SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
Suara Pembaruan
Minggu, 24 Juni 2007
Dalam Rindu
Cerpen: Hembang Tambun
Aku benci rumah sakit. Tempat itu begitu dekat dengan kematian. Aku benci bau obat.
Aromanya sangat tidak nyaman di hidungku. Aku benci dokter dan perawat. Mereka
bisanya hanya menakut-nakutiku dengan jarum suntik yang membuatku bermimpi buruk
sewaktu kecil. Tetapi sejak beberapa tahun terakhir ini, aku harus belajar mengakrab-
akrabkan diri dengan mereka semua. Belajar membetah-betahkan diri, bahkan menginap di
ruang putihnya saat harus berjaga sepanjang malam. Belajar menahan muntah, meski bau
obat itu masih terasa menusuk-nusuk. Belajar tersenyum pada dokter dan perawat, karena
sekalipun mereka identik dengan jarum suntik, aku tahu itu bukan untukku.
Dan sekarang, lagi-lagi rumah sakit ini berhasil memenjarakanku. Duduk di salah satu
ruang sempitnya, menatap dalam-dalam pada wajah letih seorang perempuan tua yang
sedang terbaring di salah satu bangsalnya. Wajah itu berkerut-kerut, seolah hendak
mengukir jalan-jalan yang sudah ditapakinya sepanjang hayatnya yang melelahkan. Rongga
matanya cekung, menciptakan dua lobang hitam di wajah tirusnya. Irama nafasnya mulai
teratur. Dadanya bergerak naik turun dengan nada yang sama. Aku mengawasinya dengan
hati penuh haru.
Malam ini barulah ia bisa sedikit tenang setelah minum obat yang diberi dokter. Sepanjang
dua malam, sejak ia diopname di sini, ia tak pernah setenang ini. Selalu mengerang dan
mengaduh kesakitan. Ia tak selera menyantap apapun. Pun sekadar mencicipinya. Kalaupun
dengan setengah terpaksa ia mau karena bujukanku yang mengiba, maka dalam sekejap ia
langsung memuntahkan makanan itu. Lalu hanya wajah pucatnya yang tersisa. Aku pun
hanya bisa menangis tertahan sambil menenangkannya. Akhirnya ia hanya bisa bergantung
pada obat-obatan dari selang infus di pergelangan tangannya sebagai sumber penguat
tubuhnya, serta dari beberapa suntikan yang sangat menyiksanya.
"Tii...goor...!!!" suara paraunya terdengar seperti igauan. Lalu menceracau tidak jelas.
Kemudian ia memiringkan kepalanya seolah hendak mencari posisi tidur yang pas.
"Aku di sini, Inong! Aku ada di sini!" kataku berbisik di telinganya, sambil menggenggam
erat tangannya. Telapak tangannya yang kasar begitu kaku. Dingin. Kubetulkan selimut
yang menutupi badannya. Kuelus keningnya perlahan sambil merapikan beberapa helai
anak rambutnya yang menjuntai. Kukatupkan bibir dan kupejamkan mata menahan butir air
yang sudah menggenang di pelupuk. Kalau tidak, butiran itu akan jatuh tepat di wajah ibu
dan malah akan membangunkannya.
Kembali kuterdiam. Hening. Aku hanya bisa terduduk di samping bangsal ibu di kamar
putih ini, memandangi wajahnya sepuasnya tanpa henti, sambil mengucap doa-doa untuk
kesembuhannya. Ia benar-benar tak berdaya. Seperti seorang pecundang yang dikalahkan
oleh kerasnya hidup, seletih wajah pasukan yang terpukul mundur dari medan perang yang
tak terhindarkan.
"Inong...!" aku bergumam perlahan sembari membayangkan betapa ia juga dulu sering
menatapku seperti ini, saat aku juga sama sekali tak berdaya di tahun-tahun pertamaku
menyapa kehidupan. Ia sering memandangiku sampai terlelap, mengucap doa-doa,
menguntai satu harap akan masa depan yang lebih baik untukku.
Dulu, ibuku seorang yang kuat. Perkasa. Ia pekerja keras yang tak kenal letih, seperti
kebanyakan petani di kampung kami. Dunianya pun tak lebih dari sawah dan ladang
belaka. Kerja dan kerja, hanya itu yang ada dalam kamusnya. Ia sudah berada di sawah
mendahului matahari di waktu pagi, seolah ia hendak membangunkan fajar, dan ia baru tiba
di rumah, setelah matahari jatuh di peraduannya. Yang dipikirkannya hanyalah bagaimana
memperoleh hasil panen yang lebih banyak, karena setiap bulan, anaknya yang kuliah di
kota provinsi akan menagih jatah bulanannya. Belum lagi anak-anaknya yang masih ada di
sekolah lanjutan, yang sebentar lagi juga akan membutuhkan biaya yang semakin besar.
Makanya jangan heran bila sepulang dari sawah, pertanyaan pertama yang akan terdengar
adalah, "Kau sudah kasih makan pinahan kita?" Bukan pertanyaan, "Kau sudah mandi,
Nak?" Atau, "Bagaimana pelajaran sekolahmu?"
Namun, sekalipun semua perhatian sentimentil seperti itu tidak akan pernah terdengar dari
bibirnya, aku tahu hatinya penuh dengan semangat memperjuangkan anak-anaknya. Entah
siapa yang berhasil menanamkan prinsip anakhonhi do hamoraon di ahu ke dalam
pikirannya, juga bagi mayoritas suku kami. Sepertinya prinsip itu sudah menjadi bagian
yang melekat dengan detak jantungnya, bagian dari nafasnya. Hingga dengan seluruh daya
ia berjuang tanpa henti. Dan, mungkin baginya, waktu dua puluh empat jam sehari itu
seolah tidak pernah cukup untuk membaktikan dirinya bagi anak-anaknya.
Dan beban itu semakin berat saja dipikulnya ketika di suatu malam yang naas, sepulang
menghadiri upacara adat, mobil yang membawa ayah mengalami kecelakaan yang
memaksanya untuk beristirahat total di rumah untuk selamanya. Tak ada lagi yang
membantunya sejak saat itu. Ia harus benar-benar bisa mengandalkan dirinya sendiri.
Apalagi ayah cuma sanggup bertahan hidup hampir setahun, setelah dua petak sawah
tergadai untuk menutupi biaya pengobatannya.
Maka semakin rentalah ia. Semakin keraslah ia membanting tulang dengan harapan anak-
anaknya tidak akan semenderita dirinya kelak. Sungguh suatu harapan mulia yang
diidamkan semua orang tua.
"Tiii...goor...!!!" igauan ibu terdengar lagi.
"Inong, aku di sini!" bisikku lagi sambil mengelap sebutir keringat yang mengalir di
keningnya. Kubelai pipinya dengan punggung tanganku.
"Tiii...goor...!!!"
"Inong, anakmu ada di sini!" desisku lagi dengan perlahan. Hatiku terenyuh melihat
bibirnya yang komat kamit menyebut nama anak terkasihnya, seperti melafazkan tabas dari
alam bawah sadarnya.
*
Dulu, ibuku telah berjuang antara hidup dan mati sebanyak sebelas kali untuk melahirkan
kami ke dunia ini. Ya, sebelas kali! Kami sebelas bersaudara, hanya saja tiga orang
meninggal sewaktu masih bayi, karena tidak tersedianya sarana pertolongan kesehatan yang
