Makalah ini membahas tentang sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui dan hutan pegunungan. Terdapat empat jenis hutan pegunungan yaitu hutan dataran rendah, hutan pegunungan rendah, hutan pegunungan atas, dan hutan subalpin. Faktor yang mempengaruhi hutan pegunungan antara lain iklim, suhu, dan ketinggian tempat.
Jaringan Komputer dan Internet - Informatika Kelas XI.pptx
Ekonomi sda
1. “SDA YANG DAPAT DI PERBAHARUI”
‘’EKONOMI SDA’’
Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
#RESKY SUPRIANTO #LUCKY NURHALIM #LILY RAHMASARI
FAKULTAS KEHUTANAN
Universitas ANDI DJEMMA
PALOPO
3. i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah swt karena atas
rahmat dan hidayahnya jualah sehingga makalah yang berjudul
“SDA YANG TIDAK DAPAT DI PERBAHARUI ” dapat diselesaikan
sesuai dengan waktu yang ditetapkan.
Makalah ini disusun dengan tujuan agar mahasiswa dapat
mengetahui apa sebenarnya hutan pegunungan itu sehingga
kedepannya diharapkan mahasiwa dapat mengetahui dan mampu
menjelaskan hutan pegunungan baik dari segi definisi, jenis dan
vegetasi yang ada didalamnya.
Selanjutnya, kami berharap agar makalah ini dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya dan dapat memberikan manfaat
bagi seluruh pembaca khususnya kalangan mahasiswa.
Akhir kata, kami sebagai penyusun menyadari bahwa makalah
yang berjudul “SDA YANG TIDAK DAPAT DI PERBAHARUI” ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan
masukan, kritikan, maupun tanggapan yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini kedepannya.
Palopo, 28 November 2017
Penyusun
4. ii
DAFTAR ISI
Kata pengantar ……………………………………………….....
Daftar isi …………………………………………………………
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………..
B. Tujuan…………………………………………………………………….
BAB II. PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SDA yang didak dapat di perbaharui….
B. JENIS – JENIS SDA yang tidak dapat di perbaharui…..
C. Perbedaan SDA …………………………………...………………..
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………..
B. Saran……………………………………………………………………….
BAB IV. DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….
5. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber daya alam yang tidak dapat di perbaharui, Pengertian dan Contohnya
pembahasan tentang sumber daya alam tidak luput dari mata pelajaran sains kita. Dari
awal kamu akan dikenalkan dengan yang namanya sumber daya alam, setelah
sebelumnya kamu juga sudah mengetahui berbagai sumber daya alam yang ada dan
digunakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebelumnya kita sudah
sering bukan, mendengar kata SUMBER DAYA ALAM atau yang lebih sering disingkat
dengan SDA. SDA atau Sumber Daya Alam terbagi menjadi 2 macam yaitu sumber
daya alam yang dapat diperbarui dan tidak dapat diperbaharui. Fokus kita kali ini adalah
mengenai sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui, contohnya dan
pengertiannya. Namun sebelum itu, mari review kembali apa itu pengertian SUMBER
DAYA ALAM, berikut uraian selengkapnya.
B. Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini antara lain sebagai berikut :
1. Agar mahasiswa mengetahui pengertian SDAyang tidak dapat di perbaharui
2. Agar mahasiwa dapat mengetahui jenis – jenis SDA yang tidak dapat diperbaharui
3. Agar mahasiswa dapat membedakan SDA yang dapat di perbaharui dan SDA
Yang tidak dapat di perbaharui
6. 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SUMBER DAYA ALAM
Apa sebenarnya defenisi atau pengertian dari SUMBER DAYA ALAM itu sendiri
Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang berasal dari ALAM ini dan
digunakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tanpa adanya
sumber daya alam, manusia akan kesulitan dan bahkan tidak dapat bertahan
hidup. Kalau kita berbicara mengenai contoh sumber daya alam, baik itu yang
dapat diperbaharui, atau yang tidak dapat diperbarui maka contohnya sangat
banyak sekali. Ada udara, air, hutan, hewan, tumbuhan, sinar matahari, minyak
bumi dan lain sebagainya. Namun dalam pembahasan kali ini, kita akan dapat
membedakannya menjadi 2 bagian, pengertian dan contoh dari masing-masing
sumber daya alam tersebut. Kali ini, seperti judul “SUMBER DAYA ALAM YANG
TIDAK DAPAT DIPERBARUI,
B. JENIS – JENIS HUTAN PEGUNUNGAN
7. 3
Hutan pegunungan terdiri dari komposisi jenis dan tinggi tumbuhan yang bervariasi
sehingga membentuk strata kanopi (lapisan tudung) yang jelas. Terbagi atas:
a. Hutan Datara Rendah
Hutan dataran rendah merupakan hutan yang tumbuh di daerah dataran rendah dengan
ketinggian 0 - 1200 m. Hutan hujan tropis yang ada wilayah Dangkalan Sunda seperti di
Pulau Sumatera, dan Pulau Kalimantan termasuk hutan dataran rendah. Hutan dataran
rendah Sumatera memiliki keanekaragaman hayati yang terkaya di dunia. Sebanyak
425 jenis atau 2/3 dari 626 jenis burung yang ada di Sumatera hidup di hutan dataran
rendah bersama dengan harimau Sumatera, gajah, tapir, beruang madu dan satwa
lainnya. Selain itu, di hutan dataran rendah Sumatera juga ditemukan bunga tertinggi di
dunia (Amorphophallus tittanum) dan bunga terbesar di dunia (Rafflesia arnoldi).
Hutan tropika dataran rendah di Indonesia dibagi menjadi dua kelompok, yaitu hutan
tropika dataran rendah di kawasan barat Indonesia dan hutan tropika dataran rendah di
kawasan timur Indonesia. Hutan tropika dataran rendah di kawasan barat Indonesia
didominasi oleh suku keruing dengan banyak jenis dari marga mersawa, pohon kapur,
balau, damar, meranti, dan giam. Sebanyak 70% dari jenis-jenis pohon tersebut
berdiameter 40–80 cm, 25% berdiameter 80–120 cm, dan 4% berdiameter lebih dari
120 cm.
b. Hutan Pegunungan Rendah (sub-mountaine forest)
Hutan ini terdapat di daerah Indonesia dengan ketinggian antara 1.300 m sampai 2.500
m di atas permukaan laut. Hutan pegunungan memberikan manfaat bagi masyarakat
yang hidup di gunung maupun yang tinggal di bawahnya. Hutan yang ada merupakan
sumber kehidupan. Dari hutan pegunungan, mereka memanfaatkan tumbuhan dan
hewan sebagai makanan, obat-obatan, kayu bakar, bahan bangunan dan lain
sebagainya. Selain itu masyarakat yang tinggal di bawahnya membutuhkan hutan
pegunungan yang lestari sebagai daerah tangkapan air atau resapan air. Terletak pada
ketinggian 1000-2500 meter di atas permukaan laut. Dominasi vegetasi di hutan ini
berbeda-beda, tergantung pada ketinggiannya. Ketinggian 1000-1500 meter
didominansi oleh tumbuhan semak, sedangkan pada ketinggian lebih dari 1500 meter
didominansi oleh lumut, anggrek, dan tumbuhan paku efifit.
Ciri-ciri hutan hujan pegunungan rendah sebagai berikut.
1. Terdapat pada ketinggian 500–1.500 m dpl.
2. Pohon-pohon riung/meranak dan petir membentuk atap hutan, sedang pohon-
pohon rasamala serta cemara gunung merupakan pohon-pohon tertinggi yang
menyeruak keluar dari atap hutan.
3. Tingkat variasi jenis tumbuhannya sangat kuat yang terdiri atas tiga tingkat,
yaitu:
Tingkat pertama mencapai tinggi 30–40 m dan ada yang tingginya 50–60 m,
8. 4
Tingkat kedua mencapai tinggi 15–20 m, serta
Tingkat ketiga mencapai tinggi 5–10 m.
c. Hutan Pegunungan Atas (mountaine forest)
Hutan ini terdapat di daerah daerah Indonesia dengan ketinggian di atas 3.500 m di
atas permukaan laut. Hutan ini berfungsi sebagai cagar alam dan taman wisata alam.
