalah..., hlm.17.
5. Dia tak terjangkau oleh indera manusia tetapi menjangkaui manusia sebab
keberadaan-Nya dekat dan bersama manusia. Tana Ekan menerima berkat yang
turun dari langit. Dia juga menyediakan segala sesuatu untuk memenuhi
kebutuhan hidup dan kesejahteraan manusia.[9]
3.3 Hubungan antara Lera Wulan dan Tana Ekan (Lera Wulan-Tana Ekan)
Ungkapan Lera Wulan dan Tana Ekan ini tak dapat dipisahkan atau tak
dapat berdiri sendiri. Keduanya menjadi satu kesatuan yang utuh. Dalam
pemahaman inilah maka simbol atau cara membahasakan Wujud Tertinggi tidak
hanya disebut Lera Wulan atau Tana Ekan sendiri atau secara terpisah-pisah,
tetapi keduanya harus disatukan agar memiliki makna yang utuh mengenai Wujud
Tertinggi itu. Ungkapan Lera Wulan Tana Ekan ini tersirat juga makna imanensi
dan transeden sang Ilahi. Bagi masyarakat Lamoholot Allah selain jauh
(transenden) dan Mahadahsyat tetapi juga dekat dan akrab dengan manusia
(imanen).[10]
Transenden itu terdapat dalam ungkapan nama Lera Wulan sebagai
matahari dan bulan yang ada jauh di atas bumi yang dimengerti bahwa matahari
dan bulan tak henti-hentinya memberikan sinarnya kepada manusia. Mereka
(matahari dan bulan) tak pernah berhenti memberikan kehidupan bagi manusia
meskipun berada di tempat yang jauh. Hal ini dapat disimak dalam ungkapan
”Allah teti kowa lolon, niku kame maan sare-sare (Allah yang berdiam di atas
awan, semoga melihat kami dengan baik-baik). Ketransendenan Allah ini juga
menunjukkan kemahadahsyatan Allah yang tak terhampiri, tapi dapat dialami dan
dirasakan. Kedahsyatan Allah itu terdapat pada matahari yang dapat memberikan
panasnya yang sangat panas sehingga membawa kematian bagi segala kehidupan
di bumi ini.
Allah dalam pemahaman masyarakat Lamaholot selain dilihat sebagai
Allah yang jauh dan Mahadahsyat, juga Allah itu begitu dekat dengan manusia.
[9] Rofinus Nara Kean, dkk, Selayang..., hlm.11.
[10] Lambert Doni Watun, Majalah..., hlm.18-19.
6. Kedekatan dan keakraban Allah dengan manusia itu terdapat dalam ungkapan
nama Allah Tana Ekan. Tanah yang menjadi tempat pijakan manusia, tempat
manusia melangsungkan hidupnya, tempat manusia mencari dan mengusahakan
kehidupan adalah simbol Allah yang dekat dan selalu menyediakan segala sesuatu
demi hidup manusia. Manusia menjadi begitu dekat dengan Allah dan dapat
berkomunikasi denganNya lewat memelihara alam dan lingkunganNya. Oleh
karena itu, alam sangat dihormati oleh mereka. Mereka menganggap bahwa alam
dengan segala isinya merupakan pengejawantaan wujud tertinggi. Mungkin secara
kritis kita mengatakan bahwa pemahaman masyarakat Lamaholot itu jatuh pada
pantheisme (paham yang mengatakan bahwa segala sesuatu adalah Tuhan).
Lera Wulan Tana Ekan telah menjadi simbol dari pencipta dan
penyelenggara kehidupan, kekuatan terbesar, dan terdahsyat. Lamaholot
berkeyakinan bahwa Lera Wulan Tana Ekan berada dengan sendirinya dan tak
berkesudahan. Keyakinan ini nampak dalam ungkapan: Bego naen puken take-weli
ekan miten pai. Bego rupan tala ladon, Lera gere (munculnya tak bersumber,
dari alam gelap, munculnya bagai cahaya bintang, matahari terbit). [11]
3.4 Sifat-Sifat Lera Wulan Tana Ekan
Setiap aktivitas orang-orang Lamaholot senantiasa terpaut dengan sifat-sifat
Tuhan atau Lera Wulan Tana Ekan. Adapun sifat-sifat Tuhan dalam nuansa
ke-Lamaholotan itu antara lain sebagai berikut:
a) Ehan Tou (Tuhan Maha Esa)
Orang Lamaholot memahami Lera Wulan Tana Ekan sebagai
Mahapencipta satu-satunya. Dia yang Maha Esa telah menciptakan alam semesta
termasuk manusia. Manusia diciptakan oleh Dia yang Maha Esa dan diutus oleh-
Nya untuk memanfaatkan dan merawat alam semesta. Oleh karena itu, sebagai
wujud rasa syukur dan terima kasih kepada yang Maha Esa itu, manusia tidak
diperkenankan menyembah yang lain selain kepada yang Maha Esa itu.