memadai di desa kami yang terpencil. Belasan orang bersaudara adalah jumlah yang
sangat-sangat biasa bagi generasi saat itu. Sampai-sampai pemerintah menggalakkan
Program KB (Keluarga Berencana) hingga ke pelosok-pelosok dengan motto: dua anak
cukup, laki-laki perempuan sama saja! untuk meredam melonjaknya angka kelahiran.
Sungguh suatu slogan yang membuat ibu-ibu yang sudah terlanjur beranak banyak menjadi
minder.
Namun sejujurnya bukan program itu yang menghambat angka kelahiran di desaku.
Umumnya ibu-ibu memutuskan untuk tidak mempunyai anak lagi saat anak siakkangan-nya
sudah menikah. Karena bila cucunya berusia lebih tua dari anaknya sendiri, akan menjadi
prestasi yang agak memalukan, dan sering menjadi bahan olokan di masyarakat. Persis
dengan yang terjadi denganku. Ibuku mengandungku saat kakakku yang paling tua sedang
mengandung anak sulungnya.
"Tii...goor...!!!"
Sekali lagi, dengan perlahan aku mengusap kening ibu sambil membisikkan jawaban
lembut di telinganya. Keningnya masih terasa dingin. Betapa ibanya aku menatapnya dalam
kondisi seperti ini. Sedalam apakah kerinduanmu terhadap anak-anakmu, Ibu?
Semenjak aku membawa ibu ke rumah sakit ini, aku sudah segera menghubungi kakak
yang tinggal di Jakarta maupun Surabaya untuk mengabari kondisi ibu. Tetapi mereka
cuma bilang, "Segera kabari kami kalau kondisinya semakin kritis!" Itupun hanya melalui
pesan singkat SMS. Mereka semua sama saja!
Aku mendongkol dengan ketakperdulian mereka. Mentang-mentang mereka sudah pada
sibuk dengan urusan keluarga mereka masing-masing, mereka mengacuhkan ibu yang
sepertinya cuma menjadi pelengkap penderita, bahkan kadang-kadang jadi beban yang
memberati mereka. Ataukah mereka telah memposisikan ibu - yang tak bisa lagi berbuat
apa-apa itu - sebagai benalu? Parasit? Ah...! Andai mereka tahu tak henti-hentinya ibu
memikirkan mereka....
"Mii...numm...! Ha...uss...!" desis ibu lemah.
Kusodorkan sesendok air putih ke bibir keringnya. Tapi membuka mulutnya saja pun sudah
membutuhkan satu usaha cukup keras darinya. Kucelupkan dua jariku ke segelas air putih
dan membasahi bibirnya.
Sekarang semuanya serba terbalik. Di tengah segala kesibukannya, dulu, ialah yang dengan
penuh sabar memberiku minum tanpa mengeluh. Ialah yang mamemei aku. Ialah yang
menunggui aku sampai terlelap. Ia pulalah yang mengajari aku dengan kata pertamaku,
mengenalkanku pada segala sesuatu serta menjelaskan kegunaan segala benda yang masih
asing bagiku, walaupun terkadang aku dengan teganya malah membalas dengan bentakan
kasar saat ia berulangkali bertanya bagaimana memakai sebuah benda produksi abad ke-21.
"Tii...goor...!!!"
Suara ibu terdengar tertahan bersamaan dengan sebuah getar hand-phone di saku celanaku.
Aku menenangkan ibu dengan sebuah usapan di keningnya sambil tangan kiriku berusaha
merogoh HP (hand phone). Ternyata sebuah SMS dari kakak nomor lima yang tinggal di
Makassar bersama suaminya. Lagi-lagi cuma bilang agar aku segera mengabari mereka bila
kondisi ibu makin memburuk. Ah, ibu. Apakah hanya kabar kematianmu saja yang ingin
mereka dengarkan saat ini? Terlalu merepotkankah seorang ibu yang tergolek tak berdaya
di masa tuanya bagi mereka yang pernah bergelung nyaman di dalam rahimnya?
Dasar anak-anak durhaka, geramku. Hatiku bergolak dengan sikap mereka yang tak
memikirkan ibu yang sedang sekarat di depanku saat ini. Layakkah perlakuan sedemikian
dituainya setelah sepanjang usia ia menabur berjuta asa? Belum cukupkah kisah Si Mardan
atau Malin Kundang menjadi pelajaran berharga bagi anak-anak yang melupakan budi baik
orang tua? Perlukah ditulis cerita baru tentang kedurhakaan para durjana yang berlaku
bagai kacang lupa kulitnya?
"Tiii...goor...!!!"
Kutatap lagi wajah letih ibu. Kuelus dahi keriputnya. Ada sejumput bahagia yang tersamar
bertunas di hatiku karena bisa menemaninya melewati malam-malam sunyi yang gulita dan
menenangkan gundahnya. Andai ada hal besar yang bisa kulakukan untuk
kesembuhannya....
Kugenggam tangan kanan ibu dengan kedua tanganku dan kutundukkan kepalaku.
Kupejamkan mataku, memanjatkan doa untuk kepulihannya. Sukmaku melayang
menembus langit-langit, mengadu pada satu kekuatan mahadahsyat yang menurutku
mampu mengatasi semua masalahku, juga ibuku. Lalu semuanya senyap. Hanya hening
meraja. Dan rasa kantuk tiba-tiba menyergapku dari segala arah, mengatupkan kedua
mataku seolah ditindih pemberat yang tak mampu kusingkirkan.
*
Aku terjaga saat tangan ibu ditarik dengan sedikit menyentak, mengejutkanku. Entah sudah
berapa lama aku tertidur sambil menggenggam tangannya. Lalu kulihat wajahnya yang
berbinar menatapku dengan kerinduan yang seolah terpuaskan. Tangannya gementar
memegangi rambut pendekku. Berusaha ditegakkannya kepalaku agar ia bisa melihat
wajahku lebih jelas. Sepertinya ia ingin mengucapkan sesuatu. Kudekatkan wajahku ke
arahnya. Kubimbing tangannya membelai wajahku, dan kudekap dia dengan penuh kasih
sayang.
"Oh... Tii...goor! Ooh...! Akhirnya kau pulang juga...!" katanya terbata-bata sambil
mengencangkan pelukannya dan menciumi wajahku. Suaranya terdengar serak, seolah
hanya desis yang dipaksakan bergema di telingaku.
Dan aku balas memeluknya. Air mataku meruah dalam dekapannya.
Padahal aku bukan Tigor, satu-satunya anak lelaki di keluarga kami yang sudah puluhan
tahun tak pernah pulang tanpa kabar, sejak meninggalkan kuliahnya begitu saja. Kabar
angin yang bergaung mengatakan ia kawin dengan seorang gadis Banjar dan tinggal di
Kalimantan sana. Anak yang tak punya rasa rindu itu seperti menguap begitu saja, hilang
tanpa bekas, menghadiahkan nestapa bagi ibu sebagai balas jasanya.
Aku adalah Tiur, boru siampudan yang namanya tak pernah ibu sebut dalam
rindunya....***
Tanah Deli, 02 Februari 2007, 23:09:47/ 02 Juni 2007
Catatan:
Inong : ibu
Pinahan : hewan ternak (khususnya babi)
Anakhonhi do hamoraon di ahu:
anakku itulah harta/kekayaan bagiku
Tabas : mantra
Siakkangan : anak sulung
Mamemei : memberi makanan yang telah terlebih dahulu dihaluskan di dalam mulut
Boru siampudan : putri bungsu

