SlideShare a Scribd company logo
DRUG MANAGEMENT CYCLE
DI PBF
Ignatius Alfa Mardhiprsetya, S.Farm., Apt.
MUTU
CDOB
CDOB
CDOB
CDOB
CDOB
CDOB
CDOB
CDOB
CDOB
CDOB
CDOB
CDOB
CDOB
ATMOSPHERE
X
X
X
Pendahuluan
PMK 1148
BAB I Ketentuan Umum Pasal 1
Pedagang Besar Farmasi,yang selanjutnya
disingkatPBF adalah perusahaan
berbentuk badan hukum yang memiliki
izin untuk pengadaan, penyimpanan,
penyaluran obat dan/atau bahan obat
dalam jumlah besar sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
PERSONEL
Management
• Pimpinan
Perusahaan
Penanggung
Jawab
• APJ Obat
• APJ Alkes
Sales
• Spv Sales
• Salesman
• Collector
Administrasi
• Spv Adm
• Akutansi
• Fakturis
• Inkaso
• Keuangan
Logistik
• Kepala
Gudang
• Pelaksana
Gudang
• Pengirim
Barang
PERSONEL
Kepala Cabang
Mengelola dan mengembangkan usaha,
Mengadakan kegiatan operasional dengan
memanfaatkan sumber daya perusahaan
secara optimal sesuai ketentuan yang
berlaku
PERSONEL
APJ
 Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
ketentuan pengadaan, penerimaan,penyimpanan
dan pendistribusian/ penyaluran perbekalan
farmasi di gudang utama yang memenuhi
persyaratan mutu yang sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan RI No.
1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang Pedagang
Besar Farmasi dan PMK RI No. 34 tahun 2014
tentang Perubahan PMK RI No. 1148 tahun 2011.
PERSONEL
SPV PENJUALAN
 Mengawasi dan mengkoordinasi aktivitas
salesman agar dalam menjalankan
tugasnya dapat terarah dan terpadu serta
memenuhi keinginan pelanggan sehingga
dapat mencapai target penjualan yang
telah ditetapkan dan terhindar dari segala
bentuk kerugian, dan berkoordinasi
dengan bagian keuangan serta gudang
PERSONEL
SPV ADMINISTRASI
Mengawasi dan mengkoordinir kegiatan-
kegiatan pesanan penjualan, fakturis, inkaso,
kolektor, keuangan dan akutansi serta
Administrasi Trading (umum dan SDM),
sehingga dapat mendukung kelancaran
penjualan dan tertib administrasi usaha,
perijinan, pengelolaan SDM, sesuai dengan
system dan prosedur yang berlaku.
PERSONEL
KEPALA GUDANG
Memastikan aktifitas dan analisa kebutuhan
stok barang dagangan dapat dilakukan
secara efektif yang mengacu pada analisa
kebutuhan stok level dan sales forecast
dapat berjalan dengan baik sesuai dengan
SOP dan kebijakan yang berlaku.
Struktur Organisasi PT. Indofarma Global Medika Cabang Purwokerto Tahun 2017
S. Massiyandi
Kepala Cabang
Martiati P
Fungsi Administrasi
Endang Rahayu
Akuntansi
/Keuangan
Lastiti L
Inkaso
Novita C
Fakturis
Ign. Alfa M, Apt
Pj PBF
Suyatno
Pj PAK
Kolektor
1. Subur R, 2 Kustadi, 3
Mukhlis A, 4. Heru P,
5. Sakyo W.,6. Wawan
Salesman
Muji Alianto
Kepala Gudang
1.Saleh BP
2.Suharyanto
3.Siyam W
Peng. Barang
Adi Prabowo
Pelaksana Gudang
Didik Murdiyanto
Fungsi Sales Reguler
Hendry
Fungsi Sales Institusi
Asisten Manager
Supervisor
Pelaksana
PMK no 34 th 2014
Pasal 14
(1) Setiap PBF dan PBF Cabang harus memiliki apoteker penanggung jawab
yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan ketentuan pengadaan,
penyimpanan dan penyaluran obat dan/atau bahan obat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13.
(2) Apoteker penanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memiliki izin sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Apoteker penanggung jawab dilarang merangkap jabatan sebagai
direksi/pengurus PBF atau PBF Cabang.
Undang-Undang yang harus
dilaksanakan oleh Apoteker di PBF
 UU no 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
 PP no 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kfarmasian
 PP no 72 Tahun 1998 Tentang Pengamanan Sediaan Farmasi
dan Alat Kesehatan
 PMK no 1148 Tahun 2011 Tentang Pedagang Besar Farmasi
 PMK no 34 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas PMK no 1148
Tahun 2011
 PMK no 3 Tahun 2015 Tentang Peredaran, Penyimpanan,
Pemusnaha, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi
 PKBPOM no 7 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengelolaan
OOT
 PKBPOM HK.03.1.34.11.12.7542 Tahun 2012 Tentang
Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik
UU no 36 Tahun 2009
Bagian Kelima Belas
Pengamanan dan Penggunaan Sediaan Farmasi
dan Alat Kesehatan
Pasal 98
1) Sediaan farmasi dan alat kesehatan harus
aman, berkhasiat/bermanfaat, bermutu, dan
terjangkau.
2) Setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan
kewenangan dilarang mengadakan,
menyimpan, mengolah, mempromosikan, dan
mengedarkan obat dan bahan yang
berkhasiat obat.
UU no 36 Tahun 2009
3) Ketentuan mengenai pengadaan,
penyimpanan, pengolahan, promosi,
pengedaran sediaan farmasi dan alat
kesehatan harus memenuhi standar mutu
pelayanan farmasi yang ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah
4) Pemerintah berkewajiban membina,
mengatur, mengendalikan, dan
mengawasi pengadaan, penyimpanan,
promosi, dan pengedaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (3)
PP 51 Tahun 2009
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 5
Pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian meliputi:
a. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pengadaan Sediaan Farmasi;
b. Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan Farmasi;
c. Pekerjaan Kefarmasian dalam Distribusi atau Penyaluran
Sediaan Farmasi; dan
d. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pengadaan Sediaan Farmasi;
PP 51 Tahun 2009
Bagian Kedua
Pekerjaan Kefarmasian Dalam Pengadaan Sediaan
Farmasi
Pasal 6
1) Pengadaan Sediaan Farmasi dilakukan pasa
fasilitas produksi, fasilitas distribusi atau penyaluran
dan fasilitas pelayanan sediaan farmasi
2) Pengadaan Sediaan Farmasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan oleh
Tenaga kefarmasian
PP 51 Tahun 2009
2) Pengadaan Sediaan Farmasi harus
dapat menjamin keamanan, mutu,
manfaat dan khasiat Sediaan Farmasi
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata
cara pengadaan Sediaan Farmasi
sebagaiman dimaksud pada ayat (1),
ayat (2), ayat (3) diatur dalam
Peraturan Menteri.
PP 51 Tahun 2009
Bagian Keempat
Pekerjaan Kefarmasian Dalam Distribusi atau
Penyaluran Sediaan Farmasi
Pasal 14
1) Setiap Fasilitas Distribusi atau Penyaluran
Sediaan Farmasi berupa obat harus
memiliki seorang Apoteker sebagai
penanggung jawab.
PP 51 Tahun 2009
2) Apoteker sebagai penanggung jawab
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dibantu oleh Apoteker pendamping
dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai
Pekerjaan Kefarmasian dalam Fasilitas
Distribusi atau Penyaluran Sediaan
Farmasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan
Peraturan Menteri
PP 51 Tahun 2009
Pasal 15
Pekerjaan Kefarmasian dalam Fasilitas
Distribusi atau Penyaluran Sediaan
Farmasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 harus memenuhi ketentuan Cara
Distribusi yang Baik yang ditetapkan oleh
Menteri.
PP no 72 Tahun 1998
Bagian Pertama
Umum
Pasal 6
Peredaran sediaan farmasi dan alat kesehatan
terdiri dari penyaluran dan penyerahan
Pasal 7
Peredaran sediaan farmasi dan alat kesehatan
dilaksanakan dengan memperhatikan upaya
pemeliharaan mutu sediaan farmasi dan alat
kesehatan
PP no 72 Tahun 1998
Pasal 8
1) Setiap pengangkutan sediaan farmasi dan
alat kesehatan dalam rangka peredaran
harus disertai dengan dokumen
pengangkutan sediaan farmasi dan alat
kesehatan.
2) Setiap pengangkut sediaan farmasi dan
alat kesehatan dalam rangka peredaran,
bertanggung jawab atas kelengkapan
dokumen pengangkutan sediaan farmasi
dan alat kesehatan.
PMK no 1148 Tahun 2011
BAB I
Ketentuan Umum
Pasal 1
 Pedagang Besar Farmasi,yang selanjutnya
disingkatPBF adalah perusahaan
berbentuk badan hukum yang memiliki izin
untuk pengadaan, penyimpanan,
penyaluran obat dan/atau bahan obat
dalam jumlah besar sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
PMK no 1148 Tahun 2011
 Obat adalah bahan atau paduan bahan,
termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem
fisiologi atau keadaan patologidalam rangka
penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia.
 Bahan Obat adalah bahan baik yang
berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang
digunakan dalam pengolahan obat dengan
standar dan mutu sebagai bahan baku farmasi
termasuk baku pembanding.
PMK no 1148 Tahun 2011
Pasal 14
 Setiap PBFdan PBF Cabangharus memilikiapoteker
penanggung jawab yang bertanggungjawab
terhadap pelaksanaan ketentuan pengadaan,
penyimpanan dan penyaluran obat dan/atau bahan
obatsebagaimana dimaksud dalam Pasal 13.
 Apoteker penanggung jawab sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus memiliki izin sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
PMK no 1148 Tahun 2011
 Apoteker penanggung jawab dilarang
merangkap jabatan sebagai
direksi/pengurus PBF atau PBF Cabang.
 Setiap pergantian apoteker
penanggungjawab, direksi/pengurus PBF
atau PBF Cabang wajib melaporkan
kepada Direktur Jenderal atau Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi selambat-
lambatnya dalam jangka waktu 6 (enam)
hari kerja
5 Kegiatan di PBF
berdasarkan Undang
Undang
Pengadaan
Penerimaan
Penyimpanan
Penyaluran
Penarikan kembali
PENGADAAN
PMK 1148 2011
BAB III
PENYELENGGARAN
Pasal 13
1) PBF dan PBF Cabang hanya dapat mengadakan,
menyimpan dan menyalurkan obat dan/ataubahan
obat yang memenuhi persyaratan mutu yang
ditetapkan oleh Menteri
2) PBF hanya dapat melaksanakan pengadaan obat
dari industri farmasi dan/atau sesama PBF.
PENGADAAN
PMK no 1148 Tahun 2011