Vegetasi hutan pegunungan yang dijadikan Cagar Alam dan Taman Wisata Alam
termasuk tipe hutan hujan tropik pegunungan dengan floranya terdiri dari jenis-jenis
pohon dan liana serta epiphyte. Meliputi daerah dengan ketinggian 2500-3300 meter di
atas permukaan laut. Hutan ini memiliki pohon-pohon dengan tinggi hingga 25 meter
dan sangat lebat, tetapi keanekaragaman jenisnya sangat sedikit dibandingkan dengan
hutan dibawahnya.
Jenis-jenis satwaliar yang dapat ditemui pada tipe hutan pegunungan atas adalah dari
kelompok aves dan mamalia. Dari kelompok aves terdiri dari Percit (Dicaeum
trochileum), Pacetan (Prinia familiaris), Cucak gunung (Pycnonotus bimaculatus), Cipoh
(Aegithina tiphia), Kipasan (Rhipidura javanica), Prenjak (Prinia familiaris), Krit gantil,
Tangkur tohtor (Megalaima armillaris), Puyuh (Arborophilajavanica), Kacamata
(Zosterops palpebrosus), Madu (Aethopygaeximia), Merbah belikar (Pycnonotus
plumosus),Bubut jawa (Centropus nigrorufus), Petutut (Megalaima cerunia), Cabai
gunung (Dicaeum sanguinolentum),
Hutan hujan pegunungan tinggi terdapat di sebagian wilayah Sumatra, Sulawesi,
Papua, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Ciri-ciri hutan hujan pegunungan tinggi sebagai
berikut.
1. Terdapat pada ketinggian 1.500–2.400 m dpl (meter di atas permukaan laut).
2. Jenis tumbuhannya lebih sedikit jika dibandingkan dengan hutan hujan
pegunungan rendah.
3. Biasanya pohon-pohonnya berdiameter lebih besar, daun-daunnya lebih kecil,
dan tidak berakar papan.
4. Pohon-pohon yang paling umum dijumpai antara lain berangan/riung, waru
batu/waru teja, dan cemara.
d. Hutan subalpin
Hutan sub alpin juga disebut hutan kabut atau hutan berlumut. Hutan ini banyak
terdapat di Papua di mana terdapat pegunungan yang tinggi. Ciri-ciri hutan subalpin
sebagai berikut.
9. 5
1. Terdapat pada ketinggian 2.400–4.000 meter di atas permukaan laut.
2. Pohon-pohonnya rapat, tetapi rendah. Tinggi pohon berkisar antara 8–20 meter.
3. Jumlah jenis pohon sedikit dengan batang-batang yang membengkok dan
diselimuti berjenis-jenis lumut.
C. KARAKTERISTIK HUTAN PEGUNUNGAN
Tabel perbandingan karakter empat formasi hutan tropika basah.
10. 6
Karakter
Hutan dataran
rendah
Hutan submontana Hutan montana
Hutan
subalpin
Tinggi tajuk 25—45 m 15—33 m 1,5—18 m 1,5—9 m
Tinggi pohon
sembulan
67 m 45 m 26 m 15 m
Kelas ukuran daun mesofil notofil atau mesofil mikrofil nanofil
Banir (akar
penopang)
umum dijumpai,
besar
tidak umum atau
kecil
biasanya tak
ada
tidak ada
Kauliflori umum jarang tidak ada tidak ada
Daun majemuk berlimpah dijumpai jarang tidak ada
Daun berujung
penetes
berlimpah
dijumpai atau
umum
jarang atau tak
ada
tidak ada
Liana berkayu berlimpah biasanya tak ada tidak ada tidak ada
Tumbuhan merayap
biasanya
berlimpah
umum atau
berlimpah
sangat jarang tidak ada
Anggrek-anggrekan umum berlimpah umum
sangat
jarang
Lumut dan liken dijumpai
dijumpai atau
berlimpah
biasanya
berlimpah
berlimpah
D. FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA HUTAN PEGUNUNGAN
11. 7
Perbedaan fisik dan biologi antara hutan dataran rendah yang lembab dan panas
dengan habitat pegunungan yang terbuka menentukan jenis-jenis yang terdapat disana.