More Related Content

Viewers also liked

Dongeng untuk anjeli (willy hangguman)
Dongeng untuk anjeli (willy hangguman)Dongeng untuk anjeli (willy hangguman)
Dongeng untuk anjeli (willy hangguman)arvin2014
 
Cermin jiwa (s prasetyo utomo)
Cermin jiwa (s prasetyo utomo)Cermin jiwa (s prasetyo utomo)
Cermin jiwa (s prasetyo utomo)arvin2014
 
Bertahan di selatan (nugroho sukmanto)
Bertahan di selatan (nugroho sukmanto)Bertahan di selatan (nugroho sukmanto)
Bertahan di selatan (nugroho sukmanto)arvin2014
 
Cerita bohong di siang bolong (noer mursidi)
Cerita bohong di siang bolong (noer mursidi)Cerita bohong di siang bolong (noer mursidi)
Cerita bohong di siang bolong (noer mursidi)arvin2014
 
Atheis (m. dawam rahardjo)
Atheis (m. dawam rahardjo)Atheis (m. dawam rahardjo)
Atheis (m. dawam rahardjo)arvin2014
 
Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)
Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)
Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)arvin2014
 
Anggang dari laut (pinto anugrah)
Anggang dari laut (pinto anugrah)Anggang dari laut (pinto anugrah)
Anggang dari laut (pinto anugrah)arvin2014
 
Durian (djenar maesa ayu)
Durian (djenar maesa ayu)Durian (djenar maesa ayu)
Durian (djenar maesa ayu)arvin2014
 
Dongeng penunggu surau (mahmudi arif d)
Dongeng penunggu surau (mahmudi arif d)Dongeng penunggu surau (mahmudi arif d)
Dongeng penunggu surau (mahmudi arif d)arvin2014
 
Réseaux et communautés, 2. Espaces et intensités
Réseaux et communautés, 2. Espaces et intensitésRéseaux et communautés, 2. Espaces et intensités
Réseaux et communautés, 2. Espaces et intensitésrichard peirano
 
Cerpen buat saya (sunaryono basuki ks)
Cerpen buat saya (sunaryono basuki ks)Cerpen buat saya (sunaryono basuki ks)
Cerpen buat saya (sunaryono basuki ks)arvin2014
 
réformes de l'éducation, le projet
réformes de l'éducation, le projetréformes de l'éducation, le projet
réformes de l'éducation, le projetrichard peirano
 

Viewers also liked (12)

Dongeng untuk anjeli (willy hangguman)
Dongeng untuk anjeli (willy hangguman)Dongeng untuk anjeli (willy hangguman)
Dongeng untuk anjeli (willy hangguman)
 
Cermin jiwa (s prasetyo utomo)
Cermin jiwa (s prasetyo utomo)Cermin jiwa (s prasetyo utomo)
Cermin jiwa (s prasetyo utomo)
 