3) PBF hanya dapat melaksanakan pengadaan
bahan obat dari industri farmasi, sesama PBF
dan/atau melalui importasi
4) Pengadaan bahan obat melalui importasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
5) PBF Cabang hanya dapatmelaksanakan
pengadaan obat dan/atau bahan obat dari
PBFpusat
PENERIMAAN
PKBPOM no 7 th 2016
A.1.5. Pada saat penerimaan Obat-Obat Tertentu
harus dilakukan pemeriksaan kesesuaian antara
fisik dan data dalam Faktur dan/atau Surat
Pengiriman Barang (SPB) meliputi:
a. kebenaran nama, nomor bets, tanggal
kedaluwarsa, jumlah dan kemasan harus sesuai
dengan surat pengantar / pengiriman barang
dan/atau faktur penjualan;
b. kondisi wadah pengiriman dan/atau kemasan
termasuk segel,label dan/atau penandaan dalam
kondisi baik;
PENERIMAAN
PKBPOM no 7 th 2016
A.1.6. Apabila setelah dilakukan
pemeriksaan pada butir A.1.5 sudah
dinyatakan sesuai maka Apoteker
penanggungjawab PBF harus
menandatangani faktur dan/atau SPB
dengan mencantumkan nama lengkap,
nomor SIKA dan stempel perusahaan
sebagai tanda bukti penerimaan barang.
PENERIMAAN
PKBPOM no 7 th 2016
 A.1.7. Apabila setelah dilakukan pemeriksaan
pada butir A.1.5 terdapat ketidaksesuaian:
a. Item obat yang tidak sesuai dengan pesanan
atau kondisi kemasan tidak baik, maka obat
tersebut harus dikembalikan dengan disertai bukti
retur, dan segera meminta bukti terima
pengembalian dari pemasok.
b. nomor bets, tanggal kedaluwarsa dan jumlah
antara fisik dengan dokumen pengadaan harus
dikonfirmasi ketidaksesuaian dimaksud kepada
pihak pemasok untuk dilakukan perbaikan.
PENYIMPANAN
PMK 1148 Pasal 15
(1) PBF dan PBF Cabang harus melaksanakan
pengadaan, penyimpanan dan penyaluran obat
dan/atau bahan obat sesuai dengan CDOB yang
ditetapkan oleh Menteri.
(2) Penerapan CDOB sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan sesuai pedoman teknis CDOB
yang ditetapkan oleh Kepala Badan.
(3) PBF dan PBF Cabang yang telah menerapkan
CDOB diberikan sertifikat CDOB oleh Kepala
Badan.
PENYIMPANAN
PMK no 3 Tahun 2015
Pasal 25
(1) Tempat penyimpanan Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi dapat berupa gudang, ruangan, atau
lemari khusus.
(2) Tempat penyimpanan Narkotika dilarang digunakan untuk
menyimpan barang selain Narkotika.
(3) Tempat penyimpanan Psikotropika dilarang digunakan untuk
menyimpan barang selain Psikotropika.
(4) Tempat penyimpanan Prekursor Farmasi dalam bentuk
bahan baku dilarang digunakan untuk menyimpan barang
selain Prekursor Farmasi dalam bentuk bahan baku.
PENYIMPANAN
PMK no 3 Tahun 2015
Pasal 30
PBF yang menyalurkan Narkotika harus
memiliki tempat penyimpanan Narkotika
berupa gudang khusus.
PENYIMPANAN
PMK no 3 Tahun 2015
Pasal 31
PBF yang menyalurkan Psikotropika harus
memiliki tempat penyimpanan
Psikotropika berupa gudang khusus atau
ruang khusus.
PENYIMPANAN
PMK no 3 Tahun 2015
Gudang khusus atau ruang khusus
untuk tempat penyimpanan Psikotropika
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) berada dalam penguasaan
Apoteker penanggung jawab.
PENYIMPANAN
PMK no 3 Tahun 2015
Pasal 36
Industri Farmasi yang memproduksi
Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi,
PBF yang menyalurkan Prekursor Farmasi
dalam bentuk obat jadi, atau Instalasi
Farmasi Pemerintah harus menyimpan
Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi
dalam gudang penyimpanan obat yang
aman berdasarkan analisis risiko.
PENYALURAN
PMK no 1148 Tahun 2011
Pasal 17
(1) Setiap PBF dan PBF Cabang dilarang
menjual obat atau bahan obat secara
eceran.
(2) Setiap PBF dan PBF Cabang dilarang
menerima dan/atau melayani resep
dokter.
PENYALURAN
PMK no 1148 Tahun 2011
Pasal 18
 PBF dan PBF Cabang hanya dapat menyalurkan
obat kepada PBF atau PBF Cabang lain, dan
fasilitas pelayanan kefarmasiansesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan
 Fasilitas pelayanan kefarmasian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)meliputi:
a.apotek;
b.instalasi farmasi rumah sakit;
c.puskesmas;
d.klinik;atau
e.toko obat.
PENYALURAN
PMK no 1148 Tahun 2011
 Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) PBF dan PBF
Cabang tidak dapat menyalurkan obat
keras kepada toko obat.
 Untuk memenuhi kebutuhan pemerintah,
PBF dan PBF Cabang dapat menyalurkan
obat dan bahan obat kepada instansi
pemerintah yang dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
PENYALURAN
PMK no 1148 Tahun 2011
Pasal 20
PBF dan PBF Cabang hanya melaksanakan penyaluran
obat berupa obat keras berdasarkan surat pesanan
yang ditandatangani apoteker pengelola apotek atau
apoteker penanggung jawab.
Pasal 24
Selainmenyelenggarakan pengadaan, penyimpanandan
penyaluran obat dan/ataubahan obat, PBF mempunyai
fungsi sebagai tempat pendidikan dan pelatihan.
PENYALURAN
PMK no 34 Tahun 2014
Pasal 19
(1) PBF Cabang hanya dapat menyalurkan
obat dan/atau bahan obat di wilayah
provinsi sesuai surat pengakuannya.
(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) PBF Cabang dapat
menyalurkan obat dan/atau bahan obat di
wilayah provinsi terdekat untuk dan atas
nama PBF Pusat yang dibuktikan dengan
Surat Penugasan/Penunjukan.
PENYALURAN
PMK no 34 Tahun 2014
Pasal 20
PBF dan PBF Cabang hanya
melaksanakan penyaluran obat
berdasarkan surat pesanan yang
ditandatangani apoteker pengelola apotek,
apoteker penanggung jawab, atau tenaga
teknis kefarmasian penanggung jawab
untuk toko obat dengan mencantumkan
nomor SIPA, SIKA, atau SIKTTK.
PENYALURAN
PMK no 3 Tahun 2015
Bagian Kedua
Penyaluran
Pasal 14
1) Penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi dalam bentuk obat jadi hanya dapat dilakukan
oleh:
a. Industri Farmasi kepada PBF dan Instalasi Farmasi
Pemerintah;
b. PBF kepada PBF lainnya, Apotek, Instalasi Farmasi
Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik, Instalasi
Farmasi Pemerintah dan Lembaga Ilmu Pengetahuan;
c. PBF milik Negara yang memiliki Izin Khusus Impor
Narkotika kepada Industri Farmasi, untuk penyaluran
Narkotika;
PENYALURAN
PMK no 3 Tahun 2015
d. Instalasi Farmasi Pemerintah Pusat kepada Instalasi
Farmasi Pemerintah Daerah, Instalasi Farmasi Rumah
Sakit milik Pemerintah, dan Instalasi Farmasi Tentara
Nasional Indonesia atau Kepolisian; dan
e. Instalasi Farmasi Pemerintah Daerah kepada Instalasi
Farmasi Rumah Sakit milik Pemerintah Daerah,
Instalasi Farmasi Klinik milik Pemerintah Daerah, dan
Puskesmas.
2) Selain kepada PBF lainnya, Apotek, Rumah Sakit,
Instalasi Farmasi Pemerintah dan Lembaga Ilmu
Pengetahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, PBF dapat menyalurkan Prekursor Farmasi
golongan obat bebas terbatas kepada Toko Obat.
PENYALURAN
PMK no 3 Tahun 2015
Pasal 17
(1) Pengiriman Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi yang dilakukan oleh Industri Farmasi, PBF, atau
Instalasi Farmasi Pemerintah harus dilengkapi dengan:
a. surat pesanan;
b. faktur dan/atau surat pengantar barang, paling sedikit
memuat:
1. nama Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi;
2. bentuk sediaan;
3. kekuatan;
4. kemasan;
5. jumlah;
6. tanggal kadaluarsa; dan
7. nomor batch.
PENYALURAN
PMK no 3 Tahun 2015
(2) Pengiriman Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) yang dilakukan
melalui jasa pengangkutan hanya dapat
membawa Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi sesuai dengan jumlah
yang tecantum dalam surat pesanan,
faktur, dan/atau surat pengantar barang
yang dibawa pada saat pengiriman.
PENGEMBALIAN OBAT
PKBPOM no 7 th 2016
D.1. Penanggung jawab PBF bertanggung
jawab atas penanganan obat/bahan
Obat-Obat Tertentu kembalian.
D.2. Penerimaan obat/bahan Obat-Obat
Tertentu yang dikembalian harus disertai
surat pengembalian barang dari fasilitas
yang mengembalikan dengan dilengkapi
fotokopi faktur penjualan dan/atau surat
pengiriman barang.
PENGEMBALIAN OBAT
PKBPOM no 7 th 2016
D.3. Apoteker penanggung jawab PBF atau
personil yang ditunjuk harus melakukan
verifikasi kesesuaian terhadap surat
pengembalian barang dan fotokopi faktur
penjualan dan/atau surat pengiriman
barang.
D.4. Verifikasi meliputi nama produk, nama
produsen, bentuk dan kekuatan sediaan,
jumlah obat, nomor bets, dan tanggal
kedaluwarsa obat/bahan obat yang
dikembalikan.
PENGEMBALIAN OBAT
PKBPOM no 7 th 2016
D.5. Obat/bahan Obat-Obat Tertentu
kembalian harus dikarantina dan
disimpan ditempat yang aman dan
terpisah dari obat dan/atau bahan obat
kembalian lainnya serta diberi
penandaan yang jelas sampai ada
keputusan tindak lanjut, dan membuat
daftar obat /bahan obat kembalian.
CDOB
9 Aspek CDOB:
BAB I Manajemen Mutu
BAB II Organisasi, Managemen dan Personalia
BAB III Bangunan dan Peralatan
BAB IV Pelatihan
BAB V Inspeksi Diri
BAB VI Keluhan Pelanggan
BAB VII Transportasi
BAB VIII Fasilitas Distribusi Berdasarkan Kontrak
BAB IX Dokumentasi
CDOB Bab I Manajemen Mutu
Tujuan : Mempertahankan M U T U obat dan
integritas rantai distribusi selama proses distribusi
Implementasi:
Sertifikasi ISO
Sertifikasi CDOB
CDOB Bab I Manajemen Mutu
Personel kunci pada fasilitas distribusi adalah
pimpinan dan penanggungjawab. Jabatan
kunci tersebut harus independen satu
dengan yang lain
BAB II Organisasi Manajemen dan
Personalia
Harus ada struktur organisasi untuk tiap
bagian yang dilengkapi dengan bagan organisasi
yang jelas. Tanggung jawab, wewenang dan
hubungan antar semua personil harus ditetapkan
dengan jelas.
Penanggung jawab dalam pelaksanaan tugasnya
harus memastikan bahwa fasilitas distribusi
telah menerapkanCDOB dan memenuhi
pelayanan publik