[11] Rofinus Nara Kean, dkk, Selayang..., hlm. 12-15.
7. Hanya Dialah yang patut disembah oleh karena keEsaan, kebesaran dan
keagunganNya (kaka belen ama yoga atau kaka belen ama blolan). Hanya
namaNyalah yang patut dimuliakan (Lera Wulan narane poton pana, Tana Ekan
makene sogan gawe). Manusia harus menjunjung tinggi kebesaranNya dan
merendahkan diri di hadapanNya (hunge baat-tonga blolo koon Lera Wulan Tana
Ekan. Lugu rere-maan onem sare-moon Lera Wulan Tana Ekan).
b) One Naen Waibanu Matik Naen Selan Tapo (Tuhan Mahakasih)
Orang Lamaholot sadar dan tahu bahwa Tuhan telah menyerahkan seluruh
alam ciptaan-Nya, bumi dan segala isinya, kepada manusia untuk dikelola dan
dimanfaatkan untuk kelangsungan hidup manusia. Betapa besar belas kasih Tuhan
kepada manusia.
Atas dasar sifat Mahakasih itu, manusia selalu mengadakan hubungan
dengan Lera Wulan Tana Ekan untuk memohon keselamatan, kesejukan dan
kedamaian. Permohonan ini patut dialamatkan kepada-Nya sebab Lera Wulan
Tana Ekan adalah sumber kesejukan, keselamatan dan kedamaian (gelete, gluor-gelete
pelumut-gelete owa). Dialah tempat manusia memperoleh kesehatan yang
baik, hasil kerja yang baik, kesejahteraan dan kebahagiaan.
Lera Wulan Tana Ekan menjadi tempat manusia mencari perlindungan
(liko lapak) karena Dialah satu-satunya pelindung agung bagi manusia dan
seluruh alam (bliko ina, blapak ama). Pada Dialah manusia mengharapkan agar
segala bencana dan malapetaka, baik berasal dari alam maupun karena ulah
manusia dan tipu daya setan dapat di jauhkan.
Lera Wulan-Tana Ekan juga menjadi tempat manusia menyampaikan
keluh kesahnya (prudut proin). Segala suka dan duka serta semua kebutuhan
hidup manusia di sampaikan kepadaNya agar Ia menurunkan pertolongan. Dalam
Dia dan bersama Dia, segala kesulitan bisa diatasi.
c) Hube Naen, Galat Kae (Tuhan Yang Mahakuasa)
Hidup dan mati manusia berada di tangan Tuhan. Kapan, di mana dan
bagaimana kematian mendatangi seseorang, hanya Tuhanlah yang tahu dan hanya
Dialah yang mengaturnya. Dia menjadi awal dan akhir dari kehidupan seorang
8. manusia. Atas dasar kepercayaan bahwa karena Tuhan yang memberi hidup, maka
ketika seseorang meninggal, orang-orang Lamaholot mengatakan Lera Wulan guti
apan atau Lera Wulan mayaro (Tuhan mengambilnya kembali atau Tuhan
memanggilnya kembali).