Bertahan di selatan (nugroho sukmanto)
Bertahan di selatan (nugroho sukmanto)Bertahan di selatan (nugroho sukmanto)
Bertahan di selatan (nugroho sukmanto)
 
Cerita bohong di siang bolong (noer mursidi)
Cerita bohong di siang bolong (noer mursidi)Cerita bohong di siang bolong (noer mursidi)
Cerita bohong di siang bolong (noer mursidi)
 
Atheis (m. dawam rahardjo)
Atheis (m. dawam rahardjo)Atheis (m. dawam rahardjo)
Atheis (m. dawam rahardjo)
 
Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)
Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)
Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)
 
Anggang dari laut (pinto anugrah)
Anggang dari laut (pinto anugrah)Anggang dari laut (pinto anugrah)
Anggang dari laut (pinto anugrah)
 
Durian (djenar maesa ayu)
Durian (djenar maesa ayu)Durian (djenar maesa ayu)
Durian (djenar maesa ayu)
 
Dongeng penunggu surau (mahmudi arif d)
Dongeng penunggu surau (mahmudi arif d)Dongeng penunggu surau (mahmudi arif d)
Dongeng penunggu surau (mahmudi arif d)
 
Réseaux et communautés, 2. Espaces et intensités
Réseaux et communautés, 2. Espaces et intensitésRéseaux et communautés, 2. Espaces et intensités
Réseaux et communautés, 2. Espaces et intensités
 
Cerpen buat saya (sunaryono basuki ks)
Cerpen buat saya (sunaryono basuki ks)Cerpen buat saya (sunaryono basuki ks)
Cerpen buat saya (sunaryono basuki ks)
 
réformes de l'éducation, le projet
réformes de l'éducation, le projetréformes de l'éducation, le projet
réformes de l'éducation, le projet
 

Similar to Dalam rindu (hembang tambun)

Similar to Dalam rindu (hembang tambun) (20)

Dalam rindu (hembang tambun)
Dalam rindu (hembang tambun)Dalam rindu (hembang tambun)
Dalam rindu (hembang tambun)
 
cerpen karangan sendiri
cerpen karangan sendiricerpen karangan sendiri
cerpen karangan sendiri
 
Ibu meninggal (hudan hidayat)
Ibu meninggal (hudan hidayat)Ibu meninggal (hudan hidayat)
Ibu meninggal (hudan hidayat)
 
Ibu meninggal (hudan hidayat)
Ibu meninggal (hudan hidayat)Ibu meninggal (hudan hidayat)
Ibu meninggal (hudan hidayat)
 
Cerita nyata yg mengharukan
Cerita nyata yg mengharukanCerita nyata yg mengharukan
Cerita nyata yg mengharukan
 
Cerita
CeritaCerita
Cerita
 
Seorang ibu menunggu (an. ismanto)
Seorang ibu menunggu (an. ismanto)Seorang ibu menunggu (an. ismanto)
Seorang ibu menunggu (an. ismanto)
 
Kabut jingga
Kabut jinggaKabut jingga
Kabut jingga
 
Cerita ceweksma dalamduniagemerlap
Cerita ceweksma dalamduniagemerlapCerita ceweksma dalamduniagemerlap
Cerita ceweksma dalamduniagemerlap
 
Hyrftu
HyrftuHyrftu
Hyrftu
 
Layu sebelum berkembang
Layu sebelum berkembangLayu sebelum berkembang
Layu sebelum berkembang
 
Cinta datang tepat waktu
Cinta datang tepat waktuCinta datang tepat waktu
Cinta datang tepat waktu
 
Para Penanti
Para PenantiPara Penanti
Para Penanti
 
Bila Kita Bersyukur [Cerpen ARKI 2016]
Bila Kita Bersyukur [Cerpen ARKI 2016] Bila Kita Bersyukur [Cerpen ARKI 2016]
Bila Kita Bersyukur [Cerpen ARKI 2016]
 
Lifeline
LifelineLifeline
Lifeline
 
Presentasi teknik penulisan-cerpen3
Presentasi teknik penulisan-cerpen3Presentasi teknik penulisan-cerpen3
Presentasi teknik penulisan-cerpen3
 
Terjalnya jalan hidupku
Terjalnya  jalan hidupkuTerjalnya  jalan hidupku
Terjalnya jalan hidupku
 
Anak semata wayang (whani darmawan)
Anak semata wayang (whani darmawan)Anak semata wayang (whani darmawan)
Anak semata wayang (whani darmawan)
 
Aku terpaksa-menikahinya
Aku terpaksa-menikahinyaAku terpaksa-menikahinya
Aku terpaksa-menikahinya
 
Rembulan di Mata Ibu
Rembulan di Mata IbuRembulan di Mata Ibu
Rembulan di Mata Ibu
 

More from arvin2014

Dilarang menjala ikan di hari sabtu (denny prabowo)
Dilarang menjala ikan di hari sabtu (denny prabowo)Dilarang menjala ikan di hari sabtu (denny prabowo)
Dilarang menjala ikan di hari sabtu (denny prabowo)arvin2014
 
Dermaga (lan fang)
Dermaga (lan fang)Dermaga (lan fang)
Dermaga (lan fang)arvin2014
 
Ceracau ompu gabe (hasan al banna)
Ceracau ompu gabe (hasan al banna)Ceracau ompu gabe (hasan al banna)
Ceracau ompu gabe (hasan al banna)arvin2014
 
Burung di atas kuburan (nugroho sukmanto)
Burung di atas kuburan (nugroho sukmanto)Burung di atas kuburan (nugroho sukmanto)
Burung di atas kuburan (nugroho sukmanto)arvin2014
 
Bisikan angin (beni setia)
Bisikan angin (beni setia)Bisikan angin (beni setia)
Bisikan angin (beni setia)arvin2014
 