BAB II Organisasi Manajemen dan Personalia
Tugas Apoteker:
Menerapkan sistem manajemen mutu
Menjaga akurasi dan mutu dokumentasi
Menyusun Pelatihan CDOB
Mengkoordinasikan penarikan obat
Memastikan keluhan pelanggan ditangani efektif
Kualifikasi dan persetujuan pemasok dan pelanggan
Meluluskan obat kembalian untuk masuk ke stok
Turut serta dalam kontrak distribusi dan transportasi
Inspeksi Diri
Mendelegasikan tugas pada APJ ata TTK jika berhalangan
Mengambil keputusan untuk mengkarantina dan memusnahkan obat
Memastikan pemenuhan syarat oleh Undang Undang
BAB III Bangunan dan Peralatan
Faktor yang hasur diperhatikan:
Suhu
Kelembapan
Kebersihan
Keamanan
BAB III Bangunan dan Peralatan
 Suhu : Pemetaan dan Pemantauan
 Kelembapan : Pemantauan
 Kebersihan : Prosedur pembersihan dan Jadwal
Pembersiha
 Keamanan : Pembatasan akses personel ke gudang
BAB III Bangunan dan Peralatan
Harus tersedia peralatan memadahi untuk Cold
Chain Product:
 Termometer untuk pemantauan suhu saat
pengiriman dan penyimpanan
 Cool Box
 Chiller harus diyakinkan kinerjanya melalui
validasi berkala
BAB IV Pelatihan
 Pelatihan CDOB wajib dan rutin untuk semua
personel
 Pelatihan sesuai tugas dan tanggungjawab
personel dapat diberikan sesuai bagianya
masing-masing
BAB IV Pelatihan
Training Need Analizes
Contoh:
APJ KACAB KAGUD PB SPV ADM
CDOB V V V V V
SOP 01 PENGADAAN V V V
SOP 02 PENYIMPANAN V V V
SOP 03
PENDISTRIBUSIAN
V V V V
SOP 04 Kontrak Transport V V V
DST
BAB IV Pelatihan
 Setiap Personel mendapatkan pelatihan sesuai
TNA atau sesuai kebutuhan SOP masing-masing
 Daftar pelatihan dilampirkan disetiap SOP
 Pelatihan dievaluasi melalui Pretest dan Postest
BAB V Inspeksi Diri
Hasil Inspeksi diri harus disampaikan kepada
manajemen dan pihak terkait lainnya. Jika dalam
pengamatan ditemukan adanya penyimpangan
dan/atau kekurangan, maka penyebabnya harus
diidentifikasi dan dibuat CAPA. CAPA harus
didokumentasikan dan ditindaklanjuti.
BAB VI Keluhan dan Obat Kembalian
Keluhan
Pelanggan
Kualitas
Obat
Industri
Distribusi
Evaluasi
Distribusi
BAB VI Keluhan dan Obat Kembalian
Syarat obat kembalian dapat dijual kembali:
Obat dalam kemasan asli dan kondisi
baik
Selma pengiriman dan penyimpanan
dalam kondisi sesuai
Diperiksa terlebih dahulu oleh
penanggungjawab / personil berwenang
Mempunyai bukti dokumentasi asal usul
obat
Bab VII Transportasi
Moda transportasi yang dipilih, harus dapat
menjamin bahwa obat dan/atau bahan obat tidak
mengalami perubahan kondisi selama
transportasi yang dapat mengurangi mutu.
Untuk Pengiriman CCP suhu dimonitordan
dicatat pada saat keberangkatan, dalam
perjalanan, dan saat diterima.
BAB VIII Fasilitas Distribusi Berdasarkan
Kontrak
Penanganan kehilangan / kerusakan obat selama pengiriman dan
dalam kondisi force major
Kewajiban penerima kontrak untuk mengembalikan obat dan/atau
bahan obat kepada pemberi kontrak jika terjadi kerusakan selama
pengiriman dengan menyertakan berita acara kerusakan.
Kehilangan selama pengiriman oleh penerima kontrak, penerima
kontrak wajib melaporkan kepada pihak kepolisian dan pemberi
kontrak.
Pemberi kontrak berhak melakukan audit terhadap penerima
kontraksetiap saat.
BAB IX Dokumentasi
Dokumentasi merupakan dokumen tertulis terkait
dengan distribusi (pengadaan, penyimpanan,
penyaluran dan pelaporan), prosedur tertulis dan
dokumen lain yang terkait dengan pemastian
mutu.
COLD CHAIN
PRODUCT
PENGERTIAN COLD CHAIN
• Tata cara penanganan vaksin mulai dari
penyimpanan, pengepakan dan pengiriman
vaksin termasuk peralatan yang digunakan
MANFAAT DAN TUJUAN COLD CHAIN
• Memperkecil kesalahan penanganan dan
kerusakan vaksin  vaksin yang akan
digunakan masih berkualitas baik dan
mempunyai manfaat untuk kekebalan
tubuh
MENYIMPANAN
VAKSIN DI
TEMPAT PALING
DINGIN = BAIK
PENYIMPANAN VAKSIN
***kecuali vaksin polio
KLASIFIKASI VAKSIN
1. Heat Sensitive
• Vaksin Yang Peka Terhadap Suhu Panas (Vaksin Polio)
2. Freeze Sensitive
• Vaksin Yang Peka Terhadap Suhu Dingin (TT, Td, DT,
Hepatitis B, Pentabio, Serum)
KERUSAKAN VAKSIN
PADA SUHU DIBAWAH O˚C
(Thermostability of Vaccines, WHO, 1998)
Hep B - 0,5o C Maks ½ jam
DPT, TT & DT - 5°C s/d –10oC Maks ½ – 2 jam
STABILITAS VAKSIN DILUAR RANTAI DINGIN
(Thermo stability of Vaccines, WHO, 1998)
KATEGORI + 37°C + 25°C +5°C
Polio 2 hari NA* 225 hari
DPT 14 hari 90 hari > 3 thn
Hep B & TT 30 hari 193 hari > 4 thn
Campak & BCG 7 hari 45 hari > 2 thn
*** SEBATAS STUDY > ACUAN TETAP ED DAN VVM
SINAR
MATAHA
RI
KELEMBABAN
UDARA
KUNCI UTAMA DALAM PENANGANAN VAKSIN
usahakan agar vaksin tidak
terkena sinar matahari
langsung
kelembaban sangat kecil
pengaruhnya apabila kemasan /
tutup vial masih dalam kondisi
baik
: SUHU YANG TIDAK SESUAI DAPAT MENURUNKAN POTENSI VAKSIN
SUH
U
CHILLER / FREEZER BUKA ATAS
KULKAS RUMAH TANGGA
***Bio Farma dan CDOB BPOM
• DISUSUN PER NOMOR BATCH
• PERHATIKAN SIRKULASI UDARA
• PENGELUARAN SISTEM FIFO/FEFO/VVM
• CATAT DI BATCH DELIVERY RECORD
***Bio Farma dan CDOB BPOM
***Bio Farma dan CDOB BPOM
• Tidak terkena sinar matahari langsung***
• Sirkulasi udara cukup***
DIBAWAH 0°C
( - 20°C )
2°C – 8°C
POLIO
BCG,
CAMPAK
HEPATITIS B,
DTP, TT, DT,
SERUM
• SUHU TIDAK STABIL
• RESIKO VAKSIN JATUH DAN PECAH
***Bio Farma dan CDOB BPOM
Hasil Test Lemari Es Buka Depan
Data suhu lemari es Rumah Tangga.
21Fr 22Sa 23Su 24Mo 25Tu 26We 27Th 28Fr
Time (starting 20/02/2003)
0
4,0
8,0
12,0
16,0
Temperature
°C
1
2
3
1
2
3
TTM diletakan diatas
TTM diletakan ditengah
TTM diletakan dibawah
Hasil Test Lemari Es Buka Atas
PEMBEKUAN VAKSIN SAAT PENYIMPANAN
• Thermostat Tidak Berfungsi Dengan Benar
• Thermometer Tidak Valid
• Tidak dilakukan validasi dan kalibrasi alat
KESALAHAN PADA
PERALATAN
• Paradigma Petugas Bahwa Penyimpanan
Lebih Dingin Akan Lebih Baik
• Sering Merubah Posisi Thermostat
• Penyimpanan Vaksin Yang Padat Sehingga
Tidak Ada Sirkulasi Udara
KETIDAKTAHUAN
PETUGAS
(HUMAN ERROR)
Bunga Es
Terlalu Padat
Bunga Es
MENCEGAH PEMBEKUAN VAKSIN
Letakkan Vaksin
Yang Peka
Pembekuan (TT, DT,
Td, Hep-B, Pentabio,
Serum)
Jauh Dari
Evaporator
Beri Jarak 1-2 Cm
Antar Kotak
Vaksin Untuk
Sirkulasi Udara
Letakkan
Termometer Alat
Pemantau Suhu
Paparan Dingin Di
Antara Kotak Vaksin
Yang Peka
Pembekuan
PENANGANAN VAKSIN BILA LISTRIK PADAM
Hidupkan
Generator !!!
Jangan Membuka
Pintu Lemari
Es/Freezer
Selalu Simpan
Cool Pack Untuk
Menstabilkan Suhu
Periksa
Termometer,
Pastikan Suhu
Masih Diantara
+2° – +8°C Atau
-15 – -20°C
Kirim Vaksin Ke
Tempat Lain
Apabila
Melampaui Batas
Waktu 2 Hari
PERSYARATAN PENGIRIMAN VAKSIN
VAKSIN SUHU VAKSIN SAAT PENGIRIMAN
DTP, TT, DT, HB, DLL. +2˚C s.d. +30˚C
BCG, CAMPAK ≤ +30˚C
POLIO ≤ +8˚C
PROSES VALIDASI
VALIDASI : - 5°C dan +43°C
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Date/Time
19-May-2010
15:45:00
19-May-2010
15:49:30
19-May-2010
17:15:00
19-May-2010
18:45:00
19-May-2010
20:15:00
19-May-2010
21:45:00
19-May-2010
23:15:00
20-May-2010
00:45:00
20-May-2010
02:15:00
20-May-2010
03:45:00
20-May-2010
05:15:00
20-May-2010
06:45:00
20-May-2010
08:15:00
20-May-2010
09:45:00
20-May-2010
11:15:00
20-May-2010
12:45:00
20-May-2010
14:15:00
20-May-2010
15:45:00
20-May-2010
17:15:00
20-May-2010
18:45:00
20-May-2010
20:15:00
20-May-2010
21:45:00
20-May-2010
23:15:00
21-May-2010
00:45:00
21-May-2010
02:15:00
21-May-2010
03:45:00
21-May-2010
05:15:00
21-May-2010
06:45:00
21-May-2010
08:15:00
21-May-2010
09:45:00
21-May-2010
11:15:00
21-May-2010
12:45:00
21-May-2010
14:15:00
Temperature
('C)
Interval
Validation of HBV Packaging Using Box No.1
External temperature +43'C - Run 01
TC.01 TC.02 TC.03 TC.04 TC.05 TC.06 TC.07 TC.08
-10
-5
0
5
10
15
20
Date/Time
19-May-2010
15:45:00
19-May-2010
15:49:30
19-May-2010
17:15:00
19-May-2010
18:45:00
19-May-2010
20:15:00
19-May-2010
21:45:00
19-May-2010
23:15:00
20-May-2010
00:45:00
20-May-2010
02:15:00
20-May-2010
03:45:00
20-May-2010
05:15:00
20-May-2010
06:45:00
20-May-2010
08:15:00
20-May-2010
09:45:00
20-May-2010
11:15:00
20-May-2010
12:45:00
20-May-2010
14:15:00
20-May-2010
15:45:00
20-May-2010
17:15:00
20-May-2010
18:45:00
20-May-2010
20:15:00
20-May-2010
21:45:00
20-May-2010
23:15:00
21-May-2010
00:45:00
21-May-2010
02:15:00
21-May-2010
03:45:00
21-May-2010
05:15:00
21-May-2010
06:45:00
21-May-2010
08:15:00
21-May-2010
09:45:00
21-May-2010
11:15:00
21-May-2010
12:45:00
21-May-2010
14:15:00
Temperature
('C)
Interval
Validation of HBV Packaging Using Box No.1
External temperature -5'C - Run 01
TC.13 TC.14 TC.15 TC.16 TC.17 TC.18
mulai : 07/13/2015 14.57.57 6,591 °C
selesai : 07/14/2015 14.57.57 23,658 °C
HASIL VALIDASI VAKSIN CARRIER
MENGGUNAKAN TTM
UNTUK PENGIRIMAN
JARAK DEKAT (MAX.
12JAM)
ALAT PEMANTAU SUHU
***Bio Farma dan CDOB BPOM
Lakukan pelatihan pada operator gudang + operator pengiriman barang
secara sistematik dan berkala yang mencakup hal-hal sebagai berikut:
• Peraturan perundang-undangan
• CDOB
• Prosedur tertulis (SOP  semua yang dikerjakan ditulis dan semua yang ditulis dikerjakan)
• Monitoring suhu dan dokumentasinya
• Respon terhadap kedaruratan dan masalah keselamatan
OPERATOR / SDM
Lakukan pemeriksaan barang saat proses penerimaan :
• Jenis dan jumlah produk,
• Nomor batch,
• Kondisi fisik,
• Tanggal kadaluwarsa,
• Kondisi alat pemantau suhu dan
• Kondisi VVM (untuk vaksin yang telah dilengkapi VVM)
***Bio Farma dan CDOB BPOM
TERIMA KASIH
Diskusi Kelompok
Masing-masing kelompok menyiapkan :
1. PMK 1148 th 2011
2. PMK 34 th 2014
3. PMK 3 th 2015
4. PKBPOM 7 th 2016
5. PKBPOM Pedoman Teknis CDOB aneks II CCP