Semakin tinggi suatu tempat, iklim semakin sejuk dan lebih lembab (MacKinnon et al.,
2000). Hutan yang tumbuh dan berkembang, tidak terlepas dari faktor-faktor
yangmempengaruhinya, terutama lingkungan.
Faktor-faktor tersebut menentukan variasi tumbuhan hutan, di mana hal ini juga
berhubungan dengan keadaan atmosfer yang ditentukan oleh sinar matahari, suhu,
angin dan kelembaban. Di samping itu, suhu akan menurun mengikuti ketinggian
tempat. Di daerah tropika misalnya suhu akan turun 0.40°C setiap kenaikan ketinggian
tempat 100 meter, hal ini menyebabkan terjadi pembagian zona dan spesies yang
berubah seperti pada daerah iklim sedang (Arief, 1994).
Indonesia berdasarkan letak garis lintangnya termasuk daerah beriklim tropis. Namun,
posisinya di antara dua benua dan di antara dua samudera membuat iklim kepulauan
ini lebih beragam (Irwanto, 2006). Berdasarkan perbandingan jumlah bulan kering
terhadap jumlah bulan basah per tahun, Indonesia mencakup tiga daerah iklim, yaitu:
Daerah tipe iklim A (sangat basah) yang puncak musim hujannya jatuh antara
Oktober dan Januari, kadang hingga Februari. Daerah ini mencakup Pulau Sumatera;
Kalimantan; bagian barat dan tengah Pulau Jawa; sisi barat Pulau Sulawesi.
Daerah tipe iklim B (basah) yang puncak musim hujannya jatuh antara Mei dan
Juli, serta Agustus atau September sebagai bulan terkering. Daerah ini mencakup
bagian timur Pulau Sulawesi; Maluku; sebagian besar Papua.
Daerah tipe iklim C (agak kering) yang lebih sedikit jumlah curah hujannya,
sedangkan bulan terkeringnya lebih panjang. Daerah ini mencakup Jawa Timur;
sebagian Pulau Madura; Pulau Bali; Nusa Tenggara; bagian paling ujung selatan
Papua.
Selain faktor suhu di atas hutan pegungan juga dipengaruhi oleh oleh keawanan,
kelembapan nisbi, embun beku, dan radiasi ultra violet. Telah diduga bahwa radiasi
ultra violet pada gunung-gunung di daerah tropik adalah yang paling kuat dibandingkan
dengan daerah manapun di atas permukaan bumi. Hal tersebut disebabkan oleh
rendahnya kadar lapisan ozon pada lapisan stratosfer (yang menyerap sinar ultra violet)
dekat khatulistiwa, dan atmosfer pada ketinggian rendah yang lebih keruh dan lebih
padat sehingga lebih mampu untuk menyerap dan memantulkan radiasi (Damanik et
al.,
BAB III
PENUTUP
12. 8
A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat kita ambil dalam makalah ini antara lain:
1. Hutan pegunungan terbagi atas 3 yaitu :
a. Hutan pegunungan bawah
b. Hutan pegunungan atas
c. Hutan sub alpin
2. Hutan pegunungan atau hutan motana (montane forest) adalah salah
satu formasihutan tropika basah yang terbentuk di wilayah pegunungan. Salah satu
cirinya, hutan ini kerap diselimuti awan, biasanya pada ketinggian atap tajuk (kanopi)
nya. Pepohonan dan tanah di hutan ini acapkali tertutupi oleh lumut, yang tumbuh
berlimpah-limpah.
B. SARAN
Kami sebagai penyusun mengucapkan banyak terimah kasih dan kami mengharapkan
saran dan kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan maklah ini ke
depannya.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_pegunungan di akses kamis,23 November 2017