Bigau (damhuri muhammad)
Bigau (damhuri muhammad)Bigau (damhuri muhammad)
Bigau (damhuri muhammad)arvin2014
 
Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)
Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)
Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)arvin2014
 
Badai bunga (triyanto triwikromo)
Badai bunga (triyanto triwikromo)Badai bunga (triyanto triwikromo)
Badai bunga (triyanto triwikromo)arvin2014
 
Aryati (dodiek adyttya dwiwanto)
Aryati (dodiek adyttya dwiwanto)Aryati (dodiek adyttya dwiwanto)
Aryati (dodiek adyttya dwiwanto)arvin2014
 
Anting (ratna indraswari ibrahim )
Anting (ratna indraswari ibrahim )Anting (ratna indraswari ibrahim )
Anting (ratna indraswari ibrahim )arvin2014
 
Anak inkubator (yonathan rahardjo)
Anak inkubator (yonathan rahardjo)Anak inkubator (yonathan rahardjo)
Anak inkubator (yonathan rahardjo)arvin2014
 
Muscle fitness
Muscle fitnessMuscle fitness
Muscle fitnessarvin2014
 
Fitness club
Fitness clubFitness club
Fitness clubarvin2014
 
Fitness training
Fitness trainingFitness training
Fitness trainingarvin2014
 

More from arvin2014 (14)

Dilarang menjala ikan di hari sabtu (denny prabowo)
Dilarang menjala ikan di hari sabtu (denny prabowo)Dilarang menjala ikan di hari sabtu (denny prabowo)
Dilarang menjala ikan di hari sabtu (denny prabowo)
 
Dermaga (lan fang)
Dermaga (lan fang)Dermaga (lan fang)
Dermaga (lan fang)
 
Ceracau ompu gabe (hasan al banna)
Ceracau ompu gabe (hasan al banna)Ceracau ompu gabe (hasan al banna)
Ceracau ompu gabe (hasan al banna)
 
Burung di atas kuburan (nugroho sukmanto)
Burung di atas kuburan (nugroho sukmanto)Burung di atas kuburan (nugroho sukmanto)
Burung di atas kuburan (nugroho sukmanto)
 
Bisikan angin (beni setia)
Bisikan angin (beni setia)Bisikan angin (beni setia)
Bisikan angin (beni setia)
 
Bigau (damhuri muhammad)
Bigau (damhuri muhammad)Bigau (damhuri muhammad)
Bigau (damhuri muhammad)
 
Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)
Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)
Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)
 
Badai bunga (triyanto triwikromo)
Badai bunga (triyanto triwikromo)Badai bunga (triyanto triwikromo)
Badai bunga (triyanto triwikromo)
 
Aryati (dodiek adyttya dwiwanto)
Aryati (dodiek adyttya dwiwanto)Aryati (dodiek adyttya dwiwanto)
Aryati (dodiek adyttya dwiwanto)
 
Anting (ratna indraswari ibrahim )
Anting (ratna indraswari ibrahim )Anting (ratna indraswari ibrahim )
Anting (ratna indraswari ibrahim )
 
Anak inkubator (yonathan rahardjo)
Anak inkubator (yonathan rahardjo)Anak inkubator (yonathan rahardjo)
Anak inkubator (yonathan rahardjo)
 
Muscle fitness
Muscle fitnessMuscle fitness
Muscle fitness
 
Fitness club
Fitness clubFitness club
Fitness club
 
Fitness training
Fitness trainingFitness training
Fitness training
 

Recently uploaded

Wa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandung
Wa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandungWa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandung
Wa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandungnicksbag
 
BAB 2 BARISAN DAN DERET kelas x kurikulum merdeka
BAB 2 BARISAN DAN DERET kelas x kurikulum merdekaBAB 2 BARISAN DAN DERET kelas x kurikulum merdeka
BAB 2 BARISAN DAN DERET kelas x kurikulum merdekachairilhidayat
 
Lim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang Maxwin
Lim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang MaxwinLim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang Maxwin
Lim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang MaxwinLim4D
 
IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024
IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024
IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024idmpo grup
 
IDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOT
IDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOTIDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOT
IDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOTNeta
 
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...Neta
 
Ryu4D : Daftar Situs Judi Slot Gacor Terbaik & Slot Gampang Menang
Ryu4D : Daftar Situs Judi Slot Gacor Terbaik & Slot Gampang MenangRyu4D : Daftar Situs Judi Slot Gacor Terbaik & Slot Gampang Menang
Ryu4D : Daftar Situs Judi Slot Gacor Terbaik & Slot Gampang MenangRyu4D
 
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA & BANYAK BONUS KEMENANGAN DI BAY...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA & BANYAK BONUS KEMENANGAN DI BAY...IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA & BANYAK BONUS KEMENANGAN DI BAY...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA & BANYAK BONUS KEMENANGAN DI BAY...Neta
 
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................teeka180806
 
644401128-Soal-Siswa-Berprestasi-SD-Tahun-2022.pdf
644401128-Soal-Siswa-Berprestasi-SD-Tahun-2022.pdf644401128-Soal-Siswa-Berprestasi-SD-Tahun-2022.pdf
644401128-Soal-Siswa-Berprestasi-SD-Tahun-2022.pdfTikaCahyaningrum1
 
KERTAS KERJA MINGGU BAHASA MELAYU SEKOLAH RENDAH.doc
KERTAS KERJA MINGGU BAHASA MELAYU SEKOLAH RENDAH.docKERTAS KERJA MINGGU BAHASA MELAYU SEKOLAH RENDAH.doc
KERTAS KERJA MINGGU BAHASA MELAYU SEKOLAH RENDAH.docEnaNorazlina
 
STD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdeka
STD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdekaSTD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdeka
STD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdekachairilhidayat
 
Babahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjf
BabahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjfBabahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjf
BabahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjfDannahadiantyaflah
 
Bento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah Maxwin
Bento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah MaxwinBento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah Maxwin
Bento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah MaxwinBento88slot
 