d) Noon Tilun Noon Matan (Tuhan Mahatahu)
Tuhan mengetahui pikiran, perkataan dan perbuatan manusia. Ada dua
konsekuensi dari kemahatahuan Tuhan ini; pertama, Dia akan memberikan
ganjaran atau pembalasan atas perbuatan baik manusia. Manusia yang berbuat
sesuai dengan kehendak Tuhan akan memperoleh rahmat dariNya. Kedua, atas
perbuatan tidak baik, Tuhan akan memberikan hukuman atau kutukan yang
langsung dialami manusia dalam hidupnya dan di akhirat nanti. Rahmat atau
anugerah yang diberikan Tuhan kepada manusia yang baik hidupnya nampak
dalam hal memperoleh penghasilan yang baik-murah rezeki, kesehatan yang baik,
umur yang panjang, keturunan yang berhasil, dan lain sebagainya. Sedangkan
hukuman atau kutukan dari Tuhan nampak dalam hal-hal seperti; tidak
memperoleh penghasilan yang baik, sakit, tidak dikaruniakan keturunan, ditimpa
bencana alam, serangan hama, kematian yang tidak wajar, dan lain
sebagainya.[12]
IV. PEMAHAMAN ORANG LAMAHOLOT MENGENAI LERA WULAN
TANA EKAN
4.1 Kepercayaan Masyarakat Lamaholot Zaman Dahulu
Pada zaman dahulu masyarakat Lamaholot sudah meyakini dan percaya
akan adanya Allah, tetapi mereka tidak sanggup mengungkapkan adanya Allah
itu. Mereka menyebut nama wujud tertinggi itu dengan simbol Lera Wulan Tana
Ekan. Tanda kehadiran Wujud Tertinggi itu mereka imani lewat Nuba Nara[13].
Nuba Nara ini sebagai perantara antara Allah dan manusia.
[12] Rofinus Nara Kean, dkk, Selayang..., hlm. 12-15.
[13] Secara etimologis Nuba Nara berasal dari kata Tubak dan Tarak.
Tubak artinya menikam atau jatuh tertikam dari atas, dan Tarak artinya tertikam,
mengarah ke tempat datangnya tikaman atau dari mana datangnya kejatuhan. Dari
9. Nuba Nara adalah satu onggokan batu-batu kecil, sebesar kepalan tangan
yang bundar dan licin yang terletak di depan korke[14], dan berada di tengah-tengah
pelataran tempat orang menari dan membawakan persembahan[15]. Nuba
Nara ini sebagai tempat tinggal Lera Wulan Tana Ekan. Batu Nuba Nara serta
tempat di sekitarnya harus bersih dari rerumputan. Orang tidak boleh
menghinanya dengan perkataan dan perbuatan, serta tidak boleh menginjak-injaknya.
Semua anggota suku, dari yang tertua sampai yang terkecil, harus hadir
di depan batu Nuba Nara pada perayaan pesta-pesta Korke. Pada setiap pesta yang
lain pun, batu-batu Nuba Nara harus mendapat bagiannya karena diyakini bahwa
batu tersebut seperti orang tua yang melahirkan kita.
Jadi Nuba Nara menurut pandangan orang Lamaholot dulu yang belum
mengenal gereja adalah sebagai tempat suci di mana mereka dapat menyampaikan
permohonan, misalnya; mendatangkan hujan, supaya panenan berhasil, terhindar
dari gangguan hidup, terhindar dari penyakit dan lain-lain yang berkaitan dengan
membangun rumah, terhindar dari bencana alam yang merugikan hidup mereka
dan menang dari perang. Namun selain itu juga berupa ucapan syukur seperti
ucapan syukur atas keberhasilan panenan, sembuh dari sakit, menang dari perang
serta syukur atas terselenggaranya pesta adat, dan lain-lain. Dalam setiap doa yang
diucapkan para tua adat dan masyarakat lain, doa-doa yang di dalamnya terdapat
kalimat Lera Wulan Tana Ekan selalu didendangkan seperti berikut: Lera Wualan
Tana Ekan nein kame kuat kemuha, ti kame akena goka pewaletem pi raran ni.
Naku jaga gerihan kame ti kame akena berarakem, noon nein kame rezeki limpah
sini dapat dimengerti bahwa jurusan datangnya tikaman adalah langit, surga;
sedangkan tempat tikaman atau tujuan tikaman adalah bumi/dunia. Nuba adalah
surga yang menjatuhkan diri, turun ke dalam dunia; Nara adalah surga yang
tinggal tertanam dalam dunia dan menjadi satu dengan dunia. Nuba Nara juga
mengungkapkan keterpisahan surga dan bumi.hal ini terbaca dalam koda atau
ungkapan adat (sabda): Lera Wulan gikat teti lodo hau,Tana Ekan tama lali gere
haka. Taan one tou kirin ehan, puin taan ro uin na, gahan taan ro kahana (surga
turun dari atas, bumi naik dari bawah, menjadi satu hati, satu kata, satu ikat, satu
berkas, tak terurai, tak terpisah-pisahkan.)
[14] Korke berarti rumah adat masyarakat Lamaholot.
