2. Tingkat Kemiskinan Menjelaskan Sebagian Prevalensi Stunting
0
10
20
30
40
50
60
70
0 5 10 15 20 25 30
Pravelensi
Stunting
Tingkat Kemiskinan
Indonesia Barat
0
10
20
30
40
50
60
70
0 10 20 30 40 50
Pravelensi
Stunting
Tingkat Kemiskinan
Indonesia Timur
• Intervensi yang tepat dengan memperkuat program perlindungan sosial yang ada.
• Integrasi program bantuan sosial sepenuhnya untuk membangun SDM masyarakat miskin dan rentan.
3. Inisiatif dan Agen Perubahan dalam Penanganan Stunting di Daerah
3
Kab. Brebes
Program PKH Prestasi berupa peningkatan cakupan dan kualitas
pelayanan gizi pada KPM PKH dalam upaya penanggulangan
stunting yang dilakukan oleh pendamping PKH, tokoh agama di
masyarakat serta jurnalis warga sebagai upaya sosialisasi
kesehatan kepada masyarakat. Sasaran Program di 35 desa; 12
Puskesmas.
JAWA TENGAH
Kab. Banyumas: Si
Jari Emas
Aplikasi yang dibuat
untuk mempermudah
rujukan pasien gawat
darurat 24 jam (ibu
hamil dan bayi baru
lahir) dari Bidan ke
layanan rujukan
(Rumah Sakit).
Kab. Kubu Raya
1. Pendampingan oleh
kader sebagai konselor
PMBA,
2. Kader diberikan insentif
melalui dana APBD
KALIMANTAN BARAT
Kota Pontianak: M Posyandu
Aplikasi berbasis android yang digunakan sejak
tahun 2016 hasil kerjasama World Vision Indonesia
dengan Bank HSBC untuk pemantauan tumbuh
kembang anak dan pendampingan berdasarkan
status gizi.
CBM (Celoteh Brebes Membangun) dan Brebes
news berupa pemberdayaan jurnalis warga sebagai
upaya sosialisasi kesehatan kepada masyarakat
NUSA TENGGARA TIMUR
Kota Kupang: BKS
Brigade Kupang Sehat (BKS) berupa penyediaan layanan
emergency kepada seluruh warga Kota Kupang secara gratis
selama 24 jam dengan melibatkan dokter/perawat dan bidan.
Adanya peran tokoh agama seperti pendeta dalam
sosialisasi PHBS kepada masyarakat di Kota Kupang ataupun
Kabupaten Timor Tengah Selatan
Jurnalis Kader
Tokoh
Agama
Pendamping
PKH
Sumber: Studi Evaluasi Penanganan Stunting (Bappenas, 2017)
4. Gerakan Sehat Cerdas sebagai salah satu upaya lintas sektoral penanganan stunting
Pada tahun 2018, GSC berfokus pada
penanganan stunting salah satunya
melalui Kader Pembangunan Manusia
atau Human Development Worker (HDW)
• Meningkatkan kapasitas dan kualitas
sumber daya manusia di perdesaan.
• Meningkatkan kepedulian masyarakat dan
Pemerintah Desa dalam penanganan dan
pencegahan masalah stunting di tingkat
Desa.
• Meningkatkan konvergensi dan koordinasi
lintas sektor dalam penanganan stunting
di tingkat Desa.
Tujuan
5 Paket Pelayanan Utama Kader Pembangunan Manusia/HDW
Kesehatan
Ibu Anak
Konsultasi
gizi
Sanitasi dan air
bersih
Perlindungan
sosial
PAUD
5. POTENSI SINERGI: Pelatihan P2K2/FDS pada fasilitator GSC untuk Pencegahan Stunting
Kader Pembangunan Manusia Pendamping PKH
Tugas (spesifik isu
stunting)
1. Fasilitasi masyarakat Desa dalam diagnosa penyebab
stunting
2. Fasilitasi dan advokasi peningkatan belanja APBDes
untuk kegiatan kesehatan dan pendidikan
3. Koordinasi dengan petugas lapangan dalam
pemberian 5 layanan utama
4. Memonitor pelaksanaan 5 paket pelayanan utama
5. Meningkatkan kapasitas dan peran Kecamatan dalam
koordinasi penanganan stunting
1. Memotivasi ibu/keluarga untuk memberikan makanan bergizi
seimbang pada balita dan melakukan pemantuan pertumbuhan
dan perkembangan di posyandu.
2. Jika menemukan balita stunting, pendamping melaporkan ke
petugas kesehatan dan menyarankan ibu untuk memberikan
makanan bergizi seimbang.
Cakupan wilayah
kerja
1 orang Kader Pembangunan Manusia per Desa 1. Pendamping: Di level keluarga
2. Korcam : Di level Kecamatan
3. Korkab : Di level Kabupaten
Lingkup
belajar/pelatihan
Pelatihan pra tugas dan dilanjutkan dengan “pelatihan di
tempat tugas” dalam mekanisme supervisi dan
pembimbingan yang dilakukan oleh fasilitator GSC.
1. Bimbingan teknis pendamping
2. Diklat SDM PKH
Modul terkait
penanganan
stunting
Modul Peningkatan Kapasitas Kader Pembangunan
Manusia (dari Pusat)
Modul pendampingan Pertemuan Peningkatan Kapasitas
Keluarga (P2K2): Modul kesehatan dan gizi
Dibutuhkan strategi penguatan pendampingan dan integrasi antara GSC dan PKH di lokasi intervensi untuk
mendukung penurunan stunting
6. 1. Komplementaritas PKH dengan program penanganan stunting lainnya dengan
penguatan keterkaitan data KPM.
• Pangan: BPNT
• Kesehatan: Jaminan Kesehatan
• Air bersih dan sanitasi
2. Peningkatan kualitas pelaksanaan P2K2 PKH, antara lain:
• Melengkapi kebutuhan modul pendamping dan KPM
• Penajaman modul kesehatan khusus pencegahan stunting
• Peningkatan pemahaman KPM dalam pemilihan bahan pangan (BPNT) yang bergizi,
termasuk pemenuhan MP-ASI bagi baduta
3. Perluasan pelaksanaan P2K2 dan potensi sinergi pelatihan/ pelaksanaan
modul kesehatan oleh pendamping sosial lainnya, dan sistem rujukan (SLRT).
4. Evaluasi beban kerja, IKU, dan struktur remunerasi fasilitator 6
Rekomendasi
8. Upaya Penanganan Permasalahan Stunting
1. Intervensi Gizi Spesifik
Intervensi yang diberikan secara spesifik pada sektor kesehatan, khususnya pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) anak.
Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD)
dan suplemen vitamin A bagi Ibu Hamil
Promosi ASI Eksklusif
Pemberian MP-ASI
Pemberian makanan tambahan
Imunisasi dasar
2. Intervensi Gizi Sensitif
Intervensi gizi sensitif meliputi ketahanan pangan, ketersediaan air bersih dan sanitasi, penanggulangan kemiskinan,
pendidikan, sosial, dan sebagainya, memiliki kontribusi sebesar 70% sedangkan intervensi di sektor kesehatan sendiri hanya
berkontribusi sebesar 30% dalam penanganan stunting.
Pada periode ini, jika terjadi gangguan kesehatan
maka akan berdampak permanen pada anak