Wen4D Situs Judi Slot Gacor Server Thailand Hari Ini Gampang Jackpot
Wen4D Situs Judi Slot Gacor Server Thailand Hari Ini Gampang JackpotWen4D Situs Judi Slot Gacor Server Thailand Hari Ini Gampang Jackpot
Wen4D Situs Judi Slot Gacor Server Thailand Hari Ini Gampang JackpotWen4D
 

Recently uploaded (15)

Wa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandung
Wa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandungWa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandung
Wa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandung
 
BAB 2 BARISAN DAN DERET kelas x kurikulum merdeka
BAB 2 BARISAN DAN DERET kelas x kurikulum merdekaBAB 2 BARISAN DAN DERET kelas x kurikulum merdeka
BAB 2 BARISAN DAN DERET kelas x kurikulum merdeka
 
Lim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang Maxwin
Lim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang MaxwinLim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang Maxwin
Lim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang Maxwin
 
IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024
IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024
IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024
 
IDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOT
IDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOTIDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOT
IDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOT
 
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
 
Ryu4D : Daftar Situs Judi Slot Gacor Terbaik & Slot Gampang Menang
Ryu4D : Daftar Situs Judi Slot Gacor Terbaik & Slot Gampang MenangRyu4D : Daftar Situs Judi Slot Gacor Terbaik & Slot Gampang Menang
Ryu4D : Daftar Situs Judi Slot Gacor Terbaik & Slot Gampang Menang
 
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA & BANYAK BONUS KEMENANGAN DI BAY...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA & BANYAK BONUS KEMENANGAN DI BAY...IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA & BANYAK BONUS KEMENANGAN DI BAY...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA & BANYAK BONUS KEMENANGAN DI BAY...
 
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................
 
644401128-Soal-Siswa-Berprestasi-SD-Tahun-2022.pdf
644401128-Soal-Siswa-Berprestasi-SD-Tahun-2022.pdf644401128-Soal-Siswa-Berprestasi-SD-Tahun-2022.pdf
644401128-Soal-Siswa-Berprestasi-SD-Tahun-2022.pdf
 
KERTAS KERJA MINGGU BAHASA MELAYU SEKOLAH RENDAH.doc
KERTAS KERJA MINGGU BAHASA MELAYU SEKOLAH RENDAH.docKERTAS KERJA MINGGU BAHASA MELAYU SEKOLAH RENDAH.doc
KERTAS KERJA MINGGU BAHASA MELAYU SEKOLAH RENDAH.doc
 
STD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdeka
STD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdekaSTD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdeka
STD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdeka
 
Babahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjf
BabahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjfBabahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjf
Babahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjf
 
Bento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah Maxwin
Bento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah MaxwinBento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah Maxwin
Bento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah Maxwin
 
Wen4D Situs Judi Slot Gacor Server Thailand Hari Ini Gampang Jackpot
Wen4D Situs Judi Slot Gacor Server Thailand Hari Ini Gampang JackpotWen4D Situs Judi Slot Gacor Server Thailand Hari Ini Gampang Jackpot
Wen4D Situs Judi Slot Gacor Server Thailand Hari Ini Gampang Jackpot
 

Dalam rindu (hembang tambun)