More Related Content

What's hot

Tugas manajemen farmasi tentang perbekalan farmasi di apotek ppt
Tugas manajemen farmasi tentang perbekalan farmasi di apotek pptTugas manajemen farmasi tentang perbekalan farmasi di apotek ppt
Tugas manajemen farmasi tentang perbekalan farmasi di apotek ppt
Citra pharmacist
 
Permenkes RI no. 30 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Pusk...
Permenkes RI no. 30 Tahun 2014  tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Pusk...Permenkes RI no. 30 Tahun 2014  tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Pusk...
Permenkes RI no. 30 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Pusk...
Ulfah Hanum
 
Farmakokinetika pengaturan dosis
Farmakokinetika   pengaturan dosisFarmakokinetika   pengaturan dosis
Farmakokinetika pengaturan dosisDwi Ramdhini
 
Mi 1 4. penyimpanan obat di puskesmas
Mi 1   4. penyimpanan obat  di puskesmasMi 1   4. penyimpanan obat  di puskesmas
Mi 1 4. penyimpanan obat di puskesmas
LinaNadhilah2
 
Manajemen obat di rumah sakit
Manajemen obat di rumah sakitManajemen obat di rumah sakit
Manajemen obat di rumah sakitKANDA IZUL
 
Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Pelayanan Kefarmasian di ApotekPelayanan Kefarmasian di Apotek
Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Surya Amal
 
Pedoman dasar-teknik-aseptis
Pedoman dasar-teknik-aseptisPedoman dasar-teknik-aseptis
Pedoman dasar-teknik-aseptis
eko_apt
 
Mi 1 1. perencanaan obat di puskesmas
Mi 1   1. perencanaan obat di puskesmasMi 1   1. perencanaan obat di puskesmas
Mi 1 1. perencanaan obat di puskesmas
LinaNadhilah2
 
Mi 1 8. pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat di puskesmas
Mi 1   8. pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat di puskesmasMi 1   8. pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat di puskesmas
Mi 1 8. pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat di puskesmas
LinaNadhilah2
 
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotekKasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek
AstriedAmalia
 
Uji Disolusi
Uji DisolusiUji Disolusi
Uji Disolusi
Ilma Nurhidayati
 
Pembahasan UKAI Farmasi Industri Berdasarkan Aspek CPOB
Pembahasan UKAI Farmasi Industri Berdasarkan Aspek CPOBPembahasan UKAI Farmasi Industri Berdasarkan Aspek CPOB
Pembahasan UKAI Farmasi Industri Berdasarkan Aspek CPOB
Nesha Mutiara
 
MANAJEMEN FARMASI RUMAH SAKIT
MANAJEMEN FARMASI RUMAH SAKITMANAJEMEN FARMASI RUMAH SAKIT
MANAJEMEN FARMASI RUMAH SAKIT
ssusere6c40f
 
Konseling farmasi (1)
Konseling farmasi (1)Konseling farmasi (1)
Konseling farmasi (1)
Yusuf Himawan
 
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP di Puskesmas
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP di PuskesmasPengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP di Puskesmas
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP di Puskesmas
emaviaza
 
Mi 1 7. pencatatan, pelaporan, pengarsipan pengelolaan obat di puskesmas
Mi 1   7. pencatatan, pelaporan, pengarsipan pengelolaan obat di puskesmasMi 1   7. pencatatan, pelaporan, pengarsipan pengelolaan obat di puskesmas
Mi 1 7. pencatatan, pelaporan, pengarsipan pengelolaan obat di puskesmas
LinaNadhilah2
 
FARMASETIKA – PEMBAHASAN SOAL RESEP det, iter, did, det orig
FARMASETIKA – PEMBAHASAN SOAL RESEP det, iter, did, det origFARMASETIKA – PEMBAHASAN SOAL RESEP det, iter, did, det orig
FARMASETIKA – PEMBAHASAN SOAL RESEP det, iter, did, det orig
Nesha Mutiara
 
Mi 1 2. pengadaan obat di puskesmas
Mi 1   2. pengadaan obat di puskesmasMi 1   2. pengadaan obat di puskesmas
Mi 1 2. pengadaan obat di puskesmas
LinaNadhilah2
 

What's hot (20)

Tugas manajemen farmasi tentang perbekalan farmasi di apotek ppt
Tugas manajemen farmasi tentang perbekalan farmasi di apotek pptTugas manajemen farmasi tentang perbekalan farmasi di apotek ppt
Tugas manajemen farmasi tentang perbekalan farmasi di apotek ppt
 
Permenkes RI no. 30 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Pusk...
Permenkes RI no. 30 Tahun 2014  tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Pusk...Permenkes RI no. 30 Tahun 2014  tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Pusk...
Permenkes RI no. 30 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Pusk...
 
Farmakokinetika pengaturan dosis
Farmakokinetika   pengaturan dosisFarmakokinetika   pengaturan dosis
Farmakokinetika pengaturan dosis
 
Mi 1 4. penyimpanan obat di puskesmas
Mi 1   4. penyimpanan obat  di puskesmasMi 1   4. penyimpanan obat  di puskesmas
Mi 1 4. penyimpanan obat di puskesmas
 
Manajemen obat di rumah sakit
Manajemen obat di rumah sakitManajemen obat di rumah sakit
Manajemen obat di rumah sakit
 
Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Pelayanan Kefarmasian di ApotekPelayanan Kefarmasian di Apotek
Pelayanan Kefarmasian di Apotek
 
Pedoman dasar-teknik-aseptis
Pedoman dasar-teknik-aseptisPedoman dasar-teknik-aseptis
Pedoman dasar-teknik-aseptis
 
Mi 1 1. perencanaan obat di puskesmas
Mi 1   1. perencanaan obat di puskesmasMi 1   1. perencanaan obat di puskesmas
Mi 1 1. perencanaan obat di puskesmas
 
Mi 1 8. pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat di puskesmas
Mi 1   8. pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat di puskesmasMi 1   8. pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat di puskesmas
Mi 1 8. pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat di puskesmas
 
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotekKasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek
 
Evaluasi sediaan
Evaluasi sediaanEvaluasi sediaan
Evaluasi sediaan
 
Uji Disolusi
Uji DisolusiUji Disolusi
Uji Disolusi
 
Pembahasan UKAI Farmasi Industri Berdasarkan Aspek CPOB
Pembahasan UKAI Farmasi Industri Berdasarkan Aspek CPOBPembahasan UKAI Farmasi Industri Berdasarkan Aspek CPOB
Pembahasan UKAI Farmasi Industri Berdasarkan Aspek CPOB
 
MANAJEMEN FARMASI RUMAH SAKIT
MANAJEMEN FARMASI RUMAH SAKITMANAJEMEN FARMASI RUMAH SAKIT
MANAJEMEN FARMASI RUMAH SAKIT
 
Konseling farmasi (1)
Konseling farmasi (1)Konseling farmasi (1)
Konseling farmasi (1)
 
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP di Puskesmas
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP di PuskesmasPengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP di Puskesmas
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP di Puskesmas
 
Mi 1 7. pencatatan, pelaporan, pengarsipan pengelolaan obat di puskesmas
Mi 1   7. pencatatan, pelaporan, pengarsipan pengelolaan obat di puskesmasMi 1   7. pencatatan, pelaporan, pengarsipan pengelolaan obat di puskesmas
Mi 1 7. pencatatan, pelaporan, pengarsipan pengelolaan obat di puskesmas
 
Pengelolaan obat di apotek (5)
Pengelolaan obat di apotek (5)Pengelolaan obat di apotek (5)
Pengelolaan obat di apotek (5)
 
FARMASETIKA – PEMBAHASAN SOAL RESEP det, iter, did, det orig
FARMASETIKA – PEMBAHASAN SOAL RESEP det, iter, did, det origFARMASETIKA – PEMBAHASAN SOAL RESEP det, iter, did, det orig
FARMASETIKA – PEMBAHASAN SOAL RESEP det, iter, did, det orig
 
Mi 1 2. pengadaan obat di puskesmas
Mi 1   2. pengadaan obat di puskesmasMi 1   2. pengadaan obat di puskesmas
Mi 1 2. pengadaan obat di puskesmas
 

Similar to Drug Management Cycle di PBF.ppt

Pmk no 35 2014 standar yan far di apotek
Pmk no 35 2014 standar yan far di apotekPmk no 35 2014 standar yan far di apotek
Pmk no 35 2014 standar yan far di apotekTotok Sudjianto
 
Standar pelayanan kefarmasian apotek 2014
Standar pelayanan kefarmasian apotek 2014Standar pelayanan kefarmasian apotek 2014
Standar pelayanan kefarmasian apotek 2014
Chynthya Riiweuh
 
Pmk no. 35 ttg standar pelayanan kefarmasian di apotek
Pmk no. 35 ttg standar pelayanan kefarmasian di apotekPmk no. 35 ttg standar pelayanan kefarmasian di apotek
Pmk no. 35 ttg standar pelayanan kefarmasian di apotek
Albertus Beny
 
20160602105914 peraturan menteri_ke
20160602105914 peraturan menteri_ke20160602105914 peraturan menteri_ke
20160602105914 peraturan menteri_ke
Andi Ditha J
 
Per kbpom no_40_tahun_2013_tentang_pedoman_pengelolaan_prekursor
Per kbpom no_40_tahun_2013_tentang_pedoman_pengelolaan_prekursorPer kbpom no_40_tahun_2013_tentang_pedoman_pengelolaan_prekursor
Per kbpom no_40_tahun_2013_tentang_pedoman_pengelolaan_prekursor
Ulfah Hanum
 