[15] Paul Arndt, Agama Asli Di Kepulauan Solor (Maumere: Puslit
Candradity,2009), hlm.170.
10. de aya, ti kame bisa moripem pi tana lolon ni. (Lera Wulan Tana Ekan berikan
kami kekuatan, supaya kami tidak jatuh dalam pencobaan dalam hidup ini. Tapi,
lindungilah kami selalu agar kami tidak sakit, dan berikanlah kami selalu rezeki
yang limpah, agar kami bisa hidup di dunia ini).
4.2 Kepercayaan Masyarakat Lamaholot Setelah Masuknya Agama Katolik
Kekristenan yang berkembang pada masyarakat Lamaholot ini
sesungguhnya ditenun dari suatu proses sejarah yang panjang dalam bingkai
waktu dan kompleksitas budaya umat dan masyarakat. Tapi penyebaran itu
tidaklah gampang menghadapi masyarakat Lamaholot yang sudah mendarah
daging dengan adat yang dihidupi mereka. Sejalan dengan pergantian waktu, para
misionaris memperkenalkan Agama Katolik lewat katekese-katekese, dan mulai
membaptis masyarakat Lamaholot untuk masuk Katolik. Dalam pengajaran, para
misionaris tidak menolak kepercayaan Allah lewat ungkapan Lera Wulan Tana
Ekan. Malahan mereka mendukung kepercayaan itu dengan mengatakan bahwa
Allah itu Maha tinggi seperti “Lera Wulan” dan sekarang Allah juga ada di bumi
dekat dengan kita seperti “Tana Ekan”. Pengalaman di hadapan Nuba Nara dan
berbagai ritus yang dipraktekkan oleh masyarakat Lamaholot ini merupakan tolak
pijak untuk berkiblat kepada Allah. Allah memberi terang ke bawah bumi ini
supaya memperoleh kehidupan. Orang-orang mulai sadar bahwa wujud tertinggi
yang mereka imani sama dengan Allah dalam kepercayaan Agama Katolik.
Akhirnya mereka perlahan-lahan mulai menerima Agama Katolik sebagai agama
yang dianut mereka hingga saat ini, tanpa menghilangkan kepercayaan dan adat
yang telah dianut sejak dahulu itu. Ungkapan Lera Wulan Tana Ekan selain
digunakan dalam bahasa adat, digunakan juga dalam agama, di sekolah, dalam
berpidato, dan dalam upacara-upacara formal lainnya. Di samping mereka
menghormati adat, mereka juga menghormati agama. Kami sangat yakin dan
percaya bahwa ungkapan ini tidak akan punah, melainkan tetap dikumandangkan
oleh generasi-generasi penerus di kemudian hari.
V. PENUTUP
11. Dari keseluruhan uraian kami di atas dapatlah kita melihatnya bagaimana
pemahaman akan eksistensi Allah dalam ungkapan Lera Wulan Tana Ekan
menurut masyarakat Lamaholot. Masyarakat Lamaholot sebelum mengenal
Agama Katolik, mereka telah mempunyai pemahaman tentang siapakah Allah itu?
Allah bagi mereka begitu Maha tinggi, agung, dan luhur (Lera Wulan) tetapi
sekaligus dekat (Tana Ekan) tidak dapat dibahasakan dengan nama yang
sebenarnya selain dengan “simbol”. Akan tetapi esensi dari pengalaman itu
menunjukkan eksistensi Allah yang memberikan hidup bagi mereka. Bagi
masyarakat Lamaholot hidup itu dapat berjalan kalau Allah yang adalah wujud
tertinggi itu tetap menyertai kita. Segala dimensi kehidupan mereka ada dalam
tangan dan berhubungan langsung dengan Sang hidup yang mereka namakan Lera
Wulan Tana Ekan. Semoga Lera Wulan Tana Ekan selalu memberkati kami
berenam ini sebagai generasi penerus bangsa dan Lewotana[16] Lamaholot
tercinta ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arndt, Paul. Agama Asli Di Kepulauan Solor. Maumere: Puslit Candradity, 2009.
Watun, Lambert Doni. Majalah Flobamora. Pematangsiantar: ([tanpa penerbit]),
1996.
[16] Lewotana terdiri dari dua kata, yakni; Lewo yang berarti “kampung”,
dan Tana yang berarti “tanah atau halaman”. Jadi Lewotana berarti kampung
halaman.