Dokumen tersebut merangkum riwayat pendidikan dan pengalaman kerja Dr. dr. Muh. Ramli Ahmad, Sp.An-KAP-KMN sebagai dosen di Fakultas Kedokteran UNHAS. Dokumen tersebut juga menjelaskan penelitian dan publikasi yang pernah dilakukan oleh Dr. Ramli terkait manajemen nyeri pasca operasi menggunakan analgesi epidural.
Posyandu Center Of Excellence Sebagai Upaya peningkatan Kualitas.pptx
Dr. M. Ramli Ahmad - The Role of Opioid in Epidural
1. Nama : Dr. dr. Muh. Ramli Ahmad, Sp.An-KAP-KMN
NIP : 19590323 198702 1 001
Status Dosen : Dosen Biasa Negeri
Tempat/Tanggal lahir : Bone. 23 Maret 1959
Pangkat/Golongan : Pembina Utama Muda / IV c
Jabatan Struktural : KPS Bagian Ilmu Anestesi, Perawatan Intensif &
Manajemen Nyeri Fakultas Kedokteran UNHAS
Alamat : Jl. A.P.Pettarani Blok GA7 No.9
Komp IDI Panakukang Makassar
Telp/HP : 0411-456144 / HP: 0811442733 / Flx: 0411-5068281
Alamat Kantor : Bagian Ilmu Anestesiologi, Perawatan Intensif &
Manajemen Nyeri Fakultas Kedokteran UNHAS
RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo Jl. Perintis Kemerdekaan
Km.11 Tamalanrea Makassar 90245
Riwayat Pendidikan :
Jenjang S1, Bidang Kedokteran, Tamat tahun 1986
Profesi, Bidang Kedokteran Umum, Tamat tahun 1986 Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudddin
Spesialis, Bidang Anestesiologi, Tamat tahun 1996, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Konsultan Pediatric Tahun 2009
Konsultan Manajemen Nyeri Tahun 2010
S3 Kedokteran Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin Makassar-Indonesia Tahun 2012
26. Thoracotomy Th 5 -7
Upper abdominal incision Th 7 – 9
Lower abdominal laparatomy Th 10 – 11
Pelvic sugery/ Lower limb surgery L 2-4
Level of insetion shoud be in the middle
of dermatome of planned incision.
27. Common opioids concentration Common LA concentration
Morphine 10 mcg/ml
Hydromorphone 10mcg/ml
Fentanyl 2-5mcg/ml
Meperidine 2mg/ml
Common infusion rate : 5 – 14 cc / hr
Bupivacaine 0.1% (1mg/ml).
Bupivacaine 0.05% (0.5mg/ml)
Ropivacaine 0.2% (2mg/ml)
34. Karakterisitik Kelompok Petidin
(n=30)
Kelompok
Fentanyl
(n=30)
Nilai
p
Jenis Kelamin Laki-laki : 4 (13,3%)
Perempuan : 26
(86,7%)
Laki-laki : 13
(43,3%)
Perempuan : 17
(56,7%)
0,110
Umur 40,5±13,1 49,5±16,5 0,062
Operasi Obgyn 13 (43,3%) Obsgyn 6
(20%)
0,366
Digestif 8 (26,7%) Digestif 17
(56,7%)
Ortopedi 8 (26,7%) Ortopedi 6
(20%)
Urologi 1 (3,3%) Urologi 1
(3,3%)
Data disajikan dalam bentuk prosentase. Nilai p diuji dengan
X2Test. Nilai p<0,05 dinyatakan signifikan
Tabel. Karakteristik sampel
35. Petidin (n=30) Fentanyl (n=30) p
2 jam
pascabedah
Nyeri ringan : 30 (100%) Nyeri ringan : 30(100%)
0,161
24 jam
pascabedah
Tidak nyeri :16 (53,3%)
Nyeri ringan :14 (46,7%)
Tidak nyeri : 19 (63,3%)
Nyeri ringan: 11 (36,7%) 0,415
Akhir pelepasan
kateter epidural
Tidak nyeri :18 (60%)
Nyeri ringan :12 (40%)
Tidak nyeri : 21(70%)
Nyeri ringan : 9(30%) 0,421
Data disajikan dalam bentuk prosentase. Nilai p diuji dengan
Mann Whitney U Test. Nilai p<0,05 dinyatakan signifikan
Lima belas pasien menerima anestesi umum dengan infus epidural kontinu (CEI) melalui dua kateter epidural selama operasi; CEI dilanjutkan untuk mengontrol nyeri pascaoperasi (kelompok E). Lima belas pasien menerima anestesi umum selama operasi dengan analgesia pascaoperasi dilakukan dengan terus-menerus lewat IV morfin (grup G)
Pada kedua kelompok, nilai-nilai pascaoperasi berbeda secara signifikan dibandingkan dengan nilai-nilai sebelum operasi. Kadar plasma kortisol dan ACTH meningkat pada akhir operasi (masing-masing kelompok P <0,01; Gambar. 2C dan D), dan IL-1b, IL-6, IL-10, dan kadar CRP meningkat pada akhir operasi dan pada POD1 dan POD3 (masing-masing kelompok: P <0,01; Gambar. 3A, B, C, dan Gambar. 4C). Hitung Leukocyte meningkat pada POD1 (masing-masing kelompok P <0,05) dan POD3 (masing-masing kelompok P <0,01) (Gambar 4A), sedangkan proporsi limfosit menurun pada akhir operasi untuk POD3 (masing-masing kelompok P <0,01; Gambar . 4B). Di antara subset limfosit, proporsi sel B meningkat pada POD1 (masing-masing kelompok P <0,01; Gambar. 5A), dan dari sel-sel NK menurun pada POD1 dan POD3 (masing-masing kelompok P <0,01; Gambar. 5C).
Sebagai kesimpulan, data kami menunjukkan bahwa epidural blok luas oleh dua kateter tidak dapat melindungi fungsi kekebalan dan menekan respon peradangan akut setelah esophagectomy radikal. Kami menyarankan bahwa epidural analgesia oleh satu kateter untuk memperbaiki pemulihan setelah esophagectomy radikal sebagai pendekatan multimodal.
Setelah terjadi kerusakan jaringan dikeluarkan mediator nyeri termasuk sitokin proinflamasi yang akan mensentsi nosiseptor prifer sensitasi perifer. Rangsang kimia dirobah menjadi rangsang listrik -
-Group satu : Loading dosenya Petidin 1 mg/BB ( 50 mg ) + bupivakain 0,125% 8 cc dilanjutkan Petidin 25 mg + bupivacain 0,125% 6cc tiap 6 jam intemiten atau bupikain 0,125 + 2 mg cc diberikan 5 cc/ jam
-Group dua :Loading dose Fentanyl 25 mikro ( ½ cc) + bupicain 0,125% dilanjutkan fentanyl 25mikro/cc + bupikain 0,125 % 6 cc tiap 6 jam atau bupivakain 0,1 % + 2 mikro/cc –diberikan 5 cc/ jam/ SP