57078 pmk 9_2017_ttg_apotek_
57078 pmk 9_2017_ttg_apotek_57078 pmk 9_2017_ttg_apotek_
57078 pmk 9_2017_ttg_apotek_
nasrulnasrullah3
 
Pp no. 51_th_2009
Pp no. 51_th_2009Pp no. 51_th_2009
Pp no. 51_th_2009
mataram indonesia
 
1604046-TIKA APRIYANI-PBF.pptx
1604046-TIKA APRIYANI-PBF.pptx1604046-TIKA APRIYANI-PBF.pptx
1604046-TIKA APRIYANI-PBF.pptx
meta emilia surya dharma
 
1604046-TIKA APRIYANI-PBF(1).pptx
1604046-TIKA APRIYANI-PBF(1).pptx1604046-TIKA APRIYANI-PBF(1).pptx
1604046-TIKA APRIYANI-PBF(1).pptx
meta emilia surya dharma
 
Annida R_Manajemen Farmasi di Apotek (1).pdf
Annida R_Manajemen Farmasi di Apotek (1).pdfAnnida R_Manajemen Farmasi di Apotek (1).pdf
Annida R_Manajemen Farmasi di Apotek (1).pdf
ssuserbb0b09
 
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotekPermenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
laniatmadja
 
Permenkes-73-2016-Standar-Pelayanan-Kefarmasian-Di-Apotek.pdf
Permenkes-73-2016-Standar-Pelayanan-Kefarmasian-Di-Apotek.pdfPermenkes-73-2016-Standar-Pelayanan-Kefarmasian-Di-Apotek.pdf
Permenkes-73-2016-Standar-Pelayanan-Kefarmasian-Di-Apotek.pdf
zelsapuspitasari1
 
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotekPermenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
laniatmadja
 
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotekPermenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
PetrusTogarma
 
Per BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfar
Per BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfarPer BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfar
Per BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfar
Ulfah Hanum
 
Pmk 58 tahun 2014 ttg standar yanfar rs
Pmk 58 tahun 2014 ttg standar yanfar rsPmk 58 tahun 2014 ttg standar yanfar rs
Pmk 58 tahun 2014 ttg standar yanfar rs
Albertus Beny
 
uu narkotika.pdf
uu narkotika.pdfuu narkotika.pdf
uu narkotika.pdf
rahmayuliana3
 
Permenkes 3 2015 peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotika
Permenkes 3 2015 peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotikaPermenkes 3 2015 peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotika
Permenkes 3 2015 peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotika
Ulfah Hanum
 
Permenkes 3 2015 peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotika
Permenkes 3 2015 peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotikaPermenkes 3 2015 peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotika
Permenkes 3 2015 peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotika
Adriyal Sutrinanda
 
Permenkes No. 1148 Tahun 2011 Tentang PBF
Permenkes No. 1148 Tahun 2011 Tentang PBFPermenkes No. 1148 Tahun 2011 Tentang PBF
Permenkes No. 1148 Tahun 2011 Tentang PBF
Sainal Edi Kamal
 

Similar to Drug Management Cycle di PBF.ppt (20)

Pmk no 35 2014 standar yan far di apotek
Pmk no 35 2014 standar yan far di apotekPmk no 35 2014 standar yan far di apotek
Pmk no 35 2014 standar yan far di apotek
 
Standar pelayanan kefarmasian apotek 2014
Standar pelayanan kefarmasian apotek 2014Standar pelayanan kefarmasian apotek 2014
Standar pelayanan kefarmasian apotek 2014
 
Pmk no. 35 ttg standar pelayanan kefarmasian di apotek
Pmk no. 35 ttg standar pelayanan kefarmasian di apotekPmk no. 35 ttg standar pelayanan kefarmasian di apotek
Pmk no. 35 ttg standar pelayanan kefarmasian di apotek
 
20160602105914 peraturan menteri_ke
20160602105914 peraturan menteri_ke20160602105914 peraturan menteri_ke
20160602105914 peraturan menteri_ke
 
Per kbpom no_40_tahun_2013_tentang_pedoman_pengelolaan_prekursor
Per kbpom no_40_tahun_2013_tentang_pedoman_pengelolaan_prekursorPer kbpom no_40_tahun_2013_tentang_pedoman_pengelolaan_prekursor
Per kbpom no_40_tahun_2013_tentang_pedoman_pengelolaan_prekursor
 
57078 pmk 9_2017_ttg_apotek_
57078 pmk 9_2017_ttg_apotek_57078 pmk 9_2017_ttg_apotek_
57078 pmk 9_2017_ttg_apotek_
 
Pp no. 51_th_2009
Pp no. 51_th_2009Pp no. 51_th_2009
Pp no. 51_th_2009
 
1604046-TIKA APRIYANI-PBF.pptx
1604046-TIKA APRIYANI-PBF.pptx1604046-TIKA APRIYANI-PBF.pptx
1604046-TIKA APRIYANI-PBF.pptx
 
1604046-TIKA APRIYANI-PBF(1).pptx
1604046-TIKA APRIYANI-PBF(1).pptx1604046-TIKA APRIYANI-PBF(1).pptx
1604046-TIKA APRIYANI-PBF(1).pptx
 
Annida R_Manajemen Farmasi di Apotek (1).pdf
Annida R_Manajemen Farmasi di Apotek (1).pdfAnnida R_Manajemen Farmasi di Apotek (1).pdf
Annida R_Manajemen Farmasi di Apotek (1).pdf
 
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotekPermenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
 
Permenkes-73-2016-Standar-Pelayanan-Kefarmasian-Di-Apotek.pdf
Permenkes-73-2016-Standar-Pelayanan-Kefarmasian-Di-Apotek.pdfPermenkes-73-2016-Standar-Pelayanan-Kefarmasian-Di-Apotek.pdf
Permenkes-73-2016-Standar-Pelayanan-Kefarmasian-Di-Apotek.pdf
 
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotekPermenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
 
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotekPermenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
 
Per BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfar
Per BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfarPer BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfar
Per BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfar
 
Pmk 58 tahun 2014 ttg standar yanfar rs
Pmk 58 tahun 2014 ttg standar yanfar rsPmk 58 tahun 2014 ttg standar yanfar rs
Pmk 58 tahun 2014 ttg standar yanfar rs
 
uu narkotika.pdf
uu narkotika.pdfuu narkotika.pdf
uu narkotika.pdf
 
Permenkes 3 2015 peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotika
Permenkes 3 2015 peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotikaPermenkes 3 2015 peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotika
Permenkes 3 2015 peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotika
 
Permenkes 3 2015 peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotika
Permenkes 3 2015 peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotikaPermenkes 3 2015 peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotika
Permenkes 3 2015 peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotika
 
Permenkes No. 1148 Tahun 2011 Tentang PBF
Permenkes No. 1148 Tahun 2011 Tentang PBFPermenkes No. 1148 Tahun 2011 Tentang PBF
Permenkes No. 1148 Tahun 2011 Tentang PBF
 

Recently uploaded

studi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).ppt
studi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).pptstudi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).ppt
studi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).ppt
SendowoResiden
 
PPT legalitas usaha mikro kecil dan menengah.pptx
PPT legalitas usaha mikro kecil dan menengah.pptxPPT legalitas usaha mikro kecil dan menengah.pptx
PPT legalitas usaha mikro kecil dan menengah.pptx
flashretailindo
 
BAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptx
BAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptxBAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptx
BAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptx
arda89
 
PERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptx
PERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptxPERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptx
PERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptx
AzisahAchmad
 
Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...
Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...
Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...
GalihHardiansyah2
 
Presentation BMB Rev 21 Februari 2020.pdf
Presentation BMB Rev 21 Februari 2020.pdfPresentation BMB Rev 21 Februari 2020.pdf
Presentation BMB Rev 21 Februari 2020.pdf
perumahanbukitmentar
 
17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt
17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt
17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt
aciambarwati
 
Jasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDF
Jasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDFJasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDF
Jasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDF
Rajaclean
 
kinerja penyusunan anggaran organisasi yang baik
kinerja penyusunan anggaran organisasi yang baikkinerja penyusunan anggaran organisasi yang baik
kinerja penyusunan anggaran organisasi yang baik
HalomoanHutajulu3
 
SCRB (1).pdfdsdadasdjhjasjdh asjdhjhas jdhjasdhjhasjd jsadhjash jdhjashd jha ...
SCRB (1).pdfdsdadasdjhjasjdh asjdhjhas jdhjasdhjhasjd jsadhjash jdhjashd jha ...SCRB (1).pdfdsdadasdjhjasjdh asjdhjhas jdhjasdhjhasjd jsadhjash jdhjashd jha ...
SCRB (1).pdfdsdadasdjhjasjdh asjdhjhas jdhjasdhjhasjd jsadhjash jdhjashd jha ...
humancapitalfcs
 
bauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioning
bauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioningbauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioning
bauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioning
wear7
 
10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx
10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx
10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx
RahmanAnshari3
 
pph pasal 4 ayat 2 belajar ( pph Final ).ppt
pph pasal 4 ayat 2  belajar ( pph Final ).pptpph pasal 4 ayat 2  belajar ( pph Final ).ppt
pph pasal 4 ayat 2 belajar ( pph Final ).ppt
mediamandirinusantar
 
Strategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaan
Strategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaanStrategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaan
Strategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaan
fatamorganareborn88
 

Recently uploaded (14)

studi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).ppt
studi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).pptstudi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).ppt
studi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).ppt
 
PPT legalitas usaha mikro kecil dan menengah.pptx
PPT legalitas usaha mikro kecil dan menengah.pptxPPT legalitas usaha mikro kecil dan menengah.pptx
PPT legalitas usaha mikro kecil dan menengah.pptx
 
BAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptx
BAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptxBAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptx
BAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptx
 
PERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptx
PERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptxPERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptx
PERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptx
 
Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...
Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...
Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...
 