  • 1. Suara Pembaruan Minggu, 24 Juni 2007 Dalam Rindu Cerpen: Hembang Tambun Aku benci rumah sakit. Tempat itu begitu dekat dengan kematian. Aku benci bau obat. Aromanya sangat tidak nyaman di hidungku. Aku benci dokter dan perawat. Mereka bisanya hanya menakut-nakutiku dengan jarum suntik yang membuatku bermimpi buruk sewaktu kecil. Tetapi sejak beberapa tahun terakhir ini, aku harus belajar mengakrab- akrabkan diri dengan mereka semua. Belajar membetah-betahkan diri, bahkan menginap di ruang putihnya saat harus berjaga sepanjang malam. Belajar menahan muntah, meski bau obat itu masih terasa menusuk-nusuk. Belajar tersenyum pada dokter dan perawat, karena sekalipun mereka identik dengan jarum suntik, aku tahu itu bukan untukku. Dan sekarang, lagi-lagi rumah sakit ini berhasil memenjarakanku. Duduk di salah satu ruang sempitnya, menatap dalam-dalam pada wajah letih seorang perempuan tua yang sedang terbaring di salah satu bangsalnya. Wajah itu berkerut-kerut, seolah hendak mengukir jalan-jalan yang sudah ditapakinya sepanjang hayatnya yang melelahkan. Rongga matanya cekung, menciptakan dua lobang hitam di wajah tirusnya. Irama nafasnya mulai teratur. Dadanya bergerak naik turun dengan nada yang sama. Aku mengawasinya dengan hati penuh haru. Malam ini barulah ia bisa sedikit tenang setelah minum obat yang diberi dokter. Sepanjang dua malam, sejak ia diopname di sini, ia tak pernah setenang ini. Selalu mengerang dan mengaduh kesakitan. Ia tak selera menyantap apapun. Pun sekadar mencicipinya. Kalaupun dengan setengah terpaksa ia mau karena bujukanku yang mengiba, maka dalam sekejap ia langsung memuntahkan makanan itu. Lalu hanya wajah pucatnya yang tersisa. Aku pun hanya bisa menangis tertahan sambil menenangkannya. Akhirnya ia hanya bisa bergantung pada obat-obatan dari selang infus di pergelangan tangannya sebagai sumber penguat tubuhnya, serta dari beberapa suntikan yang sangat menyiksanya. "Tii...goor...!!!" suara paraunya terdengar seperti igauan. Lalu menceracau tidak jelas. Kemudian ia memiringkan kepalanya seolah hendak mencari posisi tidur yang pas. "Aku di sini, Inong! Aku ada di sini!" kataku berbisik di telinganya, sambil menggenggam erat tangannya. Telapak tangannya yang kasar begitu kaku. Dingin. Kubetulkan selimut yang menutupi badannya. Kuelus keningnya perlahan sambil merapikan beberapa helai anak rambutnya yang menjuntai. Kukatupkan bibir dan kupejamkan mata menahan butir air yang sudah menggenang di pelupuk. Kalau tidak, butiran itu akan jatuh tepat di wajah ibu dan malah akan membangunkannya. Kembali kuterdiam. Hening. Aku hanya bisa terduduk di samping bangsal ibu di kamar putih ini, memandangi wajahnya sepuasnya tanpa henti, sambil mengucap doa-doa untuk kesembuhannya. Ia benar-benar tak berdaya. Seperti seorang pecundang yang dikalahkan oleh kerasnya hidup, seletih wajah pasukan yang terpukul mundur dari medan perang yang tak terhindarkan. "Inong...!" aku bergumam perlahan sembari membayangkan betapa ia juga dulu sering menatapku seperti ini, saat aku juga sama sekali tak berdaya di tahun-tahun pertamaku menyapa kehidupan. Ia sering memandangiku sampai terlelap, mengucap doa-doa, menguntai satu harap akan masa depan yang lebih baik untukku. Dulu, ibuku seorang yang kuat. Perkasa. Ia pekerja keras yang tak kenal letih, seperti
  • 2. kebanyakan petani di kampung kami. Dunianya pun tak lebih dari sawah dan ladang belaka. Kerja dan kerja, hanya itu yang ada dalam kamusnya. Ia sudah berada di sawah mendahului matahari di waktu pagi, seolah ia hendak membangunkan fajar, dan ia baru tiba di rumah, setelah matahari jatuh di peraduannya. Yang dipikirkannya hanyalah bagaimana memperoleh hasil panen yang lebih banyak, karena setiap bulan, anaknya yang kuliah di kota provinsi akan menagih jatah bulanannya. Belum lagi anak-anaknya yang masih ada di sekolah lanjutan, yang sebentar lagi juga akan membutuhkan biaya yang semakin besar. Makanya jangan heran bila sepulang dari sawah, pertanyaan pertama yang akan terdengar adalah, "Kau sudah kasih makan pinahan kita?" Bukan pertanyaan, "Kau sudah mandi, Nak?" Atau, "Bagaimana pelajaran sekolahmu?" Namun, sekalipun semua perhatian sentimentil seperti itu tidak akan pernah terdengar dari bibirnya, aku tahu hatinya penuh dengan semangat memperjuangkan anak-anaknya. Entah siapa yang berhasil menanamkan prinsip anakhonhi do hamoraon di ahu ke dalam pikirannya, juga bagi mayoritas suku kami. Sepertinya prinsip itu sudah menjadi bagian yang melekat dengan detak jantungnya, bagian dari nafasnya. Hingga dengan seluruh daya ia berjuang tanpa henti. Dan, mungkin baginya, waktu dua puluh empat jam sehari itu seolah tidak pernah cukup untuk membaktikan dirinya bagi anak-anaknya. Dan beban itu semakin berat saja dipikulnya ketika di suatu malam yang naas, sepulang menghadiri upacara adat, mobil yang membawa ayah mengalami kecelakaan yang memaksanya untuk beristirahat total di rumah untuk selamanya. Tak ada lagi yang membantunya sejak saat itu. Ia harus benar-benar bisa mengandalkan dirinya sendiri. Apalagi ayah cuma sanggup bertahan hidup hampir setahun, setelah dua petak sawah tergadai untuk menutupi biaya pengobatannya. Maka semakin rentalah ia. Semakin keraslah ia membanting tulang dengan harapan anak- anaknya tidak akan semenderita dirinya kelak. Sungguh suatu harapan mulia yang diidamkan semua orang tua. "Tiii...goor...!!!" igauan ibu terdengar lagi. "Inong, aku di sini!" bisikku lagi sambil mengelap sebutir keringat yang mengalir di keningnya. Kubelai pipinya dengan punggung tanganku. "Tiii...goor...!!!" "Inong, anakmu ada di sini!" desisku lagi dengan perlahan. Hatiku terenyuh melihat bibirnya yang komat kamit menyebut nama anak terkasihnya, seperti melafazkan tabas dari alam bawah sadarnya. * Dulu, ibuku telah berjuang antara hidup dan mati sebanyak sebelas kali untuk melahirkan kami ke dunia ini. Ya, sebelas kali! Kami sebelas bersaudara, hanya saja tiga orang meninggal sewaktu masih bayi, karena tidak tersedianya sarana pertolongan kesehatan yang memadai di desa kami yang terpencil. Belasan orang bersaudara adalah jumlah yang sangat-sangat biasa bagi generasi saat itu. Sampai-sampai pemerintah menggalakkan Program KB (Keluarga Berencana) hingga ke pelosok-pelosok dengan motto: dua anak cukup, laki-laki perempuan sama saja! untuk meredam melonjaknya angka kelahiran. Sungguh suatu slogan yang membuat ibu-ibu yang sudah terlanjur beranak banyak menjadi minder. Namun sejujurnya bukan program itu yang menghambat angka kelahiran di desaku.