Presentation BMB Rev 21 Februari 2020.pdf
Presentation BMB Rev 21 Februari 2020.pdfPresentation BMB Rev 21 Februari 2020.pdf
Presentation BMB Rev 21 Februari 2020.pdf
 
17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt
17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt
17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt
 
Jasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDF
Jasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDFJasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDF
Jasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDF
 
kinerja penyusunan anggaran organisasi yang baik
kinerja penyusunan anggaran organisasi yang baikkinerja penyusunan anggaran organisasi yang baik
kinerja penyusunan anggaran organisasi yang baik
 
SCRB (1).pdfdsdadasdjhjasjdh asjdhjhas jdhjasdhjhasjd jsadhjash jdhjashd jha ...
SCRB (1).pdfdsdadasdjhjasjdh asjdhjhas jdhjasdhjhasjd jsadhjash jdhjashd jha ...SCRB (1).pdfdsdadasdjhjasjdh asjdhjhas jdhjasdhjhasjd jsadhjash jdhjashd jha ...
SCRB (1).pdfdsdadasdjhjasjdh asjdhjhas jdhjasdhjhasjd jsadhjash jdhjashd jha ...
 
bauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioning
bauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioningbauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioning
bauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioning
 
10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx
10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx
10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx
 
pph pasal 4 ayat 2 belajar ( pph Final ).ppt
pph pasal 4 ayat 2  belajar ( pph Final ).pptpph pasal 4 ayat 2  belajar ( pph Final ).ppt
pph pasal 4 ayat 2 belajar ( pph Final ).ppt
 
Strategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaan
Strategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaanStrategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaan
Strategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaan
 

Drug Management Cycle di PBF.ppt

  • 1. DRUG MANAGEMENT CYCLE DI PBF Ignatius Alfa Mardhiprsetya, S.Farm., Apt.
  • 3. X
  • 4. X
  • 5. X
  • 6. Pendahuluan PMK 1148 BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 Pedagang Besar Farmasi,yang selanjutnya disingkatPBF adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
  • 7. PERSONEL Management • Pimpinan Perusahaan Penanggung Jawab • APJ Obat • APJ Alkes Sales • Spv Sales • Salesman • Collector Administrasi • Spv Adm • Akutansi • Fakturis • Inkaso • Keuangan Logistik • Kepala Gudang • Pelaksana Gudang • Pengirim Barang
  • 8. PERSONEL Kepala Cabang Mengelola dan mengembangkan usaha, Mengadakan kegiatan operasional dengan memanfaatkan sumber daya perusahaan secara optimal sesuai ketentuan yang berlaku
  • 9. PERSONEL APJ  Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan ketentuan pengadaan, penerimaan,penyimpanan dan pendistribusian/ penyaluran perbekalan farmasi di gudang utama yang memenuhi persyaratan mutu yang sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang Pedagang Besar Farmasi dan PMK RI No. 34 tahun 2014 tentang Perubahan PMK RI No. 1148 tahun 2011.
  • 10. PERSONEL SPV PENJUALAN  Mengawasi dan mengkoordinasi aktivitas salesman agar dalam menjalankan tugasnya dapat terarah dan terpadu serta memenuhi keinginan pelanggan sehingga dapat mencapai target penjualan yang telah ditetapkan dan terhindar dari segala bentuk kerugian, dan berkoordinasi dengan bagian keuangan serta gudang
  • 11. PERSONEL SPV ADMINISTRASI Mengawasi dan mengkoordinir kegiatan- kegiatan pesanan penjualan, fakturis, inkaso, kolektor, keuangan dan akutansi serta Administrasi Trading (umum dan SDM), sehingga dapat mendukung kelancaran penjualan dan tertib administrasi usaha, perijinan, pengelolaan SDM, sesuai dengan system dan prosedur yang berlaku.
  • 12. PERSONEL KEPALA GUDANG Memastikan aktifitas dan analisa kebutuhan stok barang dagangan dapat dilakukan secara efektif yang mengacu pada analisa kebutuhan stok level dan sales forecast dapat berjalan dengan baik sesuai dengan SOP dan kebijakan yang berlaku.
  • 13. Struktur Organisasi PT. Indofarma Global Medika Cabang Purwokerto Tahun 2017 S. Massiyandi Kepala Cabang Martiati P Fungsi Administrasi Endang Rahayu Akuntansi /Keuangan Lastiti L Inkaso Novita C Fakturis Ign. Alfa M, Apt Pj PBF Suyatno Pj PAK Kolektor 1. Subur R, 2 Kustadi, 3 Mukhlis A, 4. Heru P, 5. Sakyo W.,6. Wawan Salesman Muji Alianto Kepala Gudang 1.Saleh BP 2.Suharyanto 3.Siyam W Peng. Barang Adi Prabowo Pelaksana Gudang Didik Murdiyanto Fungsi Sales Reguler Hendry Fungsi Sales Institusi Asisten Manager Supervisor Pelaksana
  • 14. PMK no 34 th 2014 Pasal 14 (1) Setiap PBF dan PBF Cabang harus memiliki apoteker penanggung jawab yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan ketentuan pengadaan, penyimpanan dan penyaluran obat dan/atau bahan obat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13. (2) Apoteker penanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memiliki izin sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Apoteker penanggung jawab dilarang merangkap jabatan sebagai direksi/pengurus PBF atau PBF Cabang.
  • 15. Undang-Undang yang harus dilaksanakan oleh Apoteker di PBF  UU no 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan  PP no 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kfarmasian  PP no 72 Tahun 1998 Tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan  PMK no 1148 Tahun 2011 Tentang Pedagang Besar Farmasi  PMK no 34 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas PMK no 1148 Tahun 2011  PMK no 3 Tahun 2015 Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnaha, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi  PKBPOM no 7 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengelolaan OOT  PKBPOM HK.03.1.34.11.12.7542 Tahun 2012 Tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik
  • 16. UU no 36 Tahun 2009 Bagian Kelima Belas Pengamanan dan Penggunaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Pasal 98 1) Sediaan farmasi dan alat kesehatan harus aman, berkhasiat/bermanfaat, bermutu, dan terjangkau. 2) Setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan dilarang mengadakan, menyimpan, mengolah, mempromosikan, dan mengedarkan obat dan bahan yang berkhasiat obat.
  • 17. UU no 36 Tahun 2009 3) Ketentuan mengenai pengadaan, penyimpanan, pengolahan, promosi, pengedaran sediaan farmasi dan alat kesehatan harus memenuhi standar mutu pelayanan farmasi yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah 4) Pemerintah berkewajiban membina, mengatur, mengendalikan, dan mengawasi pengadaan, penyimpanan, promosi, dan pengedaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
  • 18. PP 51 Tahun 2009 Bagian Kesatu Umum Pasal 5 Pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian meliputi: a. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pengadaan Sediaan Farmasi; b. Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan Farmasi; c. Pekerjaan Kefarmasian dalam Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi; dan d. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pengadaan Sediaan Farmasi;
  • 19. PP 51 Tahun 2009 Bagian Kedua Pekerjaan Kefarmasian Dalam Pengadaan Sediaan Farmasi Pasal 6 1) Pengadaan Sediaan Farmasi dilakukan pasa fasilitas produksi, fasilitas distribusi atau penyaluran dan fasilitas pelayanan sediaan farmasi 2) Pengadaan Sediaan Farmasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan oleh Tenaga kefarmasian
  • 20. PP 51 Tahun 2009 2) Pengadaan Sediaan Farmasi harus dapat menjamin keamanan, mutu, manfaat dan khasiat Sediaan Farmasi 3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengadaan Sediaan Farmasi sebagaiman dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3) diatur dalam Peraturan Menteri.
  • 21. PP 51 Tahun 2009 Bagian Keempat Pekerjaan Kefarmasian Dalam Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi Pasal 14 1) Setiap Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi berupa obat harus memiliki seorang Apoteker sebagai penanggung jawab.
  • 22. PP 51 Tahun 2009 2) Apoteker sebagai penanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dibantu oleh Apoteker pendamping dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian 3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Pekerjaan Kefarmasian dalam Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri
  • 23. PP 51 Tahun 2009 Pasal 15 Pekerjaan Kefarmasian dalam Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 harus memenuhi ketentuan Cara Distribusi yang Baik yang ditetapkan oleh Menteri.
  • 24. PP no 72 Tahun 1998 Bagian Pertama Umum Pasal 6 Peredaran sediaan farmasi dan alat kesehatan terdiri dari penyaluran dan penyerahan Pasal 7 Peredaran sediaan farmasi dan alat kesehatan dilaksanakan dengan memperhatikan upaya pemeliharaan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan
  • 25. PP no 72 Tahun 1998 Pasal 8 1) Setiap pengangkutan sediaan farmasi dan alat kesehatan dalam rangka peredaran harus disertai dengan dokumen pengangkutan sediaan farmasi dan alat kesehatan. 2) Setiap pengangkut sediaan farmasi dan alat kesehatan dalam rangka peredaran, bertanggung jawab atas kelengkapan dokumen pengangkutan sediaan farmasi dan alat kesehatan.
  • 26. PMK no 1148 Tahun 2011 BAB I Ketentuan Umum Pasal 1  Pedagang Besar Farmasi,yang selanjutnya disingkatPBF adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
  • 27. PMK no 1148 Tahun 2011  Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologidalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia.  Bahan Obat adalah bahan baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan obat dengan standar dan mutu sebagai bahan baku farmasi termasuk baku pembanding.
  • 28. PMK no 1148 Tahun 2011 Pasal 14  Setiap PBFdan PBF Cabangharus memilikiapoteker penanggung jawab yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan ketentuan pengadaan, penyimpanan dan penyaluran obat dan/atau bahan obatsebagaimana dimaksud dalam Pasal 13.  Apoteker penanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memiliki izin sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
  • 29. PMK no 1148 Tahun 2011  Apoteker penanggung jawab dilarang merangkap jabatan sebagai direksi/pengurus PBF atau PBF Cabang.  Setiap pergantian apoteker penanggungjawab, direksi/pengurus PBF atau PBF Cabang wajib melaporkan kepada Direktur Jenderal atau Kepala Dinas Kesehatan Provinsi selambat- lambatnya dalam jangka waktu 6 (enam) hari kerja
  • 30. 5 Kegiatan di PBF berdasarkan Undang Undang Pengadaan Penerimaan Penyimpanan Penyaluran Penarikan kembali
  • 31. PENGADAAN PMK 1148 2011 BAB III PENYELENGGARAN Pasal 13 1) PBF dan PBF Cabang hanya dapat mengadakan, menyimpan dan menyalurkan obat dan/ataubahan obat yang memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan oleh Menteri 2) PBF hanya dapat melaksanakan pengadaan obat dari industri farmasi dan/atau sesama PBF.
  • 32. PENGADAAN PMK no 1148 Tahun 2011 3) PBF hanya dapat melaksanakan pengadaan bahan obat dari industri farmasi, sesama PBF dan/atau melalui importasi 4) Pengadaan bahan obat melalui importasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 5) PBF Cabang hanya dapatmelaksanakan pengadaan obat dan/atau bahan obat dari PBFpusat
  • 33. PENERIMAAN PKBPOM no 7 th 2016 A.1.5. Pada saat penerimaan Obat-Obat Tertentu harus dilakukan pemeriksaan kesesuaian antara fisik dan data dalam Faktur dan/atau Surat Pengiriman Barang (SPB) meliputi: a. kebenaran nama, nomor bets, tanggal kedaluwarsa, jumlah dan kemasan harus sesuai dengan surat pengantar / pengiriman barang dan/atau faktur penjualan; b. kondisi wadah pengiriman dan/atau kemasan termasuk segel,label dan/atau penandaan dalam kondisi baik;
  • 34. PENERIMAAN PKBPOM no 7 th 2016 A.1.6. Apabila setelah dilakukan pemeriksaan pada butir A.1.5 sudah dinyatakan sesuai maka Apoteker penanggungjawab PBF harus menandatangani faktur dan/atau SPB dengan mencantumkan nama lengkap, nomor SIKA dan stempel perusahaan sebagai tanda bukti penerimaan barang.
  • 35. PENERIMAAN PKBPOM no 7 th 2016  A.1.7. Apabila setelah dilakukan pemeriksaan pada butir A.1.5 terdapat ketidaksesuaian: a. Item obat yang tidak sesuai dengan pesanan atau kondisi kemasan tidak baik, maka obat tersebut harus dikembalikan dengan disertai bukti retur, dan segera meminta bukti terima pengembalian dari pemasok. b. nomor bets, tanggal kedaluwarsa dan jumlah antara fisik dengan dokumen pengadaan harus dikonfirmasi ketidaksesuaian dimaksud kepada pihak pemasok untuk dilakukan perbaikan.
  • 36. PENYIMPANAN PMK 1148 Pasal 15 (1) PBF dan PBF Cabang harus melaksanakan pengadaan, penyimpanan dan penyaluran obat dan/atau bahan obat sesuai dengan CDOB yang ditetapkan oleh Menteri. (2) Penerapan CDOB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai pedoman teknis CDOB yang ditetapkan oleh Kepala Badan. (3) PBF dan PBF Cabang yang telah menerapkan CDOB diberikan sertifikat CDOB oleh Kepala Badan.
  • 37. PENYIMPANAN PMK no 3 Tahun 2015 Pasal 25 (1) Tempat penyimpanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dapat berupa gudang, ruangan, atau lemari khusus. (2) Tempat penyimpanan Narkotika dilarang digunakan untuk menyimpan barang selain Narkotika. (3) Tempat penyimpanan Psikotropika dilarang digunakan untuk menyimpan barang selain Psikotropika. (4) Tempat penyimpanan Prekursor Farmasi dalam bentuk bahan baku dilarang digunakan untuk menyimpan barang selain Prekursor Farmasi dalam bentuk bahan baku.
  • 38. PENYIMPANAN PMK no 3 Tahun 2015 Pasal 30 PBF yang menyalurkan Narkotika harus memiliki tempat penyimpanan Narkotika berupa gudang khusus.
  • 39. PENYIMPANAN PMK no 3 Tahun 2015 Pasal 31 PBF yang menyalurkan Psikotropika harus memiliki tempat penyimpanan Psikotropika berupa gudang khusus atau ruang khusus.
  • 40. PENYIMPANAN PMK no 3 Tahun 2015 Gudang khusus atau ruang khusus untuk tempat penyimpanan Psikotropika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berada dalam penguasaan Apoteker penanggung jawab.
  • 41. PENYIMPANAN PMK no 3 Tahun 2015 Pasal 36 Industri Farmasi yang memproduksi Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi, PBF yang menyalurkan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi, atau Instalasi Farmasi Pemerintah harus menyimpan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi dalam gudang penyimpanan obat yang aman berdasarkan analisis risiko.
  • 42. PENYALURAN PMK no 1148 Tahun 2011 Pasal 17 (1) Setiap PBF dan PBF Cabang dilarang menjual obat atau bahan obat secara eceran. (2) Setiap PBF dan PBF Cabang dilarang menerima dan/atau melayani resep dokter.
  • 43. PENYALURAN PMK no 1148 Tahun 2011 Pasal 18  PBF dan PBF Cabang hanya dapat menyalurkan obat kepada PBF atau PBF Cabang lain, dan fasilitas pelayanan kefarmasiansesuai ketentuan peraturan perundang-undangan  Fasilitas pelayanan kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)meliputi: a.apotek; b.instalasi farmasi rumah sakit; c.puskesmas; d.klinik;atau e.toko obat.
  • 44. PENYALURAN PMK no 1148 Tahun 2011  Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) PBF dan PBF Cabang tidak dapat menyalurkan obat keras kepada toko obat.  Untuk memenuhi kebutuhan pemerintah, PBF dan PBF Cabang dapat menyalurkan obat dan bahan obat kepada instansi pemerintah yang dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
  • 45. PENYALURAN PMK no 1148 Tahun 2011 Pasal 20 PBF dan PBF Cabang hanya melaksanakan penyaluran obat berupa obat keras berdasarkan surat pesanan yang ditandatangani apoteker pengelola apotek atau apoteker penanggung jawab. Pasal 24 Selainmenyelenggarakan pengadaan, penyimpanandan penyaluran obat dan/ataubahan obat, PBF mempunyai fungsi sebagai tempat pendidikan dan pelatihan.
  • 46. PENYALURAN PMK no 34 Tahun 2014 Pasal 19 (1) PBF Cabang hanya dapat menyalurkan obat dan/atau bahan obat di wilayah provinsi sesuai surat pengakuannya. (2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) PBF Cabang dapat menyalurkan obat dan/atau bahan obat di wilayah provinsi terdekat untuk dan atas nama PBF Pusat yang dibuktikan dengan Surat Penugasan/Penunjukan.