  • 3. Umumnya ibu-ibu memutuskan untuk tidak mempunyai anak lagi saat anak siakkangan-nya sudah menikah. Karena bila cucunya berusia lebih tua dari anaknya sendiri, akan menjadi prestasi yang agak memalukan, dan sering menjadi bahan olokan di masyarakat. Persis dengan yang terjadi denganku. Ibuku mengandungku saat kakakku yang paling tua sedang mengandung anak sulungnya. "Tii...goor...!!!" Sekali lagi, dengan perlahan aku mengusap kening ibu sambil membisikkan jawaban lembut di telinganya. Keningnya masih terasa dingin. Betapa ibanya aku menatapnya dalam kondisi seperti ini. Sedalam apakah kerinduanmu terhadap anak-anakmu, Ibu? Semenjak aku membawa ibu ke rumah sakit ini, aku sudah segera menghubungi kakak yang tinggal di Jakarta maupun Surabaya untuk mengabari kondisi ibu. Tetapi mereka cuma bilang, "Segera kabari kami kalau kondisinya semakin kritis!" Itupun hanya melalui pesan singkat SMS. Mereka semua sama saja! Aku mendongkol dengan ketakperdulian mereka. Mentang-mentang mereka sudah pada sibuk dengan urusan keluarga mereka masing-masing, mereka mengacuhkan ibu yang sepertinya cuma menjadi pelengkap penderita, bahkan kadang-kadang jadi beban yang memberati mereka. Ataukah mereka telah memposisikan ibu - yang tak bisa lagi berbuat apa-apa itu - sebagai benalu? Parasit? Ah...! Andai mereka tahu tak henti-hentinya ibu memikirkan mereka.... "Mii...numm...! Ha...uss...!" desis ibu lemah. Kusodorkan sesendok air putih ke bibir keringnya. Tapi membuka mulutnya saja pun sudah membutuhkan satu usaha cukup keras darinya. Kucelupkan dua jariku ke segelas air putih dan membasahi bibirnya. Sekarang semuanya serba terbalik. Di tengah segala kesibukannya, dulu, ialah yang dengan penuh sabar memberiku minum tanpa mengeluh. Ialah yang mamemei aku. Ialah yang menunggui aku sampai terlelap. Ia pulalah yang mengajari aku dengan kata pertamaku, mengenalkanku pada segala sesuatu serta menjelaskan kegunaan segala benda yang masih asing bagiku, walaupun terkadang aku dengan teganya malah membalas dengan bentakan kasar saat ia berulangkali bertanya bagaimana memakai sebuah benda produksi abad ke-21. "Tii...goor...!!!" Suara ibu terdengar tertahan bersamaan dengan sebuah getar hand-phone di saku celanaku. Aku menenangkan ibu dengan sebuah usapan di keningnya sambil tangan kiriku berusaha merogoh HP (hand phone). Ternyata sebuah SMS dari kakak nomor lima yang tinggal di Makassar bersama suaminya. Lagi-lagi cuma bilang agar aku segera mengabari mereka bila kondisi ibu makin memburuk. Ah, ibu. Apakah hanya kabar kematianmu saja yang ingin mereka dengarkan saat ini? Terlalu merepotkankah seorang ibu yang tergolek tak berdaya di masa tuanya bagi mereka yang pernah bergelung nyaman di dalam rahimnya? Dasar anak-anak durhaka, geramku. Hatiku bergolak dengan sikap mereka yang tak memikirkan ibu yang sedang sekarat di depanku saat ini. Layakkah perlakuan sedemikian dituainya setelah sepanjang usia ia menabur berjuta asa? Belum cukupkah kisah Si Mardan atau Malin Kundang menjadi pelajaran berharga bagi anak-anak yang melupakan budi baik orang tua? Perlukah ditulis cerita baru tentang kedurhakaan para durjana yang berlaku bagai kacang lupa kulitnya?
  • 4. "Tiii...goor...!!!" Kutatap lagi wajah letih ibu. Kuelus dahi keriputnya. Ada sejumput bahagia yang tersamar bertunas di hatiku karena bisa menemaninya melewati malam-malam sunyi yang gulita dan menenangkan gundahnya. Andai ada hal besar yang bisa kulakukan untuk kesembuhannya.... Kugenggam tangan kanan ibu dengan kedua tanganku dan kutundukkan kepalaku. Kupejamkan mataku, memanjatkan doa untuk kepulihannya. Sukmaku melayang menembus langit-langit, mengadu pada satu kekuatan mahadahsyat yang menurutku mampu mengatasi semua masalahku, juga ibuku. Lalu semuanya senyap. Hanya hening meraja. Dan rasa kantuk tiba-tiba menyergapku dari segala arah, mengatupkan kedua mataku seolah ditindih pemberat yang tak mampu kusingkirkan. * Aku terjaga saat tangan ibu ditarik dengan sedikit menyentak, mengejutkanku. Entah sudah berapa lama aku tertidur sambil menggenggam tangannya. Lalu kulihat wajahnya yang berbinar menatapku dengan kerinduan yang seolah terpuaskan. Tangannya gementar memegangi rambut pendekku. Berusaha ditegakkannya kepalaku agar ia bisa melihat wajahku lebih jelas. Sepertinya ia ingin mengucapkan sesuatu. Kudekatkan wajahku ke arahnya. Kubimbing tangannya membelai wajahku, dan kudekap dia dengan penuh kasih sayang. "Oh... Tii...goor! Ooh...! Akhirnya kau pulang juga...!" katanya terbata-bata sambil mengencangkan pelukannya dan menciumi wajahku. Suaranya terdengar serak, seolah hanya desis yang dipaksakan bergema di telingaku. Dan aku balas memeluknya. Air mataku meruah dalam dekapannya. Padahal aku bukan Tigor, satu-satunya anak lelaki di keluarga kami yang sudah puluhan tahun tak pernah pulang tanpa kabar, sejak meninggalkan kuliahnya begitu saja. Kabar angin yang bergaung mengatakan ia kawin dengan seorang gadis Banjar dan tinggal di Kalimantan sana. Anak yang tak punya rasa rindu itu seperti menguap begitu saja, hilang tanpa bekas, menghadiahkan nestapa bagi ibu sebagai balas jasanya. Aku adalah Tiur, boru siampudan yang namanya tak pernah ibu sebut dalam rindunya....*** Tanah Deli, 02 Februari 2007, 23:09:47/ 02 Juni 2007 Catatan: Inong : ibu Pinahan : hewan ternak (khususnya babi) Anakhonhi do hamoraon di ahu: anakku itulah harta/kekayaan bagiku Tabas : mantra Siakkangan : anak sulung Mamemei : memberi makanan yang telah terlebih dahulu dihaluskan di dalam mulut Boru siampudan : putri bungsu