  • 47. PENYALURAN PMK no 34 Tahun 2014 Pasal 20 PBF dan PBF Cabang hanya melaksanakan penyaluran obat berdasarkan surat pesanan yang ditandatangani apoteker pengelola apotek, apoteker penanggung jawab, atau tenaga teknis kefarmasian penanggung jawab untuk toko obat dengan mencantumkan nomor SIPA, SIKA, atau SIKTTK.
  • 48. PENYALURAN PMK no 3 Tahun 2015 Bagian Kedua Penyaluran Pasal 14 1) Penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi hanya dapat dilakukan oleh: a. Industri Farmasi kepada PBF dan Instalasi Farmasi Pemerintah; b. PBF kepada PBF lainnya, Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik, Instalasi Farmasi Pemerintah dan Lembaga Ilmu Pengetahuan; c. PBF milik Negara yang memiliki Izin Khusus Impor Narkotika kepada Industri Farmasi, untuk penyaluran Narkotika;
  • 49. PENYALURAN PMK no 3 Tahun 2015 d. Instalasi Farmasi Pemerintah Pusat kepada Instalasi Farmasi Pemerintah Daerah, Instalasi Farmasi Rumah Sakit milik Pemerintah, dan Instalasi Farmasi Tentara Nasional Indonesia atau Kepolisian; dan e. Instalasi Farmasi Pemerintah Daerah kepada Instalasi Farmasi Rumah Sakit milik Pemerintah Daerah, Instalasi Farmasi Klinik milik Pemerintah Daerah, dan Puskesmas. 2) Selain kepada PBF lainnya, Apotek, Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Pemerintah dan Lembaga Ilmu Pengetahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, PBF dapat menyalurkan Prekursor Farmasi golongan obat bebas terbatas kepada Toko Obat.
  • 50. PENYALURAN PMK no 3 Tahun 2015 Pasal 17 (1) Pengiriman Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi yang dilakukan oleh Industri Farmasi, PBF, atau Instalasi Farmasi Pemerintah harus dilengkapi dengan: a. surat pesanan; b. faktur dan/atau surat pengantar barang, paling sedikit memuat: 1. nama Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; 2. bentuk sediaan; 3. kekuatan; 4. kemasan; 5. jumlah; 6. tanggal kadaluarsa; dan 7. nomor batch.
  • 51. PENYALURAN PMK no 3 Tahun 2015 (2) Pengiriman Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dilakukan melalui jasa pengangkutan hanya dapat membawa Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi sesuai dengan jumlah yang tecantum dalam surat pesanan, faktur, dan/atau surat pengantar barang yang dibawa pada saat pengiriman.
  • 52. PENGEMBALIAN OBAT PKBPOM no 7 th 2016 D.1. Penanggung jawab PBF bertanggung jawab atas penanganan obat/bahan Obat-Obat Tertentu kembalian. D.2. Penerimaan obat/bahan Obat-Obat Tertentu yang dikembalian harus disertai surat pengembalian barang dari fasilitas yang mengembalikan dengan dilengkapi fotokopi faktur penjualan dan/atau surat pengiriman barang.
  • 53. PENGEMBALIAN OBAT PKBPOM no 7 th 2016 D.3. Apoteker penanggung jawab PBF atau personil yang ditunjuk harus melakukan verifikasi kesesuaian terhadap surat pengembalian barang dan fotokopi faktur penjualan dan/atau surat pengiriman barang. D.4. Verifikasi meliputi nama produk, nama produsen, bentuk dan kekuatan sediaan, jumlah obat, nomor bets, dan tanggal kedaluwarsa obat/bahan obat yang dikembalikan.
  • 54. PENGEMBALIAN OBAT PKBPOM no 7 th 2016 D.5. Obat/bahan Obat-Obat Tertentu kembalian harus dikarantina dan disimpan ditempat yang aman dan terpisah dari obat dan/atau bahan obat kembalian lainnya serta diberi penandaan yang jelas sampai ada keputusan tindak lanjut, dan membuat daftar obat /bahan obat kembalian.
  • 55. CDOB 9 Aspek CDOB: BAB I Manajemen Mutu BAB II Organisasi, Managemen dan Personalia BAB III Bangunan dan Peralatan BAB IV Pelatihan BAB V Inspeksi Diri BAB VI Keluhan Pelanggan BAB VII Transportasi BAB VIII Fasilitas Distribusi Berdasarkan Kontrak BAB IX Dokumentasi
  • 56. CDOB Bab I Manajemen Mutu Tujuan : Mempertahankan M U T U obat dan integritas rantai distribusi selama proses distribusi Implementasi: Sertifikasi ISO Sertifikasi CDOB
  • 57. CDOB Bab I Manajemen Mutu Personel kunci pada fasilitas distribusi adalah pimpinan dan penanggungjawab. Jabatan kunci tersebut harus independen satu dengan yang lain
  • 58. BAB II Organisasi Manajemen dan Personalia Harus ada struktur organisasi untuk tiap bagian yang dilengkapi dengan bagan organisasi yang jelas. Tanggung jawab, wewenang dan hubungan antar semua personil harus ditetapkan dengan jelas. Penanggung jawab dalam pelaksanaan tugasnya harus memastikan bahwa fasilitas distribusi telah menerapkanCDOB dan memenuhi pelayanan publik
  • 59. BAB II Organisasi Manajemen dan Personalia Tugas Apoteker: Menerapkan sistem manajemen mutu Menjaga akurasi dan mutu dokumentasi Menyusun Pelatihan CDOB Mengkoordinasikan penarikan obat Memastikan keluhan pelanggan ditangani efektif Kualifikasi dan persetujuan pemasok dan pelanggan Meluluskan obat kembalian untuk masuk ke stok Turut serta dalam kontrak distribusi dan transportasi Inspeksi Diri Mendelegasikan tugas pada APJ ata TTK jika berhalangan Mengambil keputusan untuk mengkarantina dan memusnahkan obat Memastikan pemenuhan syarat oleh Undang Undang
  • 60. BAB III Bangunan dan Peralatan Faktor yang hasur diperhatikan: Suhu Kelembapan Kebersihan Keamanan
  • 61. BAB III Bangunan dan Peralatan  Suhu : Pemetaan dan Pemantauan  Kelembapan : Pemantauan  Kebersihan : Prosedur pembersihan dan Jadwal Pembersiha  Keamanan : Pembatasan akses personel ke gudang
  • 62. BAB III Bangunan dan Peralatan Harus tersedia peralatan memadahi untuk Cold Chain Product:  Termometer untuk pemantauan suhu saat pengiriman dan penyimpanan  Cool Box  Chiller harus diyakinkan kinerjanya melalui validasi berkala
  • 63. BAB IV Pelatihan  Pelatihan CDOB wajib dan rutin untuk semua personel  Pelatihan sesuai tugas dan tanggungjawab personel dapat diberikan sesuai bagianya masing-masing
  • 64. BAB IV Pelatihan Training Need Analizes Contoh: APJ KACAB KAGUD PB SPV ADM CDOB V V V V V SOP 01 PENGADAAN V V V SOP 02 PENYIMPANAN V V V SOP 03 PENDISTRIBUSIAN V V V V SOP 04 Kontrak Transport V V V DST
  • 65. BAB IV Pelatihan  Setiap Personel mendapatkan pelatihan sesuai TNA atau sesuai kebutuhan SOP masing-masing  Daftar pelatihan dilampirkan disetiap SOP  Pelatihan dievaluasi melalui Pretest dan Postest
  • 66. BAB V Inspeksi Diri Hasil Inspeksi diri harus disampaikan kepada manajemen dan pihak terkait lainnya. Jika dalam pengamatan ditemukan adanya penyimpangan dan/atau kekurangan, maka penyebabnya harus diidentifikasi dan dibuat CAPA. CAPA harus didokumentasikan dan ditindaklanjuti.
  • 67. BAB VI Keluhan dan Obat Kembalian Keluhan Pelanggan Kualitas Obat Industri Distribusi Evaluasi Distribusi
  • 68. BAB VI Keluhan dan Obat Kembalian Syarat obat kembalian dapat dijual kembali: Obat dalam kemasan asli dan kondisi baik Selma pengiriman dan penyimpanan dalam kondisi sesuai Diperiksa terlebih dahulu oleh penanggungjawab / personil berwenang Mempunyai bukti dokumentasi asal usul obat
  • 69. Bab VII Transportasi Moda transportasi yang dipilih, harus dapat menjamin bahwa obat dan/atau bahan obat tidak mengalami perubahan kondisi selama transportasi yang dapat mengurangi mutu. Untuk Pengiriman CCP suhu dimonitordan dicatat pada saat keberangkatan, dalam perjalanan, dan saat diterima.
  • 70. BAB VIII Fasilitas Distribusi Berdasarkan Kontrak Penanganan kehilangan / kerusakan obat selama pengiriman dan dalam kondisi force major Kewajiban penerima kontrak untuk mengembalikan obat dan/atau bahan obat kepada pemberi kontrak jika terjadi kerusakan selama pengiriman dengan menyertakan berita acara kerusakan. Kehilangan selama pengiriman oleh penerima kontrak, penerima kontrak wajib melaporkan kepada pihak kepolisian dan pemberi kontrak. Pemberi kontrak berhak melakukan audit terhadap penerima kontraksetiap saat.
  • 71. BAB IX Dokumentasi Dokumentasi merupakan dokumen tertulis terkait dengan distribusi (pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pelaporan), prosedur tertulis dan dokumen lain yang terkait dengan pemastian mutu.
  • 73. PENGERTIAN COLD CHAIN • Tata cara penanganan vaksin mulai dari penyimpanan, pengepakan dan pengiriman vaksin termasuk peralatan yang digunakan MANFAAT DAN TUJUAN COLD CHAIN • Memperkecil kesalahan penanganan dan kerusakan vaksin  vaksin yang akan digunakan masih berkualitas baik dan mempunyai manfaat untuk kekebalan tubuh
  • 74. MENYIMPANAN VAKSIN DI TEMPAT PALING DINGIN = BAIK PENYIMPANAN VAKSIN ***kecuali vaksin polio
  • 75. KLASIFIKASI VAKSIN 1. Heat Sensitive • Vaksin Yang Peka Terhadap Suhu Panas (Vaksin Polio) 2. Freeze Sensitive • Vaksin Yang Peka Terhadap Suhu Dingin (TT, Td, DT, Hepatitis B, Pentabio, Serum)
  • 76. KERUSAKAN VAKSIN PADA SUHU DIBAWAH O˚C (Thermostability of Vaccines, WHO, 1998) Hep B - 0,5o C Maks ½ jam DPT, TT & DT - 5°C s/d –10oC Maks ½ – 2 jam
  • 77. STABILITAS VAKSIN DILUAR RANTAI DINGIN (Thermo stability of Vaccines, WHO, 1998) KATEGORI + 37°C + 25°C +5°C Polio 2 hari NA* 225 hari DPT 14 hari 90 hari > 3 thn Hep B & TT 30 hari 193 hari > 4 thn Campak & BCG 7 hari 45 hari > 2 thn *** SEBATAS STUDY > ACUAN TETAP ED DAN VVM
  • 78. SINAR MATAHA RI KELEMBABAN UDARA KUNCI UTAMA DALAM PENANGANAN VAKSIN usahakan agar vaksin tidak terkena sinar matahari langsung kelembaban sangat kecil pengaruhnya apabila kemasan / tutup vial masih dalam kondisi baik : SUHU YANG TIDAK SESUAI DAPAT MENURUNKAN POTENSI VAKSIN SUH U
  • 79. CHILLER / FREEZER BUKA ATAS
  • 81.
  • 82. ***Bio Farma dan CDOB BPOM
  • 83. • DISUSUN PER NOMOR BATCH • PERHATIKAN SIRKULASI UDARA • PENGELUARAN SISTEM FIFO/FEFO/VVM • CATAT DI BATCH DELIVERY RECORD ***Bio Farma dan CDOB BPOM
  • 84. ***Bio Farma dan CDOB BPOM • Tidak terkena sinar matahari langsung*** • Sirkulasi udara cukup***
  • 85. DIBAWAH 0°C ( - 20°C ) 2°C – 8°C POLIO BCG, CAMPAK HEPATITIS B, DTP, TT, DT, SERUM • SUHU TIDAK STABIL • RESIKO VAKSIN JATUH DAN PECAH ***Bio Farma dan CDOB BPOM
  • 86. Hasil Test Lemari Es Buka Depan Data suhu lemari es Rumah Tangga. 21Fr 22Sa 23Su 24Mo 25Tu 26We 27Th 28Fr Time (starting 20/02/2003) 0 4,0 8,0 12,0 16,0 Temperature °C 1 2 3 1 2 3 TTM diletakan diatas TTM diletakan ditengah TTM diletakan dibawah
  • 87. Hasil Test Lemari Es Buka Atas
  • 88. PEMBEKUAN VAKSIN SAAT PENYIMPANAN • Thermostat Tidak Berfungsi Dengan Benar • Thermometer Tidak Valid • Tidak dilakukan validasi dan kalibrasi alat KESALAHAN PADA PERALATAN • Paradigma Petugas Bahwa Penyimpanan Lebih Dingin Akan Lebih Baik • Sering Merubah Posisi Thermostat • Penyimpanan Vaksin Yang Padat Sehingga Tidak Ada Sirkulasi Udara KETIDAKTAHUAN PETUGAS (HUMAN ERROR)
  • 91. MENCEGAH PEMBEKUAN VAKSIN Letakkan Vaksin Yang Peka Pembekuan (TT, DT, Td, Hep-B, Pentabio, Serum) Jauh Dari Evaporator Beri Jarak 1-2 Cm Antar Kotak Vaksin Untuk Sirkulasi Udara Letakkan Termometer Alat Pemantau Suhu Paparan Dingin Di Antara Kotak Vaksin Yang Peka Pembekuan
  • 92. PENANGANAN VAKSIN BILA LISTRIK PADAM Hidupkan Generator !!! Jangan Membuka Pintu Lemari Es/Freezer Selalu Simpan Cool Pack Untuk Menstabilkan Suhu Periksa Termometer, Pastikan Suhu Masih Diantara +2° – +8°C Atau -15 – -20°C Kirim Vaksin Ke Tempat Lain Apabila Melampaui Batas Waktu 2 Hari
  • 93. PERSYARATAN PENGIRIMAN VAKSIN VAKSIN SUHU VAKSIN SAAT PENGIRIMAN DTP, TT, DT, HB, DLL. +2˚C s.d. +30˚C BCG, CAMPAK ≤ +30˚C POLIO ≤ +8˚C
  • 94. PROSES VALIDASI VALIDASI : - 5°C dan +43°C
  • 95. 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Date/Time 19-May-2010 15:45:00 19-May-2010 15:49:30 19-May-2010 17:15:00 19-May-2010 18:45:00 19-May-2010 20:15:00 19-May-2010 21:45:00 19-May-2010 23:15:00 20-May-2010 00:45:00 20-May-2010 02:15:00 20-May-2010 03:45:00 20-May-2010 05:15:00 20-May-2010 06:45:00 20-May-2010 08:15:00 20-May-2010 09:45:00 20-May-2010 11:15:00 20-May-2010 12:45:00 20-May-2010 14:15:00 20-May-2010 15:45:00 20-May-2010 17:15:00 20-May-2010 18:45:00 20-May-2010 20:15:00 20-May-2010 21:45:00 20-May-2010 23:15:00 21-May-2010 00:45:00 21-May-2010 02:15:00 21-May-2010 03:45:00 21-May-2010 05:15:00 21-May-2010 06:45:00 21-May-2010 08:15:00 21-May-2010 09:45:00 21-May-2010 11:15:00 21-May-2010 12:45:00 21-May-2010 14:15:00 Temperature ('C) Interval Validation of HBV Packaging Using Box No.1 External temperature +43'C - Run 01 TC.01 TC.02 TC.03 TC.04 TC.05 TC.06 TC.07 TC.08
  • 96. -10 -5 0 5 10 15 20 Date/Time 19-May-2010 15:45:00 19-May-2010 15:49:30 19-May-2010 17:15:00 19-May-2010 18:45:00 19-May-2010 20:15:00 19-May-2010 21:45:00 19-May-2010 23:15:00 20-May-2010 00:45:00 20-May-2010 02:15:00 20-May-2010 03:45:00 20-May-2010 05:15:00 20-May-2010 06:45:00 20-May-2010 08:15:00 20-May-2010 09:45:00 20-May-2010 11:15:00 20-May-2010 12:45:00 20-May-2010 14:15:00 20-May-2010 15:45:00 20-May-2010 17:15:00 20-May-2010 18:45:00 20-May-2010 20:15:00 20-May-2010 21:45:00 20-May-2010 23:15:00 21-May-2010 00:45:00 21-May-2010 02:15:00 21-May-2010 03:45:00 21-May-2010 05:15:00 21-May-2010 06:45:00 21-May-2010 08:15:00 21-May-2010 09:45:00 21-May-2010 11:15:00 21-May-2010 12:45:00 21-May-2010 14:15:00 Temperature ('C) Interval Validation of HBV Packaging Using Box No.1 External temperature -5'C - Run 01 TC.13 TC.14 TC.15 TC.16 TC.17 TC.18
  • 97.
  • 98.
  • 99. mulai : 07/13/2015 14.57.57 6,591 °C selesai : 07/14/2015 14.57.57 23,658 °C HASIL VALIDASI VAKSIN CARRIER MENGGUNAKAN TTM UNTUK PENGIRIMAN JARAK DEKAT (MAX. 12JAM)
  • 101.
  • 102. ***Bio Farma dan CDOB BPOM
  • 103.
  • 104.
  • 105. Lakukan pelatihan pada operator gudang + operator pengiriman barang secara sistematik dan berkala yang mencakup hal-hal sebagai berikut: • Peraturan perundang-undangan • CDOB • Prosedur tertulis (SOP  semua yang dikerjakan ditulis dan semua yang ditulis dikerjakan) • Monitoring suhu dan dokumentasinya • Respon terhadap kedaruratan dan masalah keselamatan OPERATOR / SDM Lakukan pemeriksaan barang saat proses penerimaan : • Jenis dan jumlah produk, • Nomor batch, • Kondisi fisik, • Tanggal kadaluwarsa, • Kondisi alat pemantau suhu dan • Kondisi VVM (untuk vaksin yang telah dilengkapi VVM) ***Bio Farma dan CDOB BPOM
  • 107. Diskusi Kelompok Masing-masing kelompok menyiapkan : 1. PMK 1148 th 2011 2. PMK 34 th 2014 3. PMK 3 th 2015 4. PKBPOM 7 th 2016 5. PKBPOM Pedoman Teknis CDOB aneks II CCP